Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA QUEEN BEE - Puput New Story's

Cerita 020


Dua hari sudah Puput berada di kasur rumah sakit. Duduk sambil menatap jendela kamar rumah sakit yang berada di lantai 5. Pandangannya menatap pemandangan langit cerah dari luar sana, terlihat cukup silau namun sedikit menenangkan hati Puput yang sedang sangat gelap pasca insiden bertubi2 beberapa hari lalu.


Setelah kemarin Arman serta bapak kos mendobrak masuk, Puput pingsan karena kaget disertai tubuhnya yang tidak kuat karena tidak mendapatkan nutrisi selama 3 hari berturut2. Ia langsung digendong keluar oleh Arman untuk segera diberikan pertolongan. Beruntung siang itu indekos sedang sepi karena bnayak penghuninya yang rata2 karyawan sedang pergi bekerja. Jadi tidak ada penghuni kos yang memperhatikan atau kamera ponsel yang menyorot kejadian tersebut.



Tubuh lemah Puput juga berangsur membaik setelah diberikan perawatan secukupnya oleh pihak rumah sakit. Sehari setelah ia siumat pun banyak dari teman2nya yang berdatangan menjenguk. Mulai dari Jessica dan Marina yang membawa banyak makanan, Dewi, Citra, Yuli, dan Annisa yang membantu merapihkan serta membawa barang keperluan Puput ke rumah sakit. Padahal jelas Puput mengatakan bahwa dirinya sudah tidak apa2 dan tidak perlu sampai membawa hampir seluruh pakaian Puput.



“Thank you ya kawan2. Sorry banget gw ngerepotin lo2 pada…” ucap Puput dengan suara yang masih sayu dan lemah.



“Gapapa Beee. Namanya temen kan harus saling ngebantu. Lagian kita tuh lega lo gak kenapa2 akhirnya.” jelas Jessica memotong sebuah apel.



“Iya tau, kita kira lo tuh udah gimana gitu semenjak kemaren. Kalo ada apa2 plis banget Be lo ngabarin kita2. Kita tetep ada ko buat lo…” sambung Marina mengelus tangan Puput yang masih terlihat sedikit kurus kering.



“Emmm iya, maap ya gengs.”



Puput memberikan senyumannya kepada teman2nya disana. Betapa beruntungnya ia masih memiliki teman2 yang masih mempedulikannya sampai saat ini. Kejadian kemarin cukup membuatnya terpukul sampai2 ia tidak memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya dan siapa yang ia miliki. Perlahan air matanya kembali membasah di pucuk kelopaknya setelah berwisata masa lalu disaat memikirkan kembali gelapnya insiden2 itu.



“Put, kenapa lagi?” tanya Jessica menghampiri Puput perlahan.



“Be… kenapa ya idup gw lagi sial banget? Gw kira itu semua udah berhenti pas gw waktu itu…. gw kira udah kelar semua ketika gw pergi dari situ kan…. tapi ternyata semuanya balik lagi ngehantem gw sekarang kayak gini…. kenapa be…???” ujar Puput gemetar menatap dalam Marina.



“Put. Udah yuk jangan kesana lagi…. ada kita disini.” Marina lembut menenangkan Puput. Ia memberikan elusan di punggung tangan Puput yang terpasang selang infus dengan jari jemarinya.



“Kenapa Marrr…. gw takut kalo gw balik lagi ke kejadian gw dulu…. gw gak mau lagi balik ke kejadian dulu Maaarrr…” Puput semakin bergetar. Wajahnya memucat dan air matanya kembali membanjir deras.



“Puput. Put… Be, liat kita Be… hei…” Jessica juga membantu Marina menenangkan sahabatnya yang masih trauma berat.



“Gw….. gw takuttt…. gw takut kalo gw balik lagi ke yang dulu Maaarrr…!!”



Kejadian kemarin membuat Puput trauma sampai mengingat hal buruk yang pernah menimpa dirinya ketika remaja. Walaupun tidak sama persis, namun sensasinya sama. Ya, ia pernah dipermalukan saat dirinya masih berusia 17 tahun. Bukan oleh pihak sekolah atau teman2nya, melainkan oleh orang yang pernah dekat dengannya yang memiliki hubungan darah atau yang menjadi bagian dalam hatinya.



“Put! Puput! Tenang yuk tenang… itu semua udah lewat, sayang.” Marina menahan kedua lengan Puput karena Puput meronta panik. Tubuhnya semakin bergetar hebat karena pikirannya membuat skenario2 masa lalu ditambah dengan segala skenario palsu yang menyakiti dirinya kembali.



“AAAAAAAAA…. Ranggaaaaaa!!!”



“Be, lo panggil dokter sekarang Be!!” pinta Marina kepada Jessica karena melihat Puput yang semakin agresif.



“RHAAAAAAHH!!”



‘PLAK!’



Puput mendadak menampar Marina sekuat mungkin. Ia ditinggal sendirian karena Jessica sedang bergegas pergi keluar ke meja administrasi perawat karena bel yang ditekan tidak kunjung mendapat tanggapan.



“PUUUUT!!” Marina mati2an menenangkan Puput yang mengamuk.



‘PLAK!’



“PUPUTTT!! UDAH PUUTT UDAAAAHH!!!”



‘PLAK! PLAKK!! PLAKKKK!!”



“AAAAAAAAAAAAARHHHH!!! HHHHNNHH HNNNHHH!!!”



Erangan Puput terdengar begitu menggelegar. Fase ini adalah fase dimana ia sudah sangat terjatuh sekali mentalnya sampai2 menyerang siapapun disekitar. Marina yang melihat sahabatnya seperti ini tidak kuat menahan tangis karena Puput yang ia kenal bukanlah seorang yang seperti ini. Setidaknya ia melihat ini terakhir kali ketika awal semester perkuliahan bertemu dengan dirinya waktu itu. Puput yang masih penuh dengan tekanan mental. Puput yang masih butuh pemulihan mental setelah dirinya disakiti oleh orang tua asuhnya dan mantan kekasihnya yang menghilangkan keperawanannya.



“Be!!!!” teriak Jessica kaget melihat Puput mengamuk menyakiti Marina berulang kali “ini suster dateng!!! Suster dateng!!”



Para suster yang dipanggil oleh Jessica pun berusaha memisahkan Puput dari Marina. Kedua tangan dan kaki Puput ditahan sekuat mungkin oleh mereka lalu diikat agar tidak menyakiti yang lainnya.



“Rhanggaaa anjiiiiiinnggg!!! HUAAAAAAAAAAHAAAAAAAAAA…!!! RAHMAN ANJIIIIR NGENTOD BANGSAAAAAAAAAAATTT!!!! GW MATIIIN LO BERDUA ANJIINNNGGGG AAAAAAAA!!!!!!”



Tidak henti2nya Puput berteriak sekencang mungkin. Jessica dan Marina hanya menggeleng kepala sambil menatap Puput sedih. Akhirnya ia ditenangkan dengan obat bius yang disuntikan di lengannya secara paksa.



Beberapa detik kemudian Puput pun berangsur tenang namun napasnya terengah karena tubuhnya masih berusaha melawan dosis obat tersebut. Lama kelamaan Puput pun tertidur dan semua kembali tenang.



Setelah para suster pergi dan memberikan penyuluhan kepada Jessica dan Marina, mereka berdua saling bertatap2an. Mereka melihat Puput yang tergeletak lemah di ranjang, memandang dengan penuh amarah membayangkan orang2 yang telah menyakiti sahabat mereka.



“Brengsek! Udah gw duga sampe begini jadinya temen kita…” geram Jessica yang menenangkan Marina yang juga menangis.



“Kita harus ngelindungin Puput, Be. Kita gak mau kali ini Puput yang ‘pergi’ ninggalin kita. Cukup Elis aja seorang, jangan ada satu lagi…. jangan….” ucap Marina lirih.




+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++




18 Desember 2018

Tempat pemakaman umum sekitar ibukota




Suasana haru menyelimuti pemakanan Elisa Stevia Maradonna, atau biasa dipanggil Elis oleh Puput serta teman2nya.



Keluarga, serta teman2nya tidak menyangka Elis yang begitu periang dan selalu memberikan tawa di setiap pertemuan terbujur kaku di liang lahat dengan balutan kain kafan sebagai pakaian menemani peristirahatan terakhirnya. Ibu Elis yang memanjatkan doa tidak kuat menahan tangis sambil ditenangi oleh suami serta kedua adik Elis setelah tali kafan dibuka dan liang perlahan ditutup oleh tanah.



“Tante…” sapa Puput perlahan menghampiri Eva, ibu dari Elis “tante yang kuat ya tan. Kita semua sayang banget sama Elis.” Ia memberikan pelukan hangat kepada Eva. Terasa hawa kesedihan yang begitu kuat semakin Puput memeluk Eva.



“Terimakasih ya nak. Terimakasih udah jadi temen baiknya Elis selama dia hidup. Terimakasih banyak….” balas Eva dalam peluk dan tangisnya.



Pelukan tersebut juga diberikan bergantian oleh Jessica, Marina, Citra, Cecil, serta teman2 Puput dan Elis lainnya.



Setelah acara pemakanan selesai, Puput yang sedang mengobrol dengan Jessica dan Citra dihampiri oleh Rangga yang sudah datang menjemput dengan mobilnya. Ia menepuk pundak Puput yang memakai pakaian serba hitam dengan syal warna hitam sebagai penutup rambut panjang yang ia kuncir.



“Hai, kamu udah lama?” tanya Puput ramah namun masih dengan ekspresi berduka.



“Ya, gak juga kok. Kerjaan hari ini gak padet2 banget soalnya….” balas Rangga ramah mengelus kedua pundak Puput.



“Eh, udah kenal belom Ga sama temenku satu ini?” Puput mengenalkan Rangga kepada Citra yang memperhatikan mereka berdua.



“Eh iya, halo. Rangga…” Rangga menjulurkan jabatan tangannya.



Citra membalas jabatan tangan tersebut namun tanpa mengatakan sepatah kata pun. Hanya senyuman singkat saja yang ia berikan sambil juga sekilas menatap Rangga.



“Jadi ini cowo yang lo ceritain waktu itu, Put?” tanya Citra masih dengan senyumanya.



“Iya. Bener kan yang waktu itu gw bilang ke elo2 pada? Disangka gw ngibul kali… hihhh…” Puput melengos penuh canda namun ramah.



“Hmmmm ok sihhhh.” ucap Citra mengangguk “salam kenal ya, Rangga.”



Barulah Citra ramah menyapa balik Rangga. Tidak lama datanglah Jessica dan yang lainnya menghampiri mereka bertiga.



“Eh lho lho lhooo, Rangga? Jemput ni yeee…” celetuk Jessica melepas kacamata hitamnya lalu memasangnya diatas dahi.



“Hai Jess. Dah lama gak ketemu nih…” sapa Rangga ramah kepada Jessica.



“Iyalah, dah lama. Lo kan sibuk banget setau gw, bro.” ujar Jessica sedikit ketus sambil menghisap rokok metholnya yang belum ia nyalakan.



Perkataan Jessica terdengar cukup tajam. Ia terlihat tidak suka dengan kehadiran Rangga di hadapannya. Puput yang melihat keadaan canggung ini cepat2 menenangkan mereka berdua.



“Gak lah, Jess. Orang dia bentar lagi ambil cuti 5 hari buat urusan keluarganya. Nanti juga 5 hari itu dia ada waktu lahhh buat gw, ya kan???” Puput menyenggol pelan Rangga dengan sikutnya.



“Hahaha, iyalah. Emang kerjaan gw belakangan lagi sibuk2nya nih, biasa lah tulang punggung.”



“Ohh, yaudah mangat lah. Lo pasti bisa….” jawab Jessica seadanya saja.



“Eh Be, gw cabut duluan ya. Mau pergi sama si Rangga mumpung dia lagi sempet nih.” Puput berpamitan dengan Jessica dan yang lainnya diikuti Rangga yang juga berpamitan.



“Duluan ya.” pamit Rangga ramah.



“Ya tiati.” jawab Citra membalas balik.



“Jangan dimakan temen gw….” celetuk Jessica yang langsung mendapat colekan keras jari telunjuk Citra.



“Ishhh, paan sih be? Judes bet lo asli sama cowonya si Puput!”



“Yaaa gimana ya, gak sreg aja gw ama tuh orang. Dari awal jadian aja udah sering ditinggal2, alesannya kerjaan segala macem.” Jessica masih melanjutkan sikap ketusnya.



“Namanya juga orang kerja. Emang kek lo yang selebgram yang waktunya fleksibel? Kan kagak ege.”



“Iya dah. Cuman namanya temen gw kuatir aja sama Puput digituin terus. Lo tau sendiri kan dia hubungannya gimana dulu…??”



“Hmmm..”



Citra bergumam tidak berani menanggapi. Ia, Jessica, dan teman2 yang lainnya mengetahui kisah asmara Puput yang sempat kandas yang hampir membuat dia terpukul. Mereka berharap hubungannya dengan seorang Rangga ini baik2 saja dan tidak terulang kembali kejadian yang tidak mengenakan temannya.



“Eh makan apa kuy. Laper nich eug…” Cecil menghampiri mereka berdua dengan riang gembira.



“Ide bagus. Mending kita makan soto ayam bu Karti, kagak jauh dari sini soalnya…” Citra memutar bola matanya membayangkan semangkuk soto ayam kesukaannya tersebut.



“Males ah, mending makan di Raffafela, tea house yang baru bukan juga di deket2 sini.” Jessica juga memberikan ide mengenai makan siang ini, namun dengan tempat yang lebih estetik dan mahal.



“Ahh sekip! Lo sama Marina mah emang ya, elit2 gw liat! Tanggal tua nihhh tanggal tuaaa!! Mahasiswi butuh simpanan buat biaya kos segala macem! Mana buat nge print2 skripsi segala macem…!!” seru Citra membongkar2 dompet merah mudanya.





+++++++++++++++++++++++++




“Aku rada gak suka deh sama temenmu yang si Jessica itu.” ucap Rangga sambil mengemudikan mobilnya melewati jalur bebas hambatan.



“Dia emang begitu. Keliatannya aja ketus, tapi sebenernya dia baek banget kok….” Puput membela Jessica kepada Rangga yang sedikit kesal karena ditanggapi ketus oleh Jessica.



“Padahal aku kan gak ngapa2in dia segala macem. Kenapa dia sampe sebegitunya ya sama aku…”



“Udah ah, entar lama2 kamu juga tau kok sikap dia.”



“Iya deh iya.” Rangga sengaja mengalah karena tidak mau mendebatkan hal tersebut.



“Eh Put? Gimana skripsi kamu?” tanya Rangga membuka topik obrolan baru.



“Lancar kok. Judul aku udah di acc sama dosbing waktu itu, tinggal dilanjutin aja katanya. Cuman beliau ngasih tau kalo skripsi aku kelewat banyak sumbernya, jadi harus dikurang2in biar lebih rapih pengetikan sama lebih terstruktur. Terus sama topik bab 1 aku katanya perlu dipangkas lagi karena kelewat detail.” ucap Puput menjelaskan proses tugas akhir perkuliahannya.



“Hahaha, keren banget sih mahasiswi cum laude satu ini. Dari sumber aja sampe kelewat banyak…” Rangga menggeleng kepala tidak habis pikir dengan kerajinan Puput.



“Emmm, ya namanya aku suka ngerjain topik ini. Jadi kaya dedikasi banget gitu lho…”



“Iya, dedikasi banget. Keren sih keren….”



Rangga menanggapi sejauh yang ia tahu mengenai skripsi. Ia tidak bisa menanggapi terlalu banyak karena ia sendiri tidak mengenyam pendidikan strata satu semenjak lulus SMA. yang ia lakukan adalah meneruskan usaha orang tuanya yang perlahan diturunkan untuk dirinya. Karena terlalu fokus, ia pun tidak sempat untuk mengambil tingkat pendidikan yang lebih tinggi lagi. Rangga pun juga sibuk keluar kota dan negeri berkali2 untuk mengurusi pekerjaannya ini. Maka dari itu ia cukup jarang mempunyai waktu berdua dengan Puput.



“Tapi kayanya untuk kedepannya aku mau ambil jurusan bisnis deh. Kayaknya lumayan gitu buat menambah kemampuan aku.” ucap Rangga ketika terlintas ide di kepalanya.



“Oh, bagus dong. Cieee akhirnya kamu S1 juga nih, hahaha…”



“Iya dong. Kan gak mau kalah sama bu dosen.”



“Hushhh, masih S1 mah mana bisa jadi dosen sihhh??” Puput mendorong pelan pundak Rangga sambil tersenyum sipu.




++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++




05 September 2019



Congraduation

Kyla Susanti Putri S.Psi



Cantik, pintar, elegan, itula kamu si paling aku sayang

Semoga kedepannya kamu semakin ambisius dengan titel yang sudah kamu raih saat ini

Terus semangat ya sampai nanti di dunia kerja

Aku selalu mendukung kamu kapan pun, dimana pun




Maaf ya aku gak bisa hadir di kelulusan kamu karena pekerjaan yang gak bisa aku tinggalin

Nanti kalo aku udah balik kita liburan ke museum yang udah dicatet di list kita ya











Itulah pesan yang tertulis di sebuah surat yang tertempel di salah satu bunga mawar putih pemberian Rangga dalam acara wisuda sarjana dan pascasarjana. Buket bunga itu adalah yang paling besar dan indah diantara bunga2 yang dihadiahi kepada Puput. Ketika ia membaca tulisa tersebut, hatinya sungguh sesak karena salah satu orang yang paling penting di hidupnya tidak hadir dalam acara krusial dirinya.



“Hahh... kemana sih kamu… pergi2 melulu.” gumam Puput pelan mebaca berulang kali tulisan tersebut.



“PUPUUUUUUUUUUUUUUUUUUTTT!!!!”



Tiba2 dari arah belakang, teriaklah Cecil memeluk Puput dengan begitu erat. Ia memeluk sampai menggoyangkan tubunya ke kiri dan ke kanan sambil menjerit manis.



“CONGRAAATSSSS CEWE PALING AMBIS DAN PINTER YANG GW KENAAAAAAALLL!!! UUUUUUUUUU!!!!”



“Ceciiiiiillll!!! Makasih ya sayangkuuuuu!!”



“Eh yang lain juga dateng!! Sini2 gengs sini!!!” Cecil memanggil teman2nya yang lain menghampiri Puput.



“Pupuuuuuut!!! Congrattsss banget banget banget bangeeeeettt!!!” seru Jessica memberi selamat.



“Sayang gw!! Sayang gw!! Aduhh gila 3,5 taon lhoooo!!! Kalo bisa lo 3 taon diembat tuh S1 mah udah disikat kali yaaaaaaa!!” celetuk Marina juga memberika pelukan hangat.



Dewi, Citra, dan yang lainnya juga memberikan pelukan sampai2 Puput terhimpir ditengah sana.

“Gaaaeesss!!! Seneng bangeeet!! Makasih bangeeeet dah dateng!! Kalian juga ya nyusul!! Yuk bisa yukkk!!” seru Puput memberikan semangat kepada teman2nya.



“Enggak ah! Gw lagi mager! Biarin gw ikutan seneng aja ngeliat temen2 gw pada duluan!!” celetuk Cecil terang2an menunjukan kemalasannya.



“Yeeee lo aja kali Be yang mager!! Gw sih bentar lagi udah mau beres lhoooo!!” celetuk Dewi menoyor kepala Cecil. Cecil hanya memberikan juluran kecil lidahnya sambil masih memeluk erat Puput.



Wisuda kali ini diadakan di ‘ballroom’ salah satu hotel bintang empat tidak jauh dari gedung universitas dikarenakan gedung auditorium kampus sedang dilakukan renovasi. Namun suasana masih sama ramainnya sampai2 memenuhi balkon luar dimana wisudawan/i sedang sibuk bercengkrama atau berfoto merayakan kelulusan. Puput pun bergegas digiring oleh Jessica dan yang lainnya untuk berfoto bersama diluar sana karena suasana didalam ruangan sudah cukup ramai.



“Eh, aduh maaf!” ucap Puput ketika menyenggol salah satu wisudawati yang sedang sibuk berfoto.



“Ck! Jatoh kan…”



Salah satu tangkai bunga yang dibawa perempuan tersebut jatuh karena tersenggol oleh Puput. Ia menanggapi dengan decakan lidah sedikit jutek. Puput yang melihat perempuan itu kembali dibawa keluar oleh Jessica setelah mereka semua sekilas menengok dan menatap bersamaan.



“Maaf ya kak.” ujar Puput tersenyum ramah.



“Iya2…” balas perempuan itu sambil memalingkan wajahnya kembali ke sebuah kamera yang hendak memotret dirinya.



“Eh ayuuukkk, entar keburu rame diluar.” ajak Cecil untuk mereka semua bergegas.



“Eh, kenapa harus diluar sihh? Gerah taukk…” Puput sedikit mengeluh karena cuaca diluar terlihat terik dan panas.



“Ih bentar aja ayukk!! Kenapa?? Lo takut kalo basah ketek yaaa????” celetuk Cecil terkekeh mengangkat alis kirinya.



“Ishhh!! Cecil! Lagi pake beginian gak keliatan kali burket gw. Lagian lo ngapain sih nyeletuk2 soal ketek gw lagiiiiii!!! Ngeselin lo!!”



Puput, Cecil dan yang lainnya pun berlalu meninggalkan orang yang tadi disenggol tersebut. Sambil menarik napas panjang, ia kembali fokus ke hadapan kamera.



“Yang bagus ya!”



“Iya!” ucap si pemotret.



“Gw nya gak boleh gendut!”



“Iya!”



“Gw nya gak boleh item!”



“Iya!”



“Gw nya harus cakep!”



“Poto aja sendiri mending!”



Orang yang memfoto itu pun menggertakan giginya berulang kali karena kesal wisudawati satu ini lebih rewel ketimbang para perempuan yang barusan lewat.



“Ih kok gitu!!? Kan lo bilang poto gw bakal dipajang terus di upload di grup angkatan!!??”



“Kagak begitu juga woi! Riweh bener mau foto aja…”



“Yaudah makanya yang bagus!”



Perlahan seorang laki2 berambut sedikit gondrong dengan kumis jenggot tipis menghampiri perempuan tersebut dari belakang. Sempat2nya ia bergaya membuat ‘photobomb’ untuk menggagetkannya.



“Eh Armaaaaaann!!” seru Amanda ketika mengetahui bahwa Arman sudah berada dibelakangnya.



“Congrattttssss!! Cepet bener 3 setengah taon sih???” ujar Arman sambil menggendong tubuh Amanda.



“Kyahhhh!! Aahhh Arman aku maluuuu!! Jangan diendong beginiii…” ucap Amanda manja sedikit ngambek namun senyumannya tidak bisa ia tutup2i.



“Heh, aku selametin kamu ini.”



“Ennggg iya iya iyaaaa… maaaaciiihhh!!! Euuummm…”



Amanda memeluk erat kepala Arman ketika tubuhnya masih digendong tinggi2.



“Turunin aku dulu, mau foto bentar.” pinta Amanda kepada Arman.



“Kenapa gak begini aja fotonya?”



“Bener niiiihhh???”



“Iyalah, ngapain malu?”



“Heeeemmm yodahhh. Roooooy, potoin gw sama laki gw cepetaaannn!!” pinta Amanda kepada Roy, teman sekelas Amanda sekaligus tukang foto dadakan pada hari itu.



“Satu, dua, tiiiii….”



“ECIEEEEE AMANDAAAAA!!! MESRA BANGET!!”



Dari arah samping datanglah geng serta teman2 Amanda yang juga sedang merayakan kelulusan serta kedua orang tuanya.



“EHHHH TURUNIN!! TURUNI AKU MAAANNN!!”



“Lho kok mendadak minta diturunin???” tanya Arman kaget.



“IIII AKU MALUUUU!! ITU BANYAK TEMEN2 AKU NGELIATIINNN KITA!!!” Amanda mengulum bibirnya karena menahan tengsin.



“Yaudah! Nih sekalian… eh nama lo Roy kan?” tanya Arman kepada Roy sambil mengangkat kedua alisnya.



“Iya bro.”



“Potoin ya, tolong.”



“O-oke. Yuk siap2… tiga, dua, satu.”



Lalu dalam hitungan satu, Arman mencumbu bibir Amanda dengan singkat. Amanda yang tidak siap pun memuluk dada Arman dengan gemas.



“IHH IH IH ARMAAAAAAANN!! UUUU SEBELLL!! AKU NYA BELOM SIAAAP!!!”



“Hahahaha, biarin! Itung2 tanda ucapan selamat!!”



“Heuuunn… sebel! Kenapa gak nanti aja di ranjang….” Amanda berbisik kepada Arman dengan nada yang nakal.



“Yaaa tenang aja tenang, entar juga aku bikin paha kamu geter lagi kok kayak waktu itu.” Arman tidak kalah nakal membalas bisikan Amanda.



“Aduhhhh… pengen. Pengen dibikin lemes lagi pahanya… hehehehe…” Amanda mencubit pipi Arman sambil mengigit bibir bawahnya.



つづく
 
Cerita 021



“Permisi sus?”

Arman bertanya kepada seorang suster di meja administrasi. Tangan kanannya membawa sebuah kantong belanja warna merah berisikan makanan dan minuman yang biasa dibawa orang2 untuk menjenguk.

“Kamar nomor 5503 lewat mana ya?”

“Masuk aja lewat lift di ujung sana, mas. Pencet tombol lantai 5, terus pas keluar ambil kanan trus kiri. Udah sampe di depan pintunya.”

“Oke sus, makasih banyak.”

Setelah mendapat informasi mengenai ruangan yang dituju, Arman bergegas pergi ke dalam lift. Singkat cerita sampailah ia di lantai 5 dan langsung menuju ruangan 503 tempat Puput dirawat.”

Di depan pintu ruangan sebelum masuk ke dalam lorong ruangan yang dituju, ada Dewi dan Citra yang sedang duduk di kursi lobi depan. Citra sengaja menemani Dewi karena Dewi tidak terbiasa dengan aroma medis di kamar rumah sakit yang cukup pekat. Terlihat Citra sedang mengolesi minyak kayu putih di kedua pelipis Dewi karena merasa mual dan pusing.

“Lho, Arman??” ucap Citra ketika melihat Arman sedang memperhatikan mereka berdua dan hendak menyapa “mau jenguk juga?”

“Iya nih. Di nomor berapa ya kamarnya?” tanya Arman sekilas melirik ‘smartwatch’ nya.

“Lo lurus aja, entar dia di sebelah kiri. Terus ada tulisan 503 nya di depan situ.” Citra menunjuk kearah pintu untuk mengarahkan Arman.

“Thank you. Btw, elo Dewi kan ya?” tanya Arman merenyitkan alisnya.

“Bukan. Ini yang lagi gw remes2 palanya baru si Dewi. Gw Citra, Man. Kan waktu itu kita dah ketemuan ya…?? Masa lo lupa?” cerocos Citra namun tetap dengan nada seramah mungkin.

“Ohhh sorry2 lupa gw. Abisnya lo bedua keliatan mirip sih seklias…” cengenges Arman dengan santai.”

“Yaudah gw masuk duluan ya.”

Setelah Arman masuk kedalam, terdengar suara terkekeh kecil dari Dewi. Ia bukan geli karena dipijat namun karena dari jaman mahasiswi sampai saat ini dirinya masih disangka mirip dengan Citra.

“Tawa lo. Seneng banget lo dimirip2in sama gw.”

“Pala lo seneng. Justru harusnya lo bangga keles dimirip2in sama yg cantik kayak gw.”

Citra meremas kepala Dewi dengan keras karena merasa harga dirinya turun dimirip2kan dengan gadis ‘streamer’ berambut bob ini. Sontak hal itu membuat Dewi mengerang kaget dan kesakitan.

“Ah! Ah! Sakit ege aaaa!!” Lo mah orang lagi eneg begini malah makin direjeng pala gw!!”

“Biarin! Biar gw peres pala ko kayak jeruk bu Atun di kantin ekonomi dulu!!” cibir Citra mengingat masa2 kuliahnya dulu bersama Dewi.




++++++++++++++++++++++++++




Arman membuka pintu kamar 503 secara perlahan. Ia melongokan kepalanya terlebih dahulu diikuti langkah kakinya. Ruangan ini terlihat seperti ruang VIP dimana hanya ada satu ranjang dan satu kamar mandi. Tepat di kasur satu2nya ruangan itu, ada Puput yang sedang terdiam melihat pemandangan cerah di jendela dengan rambut hitam panjangnya yang dikuncir sehabis disisir rapih serta pakaian rumah sakit yang ia kenakan.

“Put?”

Begitu mendengar suara berat Arman, Puput menoleh kearah Arman memanggilnya. Namun bukan tolehan pelan atau pun kaget, melainkan sebuah tatapan penuh teror dan sebuah pisau kecil terhunus tepat kearah Arman.

“Put….??”

“.......”

“Arman, Put. Arman….”

Arman berusaha memberitahu Puput bahwa yang dihadapan dirinya adalah Arman, seorang yang waktu itu menyelamatkannya. Kedua tangannya ia hadapkan kearah Puput yang masih menatap tajam Arman. Napas Puput terdengar mendengus perlahan dan kedua pundaknya naik turun seirama.

“Turunin pisonya boleh, Put?” Arman membujuk Puput pelan.

Puput terlihat menuruti perkataan Arman, Pisau yang daritadi ia genggam perlahan ia turunkan dan ditaruh di kasur begitu saja.

“Ini gw, Arman.” Arman menunjuk wajahnya yang belum mendapat cukuran kumis dan jenggot sampai hari ini.

“.........”

“Eh, Arman?” Jessica menyapa Arman setelah keluar dari kamar mandi. ‘dah lama lo dateng?”

“Barusan aja. Btw nih gw bawain sesuatu buat si Puput, sama sekalian yg jaga.” ucap Arman menunjukan tentengannya kepada Jessica.

“Ih, thank you lho. Duduk dulu Man di sofa.”

“Selow2.”

“Ngapain lo dateng?” Puput bertanya disela2 ramah tamah Arman dan Jessica.

“Arman mau jenguk lo, Put. Boleh ya?” tanya Jessica lembut lalu memegang buku2 jari Puput yang masih terpasang infus.

Puput menatap nanar Arman. Tatapan seram itu tidak ia lepaskan semenjak Arman memanggil dirinya.

“Put, jangan gitu ah. Arman kan khawatir sama lo. Makanya dia nyamper lo sekarang….” Jessica berusaha memberitahu Puput.

Elusan demi elusan juga diberikan Jessica di punggungnya Puput secara perlahan. Lama kelamaan Puput terlihat semakin tenang dan diarahkan untuk bersandar di kasurnya.

“Nah gitu. Gapapa ya, Put… ada gw kok disini sama yang laen nemenin.”

Puput mengangguk pelan. Tatapannya kali ini mengarah ke Jessica namun tidak sesangar tadi. Setelah itu, Jessica memotong dua buah apel sebagai cemilan siang ini untuk Puput serta dirinya dan Arman.

“Apel, Man?”

“Thank you, thank you…. gw lagi beginian dulu.” Arman menunjukan sekotan permen karet nikotinnya karena di dalam ruangan seperti ini tentu tidak boleh merokok.

“Wih, canggih juga lo ampe beli gituan. Mager apa gimana keluar2 buat ngudut doang? Hihihi…”

“Lagi hemat juga. Sama kebetulan ini dikasih abang gw, bekas dia soalnya.”

“Terus dia gimana?” tanya Jessica masih sibuk memotong apel.

“Ya udah kagak ngudut. Diomelin bininya….”

“Jiah! Hahahaha, suami rispek sama istri toh ternyata…” Jessica tertawa miris mendengar cerita Arman.

Setelah apel sudah selesai dipotong, Jessca memberikan sepiring kepada Puput.

“Makan sendiri bisa gak?” tanya Jessica kepada Puput.

Puput menggeleng pelan “suapin…”

“Hadehhh, dasar bayi gede.” gumam Jessica menggeser kursinya mendekat ke kasur.

Lalu Arman dan Jessica terlihat saling berkontak mata satu sama lain. Arman melirik kearah pisau yang tadi tergeletak di ranjang setelah sebelumnya dihunuskan ke dirinya seakan2 Puput ingin menyerang dan menusuknya. Namun begitu Arman ingin memberitahu Jessica, Puput memberikan pisau tersebut dengan santainya sebelum Jessica memotong2 apel.

“Kenapa, kaget lo ya tadi disodorin piso begitu?” tanya Jessica santai.

“Hah? Maksudnya?” Arman terlihat bingung.

“Ck…. tuh kan… pasti deh.” Jessica memutar bola matanya malas ketika tahu apa yang sebenarnya terjadi…. lagi “lo apain sekarang si Arman, heh?”

Kali ini Jessica memandang Puput yang menyudutkan bola matanya dan memasang ekspresi tidah tahu menahu apa yang dibicarakan temannya.

“Kemaren si Dewi Cecil dia pada lo gituin, terus temen kantor lo, terus si Nisa dia pada. Sekarang si Arman…”

“........”

“Jangan kayak gitu ah, lo. Sok2an psikopat nih emang….”
“Bodo! Biarin aja gw begitu terus! Entar kalo dia dateng samperin gw kan gw bisa antisipasi!” Puput melengos masih dengan ekspresi sok imutnya.

“Tapi jangan kayak gitu, Puuuuutt!! Serem tau gak sih!! Orang yang kagak tau apa2 jadi takut!! Duhhh…” Jessica menggaruk bagian kiri kepalanya dengan telunjuk melihat perilaku temannya yang berlagak seperti seorang depresi yang antisosial.

“Iya2. Hmmm maaf yaaa…”

“Jangan kayak gitu!”

“Iya…”

“Gw serius, Put! Lo lagi proses begini soalnya! Entar kalo yang masuk suster gimana??? Lo mau ampe dipindahin ke RSJ emang????”

“Iya2 enggak! Huhhh….”

Jessica habis2an mengomeli Puput yang begitu rese. Ia sudah berkali2 melihat tingkat laku menyeramkan temannya satu ini. Walaupun sudah berangsur membaik, terkadang saat malam dirinya masih suka mengigau atau terbangun lalu menangis tersedu. Meskipun demikian, dirinya mau untuk pulih dari semua yang telah terjadi. Semua kejadian kelam yang menghantam dirinya bertubi2. Karena Jessica dan teman2nya lah ia bisa semakin membaik seperti saat ini meskipun bercandanya terbilang cukup seram salah satunya mengarahkan sebuah benda tajam ke orang2 yang masuk kedalam ruangannya.

“Bentar2…” Arman menghentikan percakapan mereka berdua “jadi maksudnya apa ini?”

“Tuh kan, pasti bingung deh kalo orang2 digituin sama lo….” Jessica menggelengkan kepalanya menatap Puput yang menjulurkan ujung lidahnya masih menyudutkan bola matanya pojok atas kanan.

“Jadi itu tadi cuman gimmick???” tanya Arman sambil bangun dari duduknya.

“Menurut lo?” ucap Puput dengan ketus tanpa melihat Arman.

“Jawab yang bener sih. Jangan kayak gituuuu…” Jessica kembali memgomeli Puput.

“Iye bundoooo. Iye…”

Lalu Puput membalikan tubuhnya mengarah ke Arman. Ia menarik napas panjang sambil memanggku kedua lengannya.

“Gimana? Kaget tadi lo?” tanya Puput masih dengan juteknya.
“Hah?” Arman semakin memicingkan matanya tanda dirinya semakin bingung.

“Kaget gak?? Gw tanyaaa….”

“Lebih ke heran sih. Itu tadi apaan maksudnya sodor2in piso ke gw? Lo mau begal gw?”

“Ish, masih jayus aja lo. Heran gw…..”

Mendengar perkataan Puput barusan membuat Arman perlahan menyimpulkan; Puput sudah membaik, tidak depresi, tidak terjadi apapun, hanya ini berbuat onar di hadapan dirinya. Namun ia tentu tidak bisa asal berbicara karena Arman mendapat informasi bahwa beberapa hari lalu Puput sempat mengamuk karena terbesit salah satu kejadian pahit yang menimpanya. Terlebih Jessica dari belakang sempat menggeleng pelan berkali2 tanda mengingatkan Arman untuk jangan macam2 dengan Puput yang sedang dalam proses pemulihan ini.

“Iya jayus, iya.” Arman menyerah dan menuruti makian Puput.

“Bawa apa lo itu?” tanya Puput melirik kearah kantong merah tergeletak di meja yang dibawa oleh Arman.

“Makanan minuman favorit lo.”

“Dih, emang lo tau apa kesukaan gw apaan?” remeh Puput menaikan alis kanannya.

“Abisin dulu itu apelnya… baru entar makan punya gw.”

“Sok ngatur2 lo. Terserah gw mau makannya kapan kek, mau dicampur ginian kek…”

Arman hanya tersenyum mendengar perkataan ketus Puput. Jessica menoel lengan Puput pertanda mengingatkannya supaya jangan terlalu kasar. Sedang mereka mengobrol, ponsel Arman berbunyi nada dering panggilan masuk.

“Bentar ya gaes, panggilan negara.” pamit Arman sementara untuk mengangkat panggilan tersebut sambi pergi keluar kamar. Tinggalan Jessica dan Puput kembali berdua.

“Heh, tajem amat sih lo sama si Arman….” Jessica menyuapi potongan terakhir buah apel kepada Puput.

“Haupp… emm ya biarin. Kayak lo gak tau aja gw di pulau waktu itu sama dia gimana.” Puput kembali memutar bola matanya.

“Tapi jangan gitu lah, Put. Gitu2 dia yang dateng samperin buat nyelametin lo di kamar kosan. Gitu2 juga dia yang ngabarin ke kita2 kalo lo tuh kenapa2. Sama gitu2 juga dia yang ‘care’ sama lo yang kondisinya lagi begini….” Jessica menasehati Puput dengan memberitahu semua yang telah dilakukan Arman untuk dirinya.

“...........”

“Kok diem?”

“Entar kalo dia balik, gw boleh gak ngobrol berduaan aja sama dia?” pinta Puput pelan kepada Jessica.

“Lho tumben.” Jessica melebarkan matanya.

“Boleh ya?”

“Yaudah2. Tapi entar jangan lo gituin dia lagi pake piso ya…..” Jessica memberi peringatan kepada Puput.

“Iyeeee. Gitu2 gw masih berusaha waras kok, walaupun hati ini sakit minta ampun….”

“Yaudah jangan ya! Gw ingetin nih sekali lagi ke elo!”

“Iya Be, iyaaaa!! Thankieess dah ngewanti2…”

Beberapa menit kemudian, Arman kembali kedalam ruangan. Jessica langsung beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Arman yang hendak masuk.

“Kenapa Jess?” tanya Arman.

“Dia mau ngomong sama elo katanya.” ucap Jessica pelan.

“Yakin lo?” tanya Arman tidak yakin.

Jessica mengangguk pelan “sebenernya udah aman sih, cuman emang dasarnya dia rese aja, kagak tau kenapa. Tapi kalo entar dia macem2 lagi, lo panggil suster atau kita2 lagi aja. Ada gw sama Dewi sama Citra di luar kok.”

“Yaudah.”

Setelah Jessica menepuk pundak Arman ia pun keluar meninggalkan Arman bersama dengan Puput.

“Napa Put?” tanya Arman sambil perlahan menghampiri Puput.

Terlihat gelagat tangan Puput seperti sedang meghunuskan sesuatu, namun ia tidak menggenggam apapun. Hanya kepalan tangan kosong yang diarahkan kepada Arman yang menatapnya malas tanpa bergeming sedikitpun.

“Paan sih, Put?” ucap Arman sedikit kesal.

“Ck, kok lo malah diem begitu? Gak kaget lagi ya…??” tanya Puput masih membuat kesal.

Arman tidak menanggapi guyonan manis namun misterius dari Puput. Ia duduk kembali di sofa dan menghadapkan tubuhnya ke Puput.

“Tadi si Jessica bilang katanya lo mau ngomong sama gw. Mau ngomong apa?” Arman memberikan anggukan singkat mengonfirmasi ulang omongan Puput dengan Jessica.

Puput tidak langsung menyambung omongan Arman barusan. Berkali2 ia menarik napas panjang lalu membuang tatapannya ke jendela.

“Makasih ya, Man…” ucapnya pelan.

“Buat?”

“Yang waktu itu. Yang lo nemuin gw di kamar gw….”

“Oh… yaudah sama2.”

“Ih, begitu doang?”

“Ya abis mau jawab apaan lagi emang?” Arman masih merasa sedikit kesal dengan tingkah laku Puput semenjak ia mengunjungi dirinya.

“Ya… ya-yaudah sih, orang mau say thank you aja begitu banget lo tanggepannya. Mending gw kagak usah bilang makasih sekalian kalo begitu mah….” Puput kembali membuang pandangannya. Kali ini terlihat rona merah muncul di pipinya karena ia menjadi salah tingkah.

“Hadeh, gak ilang2 sikap nih cewe perasaan….”

Arman beranjak dari duduknya lalu mendekat kearah Puput. Ia duduk di pinggir kasur menatap Puput yang melirik Arman sekilas.

“Ngapain sih???”

“Mau dengerin lo.”

“Ngapain coba???”
“Enggak pake ketus2an gitu. Cepetan lo mau ngomong apa sama gw…” Arman cepat memotong sikap ketus Puput saat ini.

“Yaaa gw cuman mau bilang makasih doang kok buat yang waktu itu. Makasih buat…. Bu-buat udah nolongin gw… buat…. emmm buat semua yang lo lakuin ke gw… ya gw makasih banget…. UDAH AHH!! LO NGAPAIN SIH DEKET2 BEGITU DUDUKNYA!! MANA PAKE DUDUK DI RANJANG GW SEGALA LAGI!! RESE BANGET SIH LO!!”

Bukannya merasa semakin terganggun dengan sikap judes Puput, Arman malah tertawa lepas sambil menutup mata dengan tangan kanannya. Puput tidak apa2, Puput baik2 saja. Kemarin ia hanya dalam fase berontak dalam dirinya karena hal yang menyakitkan dirinya timbul dari luar dirinya yang mengakibatkan trauma dalam dirinya kembali tersulut. Begitulah pikir Arman ketika melihat Puput yang tidak henti2nya menunjukan kejudesannya seperti biasanya.

“Tawa lo!!”

“Hahaahaha…. anjir lah Put, lucu banget sih lo…”

“Dih, gak jelas lo!! Tau2 bilang lucu begitu!! Bego dasar…!!”

“Dah lah, semoga cepet sembuh dah lo. Itu punya gw jangan lupa dimakan ya. Dalemnya ada susu stroberi sama white chocolate kesukaan lo. Boleh kan lo makan2 begituan? Kagak ada pantangan segala macem??”

“Emmm…” wajah Puput kembali bersemu merah. Ia tidak mau mengakui jika kedua itu adalah makanan dan minuman kesukaannya “gak tau….”

“Lah, gimana sih? Lo udah beberapa hari di RS masih kagak tau pantang apa kagak…”

“AGH GAK TAUUUU!! Udah ah sono lo cepetan panggil si Jessica, Dewi, sama si Citra!! Suruh masuuuuukkk!!”

“Ah entar juga masuk sendiri mereka.” dalih Arman merasa malas.

Dan benar2 baru saja Arman celetuk, Jessica, Dewi, dan Citra masuk kembali ke dalam ruangan. Tatapan Jessica terlihat was2 melirik Puput dan Arman secara bergantian.

“Eh, lo enggak-”

“Enggak Be, enggak! Enggak gw apa2in orang ini!” Sanggah Puput cepat begitu tahu Jessica pasti akan bertanya hal yang sama berulang kali mengenai Puput yang “menyakiti” para penjenguk.


+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++



Lolongan teriakan terdengar sayup di lorong hotel bintang 3 yang berada di tengah ibukota. Walaupun berada di tengah kota, tempatnya berada di dalam komplek perumahan warga yang terbilang sepi meski waktu setempat menunjukan pukul 8 malam. Di sebuah kamar nomor 303, Windy sedang mengerang habis2an diatas kasur karena kewanitaannya sedang dihujam oleh jari jemari Rangga. Ia menatap bolak balik wajah Windy yang memerah dan berpeluh serta kewanintaanya yang sudah merekah licin.

“Ngouhhh.. ouffh Ranggahhh…”

Windy tak henti2nya mengerang menikmati setiap gesekan jar tengah dan telunjuk Rangga.

Terdengar begitu jelas gesekan becek dan desahan binal beradu dengan suara televisi digital yang disetel di kamar tersebut. Windy menatap sengit Rangga dengan kedua matanya yang sudah sayu akibat efek orgasme sebanyak tiga kali berturut2.

“Uhhhnnhh… kamuhhh hari ini beringas banget sihhh Ranggahh sayang uhhh!!” keluh Windy dalam nikmatnya.

Rangga mendengus sambil tersenyum. Bukan tanpa alasan ia melampiaskan ini semua di wanita simpananya satu ini. Semenjak insidennya dengan Puput waktu itu, ia kembali ke rumah dengan frustasi mendalam. Hampir semua barang di dalam rumahnya ia hancurkan dan lempar ke segala arah demi melampiaskan amarahnya yang sudah tidak bisa ditahan lagi. Rangga yang saat itu terlihat berbeda. Ia sudah lelah menjadi sosok yang sabar. Ia ingin lampiaskan semua tumpukan frustasinya dengan cara apapun namun sayang cara yang dipilih saat itu adalah tantrum layaknya seorang anak kecil.

Setelah ia puas menghancurkan segala barang di pandangannya, Rangga mengambil ponselnya yang berada di dalam kantong, Beruntung benda krusial tersebut tidak menjadi target amarahnya saat itu.

“Win?? Kamu lagi dimana?”

“Kenapa, Rangga??” tanya Windy dibalik sana.

“Ketemu bentar boleh gak?”

“Emm, boleh2 aja sih. Kamu samper atau gimana?”

“Aku jemput kamu ya.”

“Jemput? Di rumah aku? Boleh sih…”

Rangga langsung mematikan ponselnya begitu mendapat persetujuan dari Windy. Setelah sampai, Rangga langsung mengajak Windy pergi ke banyak tempat seperti restoran, penginapan, mall, dan banyak lagi. Semua yang mauk dalam pandangan mata Rangga ia hampiri bersama dengan Windy. Semua itu untuk melampiaskan perasaan gelapnya yang menguasai dirinya saat ini; benar2 terlihat seperti seorang anak yang ingin masuk ke semua tempat yang menarik bagi dirinya.

Dan saat ini Rangga dan Windy berada di penginapan ke 3 dimana Windy sedang diberikan ‘fingering’ se brutal mungkin. Ini juga adalah seks di hari ke 4 setelah insiden keributan waktu itu. Windy yang mengetahui hal itu pun langsung dibungkam oleh Rangga agar ia tidak mengetahui lebih dalam, salah satunya dengan memberikan kepuasan seksual.

“Ranggahhh auhhh… shhhh… nnnhh memek akuhh Ranggahh…”

Windy mencengkram kuat lengan kiri Rangga yang sedang mengocok vagina basahnya. Berkali2 klitorisnya dicubit, dinding vaginanya dikorek dengan kasar, serta hujamat penis yang entah sudah berapa kali dilakukan namun terasa layu ketika beberapa menit baru saja dimasukan.

“Ranggahhh ahhh…. uhdahh ahhh Ranggahhh… memeq aku perih bangetthh ahhh!!”

Rangga terlihat tidak menghiraukan erangan Windy yang berubah menjadi rintihan kesakitan. Entah sudah berapa kali semenjak waktu itu dirinya bertemu dengan Rangga sampai saat ini ia masih bercinta setiap kali menginap di kamar hotel. Awalnya Windy merasa nikmat, namun hari demi hari ia merasa bahwa kegiatan ini sudah tidak menyenangkan bahkan menyiksa dirinya.

“Enak gak??” tanya Rangga ditengah dengusan napasnya.

“Ehhhnnnn ennnhhh… ennhh…” Windy mulai menggelengkan kepalanya tanda rasa sakit di vaginanya semakin terasa menusuk panas.

“Enak gakkkkk????” Rangga bertanya sekali lagi. Nada suaranya meninggi dan tatapannya tajam kearah Windy.

“Enggahhh… Rangga sakiitt memeq aku diginiin terus Ranggahhh…. ahhh!!”

“KALO KAMU BILANG ENAK, BARU AKU BERHENTI!!!” seru Rangga menggelegar.

Rangga tidak peduli Windy yang mulai menangis terisak karena rasa ngilu yang sangat di vaginanya. Ia berusaha keras mencabut jari tangan Rangga dari sana, namun yang didapat hanyalah ritme kocokan yang semakin cepat dan beberapa tamparan keras di wajahnya.

“Bilang enak!!”

“Ennggakkk…. sakit memeq aku Ranggahhh!!”

‘PLAK!!’

“BILANG ENAK GAK LO, MONYET!!” bentak Rangga semakin menggila setelah menampar wajah Windy.

“Hhhhuhuhuuuu… hikkss… ennnhh… hikkss… Rangga plis berhenti Ranggahhh ahhh… hikkss… hikksss!!!”

“MAKANYA BILANG ENAK DULU!!!!”

“Ennghhh nnnhh hiayhhh hiyahhh enakkk Ranggaahhh!!!”

Windy dengan sangat terpaksa harus mengakui apa yang sebenarnya tidak ia rasakan demi keselamatan nyawanya. Hari demi hari terlihat ketidakstabilan emosi kekasih gelapnya satu ini, membuat ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dalam diri Rangga.

“GW BIKIN LO PUAS KAN!!?? GW ENAK KAN WIN???? HAHH???”

“Ennn… nnn… hikkss… ennnhhh…” Windy hanya mengangguk terpaksa setuju.

“HAH!! EMANG NGENTOD SI PUPUT!!! LONTE ANJING ITU MANA TAU SEENAK APA GW!!! GAK AKAN PERNAH TAU DIA, BANGSATTT!!! BIARIN DIA MATI DILUAR SONO KARENA DIA KAGAK TAU KALO GW ADALAH COWO YANG BISA BIKIN CEWE ENAK!!!”

Rangga semakin hilang akal dengan segala teriakan maniaknya. Windy juga terlihat semakin panik sambil menjerit kuat. Jeritannya sudah terdengar untuk meminta tolong dari dalam sana. Dan melihat Rangga yang sedikit meleng, Windy dengan cepat mencabut lengan Rangga dan bergegas bangun dari kasur. Ia mengambil apapun di sekitarnya untuk menjadi alat pertahanan dirinya.

Sementara Rangga menatap tajam Windy yang ketakutan setengah mati. Tangan kanannya mengepal kuat dengan cairan cinta yang membasahi hampir seluk jemarinya karena kocokannya tadi.

“Lo mau kemana??” tanya Rangga dingin.

“Lo jauh2 dari gw…” gertak Windy pelan menyodorkan sebuah vas bunga untuk menjadi alat bertahan.

“Lo… juga ngejauhin gw…??” Rangga menggeleng pelan menghampiri Windy.

“Rangga…”

“LO JUGA NGEJAUHIN GW!!!!????”

“RANGGAAAAAA!!!”

“LO GAK ADA BEDANYA SAMA PUPUT!! DASAR LONTE PECUN ANJING!!!” dengan cepat Rangga berlari kearah Windy lalu menerkamnya.

“KYAAAAAAAAAAA!!!” jerit Windy sekuat mungkin lalu memukul Rangga dengan vas bunga yang ia genggam ke segala arah dimana Windy mencoba menumbangkan Rangga.




+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++



“Huh?”

Puput terbangun tiba2 dari tidur nyenyaknya. Kedua matanya menatap nanar langit2 kamar rumah sakit serta jantungnya berdengup kencang karena rasa kaget di tubuhnya.

“Hufftt… hufftt…”

Deru napasnya terdengar menderu karena dirinya mencoba melihat keadaan sekitar kamar. Terlihat remang dengan lampu ruangan yang hanya menyala dua buah tepat di depan pintu. Di tepi ranjang terlihat Marina yang sedang tertidur lelap. Hari ini adalah giliran untuk Marina menemani Puput setelah Jessica karena cuti kantor Jessica sudah hampir hampir habis untuk menemani Puput.

“Kenapa Put?” tanya Marina perlahan bangun dari tidurnya melihat Puput yang terbelalak.

“Kebangun doang kok….” ucap Puput pelan.

“Hmm gitu…”

Marina menghampiri Puput pelan lalu mengelus kepala temannya “Ngigo lagi ya, Be?”

“He-em…” Puput mengangguk pelan “kayaknya ingetan kemaren masih bikin gw ngebatin…”

“Yaudah, lo mau tidur lagi apa gw temenin sampe lo ngantuk lagi?” tawar Marina merelakan waktu tidurnya menemani sahabatnya.

“Enggak apa2, Mar. Gw mau coba tidur lagi. Entar lo nya yang kecapean lagi nungguin gw…”

“Apa sih, Be? Masa lo masih ngomong begitu sama gw? Enggak lah, gak ngerepotin kok…” Marina menggenggam tangan Puput dengan lembut “yuk Put, pelan2 ya. Lo pasti soon bakal keluar kok dari sini. Emangnya llo gak cape tiduran disini??”

“Hemm… iya2, Mar. Thank you ya dukungannya.”

“Masama…” Marina mengelus lengan Puput yang perlahan sudah tidak terlihat kering karena diberikan nutrisi yang cukup.

“Thank you ya, Mar…”

“Sama2, sayaaaang.”

“Thank you…”

“Put, udah ah…”

“Thank you….”

Perlahan bola mata Puput terlihat berkaca menatap Marina. Air matanya kembali menetes membasahi pipinya. Tubuhnya kembali bergetar namun tidak separah beberapa hari lalu.

“Puut…”

“Hikkss… hikkss… thank you banget Marrr lo udah care sama gw. Semuanya, Jessica, Dewi, Citra, Cecil, sama semuanya…. gw gak tau kalo gak ada lo pada gw nanti gimana…. gw.. gw… hikkss.. gw bego banget soal hubungan ini Marr… hikksss… gw bego banget gak mau ngelepas diri gw dari Rangga, Maaarrr… hikss hikksss…”

Puput kembali ke dalam fasenya. Marina yang melihat Puput kembali kumat langsung memeluk tubuh Puput dengan erat.
“Puutt…. semuanya udah lewat Put. Ada gw disini…. gak ada Rangga… adanya gw disini. Lo jangan mikir kesono lagi ya… udah ya sayang…” Marina mencoba menyemangati Puput yang masih menangis tersedu.

Tangis trauma tersebut masih cukup sering dikeluarkan oleh Puput. Melihat dirinya yang begitu iseng pada siang hari tadi semata2 hanyalah tingkah laku untuk menutupi perasaan frustasi dan luka di perasaanya.

Memang, “membadut” adalah salah satu cara untuk menutupi kegelapan yang melanda hidup kita dan seringkali efektif di jaman serba cepat saat ini dimana kita ingin terbebas dari segala permasalahan dengan “jenaka” sebagai salah satu penambalnya. Itulah yang dilakukan Puput pada hari2 ia menjalani perawatan di rumah sakit dimana ia mencoba menutupi semua rasa perih yang meradang di batinya pasca dua kejadian menghantam dirinya.

Namun beberapa momen ia seakan diingatkan jika dirinya masih tidak baik2 saja. Semua sikap jenaka, “membadut”, ataupun riang yang dilakukan dirinya tidak berdampak cukup banyak dimana momen berdamai dengan semua masalah tersebut tentu sangat tidak bisa ia lakukan sekarang.

Dan malam hari ini kembali ia mengeluarkan rasa sakitnya yang sudah berusaha ia tambal. Ia keluarkan dengan rasa tajam yang teramat menyayat seakan2 dirinya memaksa untuk mengingat setiap kejadian waktu itu.

Puput mencengkram punggung Marina sekuat mungkin. Ia sakit. Ia sangat tidak suka kondisi seperti ini menghantui dirinya terus menerus. Perasaan yang tidak relevan dengan karakter dirinya sebagai wanita karir yang tangguh, yang harus runtuh dengan permasalahan yang tidak selevel dengan citra dirinya. Namun ia harus menyerah dan membiarkan semua rasa sakit itu menjadikan dirinya sebagai wanita lemah yang tidak hentinya hari mengeluarkan tangisannya tanpa rasa gengsi sebagai wanita cantik berwibawa.

“Gw bodoh banget Mar!! Gw ngebiarin diri gw begini…!!! Maafin gw, Maaarrr… hikksss..!!”

Marina tidak menanggapi sama sekali. Ia menerima segala keluh kesah sambil memberikan tubuhnya untuk dipeluk seerat mungkin.


つづく
 
(ketikan ini adalah pengulangan kedua setelah tadi gak sengaja ke refresh sama ane pas ngebuka notif.... kampret emang WKWKWKWKWK)


salam semprot para suhu dan pembaca sekalian

sebelomnya seperti biasa ane ucapkan terimakasih bagi kalian yg udah setia nangkring di lapak ane, entah dapet notif langsung tengok trus cuman kasih like trus titip komen "sampah", atau ngebela2in ngebaca dari awal sampe akhir, atau sekadar ngebaca cerita yg barusan ane update

disamping semuanya itu ane tetep mau apresiasi dan ucapin terimakasih banyak
bagi para silent reader atau tukang titip komen lanjat lanjut, kalian udah naekin lapak ane dengan komen sepotong kalian
bagi para pembaca setia yg bener2 ngebaca, terimakasih banyak karena udah nyediain waktu ngebaca cerita dengan unsur fetish yg ra umum seperti ini KWKWKWKWKWK

dan ya, ane juga sekalian mau ngeinfoin klo cerita Puput akan berakhir di satu atau dua chapter kedepan, mungkin ini itungannya adalah akhir dari season 1 kali ya wkwk

gak nyangka juga, cerita Puput yg ane buat dari tahun 2017 bisa sampe sepanjang ini, denga berbagai kelabilannya serta plotnya yang kemana2
tapi balik lg, salah satunya dengan para pembaca yang antusias membaca cerita hina ane satu ini lah ane masih bisa ada semangat untuk ngetik

terimakasih sekali lagi ane ucapkan (buseh udah berapa kali ya bilang makasih2nya wkwkwkwkwkwk)

untuk kedepannya setelah season 1 cerita ini selesai, ane akan ngebuat side stories dari beberapa karakter pendukung di cerita ini
atau munngkin ane mua ngaso dulu sejedag (logat karni ilyas...) buat ngebaca cerita2 dari para dewa dewi disini kayak 'affairs' nya @nympherotica atau cerita sang legend @ethan atau cerita2 menarik lainnya yg gak cuman serang binor2 wkwkwkwk (tapi tema binor juga ada yg bagus kok, ampe ane save di bookmark wkwkwkwk)


waduh jadi panjang bgt nih curhatnya
okelah sampe disini aja dulu, ane mau ngebales2in beberapa komen yg udah masuk

salam semprot dan terimakasih kembali lg....
 
Ss di puput versi lama hot banget. Semua part nya suka. Yg digilir waktu reuni, digangbang waktu magang, dieksekusi dikampus sama arman. Semuanya suka sih. Walaupun sering gonta ganti lawan tanding tapi terkesan real banget gak kaya dibuat buat.

Bocoran dong hu. Cowok2 lain selain arman dapet jatah gak di Puput versi yg baru ini? Wkwkwkwk

BTW Puput yg sekarang keren juga kok. Dramanya lebih dapet. Selalu kebawa suasana sama dramanya. Banyak kejutan tak terduga juga seperti yg terakhir. Kirain puput putus sama rangga gara2 Rangga ketahuan selingkuh. Eh ternyata dugaan gw meleset. wkwkwkwk

Ditunggu kelanjutannya suhu. Sehat terus. Semoga lancar RL sama updatenya . 😄😄😄 :beer:
waduh ternyata the real pembaca lama nih WKWKWKW
makasih banyak lho hu udah sampe nengok ke lapak lama ane yg amburadul bgt itu :ampun:

klo si puput sendiri sih sepertinya.... gak wkwkwkw
tapi klo yg laen yaaaa... bisa dibicarakan secara kekeluargaan lah enaknya gimana ya

wkwkwk ya gitulah hu, mohon maaf juga klo dramanya kelewat pekat bgt
ane juga abis ketularan dari apk W oren nih dari segi plot sama penulisan segala macemnya

makasih banyak hu udah ngeluangin baca secara lengkap

Wkwkwk klo sifatnya puput kyk gtu sih mau secantik apapun, segede apapun toketnya, atau seharum apapun badannya, ttp mikir 2x sih klo smp jenjang serius. Kecuali buat 'have fun' aja.


wkwkwk emang rada ngeselin sih ya ratu jutek satu ini hu
 
menurut gua ini cerita kalo di jadiin film bagus si, dramanya dapet banget. Gak lebay
 
Waduh kasian Puput. Harus diterapi sama pusakanya Arman nih biar cepet sembuh total wkwkwkwkkwk

Cerita Puput versi lama bagus kok hu fun banget, cuman minus di part gangster2annya ✌🙏🙏

Cerita Puput yg sekarang lebih bagus lagi alurnya. Keren Pake Bangettt. Gw request SS-nya Puput sampe klimaks dong hu. Paling seneng part cewek segalak Puput lemas tak berdaya setelah dipuasin wkwkwkwk ✌✌😄😄

Ditunggu kejutan-kejutan selanjutnya. Makasih btw udah hidupin lagi cerita Puput. Pavorit banget soalnya cerita Puput ini 🙏🙏🙏
 
Kirain si puput beneran jd psikopat, eh taunya cuma purapura doang
Udh cukup lah si puput jd cewe jutek menyebalkan, eh burket juga wkwkwk
Nuhun updatenya yaak
 
Bimabet
Makasih updatenya

oh jadi kejadian Puput dgn Rangga itu jdi Klimaks di season 1 gitu ya hahaha.

jadi penasaran setelah konflik di season 1 ini ada character development ga ya nntinya di season 2.

Naanya dong. Selain Puput, Arman dan Rangga ada karakter yang penting lagi ga sih, maksudnya itu karakter yang jadi inti cerita gitu, Windy? Masuk hitungan ga sih atau cuma pelengkap aja?

Kalau mau nyantai habis season 1 bisa buat side story aja dulu, tpi jangan geng Puput deh kalau bisa, udh banyak soalnya mending temen kantor Puput gitu.

Ditunggu akhir update akhir season 1 nya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd