Umurku sudah 5 tahun 3 bulan yang lalu, mungkin tahun depan aku akan masuk SD untuk pertamakalinya.
2 minggu setelah pembicaraanku dengan Ibu, akhirnya bapak mau menemaniku bersama ibu kekota XXX pada hari minggu pagi. Aku hanya berharap Prof. Harley mantan dosenku tinggal dirumah itu, sebab dari buku biografi yang diterbitkannya ia tinggal di perumahan itu. seharusnya ia berumur 30 tahun saat ini.
Tanpa kesulitan Bapak bisa mencari alamat yang aku berikan kepadanya. Pada menjelang siang kami telah tiba dirumah Prof.Harley yang terlihat sederhana.
“maaf mencari siapa…” ucap wajah yang sangat aku kenal itu.
“maaf, saya mengantar anak saya untuk bertemu dengan temannya” ucap bapakku.
Prof Harley menatapku. Anaknya memang seusia diriku.
“sebentar saya panggilkan anak saya…” ucap prof Harley hendak masuk kedalam.
“maaf pak Harley….” Ucapku mencegahnya.
Prof Harley terkejut saat aku mengenal namanya.
“ada apa nak…” ucap prof Harley sambil berjongkok tersenyum ramah didepanku.
“nama saya Aji Perkasa, jika boleh saya ingin mengobrol berdua saja dengan pak Harley” ucapku.
Prof Harley makin terkejut melihat sikapku yang terlihat dewasa. Bahkan anak umur 12 tahun belum tentu bisa sedewasa itu dalam berbicara. Prof Harley menatap bapak dan ibuku, seolah2 meminta ijin kepada mereka.
“bapak dan ibu menunggu diteras saja….” Ucap bapakku.
“mari nak masuk…..” ucap prof Harley sambil menggandeng tangan mungilku menuju ruang tamunya.
“sebentar ya nak bapak ambilkan minum buat kamu dan orangtuamu” ucap prof Harley meninggalkanku menuju dalam rumahnya.
Setelah menyajikan jeruk hangat untuk ku, dan kedua orangtuaku yang menunggu diteras rumahnya. Prof Harley langsung duduk dibangku depanku.
“ada apa nak Aji…. kalau boleh tahu, berapa umur nak Aji sekarang” ucap prof Harley.
“umur saya 5 tahun 3 bulan pak” ucapku.
“nah apa yang ingin nak Aji tanyakan kepada saya?” ucap prof Harley.
“saya ingin meminta bantuan pak Harley” ucapku.
“bantuan apa……?” jawabnya.
“saya membutuhkan seorang yang paham mengenai investasi, mungkin ada salah satu dari kenalan pak Harley” ucapku sambil menyerahkan tumpukan kertas yang sudah aku susun dengan rapih dalam sebuah pelastik bening.
Prof Harley terkejut mendengar ucapanku, sambil menerima kertas yang aku serahkan kedepannya diatas meja.
“apa ini……” guman prof Harley sambil mengeluarkan kertas2 dari dalam pelastik putih yang membungkusnya.
Mata prof Harley langsung melotot melihat satu persatu kertas yang dipegangnya.
“itu adalah rencana investasi saya yang sudah saya susun, serta dana yang saya miliki” ucapku.
“ini kamu sendiri yang buat? Bahkan murid terbaik saya belum bisa menyusun rencana investasi serapih ini” ucap prof Harley terkejut sambil menatap mataku.
“bagaimana kamu mengetahui tentang itu semua…..?” ucap prof Harley sambil menatap mataku penuh tanda tanya besar.
“saya mempelajarinya dari buku Manajemen Bisnis karya pak Harley” ucapku polos.
“itu buku yang berat untuk anak seusiamu….” Ucap pak Harley masih tidak mempercayai ucapanku.
Untuk lebih meyakinkannya aku melakukan sedikit tanya jawab tentang bukunya itu.
“saya memiliki kemampuan menghapal dengan baik hanya dengan sekali baca” ucapku menegaskan kemampuan ingatanku.
“Setelah mempelajari beberapa buku rujukan yang sejenis, maka saya bisa membuat rencana Investasi itu” lanjutku.
“baiklah, saya akan segera menghubungi nak Aji, sementara saya pelajari dahulu rencana investasi yang nak Aji berikan” ucap pak Harley.
“baiklah pak, sebelumnya saya ucapkan terimakasih atas waktunya, alamat rumah saya tertera di dalam lampiran dukumen tersebut” ucapku sambil berdiri untuk pamit diri.
Pak Harley mengantarku keluar rumah tanpa berani menggandeng tanganku seperti anak kecil waktu awal masuk kerumahnya.
“jaga baik2 anak bapak dan ibu….. dia adalah anak yang super spesial, secepatnya saya akan mengunjungi kediaman bapak dan ibu” ucap pak Harley melepas kepergian kami.
Dua hari kemudian, di pagi yang cerah, tampak sebuah Toyota Kijang memasuki perkarangan rumahku.
Tampak turun prof Harley bersama seorang lelaki seusianya dari dalam mobil itu.
Mereka disambut oleh ibuku, bapaku sudah pergi kesawah sejak pagi.
“pagi ibu, kami hendak bertemu dengan nak Aji” ucap prof Harley.
Aku yang mendengar suara prof Harley, segera berlari dari kamar tidurku.
“pagi pak Harley…. Mari silakan masuk pak…..” ucapku mendahului ibuku.
“permisi bu…” ucap pak Harley dan lelaki disebelahnya sambil melangkah masuk.
“kalau boleh tahu… ada apakah gerangan ini…” ucap ibuku yang sedikit khawatir denganku.
“tidak ada apa2 bu… ibu masuk aja… pak Harley mau membantu saya untuk persiapan menerima beasiswa” ucapku berbohong.
Pak Harley terkejut dengan ucapanku. Namun ia sadar tidak mungkin orangtua mereka mempercayai anak yang masih kecil seperti Aji jika berkata jujur.
“benar bu… kami minta waktu sedikit buat berdiskusi dengan anak ibu” jawab pak Harley.
Mendengar anaknya akan mendapat beasiswa, membuat hati ibuku senang, ia dengan senang hati meninggalkan kami untuk berbicara.
“perkenalkan nak Aji, bapak ini teman kuliah saya di London dulu, namanya pak Budi Subekti, dia berkerja dibidang investasi” ucap pak Harley.
“pak Budi langsung terbang dari Amerika begitu membaca rencana investasi nak Aji, beliau sangat mengaggumi rencana investasi nak Aji yang sangat luar biasa itu” lanjut pak Harley.
“ini anak yang saya bicarakan itu. namanya Aji Perkasa” ucap pak Harley kepada pak Budi.
“pak Budi Subekti, 30 tahun mendatang adalah seorang CEO dari perusahaan Subekti Share, yang memainkan dana 800 Triliun dalam setahunnya” bathinku.
“halo…. senang berkenalan dengan anak sejenius anda” ucap pak Budi.
Kami pun terlibat obrolan yang cukup berat. Namun dapat aku tanggapi dengan ringan.
“jadi bagaimana rencana nak Aji” ucap pak Budi.
“saya mau berinvestasi pada perusahaan ArrayComm milik Martin Cooper” ucapku.
“anda yakin? Perusahaan itu baru dibentuk, saya tidak yakin Martin Cooper akan menerima Investasi kita” ucap pak Budi.
“namun akan saya usahakan” lanjutnya.
“baguslah kalau begitu” jawabku.
“dengan uang yang nak Aji punya, kemungkinan besar nilai investasinya sebesar 5,5 juta dolar Amerika” ucapnya.
“baiklah… tolong kerjasamanya” ucapku.
Ibuku yang mengira uang tabunganku hanya masih ratusan ribu saja, dengan santainya menyerahkan surat kuasa penarikan uang kepadaku, aku bilang untuk membeli sebuah sepeda baru.
Seminggu kemudian pak Budi mengabari kesuksesan melobi Martin Cooper untuk saya berinvestasi diperusahaan ArrayComm miliknya, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengembangan teknologi telpon genggam yang akan berkembang pesat dalam waktu 1 tahun kedepan nilai investasiku akan menjadi 100x lipatnya.
Dengan bantuan pak Harley, aku mendapatkan beasiswa, jaman ini sekolah dasar masih menarik uang iuran SPP.
Aku dan pak Budi terus berkomunikasi mengenai perkembangan harga saham di perusahaan ArrayCoom. Sementara komunikasiku dengan pak Harley hanya berkecimpung dibidang pendidikan. Bahkan beliau sempat membujuk kedua orangtuaku untuk memasukan aku kesekolah anak berbakat di Ibukota, namun aku menolaknya.
Aku yang dulu pernah dibully, kini mulai menyibukan diri dengan latihan beladiri. dengan kemampuan otak sorang lelaki dewasa, ditambah dasar kepandaianku, membuat aku dengan mudah mempelajari berbagai ilmu beladiri, tanpa menggangu nilai belajarku yang jelas masih teramat mudah.
Januari 1997 aku masih kelas 3 SD. Ku kabari pak Budi untuk segera bertemu.
“kalau bisa saya ingin membentuk perusahaan investasi sendiri dengan uang yang saya punya” ucapku lagi.
Pak Budi terlihat sangat terkejut dengan ucapanku.
“dan saya minta pak Budi yang menjalankannya” lanjutku.
“baiklah saya akan segera membentuk tim untuk itu” jawab pak Budi sambil undur diri.
Awal bulan Maret saya dan pak Budi tiba di New York. Pak Budi membawa saya kesebuah gedung besar ditengah kota New York.
“kita menyewa salah satu lantai di Gedung ini untuk menjadi kantor pusat perusahaan investasi nak Aji” ucap pak Budi.
Kami pun melangkah memasuki gedung, dilantai 11 letak kantor perusahaan Dream Investment Inc. milikku.
Aku dengan semangat memasuki pintu masuk perusahaan pertama milikku.
“helo Budi….. long time not see” ucap seorang pria dari 6 orang yang menyambut kedatangan kami.
(dialog berikut dalam Bahasa English yang sudah ditranslate)
“hai…. perkenalkan ini adalah Aji Perkasa, dia adalah CEO kita” ucap pak Budi.
Semua mata terkejut menatap kearahku, perusahaan dengan nilai 2,5 milyar Dolar Amerika dimiliki oleh seorang anak kecil yang baru berumur 8 tahun.
“nak Aji, mereka adalah tim ahli yang bekerja diperusahaan anda” ucap pak Budi.
“hai salam kenal….mohon kerjasamanya…” ucapku.
Semua mata makin terkejut mendengar kemampuan Bahasa English ku.
“wow anda penuh kejutan nak Aji” ucap pak Budi yang juga terkejut.
Kami pun langsung terlibat percakapan ringan, sebelum akhirnya saya meminta pak Budi untuk berbicara empat mata saja.
Pak Budi dan saya akhirnya pergi ke ruangan pribadi saya untuk berbicara empat mata dengannya.
“saya ingin menginvestasikan uang saya di perusahaan Intel Corporation apakah anda dapat membantu saya?” ucapku.
“berapa yang anda ingin investasikan?” tanya pak Budi.
“saya ingin menginvestasikan sebesar 1 milyar dolar” ucapku.
“baiklah akan saya atur, bagimana dengan sisanya?” ucap pak Budi.
“tolong bapak yang atur sisanya, namun sisakan 100 juta dolar untuk dana taktis kita” ucapku.
“baiklah… saya akan atur semuanya” jawab pak Budi.
Seminggu aku berada di Amerika, sambil jalan2 bersama pak Budi.
Sepulang dari Amerika, aku kembali menyibukan diriku dengan sekolah dan latihan beladiriku.
Aku sebenarnya ingin menyenangkan kedua orangtuaku, namun aku menahannya. Aku ingin bapakku Insaf terlebih dahulu dari judi togelnya, perlahan2 sawah yang dimiliki orang tuaku dijual satu persatu.
Saat kelas 5 SD keluargaku resmi terkenal keluarga yang bangkrut, tak ada lagi barang yang bisa dijual bapakku. Hanya sisa rumah tempat tinggal kami yang untungnya memakai nama ibuku, sehingga bapakku tidak dapat menjualnya.
Dengan perantara pak Harley ibuku setiap bulannya mendapatkan uang belanja untuk keperluan dapur. Dengan alasan uang itu adalah salah satu bentuk dari bonus beasiswa yang kuterima. Namanya orang desa ya dengan mudahnya ibuku mempercayainya.
Januari 1999 dengan memanfaatkan nilai tukar rupiah yang melonjak tinggi, untuk pertama kali aku membangun perusahaan yang bergerak dibidang kontruksi di Ibukota atas bantuan pak Budi. Pak Budi adalah CEO bayangan di perusahaan Kontruksi itu. tim perusahaan yang dipilih pak Budi semuanya bekerja dengan sangat bagus, karena mereka adalah orang2 pilihan yang direkomendasikan pak Budi dan pak Harley.
Aku mulai membelikan beberapa petak sawah kepada bapakku, dengan dalih hadiah pemberian pak Harley atas prestasi yang aku raih. Akhirnya ekonomi keluarga kami kembali normal, bapak sudah kapok untuk berjudi lagi.
Walau aku banyak uang, aku selalu berpenampilan sederhana dilingkungan kampungku, dengan sepeda aku berangkat kesekolah.
Saat SMP dimulailah pembulyan pertama dalam hidupku. Aku yang sudah belajar ilmu beladiri sejak kelas satu SD dengan mudah mengatasinya. Bahkan aku menjadi anak paling ditakuti di SMP itu.
Saat kelas 1 SMA aku sudah memiliki banyak anak perusahaan di tanah air, perusahaanku bernama Grup Perkasa, sudah menjadin perusahaan terbesar nomer 5 ditanah air. Dengan nama Dream Investement Inc. aku bahkan sudah berhasil membeli 10% saham Grup Sanjaya.
Dikelas 1 SMA ini aku kembali bertemu dengan Alice. Ia masih terlihat seperti dulu, polos, pintar dan baik hati, dengan tinggi badan mencapai 172 cm berat badan 50cm, tingginya jauh dengan ku yang hanya 160cm. Alice benar2 wanita impianku.
Disini kembali pembulyan kedua terjadi. Aku yang tidak tergabung dalam geng preman maupun geng Elite menjadi sasaran pembulyan mereka. Namun mereka sangat terkejut, aku yang berprestasi di bidang akademi, juga berprestasi dibidang seni beladiri.
Alice yang ku kenal dulu, bahkan tidak akrab denganku hingga tamat SMA. Berbeda dengan Alice yang sekarang, sejak aku berhasil menundukan geng preman dan geng Elite, Alice yang awalnya hendak bergabung kedalam geng Elite, membatalkan niatnya. Alice bahkan mulai akrab denganku.
Aku yang dulu tidak bisa berbuat apa2 untuk mendapatkan Alice. Namun aku yang sekarang memiliki kemampuan untuk mendapatkannya.
“nanti pulang sekolah kita pulang bareng yuk Lic” ucapku. Alice juga berangkat ke sekolah menggunakan sepedanya.
“ok….” Ucap Alice singkat di sela2 jam istirahat kedua.
Pulang sekolah aku, Alice dan 3 temanku lainnya bersepeda bersama melewati hamparan sawah yang luas di kiri kanan kami.
Baru 100 meter dari sekolahan, tiba2 ada sebuah mobil minibus menghentikan laju sepeda kami. Tampak 4 orang lelaki berbadan tegap memakai topeng hitam, keluar sambil menodongkan senjata api kearah kami.
“jangan ada yang melawan jika sayang nyawa kalian” ucap salah satu dari lelaki itu.
Satu orang lelaki menarik tangan Alice, sementara satu orang lelaki lagi menarik tanganku. Aku dan Alice di tarik menuju mobil minibus itu. lalu kedua lelaki bertopeng yang masih ada diluar ikut masuk kembali kedalam mobil. Mobil melaju dengan kencang meninggalkan ketiga teman kami lainnya.
Saat di dalam minibus tiba2 aku dan Alice dibius hingga pingsan.
Bersambung......................................................