Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA RAHASIA SEORANG ISTRI

Part 19. Ingatan masa lalu

Pov Jesica


(Jesica) 15 tahun yang lalu

Terlihat Nely turun dari mobil dengan menggunakan daster lusuhnya, daster tua milik mantan istri nya pak parno. Nely dengan langkah pelan menuju ke dalam apotek.

"Hmmm… Nely… ternyata kamu udah sebinal ini…" senyum Jesica terpampar sambil melihat langkah Nely

Saat aku melamun melihat Nely sekilas teringat masa lalu ku. Aku adalah istri dari seorang pengusaha retail yang cukup sukses. Namanya Aseng, walaupun dia cukup sukses namun kekayaannya tidak bisa membuatku bahagia. Ya.. lebih tepatnya urusan ranjang. Ko Aseng adalah seorang impotensi, sudah di berobat kemana-mana namun sampai saat aku cerai pun belum pernah sama sekali penis ko Aseng menembus vaginaku.

Namun aku terbayang kejadianku saat pertama kali perawanku hilang.
Aku hidup di keluarga yang terbilang pas-pasan, ayahku pergi saat aku menginjakkan kaki di kelas 6 SD.

Sejak saat itu aku membenci ayahku karna aku tidak pernah di biayai dan meninggalkan ku bersama ibuku.

Aku dulunya tinggal di sebuah kabupaten di pulau Sumatera, sebelum pindah ke kota yang sekarang mengikuti mantan suamiku, kota yang terkenal dengan pantai nya yang indah dan tambang-tambang timah yang terkenal di daerahku.

Aku sudah kehilangan keperawananku saat masih SMA, karna tidak ada perhatian dari ayahku dan ibuku sibuk bekerja untuk membiayai hidupku.

Pagi itu aku sudah siap untuk berangkat ke sekolah, seperti biasa aku berjalan kaki dari rumah sampai ke sekolah.
"Ma.. Jesica berangkat dulu ya" pamitku pada mama, aku berjalan sambil membawa tas.

"Iya Jes" jawab mama singkat karna dia juga sibuk untuk pergi kerja.

"Kesiangan nih…" sambil melihat jam tangan ku. Aku bergegas berjalan sendiri menyusuri jalan menuju sekolah.

"Tinn….." tak lama terdengar klakson motor.


(Pak Yanto)

Kulirik ternyata dia adalah pak Yanto. Pak Yanto adalah ketua RT di tempatku tinggal. Orangnya sudah lumayan tua, perutnya sedikit membuncit dan agak hitam terbakar matahari, pak Yanto sendiri sudah mempunyai istri yang juga sering berkumpul dengan warga di lingkungan ku dan juga.

Pak Yanto sendiri sangat akrab dengan mama karna pak Yanto sering mampir kerumah untuk beberapa urusan lingkungan RT.
"Pak Yanto…" tegurku saat melihat dia berhenti di sebelahku

"Berangkat sekolah dek ?" Tanya pak Yanto dengan sapaan akrabnya padaku.

"Eh iya pak, kebetulan buru-buru nih Jesica telat hehe" jawabku sambil menggaruk kepala

"Naik sini" ucap pak Yanto sambil menepuk jok motor nya. Motor pak Yanto adalah motor bebek yang sudah agak tua.

"Gak usah pak, ngerepotin" ucapku sambil tersenyum kecil

"Gak apa, naik aja dek Jes. Bapak sebagai ketua RT yang baik harus membantu warganya hehe" cengir pak Yanto yang berkumis agak tebal dan sudah bercampur warna putih dan hitam karna faktor usianya.

Aku hanya terdiam, karna gak enak juga di antar sekolah sama pak Yanto. Tapi ku fikir karna telat naik motor akan lebih cepat sampai ke sekolah.
"Ayok cepetan" pak Yanto kembali membuyarkan lamunanku

"Ehh… iya pak…" aku segera bergegas menuju ke motor pak Yanto dan duduk menyamping.

"Pegangan ya hehe" tawa pak Yanto dan dengan reflek aku memegang perut pak Yanto yang agak buncit.

Pak yanto bergegas menjalankan motor bebeknya ke arah sekolahku.
"Fiuhhh…. Gerbang sekolah masih buka, untung deh gak telat" gumamku dalam hati

"Makasih ya pak hehe" aku pun tersenyum lebar pada pak Yanto yang sudah mengantarku ke sekolah.

"Hehe…itu mah tugas bapak bantu warganya, pulang jam berapa ? Mau bapak jemput dek Jes ?" Tanya pak Yanto

"Eee… gak usah pak.. Jesica bisa jalan kok… gak usah repot-repot " jawabku sambil menunduk, pak Yanto sudah mengantarku pagi ini saja aku sudah bersyukur.

"Gak apa… bapak juga lewat sini tiap hari, masuk sana nanti telat" ujar pak Yanto sambil meletakkan jemarinya di pundak ku.

"Ehh… iii…iya pak" aku sedikit terkejut dengan tangan pak Yanto yang berada di pundak ku.

Jemari pak Yanto sedikit mengelus pundak ku hingga ke lengan, telapak tangan nya bersentuhan dengan kulitku yang putih khas orang Chinese.

"Makasih ya pak, Jesica masuk dulu" aku bergegas masuk ke sekolah meninggalkan pak Yanto.

Bel pulang sekolah telah berbunyi, aku memasukan buku-buku ke dalam tas.
"Jesss kita duluan ya…" sapa teman-teman yang duluan pulang karna rata-rata mereka di jemput orang tua mereka.

Sekolah ku termasuk sekolah yang elit, rata-rata disini yang sekolah adalah orang Chinese. Ibuku menyekolahkan ku disini karna aku harus bisa sukses dan nanti bisa masuk universitas yang bagus.

"Pak Yanto" gumamku, kulihat dari jauh pak Yanto sudah duduk di atas sepeda motornya. Aku pun bergegas berjalan menghampiri pak Yanto.


"Ngapain disini pak ?" Tanyaku saat sampai di sebelahnya

"Eh… yuk naik dek, tadi kan bapak janji mau jemput hehe" cengir pak Yanto menampakkan giginya yang agak kuning karna kebanyakan merokok.

"Tapi kan pak… ngerepotin" aku menggaruk kepalaku karna sungkan tadi sudah di antar sekarang malah pak Yanto menjemput ku pulang sekolah.

"Gapapa, ayok… anggap aja bapak jemput anaknya pulang sekolah haha" tawa pak Yanto sambil mengengkol motor bebeknya

"Deg…." Jantungku berdegup seketika, selama ini aku tidak punya sosok papa. Dengan perkataan pak Yanto tadi aku teringat terakhir kali bertemu papa di kelas 6 SD saat dia pergi meninggalkan ku bersama mama.

"Dek… dek..?" Pak Yanto sudah memegang tanganku dan seketika aku tersadar dari lamunanku.

"Eh..iya pak.. Jesica naik ya" aku pun berjalan menaiki motor pak Yanto

Di atas motor tak terasa air mataku menetes, baru sekali ini aku merasakan sosok laki-laki yang memperhatikan ku seperti papa. Kulihat pak Yanto dari belakang dengan rambutnya yang sudah mulai memutih, rasanya ingin kupeluk saat itu juga pak Yanto dari belakang dan menangis di pundaknya.

6 bulan berlalu, pak Yanto setiap hari mengantar dan menjemput ku ke sekolah. Aku pun sudah akrab dengan pak Yanto dan tanpa sungkan lagi bercanda karna pak Yanto juga orangnya lucu, Hari-hari ku berubah dengan kehadiran pak Yanto.

"cium bapak.. eh tangan bapak nak hahaha…" tawa pak Yanto saat mengantar ku pagi-pagi ke sekolah

"Ihhh bapak…," aku pun tersenyum malu
"Mana ?" Sambil mengadahkam tangan

"Apanya ?" Tanya pak Yanto heran

"Uang jajan hihi"
"Kan kalau bapak kasih uang jajan haha" tawa ku girang. Saking sudah akrab aku sudah gak malu-malu lagi sama pak Yanto.

"Waduhh…" pak Yanto menepuk keningnya sambil merogoh kantong celananya.
"Sisa 5 ribu ni… buat Jesica ya…" pak Yanto menarik kantong celananya hingga keluar.
"Nih ambil…." Pak Yanto menyerahkan uang 5 ribu tersebut.

"Beneran ?" Jawabku sambil tersenyum dan segera mengambil uang itu. Namun pak Yanto menarik tangannya.

"Ehh… cium pipi dulu" pak Yanto menyodorkan pipi nya ke arahku

"Emmmm… mau gak ya….hihi.." aku menutup mulutku karna malu. Sambil kulihat kiri kanan ternyata sedang ramai orang

"Tar aja deh pak…, rame tuhh…" sambil kulihat ke arah ke sekolah

"Yaudah nihh…, janji ya ntar" sambil pak Yanto memasukan uang lima ribu ke saku bajuku. Terasa tangan pak Yanto menekan payudaraku saat memasukan uang itu.

"Yang rajin ya nak sekolahnya hehe" cengir pak Yanto

"Ehh.. iya bapak" seketika aku tersentak dengan tawa pak Yanto yang sebelumnya menekan payudaraku saat memasukan uang ke saku bajuku.

Pak Yanto mengengkol motor nya dan segera meninggalkan ku di sekolah.
"Hmmmm…..makasih ya pak Yanto" ucapku dalam sambil memegang sakuku yang berisi uang lima ribu pemberian pak Yanto.

Kehadiran pak Yanto membuat warna baru di hidupku yang besar tanpa sosok papa.
Pak Yanto seperti mengisi hidupku sebagai papa, walaupun dia bukan orang Chinese tapi aku sangat senang dekat dengannya.

Bel pulang sekolah berbunyi, aku yang sedari tadi sudah bersiap pulang segera meninggalkan kelas.
"Aku pulang dulu ya.." ucapku pada teman-teman

Saat tiba di Depan gerbang kulirik kiri kanan namun saat itu tak terlihat pak Yanto ada menjemput.
"Mana sih…" aku mengerutkan keningku mencari pak Yanto

"Hmmm… biasanya di jemput" aku mulai berjalan perlahan karna tidak melihat kehadiran pak Yanto

"Tinn…tinnn….." suara klakson motor pak Yanto dari belakang saat aku berjalan meninggalkan sekolah

"Bapak…." Ucapku sambil tersenyum

"Hehe… naik" pak Yanto menepuk jok belakang motornya

"Hihi iyaaa…" aku pun berjalan ke arah motor pak Yanto dan duduk mengangkang dan mengangkat rok sehingga menampilkan paha putihku

"Kenapa telat" tanyaku ketus

"Ngambek ya…" jawab pak Yanto sambil melihat kebelakang

"Iya… wekk…" aku menggelitik perut samping pak Yanto yang buncit.

"Haha geli… geli… ampun.." tawa pak Yanto yang menghindari jemariku di perut nya

"Biarin…." Jawabku ketus

"Bapak balas ni haha…." Pak parno menggelitik betis mulusku hingga ke paha.

"Ihh… geli pak jangan" aku menepis tangan pak Yanto. Namun pak Yanto tetap menggelitik betisku

"Iya iya ampun hahaha geli pak…." Tanpa sadar aku merapatkan tubuhku ke punggung pak Yanto dan menaruh jemariku di perut buncitnya.

Tangan pak Yanto pun masih berada di paha ku dan kubiarkan saja tangan pak Yanto memegang pahaku. Aku perlahan memeluk pak Yanto dari belakang dan merebahkan kepalaku di pundaknya.

"Makasih ya pak.." ucapku pelan

Pak Yanto tak menjawab. Posisi tangan pak Yanto tetap di pahaku dan aku kini memeluknya erat hingga sudah hampir sampai dirumah. Saat ini aku masih ingin bersama pak Yanto, entah kenapa aku senang memeluk pak Yanto .

Namun belum sampai dirumah pak Yanto menghentikan motornya.
"Mau langsung pulang Jes ?" Tanya pak Yanto

"Emang mau kemana pak ?" Jawabku namun tak melepaskan pelukanku pada pak Yanto

"Kita keliling-keliling aja, sambil jalan-jalan" ucap pak Yanto.

"Beneran pak ?" Tanyaku sambil menegakkan badanku melepas pelukanku pada pak Yanto

"Beneran… "
"Mau kan ??" Jawab pak Yanto

"Mau..mau…. Yeee jalan-jalan.." ucapku girang sambil memeluk pak Yanto lagi

"peluk kuat-kuat yaaa…" ujar pak Yanto sambil memutar motornya

"Okey bapak…. Hihi" aku menguatkan pelukanku pada pak Yanto hingga payudara ku menempel di punggung nya namun aku saat itu belum tau apa-apa yang kurasakan adalah bahagia karena selama ini pak Yanto seperti menggantikan sosok bapak yang tak pernah ada dalam hidupku dari aku kecil.

Pak Yanto melajukan motornya ke pinggiran kota dan masuk ke perkebunan sawit, melewati jalanan yang sudah tak beraspal lagi dan berlubang. Aku yang dari tadi memeluk pak Yanto merasakan payudaraku bergesekan dengan punggungnya, ada perasaan aneh yang menjalar di tubuhku.

Aneh ini geli dan rasanya ada yang basah di vaginaku. perasaan geli, nyaman dan gatal di vaginaku membuat aku semakin erat memeluk pak Yanto hingga sampailah aku di tengah perkebunan sawit. Di situ ada sebuah gubuk kayu yang terbuka dan pak Yanto menghentikan motornya.

"Sampai hehe" ujar pak Yanto sambil mematikan mesin motor

"Dimana ini pak ?" Tanyaku sambil melihat sekeliling.

"Di kebun sawit nak Jes, disini enak, tenang sunyi hehe" tawa pak Yanto

Pak Yanto menggenggam tanganku dan mengajakku duduk di gubuk kayu.
"Nahhh nyaman kan disini" pak parno duduk di gubuk tersebut sementara aku masih berdiri melihat sekeliling kebun

"Hihi iya nyaman pak, Jesica gak pernah ketempat gini" ujarku sambil menghirup nafas dalam-dalam merasakan udara disitu. Namun ada yang mengganjal di otakku, perasaan geli dan nyaman tadi belum juga hilang saat payudara ku bergesekan dengan punggung pak Yanto.

"Sini duduk Jes" ajak pak Yanto sambil membersihkan gubuk.



"Hihi iya pak.." aku yang dengan girang langsung duduk di sebelah pak Yanto

"Sini rapat dong dengan bapak" pak Yanto menarik lenganku, aku pun merapatkan duduk di sebelah pak Yanto

Tangan pak Yanto langsung berada di pundak ku dak mengarahkan kepalaku supaya bersender di pundaknya.

Akupun tanpa menolak langsung merebahkan kepalaku di pundak pak Yanto, rasa nyaman saat bersama pak Yanto membuatku ikut saja apa yang di lakukan pak Yanto. Terlebih rasa geli tadi masih menjalar di tubuhku, entah kenapa saat tubuhku bergesekan dengan tubuh pak Yanto ada perasaan aneh yang membuatku semakin ingin selalu berada di dekat pak Yanto

Aku hanya memejamkan mata saat di peluk pak Yanto
"Nyaman gak Jes ?" Tanya pak Yanto

"Nyaman pak hmmmm…" tanpa sadar aku melingkarkan lenganku di perut pak Yanto dan memeluk nya juga

"Papa Jesica gak ada… Jesica gak pernah ketemu papa" ujarku

"Iya bapak tau" jawab pak Yanto, jemarinya kini mulai mengelus lenganku

"Bapak sok tau" jawabku ketus sambil menatap wajah pak Yanto

"Hahahaha yaaa tau, mama kamu, ce Helen kan cerita sama bapak" pak Yanto tertawa sambil menatapku.

"Tau ah.. Jesica gak punya papa.. mama juga sibuk kerja terus…" aku memejamkan mataku

Terasa jemari pak Yanto mengusap rambutku dan mengelus-elus leherku yang agak basah kena keringat.
"Geli pak… jangan usap leher Jesica" ucapku dalam hati saat pak Yanto yang tanpa henti mengelus leherku.

"Yaudah jangan sedih, ada bapak hahaha" tawa pak Yanto yang kini memelukku erat hingga tubuhku terdorong ke dadanya

Kini aku di peluk erat oleh pak Yanto dan jemarinya mengusap-usap punggung ku.
"Jesica tau gimana caranya ngerasain kasih sayang ?" Tanya pak Yanto

"Emmm… gak tau pak.. Jesica gak pernah di perhatiin.." jemari pak Yanto terus mengelus punggung ku, namun aku juga memeluk erat pak Yanto dan membenamkan wajahku di dadanya.

Pak Yanto mendorong tubuhku sedikit hingga pelukanku pada tubunya lepas.
"Mhhh….." pak Yanto langsung mencium bibirku

"Buka bibir Jesica" perintah pak Yanto

"Aaa…. Gini pak ?" Aku membuka bibirku

"Mhhh…. Slurppp… mhhh…. " Pak Yanto dengan sigap menjilati bibirku dan menyedot-nyedot lidahku

Tubuhku pun kembali di peluknya erat dan jemarinya masuk ke dalam baju ku mengelus punggung ku yang basah oleh keringat

"Mainkanhh lidah Jesica, sedot juga bibir bapakhh…" perintah pak Yanto di sela-sela sedotan bibirnya pada bibirku

Aku pun mengikuti perintah pak Yanto, lidahku pun bergoyang mengikuti lidah pak Yanto sehingga lidah kami saling bertemu dan bibirku pun ikut menyedot-nyedot bibir pak yanto.
Entah perasaan apa ini tapi tubuhku menjadi panas dan geli menjalar di seluruh tubuhku, vaginaku gatal, kurapatkan pahaku meredam rasa gatal itu namun tiba-tiba jemari pak Yanto mengangkat rok ku dan mengelus elus pahaku

"Ahhhh…… mmhhhh….." tanpa sadar aku mendesah di sela ciuman pak Yanto.

"Aahahhhh…. Ahhh….. pakhhh…." Desahanku semakin kuat saat pak Yanto bukan hanya menicumku kini ia mulai menjilati leherku.

Kepalaku seketika mengadah ke atas membuka selebar ya untuk di jilatin pak Yanto.
"Pakh… mhhh…." Aku meremas rambut pak Yanto yang menjilati leherku dan tiba -tiba tangan kiri pak Yanto sudah berada di payudaraku dan langsung meremasnya, sementara tangan kanannya menahan tubuhku dalam pelukannya.

"Ouhh…..pakhhh….. ahhhh…." Aku mendesah kuat di tengah kebun sawit itu.

"Mhh…. Slurppp…"
"Nyaman kan jeshh…" pak Yanto menatap ku setelah menjilati leherku

"Ahhhh… eeehh pakhh.. " aku hanya mengangguk pelan sambil menatap pak Yanto
Mataku sayu entah kenapa tubuhku terasa lain, baru sekali ini aku merasakan perasaan seperti ini.

"Kalau sayang harus seperti ini Jess.. " ujar pak Yanto sambil melepas baju kaosnya, hingga pak Yanto kini bertelanjang dada

"Berarti papa jg harus begini ya ke Jesica ?" Tanyaku

"Iya Jes.."
"Tapi karna papa kamu gak ada"
"Bapak yang harus sayang sama Jesica"
"Boleh ?" Ujar pak Yanto sambil membaringkan ku di gubuk itu

"Mhhh… bolehh… ahh…",desahku terbata. aku menutup mataku saat pak Yanto perlahan merapatkan tubuhnya padaku yang sudah terbaring di gubuk itu

"Slurppp…. Mhhh…. Mhhh…." Pak Yanto kembali menciumi bibirku sambil jemarinya membuka kancing bajuku satu persatu

Hingga terpampang lah payudaraku yang masih tertutup bra. Jemari pak Yanto dengan sigap menurunkan bra ku dan jemari pak Yanto langsung menggesek puting payudara ku dengan telunjuk nya

"Ouhhh…. Gelihhh…. Ahhh….. pakhhh…." Seketika tubuh ku menggelinjang geli saat jemari pak Yanto memelintir puting payudara ku.

"Mhhh…. Slurppp…." Suara bibir pak Yanto yang langsung menyedot payudara

"Aaaaaahhhhh…. Gelihhh pakkhhh….. " aku langsung meremas kepala pak Yanto yang kini menyedot payudara ku kiri dan kanan.

Saat payudara kiri ku di sedot jarinya menggesek putingku yang kanan begitu sebaliknya, desahanku sangat kuat di tengah kebun sawit itu.
"Ahhhh….. ahhhh……. Ahhhh…" kepalaku mengadah ke atas dan menggeleng kiri dan kanan di perlakukan pak Yanto seperti itu.

Pak Yanto menghentikan jilatannya dan entah kapan dia membuka celananya kini dia menarik tubuhku untuk duduk.
Rambutku sudah acak-acakan tatapanku sayu dan nafasku tersengal di perlakukan pak Yanto tadi.

"Boleh bapak jadi papa Jesica ?" Tanya pak Yanto sambil membuka baju kemeja sekolahku

"Mau pak… Jesica mau bapak jadi papa Jesica " jawabku sambil mengikuti tangan pak Yanto yang meloloskan baju kemeja sekolah ku dari tubuhku hingga kini hanya bra yang menutupi payudara ku

Kulihat ke arah selangkangan pak Yanto berdiri sebuah benda yang hitam dengan bulu lebat, benda yang besar yang baru pertama kulihat.
"Bapak mau curahkan rasa sayang bapak" ujar pak Yanto

"Mhh .. caranya pak ?" Tanyaku

"Nanti Jesica rasain sendiri ya" ujar pak Yanto sambil menarik rok sekolahku

Kini tubuhku hanya terhalang oleh celana dalam dan bra. Pak Yanto pun perlahan menurunkan celana dalamku dan melepas jepitan bra ku. aku hanya mengikuti apa yang dilakukan pak Yanto.

Pak Yanto kemudian duduk menyender di gubuk itu
"Sini bapak peluk dari belakang" ujar pak Yanto sambil menarik tangan ku

Aku pun menyender di pelukan pak Yanto, rambutku di sibakkanya ke samping dan jemarinya memelukku di balik ketiak ku .
"Nyaman kan nak hehe" tawa pak Yanto sambil meremas pelan payudaraku dari belakang.

"Ahhhh….. iyahhhh pakhhh…. Tapihhh…." Desahku sambil menjawab pertanyaan pak Yanto.

"Tapi apa nak…" tanya pak Yanto berbisik di telinga ku..

"Gelihhh pakhhh…." Desahku sambil menggenggam jemari pak Yanto yang meremas-remas payudara ku.

Jemarinya yang satu menjalar ke arah vagina ku dan kini ia menggesek vaginaku.
"Basah jeshh" bisik pak parno

"Ahhhhhh……… ahhhhhh….." aku tak menjawab hanya desahan yang keluar dari bibirku

Kini pak parno berusaha memasukan jarinya ke dalam vaginaku.
Ada sedikit rasa sakit, namun saat jari itu masuk langsung di tarok pak Yanto kembali keluar.
"Ouhhhh….. sakithhh pakh…." Aku masih menutup mataku, pak Yanto masih menggesek bibir vaginaku.

Pak Yanto kembali membaringkan ku dan langsung menjilati leher ku.
"Ahhhh…. bapakhh….." desahku meremas kepala pak Yanto

Pak Yanto menurunkan jilatannya ke payudara ku di jilatinya kiri dan kanan kemudian ke pusar hingga kepalanya berada di depan vaginaku

"Aahhhh… ngapain disitu pakhhh…."
"Jorokhhh….." aku berusaha menutup pahaku namun di tahan oleh jemari pak Yanto

"Disini nak…" jawab pak Yanto
"Disitu apa pakhhh…" jawabku tersengal

"Bapak bakal jadi papa Jesica " jawab pak Yanto

"Aahhhhhhhhhh………." Desahku kuat, kepalaku terasa melayang saat pak Yanto menjilati vaginaku

"Ahhhh…pakkhhhh….. " pak Yanto menusukkan lidahnya ke dalam vaginaku dan menjilatinya hingga di sedot-sedot oleh pak Yanto

"Ouhhhh Jesicahhh gak kuathhh ahhh….." pinggulku terangkat seiring jilatan pak Yanto

"Pakhhh…. Awasssshhh….. ouhhh…."
"Ahhhh…. Jeshhh…."
"Sreettt… sretttt…. " Terasa ada cairan mengalir dari dalam vaginaku

Rasanya seperti pipis tapi ini sangat geli dari ujung kaki hingga kepala, sehingga membuat tubuhku gemetar

"Ahhh… ahhhh…. Maaf pakhh…" aku perlahan melihat ke arah selangkangan ku. Disana masih ada pak Yanto yang menatapku dari bawah sambil tersenyum

Pak Yanto perlahan bangkit dan kini ia mengangkat kedua paha ku dan terlihat ia menggesekkan benda hitam di selangkangan nya ke vaginaku

"Pakhhh… di apainhh…" rasa geli menjalar seiring gesekan benda itu di vaginaku

"Bapak mau kasih rasa sayang sama Jesica, tahan ya.." ujar pak Yanto yang berusaha mengarahkan penisnya ke vaginaku

"Bangsatt… sempit banget nih perawan"
Erang pak Yanto berusaha menusukan penisnya ke dalam vaginaku

"Aakkhhh…. Sakit pak…." Aku menatap pak Yanto sambil mengerutkan keningku menahan sakit

"Sabar ya nak… dikit lagi…" pak Yanto berusaha menenangkanku

"Cuih….." dia meludahi penisnya dan kembali berusaha menekan nya masuk ke dalam

"Akkkkkhhhhhh….. sakkk….sakitt… Pakkk…." Aku menggeleng kan kepala saat terasa penis pak Yanto menerobos masuk

Terasa air mataku mengalir menahan rasa sakit saat penis itu menerobos masuk
"Tahannn….."
"Anjingghhh sempitnya ouhh" erang pak Yanto

"Jesica gak kuathhh" aku mencakar paha pak Yanto sambil melihat ke vaginaku

Kulihat penis pak Yanto sudah masuk seperempat dan terlihat ada darah sedikit mengalir di pinggir-pinggir penis pak Yanto.
"Cuihhhh……" pak Yanto kembali meludahi penis nya

"Pakkk…….sakkkhhhitttt…." Aku menatap pak Yanto sayu

"Dikit lagi jeshhh… argghhh…." Erang pak Yanto

Perlahan kulihat penis itu masuk setengahnya
"Krakk…." Seperti ada bunyi yang sobek dari vaginaku, terasa darah mengalir di vaginaku.

Pak Yanto langsung memelukku dan langsung ku peluk pak Yanto dan menggigit pundaknya.
"Argghhh…. Anjinghhh sempitnyahhh…" erang pak Yanto

"Sakithhh… pakhh….hiksss…." Aku terus memeluk pak Yanto kuat.
Terasa vaginaku penuh oleh penis pak Yanto.

Pak Yanto mendiamkan penisnya di dalam vaginaku, aku di tatapnya dan kemudian pak Yanto mencium bibirku

"Sluurppp … mmhhhh…." Aku pun membalas ciuman pak Yanto

"Tahann ya sayang" bisik pak Yanto

"Mmhhhh……" aku memejamkan mataku menahan sakit

Perlahan pak Yanto memaju mundurkan pinggulnya pelan, terasa vaginaku semakin menguak menerima gesekan penis pak Yanto

Aku pun mencengkeram lengan pak Yanto bahkan mencakarnya. Terasa keringat pak Yanto menetes membasahi tubuhku yang sudah telanjang di gubuk itu.

Pak Yanto dengan tempo pelan terus menggoyang pinggulnya. Tak lama perlahan rasa geli menjalar di tubuhku, rasa geli yang sungguh nikmat
"Ahhh…….ahhhh" Tak terasa aku mendesah

"Bagusssh… mendesah lah sayanghh…." Bisik pak Yanto sambil menatapku

Aku pun menatap mata pak yanto. Aku tak tau perasaan apa yang aku alami saat itu, tubuhku kian merasa nikmat seiring gesekan penis pak Yanto

"Aaahhhhhhh……….. ahhhhhhh……." Desahan ku semakin kuat

"Mendesah lah yang kuat nakhh…" pak Yanto semakin mempercepat goyangan pinggulnya

"Aaahhhhh….. pakkhhhhh…… " aku memejamkan mataku, kepalaku mengadah ke atas, rasa geli itu menjalar keseluruh tubuhku

"Akkhhhhhh….. bapakhhh gak kuat….." segera pak Yanto mencabut penisnya dan menumpahkan spermanya di atas perutku

"Aaahhhh…..ahhhh……." Aku mengatur nafas terlihat dada ku membusung dan tubuhku bergetar.

Rasanya sungguh enak, nikmat, geli.
"Ouhhh… apakah ini rasanya kasih sayang…." Gumamku sambil memejamkan mata.

Pak Yanto terbaring di sebelahku jemarinya di letakkan di atas payudaraku
"Pak…." Ujarku lirih

"Iya nak ?" Jawab pak Yanto pelan sambil melirik ku

"Makasih yaaa…" aku pun langsung memeluk pak Yanto yang terbaring di sebelahku.

Hari itu aku merasa bahagia, aku tak tau apa yg sebenarnya aku alami, hanya saja aku merasa benar-benar merasa ada sosok ayah yaitu pak Yanto.
Dan rasa nikmat tadi entah apa itu, baru sekali itu aku merasakan nya dalam hidupku.

"Yuk pulang…" ajak pak Yanto yang membangunkan tubuhku dari pelukannya

Kulihat ke arah pahaku dan perutku ada sperma pak Yanto yang telah mengering dan di pahaku ada darah segar yang hampir mengering juga.
Pak Yanto mengambil lap di jok motornya dan segera mengelap darah di pahaku dan sisa spermanya.

"Gapapa nak, ini bukan darah karna luka, besok gak akan berdarah lagi kok" senyum pak Yanto yang bersimpuh di kedua pahaku dan menatapku sambil tersenyum

Aku pun membalas senyum pak Yanto, dan setelah merapikan bajuku aku kembali di bonceng pak Yanto untuk diantarkan pulang.

Bersambung.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd