Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Keluarga

Siapakah karakter wanita favorit anda dalam kisah RITUAL KELUARGA ini?


  • Total voters
    113
  • Poll closed .
Bimabet
Hhmmm...ada kemungkinan update eps finale tertunda karena ada revisi yg timbul dari inspirasi baru, kalau gw sibuk & sempat nerusin ga bisa bsk update, harap maklum ya, kan supaya makin crot, bukan mangkrak kaya pak prihatin 10th kemaren
 
CHAPTER 5 (FINALE)


Malam itu jam 19.11 keluarga Heryawan telah menyelesaikan makan malamnya dan berkumpul di meja makan. Hidangan penutup pun sudah habis, Reni, Widya, Seli dan Santi bahu-membahu membawa piring dan gelas kotor ke dapur sehingga sebentar saja meja makan panjang itu telah bersih.
“Baiklah... eehhhmmm... eeehmmm!!” Anas membuka suara sambil berdehem, semua langsung menoleh ke arahnya untuk mendengarkan, “bapak... .senang sekali kita semua sudah berkumpul untuk ritual keluarga kita dan kali ini kita semua lengkap, bahkan ada anggota baru, yaitu Kevin yang sudah memasuki usia dewasanya, bagaimana Kevin? Kamu senang bergabung dengan acara keluarga kita ini?” tanyanya pada sang cucu laki-lakinya.
“Iya kek... awalnya kaget, tapi senang banget, asyik dah pokoknya, hehehe!” jawab Kevin agak malu-malu.
“Usahakan jangan absen enam bulan mendatang, kita merencanakan acaranya di villa di Lembang, tergantung yang mengatur acaranya nanti, kalian ngerti kan? Tyas? Fadli?”
“Baik Pa... serahkan saja ke kita!” jawab Fadli mantap.
“Besok kita akan kembali ke kehidupan kita masing-masing” Anas melanjutkan, “seperti biasa bapak berharap... ritual keluarga ini makin mendekatkan kita masing-masing sebagai keluarga, ada rasa saling memiliki satu sama lain” pria tua itu bangkit dari kursinya dan mulai berjalan keliling sambil terus berceramah, “maka marilah kita tutup ritual keluarga kita malam ini, kita persatukan hati, persatukan tubuh, tanpa rasa malu, karena kita semua satu darah” ia berhenti di belakang kursi cucunya, Seli, dan meletakkan tangannya di pundak gadis itu.
Saat itu Saldi diam-diam membelai lutut tantenya, Widya, yang duduk di sebelahnya. Wanita Chinese itu membiarkan saja sang keponakan mengelus pahanya makin ke atas. Tyas menjulurkan kakinya ke selangkangan adik iparnya, Willy, yang duduk di seberangnya dengan tersenyum nakal. Reni yang melihatnya dilanda cemburu dan melampiaskannya dengan meletakkan tangannya ke selangkangan kakak kandungnya sendiri, Tedi, yang duduk di sebelahnya.
“mari kita persatukan bukan hanya jiwa kita sebagai keluarga!” tangan Anas meremas payudara Seli dari luar kaosnya, “tapi juga tubuh kita dalam kebersamaan ini!”
Seli bangkit dari kursinya membiarkan tubuh mulusnya didekap sang kakek dari belakang. Tangan pria itu segera menyusup lewat bawah kaosnya dan meraih payudaranya yang sudah tidak memakai bra, tangan yang lain menyusup ke celana pendek yang dipakai gadis itu dan langsung menggerayangi selangkangannya.
“Ayo semua! Lepaskan hasrat kita, lupakan sejenak norma dan batasan-batasan lain! Tidak perlu malu-malu! Karena kita semua adalah satu!”
“SSshhh... !!” desah Seli merasakan jari kakeknya memencet puting payudaranya dan vaginanya diobok-obok, tangan gadis itu meraih selangkangan kakeknya yang sudah mengeras.
Kevin terperangah melihat pemandangan itu disusul sekitarnya juga sudah mulai panas, akan segera menjadi pesta orgy sedarah. Dilihatnya Saldi sudah berpagutan penuh nafsu dengan Widya yang tangannya sedang mengocok penis pemuda itu yang sudah dikeluarkan dari celananya; mamanya sendiri, Reni, sedang mengulum penis pamannya, Tedi, yang berdiri dengan celana melorot; papanya, Willy, merangkak ke bawah meja ke depan kursi tantenya, Tyas, ditariknya lepas celana dalam wanita itu lalu ia membenamkan wajahnya ke selangkangannya.
“Aahhhh... !” Tyas melenguh dengan wajah menengadah merasakan lumatan adik iparnya pada vaginanya.
Pak Nidaul yang sudah telanjang bulat menghampiri putri sulung keluarga Heryawan tersebut lalu menyodorkan penisnya di dekat wajahnya. Tyas meraih penis yang sudah mengeras itu dan langsung menjilatinya. Fadli menghampiri Reni yang sedang mengoral Tedi, tangannya menyusup ke belahan dada adik iparnya itu dan meremasi payudaranya yang tidak tertutup bra.

“Hihihi... gua tau lu pasti shock” kata Santi pada adik laki-lakinya itu, “gua juga kok, waktu pertama kali dulu... tapi sekarang gua malah enjoy”
Tangan gadis itu meraba-raba selangkangan sang adik, Kevin, yang masih terbengong-bengong belum percaya pandangannya sendiri.
“Kamu udah nyobain sama mama, sama tante, sekarang gak keberatan kan sama kakak sendiri?” tanya Santi dengan suara menggoda lalu naik ke pangkuan adiknya itu dalam posisi berhadapan.
“Nggak... kenapa keberatan... ayo!” balas Kevin PD sambil menjamah payudara sang kakak di depan wajahnya.
Santi menundukkan wajahnya untuk memagut bibir adik laki-lakinya itu, lidah mereka langsung beradu sengit. Kevin membelai-belai paha mulus kakaknya hingga mini dress itu tersingkap ke atas. Santi melepas sejenak pagutannya dan mengangkat tangan untuk membiarkan Kevin melepas gaunnya lewat atas hingga menyisakan celana dalam saja, setelahnya ia juga melepaskan kaos yang dipakai sang adik. Kakak beradik itu berpelukan dan berciuman penuh nafsu. Santi yang agresif menyedot-nyedot lidah adiknya, sehingga ludah mereka berpindah-pindah tempat. Setelah ciuman mereda, mulut Kevin merambat ke bawah menjilati ketiak kakaknya yang bersih, terasa aroma lotion yang harum bercampur dengan keringat. Reni, bersama Fadli dan Tedi, telah pindah ke sofabed yang telah dibentangkan, ketiganya telah telanjang bulat. Tedi membuka lebar-lebar paha adiknya yang telentang di sofabed dan langsung melahap vaginanya yang kemerahan di antara rimbunnya bulu-bulu hitam. Dengan lincah lidah Tedi menyelusuri labia mayora dan bagian yang berwarna pink itu... .puncaknya berupa jilatan rakus di klitorisnya. Reni pun reaktif dengan makin menghisap-hisap penis Fadli yang berlutut di samping kepalanya sehingga membuat kakak iparnya itu mengerang-ngerang nikmat sambil tangannya meremasi payudara wanita itu. Tubuh seksi ibu beranak tiga itu pun mulai menggeliat-geliut seperti belut dilemparkan ke darat, pinggulnya ikut meliuk-liuk, sehingga lidah kakaknya itu pun semakin kencang menggesek-gesek klitorisnya.
‘Uuuhhhhh... .ssshh... cucu kakek ini pinter nyepongnya aaaahh!!” desah Anas yang tengah berdiri tanpa celana menikmati batang penisnya dijilati oleh cucu tertuanya, Seli.
Ujung penis yang bersunat itu dikecupnya beberapa kali dan dengan ujung lidahnya Seli menjilat lubang yang ada pada ujung kepala penis kakeknya. Cairan kental putih bening mulai keluar dari ujung penis itu. Seli mengusapkan ibu jarinya meratakan cairan putih bening itu di seluruh bagian kepala penis sang kakek. Setelah puas memainkan kepala penis kakeknya, ia mulai memasukkan batang itu ke dalam mulutnya perlahan-lahan sampai ke pangkalnya. Ia berhenti sejenak dan melirik ke atas untuk melihat reaksi kakeknya yang membeliak-beliak menahan nikmat. Setelahnya mulailah Seli menggerakan mulutnya dengan mengeluarkan dan memasukan penis kakeknya di dalam mulutnya dan sekali-kali ia menghisap ujungnya. Kepalanya maju-mundur semakin lama semakin cepat. Seli memang mahir dalam oral seks.
"Aahh... aahh.. sshh.. teruss!!", Anas memintanya supaya mempercepat kulumannya.
Cukup lama Seli menyepong penis kakeknya. Anas masih berusaha untuk bertahan tapi tidak lama kemudian kakinya mulai gemetar.
“Oohh... udah isep-isepnya Sel... kakek bisa keburu keluar!” katanya parau.

“Kita pindah ke sofa aja ya!” kata Widya setelah melepas pagutannya.
Saldi mengangguk membiarkan tantenya itu menggandeng tangannya ke arah sofa panjang di sebelah sofabed dimana papanya sedang asyik berthreesome dengan tante dan pamannya yang adalah suami dari wanita yang akan menjadi partner seksnya ini. Birahi yang menggelegak membuat Widya jadi agresif. Didorongnya dada Saldi sampai jatuh terlentang di atas sofa. Ia lalu melucuti pakaiannya sendiri hingga tak tersisa apapun lagi di tubuh indahnya. Kemudian ia menerkam keponakannya itu bak harimau betina yang sedang menerkam mangsanya. Saldi pun memeluknya dari bawah, sementara wanita Chinese itu mulai ganas menciumi bibirnya sambil tangannya menggenggam penisnya yang sudah sejak tadi keluar. Saldi yang juga nafsunya makin naik terutama setelah menyaksikan sekelilingnya sudah terlibat orgy yang liar balas menyerang, dibalikkannya tubuh Widya sehingga kini ia di atas. Dengan ganas ia menciumi leher tantenya itu... menciumi puting payudaranya dan mulai menghisapnya. Saldi merasakan sensasi manis gurih dari air susu yang keluar dari payudara tantenya itu sehingga ia makin bersemangat mengenyoti payudara tersebut. Beberapa saat lamanya pemuda itu menyusu dari payudara Widya secara bergantian sambil meremas-remasnya meninggalkan jejak basah air liur dan sisa ASI, sebelum ciumannya menurun ke perut wanita itu, disusul dengan terkaman mulutnya di vagina sang tante. Widya pun mengerang dan menggeliat-geliat ketika Saldi mulai melumat vaginanya
"Aaaah... Saldi... .aaaah... udah... pake kontol aja... gak kuat tante... "
Saldi pun melepas seluruh pakaiannya lalu mengarahkan penisnya yang sudah ereksi maksimal, dicolek-colekkan ke mulut vagina tantenya... lalu ia benamkan sambil menyeringai. Tanpa kesulitan Saldi membenamkan penisnya ke liang senggama tantenya. Vagina Widya yang sudah sangat becek membantu penis itu melesak dengan mudahnya. Tanpa buang waktu lagi, Saldi pun mulai menggenjot, disambut oleh desahan nikmat Widya
"Ayo Di... enjot yang keras... tetek tante sedot-sedot juga dong!!"
Darah Tedi berdesir, jantungnya memukul kencang menyaksikan istrinya digarap oleh keponakannya di dekatnya. Ia melampiaskannya dengan menempelkan kepala penisnya ke vagina adiknya sendiri yang kini sudah menungging.
“Aaahhh!!” jerit Reni ketika Tedi menyentak kasar pinggulnya sehingga penisnya menancap seluruhnya ke vaginanya yang sudah basah.
Mata Tedi terpaku pada istrinya yang sedang ditindih dan disetubuhi keponakannya, pemandangan yang membuatnya semakin panas dan segera menggenjoti adiknya dengan cepat. Setelah genjotan Tedi mulai stabil, Fadli kembali menjejali mulut adik iparnya itu dengan penis. Fadli merem melek oleh permainan mulut Reni yang luar biasa, pipi wanita itu terlihat kempot saat ia menghisap-hisap penis kakak iparnya. Fadli yang merasakan bibir Reni menempel kuat di batang penisnya tentu keenakan, apalagi adik iparnya itu menambahi dengan memainkan lidahnya dibatang dan kepala penisnya. Fadli pun mulai menggerakkan pinggulnya seperti menyetubuhi mulut Reni, sesekali kepala penis pria itu menyentuh anak tekak atau dinding tenggorokan Reni, akibatnya ia tersedak akibat sodokan penisnya. Nafsu yang di ubun-ubun membuat Tedi tidak peduli dengan adiknya yang kelabakan, dalam pikirannya hanya satu yaitu tuntas mencapai puncak kenikmatannya serta pelampiasan rasa cemburu sang istri digarap di hadapannya. Reni merasakan penis kakak iparnya mulai berdenyut menambahi aksinya dengan mulai mengelus-ngelus kantung zakarnya, akibatnya tak lama berselang Fadli mendengus keras,
“Uugghhh… Ren… ngecrot nih… minum pejuhkuuuu… ooohh!” lenguh Fadli merengkuh puncak birahinya, penisnya menyemburkan sperma di dalam mulut adik iparnya.

“Aaaahhh!!” Tyas mendesah panjang, jilatan dan hisapan adik iparnya, Willy, telah mengantarkannya ke puncak kenikmatan.
Vagina Tyas mengucurkan banyak sekali lendir yang langsung diseruput oleh Willy. Tubuh Tyas terus mengejang sambil tangannya terus mengocok penis Pak Nidaul.
“Kita pindah sana yuk!” kata Willy dengan mulut belepotan setelah menyeruput habis cairan orgasme Tyas.
“Matrasnya udah siap, bapak pindahin dulu!” Pak Nidaul mengambil tiga matras dari ruang fitnes dan membentangkannya di bawah sofa.
Wanita itu mengangguk sambil melucuti pakaiannya sendiri hingga bugil, lalu ia juga menelanjangi Willy. Ketiganya kini mengambil posisi di samping bawah Saldi dan Widya yang sedang asyik bersetubuh di sofa. Pak Nidaul sangat terangsang melihat pantat montok Tyas yang menungging. Dengan penis hitamnya yang teracung, pria itu berlutut mendekatinya. Dari belakang tampak jelas liang senggama Tyas sudah menganga dan basah. Pria itu tak pernah bosan menikmati tubuh wanita ini sejak hampir dua puluh tahun lalu ketika ia masih mahasiswi. Tak perlu menunggu lama, segera terdengar lenguhan Tyas yang ditusuk tongkat wasiat Pak Nidaul yang hitam, keras dan bersunat itu, wajah wanita itu mengekspresikan kenikmatan luar biasa. Pria itu menarik batangnya sehingga lipatan-lipatan daging di vagina Tyas ikut keluar, saat didorongnya penis masuk, lipatan itu juga ikut masuk. Crep… crep… crep… pelan tapi pasti makin dalam tusukan Pak Nidaul.
“Pak, uenak banget…lebih kenceng dong!” tanpa malu-malu Tyas menunjukkan sifat gila seksnya.
Tusukanku Pak Nidaul ganas dan mantap, demikian pula gerakan Tyas semakin liar, pantatnya disodok-sodokkan mengimbangi gerakan pria itu dengan berlawanan arah. Saat itu Willy meraih kepala kakak iparnya itu dan menjejali mulutnya dengan penis sehingga erangan Tyas tertahan. Sambil menyetubuhi mulut kakak iparnya dengan gerakan perlahan, Willy meraih payudara kiri Widya yang terbaring menikmati sodokan-sodokan Saldi. Ia lalu menundukkan badan dan mengenyot payudara itu
“Ahhhhh…. aaahhh... yessshh!!” Widya heboh tak lama kemudian.
Dirangsang dari segala arah begitu benar-benar membuat Widya squirt. Saldi tidak menghentikan genjotannya terhadap tantenya itu, frekuensinya sangat stabil. Bunyi kelamin mereka bertumbukan terdengar semakin berdecak nyaring karena cairan yang keluar dari vagina wanita itu. Hampir sepuluh menit ke depan Saldi menyetubuhi tantenya itu hingga akhirnya wanita itu mencapai orgasme lagi.
“Aadduuhh... lagi... oohhh!!” Widya kembali mengerang lirih dengan tubuh menggelinjang.
Saldi masih terus menggenjot hingga akhirnya ia juga meleguh dan berejakulasi. Ia menancapkan dalam-dalam penisnya dan mendiamkan beberapa detik setelah semprotan terakhir di dalam vagina istri dari pamannya ini. Pada saat yang hampir berbarengan, Willy menekan dalam-dalam penisnya di mulut Tyas, penisnya mengejut-ngejut menyemburkan spermanya.Creettt… ccreeettt…Tyas merasakan cairan kental hangat itu menyembur di tenggorokannya, membuatnya tambah gelagapan. Tyas sempat tersedak, namun ia tidak dapat melakukan apa-apa selain menelan semua cairan yang keluar dari penis adik iparnya itu hingga akhirnya Willy melepaskan penisnya setelah orgasmenya mereda memberikan wanita itu kesempatan untuk menghirup udara segar walau genjotan Pak Nidaul dari belakang masih belum selesai. Pria itu masih saja menyetubuhi Tyas sambil tangannya menggerayangi sepasang payudaranya yang menggelantung. Plok… plok… plok... bunyi kelamin mereka beradu meramaikan aksi mereka. Tubuh Tyas tergoncang-goncang bersimbah keringat di ambang orgasme, wajahnya sudah sangat bersemu merah. Tyas mampu bertahan begitu lama membuat Saldi, Widya, dan Willy yang baru orgasme terpukau menyaksikannya.
“Aarrgghh!” dengus Pak Nidaul seperti banteng beberapa saat kemudian.
Di puncak ejakulasinya, pria itu mengencangkan remasannya pada dua buah payudara Tyas. Wanita itu pun menjerit menyusul Pak Nidaul ke puncak kenikmatan. Tubuh keduanya mengejang hebat sebelum akhirnya terkapar lemas.

"Sodokan kontollu dalam banget Vin... " kata Santi lirih, ia terus menggerakkan tubuhnya yang dipangku sang adik naik-turun sesekali memutar.
Walau pelan, Kevin merasa jika gerakan kakaknya itu benar-benar meremas dan memijat batang penisnya kuat-kuat. Terlebih karena ketatnya jepitan otot vagina Santi, semakin membuat dirinya benar-benar serasa terbang ke surga kenikmatan. Ia tidak pernah menyangka kakaknya ini begitu mahir bercinta. Pemuda itu juga menyapukan pandangan ke sekelilingnya, dimana semua anggota keluarganya sedang terlibat pesta seks sedarah
“Enak kak?” tanya Kevin dengan ekspresi keenakan.
Tak menjawab, Santi hanya mengangguk sambil tersenyum. Kevin yang terangsang berat tak mau pasif, sesekali ia membalas goyangan pinggul kakaknya dengan sodokan-sodokan kecil ke atas membuat tubuh sang kakak tersentak-sentak pelan.
"Sedap banget kak... " desah Kevin lalu mengenyoti payudara kiri kakaknya.
"Eehhmmm... " rintih Santi menggeliatkan tubuh.
Perlahan tapi pasti, persetubuhan kakak beradik itu semakin liar. Sambil menikmati genjotan-genjotan kakaknya, Kevin menyaksikan di seberang sana, kakak sepupunya, Seli terduduk di bibir meja dengan kakeknya, Anas, di antara kedua belah pahanya sedang menyetubuhinya. Begitu kontras tubuh gadis itu yang masih muda dan mulus dengan kakeknya yang sudah berkeriput itu. Nampak punggung gadis itu sudah bersimbah keringat, ia juga memeluk erat tubuh sang kakek dan bercumbu panas dengannya. Lidah Anas mengais-ngais di rongga mulut Seli yang dibalas cucu cantiknya itu tak kalah liar sehingga lidah mereka bagaikan sepasang ular kawin. Anas memaju mundurkan pinggulnya dengan kecepatan sedang, batang penisnya menggeseki dinding vagina Seli yang bergerinjal-gerinjal dan seret itu. Kadang pria tua itu memutar pinggulnya guna memberikan sensasi mengaduk terhadap vagina sang cucu.
“Ouuuhh... saya mau keluar kek... " jerit Seli di tengah lenguhannya "remas toket saya kencang-kencang... remas kek!!"
Anas menyeringai melihat reaksi cucu cantiknya ini, ia menuruti apa yang dimintanya, diremasnya payudara montok itu dengan gemas, putingnya ia plintir dan tarik-tarik sambil terus menggenjotnya. Meja kayu itu bergoncang-goncang hebat seiring genjotan Anas ke vagina cucunya.
"Oooohhh... ohhh.... terus Kek... AAAAHHH!!" Seli mencapai klimaka dan menjerit dalam nikmat, kedua belah kakinya memeluk erat pinggang sang kakek, tubuhnya menggelinjang hebat disertai dengan suara desahan nafas kepuasan yang tak kunjung berhenti. Anas mendekap tubuh Seli erat-erat, ia juga merasakan vagina cucunya itu lebih sempit sehingga batang penisnya serasa dipijat dengan hebat. Santi semakin merintih-rintih dan memeluk badan adiknya, payudara gadis itu sudah penuh cupangan merah dan air liur karena sejak tadi menjadi bulan-bulanan adiknya. Ia menjerit dan menggelinjang meluapkan sensasi nikmat itu sesukanya. Gairah Kevin pun kian ganas bergelora. Wajah Santi terlihat semakin merah dan sayu, kepalanya menggeleng-geleng dan tangannya makin erat memeluk Kevin. Kevin pun merasakan penisnya sebentar lagi akan menyemburkan isinya. Diremasnya kedua belah pantat kakaknya sambil menghisap payudaranya yang bergoncang-goncang.
“Gua keluar kak... oohhh!!" erang Kevin menekan tubuh kakaknya ke bawah sehingga penisnya mentok.
Santi menyusulnya tak sampai lima menit, tubuhnya mengejang dan mempererat pelukannya. Cairan kewanitaanya keluar banyak sekali sampai selangkangan mereka basah. Sejenak keduanya terdiam saling tatap dengan nafas naik turun.
"Kontolmu enak banget Vin!" kata Santi
"Memek kakak juga... pijatannya legit... " balas Kevin dengan nada lelah.

Anas break sejenak di sofa tunggal menyaksikan anggota keluarganya masih larut dalam incest orgy. Ia menyulut rokok dan menghirupnya, seringai mesum tergurat di wajah keriputnya. Fantasi gilanya ketika muda terwujud sudah, berpesta seks seluruh anggota keluarga.
“Pa, minum dulu Pa!” Reni muncul dari samping membawakan minuman herbal untuk vitalitas yang masih hangat, nampak wanita itu baru mencuci muka karena rambut dan wajahnya masih agak basah oleh air.
“Oh makasih sayang!” kata Anas menerima gelas itu, “kamu gak main lagi?” tangannya meraba pantat putrinya.
“Saya juga break sebentar” jawab Reni lalu menjatuhkan diri duduk menyamping di pangkuan ayahnya.
“Jadi abis ini kamu mau main sama papa nih maksudnya?” tanya Anas sambil memeluk tubuh telanjang putrinya.
“Masa papa ga kangen saya? Dari kemaren papa belum apa-apain saya loh!” Reni tersenyum nakal.
“Hehehe... kalau gitu papa minum dulu yah!” pria tua itu meneguk minuman herbalnya pelan-pelan, “aaahh... segar!”
Reni mengambil gelas itu dari tangan papanya dan meletakkannya di atas meja ruang tamu.
“Kita main slow aja dulu sambil nunggu tenaga kekumpul!” kata Reni lalu memeluk leher sang ayah dan mencium bibirnya.
Anas menyambut permainan lidah putrinya itu sambil tangannya menggerayangi sekujur tubuh telanjangnya. Reni merapatkan tubuh ke ayahnya sehingga payudaranya terasa sangat lembut menempel di dada pria tua itu. Anas mulai merasakan tangan putrinya meraih batang penisnya lalu mulai mengocoknya secara lembut dan sangat menggairahkan. Sementara di atas, bibir mereka tetap bertautan satu sama lain, lidah mereka seperti terkunci di dalam permainan gairah yang sangat panas.
“Ahh... Ren!” rintih Anas merasakan penisnya kembali keras dan berdiri tegak, ia juga bisa merasakan kadang buah zakarnya dicengkram oleh jemari lembut putrinya.
“Biar saya bangunin punya papa yah!” Reni tersenyum nakal dan turun dari pangkuan ayahnya.
Ia mengambil posisi berlutut di antara kedua paha ayahnya. Jemari lembutnya mengocok pelan penis itu, ia juga mendekatkan wajahnya hingga bibirnya menyentuh kepala penisnya. Perlahan Reni masukkan seluruh penis ayahnya ke dalam mulut dan kepalanya mulai maju mundur
"Hmmmm... anget... .sepongan kamu tambah mantap aja Ren!” puji Anas
'Glook..glok..glook' suara penis Anas dioral oleh putri bungsunya, air liur wanita itu sudah membasahi seluruh penisnya.
“Santi!” panggil Anas pada cucunya yang sedang mengambil air dari dispenser di mini bar selepas bersetubuh dengan adiknya barusan, “sini dong! Layani kakek bareng mama kamu!”
“Iya kek... sebentar ya!” sahut Santi lalu meneguk habis air dari gelasnya.
Gadis itu kemudian berjalan mendekati sang kakek yang sedang dioral oleh mamanya. Ia duduk di sandaran lengan sebelah kanan dari sofa itu lalu menundukkan kepala mencium bibir sang kakek. Dipagutnya bibir cucunya itu sambil tangannya memeluk dan menggerayangi tubuh mulusnya. Sungguh Anas bak raja dilayani oleh anak cucunya yang cantik-cantik,

Kevin berbaring di atas meja makan besar itu ditindih oleh kakak sepupunya, Seli, yang begitu agresif beradu lidah dengannya sambil tangannya mengocok pelan penisnya.
“Kita mulai sekarang yah!” kata Seli melepas pagutannya sehingga air liur mereka saling menjuntai.
Kevin mengangguk, “tapi... ini meja gak ambruk emangnya?” sambil membelai rambut Seli.
“Ga ini kayu padat... .udah sering dipakai ML juga hihihi!”
Seli naik ke selangkangan Kevin dan meraih penisnya yang ia arahkan ke vaginanya. Digesek-gesekannya kepala penis itu di belahan bibir vaginanya. Gadis itu tersenyum melihat reaksi nikmat pada wajah adik sepupunya itu. Perlahan-lahan ia menurunkan hingga akhirnya penis itu masuk semua memenuhi rongga vaginanya.
“Aaaahh” desah Seli merasah vaginanya penuh sekali rasanya, wajahnya menengadah dengan mata terpejam meresapi betapa kenikmatan yang diberikan adik sepupunya itu.
Sebentar kemudian ia mulai menggerakan pinggulnya dengan irama yang cukup cepat.
“Aaahhh... enaaaak kak!!” erang Kevin sambil tangannya meremasi sepasang payudara gadis itu.
“Nngghh... uuhhh kamu suka Vin?”
“Shhuuukaa lahh!!”
Genjotan Seli semakin cepat, suasana orgi mempengaruhi hormon gadis itu sehingga semakin bernafsu dan liar. Kevin yang baru kemarin kehilangan keperjakaannya tentu gelagapan dibuatnya, ada rasa ngilu pada buah zakarnya yang tertekan pinggul kakak sepupunya itu, namun ia juga merasakan kenikmatan yang lain diperlakukan seperti ini, hingga pinggulnya ikut menyentak-nyentak ke atas mengikuti irama genjotan Seli. Sambil memicu tubuhnya di selangkangan adik sepupunya, Seli menengok ke samping menyaksikan di atas sofabed, mamanya, Tyas, tengah berbaring dikerubuti tiga pria yang memanjakannya bak ratu. Pak Nidaul di sebelah kiri berpagutan beradu lidah sambil tangannya meremasi payudara kiri, di kanan, adiknya, Tedi sedang mengenyoti payudaranya, sementara di antara kedua belah kakinya, adik iparnya, Willy sedang menyodok-nyodok vaginanya dengan tempo sedang. Tyas memegangi kepala adiknya dan menekannya lebih dalam sehingga seluruh payudaranya masuk di mulutnya. Pak Nidaul melepaskan pagutan sehingga air liur mereka menjuntai, penisnya sudah ereksi lagi. Pria itu menggeser posisinya hingga berlutut di sebelah kepala Tyas. Tanpa diminta Tyas meraih batang penis pembantunya itu dan membuka mulutnya... mmm... .emffff... penis itu tenggelam di mulutnya. Ia mendiamkan penis itu di mulutnya, namun lidahnya bergerak liar menyapu-nyapu kepala penis bersunat pria itu. Hujaman-hujaman penis Willy makin membuat Tyas terpejam-pejam dalam nikmat dan semakin lupa daratan. Dihisapnya penis Pak Nidaul semakin keras, lidahnya bergerak liar menggelitik kepala penis Pak Nidaul sampai membuat pria itu melenguh-lenguh keenakan. Tedi masih asyik melumat payudaranya dan meremas payudara yang lain meninggalkan bekas ludah dan cupangan. Sungguh, Tyas merasa bagaikan walet yang sedang melayang-layang di atas lautan birahi, terkadang menukik, terkadang melesat ke angkasa... .sementara ombak di bawahnya tiada hentinya menghempas-hempas ke pantai kenikmatan... .tiada hentinya menaburkan percikan keringat ke sekitarnya.

Di sofa sebelah relatif lebih tenang, Widya sedang naik turun di atas selangkangan Fadli dengan tempo sedang dan kedua payudaranya diremas-remas kakak iparnya itu sambil ia sendiri mengulum penis keponakannya, Fadli yang berdiri di hadapannya. Mulut mereka hanya terdengar erangan-erangan pelan dan tertahan tidak seheboh pasangan lain.
“Tante... oohhh... enak... mau croott nih!!” lenguh Saldi merasakan penisnya mau meledak di mulut Widya.
Widya pun memaju-mundurkan kepalanya lebih cepat hingga akhirnya.
”Eeeerrghhh... mantapphhh!” erang Saldi dengan tubuh mengejang
Pemuda itu menyemburkan spermanya di dalam mulut Widya dalam jumlah cukup banyak hingga luber dan belepotan mulut tantenya itu. Widya melahap semua cairan kental itu hingga penis sang keponakan mengecil di dalam mulutnya... sementara aku hampir muntah karena spermanya yang begitu banyak memenuhi ruang kerongkonganku. Saldi akhirnya terengah-engah dan ambruk bersandar pada sofa. Kini Widya tinggal melayani Fadli seorang dan mereka berganti posisi. Fadli membaringkan wanita itu dalam posisi miring dan menaikkan betis kirinya ke pundaknya lalu kembali menggenjotnya. Fadli mendengus-dengus pertanda birahinya sudah semakin meningkat sementara tangannya meremas-remas payudara dan gerakan batang penisnya di dalam vagina adik iparnya semakin mantap. Widya dapat merasakan bagaimana batang penis yang keras tersebut menggesek-gesek dinding vaginanya. Wanita itu pun tidak bisa tidak mengerang dan tubuhnya bergerak liar menyambut ayunan pinggul Fadli.
"Gua mau keluar nih... " desah Widya yang tiba-tiba merasakan dirinya di ambang orgasme, "di dalam ajah... semprot yang banyak di memek gua... aaahh"
Mendengar kalimat Widya yang vulgar, Fadli semakin mempercepat sodokan penisnya hingga membuat tubuh Widya tersentak-sentak. Tak mampu lagi menahan nikmatnya pijatan vagina Widya, Fadli merasakan luapan gelombang orgasmenya, dan beberapa detik kemudian suami Tyas itupun menyemprotkan spermanya berbarengan dengan Widya yang juga menggelinjang mencapai puncak kenikmatannya. Segera desah orgasme keduanya turut meramaikan aroma mesum di ruang tengah rumah itu. Sementara di atas meja, Seli terus memicu tubuhnya di selangkangan Kevin, gerakannya semakin lama menjadi semakin cepat, hingga suatu ketika ia merasakan ada sesuatu yang berkedut-kedut dari penis adik sepupunya. Kevin sudah di ambang orgasme, ia menggeram sambil terus meremasi payudara Seli. Akhirnya ia menyentakkan pinggulnya ke atas dan crott... croott... tubuhnya mengejang sesaat menyemprotkan spermanya di vagina Seli., disusul kemudian gadis itu yang juga mencapai puncaknya.
“Aaaaaakkkkkhhhhh... ” tubuh sintal Seli pun ambruk dalam dekapan adik sepupunya.
Mereka saling pandang dan tersenyum puas karena meraih kepuasan secara bersama-sama.
“Thanks ya Vin... kamu pemula tapi bisa muasin” puji Seli.
“Sama-sama Sel... gua bukan puas lagi, tepar dipake semua wanita disini!” balas Kevin.

Di sofa tunggal, Reni berlutut di antara kedua belah kaki ayahnya sambil mengulum penisnya, kepalanya nampak naik turun mengoral benda tersebut. Santi masih duduk di sandaran sofa, tangannya memeluk dan meremas kepala kakeknya yang rambutnya sudah tipis itu. Kedua puting susunya begitu kencang dan gatal, tidak ingin sang kakek melepaskan emutan pada payudaranya.
“Ssruuppp... tetek kamu emang mantap San... ohhh kakek doyan tetek sedang tapi kencang punya gadis muda kaya kamu... emmnmmm... emhh..” kata Anas di tengah kenyotannya
“Iyah... uhhh... terus aja kek, jangan berenti!!” desah Santi menempelkan kembali wajah kakeknya ke payudaranya.
Sambil terus menetek, tangan keriput Anas pun tidak tinggal diam merambahi kemulusan tubuh cucunya. Santi menggeliat saat tangan kakeknya itu hinggap di selangkangannya dan mulai mengelus-elus vagina gundulnya. Ia merenggangkan kakinya sehingga kakeknya itu lebih leluasa menggerayangi wilayah sensitif itu. Jari-jari Anas mengelu-elus bibir vagina Santi, jari tengahnya masuk mengobok-obok bagian dalamnya yang sudah begitu becek.
“Pindah ke samping yuk Pa!” Reni melepas kulumannya tak lama kemudian dan mengajak pindah ke sofa panjang di sebelah setelah Widya ke toilet pasca orgasmenya, “papa tiduran aja!”
Anas pun berbaring telentang di sana. Santi naik ke wajahnya sehingga vaginanya tepat di atas wajahnya. Dengan begini, Anas dapat melihat vagina gundul cucunya yang merah merekah dan becek. Tanpa harus disuruh, pria tua itu pun menjilati wilayah sensitif itu dengan penuh nafsu. Ia julurkan lidahnya menjilati bagian dalam vagina sang cucu,
“Aaawwhhh!!” lenguh Santi menggelinjang saat lidah kakeknya itu menyentuh klitorisnya.
Lidah kasap Anas di bawah sana sudah mulai mengais-ngais vaginanya dan menjilati klitoris itu membuat sang gadis menggelinjang dan pantatnya bergerak tak beraturan. Sementara di sebelah sana, Reni menaiki selangkangan ayahnya lalu menggesekkan belahan vaginanya ke kepala penis sang ayah. Wanita itu lalu menurunkan tubuhnya diiringi desahan. Bleesssss... .penis Anas menyeruak masuk liang vagina putri bungsunya perlahan hingga terbenam seluruhnya. Reni mengatur otot-otot vaginanya sehingga terasa dinding-dinding liang vaginanya menjepit erat batang penis sang ayah. Tanpa menunggu lama, Reni mulai menggerakkan pinggulnya naik turun. Goyangan pinggulnya yang liar membuat ayahnya itu merem-melek keenakan sehingga semakin berlahap vagina cucunya.
“Aaaghhh... hisapp kek... yaaah... oohhh... terus hisapp... jilat... ” Santi mendesah nikmat sambil meremasi payudaranya sendiri saat lidah kakeknya menyeruak masuk ke vagina dan menari-nari seperti ular di dalam.
Threesome tiga generasi itu begitu panas dan menggairahkan sampai mata mereka yang sedang beristirahat memandang ke arah kakek, putri dan cucunya itu. Saldi yang sudah birahi lagi menghampiri Santi lalu menunduk dan melumat payudara kirinya sementara tangannya yang satu meremas payudara kanan. Fadli yang juga sudah mulai bertenaga lagi menghampiri Reni lalu naik ke sofa dan berdiri di hadapan adik iparnya itu menodongkan penisnya ke wajahnya. Reni langsung meraih penis itu dan membawanya ke mulutnya
“Aaaaahhhh... eenaaakkkkk Ren... aaahhhh” erang Fadli keenakan karena penisnya dijilati dan dikulum-kulum adik iparnya.
Reni mengemut dan sekaligus mempermainkan batang penis kakak iparnya dengan lidahnya. Kadang dihisapnya kuat-kuat hingga pipinya tampak kempot. Slurp... slurp... slurp... srupuuutttttt... suara sepongan Reni pada batang penis Fadli yang membuat pria itu merem-melek dan mengerang-ngerang.

“Semua perempuan di keluarga kita udah kamu icip-icip Vin?” tanya Seli masih menindih adik sepupunya itu sambil menonton adegan threesome kakeknya.
“Satu lagi” jawab Kevin
“Siapa?”
“Tante Widya... barusan ke belakang”
“Oh jadi mau ganti pasangan sekarang, oke... susul gih!” Seli menggeser tubuhnya ke samping sehingga tidak menindih Kevin lagi.
“Thanks yah kak Seli, puas banget tadi... mmhhh!” Kevin pamitan dengan mencium bibir kakak sepupunya itu lalu turun dari meja dan berjalan ke arah kamar mandi, Seli hanya tersenyum saja.
Pintu kamar mandi utama terbuka dan terdengar suara siraman air di dalam. Kevil melongokkan kepala ke dalam mendapati Widya sedang memegang gagang shower dan menyiramkannya ke tubuh. Agak lama ia arahkan gagang shower itu ke selangkangannya sambil mengorek vaginanya untuk membersihkan sisa persetubuhan.
“Hah!” Widya kaget begitu selesai dan membalik badan menemukan keponakannya itu di luar box shower sedang memandangnya, “Kevin... ngagetin aja kamu!”
“Eeehh... sori tante, sori... saya cuma mau... ”
“ML sama tante, ya kan?” timpal Widya
Kevin hanya nyengir tidak tahu bagaimana harus merangkai kata, apalagi dengan Widya yang terus menatapnya sambil tersenyum.
“Gak usah malu-malu gitu, sini!” Widya menarik pergelangan tangan keponakannya dan membawanya masuk ke box shower.
Widya menghimpit tubuh keponakannya itu antara tembok dengan tubuhnya. Kevin berdebar-debar merasakan tubuh mulus tantenya itu menempel di tubuhnya, ia dapat merasakan kulit mereka bergesekkan dan juga payudara montok tantenya itu terasa begitu empuk di dadanya. Tangan Widya meraih penis keponakannya yang sudah keras ini dan mengocoknya pelan.
“Gede... keras... kamu bakal muasin tante kan?” kata Widya lirih lalu menjilat daun telingan Kevin.
“Iya tante... pasti, yang lain juga puas kok main sama saya!” jawab Kevin
“Soalnya tante paling gak suka ML tapi ga sanggup muasin” kata wanita itu lagi.
“Iya ngerti tante... ngerti saya!”
Widya tersenyum lalu lalu menarik kepala Kevin dan mencium bibirnya. Mau tak mau Kevin membalasnya. Berbeda dengan ciuman Tyas atau mamanya yang cenderung agresif, ciuman tantenya yang satu ini begitu lembut, seperti ciuman dari seorang kekasih. Sementara di bagian bawah, kenikmatan itu juga mulai mengalir dari kocokan lembut Widya terhadap penisnya.
“Sekalian sambil mandi aja, biar seger!” kata Widya melepas ciuman lalu memutar kran sehingga air hangat pun mengucur membasahi tubuh keduanya.
Mereka kembali berpelukan dan berciuman di bawah siraman air.
“Kamu mau sabunin tante kan?” tanya wanita itu.
Kevin mengangguk dan langsung mengambil sabun cair kemudian disabuninya sekujur tubuh tantenya itu dengan senang hati. Widya mendesis-desis ketika tangan keponakannya itu menyabuni tubuhnya. Setelahnya gantian ia menyabuni keponakannya, penis itu ia sabuni dengan telaten lalu kembali berdiri dan memagut bibir pemuda itu. Kevin menyandarkan punggung tantenya ke tembok dan mengangkat kaki kiri wanita itu sementara tangan lainnya menempelkan kepala penisnya ke mulut vagina tantenya. Bleesss... Kevin menekannya sehingga benda itu melesak masuk ke liang senggama Widya diiringi desahan wanita itu.

Kembali ke ruang tengah, Tyas duduk di pinggir sofabed dengan dikelilingi Willy, Tedi, dan Pak Nidaul yang penisnya dioral dan dikocoki secara bergantian. Ketiga pria ini sebenarnya sudah kewalahan melayani nafsu Tyas yang berlebih, ketiganya sudah klimaks bersamanya tapi wanita ini masih terus meminta.
“Aaaagghhh... kak, saya keluar nih!!” erang Tedi yang penisnya sedang dikulum kakaknya itu.
Penis Tedi menyemburkan spermanya di dalam mulut Tyas, tidak terlalu banyak memang, yang segera dihisap oleh kakaknya itu. Willy yang makin terangsang melihat adegan itu tidak sanggup bertahan lebih lama, penisnya yang dikocok oleh tangan kiri Tyas juga menyeburkan sperma ke wajah kirinya. Tedi menarik lepas penisnya yang telah menyusut di mulut sang kakak, demikian pula Willy yang ambruk lemas di sofabed.
“Uuuhhh... Non... edannn sepongannya... aahhh... !!” Pak Nidaul melenguh tak karuan merasakan teknik oral Tyas.
Akhirnya sekitar lima menitan setelah Tedi dan Willy tumbang, Pak Nidaul pun bobol pertahanannya. Spermanya muncrat berhamburan ketika Tyas sedang mengocoknya sehingga cairan putih kental itu membasahi wajah wanita itu. Tyas memasukkan penis itu ke mulutnya dan menghisap-hisapnya membuat pria itu mengejang dan meremasi rambutnya menahan kenikmatan. Ia baru melepaskan penis itu setelah menyusut dan tidak mengeluarkan sperma lagi. Tyas berhasil menaklukkan tiga pria dewasa yang menggarapnya, namun ia sendiri masih menginginkannya. Setelah menyeka wajahnya dengan jadi dan menelan cipratan cairan kental itu hingga habis ia berjalan ke arah putranya, Saldi yang tengah berdiri di sofa panjang menikmati penisnya dioral oleh Santi.
“Di! Sini dong!” panggil Tyas menarik pergelangan tangan putranya.
“Mama, apaan sih lagi enak-enak nih!” protes Saldi.
“Mama nanggung nih, kamu puasin mama dong sayang!”
“Ah... si mama, ya udah mama pengennya saya gimana?”
“Sana berbaring!” Tyas mendorong putranya hingga terjembab di sofabed.
Tyas langsung menindih putranya itu dan meraih penisnya yang ia arahkan ke vaginanya.
“Mmmmmhhhh... ” Tyas melenguh dengan mata terpejam, menikmati sensasi birahi yang menjalari tubuhnya saat penis anaknya melesak masuk ke vaginanya.
Begitu juga Saldi, ia melenguh sambil meremasi kedua payudara ibunya merasakan kedutan vagina ibunya memijati penisnya, sensasinya benar-benar luar biasa. Tyas mulai gencar menaik-turunkan tubuhnya, akibatnya penis Saldi semakin gencar menyodok-nyodok vaginanya.
“Aaagghh... Di, enaaak... sekaliiii... ” Tyas menceracau dan gerakannya semakin liar
Tubuh wanita itu akhirnya bergetar diterpa gelombang orgasme, vaginanya berkontraksi meremasi penis Saldi yang sedang memainkan kedua payudaranya. Cairan orgasme Tyas mengucur deras membasahi selangkangan mereka, genjotannya semakin melemah. Namun Saldi yang sudah akan menyusulnya ke puncak segera mengambil alih kendali, ia berguling ke samping membaringkan tubuh mamanya dan berlutut di antara kedua belah pahanya. Saldi menyodok-nyodokkan penisnya dengan cepat mengejar orgasmenya yang sudah dekat dan akhirnya dalam sebuah sodokan terakhir, ia tak bisa lagi bertahan, spermanya pun muncrat di rahim ibu kandungnya sendiri
“Aaaahh …..!!!!” erang Saldi dengan seluruh tubuh bergetar hebat
Pemuda itu akhirnya terkulai menindih tubuh ibunya yang basah oleh keringat. Tyas sendiri sangat menikmati orgasme bersama anaknya kali ini, setelah nafasnya mulai normal, ia tersenyum pada putranya itu
“Anak mama memang luar biasa... mama selalu puas dientotin kamu... ” pujinya lalu mencium pipi putranya.

Sementara di sofa sebelah...
“Aahh... keluar... aaaaghhhh... .” Reni menjerit, tubuhnya mengejang saat vaginanya memuntahkan cairan orgasmenya membasahi batang penis Anas, papanya
Tubuh Reni melemas seiring orgasmenya yang semakin reda, ia pun memisahkan tubuhnya dari penis sang ayah yang masih tegang berkat obat penambah vitalitas, benda itu nampak mengkilap karena basah oleh cairan orgasme.
“Ayo San!!” Anas menepuk pantat cucunya, “kita ganti posisi!”
Kini Santi berposisi doggie di sofa dan Anas menusukkan penisnya yang masih keras itu ke vagina sang cucu.
“Hhhmmm… ssshhh… aaaaahhh… hhhmmmm.. ssshhh…,” gadis itu mendesah nikmat merasakan sodokan-sodokan penis kakeknya di vaginanya.
Kedua mata Santi terpejam dan kedua tangannya mencengkram bantal kursi. Vaginanya semakin basah sehingga penis sang kakek semakin leluasa keluar masuk. Nampak penis pria tua itu mengkilat karena cairan birahi.
“Permisi yah San!” Fadli duduk di sofa dan menarik kepala keponakannya itu ke selangkangannya.
Santi meraih batang penis pamannya itu dan mengoralnya, membuat pria itu mendesah nikmat sambil tangannya meraih payudara gadis itu dan memilin-milin putingnya. Beberapa menit lamanya, Santi dithreesome dalam posisi seperti ini oleh paman dan kakeknya hingga akhirnya tubuh gadis itu mengejang, mengetahui hal itu, Anas mempercepat genjotannya. Tak lama kemudian akhirnya Santi mengerang panjang menyambut orgasmenya. Ssssrrrrr… srrrrrr…. Anas merasakan sensasi hangat pada penisnya karena siraman cairan orgasme cucunya. Dinding vagina Santi berdenyut dengan cepat mengantar sang kakek segera menyusulnya. Anas melenguh dan mengejang, namun ia segera mencabut penisnya dari vagina Santi dan membalikkan tubuh gadis itu. Cret... crett... penis pria tua itu bercipratan di dada cucunya setelah dikocok sebentar, disusul Fadli yang penisnya sedang dihandjob gadis itu, juga mencapai klimaks dengan menyemburkan spermanya ke wajah sang keponakan. Kembali ke kamar mandi dimana Kevin dan Widya sedang menikmati bersetubuh di bawah shower. Pemuda itu menggerakkan pinggulnya merojok-rojok vagina tantenya.
“Uh... ohhh... uh... enak bangett Vin..”, desah Widya lalu mencumbu bibir keponakannya dan melakukan french kiss.
Kevin mengangkat kaki Widya yang satunya sehingga wanita itu tidak lagi menjejak ke lantai, lalu meningkatkan frekuensi genjotannya.
“Uh... aahhhh... Kevin, tante mau keluar aaaaaaaaahhhhhhhh... .”, desah wanita itu.
Kevin merespon dengan menghujamkan penisnya sedalam mungkin hingga akhirnya Widya menjerit, cukup keras untuk mungkin terdengar keluar kamar mandi. Tangannya memeluk erat-erat tubuh keponakannya dan kukunya mencakar punggungnya. Selang beberapa detik setelahnya, Kevin juga merasakan penisnya berdenyut-denyut..
“Tante... aahh... keluar yeessshhh!!”, Kevin berejakulasi ke dalam vagina tantenya, tidak terlalu banyak sperma yang tumpah di sana karena sudah banyak terkuras ronde-ronde sebelumnya, namun tidak mengurangi tingkat kepuasan keduanya.
“Malam ini temenin tante tidur yah? Mau?” tanya Widya mesra
“Hehehe... kalau nolak itu bodo namanya” jawab Kevin mencium bibir tantenya.
Pesta seks keluarga yang merupakan ritual keluarga Heryawan berakhir malam itu. Tubuh-tubuh telanjang bersimbah peluh dan sperma bergelimpangan di ruang tengah dalam kondisi lemas tapi puas. Semua puas, semua senang, dan merasa makin dekat secara fisik dan emosional.

----------------
Paginya, keluarga Tyas dan Reni sudah bersiap-siap akan kembali ke kota masing-masing. Jam delapanan, Tyas sekeluarga, kecuali Seli yang ngekost dan kuliah di Jakarta, sudah berangkat ke bandara mengejar pesawat. Tedi dan Widya mengantar mereka sekalian menjemput bayi mereka, Leonard, yang dititipkan pada orang tua Widya kemarin sore karena Widya sudah kangen dan tidak bisa lama-lama jauh dari bayinya itu. Keluarga Reni pulang dengan pesawat jam dua siang ke Cirebon.
“Udah semua kan? Gak ada yang ketinggalan?” tanya Willy kepada putranya, Kevin mengecek barang-barang bawaan mereka di bagasi mobil setelah selesai makan siang jam sebelas lebih.
“Beres... semua udah masuk Pa!” jawab Kevin.
Setelah mengunci mobil keduanya berjalan ke dalam. Di ruang tengah tempat ritual keluarga kemarin, keduanya mendapati Reni tengah bergaya 69 dengan ayahnya, Anas dan di sofabed sebelahnya Santi sedang merintih-rintih karena vaginanya disodoki oleh Pak Nidaul dari belakang dalam gaya doggie.
“Masih ada waktu kan Pa?” tanya Kevin
“Masih... ntar kita tidur di pesawat aja!” jawab Willy membuka celananya.
Willy berlutut di depan wajah Santi yang sedang di-doggie oleh Pak Nidaul dan menjejalkan penisnya ke mulut putrinya itu. Sementara Kevin menghampiri mama dan kakeknya. Mereka menghabiskan sisa waktu sebelum berangkat dengan orgy kecil. Akhirnya semua kembali ke rumah masing-masing dengan kenangan panas dan liar. Bagi Kevin yang baru pertama kali dan kehilangan keperjakaannya, ini adalah pengalaman yang luar biasa yang mengubah pandangannya tentang seks. Anas memandangi mobil yang ditumpangi keluarga putri bungsunya itu meninggalkannya sendirian di rumah megahnya. Sebuah senyuman tergurat di wajah keriputnya, ia tidak merasa kesepian di hari tuanya, keluarganya kompak bahkan dalam hal satu ini, ia merasa tubuhnya masih prima di usia yang sudah kepala tujuh ini setelah berhubungan badan dengan anak, cucu dan menantunya yang masih mulus dan cantik itu. Enam bulan lagi... ya enam bulan lagi ritual ini akan terulang lagi.



EPILOG
The days after ritual

“Iya.... iya, gua sekarang sih lagi sama notaris!” kata Tedi bicara di smartphonenya.
“Ya udah deh, jangan lupa ya ntar ke supermarket dulu, yang gua WA itu pesenannya!” kata Widya.
“Oke... oke, Leo gimana baik-baik aja?”
“Baik kok, lagi bobo”
“Oke, sampai nanti yah, love you!”
“Love you too, dadah!”
Suami istri itu pun menyudahi pembicaraan lewat smartphone. Tedi meletakkan gadgetnya di bufet samping ranjang dan kembali berbaring. Tidak lama kemudian, pintu kamar mandi di kamar hotel itu terbuka. Meisya, notaris cantik itu keluar tanpa sehelai benangpun pada tubuh indahnya.
“Jam berapa?” tanyanya
“Satu lebih... udahan yuk, kita check out sekarang!”
“Ntar lagi lah, gua masih ada waktu sampe jam dua, lagian... “ wanita itu naik ke ranjang dan merangkak di atas tubuh Tedi dengan suara dan gerakan menggoda, “gua masih pengen lagi nih”
“Wuih... udah main gila-gilaan sampe keluar dua kali masih pengen juga lu Mei?”
“Kan gua udah bilang... gua tuh ga gampang dipuasin hihihi!” katanya sambil menarik selimut Tedi dan meraih penisnya.
“Duh tobat... bobo-bobo siang maksudnya refreshing, malah bikin lemes gini sih!” Tedi pasrah saja ketika wanita itu mulai mengulum lagi penisnya, “pantesan masih jomblo nih cewek... mana ada yang tahan ngehadapin yang nafsunya segede gini"



Berdiri megah di hadapan Pak Nidaul sebuah rumah yang besar, tidak kalah mewah dengan rumah tempatnya bekerja.
"Maaf dek, apa benar ini rumah Bu Sandra?" tanya Pak Nidaul kepada pemuda berkulit gelap berusia dua puluhan yang keluar menyambutnya di gerbang, agaknya ia jongos di rumah ini.
"Iya benar, ada perlu apa ya?" tanya si pemuda.
"Kemarin dompet ibu jatuh di mini market, saya mau kembalikan" jawab pria itu.
"Oh tunggu sebentar ya Pak" kata pemuda itu lalu kembali masuk ke dalam.
Tak lama kemudian, keluarlah seorang wanita berusia tiga puluhan berparas cantik
"Saya dengar bapak nemuin dompet saya?" tanyanya.
"Iya Bu, kayanya jatuh waktu ibu bayar barang...ini dia! Isinya masih lengkap, cek aja dulu!" Pak Nidaul mengeluarkan dompet berwarna merah itu dari saku celana lalu menyerahkannya
beliau terlihat mengeceknya, senyum mengembang di wajah cantiknya melihat uang dan dokumen di dalamnya ternyata masih lengkap.
“Pak terima kasih yah! Ayo silakan masuk dulu, saya sediain minum dulu udah ngerepotin bapak kesini!” ia membuka gerbang mempersilakan pria itu masuk.
“Ngga perlu Bu, makasih... bisa nolong ibu saya udah senang!” tolak Pak Nidaul dengan halus.
“Ga apa Pak, saya yang gak enak kalau ga kasih bapak apa-apa, makan sama minum sedikit aja sebagai terima kasih saya”
Pria itu tak enak kalau menolak lagi apalagi memandangi makhluk cantik di depannya ini yang dibungkus pakaian rumah yang menonjolkan lekuk tubuhnya. Sifat Pak Nidaul yang jujur dan ringan tangan membantu orang memang seringkali membawa berkah baginya. Buktinya hanya dalam tempo dua puluh menitan setelah masuk ke rumah itu, kini ia telah berada di kamar bersama wanita bernama Sandra itu, telanjang. Mereka tidak hanya berdua, si pemuda berkulit gelap bernama Alfi itu juga turut serta, ternyata ia adalah ‘mainan seks’ sang nyonya rumah yang juga direstui oleh suaminya. Sandra mengulum penis Alfi yang panjang itu sementara tangan pemuda tersebut menggerayangi payudaranya. Pak Nidaul menjilati vaginanya dengan bernafsua sambil mencucuk-cucukkan jari ke liang senggama itu.
“Aaahh... masukin sekarang aja Pak!” pinta wanita itu lirih.
Dengan senang hati, pria itu mengarahkan penisnya menekan bibir vagina Sandra. Benda itu pun melesak masuk diiringi desahan nikmat wanita itu. Bersama Alfi, Pak Nidaul menggarap tubuh mulus Sandra.



Tyas baru saja mencapai deal bisnis dengan salah satu rekan sosialitanya yang setuju ikut menanam modal di salah unit bisnisnya. Kini mereka sedang melakukan perayaan kecil atas tercapainya kerjasama itu di ruang home theatre rumah Tyas. Ibu beranak dua yang masih cantik dan seksi itu meneguk pelan-pelan red wine dalam gelasnya menyaksikan adegan panas di sofa sebelahnya yang membentuk sudut 90 derajat.
“Aahhh...mmmhhh...” desah wanita yang usianya kurang lebih sama dengan Tyas itu, “anak lu...pinter muasin yah....aahh!!” tangannya meremasi rambut Saldi yang tengah berlutut di bawah sofa sambil menjilati vaginanya, tangan pemuda itu menjulur ke atas meremasi payudaranya yang masih tertutup pakaian yang telah tersingkap sana-sini.
“Enjoy it Lus, lu boleh panggil dia beberapa hari ke depan kalau masih pengen buat hadiah kerjasama kita, kamu bersedia kan Di, nemenin Tante Lusi?” tanya Tyas dengan senyum nakal
“Pasti dong Ma!” jawab Saldi menghentikan sejenak jilatannya terhadap vagina Lusi, “di luar jam kuliah saya siap dipanggil kapan aja sama tante! Mama sini dong, kita main tigaan!”
“Fokus sama tante Lusi dulu aja Di, kamu itu sekarang punya beliau!” kata Tyas.
Puas menjilat-jilat sampai wanita itu orgasme dan menyemburkan banyak cairan kewanitaan, Saldi melucuti pakaian Lusi hingga telanjang bulat lalu gantian wanita itu membukakan pakaiannya dan menyuruhnya berbaring di sofa. Lusi naik ke tubuh pemuda itu sambil memegangi penisnya yang sudah ereksi. Diarahkannya benda itu memasuki vaginanya dan mereka pun bersetubuh dalam gaya WOT. Kedua tangan Saldi meremas-remas payudara Lusi saat wanita itu naik turun memicu tubuhnya. Tyas tidak tahan hanya menonton saja, setelah meneguk satu gelas terakhir, ia pun membuka pakaiannya sendiri dan berjalan ke arah putranya yang sedang bersetubuh dengan temannya. Ia naik ke wajah putranya itu berhadapan dengan Lusi. Tanpa diperintah Saldi langsung menjilati vagina mamanya yang tepat di atas wajahnya itu. Tyas meraih kepala Lusi dan memagut bibirnya. Bertiga mereka mengayuh bahtera kenikmatan terlarang.



"Ini udah lengkap dengan perabotannya Pak... second tapi semua masih mulus!" papar Jenny (26 tahun), broker property cantik itu begitu membukakan pintu apartemen mewah yang dijualnya.
Anas masuk ke dalam dan mengamati setiap sudut apartemen itu dan mengecek furniturenya sambil mendengarkan penuturan Jenny yang berlogat Jawa Timuran itu.
“Tempat ini kan tadinya punya ekspat dari Amerika, jadi waktu dia pulang semua ini ditinggal!” kata Jenny.
“Oke... dikasih harga berapa nih untuk semua ini?” tanya Anas yang hobi investasi property itu.
Dalam hati ia girang karena Jenny menawarkan harga di bawah taksirannya. Ia memang tertarik dengan apartemen ini, daerah yang strategis di kota dengan pemandangan yang dapat melihat jalanan ibukota dari tingkat 18, interior dan mebel yang bagus, dan tentunya yang tak terlewatkan adalah brooker propertynya yang cantik.
"Bagus... harganya bagus" kata Anas mengangguk-angguk, “tapi ada bonusnya apa nih?”
“Bonus... eeerrr.... “ tiba-tiba gadis itu melotot kaget merasakan rabaan pada pantatnya yang ditutupi oleh rok span hitam.
Wajah Jenny memerah dengan senyum dipaksa, ini resiko pekerjaannya, sudah beberapa kali ia bertemu calon pembeli nakal dan pria tua ini adalah yang paling berani. Ingin menampar tapi ia masih pikir panjang, apartemen ini termasuk yang agak sulit laku karena harga cukup tinggi, tapi pria ini agaknya tertarik dan sangat potensial untuk membeli, dan bila tempat ini terjual komisinya pun lebih dari lumayan baginya.
“Eeerrr... bapak serius mau apartemen ini?” tanyanya
“Serius dong, masa udah setua saya masih main-main!” tandas Anas, “tapi ini bonusnya yah? Oke?” tangannya kembali meremas pantat Jenny, “seudahnya saya langsung tulis cek tanda jadinya... gimana?”
Jenny termenung sesaat, Anas yang sudah berpengalaman di bidang property tahu benar cara memenangkan brooker-brooker muda seperti gadis ini. Sebentar saja, pakaian sudah berserakan, keduanya sudah tidak berpakaian lagi di atas ranjang yang tidak dilapisi sprei itu. Pergumulan mereka berlangsung seru hingga tubuh mereka bermandikan keringat, dua kali Anas berhasil membuat gadis Chinese itu orgasme hingga akhirnya dia sendiri mencapai orgasme dahsyat. Spermanya bermuncratan membasahi wajah, rambut, dan leher brooker property cantik itu. Jenny lalu melakukan cleaning service dengan mengulum dan menjilati penis itu hingga menyusut di mulutnya.
“Makasih ya Pak!” kata gadis itu tersenyum menerima cek dengan nilai fantastis yang telah ditandatangani pria itu sebagai tanda jadi pembelian apartemen ini.
Setelahnya Anas ke toilet, sementara Jenny meraih smartphonenya, melihat ada dua kali misscall dari Eliza, temannya.



“Hai Pa!” sapa Santi menyambut papanya pulang dan meletakkan tas kerja di meja.
“Hai!” balas Willy, “yang lain mana?” tanyanya melihat tidak ada siapa-siapa di rumah.
“Kenzo udah bobo Pa, pasti kecapean tadi berenang.” jawab Santi, “mama sama si Kevin ke undangan”
“Kok kamu gak ikut?”
“Tadinya pengen tapi telat, saya juga baru sampe sejam lalu, macet di jalan... jadi ya udah mereka berdua aja lah!”
Willy membalas pesan-pesan yang masuk ke smartphonenya sambil mengambil makanan apa saja yang ada di atas meja. Tak lama kemudian Santi kembali ke ruang tengah.
“Pa.... mandi yuk, saya udah siapin bathtub buat papa!” kata Santi.
“Oohh makasih sayang!”
“Kita mandinya bareng yah Pa, saya juga belum mandi!” kata Santi tanpa malu-malu melepaskan pakaiannya di depan sang ayah.
Sebentar kemudian, ayah dan anak itu sudah berenda di bathtub sambil bermesraan. Mulut mereka yang berpagutan berpisah, ciuman Willy merambat turun ke payudara putrinya itu. Dilumatnya payudara gadis itu sambil tangannya menggerayangi. Di bawah air sana, tangan Santi meraih batang penis ayahnya lalu diarahkannya ke vaginanya.
“Aahhh!!” erangnya merasakan penis sang ayah melesak masuk ke vaginanya.
Ayah dan putrinya itu pun terlibat hubungan seks sedarah di bathtub.



“Uuuhh... ma, mantap!!” erang Kevin yang duduk di jok kemudi merasakan penisnya dikulum dan dihisapi oleh mamanya, Reni, bener-bener melayang ia dibuatnya.
Di parkir basement, sambil menunggu mobil mereka yang terhalang mobil lain, ibu dan anak itu bermesum ria di dalam mobil. Kepala Reni naik-turun karena asyik mengulum penis putranya. Tangan Kevin menyusup ke belakang gaun backless mamanya meraih payudaranya. Usapannya berputar-putar di daerah puting sembari ia remas-remas bongkahannya. Cubitan-cubitan kecil Kevin pada puting itu menyebabkannya mengeras.
“Mmmh... eeenngghhh” Reni berhenti sejenak ketika putranya mencubiti putingnya karena kegelian, namun ia melanjutkan permainan lidahnya di batang sang putra, kali ini makin liar dengan dibantu tangan kanannya.
Sebentar kemudian ia naik ke pangkuan putranya di kursi kemudi. Kevin secara refleks menarik tuas di bawah jok untuk memundurkan sandaran kursi agar memberi ruang lebih bagi mamanya yang naik ke pangkuannya. Sambil beradu lidah, tangan kanan wanita itu melingkar menggapai batang penis putranya, diarahkan ke vaginanya, ia tidak langsung memasukkannya, namun menggoyang-goyangkan pinggulnya sehingga bibir vaginanya menggeseki ujung penis putranya.
“Eeemhh....mmmm!” Kevin mendesah tertahan di antara cumbuan mereka akibat nikmat yang luar biasa.
Perlahan ujung penis Kevin makin tertekan bibir vagina mamanya.
“Hhhhsssh, enaknya!!” desah Reni sambil mendongak ke atas, “kamu sambil perhatiin sekitar yah,takutnya ada yang datang!”
Reni pun mulai menggerakkan tubuhnya naik turun, gerakannya samakin cepat membuat payudaranya yang telah terbuka ikut bergoncang. Gemas melihat gunung kembar itu naik turun di depan wajahnya, Kevin melumat gua langsung melumatnya
“Ooohh.. mantap, teruus hisapin sayang!!” desah Reni menggoyangkan pinggulnya semakin cepat.
Di tengah deretan mobil, keduanya bercinta hingga keluar sekali hingga akhirnya beberapa mobil keluar karena resepsi sudah mau usai.



“Iya... iya say!” Irene berbicara dengan suaminya melalui telepon wireless di rumah, “itu tukang pasang kitchen setnya masih sibuk kerja kok”
Di usia kehamilannya yang sudah lima bulan, perut Irene semakin membesar, namun selebihnya masih tetap normal, wajahnya dan beberapa bagian tubuh lain tidak bertambah tembem, justru kehamilan itu membuatnya semakin seksi terlebih dengan pakaiannya saat itu, kaos lengan pendek rumahan dan celana pendek katun yang membuat dua tukang yang memasang kitchen set tidak jauh dari situ sesekali mencuri pandang padanya. Sambil bicara mesra dengan suaminya di telepon, Irene bukannya tidak sadar dirinya diperhatikan kedua pria itu, namun ia membiarkannya saja, di satu sisi ia merasa seksi. Teringat lagi dua bulan sebelumnya ia pernah bercinta dengan seorang pria yang menolongnya mengganti ban, memori nakal itu menggelitiknya sehingga merasakan desiran-desiran halus yang merangsang birahinya, terlebih kemarin malam bercinta dengan sang suami rasanya kurang puas. Penis Pak Nidaul yang hitam berurat dan bersunat itu terbayang-bayang lagi di benaknya disertai fantasi liar dua tukang mebel itu mengerjai tubuhnya. Siang hari yang panas, membuatnya merasa gerah sehingga ingin mandi air dingin.
“Bang... nanti kalau ada yang datang suruh tunggu aja yah! Saya mau mandi dulu, gerah!” pesannya pada kedua tukang itu.
“Ahh... iya Non,beres!” sahut si tukang yang lebih tua dan berkumis.
Mendengar kata ‘mandi’ kontan membuat darah keduanya berdesir ke selangkangan. Membayangkan tubuh sintal wanita itu sedang telanjang di bawah siraman air membuat keduanya tidak fokus bekerja sehingga mereka sepakat diam-diam mengintip. Di kamar mandi, Irene sudah berada mengguyur tubuh telanjangnya dengan air dingin dari shower tanpa menutup tirai plastik, pintu sengaja dibiarkan terbuka sedikit seolah lupa menutupnya. Pancingan itu pun mengena sehingga sebentar kemudian kedua tukang itu menemaninya mandi di bawah shower. Irene berpagutan dengan si tukang berambut cepak sambil mengocoki lembut penisnya yang sudah tegak di genggamannya. Dari belakang si kumis memeluknya dan meremasi payudaranya, sesekali Irene juga menengok ke belakang berciuman dengannya. Tangan-tangan kasar mereka yang terbiasa bekerja keras menggerayangi sekujur tubuh mulusnya. Mereka terlibat threesome yang ganas sebelum para tukang itu meneruskan kerjanya lagi, ditambah bonus sebentar setelah selesai dan hendak pulang.



Seli membantu Widya menurunkan barang-barang belanjaan supermarket dari bagasi mobil sehingga tantenya itu dapat membawa bayinya yang telah tertidur itu ke kamar.
“Udah Sel, taro situ aja, biar nanti tante yang beresin!” kata Widya sekeluar dari kamar pada keponakannya.
Ia menyajikan juice dan snack, keduanya ngobrol di ruang tengah melepas lelah setelah berbelanja kebutuhan bulanan ditemani keponakannya itu. Dari obrolan biasa disertai senda-gurau vulgar, keduanya mulai berpelukan, berciuman bibir, lalu saling melucuti pakaian masing-masing hingga tak tersisa apapun lagi pada tubuh mulus mereka.
“Aahhh... Sel!” desah Widya merasakan payudaranya dikenyoti Seli yang juga menggerayangi vaginanya.
“Saya baru pernah nyoba ASI lagi tante... gini toh rasanya” kata Seli mengangkat wajahnya.
“Kamu ini yah!” Widya lalu menarik kepala keponakannya itu dan memagut bibirnya, keduanya terlibat adu lidah yang penuh gairah sambil saling menggerayangi.
Widya lalu berguling ke samping sehingga balik menindih tubuh keponakannya itu. Bibirnya mulai merambat turun ke leher, pundak, payudara, perut hingga akhirnya berhenti di selangkangan dan lidahnya mengais-ngais vagina Seli yang semakin becek itu.
“Ooohh... tante, iyah terus di situ tan... yesshh.... aahh... aahhh!!” desah Sali mengapit kepala Widya dengan paha indahnya.
Widya menjilat semakin dalam vagina keponakannya itu hingga lidahnya bertemu klitoris gadis itu. Tubuh Seli pun menggeliat-geliat serasa tersengat listrik saat lidah tantenya itu menyentil-nyentil klitorisnya. Leonard masih tertidur lelap di kamar tanpa terganggu oleh suara desahan mama dan kakak sepupunya yang tengah berhubungan sesama jenis di luar kamarnya.



Rapat hari itu berlangsung alot membahas kerjasama antara departemen yang dipimpin Fadli dengan perusahaan manufaktur asesoris jaringan listrik tegangan tinggi. Jam setengah delapan malam, di kala kantor perusahaan itu sudah lenggang, negosiasi masih berlangsung di ruang meeting yang merupakan sesi terakhir setelah break makan malam. Pihak perusahaan dipimpin oleh seorang wanita Chinese bernama Annie, selaku Corporate Secretary sehingga memegang peranan penting dalam pertemuan penting perusahaan. Ia didampingi oleh dua bawahan lain yaitu Vira Chang, wanita Chinese lain yang lebih muda darinya dan sama-sama cantik serta seorang staff pria bernama Riki, yang banyak menjelaskan masalah teknis mengenai produknya. Sementara Fadli didampingi oleh sekretarisnya, Melinda, yang juga merupakan wanita selingkuhannya di kantor dan Tholil, seorang pria berusia sebaya dengan Fadli, memiliki jabatan penting dan terkenal sebagai makelar proyek di departemennya. Setelah menegaskan tentang ketentuan-ketentuan yang disepakati, Annie dan Fadli menandatangani kontrak dan berjabat tangan, Vira dan Tholil mendokumentasikannya dengan smartphone.
“Jadi kan kita rayakan kerjasama kita seperti yang dijanjikan waktu makan tadi?” kata Fadli menjabat erat tangan Annie dengan suara pelan.
“Pasti Pak, itu bagian dari kesepakatan kita!” jawab Annie dengan senyumannya, “Riki siapkan minuman untuk perayaannya!” perintahnya pada bawahan prianya.
Riki menutup tirai blindfold pada jendela ruang rapat lalu membuka sebotol arak putih dan menuangkannya ke dalam enam gelas, semuanya lalu melakukan toast dan meneguknya.
“Mari kita rayakan kerjasama kita dengan suasana yang hangat!” kata Fadli sambil merangkul pinggang ramping Annie ke dekapannya.
Tanpa malu-malu Annie mencium pria gempal itu dan mereka mulai saling menggerayangi. Yang lain pun tidak ketinggalan, Melinda mendekati Riki dan naik ke pangkuan pemuda itu.
“Ayo mas! Malam ini milik kita, jangan malu-malu!” katanya sambil mulai membuka kancing kemeja Riki.
Tholil yang sudah mengambil tempat di sebelah Vira segera merangkul tubuh wanita itu dan menciumnya, tangannya menyingkap rok spannya dan merabai pahanya yang mulus.
“Eeemmhhh!!” desah Vira menggeliat ketika tangan pria itu menyentuh selangkangannya yang masih tertutup celana dalam.
Tak mau kalah, Vira pun meraih selangkangan Tholil dan meraba-rabanya. Fadli telah membaringkan Annie di meja rapat, seluruh kancing kemeja wanita itu telah terbuka dan cup bra nya tersingkap ke atas memperlihatkan gunung kembar yang indah dengan puting coklat. Kini Fadli melucuti celana panjang Annie beserta celana dalamnya. Annie yang sudah tak tahan meraih tubuh pria itu hingga wajahnya berada di dadanya yang langsung dilumat dengan gemas. Sebentar saja ruang rapat itu sudah dipenuhi desahan-desahan erotis dan tubuh-tubuh telanjang yang saling bergumul merayakan kerjasama perusahaan mereka.



“Excuse me miss! May I ask you something?” tanya Omar, si pria Nigeria yang pejabat olah raga di negerinya itu pada empat orang wanita yang sedang nongkrong sehabis berolah raga di sport centre itu.
Pria negro itu menanyakan jalan ke mess mereka yang tentunya hanya modus untuk berkenalan dengan para wanita cantik yang rata-rata berusia awal tiga puluhan itu. Ia menjadi percaya diri dan tertantang untuk menggaet wanita lokal lainnya setelah berhasil melakukan quickie dengan Tyas seminggu yang lalu. Baru bercakap-cakap sebentar Omar beserta lima teman sesama negronya sudah nampak akrab dengan wanita yang bernama Citra, Verna, Indah dan Ratna itu.
“Heh.... sungguh tidak ber... mo... ral wanita-wanita jaman sekarang, berpakaian seronok, berdekatan dengan pria yang bukan muhrim... sungguh dooosa... dooosa... ter... la... lu!!” umpat seorang pria berkupluk dan berkacamata hitam yang duduk tidak jauh dari mereka dalam hatinya, sambil di saat yang sama penisnya menegang sambil sesekali mencuri pandang ke bawah meja melihat paha indah para wanita itu. Selangkangannya terasa semakin sesak ketika salah satu dari wanita itu mengubah posisi duduknya sehingga celana dalam hitamnya terlihat sekilas. Pria itu memanggil pelayan untuk membayar tagihannya tidak lama setelah para wanita dan pria Afrika itu pergi bersama.
“Loh... bapak ini kan Bang... ?” tanya si pelayan merasa tamu ini adalah orang terkenal yang sedang menutupi jati diri di balik kacamata hitam dan kupluknya.
“Ahh... anda ini mungkin salah... ke... nal... cuma mirip kok!” pria itu berusaha mengelak namun tidak bisa menutupi suara beratnya yang khas itu, “nih, ambil aja kembaliannya!”
Ia buru-buru keluar membuntuti mereka dengan menjaga jarak. Para negro itu terlihat begitu akrab dengan keempat wanita itu, tidak malu-malu menggandeng tangan atau merangkul pinggang. Mereka masuk ke sebuah mess yang adalah tempat menginap para atlet dan official asing.
“Doosaa... benar-benar doossaa... darah muda sih darah muda... tapi maksiat ini namanya, dan maksiat itu se.. per.. ti... mira... san.. ti... ka!” kata pria itu dalam hati sambil berusaha mencari jalan masuk ke mess itu.
Pakaian-pakaian berserakan hanya dalam sepuluh menitan setelah para wanita dan pria negro itu memasuki kamar mess yang cukup luas itu. Tubuh-tubuh putih mulus Citra, Verna, Indah dan Ratna nampak begitu kontras dengan tubuh hitam berisi Omar dan teman-temannya. Citra baru mengulum penis Omar, lalu pria negro itu menyuruhnya nungging di ranjang dan menusukkan penis hitamnya ke vagina wanita cantik itu. Di ranjang lain Verna tengah ditindihi oleh negro yang kurus tinggi, pria itu menghujam-hujamkan penisnya ke vaginanya. Di atas kursi Indah tengah naik turun di pangkuan negro berambut gimbal yang asyik mengenyoti payudaranya. Sementara Ratna ber-woman on top di ranjang dengan negro yang berkumis. Suasana birahi yang kental memenuhi kamar itu, erangan-erangan erotis mereka terdengar oleh si pria yang membuntuti mereka itu dengan menempelkan telinga ke daun pintu.
“Benar-benar tidak ber... mo... ral... ini harus dikasih pelajaran, orang beriman harus saling mengingatkan masalah mo... ral.. !” katanya dalam hati sambil berusaha mencari lubang untuk mengintip ke dalam dan menggosok-gosok selangkangannya yang sudah sesak, “lewat mana ini bisa ngeliatnya yah... coba aja lewat sini, namanya juga JUDII....!”
Tiba-tiba seseorang menepuk punggungnya dari belakang sehingga membuatnya terkejut.
“Oooh... sorry... sorry... ai em onli... “ katanya dengan bergitar, ehh... bergetar pada seorang negro setinggi hampir dua meter yang memergokinya berusaha mengintip.
Muka galak si negro itu menatap tajam padanya namun tiba-tiba menyeringai.

Written by: Caligula1979
Inspired by: many references
Released in: Forum Semprot
Released year: 2018

.................

.................

.................

.................

.................

.................

.................

.................

.................

.................

.................

.................

.................
Wait.... wait... wait... jangan ditutup dulu windownya
Ada post-credit scene, kaya film-film Marvel superheroes.

...............

.................

.................

.................

Di kamar lain tidak jauh dari kamar Omar dan kawan-kawannya.
“Uuuhh... uhh... aammm.... pun.... sungguh too... much... ter... la... lu....!” desah si pria pengintip yang sudah ditelanjangi dan diikat tangannya ke belakang, ia kini tengah disodomi habis-habisan oleh si negro berbadan besar yang ternyata penyuka sesama jenis itu.
Bulu dadanya yang lebat itu membuat si negro makin bergairah menggarapnya.
“To... bat... aahhh... uuuhh.... ter... la... luh....!!”
.................
.................
.................
THE END
 
Mantaaab!

Congrats Suhu! Semoga makin banyak karya yang lebih joosss!
 
Saya kira bakal panjanf hu ternyata sudah tamat, sedihh hilang 1 bacaan
 
ada dua tokoh legend yg diselipkan yaa
Alfi dan Jenny di cerita Eliza
mungkin bisa dikasih side stories lebih lanjut soal 2 tokoh legend dan tokoh dicerita ini gan Caligula :papi:
 
Mantaaab!

Congrats Suhu! Semoga makin banyak karya yang lebih joosss!
Moga2, kalau ada inspirasi & waktu bisa gw tulis lagi
Keren banget!!! Tapi ren ngakak2 geli gitu baca post credit nya... Hihihi
Hahaha... apa yg bikin ngakak nih sis?
Saya kira bakal panjanf hu ternyata sudah tamat, sedihh hilang 1 bacaan
Jangan panjang2 ga jelas kaya shitnetron lah, malah kualitas jatuh ntar
Selamat suhu...
Akhirnya tamat juga
Ditunggu karya selanjutnya.
Tetap semangat.
Makasih atas apresiasinya
ada dua tokoh legend yg diselipkan yaa
Alfi dan Jenny di cerita Eliza
mungkin bisa dikasih side stories lebih lanjut soal 2 tokoh legend dan tokoh dicerita ini gan Caligula :papi:
Sebenernya ada 3 tokoh lagi dari sebuah cerita, siapa hayo, dari cerita mana?
Dan jangan lupakan superstar kita yang bersedia menjadi bintang tamu di cerita ini, ei ei siapa dia?
 
Moga2, kalau ada inspirasi & waktu bisa gw tulis lagi

Hahaha... apa yg bikin ngakak nih sis?

Jangan panjang2 ga jelas kaya shitnetron lah, malah kualitas jatuh ntar

Makasih atas apresiasinya

Sebenernya ada 3 tokoh lagi dari sebuah cerita, siapa hayo, dari cerita mana?
Dan jangan lupakan superstar kita yang bersedia menjadi bintang tamu di cerita ini, ei ei siapa dia?
Moga2, kalau ada inspirasi & waktu bisa gw tulis lagi

Hahaha... apa yg bikin ngakak nih sis?

Jangan panjang2 ga jelas kaya shitnetron lah, malah kualitas jatuh ntar

Makasih atas apresiasinya

Sebenernya ada 3 tokoh lagi dari sebuah cerita, siapa hayo, dari cerita mana?
Dan jangan lupakan superstar kita yang bersedia menjadi bintang tamu di cerita ini, ei ei siapa dia?
tokoh legend nya abis lahiran di cerai dan di usir ya
 
abis melahirkan di cerai ya tokoh legendnya hehe moga moga bener
 
akhirnya berakhir sudah,,,makasih atas karya nya hu,,,semoga ada RITUAL KELUARGA SEASON 2...
 
Epilognya keren banget akan lebih ok sih kalo jadi judul baru apa season baru hehe
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd