Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Roda Kehidupan

Hingga part 21 ini, siapa tokoh yg paling agan suka? *kalo udh vote boleh lho posting alasannya juga

  • Bella

    Votes: 11 5,9%
  • Novi

    Votes: 96 51,3%
  • Siska

    Votes: 17 9,1%
  • Fara

    Votes: 12 6,4%
  • Laras

    Votes: 34 18,2%
  • Vita

    Votes: 4 2,1%
  • Fitria

    Votes: 3 1,6%
  • Gatot

    Votes: 3 1,6%
  • Prapto

    Votes: 3 1,6%
  • Gk ada alias bodo amat

    Votes: 4 2,1%

  • Total voters
    187
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
kalau tebakan ane sih ...
yang jadi istri sih namanya prati , ini metamorfosis dari temen adit yaitu prapto. !
 
Sore gaes... Maap deh ya kemarin laptop dipake tuan putri mulu, jadi gk bisa buat ngetik. takut mintanya ane hahaha :hammer:
Iye ane apdet kok ini buat malam mingguan kita semua :beer:
 
Sore gaes... Maap deh ya kemarin laptop dipake tuan putri mulu, jadi gk bisa buat ngetik. takut mintanya ane hahaha :hammer:
Iye ane apdet kok ini buat malam mingguan kita semua :beer:

mantap.. Semoga update beneran.. Dan malam mingguan sambil baca karya suhu
 
20. Kejutan


Sesampainya di halaman rumah, kulihat ada sesorang wanita duduk di teras bersama Ibu. Aku hanya bisa melihat punggung dan rambutnya karena dia duduk di depan Ibu yg menghadap halaman. Wah ada tamu, pikirku.

Dengan santai kulangkahkan kaki ini menuju rumah, sesampainya di dekat teras, aku kaget saat tamu itu menoleh kearahku.

"Adiiitt....."


"Eh Vita?"

"..."

"Tumben kesini?"

"Motorku bocor Dit di depan, takut aku nungguinnya..."

"Owalaaah..."

"Udah daritadi?"

"Baru aja kok, sepuluh menitan... Aku mau sms kamu dulu tapi hapeku juga mati..."

"Yaudah biar aku ambil dulu Vit..."

"Yauda yuk..."

"Aku aja yg ambil, di tambal ban depan kan?" Tanyaku.

"Eh barengan aja..." Cegah Vita.

"Tungguin sini aja dulu..."

"Iya deh... Makasih ya Dit..." Ujar Vita tersenyum. "Nih uangnya..." Imbuhnya kemudian.

"Gk usah pake ini aja..." Kataku seraya jalan ke gapura.

"Sekedap nggeh Buk... (Sebentar ya Bu...)" Pamitku ke Ibu yg liatin kita aja daritadi.

"Iyo le..." Jawab Ibu.

Kemudian kuambil motor Vita yg ditambal di tambal ban depan gapura desaku. Kirain siapa yg dateng. Tapi Vita kok makin hari makin cakep aja ya... :hammer:

Setelah kuambil motor Vita, aku kembali lagi ke rumah dengan motornya. Kulihat Vita masih duduk di teras ditemani Ibu.

"Nih Vit..." Ucapku lalu menyerahkan kunci motornya.

"Hehe... Makasih ya Dit..."

"Sama-sama..."

"Yaudah Ibu jaga warung dulu ya..." Sahut Ibu meninggalkan kami di teras.

"Nggeh Bu... maturnuwun..." Balas Vitaa ramah.

"...." Ibupun membalas dengan senyuman ramahnya.

Setelah Ibu beranjak, aku pun ngobrol-ngobrol sama Vita. Njiir makin kesini makin cakep aja ni cewek. Jadi inget kejadian di Bali dulu. :hammer:

"Yaudah ya Dit, aku pulang dulu..."

"Buru-buru amat Vit..."

"Hehe... Udah maghrib juga gk enak..."

"Oh iya deh..."

"Makasih ya Dit..."

"Yoyoi..."

Setelah Vita pulang, aku masuk kedalam buat mandi dan sholat maghrib. Usai sholat, aku duduk-duduk santai di teras rumah memandang Ibu yg sedang melayani para pembeli di warungnya.

Kulihat tawa renyah Beliau kepada setiap pembeli seakan menghilangkan anggapan kalo kami baru saja mendapatkan cobaan yg luar biasa. Kucoba merenungi hidup ini, aku mulai berfikir bagaimana caranya menjaga Ibu lahir dan batin. Biar bagaimanapun aku harus menggantikan Ayah sebagai satu-satunya seorang lelaki di keluarga ini.

---

Hari pun terus berganti, kehidupanku sebagai seorang siswa kelas 3 SMP dan seorang pekerja kasar masih seperti biasanya.

Sabtu pertengahan April 2004.

Novi berangsur-angsur mulai kembali seperti Novi yg dulu. Aku pun menyambut baik sikap Novi kepadaku sekarang. Kami disibukkan dengan belajar untuk persiapan Ujian Akhir Nasional yg akan kami hadapi beberapa hari lagi.

Sebenarnya yg aku takutkan bukanlah Ujian nya, melainkan kepergian Bella setelah ujian tersebut. Sering aku berfikir bagaimana rasaanya menjalin hubungan jarak jauh. Apa kami bisa menjalinya? Entahlah aku tak tau, semoga apa yg dikatakan Mbak Laras benar "kalo jodoh pasti gk kemana Dit...".

Pagi ini cuaca sangat cerah, aku berangkat sekolah dengan penuh semangat. Hanya tinggal beberapa hari lagi aku menjadi siswa sekolah SMP 002 ini. aku harus memanfaatkan ssat-saat terakhir ini buat bareng teman-teman di sekolah. Namun sesampainya di sekolah, Aku merasakan keanehan di dalam kelas saat semua anak seakan mendiamkanku. Njjir kenapa nih? Kenapa pada diemin aku gini? Apa jangan-jangan aku pernah nglakuin salah?

"Cuk... kenapa sih ini?" Tanyaku ke Prapto melihat keanehan sikap anak-anak kepadaku.

"Kenapa apanya?" Kata Prapto balik nanya.

"Ya kok kayaknya pada diemin aku ya?"

"Gk tau tuh, perasaanmu aja kali..." Jawab Prapto lalu pergi ke kantin.

Hmm... Benar apa kata Prapto, mungkin hanya perasaanku saja. Mungkin mereka sedang fokus dengan ujian, pikirku.

Waktu semakin siang, jam pelajaran terakhir pun akan segera berakhir. Prapto pun daritadi juga aneh, bahkan dia sering pindah duduk di bangku depan guru yg kosong karena ada anak yg gk masuk. Sikap Novi pun berubah lagi seperti sebelumnya. Mereka hanya ngomong seperlunya aja sama aku.

Kenapa ya ini? Masa disaat-saat akhir kayak gini aku malah dikucilkan? Njiir salah apa sih aku.

"Teeeettt... Teeeettt..." Suara Bell pulang terdengar nyaring ditelinga.

Usai berdoa anak-anak mulai beranjak dari duduknya. Dan pergi meninggalkan kelas.

"Aku duluan yo Dit.." Ucap Prapto lalu pergi gitu aja.

"..."

Aku adalah orang terakhir yg berada di dalam kelas. Beberapa saat kemudian aku pun beranjak untuk keluar kelas.

Saat aku berjalan menuju gerbang sekolah, tiba-tiba.....

"Byyyuuurrrrrr.... Byuurrrr...." Njir air apaan nih.

"Plok... Plakk... Plokkk..." Eh apaan nih telur busuk ya? Eh sial.

"Hahahahahaha..." Kulihat anak-anak tertawa terbahak-bahak di sekelilingku.

"Bluuukk... Blukk..."

Akhirnya segala macam sampah dilemparkan ke arahku. Aku pun tak berusaha untuk meghindar karena aku mulai sadar kalo mereka emang lagi ngerjain aku yg sedang ulang tahun.

"Waaah asu, aku baline pie iki? (Anjing aku pulangnya gimana nih kotor gini?)"

"Hahahaha..."

Beberapa saat kemudian kulihat Novi, Vita, dan beberapa anak lain berjalan menuju kearahku dengan membawa roti ulang tahun.

"Happy Birthday Dit..."

"...."

Aku benar-benar terharu saat ini. Aku tak menyangka mereka ngerjain aku daritadi hanya buat surprise ulang tahunku.

"Hehe... Makasih Nov, Vit, Din... Makasih yo semua..."

"Sini aku potongin!" Ucap Prapto mengambil kue.

Njiir firasat buruk nih...

"Pleeegggghh......" Bener kan, akhirnya kue ulang tahun itupun hinggap di wajahku. Dan anak-anak tertawa terbahak-bahak melihat keadaanku yg makin gk karuan.

"Asu koe cuk!" Seruku.

"Hahaha... Nih lagi..." Sahut Dimas yg tiba-tiba aja datang lalu menyiramkan air entah air apa aku gk tau. "Byuuuuurr...."

Akhirnya mereka satu per satu pergi meninggalkan sekolah ini. Njiir terus gimana baliknya aku? Masa mau naik angkot keadaan gini?

"Cuk pinjem bajumu cuk..." Kataku ke Prapto.

"Wah bajuku aku cuci semua su..." Ucap Prapto. Njiir ini sih alasan aja.

"Asu koe cuk, terus aku gimana pulangnya ini??"

"Ya urusanmu kui... Hahahaha..."

"Hmm... Yowislah!"

"Hahahaha..."

"Tak ke kamar mandi bentar ya, tungguin..."

"Yo cepet..."

Kemudian aku berjalan menuju kamar mandi buat membersihkan diri akibat lemparan-lemparan segala macam sampah dll dari anak-anak.

Usai dari kamar mandi, aku tak menemukan dimana Prapto berada. Njiir sialan si kunyuk itu. Pasti kabur tu anak. :gila:

Dengan menahan malu akhirnya aku pun pergi meninggalkan sekolah dan jalan menuju jalan raya buat nunggu angkot sendiri, iya sendirian.

Njiir malu rasanya saat semua orang yg melihatku menatap dengan tatapan aneh. Beberapa saat aku menunggu angkot, kulihat seorang cewek berjalan ke arahku. Alhamdulillah ada yg nemenin juga akhirnya. Aku tersenyum ke arahnya, ia pun membalas senyumanku dengan senyuman yg sangat manis. :o

"Nih... Selamat ulang tahun ya..." Ucap Novi ketika sampe di depanku.

"Waduh apaan ni Nov?"

"Buka aja gk papa kok..."

"Iya deh..." Kataku lalu membuka paper bag yg diberikan Novi.

"...."

"...."

"Duuh Nov Makasih ya..."

"Hehe, sama-sama..." Ucap Novi dengan senyuman yg paling manis.

"..."

"Dipake tuh, masa mau kotor-kotor gitu kamu pulangnya?"

"Hehe... Iya Nov bentar ya..." Kataku lalu beranjak ke belakang gardu listrik buat memakai kaos pemberian Novi.

Baik bener Novi dia seakan tau kalo aku memang lagi butuh baju ganti. Tapi ini kan baju mahal, duh jadi gk enak. Novi memberikan kado kaos warna cokelat dengan gambar lambang layar di depan. Khas brand luar kalo ini.

"Makasih ya Nov..."

"Iya Dit, kamu suka gk?"

"Suka lah, bagus banget..."

"Hehehe...."

Akhirnya aku pun ngobrol sama Novi sekalian nunggu angkot. Aku sengaja membiarkan angkot jurusanku lewat gitu aja agar bisa lebih lama ngobrol bareng Novi, begitupun Novi.

Setelah beberapa lama kemudian Novi pun menyetop angkot jurusan rumahnya dan pulang.

"Makasih ya Nov sekali lagi..." Ucapku ketika ia pamit pulang naik dan masuk ke dalam angkot.


----


"Tunggu sini dulu ya..." Ucap seorang perempuan dengan senyum khasnya.

Hari sabtu sore itu setelah pulang sekolah dan dikerjai anak-anak, aku duduk di teras rumah Bella. Entah kenapa dia menyuruhku datang ke tempatnya. Ah dasar Bella, suka seenaknya sendiri nyuruh orang. Padahal tadi aku sedang nongkrong sama anak-anak kampung. Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit, ia belum keluar juga.

Bengong menunggu di teras, tiba-tiba terdengar nyanyian lagu selamat ulang tahun dari pintu rumahnya, segera kubalikkan badan. Bella muncul dengan kue ulang tahun lengkap dengan lilinnya. Dan entah kenapa aku merinding saat ia berjalan mendekatiku.

"Selamat ulang tahun Sayang..." Ucap Bella manis.

"........"

"Ditiup dong lilinnya...."

"......"

"Yee diem aja!" Oceh Bella kemudian.

"Hehe iya Bell... Makasih ya, mana nih kadonya?" Candaku grogi.

"Makannya ini ditiup dulu, baru kado!" Kata Bella.

"Fiiiiuuuuhhhh" Aku pun meniup lilin di atas kue ulang tahun berbentuk hati itu.

"Yeeeyyy Selamat ulang tahun ya sayang..." Ucap Bella kali ini manis, sambil tepuk tangan.

"Hehe... Makasih ya Bella..."

"Iya... Bentar aku ambil something dulu!" Kata Bella beranjak dari duduknya.

Kuamati kue ulang tahun pemberian Bella. Wah kayaknya enak nih. Tak berapa lama kemudian Bella keluar dari dalam rumahnya.

"Semoga kamu suka ya..." Ucap Bella seraya memberikan bungkusan kado kepadaku.

"Wuiih apa nih? Aku buka ya..." Balasku penasaran.

"Eh... nanti aja dirumah Dit..."

"Wah bikin penasaran aja sih..." Kataku sambil mengira-ngira isinya apa.

"Pokoknya dibukanya sampe rumah!" Seru Bella kemudian.

"Iya deh iya... Makasih sayang..."

"Ngomong-ngomong apa nih harapan kamu di ulang tahun ke 40 ini?" Tanya Bella.

"40?"

"Hahahaha..." Bella tertawa lepas. Cantik banget dia. "Becanda Diiit becanda..." Imbuh bella masih cengengesan.

"Hmmmm.... Aku sih saat ini pengen lulus sekolah yg pasti, terus hubungan kita semakin mesra deh..."

"Amiin... Sip dah semoga terkabul!" Ucap Bella Semangat.

Sore itu aku dan Bella ngobrol-ngobrol di teras rumahnya sambil makan kue ulang tahun pemberian Bella. Kata Bella sih ini buatannya sendiri. Emang jago tuh anak bikin kue.

"Mulai sekarang kamu kurangin ya maen-maennya Dit... Bentar lagi UAN kita!"

"Iya Bell Iya..."

"Ikutan bimbel kek..."

"Ah... Malas aku ikut begituan, lagian nanggung tinggal beberapa hari lagi, mending bimbel sama kamu aja deh..." Godaku.

"Yeee... Serius ini!"

"Aku serius Bell..."

"Yaudah pokoknya kalo kita ketemu harus bahas pelajaran sama latihan-latihan soal..."

"Gitu banget Bell..." Kataku protes.

"Yaudah kalo gk mau, kita gk usah ketemu!" Ancam Bella. Kayaknya serius nih.

"Iya Bell iya... Ngikut Bu Guru aja deh aku..." Kataku pasrah.

Lama kami ngobrol tak terasa matahari mulai tenggelam di ufuk barat. Suara adzan maghrib pun terdengar dari rumah Bella.

"Bell... Udah maghrib nih, Aku pamit pulang ya..."

"Iya Dit... Ini kuenya dibawa pulang ya..." Kata Bella sambil memotong-motong sisa kue ulang tahun yg masih banyak itu ke dalam kardus putih.

"Iya Bell... Makasih ya..."

Setelah membawa bungkusan kue ulang tahun dan kado dari Bella, aku pun mulai beranjak dan berjalan menuju motor milik Kipli yg aku parkir di depan garasi rumah Bella. Gk enak kalo pinjem Gatot melulu, sekali-kali minjem Kipli gk masalah.

"Makasih ya Bell untuk hari ini..."

"Cuup..." Entah bagaimana tiba-tiba Bella mencium pipi kiriku. "Selamat Ulang tahun Sayang..." Imbuh Bella tersenyum manis.

"Love you sayang..."

"Love you too... Hati2 ya sayang..." Kata Bella manis.

Setelah berpamitan dan mendapat kecupan dari Bella, akupun mulai berjalan pulang mengendarai kuda besi ini. Selama perjalanan aku hanya membayangkan moment-moment indah bareng Bella tadi. Bersyukur banget aku punya pacar secantik dan sebaik Bella.

Hingga di lampu merah perempatan kota, lamunanku dibuyarkan oleh sesosok cewek yg sedang mendorong motornya di seberang jalan. Kasian juga melihatnya. Tanpa pikir panjang setelah lampu hijau motor kuarahkan menuju cewek itu dan berniat untuk menolongnya.

"Kenapa mbak motornya?" Sapaku basa-basi.

"Gk tau nih mas... Tiba-tiba macet!" Ucap perempuan itu menghentikan dorongannya. Cantik juga nih cewek, pikirku.

"Abis bensinnya kali mbak..." Kataku kemudian.

"Masih banyak kok mas, bisa buat aquarium!" Jawabnya. Wah gokil nih cewek, malah becanda dia. Eh becanda atau sengak sih? :gila:

"Mbaknya bisa aja... Aku step-in aja mbak sini!"

"Apaan tuh step-in?" Tanya cewek itu penasaran. Kayaknya bener-bener gk tau.

"Maksudnya aku dorongin pake kaki mbak, Aku jalan di belakang motor mbak..." Kataku menjelaskan.

"Wah boleh tuh..."

"Yaudah ayok..."

"Maaf ya mas ngrepotin..."

"Santai aja mbak..."

Selama perjalanan nyetepin motor, cewek itu cuma diem aja. Kayaknya serius banget liat jalanan.

"Mbak-mbak... pertigaan depan belok mana?" Tanyaku ketika mau lewat pertigaan.

"Hah? Apa mas?"

"Belok mana? Susah nyetepnya kalo beloknya mendadak!"

"Oh... Kanan mas..." Jawabnya santai.

Jika diamati kayaknya seumuran nih cewek.

"Rumahnya mana mbak?" Kataku penasaran. Jauh juga lho aku nyetepin motornya.

"Komplek Griya Indah Mas..." Jawabnya masih serius konsen liatin depan.

Buset jauh amat, Ucapku dalam hati. Sekitar setengah jam perjalanan kita pun sampai di depan rumah mbak-mbak itu. Eh rumahnya kayak kos-kosan, jangan-jangan ngekos nih.

"Wuuih makasih lho mas..." Ucapnya, manis juga senyumannya.

"Ini rumahnya mbak?"

"Aku ngekos disini mas... Masuk dulu mas, aku buatin minum..." Kata cewek itu menawarkan.

"Wah gk usah mbak, aku langsung pulang aja, ngrepotin malah..."

"Enggak kok, Itung-itung ucapan terima kasih mas..."

"Makasih mbak, udah malam juga gk enak..."

"Oh yauda kalo gitu..."

"Aku balik dulu ya mbak..."

"Oh iya mas... Makasih lho..." Ucapnya halus.

Akupun langsung memutar balik motorku dan kembali kerumah. Beberapa meter berjalan baru sadar aku belum kenalan. Ah bodohnya aku kenapa gk kenalan dulu tadi. Kan lumayan nambah temen juga. Daripada penasaran mending balik deh sekedar kenalan. Kulihat dari spion dia juga masih di depan gerbang kos-kosan nya.

"Mbak..."

"Eh mas... gimana mas?" Tanya cewek itu heran tapi cengar-cengir.

"Aku numpang sholat bentar boleh? Udah mau isya nih, takut gk nyampai waktunya kalo sampe rumah..." Kataku beralasan sebaik mungkin. Keren ya alasanku, tiba-tiba muncul di otak aja tadi.

"Oh silahkan mas..." Ucapnya tersenyum.

"Oke mbak..."

Setelah memarkir motor di halaman kosannya, aku berjalan mengikutinya dari belakang. Modis juga nih cewek, tingginya ada sekitar 160 cm, rambutnya panjang lurus kecoklatan. Dengan celana jins hitam dan kaos oblong warna putih terkesan modis aja, apalagi ditambah tas ransel kecil yg ada di punggungnya. Kayaknya sih bener kita seumuran, nanti deh aku kenalan.

"Silahkan masuk mas..." Ucap cewek itu mempersilahkan. Wah nekat juga ternyata ngebolehin cowok yg belum dikenalnya masuk ke dalam kamar kosnya.

"Iya mbak..."

Kamarnya rapi banget, wangi pula, dominan warna biru segala pernak-pernik yg ada. Beda sama kos Prapto yg acak-acakan. Di dalamnya ada tv, komputer, dan dispenser juga aku lihat.

"Wudzunya di kamar mandi aja mas..." Katanya sambil menunjuk kamar mandi yg ada di dalam kamarnya.

"Oke..."

Setelah wudzu, cewek itu terlihat sedang merapikan sajadah buatku.

"Lho mbaknya gk sholat sekalian?" Tanyaku mantap, setelah tau ia muslim juga karena punya sajadah.

"Aku lagi enggak mas... hehe," ucapnya santai.

"Oh..."

Selesai sholat maghrib akupun berinisiatif merapikan sendiri sajadah yg aku gunakan. Cewek itu lg di kamar mandi. Sumpah kamarnya ini wangi banget, kasurnya tebel dengan selimut warna biru. Wah jadi ngantuk nih, pengen rebahan di kasurnya.

Beberapa saat kemudian cewek itu keluar dari kamar mandi. Masih pake pakaian yg tadi, cuma lebih seger aja. Kayaknya habis cuci muka.

"Udah mas sholatnya?" Sapa cewek itu.

"Udah mbak, makasih ya..." Jawabku sopan. "Ngomong-ngomong asli mana mbak kok kos segala?" Timpalku kemudian.

"Temanggung mas..."

"Oh... Kuliah, sekolah atau kerja disini?" Tanyaku basa-basi.

"Masih sekolah kok..." Jawab cewek itu sambil ngaduk teh yg baru dibuatnya. "Nih mas diminum..." Ucapnya lagi.

"Makasih mbak... Oh iya aku Adit..." Ucapku seraya mengulurkan tangan.

"Fitria..." Jawabnya menjabat tanganku. Halus banget tangannya.

"Oh... Sekolah dimana nih?"

"Di SMA 234... Kamu sekolah, kuliah, atau?"

"Masih sekolah mbak, di SMP 002" Jawabku.

"Oh masih SMP... kelas?" Tanyanya sedikit heran.

"Tiga nih..."

"Wah hampir ujian dong...?"

"Iya mbak..."

"Duh jangan panggil mbak sih... cuma beda setahun ini..." Protesnya halus.

"Iya deh Fit, hehehe..." Oh baru kelas satu dia.

"Rencana mau ngelanjutin di SMA mana, Dit?

"Belum tau juga sih... Pengennya di SMA 123..."

"Wah SMA unggulan tuh..."

"234 juga unggulan kali Fit!"

"Iya sih tapi bagusan 123..." Kata Fitri merendah.

"Ah sama-sama unggulan juga..."

"Iya sih tapi, ah aku dulu juga daftar di SMA 123... tapi gk masuk, akhirnya ya di 234 deh..."

"Emang di Temanggung gk ada sekolah bagus Fit? Hahaha..." Tanyaku bercanda.

"Sialan kamu, banyak ya... Tapi emang aku pengennya sekolah disini sih..." Ujar Fitria.

"Kenapa gitu?"

"Emmm... Panjang deh ceritanya..." Jawab Fitria kayaknya enggan ceritain alasannya.

"Oh... Hehehe..."

Fitria orangnya asik buat ngobrol, supel banget. Ngobrolin apa aja nyambung sama dia. Bahkan dia juga tau lho perkembangan politik negeri ini. Dia juga nyambung diajak ngomong bola eropa. Pinter nih cewek.

"Wah pusing aku ngomongin politik Fit..."

"Yeee... kalo kita gk mau tau, tambah hancur negeri ini..." Jelasnya.

"...."

"Ngomong-ngomong kamu beneran kamu suka AC Milan? Pemain tua-tua semua gitu dijagoin..." Ejek Fitria.

"Hehe iya juga sih, tapi kan penguasa Italia... Juve aja keok tuh!"

"Belum ketemu PSIS aja mereka, hahahaha..." Jawab Fitria asal. Njiir gokil nih. Saat itu demam PSIS Semarang memang lagi melanda anak muda magelang. Tim itu selalu menjadi wakil jateng di kompetisi liga Bank Mandiri. Jamannya De Porras sama Ortiz kalo gk salah. Hagemoni PSIS memang kental sebagai wakil Jateng saat itu.

"Wah suka bola lokal juga Fit?" Tanyaku.

"Dikit sih, cuma sering aja denger anak-anak cowok di kelasku ngomongin bola..."

Lama kami ngobrol di dalam kamar Fitria, perut ini pun mulai keroncongan. Maklum daritadi cuma makan kue ulang tahun pemberian Bella. Daripada kelaperan, mending dimakan disini aja deh.

"Eh Fit bentar, aku ada kue..."

"Eh gk usah Dit, ambil semuanya ya hahaha..." Candanya.

Akupun berjalan ke motorku mengambil kue pemberian Bella tadi. Walaupun sisa, tapi masih banyak kok. Sayang juga kalo gk kemakan nanti.

"Nih... Kebetulan tadi temenku ada yg ultah..." Kataku bohong seraya membuka bungkusan kue, Fitria duduk bersila di atas kasurnya. Sedangkan aku duduk di karpet.

"Wuiiih... Enak nih kayaknya..." Ucap Fitria sambil nyomot kue itu tanpa ragu. Dasar anak kos, hahaha. :bata:

Sambil ngobrol-ngobrol kamipun menghabiskan kue ulang tahun itu berdua, Fitria juga gk malu-malu saat makan kuenya, kayak udah kenal lama aja kita. Jahat ya aku, kue ulang tahun dari Bella malah dimakan berdua sama cewek lain. Maaf ya Bell...

"Oh iya Fit udah malem nih... Aku pulang dulu ya..."

"Eh iya..."

"Emmm... Boleh minta..." Sebelum selesai mengatakan sesuatu, Fitria memotong perkataanku. Gokil nih cewek.

"Boleh...." Ucapnya santai.

"Hah? Apaan emang?" Tanyaku.

"Nomer hape kan? Hehehe..." Jawab Fitria cengengesan.

"Hahaha tau aja sih..."

"Ya tau lah daritadi pegangin hape mulu..." Ucap Fitria.

"Hahaha... berapa nomornya? Siapa tau motornya besok macet lagi!"

"Nih... 0856*******"

"Ok, aku save ya..."

"Sip!"

Akupun pulang diantar Fitria sampe gerbang kosnya.

"Duluan ya Fit..."

"Makasih ya sekali lagi..."

"Besok kalo gk ada yg bawa ke bengkel sms aku aja Fit..."

"Iya gampang..."

Di perjalanan pulang pikiranku tertuju pada seorang cewek yg baru aku kenal barusan. Wah... Jangan sampe Bella tau deh, bisa gawat. Apalagi kalo tau kuenya aku makan bareng tu cewek. Eh tapi kan Fitria cuma temen doang. Toh baru aja kenal juga. Jangan diambil pusing. Setelah sekitar 20 menit akupun sampe rumah.

"Darimana Dit?" Tanya Ibu menyelidiki.

"Rumah Bella Bu..."

"Kok sampe malem?"

"Belajar Bu..." Jawabku berasalan.

"Oh yauda, itu nasi kuningnya masih Ibu sisain..." Ucap Ibuku. Tadi pagi emang Ibu bikin nasi kuning. Syukuran anaknya yg ganteng ini ultah katanya. Hehe.

"Iya Bu... Nanti Adit Makan..."

"Sholat dulu!"

"Nggeh Bu..."

Selesai sholat dan makan akupun masuk ke kamar dan tiduran di atas kasur. Kuambil hapeku yg aku kantongin di celana. Wah ada sms nih.

From: Bella
Belum sampe rumah? Kok gk ada kabar? Kamu gk knp2 kan?

From: Mbak Laras
Ditttt.....


Duh sampe lupa aku kabarin Bella saking asiknya sama Fitria tadi. Oke aku balas dulu sms Bella, kayaknya khawatir. Ngomong-ngomong Mbak Laras kenapa tuh sms.

To: Bella
Maaf sayang, baru aja sampe rumah. Tadi habis nolongin motor orang macet.

To: Mbak Laras
Kenapa Mbak?


Selang beberapa saat kemudian ada balasan sms. Cepat-cepat aku buka. Ternyata Mbak Laras.

"Bisa minta tolong?" Balas Mbak Laras di sms.

"Apaan?"

"Besok tolong bawain disket yg ada di depan tv rumahku, bisa gk Dit? Soalnya mau minta tolong gatot dia mau kerumah nenek..."

"Oh iya Mbak... Tak pinjem motor kipli kalo gitu.."

Lama aku tunggu gk ada balasan sms dari Mbak Laras. Tiba-tiba hapeku bergetar lagi. "Drrrtt.... Drrttt..."

From: Bella
Iya Dit... yg penting kamu gk knp2. Wah baik banget nolongin segala.


"Iya dong... Sesama pengguna jalan harus saling tolong menolong,hehe. Btw lagi apa sayang?" Balasku ke Bella.

"Noton tv nih.. kamu say?"

"Tiduran... tumben gk belajar?"

"Ini sambil baca2 juga... btw kadonya suka gk Dit?" Balas Bella.

Duuuh sampe lupa aku ada kado dari Bella. Buru-buru aku ambil kado yg masih ada di bagasi motor. Aku sobek kertas kado yg membungkus kotak kecil ini. Kubuka perlahan... Wew jam tangan ternyata. Keren banget sumpah. Warnanya hitam model sport, bermerk pula. Pasti mahal nih, pikirku.

"Seneeeeng sayaaaang... makasih banget ya..." Balasku ke Bella.

"Dipake ya... moga tiap liat jamnya inget aku terus, hehe." Tulis Bella di sms.

"Makasih sayang... iya aku pake terus kok"

Lama tak ada balasan sms dari Bella ataupun Mbak Laras. Kuotak-atik hape sambil tiduran. Tiba-tiba pikiranku menerawang jauh memikirkan Fitria. Lho kok malah Fitria? Aku sms aja kali ya... Eh jangan deh, nanti malah dikira ngedeketin dia malah repot jadinya. ;)

----

Minggu pagi setelah bangun tidur dan sholat shubuh aku cek hape yg kutaruh di samping bantal. Ternyata aku semalam emang ketiduran. Ada sms dari Bella dan Mbak Laras.

From: Bella
Sipdeh... Itu anti air juga lho sayang, semoga awet deh..

From: Bella
Udah tidur ya dit? Met tidur ya.. Love you :*

From: Mbak Laras
Maaf ya dit jadi ngerepotin, soalnya gk ada motor disini. Motor mbak dibawa temen buat kegiatan KKN besok, dan file2 nya ada di disket yg ketinggal itu.


Aku balas sms itu satu-satu, balas Bella dulu deh.

"Maaf sayang semalam udah tidur, kecapekan kayaknya. Kamu udah bangun? Sarapan ya..." Balasku ke Bella.

"Iya Mbak... gpp kok, maaf semalam udah tidor"

Tak ada balasan dari keduanya, akupun mulai berkaktifitas di minggu yg indah ini. Kurebahkan badanku diatas kasur, lalu bersiap untuk tidur lagi. Hahaha. Tak tahu berapa lama aku tertidur Ibu membangunkanku.

"Diiitt Bangun...." Ucap Ibu menepuk bahuku.

"Iyaa Buu..." Jawabku masih setengah sadar.

"Bangun ayo, Itu ada Gatot..."

"...."

"Buruan!"

"Suruh masuk aja Buk, kayak biasanya..."

"Buru-buru dia kayaknya..."

Njiir kenapa lagi tuh bocah, ganggu tidur aja kerjaanya.

"Ngopo su?" Tanyaku ke Gatot saat keluar rumah.

"Iki bawa motorku aja kalo mau ke Mbak Laras, aku mau ke nenek soalnya sama Ibuku..." Kata Gatot memberikan kunci motornnya.

"Oh... Yowis taruh aja disitu..."

"Nih disket nya, sori ya cuk ngrepotin kamu..." Ujar Gatot.

"Hmmm... santai wae su!"

"Oiya iki denah desa turaturu..." Ucap Gatot memberikan kertas gambar denah.

"Gambar opo iki?"

"Denah cuk!"

"Kok kayak ular gini?"

"Karepmu lah yg penting alamat lengkapnya ada..."

"Iyo... yowis kono katanya mau pergi?"

"Iya ini juga mau pergi, koe ngomong terus!" Seru Gatot lalu ia berjalan pergi.

"Suuuu!" Panggilku ke Gatot.

"Apalagi??"

"Lha motormu mana?" Tanyaku heran karena gk liat motor milik gatot.

"Owalllah bajigur, lali tak gowo cuk! (Owalah sialan, lupa aku bawanya cuk!)"

"Asu pekokmu!" Umpatku.

"Nanti ambil aja dirumah, tak taruh di teras!"

"Yo Oke..."

Akhirnya usai Gatot cabut, aku pun mandi dan bersiap untuk mengantarkan disket berisi data-data KKN milik Mbak Laras ke Desa Turaturu lereng merbabu sana.

"Buk Adit ke Mbak Laras dulu ya, nganterin ini..." Pamitku ke Ibu.

"Apaan itu?"

"Disket Buk..."

"Opo sih kui?"

"Hmmm... kaset buk!" Ucapku singkat bingung gimana cara ngejelasin pengertian disket ke Ibu.

"Yowis hati-hati..."

"Nggeh Buk, Assalmualaikum..."

"Waalaikumsalam..."

Sebelum pergi ke desa turaturu aku kerumah gatot dulu buat ambil motor. Njir koplak banget dia.

Selama perjalanan ke Desa Turaturu, pemandangan sekitar sangat indah. Terlihat gunung merbabu berdiri gagah di ujung sana. Lumayan jauh juga lokasi KKN Mbak Laras ini, setelah beberapa kali tanya orang alamat lokasi KKN mbak Laras, sampailah aku di depan sebuah rumah kuno namun terkesan modern.

Kurogoh saku celanaku untuk mengambil hape. Njiir mana gk ada signal lagi. Gimana cara menghubungi Mbak Laras kalo gini. "Ini bener rumah kontrakannya gk sih?" Batinku. Daripada bengong mending kuketok aja.

"Assalamualaikum..."

"Tokk... Tok... Tokk..."

Beberapa saat kemudian pintu pun terbuka.

"Wah udah sampe sini aja Dit? Masuk-masuk..." Ucap Mbak Laras mempersilahkan masuk. Ternyata bener ini rumah kontrakan yg disewa Mbak Laras dan kelompoknya buat tempat tinggal selama KKN.

"Iya Mbak..."

"Nyasar gk Dit?"

"Gk kok Mbak..."

"Maaf lho ya jadi ngrepotin..."

"Gk mbak, nyantai aja... Oiya nih disketnya..."

"Wah iya-iya... makasih Dit..."

"Iya Mbak..."

"Mau minum apa nih?"

"Seadanya aja Mbak..."

"Oke..." Ujar Mbak Laras lalu beranjak ke dapur.

Njiir Mbak Laras cuma pake kaos tipis warna putih dan hotpant pendek banget. Padahal lumayan dingin lho disini. Apa gk adem ya dia?

"Nih diminum..." Ucapnya lalu duduk disampingku.

"Iya Mbak... Kok sepi sih mbak?"

"Pada survey lokasi Dit, rencana kita mau bikin taman disini..."

"Wah keren Mbak..."

"Iya dong..."

Lama kami ngobrol, Mbak Laras cerita ini dan itu selama KKN. Aku hanya ngangguk-ngangguk aja mendengarkan cerita Mbak Laras. Tak terasa rokok yg hisap pun habis. Kubuang puntung nya disebuah asbak yg ada didepanku.

"Ditt... ke kamar yuk bentar..."

"Wew ngapain Mbak?"

"Ah pura-pura gk tau sih kamu..." Ucap Mbak Laras menggoda. Dan Si Jono bangun dari pertapaannya.

"Hehe..."

"Yukkk..." Ajaknya menarik tanganku.

Dasar Mbak Laras, dia memang paling mengerti.

"Hehe... Tau aja Mbak..."

"Muuuchh..."

Bersambuuuuuung...... :bata:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd