Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG PETUALANG SUNYI

Semoga semua sehat selalu..keep safe..cuci tangan jangan lupa...selalu mandi terlebih dahulu setelah aktifitas di luar rumah..semoga badai Corona lekas berlalu..amiin
 
Gang yang menuju ke rumah kontrakannya berliku-liku. Bersih dan terang oleh cahaya lampu-lampu. Beberapa orang warga ada yang nongkrong di halaman depan sambil bermain gitar atau bermain kartu. Sambil tertawa-tawa dan bercanda.

Ada juga yang sambil minum kopi hitam ditemani kretek yang mengepul, duduk setengah melamun di kursi teras.

Malam sudah lama jatuh. Tapi belum larut benar. Baru pukul 21.30. Adit terus melangkah menyusuri gang dengan langkahnya yang tenang seperti peragawan.
"Mas Adit baru pulang ya?" Sebuah suara merdu tiba-tiba menyapanya. Adit menoleh ke arah pemilik suara, seorang Ibu Muda berkulit putih mengenakan daster tidur bermotif bunga-bunga menyapanya dari arah teras sebuah rumah. Bentuk tubuhnya tampak menerawang di bawah cahaya lampu bohlam 15 watt.
"Iya teh." Jawab Adit, sopan.
"Yang di dalam kantong kresek itu pasti gule Pak Kumis ya?" Kata Ibu Muda itu menebak.
"Teh Dedeh tau aja." Jawab Adit tersenyum. "Salam buat Kang Deni. Permisi teh."
"Iya." Katanya. Teh Dedeh menampilkan rona wajah sedikit kecewa. Dia ingin sekali menahan Adit lebih lama lagi untuk ngobrol, bukan sekedar "say hello" saja.
"Kak Adit kelihatannya sudah capek ya." Tiba-tiba suara merdu lain muncul dari teras sebelah. Seorang gadis berambut ikal pendek berkulit sawo matang tersenyum. Melly, Mahasisiwi Uniba Jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia, muncul dari balik pintu. Dia mengenakan celana pendek dan kaos lekbong.

Paha dan betisnya yang mulus berkibar-kibar. Belahan tocilnya pun mengintip dari leher kaos lekbongnya yang sangat rendah.
"Iya, Mel. Mari." Kata Adit.
"Iya Kak." Jawab Melly. Dia mengerling ke arah Teh Dedeh dengan senyum sinis. Teh Dedeh tak peduli. Dengan gaya arogan yang dibuat-buat dia berbalik badan dan masuk ke dalam rumah.

Aditya tidak mempedulikan ke dua perempuan itu. Dia memasuki sebuah gang yang sempit untuk menemukan sebuah teras yang luas yang dihiasi aneka tanaman pot yang subur. Itulah rumah kontrakannya. Dia mendorong pintu teras yang terbuat dari besi holo. Pura-pura terkejut oleh kehadiran seorang cewek bocil bermata besar dan berwajah imut nan jelita.

"Kakak..." Bocil itu menjerit dan langsung memeluk lengan Adit yang berbulu halus namun tertutup blazzer. "Pinjem laptop kakak, aku banyak tugas." Katanya.

Adit sedikit merasa merinding ketika lengannya menyentuh tocil lembut bocil itu.
"Kakak juga mau pakai buat laporan." Kata Adit. Dia mengeluarkan serenceng kunci dan membuka pintu rumah.
"Aaa... kakak, sebentar aja." Katanya sambil menggoyang-goyangkan lengan Adit dengan manja. Buku-buku punggung tangan Adit tak sengaja menyentuh benda yang menggunduk di antara selangkangan bocil itu yang dibalut celana daster yang lembut.

Serrr...

"Irene, ga boleh manja kayak gitu!" Seorang wanita cantik berusia 35 tahun datang dari arah rumah sebelah. "Kak Adit baru pulang kerja, masih capek."
"Gak pa pa koq, Mamah Irene. Anak-anak memang begitu." Kata Aditya sambil tersenyum. Dia mendorong pintu dan masuk ke dalam rumah diikuti oleh Irene dan ibunya.
"Maaf ya Kak Adit mengganggu, soalnya komputer di rumah enggak tahu kenapa koq nge-hang terus." Kata Mamah Irene.

Irene, bocil berbibir tipis siswi SMP kelas 9 yang masih berumur 15 tahun itu tak bisa menyembunyikan kekecewaannya ketika ibunya ikut nimbrung dan masuk ke dalam rumah. Soalnya, dia tidak akan bisa mencari alasan agar Kak Adit membantunya mengerjakan tugas membuat makalah.

Irene menganggap Kak Adit itu orang yang luarbiasa. Tidak ada satu pun mata pelajaran sekolah yang tidak dikuasainya. Sehingga, Irene tidak pernah kesulitan mengerjakan tugas jika ditemani Kak Adit. Lagi pula Kak Adit orangnya ganteng, baik dan badannya harum. Sangat berbeda dengan Papah yang sering cengengesan kalau diminta bantuan dan selalu menyuruh Mamah melakukannya.

"Laptopnya ada di kamar, ambil aja." Kata Adit sambil meletakkan kantong kresek hitam itu di atas meja makan kecil yang sederhana.

Tanpa dikomando, Irene memasuki kamar Adit dan sejenak terpesona oleh kasur busa bersprai biru muda yang tergeletak di lantai. Lemari plastik berisi baju-baju, TV LCD 21 Inch dan sebuah meja kecil berkaki pendek di mana laptop itu berada.

Irena tak tahan untuk tidak tiduran di kasur itu. Ah, nyaman sekali. Bocil itu cekikikan sendiri dan memeluk guling yang kesepian itu dengan mesra.

Sementara itu Mamah Irene mengikuti Adit ke ruang makan.

"Harusnya kak Adit nyempetin juga bersih-bersih di sini." Kata Mamah Irene. "Biar enggak kelihatan kucel." Katanya sambil meraih gagang sapu dan membersihkan lantai dapur yang kelihatan agak kotor.
"Maaf, Mah. Belum sempet." Kata Adit. Dia mengeluarkan isi kantong kresek itu dan memindahkan gule ke dalam mangkuk keramik bergambar ayam jago.
"Ini piring bekas makan tadi pagi juga belum sempat dicuci ya?"
"Iya, Mah."
"Aduuh kamu ini gimana, nanti penuh bakteri." Kata Mamah Irene sambil mencuci piring-piring kotor itu di wastafel dapur.
"Mamah, jangan repot-repot." Kata Adit.
"Enggak koq. Yang bikin repot malah si Irene." Katanya. "Pake ngeganggu Kak Adit yang baru pulang."
"Mamah udah makan?" Tanya Adit membelokkan topik pembicaraan.

Sejenak Mamah Irene mengerling ke arah Aditya. Dadanya tampak agak tersengal.
"Sudah."
"Irene kamu udah makan belum?" Tanya Adit dengan suara keras. Irene yang tengah berbaring di kasur sedikit terkejut.
"Sudah." Katanya. Irene buru-buru bangkit dari kasur, mengambil laptop dan membawanya ke ruang tamu.
"Jadi saya makan sendiri ya?" Kata Adit.

Mamah Irene tersenyum. Dia menyelesaikan pencucian piring-piring dan gelas kotor bekas kopi dengan cepat. Mengambil sampah-sampah plastik kantung kresek dan bekas kemasan cemilan, menggulungnya dan memasukkannya ke dalam tempat sampah.

Sedikit sentuhan tangan perempuan, ruang makan yang bergabung dengan dapur dan kamar mandi itu berubah menjadi 10 kali lebih nyaman.
"Jaketnya dibuka dulu ya Kak." Katanya sambil mendekati Adit dari belakang. Mamah Irene dengan sengaja menempatkan posisi tubuhnya sedemikian rupa sehingga ketika Adit membuka blazzernya, sikutnya tak sengaja menyentuh dua bukit kembar yang masih kencang itu.
"Ufh." Kata Adit. Mamah Irene diam saja dan bahkan membantu melepaskan blazzer dari tubuh Adit dengan kedua tangannya sengaja menyentuh lengan Adit.

Adit melirik ke arah Mamah Irene. Ada senyum tipis di wajah itu.
"Ini ada HPnya ya." Kata Mamah Irene sambil merogoh kantong blazzer dan mengeluarkan HP itu. Meletakkannya di meja makan dan membawa blazer untuk digantungkan di dinding kamar.

Mamah Irene menutup pintu kamar Adit dan mendekati Irene yang tengah duduk di lantai beralaskan karpet merah di ruang tamu yang sederhana tanpa perabotan sofa atau pun kursi lainnya.

Seorang lelaki paruh baya berperut buncit, berusia sekitar 50-an tiba-tiba muncul di ambang pintu.
"Pantesan, kalian rupanya ada di sini." Katanya.
"Ini Irene, Pah, lagi ngerjain tugas pake Laptop kak Adit." Kata Mamah Irene.
"Makanya komputernya dibenerin Pah." Kata Irene. "Atau beliin Laptop."
"Makan Pak Danil." Kata Aditya dari balik partisi triplek dengan suara keras.
"Iya iya, silakan. Maafkan Irene ya dek sudah mengganggu." Kata Pak Danil di ambang pintu.
"Gapapa Pak." Kata Adit.
"Makasih, Dek Adit." Kata Pak Danil. "Irene jangan lama-lama ya, kasihan Adit mau istirahat."
"Iya Pah, cuma ngetik ini aja, paling juga satu jam." Jawab Irene.
"Mah, Papah mau ke Pos Ronda dulu ya sebentar."
"Iya, Pah. Jangan malam-malam pulangnya ya Pah."
"Cuma sebentar. Barusan ada kabar dari warga katanya di gang gelap di depan ada perkelahian. Papah mau ngelihat, penasaran."
"Iya, Pah." Jawab Mamah Irene dengan wajah berseri-seri.

***
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd