Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Rara

Bimabet
Bwahahah, I know, I know... Dari sudut pandang siapa pun, masa lalu itulah yg jadi side story.. krna justru Rara yg sekarang jadi jodoh ente, adalah the real storynya kan...:beer:


:)
Benar, suhu..

Tapi "R"ara lho suhu, yg nubi blum sebutin nama panjangnya..

:D
 
..atau mungkin sikap Nanta ke Husna adalah "hasil didikan" Hara?
:)

Ehm... rara adalah sosok manis dlm santai. Bukan sexy. Husna & lily adalah side story. Lantas sikap nanta ke husna adalah hasil didikan hara ? Bisa jadi....bisa jadi. Hadehhhhh... apa ada unsur fisikanya dlm koment saya ini ? Wkwkwk... gak nyambung. Keep update suhu. Selalu menanti....
 
wah, penggemar Hercule Poirot juga ternyata, sama seperti ane... Emang bener, alasan ane lebih suka poirot drpd Holmes adalah karena Poirot lebih gampang dimanusiakan... sosok seorang Holmes, kayanya terlalu perfect, yg terkadang susah diterima akal untuk dunia dan kenyataan yg serba tidak sempurna ini..
 
:)
Benar, suhu..

Tapi "R"ara lho suhu, yg nubi blum sebutin nama panjangnya..

:D

Nah lho, ane juga gak ada bilang "R"ara itu siapa lho... Apakah itu Hara, yg ente tulis pada update 1, atau itu Citra yg pernah ente singgung pada thread sebelum nya, atau mungkin bakalan muncul nama baru seperti Dara, Clara, atu bahkan Bara mungkin... ops...____:ngacir:
 
hahahahah... ini nih, ane lebih ngeliat ini sebagai curhat drpd sekedar pertanyaan... right??? ;)

Ampun, suhu..

Dirimu menelanjangiku.. hihi..


Nah lho, ane juga gak ada bilang "R"ara itu siapa lho... Apakah itu Hara, yg ente tulis pada update 1, atau itu Citra yg pernah ente singgung pada thread sebelum nya, atau mungkin bakalan muncul nama baru seperti Dara, Clara, atu bahkan Bara mungkin... ops...____:ngacir:

Bara Pattiradjawane, hihi..

Kebetulan nubi mmg demen nonton show nya dlu..
:D
 
Hercule Poirot (baca : Irkiul Poakhoo)


baru tahu klo bacanya begitu :galau:
 
Update 02

***

Hara tidak kujumpai pada waktu seperti biasa. Dia menghilang setiap jam kuliah selesai. Sesekali mataku tertumbuk padanya saat perkuliahan berlangsung, di tengah praktikum, atau di koridor fakultas. Tetapi dia seketika menghilang saat kudekati. Atau terlihat sibuk mengobrol dengan seseorang.

Pada mulanya kuanggap ini biasa. Bagaimanapun, ini Tahun Pertama Bersama, masa menempa diri dengan kebiasaan belajar yang baru dan berbeda dengan masa SMA. Tetapi kemudian hal ini berlangsung lama. Seminggu, dua, tiga, lalu entah berapa lama, aku lupa. Sampai kemudian aku tersadar, ini bukan tidak disengaja. Hara menjauhiku karena sesuatu, dan aku harus tahu apa itu.

Bagaimanapun kuputar ingatanku, memoriku tidak bisa menemukan apa yang telah kulakukan yang sekira memicu Hara menjauhiku. Temu terakhir kami adalah di rumah Hara, setelah tanpa sengaja menyaksikan kak Tirta bercumbu dengan bang Sam, kekasihnya. Apakah saat itu aku mengatakan sesuatu yang keliru?

Duh, sialnya, pertemuan yang terjadi - yang dulunya - setiap hari membuatku tidak pernah merasa perlu meminta kontak pribadi dari Hara. Aku tidak tahu nomor ponselnya, tidak juga telepon rumahnya. Kondisi ini menyisakan satu pilihan bagiku untuk mencari tahu.

***

Di lain pihak, hubunganku dengan seorang gadis belia di lingkungan rumahku memasuki babak baru. Kami mulai lebih berani menunjukkan ketertarikan yang resiprok. Pertemuan di pengajian, saling pandang di kondangan serta tukar-menukar salam selalu kami lakukan, seperti remaja kebanyakan.

Lalu kami resmi berpacaran.

Rasa tertantang berpacaran dan kepuasan mendapatkan perhatian dari gadis dambaan mengisi pikiranku semester itu. Antar-jemput ke sekolah, ke tempat bimbingan belajar, atau ke rumah teman menjadi pengisi waktu luangku yang baru. Nggantung-nya komunikasiku dengan Hara perlahan terhapuskan dari ingatanku.

Tetapi bawah sadarku tidak sanggup menghilangkan dengung suara kak Tirta. Bayangan tubuhnya yang telanjang, bergerak dalam tarian paling aneh namun indah diiringi desah, selalu membuat kepalaku panas seakan hendak pecah.

Erotika dalam mimpiku diisi oleh pengulangan-pengulangan adegan cinta bang Sam bersama kak Tirta. Setiap kali, bayangannya menjadi semakin jelas, adegannya semakin panas. Dan yang mengejutkanku adalah, pada suatu hari, kusadari wajah pasangan dalam mimpi dan khayalanku adalah wajahku dan sosok Hara.

Suatu hari di masa kini kupahami, bahwa khayalan seronok dan mimpi basahku merupakan katalisasi dari dua kondisi yang terjadi padaku saat itu. Kondisi pertama adalah aku telah menyaksikan secara langsung suatu persetubuhan nyata antara kak Tirta dan kekasihnya. Dan kondisi kedua adalah aku kini punya pacar, seorang gadis dini yang juga sedang berada dalam masa eksplorasi.

Fantasi yang memenuhi otak remajaku mengubahku menjadi sosok dengan orientasi baru. Pikiranku selalu dipenuhi hasrat bercumbu, mewujudkan bayangan yang terbentuk dalam gambaran mentalku.

Hingga suatu hari, kuberanikan diri mengajak pacarku ke sebuah tempat wisata. Sebuah tempat yang kutahu akan memberiku kesempatan berdua saja.

***

”Aaaahhh.. Kak.. Aaahh..” Kekasihku mendesah meneriakkan gairah mudanya.

Kuteruskan ciumanku di lehernya, menciumi wangi kerudungnya. Badannya kian rapat bersandar ke tubuhku. Perawakannya yang mungil membuatku leluasa terus mencumbu.

“Kakk.. Akhh.. Kak.. Ooouuhhhhh.. Ahhhh..” badannya menegang, kaku, lalu beberapa detik selanjutnya melemas bagai tak bertulang.

Jemariku mengantarkan kekasihku mencapai orgasme-nya yang pertama.

Tubuhnya bersandar dengan nafas memburu. Tanganku masih menangkup selangkangannya, saat nafas dan detak jantung kami kembali normal dengan perlahan.


Eksplorasi pertamaku bersama pacarku yang belia berlangsung singkat. Nikmat pada saatnya, tetapi cepat memudar ketegangannya. Pengulangan setelahnya terasa sebagai rutinitas pelepas kewajiban. Hanya semacam apel untuk menegaskan status pacaran. Ciuman, remas-meremas, rogoh-merogoh, hanya membawaku dari rasa kentang yang satu menuju kentang lainnya.

Namun kusadari, memang demikianlah hakikat masa eksplorasi. Penjelajahan gairah selalu memicu penasaran akan area baru yang belum dirambah. Birahi muda selalu menuntut penyaluran, namun tidak akan pernah terpuaskan.

***

Semester berikutnya datang seperti terburu-buru. Mungkin kesibukanku yang padat membuatnya terasa begitu. Kampus, sekretariat LK, sekolah pacar, lalu berbelok mencari tempat bercumbu. Rutinitas tabu yang memberi makna berbeda pada pacaran dalam kamusku.

Lalu Hara kembali muncul dalam koridor sempit ruang belajarku.

***

“Hey, tumben gak lari lagi..”

Aku menyapa Hara dari belakang. Dia tidak melihatku mendekat, saat sedang sibuk membaca selebaran di papan pengumuman. Hara terlihat terkejut melihatku, namun cepat mengendalikan rona wajahnya yang kikuk sesaat.

“Haha.. Kenapa mesti lari, ih..” Hara berusaha terdengar biasa.

Ucapan Hara menjengkelkanku. Dia berlaku seolah tidak ingat telah menghindariku beberapa bulan ini. Seketika pertanyaan yang dulu kukubur bermunculan kembali. Kulangkahkan kakiku mendekat, kurapatkan tubuhku, mendesaknya ke dalam area pribadinya, mencecar bertanya,

“Aku ada bikin salah ke kamu? Kamu kan bisa bilang aku salah apa, kita ini bukan an..”

Plak!

Hara menamparku.

Benakku yang pejal seketika kopong. Hara mendorongku lalu bergerak pergi. Lambaian kerudungnya saat berlari membelah udara adalah hal terakhir yang kuingat tentangnya selama beberapa hari.

***

Tahun Pertama Bersama berakhir, kuliah gabungan antar jurusan sudah tidak ada lagi. Aku hampir tak pernah punya kesempatan bertemu Hara di area perkuliahan. Kealpaannya semakin terasa, sebab beberapa hari itu aku lebih banyak menghabiskan waktu di kampus. Pacarku sedang menjalani ujian tengah semester ganjil di tahun kedua, aku tidak ingin mengganggu waktu belajarnya dengan gaya pacaranku yang semakin lama semakin menggila.

Lalu suatu pagi, sebuah pesan dari nomor asing menggetarkan ponselku,

xxxx : Ta..

Hanya ada satu orang yang menyapaku dengan nama itu.

Nant : Hara?
Hara : Hey.. Kamu di kampus?
Nant : Iya, kamu?
Hara : Kamu lagi ada kuliah?
Nant : Gak ada. Jawab dong, kamu di mana?
Hara : Aku di rumah

Aku tidak tahu balasan yang tepat untuk itu. Kembali kupusatkan perhatian pada kuliah yang sedang berlangsung. Ya, suhu sekalian, aku berbohong pada Hara. Walaupun tidak jelas mengapa.

Ponselku bergetar lagi,

Hara : Ngopi di sini?

Tanpa pikir panjang, aku menyelinap keluar dari ruang kuliah. Mungkin di sana akan ada jawaban, mengapa Hara berlaku begitu aneh bulan-bulan belakangan. Pun jika tidak, selalu ada waktu untuk secangkir kopi, hihi..

***

Hara membuka pintu begitu motorku memasuki pekarangan rumahnya. Cu’mala’ manis yang sama. Gaya santai rumahan yang sama. Hara tidak tersenyum, wajahnya menampakkan ekspresi asing. Sesuatu di antara takut dan.. entahlah, rindu?

Rindu? Halah, Nanta.. Mana mungkin itu.

Kami terus masuk ke ruang dapur, tempat terakhir kami bercakap beberapa pekan lalu. Hara membuat kopi tubruk untuk berdua. Arabica dan robusta dalam rasio 2 : 3. Kami menghirupnya dalam diam.

Sekejap Hara menghilang ke titik butaku, lalu kurasakan telapak tangannya yang hangat menyentuh pipiku.

“Maafin, Ta..” mata Hara berkaca.

Aku tersenyum, kutekankan pipiku dalam-dalam,

“Sekarang jelasin. Kamu berhutang itu sama aku.”

Hara menarik tangannya. Sejurus lagi berlalu dalam bisu.

“Aku siapa, Ta?”

“Ng?”

Aku benar-benar tidak mengerti maksud pertanyaan Hara.

“Bagi kamu, aku ini apa? Temankah?”

“Ya tentu temanlah. Kok nanyanya aneh sih?”

Aku sadar sepenuhnya jawaban yang diharapkan seorang gadis dengan pertanyaan demikian. Tetapi aku pria dengan pacar, suhu sekalian. Apakah pantas jika kuberi jawaban berbeda? Bukankah lame dan prismatis jika kujawab “aku menginginkanmu lebih dari sekadar teman”? Bukankah itu akan salah dalam semua norma?

Hara beringsut ke arahku.

“Teman, Ta? Teman yang boleh begini?”

Pipiku dikecupnya. Aku terkejut, tidak mampu bicara.

“Kamu pernah punya teman yang boleh giniin kamu?”

Hara memelukku, menciumi kuping dan leherku. Napasnya yang lembut menggelitikku di ujung rambut.

“Ra.. kamu kenapa..?”

Tak urung tanganku balas memeluknya.

Hara semakin tenggelam dalam pelukku, peluknya. Naluriah, kami berdiri, bergerak mencari sandaran. Hara terus merapatkan tubuhnya ke arahku, mendesakku ke dinding. Tubuhku tersandar, terdorong oleh Hara yang terus-menerus membisikkan mantra anehnya,

“Kita temenan, kan, Ta? Mmmmmhhh..” bibirnya terus menciumi pipi, kuping, telinga dan bahuku.

Kurasakan sebelah pahanya menggesek selangkanganku, memberi gerak kecil yang mengeraskan sebentuk otot dan urat di sela pahaku.

Tanganku membelai punggungnya, pinggangnya, pinggulnya.

Posisi kami yang berdiri terasa menyusahkan. Hara menuntunku menuju sebuah pintu, mendorong tubuhku rebah berbaring ke ranjang, lalu menindihku. Gerakannya begitu cepat dan tergesa, seolah khawatir pikirannya akan berbalik berubah.

Seperti sihir, bajuku dan baju Hara lepas tanpa kusadari. Percikan api mungkin beterbangan dari pertemuan kulit kami jika saja lampunya mati.

Kubalikkan posisi, kini aku menindihnya. Kuarahkan ciumanku ke wajahnya, membalas semua perlakuannya yang mesra dalam tergesa. Kucumbui lehernya, pipinya, kembali ke lehernya.

Lalu perlahan kuarahkan ciuman ke bibirnya yang tak henti-hentinya mendesah.

Hara memalingkan wajah ketika bibirku hampir menyentuh bibirnya.Dia menghindar setiap kali kucoba menciumnya di sana. Wajahnya yang dipalingkan membuat ciumanku selalu jatuh hanya di pipi, leher atau pundaknya. Penasaran, kuturunkan cumbuanku menelusuri dagu ke leher, menuju dadanya yang terbungkus bra hitam berenda.

Kuciumi lembah di sela belahan dadanya, sambil meremas sebelah gunung susunya. Hara mendesah mengulang tanya,

“Aaaahhh.. Ta.. kita hanya teman, kan, Ta..?”

Tidak kuhiraukan ucapannya yang membingungkan itu. Kuteruskan cumbuanku. Sebelah tanganku meremas payudaranya, sebelah lagi berusaha melepas kait di punggungnya. Hara melingkarkan kaki di pinggangku, menarik tubuhku dalam kuncian yang rapat.

Kait bra Hara terlepas, puting susunya mulai mengintip dari balik mangkuk bra yang melonggar. Saat mulutku kudekatkan ke payudaranya, Hara menarik wajahku ke wajahnya. Kami mendekati ciuman yang sedari tadi kuinginkan.

Tetapi Hara tidak menciumku, kedua tangannya menangkap pipiku, matanya menatapku sayu, kembali bertanya,

“Ta, aku teman kamu, kan?”

Kukatakan sesuatu yang kutahu pasti hal yang sama-sama kami rasakan,

“Bukan, Ra, kamu bagiku bukan hanya sekadar teman..” Jawabku, terhanyut akan suasana bercumbu.

Hara menatapku lama. Lalu kusadari jawabanku salah.

Hara kembali memalingkan wajah. Dia menggeliat perlahan, mendorongku turun dari tubuhnya.

Hara bangkit terduduk lalu membetulkan pakaiannya.

“Kamu pulang ya, Ta..”

“Ra.. aku seb..”

“Pulang dulu, Ta. Cepat pergi..” Hara memotong ucapanku. Jelas dan singkat, tidak menunggu jawaban.

***

Sore setelah itu kukirimkan belasan pesan singkat kepada Hara.

“Ra, aku minta maaf jika aku salah. Tapi tolong jelasin salahku itu apa..”

...

“Bantu aku mengerti, Ra..”

...

“Kamu mau aku jawab apa, Ra..???”

...


“Ra..”

Tidak satupun pesanku dibalasnya.

Ponselku baru berdering sesaat menjelang malam. Kuperiksa pesan yang masuk, dari pacarku, si gadis SMA.

“Kak, Kak Hajrah lagi ga di rumah, Mas Iman juga..”

Sebuah undangan dari seorang perawan untuk menghabiskan malam, dikirimkan kepadaku, pacarnya, perjaka yang sedang dilanda bingung dan diayun kentang

***

Dini hari di rumah kak Hajrah.

“Aaaahhh.. Ouhhhh.. Kak Nantaa.. Terus, kak.. Aaahhhhh..” kekasihku mengerang dalam marathon missionari kami yang panjang.

Kami bertukar keperawanan malam itu. Malam panjang penuh gairah dan tak kenal lelah. Saat fajar menyingsing, aku bukan lagi lelaki yang kemarin.

“Oouuuhh.. Aaahh..”

Kita temenan, kan, Ta?

“Kak, Aaaahhh.. Kak Nantaaaa..”

Kamu pernah punya teman yang boleh giniin kamu?

“Aaaaaaaahhh.. Ouhhh.. Aaaaahhh..”

Orgasme melanda kekasihku, bayangan Hara memenuhi pikiranku.

Kupejamkan mata, kugelengkan kepala. Hara bersemayam jauh di dalam benakku, di suatu sudut sepi yang tidak terganggu..

***

Nubi bingung mo bilang apa, suhu sekalian..

Semoga terhibur aja deh..


:)
 
Terakhir diubah:
Pertamax,,

Cu mala cu mala ,,aduh suhu ini bkin galau lge...

Pnasaranka ini sama hara.,.nda ada spupux cwek lge suhu...
 
jadi inget sama karakter cowo di lapak sebelah
yg bilang " sayang " pas mau ml duank,, hahahaaa...

ane masih ngerasa bingung bingung sama nanta yg disini, kerasa berbeda dengan karkter nanta nya si husna n lily

bdw thank's buat update nya suhu.. :jempol:
 
Siang yang gerah, mengenang Hara pada semula.

Tanpa sadar nubi selalu menyenandungkan lagu ini setiap kali teringat masa..

KLa Project - Terpuruk Ku Di Sini

Setetes embun di daun
Lamban bergulir
Ketika jatuh ke tanah
Terserap musnah

Begitu pun hatiku
Diayun bimbang jawabmu
Terhempas dan hampa
Tak terkira..

Mentari tersaput mega
Enggan bersinar
Menusuk angin ke raga
Jiwa gemetar

Terpuruk ku di sini
Dipeluk bimbang sikapmu
Membeku dan sara
Tak terkira..

Adalah kau tuangkan cinta
Ke dalam tungku yang tengah panas menyala
Adalah kau padamkan bara
Tatkala hangat mulai membuai jiwa

Terhempas bimbang sikapmu
Menggigil palung hati
Di pelukan bimbang jawabmu
Terpuruk ku di sini
Dihempas bimbang sikapmu
Membeku dan sara
Tak terkira..


https://youtube.com/watch?v=oOxb18B2UAY

:)
 
Sptnya husna memang side story. Main story-nya justru dlm thread ini. Benarkah ? Hadehhhh.... meneketehe. Goresan suhu msh sangat awal. Rasanya gak etis utk menebak terlalu jauh. Lanjutken suhu....
 
Terjawab sudah mengapa cerita sblmny yg kurasakan spt "terlalu cepat selesai" well ternyata disinilah cerita utamanya.

Secara keseluruhan, ceritanya bagus, gaya bahasa sama bagusnya dgn yg sblmnya. Lanjutkan, suhu. Kami menunggu.
 
jadi inget sama karakter cowo di lapak sebelah
yg bilang " sayang " pas mau ml duank,, hahahaaa...

ane masih ngerasa bingung bingung sama nanta yg disini, kerasa berbeda dengan karkter nanta nya si husna n lily

bdw thank's buat update nya suhu.. :jempol:


Mgkin di sini imaji Nanta kayak kebanyakan mikir ya, suhu?

Krena menghadapi Hara mmg jadinya gitu, hihi..
 
Bimabet
Makasih Suhu updatenya & karna di kisah ini ga nyebutin nama 2 teman belajar kemaren...hihihihi
Justru feel-nya malah semakin kerasa...hahaha

Suhu, apa Hara itu kepribadian ganda yaa???
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd