Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Rewrite : Pelajaran Mimin

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
bagus,hu.. teruskan apapun yang terjadi..
 
Semakin tinggi pohon semakin kencang pula angin yang mengahadang :beer:

Lancrotkan :konak: dan teutep seimbang antara bumbu dan kentangnya :dansa:

Nb: bumbu = creative idea
Kentang = konaknya
 
dilanjutpun.

----------------

Wajahnya merah merona setelah mendapatkan orgasme pertamanya. Dia terlentang menghadap atap. Akupun diam di sampingnya, tak mau mengganggu momen yang bersejarah itu.

"Ayah ..."

"Ayah tadi terangsang?"

Aku mengangguk. Tentu aku terangsang. Tapi sekarang penis merana itu kembali kisut. Tak ada rangsangan kembali, walaupun di sampingku gadis muda belia baru saja mencapai orgasme pertamanya.

Tangan Mimin tiba-tiba saja bergerak mengelus penisku.

"Mimin, pelajaran kita sudah selesai," kataku sambil memegang tangannya. Tiba-tiba saja aku merasa tidak sepantasnya aku dan Mimin berbuat begitu.

"Tapi Ayah ..."

"Mimin mau melihat laki-laki terangsang ..."

Peganganku di tangan Mimin melemah. Aku tak kuasa menolak. Mimin kembali melanjutkan elusannya di penisku yang masih tertutup kain sarung. Jelas dengan cepat penisku merasakan ketegangannya kembali.

"Ayah ... itunya jadi keras?"

"Penis Min. namanya Penis. Atau orang-orang biasa bilang kontol."

"Ih Ayah, jorok banget ..."

"Memang itu namanya. Punyamu tau namanya?"

"Me ...mek? teman Mimin pernah bilang ..."

Kemudian aku menjelaskan singkat bahwa ketika laki-laki terangsang, maka darah akan mengalir dengan cepat ke pembuluh darah di dalam penis, dan pembuluh darah akan tertutup sementara. Makanya penis akan tegang cukup lama. Mimin sekarang duduk di sampingku, masih dengan telanjang, sambil terus mengelus penisku.

"Dibuka ya Yah sarungnya? Mimin pengen liat ..."

AKu mengangguk dan kuloloskan sarungnya, sambil tetap telentang di kasur, menikmati pemandangan indah dan pelayanan tangan Mimin yang, wow, begitu halus. Mungkin karena dia rajin memakai handbody seperti isteriku.

"jadi Gede banget ya Yah, tangan Mimin hampir ga muat," katanya sambil mencoba melingkarkan jarinya, sambil terus mengelus. Entahlah, gede tidaknya aku tak tahu. Tak pernah coba membandingkan punyaku dengan punya orang lain. Selama ini aku pikir rata-rata saja, toh isteriku tak pernah komplen sama sekali.

"Ayah suka kalo Mimin elus-elus begini?"

"Suka banget, lebih kenceng dikit megangya lebih nikmat," kataku jujur. Apalagi kalau diemut, pikirku dalam hati.

"Diurut dong Yah?"

Aku mengangguk. Kemudian dia mengencangkan pegangannya di penisku sambil mengurutnya. Pelan.

"Kalo dicium?"

"Kalo vagina Mimin dicium tadi enak ga?" Dia mengangguk.

"Sama," kataku.

Dia agak ragu ketika mendekatkan mulutnya ke penisku yang masih tegang. Aku sangat sabar menanti ini. Biar Mimin menentukan waktunya sendiri. Dia mencium ujung penisku. Ragu awalnya, tapi kemudian dia perlahan mencoba. Dia melihatku sekilas untuk persetujuan, dan aku mengangguk. Ciumannya bergerak dari ujung penis menuju ke pangkalnya. Aku hanya merasa geli, tapi pada saat yang sama sangat terangsang karena Mimin mau melakukannya.

Kemudian dia melakukan sesuatu yang tidak aku duga. Mimin membuka mulutnya dan mulai mengulum penisku.

"Min, awas gigi...," aku merasakan sedikit giginya menggesek penisku yang sensitif. Dia berhenti untuk kemudian mencoba kembali mengulum ujung penisku. Hanya mengulum saja.

"Gerakkan kepalamu, Min," kataku sabar. Mimin cepat tanggap dan berusaha memasukkan sebagian batang penis itu ke dalam mulutnya. Ohhh rasanya.

"Lebih dalam lagi Min," kataku sambil memegang kepalanya.

Dia kemudian berusaha lebih keras lagi untuk memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Mimin seperti ingin memasukkan semua batang penisku ke dalam mulutnya.

"Ayah, maaf, Mimin mau muntah," katanya melepas penisku.

"Mimin, sudah cukup," aku tak mau memaksanya.

"Tapi Mimin mau lihat Ayah orga..."

"Ejakulasi? itu orgasme laki-laki," kataku.

"Iya, ejakulasi. Seperti apa yah?"

"Cairan semen yang berisi sperma keluar dari penis."

Tangan Mimin masih di penisku yang masih tegang, dan sekarang terasa sangat ngilu.

Aku memegang tangannya yang memegang penisku, memberinya kode untuk menggerakkan lagi tangannya. Mimin segera menggerakkan tangannya, dan dengan bantuan sisa air ludah yang dia tinggalkan di penisku, tangan itu sekarang terasa lebih nikmat mengocokku. Tanganku tak tinggal diam. Aku ingin segera meraih tubuh Mimin yang masih telanjang ke dalam pelukanku, dan sambil Mimin mengocokku, Aku mengecup, menyedot puting susunya, sambil meremas dada kenyal perawannya.

"Mimin, bentar lagi ayah mau muncrat, lambatkan kocokanmu ya," kataku berbisik. Mimin mengangguk.

"Mmmmm ...,"aku mendengus keras dan aku ejakulasi. Mimin dengan pintarnya mengocok penisku dengan pelan sampai muncratanku berhenti. Benar-benar nikmat.

Segera kusuruh Mimin masuk kamarnya karena isteriku akan pulang sebentar lagi.

-------

Update pendek saja kali ini. Pelajaran ketiga akan ada minggu depan (sudah siap sih, perlu penyempurnaaan sedikit). Stay tuned!
 
Makasih suhu, nti pelajaran ketiga ane bawa kopi dah.. Tetap semangat suhu... :beer:
 
yes.. yes.. ini baru cerita berkelas.. ga terburu- buru.. mantaaapp..

update berikutnya minggu depan..
berarti dua hari lagi ya..
yeahhaaa ha ha..

:Peace:
 
Lanjutan cerita ini sudah banyak beredar di dunia maya. Ane berusaha kasih tambahan cerita yang tak ada di originalnya, tapi word by word, bisa dibilang copy paste. Cek, ane mengenalkan satu karakter baru yang ga ada di cerita original. Lanjutpun.
----------------------------
[size=+3]Pelajaran Ketiga[/size]

Malamnya, aku seperti kesetanan menggauli isteriku, mengingat pengalamanku siang tadi dengan Mimin. Dan, jahatnya aku, sengaja kubiarkan pintu penghubung kamar kami ke kamar Mimin sedikit terbuka. Aku yakin Mimin pasti menyaksikan kegilaan itu, dan semoga saja, "belajar" sesuatu.

Kesempatan seperti itu sudah jarang kami temui. Itu semua juga karena aku susah sekali sekarang pulang cepat, karena kantor mempunyai produk baru dan aku harus melakukan training terhadap 5 tenaga sales, juga harus mengenalkan mereka pada konsumen-konsumen.

Isteriku sendiri juga jarang bepergian. Sebenarnya aku juga sudah 'usaha' mendapatkan kesempatan berdua saja dengan Mimin dengan cara menawari isteriku untuk menengok anak-anak di Bandung. Tapi tetap saja dia tak bersedia.

"Minggu depan mereka 'kan pulang," begitu katanya,

atau

"Biarlah, toh mereka udah gede,"

atau

"Ayo kita tengok bareng."

Tentu saja Aku jawab tak bisa, sibuk alasanku.

Sejauh ini 'pelajaran' yang kuberikan kepada Mimin sudah hampir seluruhnya, seingatku. Mimin dalam umurnya yang hampir 17 tahun sudah mengerti tentang hubungan suami-isteri, tentang bagaimana perangsangan dilakukan, dan juga tentang ejakulasi. Menyaksikan Aku, ayah angkatnya ejakulasi saat dia belajar mengoralku, juga menonton hubungan seks yang kulakukan dengan isteriku dari awal sampai akhir. Bahkan dia juga sudah merasakan sendiri nikmatnya dirangsang ketika Aku mengulumi puting dadanya dan menjilati kewanitaannya.

Yang dia belum alami adalah penetrasi penis. Tentu saja ini sulit kuberikan, karena Aku sudah commit tak akan merusak anak angkatku walaupun dia pernah memintanya. Bahkan Aku sempat juga tergoda untuk melakukannya. Tapi, biarlah yang satu itu ia dapatkan dari suaminya kelak. Kadang Aku merindukan saat-saat berdua saja dan bebas melakukan apa saja (kecuali yang satu itu). Tapi Aku memang benar-benar ingin lagi merabai tubuhnya. Sudah beberapa bulan Aku tak lagi 'memeriksa' sudah sebesar apa buah dadanya, atau sedah lebatkah bulu-bulu kelaminnya. Kesempatan untuk berdua semakin susah kudapatkan, apalagi Mimin sudah semakin sibuk dengan kegiatan-kegiatan eks-kul-nya. Bahkan untuk bertanya berapa sekarang ukuran bra dia, aku tak punya kesempatan.

Tapi.... suatu pagi ketika Aku sedang di kantor, telepon berdering.

"Ayah, punya nomor telepon Avia Travel gak?" terdengar suara isteriku.

Aku hampir melonjak kegirangan. Itu artinya isteriku mau ke Bandung.

"Ada...ada... bentar Ayah cari dulu....," kataku girang.

Cepat-cepat Aku cari di HP, gak ketemu. Di buku catatan juga tak ketemu.

"Tutup dulu dah Bu, entar Ayah telepon."

Kenapa musti bingung cari-cari? Telepon saja 108, beres. Itulah Aku, saking gembiranya sampai lupa. Aku juga tak memikirkan kenapa isteriku tak nelepon saja ke Penerangan, mungkin dia juga lupa. Nomor sudah kudapat.

"Kapan Ibu mau ke Bandung?"tanyaku

"Eh... siapa yang mo ke Bandung" Seketika lenyaplah kegembiraanku.

"Lhah .... nanya travel buat apa?"tanyaku.

"Ini.... ibu-ibu tetangga pada mau jalan-jalan ke Jatiluhur...."

"Oooh...."kataku melongo, dan tentu saja kecewa.

"Ibu gak ikut?"

"Pasti dong ..... boleh kan Yah..."

"Boleh....boleh....,"jawabku cepat.

"Makasih ya....," Untung dia tak curiga, kenapa Aku begitu bersemangat memberi izin....

***

Hari Minggu pagi-pagi isteriku sudah sibuk melakukan persiapan untuk jalan-jalan. Mimin sibuk pula membantunya.

"Bener kamu gak ikut, Min"tanya isteriku.

"Penginnya sih Bu.... tapi udah janjian ama temen2 nih....lagian 'kan ibu-ibu semua..."

"Tante Rina bawa anaknya tuh...."

"Iya emang, tapi kan .... masa Mimin gaul ama anak SD...."kata Mimin.

"Iya sih... emang ini acara ibu-ibu. Kali aja Mimin pengin ikutan," kata isteriku.

Aku antarkan isteriku sampai pintu pagar, selanjutnya Mimin membawakan tas berisi makanan sampai ke taman di kompleks perumahan, di mana bus Avia travel sudah siap terparkir. Aku hanya melihatnya dari kejauhan saja. Dasar ibu-ibu, heboh, mulutnya yang lebih banyak bekerja dibanding tangannya. Kulihat Mimin masih disitu, padahal Aku harapkan dia segera balik. Sampai bus berangkat dan lenyap di tikungan, barulah Mimin pulang. Aku masih di depan pintu memperhatikan Mimin jalan menuju rumah. Inilah saatnya.... Aha... belum-belum penisku menegang melihat Mimin dengan blouse ketatnya. Dadanya berguncang indah ketika dia jalan cepat. Uh.... dada anak ini sudah tumbuh sempurna. Berapa bulan ya Aku tak melihat gumpalan daging kembar itu?

Aku masuk, dengan berdebar menunggu kedatangan Mimin. Begitu beberapa langkah Mimin memasuki pintu, Aku sergap dan memeluknya erat-erat. Walaupun agak kaget Miminpun segera menyambut pelukanku. Kurasakan ganjalan dadanya memang lebih sesak.

"Min.....,"

"Ayah.....,"katanya.

"Ayah kangen...."

"Kan tiap hari ketemu."

"Iya, tapi udah lama Ayah engga peluk kamu..."

"Iya ya Yah.... dah lama banget"

"Tubuh kamu....."kataku sambil merabai pantatnya. Makin padat dan makin membulat.

"Kanapa tubuh Mimin Yah...."

"Makin sexy aja...."

"Masa' sih Yah....."katanya sambil melepas pelukan dan mengamati tubuhnya sendiri.

"Rasanya biasa aja tuh.... sexy gimana Yah..."sambungnya.

Kutangkupkan kedua telapak tanganku ke kedua buah dadanya.

"Buah dadamu udah gede sekarang"kataku.

"Berapa sekarang ukuran bra kamu?"

"34B Yah...."

"Wow... udah sama ama punya Ibu tuh..."komentarku.

Kedua tanganku turun ke pinggangnya.

"Pinggang kamu makin ramping...."

"Engga kok Yah....ukuran celana masih sama tuh..."

"Oh...mungkin ini nih..."kataku sambil tanganku merabai lengkungan indah pinggulnya.

"Pinggulmu nambah jadi pinggangmu terlihat menyusut"

Lalu tanganku ke belakang tubuhnya dan lalu meremasi kedua gumpalan pantatnya.

"Pantatmu ..... hmmm..... sexy banget...."

Lalu dengan cepat tanganku menuju dadanya melepas kancing blouse-nya satu persatu.

"Ayah mo ngapain...."

"Mimin blum mandi....."katanya lagi. Tangannya mencegah tanganku.

"Cuman pengin ngeliat aja..."kataku.

Lalu tangannya melepas tanganku. Aku meneruskan pekerjaaanku sampai semua kancingnya lepas. Juga blouse-nya sekalian kutanggalkan. Mimin tak menolak.

Cup bra warna krem itu bagai tak mampu menampung kedua 'bola' putih mulus itu.

"Hmmm.... kaya'nya kamu harus pakai 36 Min...."

"Udah pernah nyoba.... kegedean Yah...."

"Atau coba yang 34 cup C deh...."

"Iya keknya," katanya.

Tanganku bergerak ke punggungnya dan melepas kaitan bra-nya. Mimin biasa saja, tak berreaksi. Bra itu terlepas....

Wow !

Kini kedua bola kembar itu tampak seutuhnya.
Sepasang gumpalan daging yang dibungkus oleh kulit putih dan mulus, tanpa cacat. Urat-urat kehijauan samar-samar menghiasi, menambah keindahan buah dada perawan ini. Mataku tak berkesip memandanginya...

"Kenapa Yah.... sampai melotot gitu....," katanya.

Puting dadanya berwarna nyaris pink, masih kecil seperti dulu, bedanya, sekarang menonjol menggemaskan.

"Puting dadamu......"

"Kenapa?"

"Udah nonjol, sekarang...."

"Habisnya.... Ayah raba-raba.... kan Mimin jadi horny...."

Aku terkejut. Dia sudah mengenal kata 'horny'. Rasanya Aku belum pernah mengenalkan kata itu.

Langsung saja mulutku merapat hendak menjangkau puting indahnya.

"Yah.... Mimin blum mandi....."

Aku tak peduli. Tak ada aroma aneh. Kukemot pelan-pelan puting yang mulai mengeras itu.
Mimin melenguh pelan.
Mulutku mengemoti puting kirinya sedangkan telapak tanganku meremasi dada kanannya. Puting itu makin keras.
Mimin merintih....
Sudah mirip rintihan wanita dewasa yang sedang menikmati rangsangan pada tubuhnya, bukan lagi rintihan gadis 16 tahun...

"Kita ke kamar Yah....."bisiknya pelan sambil terengah.

Aku tersadar. Aku menciumi buah dada anak angkatku di ruang tamu. Bagaimana kalau tiba-tiba ada orang masuk ?
Kututup pintu depan dan kukunci, lalu Aku membimbing Mimin masuk ke kamarnya. Mimin masih sempat menyambar blouse dan bra yang tercecer di lantai. Mimin langsung merebahkan diri ke kasur. Aku mengikutinya dan menindih tubuhnya.
"Ayah udah keras....."katanya lemah.
"Terasa ya...."kataku.
Kubelai-belai dulu seluruh wajahnya. Dimataku, pagi ini Mimin jadi cantik luar biasa. Wajah putih bersih itu jadi bersemu merah. Aku langsung mencium bibirnya dan Mimin menyambut ciumanku dengan hangat. Bibir dan lidahnya segera bermain mengimbangi permainanku. Berbeda dengan ciuman beberapa bulan lalu, kali ini ciuman Mimin terkesan ganas. Aku tak ingat lagi bahwa wanita yang sedang kutindih tubuhnya dan kulumat bibirnya ini adalah anak angkatku. Rasanya Aku sedang mencumbui isteriku, cumbuan dalam proses menuju hubungan suami isteri. Dalam bayanganku, isteriku ini menjadi jauh lebih muda. Terbayang kan nikmatnya ? Aku lupa bahwa isteriku sebenarnya sekarang sedang duduk dalam bus menuju Jatiluhur.

Lelah berciuman, biasanya mulutku terus ke bawah menciumi leher. Biasanya isteriku menggelinjang menerima ciuman di lehernya. Tapi "isteri"ku ini hanya merintih dan merintih, tubuhnya hanya sedikit ber-gerak-gerak, bukan menggelinjang. Dari leher turun ke dada, pastilah.
Aku mulai dari menciumi buah sebelah kanan sementara tanganku meremasi dada kiri. Dalam genggamanku buah ini sama besarnya milik isteriku, tapi... kekenyalannya jauh berbeda. Dada "isteriku" ini begitu keras dan padat. Mulutkupun merasakan perbedaan. Puting yang sedang kukemot ini lebih mungil. Reaksinya juga beda. Berbeda dengan Mimin beberapa bulan lalu sering geli-geli sehingga kadang2 menepis, Mimin sekarang menikmatinya dengan merintih-rintih dan tubuh berkelojotan, sehingga sering mulutku harus mengikuti 'buah' yang 'berlari' kesana-kemari. Lalu tangan dan mulutku berganti peran, mulutku pindah ke dada kiri dan tanganku ke dada kanan.

Tapi tak lama, Aku seolah "diingatkan" oleh gerakan pinggulnya yang mendesakkan selangkangannya ke selangkanganku. Diingatkan ada yang belum kujamah. Tanganku melepas buah dadanya dan bergerak ke bawah menyusup ke balik rok-nya, lalu menyusup sekali lagi ke balik celana dalamnya. Ehm.... terasa oleh tanganku, bulu-bulu halus itu. Memang seperti yang sudah kuduga, Mimin telah basah. Tapi Aku tak mengira dia akan sekuyup ini. Kakinya membuka seolah memberi jalan untuk tanganku. Begitu ujung jariku menyentuhnya, Mimin langsung melenguh keras, dan panjang.

"Ooh....ayah...."

"Napa Min...."

"....Sedap....banget...."katanya terputus-putus.

Padahal jariku cuma menggosoki clit dan pintu liangnya.

Tiba pada tahap selanjutnya, yaitu seperti biasa, Aku akan membenamkan kepalaku di selangkangan isteriku, cunillingus. Maka Aku bangkit, memelorotkan rok dan sekaligus celana dalamnya. Sejenak Aku tertegun. Dua hal yang membuatku 'pause', pertama, yang sedang kutelanjangi ini ternyata bukan isteriku seperti bayanganku tadi. Dan kedua, vagina ini sudah berubah. Permukaannya sudah ditumbuhi bulu-bulu halus yang hampir merata. Mirip vagina artis JAV yang sering kulihat di internet, kalau tak salah namanya Miyabi...

Isteriku atau bukan, kali ini dia adalah milikku. Lalu ketika aku menundukkan kepala, "isteriku" ini bangkit.

"Yah.... jangan di sini....'

"Kenapa...?"

"Kalo-kalo temen Mimin nanti dateng.... biasanya langsung ke kamar...."

"Emang jam berapa mereka dateng."

Mimin melirik jam dinding.

"Masih sejam lagi sih.... tapi...."

"OK. kita pindah ke kamar Ayah"kataku.

Mimin bangkit sambil buru2 menyambar pakaiannya yang berserakan.

Sampai di kamarku, tiba-tiba Aku ingat sesuatu.

"Kita ke atas aja yuk...."

Kalau teman2 Mimin datang pasti akan mendengar lenguhan Mimin yang sekarang jadi keras. Mimin menangkap maksudku, maka dengan masih telanjang bulat sambil menggamit pakaiannya Mimin naik tangga. Aku ikut di belakangnya sambil menikmati goyang pantat polosnya yang begitu menggairahkan.

Kita berdua masuk ke kamar anakku dan langsung menguncinya. Mimin rebah terlentang di kasur, pahanya dibuka lebar-lebar menyuguhkan belahan vagina yang membasah. Aku juga langsung melepas seluruh pakaianku dan menyerbu selangkangan Mimin. Segera tercium aroma khas perawan, aroma yang kusukai. Aku mulai dengan menjilati clit dan liangnya. Mimin lagi-lagi merintih dan tubuhnya gelisah.

"Ayah.....Ayah...."serunya pelan di sela-sela rintihannya. Beberapa menit kemudian.... tibalah saatnya.

"Ayah, Mimin mau dimasukin sekarang ...," katanya terputus-putus.

Aku bangkit dan bertumpu pada kedua lututku. Kelaminku dengan gagahnya telah siap. Kami berdua sudah terrangsang sedemikian tingginya sehingga kami lupa tentang diri kami masing-masing. Yang Aku ingat hanyalah Aku segera akan memasuki tubuh perempuan yang gelisah membasah ini. Kuletakkan kepala penisku di liang senggama Mimin yang hanya terlihat seperti garis lembab. Kugosok-gosokan vertikal dari kelentit ke bawah dan sebaliknya. Begitu terus berulang-ulang agar "garis" itu membuka. Mimin makin tak karuan.

Lalu.... pada posisi yang tepat, Aku menekan pelan. Mentok. Kepala penisku seperti membentur dinding. Kuulang menggosok lagi beberapa kali, lalu mulai menekan, agak keras. Kepala penisku nyaris tenggelam ketika Mimin mengaduh. Kulihat wajahnya berkerut menahan sakit. Tekanan kukendorkan.

"Sakit...Min....."

Mimin mengangguk-angguk. Bibirnya mengatup, kepalanya tengadah menatap atap dan matanya terpejam.
"Terus aja Yah...."serunya agak keras.
Justru suaranya yang agak keras ini menggugah kesadaranku. Sebentar lagi Aku akan merobek selaput dara anak angkatku. Pantaskah perbuatanku ini?

".....Ayo Yah.....," katanya sambil meremas bokongku.

Anakku lah yang mengundang, akankah Aku menerima undangannya ?
Aku bimbang.
Antara ya dan tidak
Antara memenuhi nafsu dan menimbang moral.
Sempitnya vagina ini memang menggiurkanku untuk merasakan sensasi yang pernah kurasakan belasan tahun lalu di waktu malam pengantin. Tapi, harus dibayar mahal oleh masa depan anak perawan ini.
Begitu bejatkah Aku ?
Tidak ! Aku tak sebejat itu. Mengorbankan masa depan anak angkat hanya demi sensasi selaput dara.

Aku menarik kelaminku.
Mata Mimin terbuka.

"Kenapa Ayah....?"

Aku hanya memandanginya.

"Ayah....?"

"Engga, Min...."

Wajah Mimin masih menatapku dengan keheranan.

"Sebaiknya tidak kita lakukan....," kataku.

"Tapi Ayah.... Mimin pengin ngerasain....."

"Tidak Mimin, tidak sepantasnya ...."

"Mimin ingin Ayah yang pertama melakukannya...."

Aku hanya diam.

"Aku rela Yah......"

Aku bingung.
Tapi di saat kritis begini, Aku tiba-tiba menemukan jalan keluar.

Kubenamkan lagi wajahku ke selangkangan Mimin. Kujilati lagi clit-nya, liangnya.
Mimin kembali mendesah.
Bahkan clitnya kini kukemot-kemot.
Mimin makin tak karuan.
Aku terus tak peduli rintihannya.
....Sampai beberapa menit kemudian......

Tubuhnya mengejang hebat. pahanya menjepit kepalaku dengan kencang.
Lalu kudengar lenguhan panjang, bahkan teriakan nada tinggi.
Kurasakan tubuhnya bergetar dan lalu berkedut-kedut beraturan, beberapa kali.
Mimin telah sampai.

"Ayah......... enak bangeeet........"

Kulepas kemotanku, kubiarkan tubuhnya berkedutan. beberapa lama.
Lalu kurasakan jepitan pahanya melonggar.
Pahanya jatuh, tubuhnya rebah lemas.
Aku melepaskan diri. Mimin lalu meraih tubuhku dan memelukku kencang.

"Terima kasih Ayah....... enak banget......"

Aku juga memeluknya erat.

Kubiarkan Mimin larut menikmati orgasmenya. Wajahnya bersemu merah dihiasi butiran keringat, matanya masih terpejam. Pinggulnya kadang masih berkedut. Beberapa menit kemudian tubuhnya mulai agak tenang, dan matanya membuka, menatapku, dan tersenyum...

"Makasih Ayah...."ujarnya pelan.

Aku mendekati wajahnya dan kucium pipinya dengan lembut. Tanpa kusengaja penisku menyentuh pinggangnya.

"Oh...." seru Mimin.".....Ayah...belum....."lanjutnya.

Dipegangnya penisku yang masih agak keras. Dielus-elusnya sampai mengeras kembali. Lalu dia bangkit dan kepalanya menuju ke selangkanganku, diciuminya penisku. Aku mulai 'naik' lagi.
Dijilatinya batangku sebelum akhirnya dimasukkan ke mulutnya yang mungil. Aku melenguh. Mimin makin semangat mengulum dan menghisap. Nafsuku merambat seiring dengan desisan mulutku.

Mimin mengerjai kelaminku dengan bervariasi seperti yang pernah kuajarkan. Kepalanya naik-turun lalu berhenti untuk menyedot-nyedot 'kepala'ku. Kadang dia mengulum sampai jauh ke belakang sehingga ujung penisku menyentuh kerongkongannya, kadang dia lepas kulumannya untuk sekedar menjilat-jilat batang. Semuanya membuatku makin tak karuan rasanya. Aku nilai Mimin sudah lihai dalam memberikan oral-sex kepada Ayah angkatnya. Rasanya tak ada semilipun bagian kelaminku yang terlewat oleh mulut dan lidahnya. Mimin begitu telaten melakukan 'pekerjaan'nya.

Tentu saja ulahnya ini membuatku makin melayang di awang-awang. Kalau Aku memejamkan mata, segera terbayang yang sedang melakukan oral ini adalah isteriku. Tapi begitu membuka mata, Aku tersadar.... dia adalah Mimin yang sekarang keterampilannya dalam meng-oral sudah menyamai isteriku. Ketika kepalanya sedang tak banyak gerak karena menghisap, Aku membelai-belai rambutnya.

"Mimin......"kataku pelan, setengah merintih.

Mimin tak menghentikan pekerjaannya, hanya bola matanya menatapku sejenak, lalu nunduk lagi menatap kelaminku.
Tatapan mata yang hanya sedetik itu membuatku merasakan sesuatu yang lain, suatu perasaan yang lebih nikmat.

"Mimin...." Aku memanggilnya lagi. Dia menatapku lagi hanya sekejap lalu nunduk lagi dan tetap pada aksinya.

Kubelai rambut dan keningnya. Mimin terus saja meng-oral.

"Min... liat Ayah Min...."

Kulumannya berhenti, matanya menatap mataku penuh tanda tanya.

"Teruskan Min.... tapi sambil liat Ayah..."

Mimin nurut. Kembali ia asyik dengan pekerjaannya tapi kini sambil menatapku.
Uuiih.... rasanya.... selangit.

Ini mungkin subyektif, rasanya Aku jadi enjoy banget ketika seorang cewe meng-oralku sambil bertatapan mata. Bukan main rasanya.

Supaya lebih nyaman Aku mengubah posisi. Kubilang ke Mimin untuk melepas sebentar. Aku pindah duduk ke satu-satunya sofa di kamar anakku, duduk senyaman mungkin. Mimin 'lesehan' di karpet di depanku. Sekarang posisinya lebih santai tak perlu menunduk dalam-dalam. Mimin memulai aksinya lagi, kini matanya tak lepas dari mataku. Yang begini nih... yang membuatku cepat merambat. Bayangkan, mata saling bertatapan sementara mulutnya asyik mengulumi penisku. Seluruh aksinya dengan mudah Aku tonton. Aku makin naik....

Dulu sewaktu Aku mengenalkan untuk pertama kalinya dia melakukan oral, Aku tak menyetop atau melakukan gerakan lain ketika Aku ejakulasi. Semprotan pertama sempat di dalam mulutnya sebelum dia melepas kulumannya dan meludah. Kali ini Aku ingin dia seperti yang dilakukan isteriku, yaitu membiarkan Aku memancarkan cairan di dalam mulut. Setelah itu terserah Mimin, mau ditelan atau dibuang. Isteriku kadang menelan kadang membuang tergantung mood-nya.

Aku masih terus membelai-belai rambutnya, kadang memegang kepalanya. Sewaktu kurasakan rambatan semakin naik, Aku semakin sering memegang kepalanya dibanding membelai rambut. Aku memang ada niatan nakal. Ketika Aku merasakan waktunya hampir tiba, Aku tak pernah membelai lagi, tapi terus memegang kepalanya. Dan......... ketika saatnya tiba....
Aku pegang kepalanya (oh.... jahatnya Aku), kupancarkan mani di dalam mulut Mimin. Bersamaan dengan pancaran pertama, Mimin memundurkan kepalanya hendak melepaskan kuluman, tapi tanganku menahannya. Pancaran kedua, kudengar Mimin menggumam. Pancaran ketiga dan seterusnya Mimin membiarkan saja apa yang terjadi. Dia mungkin merasa bahwa Aku memang menginginkan begitu.

Sampai akhirnya penisku tak berkedut lagi, Aku melepas pegangan kepalanya dan Mimin melepaskan kulumannya dengan mulut tetap mengatup. Buru2 dia mencari-cari tissu. Diambilnya beberapa lembar dengan cepat, lalu ditumpahkan isi mulutnya ke atas gumpalan tissu...

"Iih....Ayah..... "katanya terengah.

"Kenapa Min?"

"Pas keluar, kepala Mimin malah ditahan...."

"Sorry ya Min.... "

"Untung engga ketelen...."

"Ketelen juga gak pa-pa"kataku. Mimin menoleh kaget. Ditatapnya mataku, menunggu penjelasan.

Kujelaskan tentang air mani, bersih, sepanjang si empunya tak penyakitan, protein, dll...

"Sorry ya Min..... Ayah merasa lebih nikmat begitu...."

"Oh iya, beneran Yah ?"

"Iya, beneran."

"Kalo Ayah ngerasa lebih enak, lain kali Mimin engga ngelepas deh...."

Kami masih tergeletak telanjang, sama-sama puas, sebelum akhirnya Mimin mengingatkan sebentar lagi teman2nya mau datang.

"Siapa aja yang mau dateng?"tanyaku.

"Dity, Trissy, dan Meta..."

"Dity yang kamu bilang dadanya gede itu ya...."

"Kok Ayah masih inget aja"

"Iya dong. Temen-teman anaknya harus Ayah kenal. Kalo Trissy yang mana tuh?"

"Emmm... yang putih, rada kurus, tinggi"

"Oh itu.... tapi rasanya engga lebih tinggi dari kamu."

"Samalah kira2. kan Mimin termasuk tinggi..."

"Tinggi dan sexy...."tambahku. sambil meremas dadanya. Uh, dada kenyal perawan memang tiada duanya.

"Ih.... Ayah genit."

Aku berpakaian dan Mimin memunguti pakaiannya lalu keluar kamar, turun, dan langsung masuk ke kamar mandi. Terdengar guyuran air.

Aku masuk ke kamarku juga untuk mandi, dan keramas....

***

Kelanjutannya minggu depan ya hu. kayanya sepi peminat ini.
 
minyak tanah , , , ,

terus suhu , , kata siapa sih sepi , ,
 
Bimabet
Seri abg emg asyik.. Kisah pengalaman pertama:pandajahat:...tp cerita ini ada sensasinya loh...:panlok1:
Lanjut brooh...
Trit sepi bkn masalah buat penulis yg bner2 niat menulis...kepuasan tlah menyelesaikan tulisan lah yg di cari..:semangat:
grp nyusul yaa...:p
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd