Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Rapuh -TAMAT

Bagian 18

Sebulan yang lalu

Sebulan yang lalu, sebelum Thalib mengetahui tentang tertularnya dia. Ada cerita romantis yang terjadi antara Arief dan Lista. Sebagaimana yang diketahui keduanya sama-sama menyukai walaupun Lista bingung untuk mengutarakannya. Berada di dekat Arief saja sudah merasa nyaman. Namun, kejutan dia terima pada siang hari saat makan siang.

“Pak Arief, saya jadi nggak enak lho,” ucap Lista saat menerima sebuah kado dari Arief.

Arief mengajaknya makan di sebuah rumah makan kecil yang tak jauh dari kantor. Kado itu kecil, Lista menebak isinya ponsel, ya karena ukurannya sebesar itu.

“Apa ini isinya?” tanya Lista, “tapi perasaan ulang tahun saya masih lama, deh.”

“Sudah, buka saja!” ucap Arief.

Lista yang menghentikan makannya pun segera membuka bingkisan tersebut. Dan setelah kertas kado dibuka memang benar. Ada kardus ponsel, tetapi ada yang aneh dengan kardus tersebut. Tidak terlalu berat untuk ukuran ponsel.

“Ponsel?” tanya Lista.

Arief tidak menjawab dan masih melihat ekspresi yang terpancar dari wajah Lista. Perlahan-lahan Lista membuka kardusnya. Dia pun terkejut, sebab apa yang ada di dalam kardus tersebut di luar dugaan. Lista melihat sebuah cincin emas dengan batu berlian yang cukup indah. Wajahnya terperangah, bibirnya ternganga seakan-akan tak percaya. Untuk sejenak dia blank. Bingung. Heran.

“P-pak, ini kan….”

“Lista, kau mau jadi istriku?” tanya Arief. Lelaki itu kemudian berdiri dari tempat duduknya, pindah berdiri di samping Lista.

Dalam bayangan Lista saat itu ada tank masuk ke dalam restoran menghancurkan tembok restoran sehingga membuat para pengunjungnya kocar-kacor, lalu moncong meriamnya menghadap ke arah mereka. Dan dalam hitungan detik keluar pokemon-pokemon lucu dari meriam itu. Jantung Lista nyaris copot. Dia tak percaya. Mimpi apa dia semalam sampai tiba-tiba orang yang selama ini dia idam-idamkan melamarnya?

Ini bukan soal mau atau tidak. Ini soal bagaimana menjawabnya, sebab bibir Lista seperti tertahan untuk berkata-kata. Syarafnya seperti terhenti begitu saja.

“Aku anggap itu iya,” ucap Arief.

“Pak Arief, serius?” akhirnya Lista bisa berbicara.

“Kamu nggak mau?” tanya Arief.

“Mau! Mau mau!” ucap Lista dengan segera dia berdiri memeluk atasannya.

Begitulah. Hari itu adalah hari bahaagia bagi Lista. Dilamar orang yang dia cintai. Perasaan yang selama ini dipendam pun akhirnya terbayarkan. Selepas itu tentu saja Arief dan Lista izin untuk pergi menemui orang tua Lista.

Arief yang sudah kenal dengan kedua orang tua Lista tentunya tidak butuh waktu lama untuk dilancarkannya urusan lamaran. Kedua orang tua Lista setuju. Mereka pun sudah tahu latar belakang Arief sebagai seorang duda beranak satu. Punya usaha sendiri, terlihat baik dan tampan. Padahal, dulu Lista menganggap Arief dan Jannah adalah pasangan serasi. Kedua orang ini lebih seperti couple goals. Sayanya semuanya berubah begitu cepat.

Secepat lamarannya dan secepat itu pula acara pernikahan dan ijab qabul digelar. Hanya butuh waktu dua minggu untuk mereka melangsungkan pernikahan. Pernikahan itu dihadiri keluarga dari Lista, dari pihak Arief tidak ada. Memang terkesan aneh, tetapi Arief menjelaskan kalau bapaknya tidak bisa hadir.

Berita tentang pernikahan Arief tidak banyak yang tahu kecuali orang-orang yang ada di kantornya. Jannah maupun Thalib sama sekali tidak diberitahu. Dua orang yang tahu lainnya adalah Azizah dan Leli. Mereka harus diberitahu, pikir Arief. Azizah diberitahu saat sedang berada di atas tubuh Thalib meliuk-liukkan pantatnya memberikan rangsangan kepada ustadz tersebut. Dia melakukan itu sambil melihat pesan masuk. Azizah tersenyum saja. Leli berbeda, perasaannya sangat sedih dan menangis.

* * *​

Capek. Itulah yang dirasakan oleh Arief. Setelah acara pesta kecil-kecilan atau yang biasa dikenal walimatul urusy, Arief pun menghabiskan waktu untuk membantu keluarga Lista membereskan peralatan pesta, catering dan terakhir menemani keluarga Lista ngobrol sampai larut. Setelah itu Arief pun masuk ke dalam kamar.

Sebenarnya mau-mau saja Arief malam itu “menyentuh” Lista yang sudah sah menjadi istrinya. Namun, yang terjadi adalah Arief melewati malam itu dengan tidur. Energinya sudah dihabiskan mengurus pernikahan. Lista juga tak keberatan, karena dia tahu Arief yang lebih banyak gerak dan mengurus semuanya.

Tengah malam, Lista terbangun. Sudah dua malam ini mereka tidur bersama. Kali ini Lista terkejut, karena tak mendapati suaminya di sisinya. Dia mengamati ruangan kamar dan mendapati Arief sedang berada di jendela termenung menatap langit malam. Perlahan-lahan, Lista beranjak dari tidurnya, lalu menghampiri sang Suami.

“Ada apa, Mas?” tanya Lista.

Arief menoleh kepadanya. Sejurus kemudian tangan Lista masuk ke pinggang dan memeluk Arief dari belakang. Rasanya nyaman kalau memeluk seseorang yang dicintainya. Kedua tangan Arief memeluk tangan Lista.

“Nggak apa-apa. Cuma ingin melihat langit aja,” kata Arief, “aku biasanya kalau terbangun di malam hari menghabiskan waktuku melihat langit, kadang sampai pagi.”

“Hmm?”

“Melihat langit bergerak di malam hari, terutama bintang-bintang membuatku terkagum-kagum akan ciptaan Sang Kuasa.”

Lista melepaskan pelukannya, kemudian berdiri di sebelah suaminya. Memang, malam itu langit dipenuhi bintang, tanpa rembulan. Di tempat ini, bintang terlihat jelas, karena tidak banyak cahaya. Rumah Lista ada di pinggiran kota, jauh dari gemerlapnya lampu-lampu jalanan, sehingga pemandangan malam seperti ini sangat wajar terjadi.

“Iya, bintangnya banyak,” kata Lista.

“Kalau di kota, nggak akan bisa melihat bintang-bintang seperti ini,” kata Arief.

“Iya ya, mas.”

“Tapi aku nggak khawatir kalau misalnya bintang-bintang itu hilang, karena satu bintang ada di sampingku.”

Senyuman manis tersungging di bibir Lista. Walaupun gombalan receh, tetapi Lista menyukainya. Arief lalu memeluk Lista. Lista membalas pelukannya.

“Aku rasanya bahagia sekali, seolah-olah mimpi menjadi kenyataan,” ucap Lista.

“Mimpimu?”

Lista mengangguk. “Dari dulu aku sudah naksir ama Mas. Bermimpi bisa dipeluk mas seperti ini. Bermimpi bisa berdua di kamar seperti ini.”

Arief kemudian merenggangkan pelukannya, dia menaikkan dagu Lista sambil bertanya, “Kalau ini?”

Sebuah kecupan mendarat di bibir Lista. Jantung Lista berdebar-debar. Ini adalah ciuman pertamanya. Dia bingung harus bagaimana. Bibir lelaki yang ada di hadapannya ini lembut, mengecupnya dengan penuh perasaan.

Seusai kecupan itu Lista mengangguk memberikan jawaban kepada Arief. Dua malam Lista tidak disentuh, bukan berarti Arief tidak mau, tetapi memang keadaan yang super sibuk. Apakah malam ini Arief akan melakukannya?

Lista malam itu memakai baju tidur tipis tanpa daleman. Walaupun kamar cahaya lampunya remang-remang, tak bisa menyembunyikan lekuk tubuh gadis ini. Arief mengusap leher istrinya, kemudian memberikan kecupan lagi di bibir. Akhirnya, insting Lista pun membalasnya dengan pagutan-pagutan. Kedua tangan gadis ini mengusap dada suaminya, lalu turun ke perut menaikkan kaos yang dipakai. Arief tak tinggal diam, dia bantu Lista melepaskannya, setelah itu baju tidur Lista pun diturunkan, sehingga perempuan yang ada di hadapannya ini sudah tak pakai apa-apa lagi.

Tubuh gadis ini sangatlah ideal. Buah dada yang ranum belum pernah terjamah oleh tangan laki-laki manapun. Tubuhnya seksi, kulitnya cerah, wajahnya cantik dan pinggulnya menggiurkan. Lista tersenyum kepadanya.

“Kamu tahu, sudah sejak kemarin aku menunggu ini,” ucap Arief.

Tahu apa yang diinginkan suaminya, Lista berjalan berlenggak-lenggok menuju tempat tidur. Dia pun berbaring di sana sambil memejamkan mata. Arief melepaskan satu-satunya pakaian yang melekat di tubuhnya, lalu menghampiri istrinya.

Tempat tidur itu sedikit berdecit saat tubuhnya naik dan berada di atas tubuh istrinya. Lista tak perlu bertanya benda keras apa yang sekarang ini sedang menyentuh pahanya. Jelas sekali benda itu keras dan hangat. Dia memejamkan mata bukan karena tak mau melihat Arief, tetapi malu.

“Aku malu, Mas,” ucap Lista, “jangan pandangi aku terus.”

Seolah-olah Lista mengerti kalau sedari tadi Arief terus memandangi tubuh bidadari ini. Jari telunjuk Arief mulai menyisiri lengannya. Bulu-bulu halus di lengan Lista berdiri seiring rute yang dilewati oleh jari telunjuk itu. Perlahan, jari telunjuk itu naik ke bahu, ke pundak, ke tulang belikatnya, turun ke gunung kembar sebelah kanan, berputar-putar di puncaknya yang berwarna coklat kemerahan.

“Aahhh…” desah Lista. Jari telunjuk itu pun menyentuh pentilnya, menggelitiknya, lalu tiba-tiba secara mengejutkan berubah menjadi basah. “Ahhkk!!” Lista terkejut hingga membuka matanya. Di sana dia menyaksikan pentilnya menghilang di dalam mulut suaminya.

“Maass… geli…” lenguhnya.

Tangan kiri Arief tak tinggal diam, diremas-remasnya bukit kembar yang satunya. Mulut Arief berpindah dari dada yang kanan ke dada yang kiri. Dia sangat menikmati momen itu. Tubuh mulus ini sekarang jadi miliknya. Ia ingin melampiaskan semua perasaan cintanya kepada Lista. Bibir Arief tak puas mengisap buah dada istrinya, maka berpetualanglah bibir itu mengecupi setiap jengkal tubuh Lista. Dari buah dada, naik ke ketiak gadis itu. Lista makin geli terlebih saat kumis tipis Arief bersentuhan dengan bagian tubuhnya itu. Arief terus mengecupi tubuh sampingnya, lalu turun ke pinggul, ke paha, dilebarkan paha Lista setelah itu diciumi selakangan gadis itu. Wangi sekali, bau sabun untuk kewanitaan. Lista sepertinya sudah mempersiapkan semuanya untuk malam ini. Membuat Arief mempertemukan bibirnya dengan bibir kemaluan Lista.

“Aaahh… maas….,” lenguh Lista sekali lagi. Dia malu sekali saat kepala Arief sudah ada di bawah. Tak pernah terbayangkan sebelumnya pria ini sekarang mulai menggelitik organ yang paling dia lindungi. Cita-cita Lista agar tidak ada yang menyentuh organ intimnya selain suaminya sekarang terkabul. Kemarin dia cukur habis bulunya, kemudian dia pakai sabun kewanitaan agar keset dan wangi. Dan sekarang bibir vaginanya dijilati oleh sang suami.

Tubuh Lista menggeliat antara geli dan nikmat. Bersamaan dengan itu cairan-cairan cinta mulai keluar dan Arief tak membiarkannya begitu saja. Dia jilat, dia mainkan vagina perawan itu, membuat Lista makin lepas kendali. Kepalanya menoleh kiri dan kanan dan kedua tangannya mulai meremas-remas rambut suaminya.

“Mass…. Geli mass… ahh… ehhmm…..”

Lidah Arief mulai bergerak naik menyusuri garis vertikal dan berhenti di ujungnya. Di sebuah tonjolan kecil yang dia temukan lalu dia sedot sedikit kencang, membuat kedua paha Lista menjepit kepalanya. Lidah Arief lalu turun menerobos ke dalam, digerak-gerakkannya lidah itu untuk mengorek lagi cairan-cairan yang terus banjir keluar.

“Mass… udah mas… aku mau pipis…. Eehm.. .jangan mas.. mas nanti aku pipisin. Aduhhh….aaahhh!!” Lista memekik di keheningan malam. Seketika itu Arief menghentikan aksinya. Pantat Lista bergetar sambil mendorong ke depan. Orgasme pertama seumur hidup Lista.

Napas perempuan itu terengah-engah. Baru kali ini dia merasakan kenikmatan seperti ini. Kedua pahanya pun melemas, sehingga Arief bisa bangkit lagi. Pria beranak satu ini tak ingin berlama-lama. Sebenarnya ia mau saja menyuruh Lista untuk mengoral penisnya terlebih dulu, tetapi dia urungkan niat itu. Dia hanya ingin malam ini spesial bagi Lista, maka dari itulah dia merasa foreplanya sudah cukup untuk gadis ini. Penis gagahnya pun mulai ditempatkan di mulut vagina istrinya.

Butuh waktu beberapa saat untuk Lista bisa kembali ke kesadarannya. Dia menarik napas dalam-dalam saat menyadari sebuah benda tumpul menggesek-gesek liang senggamanya. Belum sampai masuk, tetapi nikmat sekali. Benda itu panjang, keras dan menekan selakangannya. Arief menekuk kaki Lista lalu menempatkan posisinya terbuka. Dia bisa melihat jelas penisnya sudah siap untuk menggagahi istrinya.

“Kamu siap?” tanya Arief.

Lista membuka matanya. Dia mendunduk sejenak untuk melihat apa yang terjadi di bawah sana. Besar. Itu kata-kata yang terbesit di benaknya. Mampukah benda itu masuk ke dalam vaginanya? Lista berdebar-debar. Namun, sebagai istri yang baik dia memang sudah mempersiapkan hari ini.

“Lakukan saja, Mas,” jawabnya.

Pinggul Arief mulai maju, menekan, mendorong. Kepala penisnya sedikit demi sedikit masuk. Lista merasa ada yang mengganjal di bawah sana. Dia mencengkeram sprei tempat tidur.

“Rileks, jangan tegang,” bisik Arief. Arief tahu kalau Lista tegang maka persetubuhan ini tidak akan nikmat. Dia pun menurunkan tubuhnya untuk menciumi bibir istrinya. Keduanya berpagutan, saling melumat meskipun Lista kaku sekali dalam berciuman, setidaknya dia belajar. Dia mengikuti lidah Arief, lidah mereka bertemu, saling bersilaturahim, saling menyedot. Dada Arief menggencet dadanya, memberikan rasa nyaman, lalu tanpa diduga Arief tiba-tiba mendorong pinggulnya.

Lista untuk sesaat tak sadar. Baru ia sadari saat sesuatu yang perih dan ngilu terasa di selakangannya. Arief sudah merobek selaput dara istrinya. Waktu tidak bisa dibalikkan dan Lista merasa lega sekaligus berdebar-debar. Ini untuk pertama kalinya seorang pria memasuki liang senggamanya. Rasanya penuh, perih, tetapi nyaman.

Keduanya terus berciuman dengan selakangan saling menempel satu sama lain. Cairan pelumas terus-menerus membanjiri liang senggamanya sehingga Arief merasa sudah saatnya untuk menggerakkan pinggulnya. Akhirnya sedikit demi sedikit Arief menggoyangkan pinggulnya.

Suara kecipak cairan cinta itu memberikan suasana yang erotis. Yang terdengar di kamar itu sekarang suara deru napas dan rintihan. Lambat laun rasa perih berganti menjadi rasa nikmat. Kedua kulit kelamin bertemu, jaringan-jaringan syaraf mulai bekerja memberikan respon ke otak mereka. Inilah kenikmatan itu. Batang penis Arief makin keras, akibat dijepit otot-otot vagina istrinya yang masih perawan. Nikmat sekali sampai-sampai Arief tak ingin ini cepat berlalu begitu saja.

Keduanya sekarang saling berpandangan. Lista mengerutkan dahinya, matanya sayu dan mulut ternganga. Arief tersenyum menatap wajah istrinya yang cantik. Kedua kaki Lista pun secara otomatis menjepit pinggang dan kedua lengannya kini memeluk leher suaminya.

Malam itu ingin dinikmati keduanya, tak keburu waktu, hanya ingin bercinta. Melepaskan segala perasaan, menumpahkan segala rasa.

“I love you, Lista,” bisik Arief.

“I love you too, Mas,” balas Lista.

“Aku ingin punya anak dari kamu,” kata Arief.

“Aku rela jadi ibu dari anak-anakmu,” kata Lista.

Keduanya pun akhirnya larut dalam suasana percintaan yang panas. Arief cukup lama menggenjot tubuh istrinya hingga akhirnya dia pun sudah tak tahan lagi untuk melepaskan benih-benih cintanya. Lista sendiri tak tahu berapa kali dia orgasme saat ditindih suaminya. Setiap kali dia orgasme Arief cukup pengertian menghentikan goyangannya. Membiarkan kenikmatan itu memproduksi hormon endorphin ke dalam otak istrinya, setelah Lista mengambil napas digoyang lagi pinggulnya. Tembakan-tembakan sperma itu pun akhirnya masuk ke dalam rahim Lista. Tubuhnya melengkung saat cairan itu menembak dinding rahimnya. Tak bisa dia lukiskan bagaimana nikmatnya.

Pasangan suami istri itu ngos-ngosan. Mereka mengatur napas sejenak, tetapi Arief tidak melepaskan penisnya. Terlebih lagi penisnya belum tidur, masih setengah berdiri meskipun sudah keluar tetesan sperma terakhirnya. Arief menyusu kepada Lista lagi. Perempuan itu sudah pasrah. Dia membiarkan suaminya menikmati buah dadanya, hanya jemarinya saja yang menggosok-gosok lengan Arief yang kekar.

Beberapa menit kemudian penis suaminya mengeras lagi. Dia pun bergoyang lagi. .Lista menyambutnya pasrah. Agaknya Arief tak ingin melepaskan kemaluannya dari tubuh istrinya. Mereka terus bercinta lagi hingga Arief keluar lagi untuk kedua kalinya. Setelah keluar kedua kalinya, Arief kembali menikmati buah dada istrinya lagi, menciumi bibir istrinya. Mengambil napas sejenak untuk meredakan gelombang orgasme. Setelah itu dia genjot lagi, lagi dan lagi. Barulah setelah orgasme ketiga kali Arief menyudahi pekerjaannya.

Pria ini terkulai di samping Lista dengan separuh tubuhnya masih menindih tubuh istrinya. Lista tersenyum puas. Batang suaminya sudah mengecil dan terlepas dengan sendirinya. Dia puas, dia bangga karena Arief telah memberikan seluruh spermanya malam itu. Dari vaginanya yang becek, cairan-cairan sperma mulai mengalir keluar karena tak mampu menampung. Keduanya pun terlelap hingga pagi datang.

* * *​

Arief terbangun saat adzan subuh berkumandang. Tak ada Lista di sampingnya, ternyata Lista sudah pergi ke kamar mandi. Di atas kasur dia melihat noda darah hasil pertempuran tadi malam. Arief tersenyum melihatnya. Dengan masih tanpa mengenakan busana, Arief mengikuti Lista yang ada di kamar mandi. Kamar mandi itu ada di dalam kamar, sehingga mereka cukup aman.

Melihat pintu kamar mandi terbuka, Lista tak perlu menebak lagi siapa yang masuk. Mereka saling melempar senyum. Lista tampak sedang membasahi rambutnya untuk keramas. Arief merapatkan tubuhnya ke tubuh telanjang istrinya.

“Mas, mandi dulu. Sudah subuh,” ucap Lista.

“Sekali aja yuk?” ajak Arief.

Mau ditolak tapi juga sayang. Akhirnya Lista pasrah saat Arief menciumnya.

“Bekas tadi malam masih perih dan mengganjal,” ucap Lista.

“Kalau begitu biarkan terbiasa,” kata Arief.

Pasrah. Itulah yang hanya bisa dilakukan oleh Lista. Pasrah saat Arief menciumi bibirnya, meremas buah dadanya, menciumi seluruh lekuk tubuhnya. Lista berinisiatif sendiri memegang batang perkasa milik suaminya.

Lista mengambil sabun cair lalu mencuci batang penis suaminya. Mengocoknya, walaupun masih kaku. Arief mengajari caranya, titik-titik dimana pria bisa dipuaskan dengan kocokan lembutnya. Setelah itu Lista mengguyur batang penis suaminya untuk dibersihkan dari busa yang menempel. Kali ini tanpa diajari Lista sudah berlutut di bawah, lalu menciumi kepala penis itu.

“Dek, tahu ini namanya apa?” tanya Arief.

“Burung, titit, penis, kontol,” kata Lista.

“Sebut ini kontol,” kata Arief.

“Kontol,” kata Lista. Dia sekarang sudah tak ingin jadi perempuan yang lugu lagi. Toh dia sudah jadi istri orang, sudah selayaknya dia berikan servis yang maksimal. Mau kata-kata jorok pun akan dia ikuti.

“Adek suka kontol?” tanya Arief.

“Kontolnya mas adek suka,” jawab Lista.

“Emut dong,” kata Arief.

“Ajarin ya, Mas,” pinta Lista.

Arief mengangguk. Dibimbingnya Lista untuk mengulum batang kontolnya. Arief mengacari Lista dengan jempolnya. Dia mengajari Lista cara untuk menjilati kontolnya, cara untuk menggelitiki dengan lidah mungilnya. Bibir Lista terlalu kecil untuk kontol itu bisa masuk semua. Separuh saja sudah syukur. Hal yang bikin Arief melayang adalah saat mulut mungil itu terisi kontolnya, lalu lidah Lista meliuk-liuk, memberikan rangsangan. Lalu tangan lembut Lista mengocok batangnya, tak bisa dibayangkan lagi rasanya.

“Aku mau keluar, telan ya,” kata Arief.

Lista mengangguk. Ini untuk pertama kali dalam hidupnya dia akan menelan sperma. Dia pernah baca-baca tentang cara berhubungan intim, termasuk felatio yang dia lakukan kepada suaminya ini. Mulutnya terasa penuh dan bisa dirasakan olehnya bagaimana batang kontol suaminya makin keras, berkedut-kedut, lalu muncratlah cairan sperma. Rasanya tak bisa dibayangkan. Eneg, asin, sedikit amis, berbau khas. Namun, Lista menerimanya. Dia tampung tembakan demi tembakan sperma itu dia hisap, sampai tak ada lagi yang keluar. Setelah itu dia telan semua. Lista agak terbatuk-batuk, belum biasa dia menelan sperma. Ini untuk pertama kali dalam hidupnya.

Setelah itu mereka melanjutkan mandi sampai bersih dan beribadah. Namanya juga pengantin baru, artinya banyak sekali hal-hal yang boleh dibilang romantisme, kemesraan, kebahagiaan. Itu bisa terpancar dari sikap keduanya.

Seminggu kemudian mereka pergi ke rumah Arief. Lista sangat ingin bertemu dengan Khalil. Tentunya dia sudah siap untuk menjadi ibu bagi bocah tersebut. Arief pun membawa Lista untuk menemui bapaknya. Di sana Khalil yang sangat merindukan ayahnya pun benar-benar menumpahkan rasa rindunya. Sebelum sampai mereka sempat membeli mainan untuk Khalil jadi anak itu sekarang sangat senang mendapatkan mainan baru seperti senapan mainan.

Di hari itu Lista sungkem kepada Suroso. Suroso menyambut menantunya dengan hati yang senang, sebab pengganti Jannah kali ini lebih cantik dan sepertinya sangat penurut kepada Arief. Setelah basa-basi Lista langsung bermain bersama Khalil di kebun. Khalil tampaknya senang ketika punya teman bermain, mereka melihat kolam ikan, berjalan-jalan melihat tanaman dan memberi makan kambing.

Arief dan Suroso duduk di teras sambil mengamati Lista dan Khalil dari jauh.

“Tinggal orang terakhir,” ucap Suroso.

“Iya. Siapa? Bapak sudah tahu?” tanya Arief.

“Kamu mungkin kenal, tetapi belum tahu wajahnya. Namanya Bambang Husaini,” jawab Suroso.

Arief terkejut. Bukankah itu ayahnya Wina?

“Aku tahu kamu kaget. Sebenarnya, ini tiket sekali jalan. Kau tidak bisa mundur lagi. Rekan-rekannya sudah kau habisi, sekarang dia sedang mencari tahu siapa musuhnya. Kalau dilihat dari banyaknya kejahatan yang dia lakukan, sudah pasti dia bingung. Kau tak perlu khawatirkan keadaan Khalil. Dia aman di sini dan tidak akan bisa menyentuhku. Persoalannya adalah dirimu. Cepat atau lambat Bambang akan tahu kau sudah memperangkap anaknya. Thalib juga akan tahu sepak terjangmu.”

“Bapak tak perlu khawatir. Aku sudah siap.”

“Bapak tidak mengkhawatirkanmu. Kau sudah tahu risiko yang akan kau hadapi. Persoalannya adalah istrimu, apa dia akan siap menerima keadaanmu?”

“Dia tak perlu tahu.”

Suroso terkekeh. “Aku kasihan kepadanya.”

“Dia dan anakku akan selamat, terlebih lagi aku yakin saat ini dia mengandung anakku.”

“Kau yakin?”

“Seharusnya hari ini dia menstruasi, tapi aku tidak melihat ada tanda-tandanya. Kalau besok-besok masih terlambat pula maka sudah pasti rahimnya sudah ada calon anakku.”

Suroso tertawa. “Selamat kalau begitu. Kau tak perlu khawatir, bapak akan menjaga mereka semampu bapak. Kalau bukan bapak, siapa lagi?”

* * *
========tubikunticrit===========
NB: mendekati akhir, sudah Ki Dalang katakan sejak awal, tidak banyak yang akan suka endingnya.
Tinggal beberapa bab lagi. Mungkin nanti langsung posting banyak.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd