Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Remake: Masa Lalu Istriku yang (cukup) binal - Kisah Nyata

Cerita kisah nyata berikutnya pilih yang mana?


  • Total voters
    35
  • Poll closed .
MaNtab hu..
Ditunggu kelanjutannya
Sehat selalu
 
Chapter 3

Terbangun tanpa sehelai benang apapun di tubuhnya, Mita masih mencoba menerka apa yang terjadi telah terjadi semalam, dia masih tidak percaya melakukan hal itu dan bahkan berharap itu hanya mimpi. Harapan bahwa semalam hanya mimpi namun sirna begitu saja begitu dia menyentuh bagian perutnya yang terasa lengket dan mendapati beberapa sampah tissue di tempat sampah kamarnya, dia memungut salah satu sampah tissue itu dan ternyata seperti yang dia memang pikirkan, sampah tissue itu tampak mengering bekas menyeka sperma Om Sadewo yang berlumuran di perutnya. Mita meratapi kebodohannya setelah sepenuhnya tersadar dari pengaruh alkohol pagi itu, namun ada rasa ‘nyaman’ dalam hatinya ketika teringat ucapan Om Sadewo setelah mencapai orgasme…”Om sayang kamu!”. Takmau larut dalam rasa kegalauan Sabtu pagi itu, Mita mengecek blackberrynya dan melihat apakah ada pesan dari Darren seperti biasanya di pagi hari, namun kembali rasa kecewa yang didapat bahkan sudah dua hari tidak ada kabar apapun dari Darren.

Setiap pekan Om Sadewo selalu kembali ke keluarganya, biasanya di Jumat sore atau malam dia sudah berangkat pulang, entah kenapa semalam dia masih ada di kos dan mendapati Mita yang agak terpengaruh alkohol dan akhirnya terjadilah persetubuhan itu. Selama dengan Darren hampir 5 tahun pacaran, Mita selalu menjadi kekasih yang setia yang tak pernah tergoda untuk selingkuh atau sekedar dekat dengan lelaki lain hingga kejadian semalam. Suasana kos seperti biasa sangat sepi di akhir pekan, Mita juga cukup lega mendapati Winda tidak berada di kamarnya yang bersebelahan langsung, dia agak khawatir mengingat Winda kenal dengan Darren dan takut kejadian semalam diketahui Darren.

Selama LDR dengan Darren, akhir pekan biasanya dilalui Mita dengan membaca novel, menonton film ke bioskop atau berkunjung ke rumah omnya yang berada di sisi lain kota J. Akhir pekan setelah persetubuhan dengan Om Sadewo sangat membosankan, Mita terus dibayangi kenikmatan yang didapatnya dan ucapan lembut Om Sadewo saat mencapai orgasmenya, apalagi setiap mandi, Mita mendapati bekas memar kemerahan di sekitar payudaranya terutama di area sekitar puting susunya.

Setelah akhir pekan yang menjemukan berakhir, Mita bergegas menuju kantornya yang tidak terlalu jauh dari kos dan menyibukkan diri di hari Senin yang padat. Saat pulang kembali ke kos di sore hari, degup jantungnya berdetak kencang, dia risau bagaimana sikapnya saat bertemu Om Sadewo, perasaaannya campur aduk antara senang, malu dan agak sedikit marah karena dipikirnya memanfaatkan situasi dimana dirinya agak terpengaruh alkohol.

“Hi Mita, apa kabar? Sibuk ya hari senin?”, sapa Om Sadewo yang sepertinya baru saja kembali dari kamar mandi. Mita agak gugup bingung mau bersikap bagaimana, dia tahu kemungkinan bertemu Om Sadewo walau beda lantai cukup besar karena kamar Om Sadewo letaknya tak jauh dari tangga menuju lantai 3 walau agak di pojok.

“Eh uhm iya Om, sibuk, aku naik dulu”, jawab Mita buru-buru sambil bergegas naik ke lantai 3 menuju kamarnya. Aroma tubuh Om Sadewo sehabis mandi tak ayal membuat jantungnya kembali berdegup kencang, Mita tak menyangka bahwa beberapa malam sebelumnya tubuh itu menindih dan mendekapnya kencang. Sesampai di kamar, Mita memandang kasurnya dan membayangkan persetubuhannya dengan Om Sadewo, agak samar namun dia masih ingat bagaimana dirinya sampai orgasme lebih dari satu kalo malam itu.

Menjelang tidur setelah menyantap makan malamnya yang dibeli tak jauh dari kos, Mita beranjak ke kamar mandi untuk sikat gigi, saat membuka pintu kamar, Mita mendapati Om Sadewo sedang menonton televisi sendirian dan menyapanya, “Sudah mau tidur ya? Tumben ga makan diluar”. “Eh iya, tadi sambil baca buku makannya di dalam kamar, mau sikat gigi dulu ya Om…misi..”, jawab Mita agak kikuk dan segera ke kamar mandi. Selesai dari kamar mandi, Mita tak menjumpai Om Sadewo di depan televisi, kemungkinan dia sudah turun ke bawah untuk istirahat, sebenarnya ada rasa penasaran dalam benak Mita, bagaimana bisa Om Sadewo bersikap begitu normal seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka, namun dia tak mau memusingkannya dan memilih untuk segera beranjak tidur.

“Mita…Mita…bisa buka sebentar…”, suara ketukan di pintu kamar Mita diiringu suara yang tak asing lagi, baru saja dia terlelap sebentar dan sambil melihat blackberrynya, ternyata sudah jam 23:30. Mita bimbang apakah perlu membukakan pintu kamarnya untuk Om Sadewo, atau membiarkannya saja dengan berpura-pura sudah tertidur lelap? Mita tak kuasa untuk berpura-pura, dia beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu tak terlalu lebar sambil menampakkan wajahnya dan bertanya ke Om Sadewo mengapa sudah larut malam mengetuk pintu kamarnya.

“Om cuma mau pastikan Mita baik-baik saja, uhmmm boleh masuk sebentar?…pengen ngobrol soal kemarin itu dan Om mau minta maaf..”, kata Om Sadewo. Entah kenapa Mita spontan begitu saja mempersilahkan Om Sadewo masuk kamarnya, dia tak sadar jika saat itu sudah mengenakan kaos dan celana tidurnya tanpa bra. Om Sadewo duduk di tepi tempat tidur sambil melihat sekeliling kamar dan menatap Mita, “Soal jumat lalu itu kamu ga marahkan?…maaf Om langsung balik ke kamar tanpa ada omongan apa-apa, soalnya ngeliat kamu kayaknya kecapean dan mungkin butuh istirahat”.

“Uhmm agak kaget aja pas sadar tp kan sudah terjadi, mau gimana lagi…”, jawab Mita pelan, dia malu mengakui bahwa sebenarnya dia menikmati persetubuhan itu. Posisi Mita berdiri bersandar lemari pakaian, dia berdiri tepat di hadapan Om Sadewo yang duduk di tepi ranjang, jaraknya tidak terlalu jauh karena kamar kos Mita memang tidak terlalu luas.

Om Sadewo tiba-tiba meraih tangan kiri Mita dan menariknya pelan untuk duduk dipangku paha kiri Om Sadewo, seperti terhipnotis, Mita menurut saja walaupun jantungnya berdegup kencang. Om Sadewo membelai rambut Mita sambil menatapnya tajam, “Om suka sekali sama kamu dari pertama bertemu…”, tanpa menunggu reaksi Mita atas pernyataannya itu, Om Sadewo mendekatkan wajah Mita sambil mengusap tengkuk leher belakangnya dan mencium bibir Mita dengan lembut. Mita memejamkan mata dan menikmati ciuman itu seperti pertama kali Darren menciumnya dengan malu-malu saat beberapa bulan berpacaran, bibirnya dikulum perlahan sambil sesekali lidah Om Sadewo menyapu kedua bibir manis Mita dan akhirnya ciuman keduanya menjadi penuh nafsu dengan lidah liar keduanya saling merangsek rongga mulut masing-masing. Tangan kanan Om Sadewo mulai meremasi payudara mungil Mita sebelah kanan, sesekali dia juga mencubiti puting susu Mita dari luar kaos tidur yang dikenakannya.

Beberapa saat saling berpagutan bibir, Mita dapat merasakan ada sesuatu yang keras dan besar bergerak-gerak tertekan pantat kanan Mita yang duduk di paha kanan Om Sadewo, dilanda rasa penasaran dan nafsu birahi yang meningkat, Mita turun dari pangkuan Om Sadewo dan bersimpuh diantara kedua kaki Om Sadewo yang duduk di ranjang, dia meloloskan celana pendek dan celana dalam Om Sadewo dengan malu-malu tanpa berani memandang wajah Om Sadewo. Penis gemuk Om Sadewo mengacung keras dihadapan Mita yang menggenggamnya lembut dengan tangan kanannya, Om Sadewo menyentuh wajah Mita dan menengadahkannya, dia memandang wajah Mita sambil mengusap lembut pipinya. Mita mengocoki perlahan penis gemuk Om Sadewo sambil sesekali memijatnya, dia teringat pertama kali dipaksa menggenggam penis Omnya sendiri saat masih remaja, Mita begitu takut saat itu dan merasa terlecehkan, namun saat ini dia justru penasaran dengan penis gemuk Om Sadewo yang dilihatnya secara samar saat persetubuhan Jumat lalu. Om Sadewo mendesah pelan saat Mita mengocoki penisnya dan memijatnya perlahan, sesekali Mita mengusap lubang kencing penis Om Sadewo dengan ibu jarinya, sensasi yang luar biasa dan membuat Om Sadewo yakin bahwa Mita sudah sering bermain cinta dengan kekasihnya saat ini atau mantannya terdahulu.

“Mita….boleh isepin?…”, pinta Om Sadewo, Mita terlihat ragu namun sudah cukup lama dia tidak menikmati penis di rongga mulutnya, seperti yang Darren biasa minta bahkan saat berada di warnet belakang kampus dan suasana ramai. Perlahan Mita menjilat kepala penis Om Sadewo, sedikit meludahinya dan mulai mengulum penis gemuk yang diameternya cukup memenuhi rongga mulutnya. Awalnya Mita hanya mengulumi kepala penisnya, namun Om Sadewo tampaknya ingin Mita mengulum dan menelan penis Om Sadewo lebih dalam lagi, dia memegang kepala Mita dengan kedua tangannya dan menekan perlahan hingga tiga perempat penisnya masuk dalam rongga mulut Mita. Kenikmatan yang luar biasa, Om Sadewo merasakan penisnya dalam hangat rongga mulut Mita, sedikit ngilu namun membuatnya tak tahan mendesah keenakan, dia berusaha menekan kepala Mita lebih dalam lagi namun Mita berontak karena tersedak.

“Sudah Om jangan dalam-dalam, ga bisa nafas…”, kata Mita sambil mengocoki penis Om Sadewo yang basah dengan air liurnya, sebagai gantinya, Mita menyedot kuat-kuat kepala penis Om Sadewo sambil menjilati lubang kencingnya…terasa asin cairan precum yang keluar dari lubang kencing itu, namun Mita justru semakin bernafsu dan menghisapnya kencang-kencang hingga hampir membuat Om Sadewo ejakulasi.

“Arhhhh Mitaa…sudah dulu, Om belum mau keluar!”, dia mengangkat Mita untuk berdiri, diapun beranjak berdiri, membalikan tubuh Mita membelakanginya dan menuntunnya ke cermin full body yang biasa dipakai Mita untuk berkaca. Om Sadewo memeluk Mita dari belakang, meraba payudaranya, mencium tengkuk dan lehernya lalu membuka kaos yang Mita kenakan perlahan serta melemparnya ke lantai. Dia mennciumi leher belakang Mita, menyusuri punggung telanjang Mita sambil sesekali menjilatinya hingga di bagian pinggang belakang Mita. Dengan lembut dan perlahan, Om Sadewo menurunkan celana tidur Mita dibarengi celana dalamnya, bongkahan pantat Mita tepat berada dihadapannya, walau kutilang dengan payudara nan mungil, namun bongkahan pantat Mita begitu mulus padat berisi membuat Om Sadewo tak sabar meremasnya bergantian dan menciuminya.

Om Sadewo berdiri tepat di belakang Mita yang sudah telanjang bulat, dia membuka kaosnya sehingga keduanya sama-sama tak mengenakan apapun, lalu memeluk Mita dari belakang sementara penis gemuknya ditempatkan tepat diantara kedua bongkahan pantat Mita, terjepit dan begitu hangat. Dia menatap Mita dari pantulan kaca, tubuh polos Mita begitu mulus dengan kedua payudara mungil padat yang menggantung indah dan bulu kemaluan tipis diantara kedua pahanya, tangan kanannya meremas pelan payudara kanan Mita sementara tangan kirinya mengusap lembut bulu kemaluan Mita. Desahan Mita sambil memejamkan mata semakin membuat Om Sadewo tak mampu menahan birahinya, dia mendorong Mita condong ke depan sehingga kedua tangan Mita bertumpu pada dinding sebelah kanan kiri cermin itu sementara wajahnya berjarak beberapa centi saja dari cermin. Dengan posisi agak bungkuk ke depan, Om Sadewo mendorong penisnya pelan-pelan ke liang vagina Mita, dan berbeda dengan persetubuhan di awal, kali ini setelah kepala penisnya masuk, dia menghujamkan penisnya dalam-dalam diiringi pekikan Mita yang tertahan karena takut terdengar teman kos lainnya. Mita mengigit bibirnya sendiri sambil terengah-engah kala liang vaginanya dikoyak-koyak penis gemuk Om Sadewo yang bergerak keluar masuk dengan ritme tak beraturan. Sambil menghujamkan penisnya keluar masuk liang vagina Mita, Om Sadewo meremas kencang payudara Mita bergantian dari belakang hingga menjadi kemerahan. Perlakuan Om Sadewo agak berbeda Mita rasakan, kali ini permainan seksnya sedikit kasar dan liar, namun entah mengapa dia begitu menikmatinya hingga tak seberapa lama Mita mencapai orgasmenya…”Ahhhhh Ommmmmm…aku keluarrrr…..”, sadar gadis itu sudah mencapai orgasmenya dan malam yang semakin larut, Om Sadewo mencabut penisnya dan mengajak Mita berbaring di tempat tidur.

Penis gemuknya masih mengacung tegak agak basah bekas cairan kenikmatan dari liang vagina Mita, dia membaringkan Mita lalu duduk berlutut tepat di atas perut Mita, walau tidak benar-benar mendudukinya karena tubuh Om Sadewo yang cukup berat. Dia meminta Mita mengulum penisnya yang asin dipenuhi cairan precum di lubang kencingnya bercampur cairan kenikmatan dari liang vaginanya sendiri, tak lama mengulumnya, Mita mengocokinya dengan cepat hingga tak lama kemudian Om Sadewo memuncratkan spermanya di antara kedua payudara Mita…”Argghh Mita….tetek kamu penuh sperma jadinya…”, kata Om Sadewo sambil merasakan sedikit ngilu namun luar biasa nikmat saat semprotan terakhir spermanya keluar.

Rekontruksi kejadian malam itu (ane minta wife peragain langsung):


Selesai bersih-bersih, malam itu mereka tidur telanjang bulat berdua sambil Om Sadewo memeluk Mita dari belakang, saat Mita tertidur lelap, Om Sadewo yang terbangun menjelang subuh segera mengenakan pakaiannya, mengecup kening Mita yang masih tertidur dan keluar kamar kos Mita sebelum penghuni kos lainnya terbangun.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd