Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
tetap menantikan hasil ide nya suhu. semoga akhir pestanya bisa klimaks
 
nice story!

---

semoga TS bisa terus berlanjut hingga tamat ceritanya

btw, indexnya dibuat donk,hehehe

cek kulkas :beer:
 
Horeeee..... akhir pekan telah tibaaaa..... :horey:

Eh..... :bingung:


:ngacir:
Sembunyii dulu.. :mindik:
Mana tau dapat tontonan Outdoor Gratis... :malu:
 
Emang agak sedikit aneh gitu ngebayanginnya. Tp top lah bikin ane ngasceng maksimal huahahhaa. Lanjut gan
 
iya yah, udah weekend........
 
Chapter 5: Belajar dan Bermain Bersama

Asep hanya bisa mematung. Bisikan Dita sungguh di luar dugaan; butuh waktu lama buat Asep untuk merespon

“A-ah..s-saya mah...s-saya...” Asep tak bisa merangkai kata, apalagi dengan Dita yang terus menatapnya sambil tersenyum

“Sssst” Dita menaruh telunjuk di atas bibr tipisnya “Di sana aja yuk, Mas Asep”

Asep menurut saja ketika Dita menuntun tangannya ke tempat yang agak jauh dari yang lain. Sepanjang jalan pikiran Asep berkecamuk, bagaimanapun mungkin Dita tahu? Asep tak pernah cerita ke siapapun. Atau dia hanya menebak-nebak saja? Mengingat Dita dekat dengan Eci, bahaya kalau dia sampai bilang-bilang ke Eci. Asep harus mencoba menyangkal.

Dua manusia berlainan jenis yang telanjang bulat itu sampai di tempat yang diinginkan Dita. Dengan santainya Dita berbaring, mengangkangkan kakinya hingga terlihat memek pink dengan jembut tipisnya.

“Ayo Mas Asep, di atas yaa” rajuknya

Dengan ragu, Asep mengikuti perintah Dita. Pelan, Asep memposisikan tubuhnya di atas tubuh Dita yang terlentang. Lalu dia menurunkan tubuhnya untuk menindih Dita, tapi tiba-tiba Dita memeluk Asep dengan erat sehingga dada kurus Asep langsung menempel di bukit empuk gadis berjilbab itu. Dalam posisi itu kepala mereka berdekatan, dan Dita kembali berbisik di telinga Asep.

“Aku perhatiin dari dulu kok Mas Asep...Aku bisa liat Mas Asep ada rasa sama Dinda”

“Nggak Mbak, saya mah gak ada rasa sama Dinda” sangkal Asep, sama-sama berbisik walaupun mereka sudah cukup jauh dari yang lain.

“Masa?”

“Iyalah Mbak, kan Dinda mah udah punya pacar”

“Apa hubungannya?”

“Eh?”

Asep mengangkat kepalanya. Dita lagi-lagi menatapnya dengan senyuman manis yang akan membuat siapapun meleleh. Kecuali pria yang otaknya sedang dipenuhi wanita lain, seperti Asep.

“Justru Mas Asep gak cerita ke siapa-siapa, gak berani mulai PDKT karena Dinda udah ada yang punya kan? Tapi aku bisa liat kalo orang nyimpen perasaan terpendam”

Asep terdiam, dia ingin menyangkal tapi tak tahu harus berkata apa.


“Tenang aja Mas Asep, aku gak akan bilang-bilang ke si Mpok Eci” ujar Dita memutus lamunan Asep

“M-maksudnya?” Asep bingung

“Iiya...Rahasia Mas Asep aman kok sama aku”

Asep langsung sumringah “Wah...Makasih Mbak!”

“Berarti bener kan?”

“Hah?” senyum Asep langsung hilang

“Hehehe, tadi Mas Asep gak langsung ngakuin sendiri” ujar Dita santai sambil tertawa kecil

Ah, sial! Kena jebakan deh gue, batin Asep

“Yaa, asal jangan bilang siapa-siapa lagi ya Mbak. Bukan masalah aturan pesta ini aja, tapi juga sayah gak enak sama Dinda sama yang lain, apalagi pacarnya si Anto” Asep yang sudah lega mulai tak sungkan curhat.

“Iiya, aku ngerti kok..Mas Asep bisa cerita sama aku..eh tapi ngomong-ngomong..”

“Apa Mbak?”

“Masukin dong”

Dita melepas pelukannya hingga Asep bisa mengangkat badannya

“Oh...I-iya Mbak” Asep bergegas mengecek kontolnya dan hebatnya, kontol itu sudah mengeras tanpa dia sadari. Amejing! Hanya dengan ditempel tubuh Dita, batang itu bisa tegak dengan sendirinya. Kalau sudah begini, siapa yang butuh foreplay? Bukan Asep, bukan juga Dita karena begitu Asep menusukkan pedangnya ke lubang nikmat Dita, gua itu sudah cukup basah dan merekah.


“Mmmmmhhhh...” Dita melenguh dengan mata terpejam, menikmati sensasi birahi yang menjalar tubuhnya. Begitu juga Asep yang kembali merasakan kedutan memek ajaib Dita. Sensasinya benar-benar luar biasa.

“Mas Aseeep...” Dita merajuk dengan lembut “Aku punya request tapinya yaaa...”

“Rikues?”

“Iiya, gantinya aku pegang rahasia Mas Asep, aku minta Mas Asep menuhin penginnya aku..”

Wah sial nih, ternyata ada bayarannya juga, batin Asep.

“Gak susah kok requestnya hehe. Aku cuma pengen...” Dita sengaja tidak melanjutkan ucapannya

“Pengen apa Mbak?”

“Aku pengen Mas Asep ngentotin aku kayak Mas Asep sama Dinda tadi pagi...Kayaknya mesra banget deh hehe” pinta Dita dengan suara manja

“Ah Mbak, saya mah pelan-pelan waktu itu soalnya kita baru bangun” elak Asep

“Hmm, tapi Mas Asep maennya pake perasaan kan?”

Asep menggaruk-garuk kepalanya “Iya deh Mbak, saya coba”


“Nah gitu dong, aku juga bantu kok” Dita tersenyum lalu lalu menarik kepala Asep dan mencium bibirnya. Mau tak mau Asep membalasnya. Ciuman Dita begitu lembut, seperti ciuman dari seorang kekasih. Beda dengan pagutan penuh nafsu Eci tadi malam, juga sewaktu dengan Dinda pertama kali. Asep seolah diajari Dita cara menyampaikan perasaan lewat ciuman, sesuatu yang dia lupakan di pesta asal coblos ini. Sementara di bagian bawah, Asep mencoba menyeimbangkan kecepatan dengan intensitas. Daripada mengejar jumlah tusukan per menit, Asep lebih memilih untuk memompa lubang nikmat Dita dengan tusukan-tusukan panjang dengan sedikit gerakan memutar. Aksinya ini dibantu oleh Dita yang juga menggerakkan pinggulnya sesuai ritme genjotan Asep. Bahkan gerakan dinding memek Dita yang mengagetkan Asep tadi malam juga lebih lembut, seperti memeluk dan memijat-mijat batang keras Asep yang bertandang ke sana.


Ketika bibir mereka terlepas selesai berciuman mesra, bibir tipis Dita mengeluarkan desahan manja dengan matanya terus menatap mata Asep.

“Ahhhmhhhhh...Mas Aseeeepppp...” Dita memanggil nama Asep dengan suara semesra mungkin

“Mbak Ditaaaa....” Asep membalas

Asep tahu betul Dita berusaha untuk berperan sebagai kekasih di sesi persetubuhan ini. Memang tak mungkin Asep melupakan Dinda begitu saja, pun tak mungkin Asep akan memperlakukan Dita seperti Dinda. Perasaan tak bisa dibohongi. Baik Asep dan Dita tahu itu. Maka Asep berusaha memainkan perannya, mencoba memperlakukan Dita selembut dan semesra mungkin. Berharap kejadian tadi malam terulang, ketika Asep bisa fokus menyetubuhi Irma membiarkan instingnya bekerja, terisolir dari pikiran lain yang mengganggu. Dan tampaknya Dita tahu itu dan membantu dengan mengajak Asep bercinta di tempat yang agak jauh dari yang lain. Agar Asep tidak terganggu dengan Dinda yang sedang asyik masyuk disetubuhi Reza.


Dan sepertinya usaha mereka berhasil. Asep mulai membiarkan instingnya mengambil alih. Dia terus menumbuk memek Dita tanpa perlu berpikir, dengan tempo natural menimbangi gerakan pinggul Dita. Jelas, sensasi lubang basah Dita yang memijat batang kerasnya adalah yang paling nikmat. Tapi kehangatan badan Dita juga membangkitkan birahi Asep ke awang-awang. Posisi misionaris adalah posisi yang memungkinkan kedua orang yang terlibat menyentuhkan kulit mereka semaksimal mungkin. Buah dada Dita yang empuk terhimpit dada Asep yang kurus. Puting susunya yang kenyal bergesekan dengan kulit dada Asep yang kasar dan sedikit berbulu, memberi sensasi nikmat bagi keduanya. Sementara kaki Dita sudah naik mengunci kaki Asep, seolah tak rela melepas pria yang sedang menyetubuhinya itu. Tangan Dita juga tak tinggal diam, sesekali dia merabai punggung Asep yang membuat pria berkulit gelap itu menggelinjang, Kadang tangan Dita mencengkram erat lengan Asep yang kurus namun berotot.


Saking nikmatnya, keduanya sesekali memejamkan mata meresapi kenikmatan birahi. Tapi ketika mata mereka terbuka, mereka saling menatap dan memanggil nama masing-masing.

“Mas Asseeeppphhhh...”

“Mbak Ditaaaahhhh...”

Kalau sudah begitu mereka lalu berciuman mesra. Begitu nikmatnya, sesekali Asep merasa cengkraman tangan Dita tiba-tiba menguat, kakinya semakin memeluk erat, begitu juga dinding kelamin Dita yang mencengkram lebih erat diiring erangan lirih. Asep semakin takjub dengan Dita; gadis itu bisa berekspresi dengan liar seperti tadi malam sewaktu disetubuhi Jejen, tapi juga bisa mengekspresikan puncak birahinya dengan elegan seperti ini. Di balik wajah kalem dan imej alimnya, Dita seperti mesin seks yang sempurna. Selain tubuhnya Dita punya skill yang lebih dari yang lain. Memang yang lain juga tidak kalah, terutama soal agresivitas dan stamina Eci adalah yang paling ganas. Tapi Dita seolah-olah yang paling berpengalaman daripada yang lain.


Sementara Dita sukses menggapai orgasmenya berkali-kali, Asep juga hampir mencapai puncak. Sekarang tangan mereka saling berpegangan erat seperti sepasang kekasih. Memek Dita semakin intens memijat kontol Asep yang menggenjotnya.

“Mas Aseep...Mas Aseeppp....Ahhh Mas Aseeppppp!!!!”

Dan Dita memanggil-manggil namanya, terus mendorong birahi Asep ke puncak tertinggi. Akhirnya Asep serasa melihat sekelebat sinar, rasa nikmat menjalar dari tulang belakang ke kelaminnya, dan...

“Arrghhhhh...Mbak Ditaaaaaaaaaa!”

CROTT CROTT CROTT

Tubuh Asep gemetar saat air maninya memancar menemprot rahim Dita. Gadis itu juga ikut tersentak, matanya terpejam. Rasa hangat di organ intimnya memberi rasa damai di benak Dita.


Keduanya terdiam, saling menindih mengatur nafas masing-masing. Ketika rasa itu reda, Asep menggulingkan tubuhnya berbaring di samping Dita.

“Enak..huff...huff..***k...Mas Asep?” tanya Dita yang masih ngos-ngosan

“Iyah..haahhh...Mbak gimana?”

“Banget...Aku dapet banyak..***k keitung hahah”

Asep bangkit untuk duduk, diikuti Dita

“Makasih ya Mbak pelajarannya” cetus Asep tiba-tiba

“Ih, emang aku ngajarin apa?” tanya Dita heran

“Banyak deh Mbak, saya belajar banyak tadi”

“Ah Mas Asep, tadi Mas Asep itu pake insting sendiri...Yakin deh, Mas Asep punya potensi alami”

Asep manggut-manggut. Tapi dia masih punya pertanyaan di benaknya.

“Eh Mbak, maaf ya tapi ngeliat semalam sama Jejen saya kira Mbak seneng rada kasar gitu, hehe”

“Oooh, aku sih emang biasa maen kayak gitu, tapi aku juga pengen dong nyoba yang rada lembut dikit. Tuh cowok-cowok itu gak pada bisa diajak slow dikit. Yah bukannya aku gak seneng, aku juga pengen ngerasain seks yang kayak tadi...” jawab Dita cuek

Asep kembali manggut-manggut ketika Dita menggumam dengan suara pelan “Kan aku juga cewek...”

“Hmm? Tadi ngomong apa Mbak?”

“Mmm...Bukan apa-apa kok...Yuk ah balik ke yang lain, udah pada nungguin pasti”

Dita berdiri, melangkahkan tubuh bugilnya yang putih mulus di bawah sinar mentari sore.


Asep dan Dita berjalan beriringan ke tengah halaman. Di sana Reza, Dinda, dan Irma sedang duduk-duduk sambil mengobrol. Jejen sedang merokok di pojokan. Tampaknya acara gulat birahi mereka juga sudah selesai. Dengan santainya, masih dalam kondisi bugil mereka bercengkrama tanpa beban. Asep sedikit iri melihatnya. Asep juga sebenarnya ingin menikmati pesta ini tanpa dibebani apapun.

“Beres Sep?” tanya Reza begitu Asep duduk

“Ya iyalah, kalo belum ngapain gua balik sini” jawab Asep

“Heheh, lo juga kemarin malem belom sempet ngecrot di dalem Mbak Dita kan? Gua juga baru hari ini bisa puas ngecrotin memek si Dinceu” Dinda hanya tertawa mendengar perkataan Reza, tak tahu bahwa hati Asep tak menentu mendengarnya.

“Eh Asep ngapain tadi maennya jauh amat?” tanya Dinda tiba-tiba

“Oh? I-itu..”

“Biar gak keganggu si Irma, suka berisik tuh anak kalo lagi maen” jawab Dita cepat membantu Asep

Mata bulat Irma melotot “Iih, enak aja, emang aku segitu berisiknya...nggak kan Reza?”

“Dih, tadi aja dia teriak-teriak ‘aduh memek aku Mas Jejen’ kenceng banget dah” goda Reza menirukan Irma. Kontan Irma yang kesal memukul-mukul tangan Reza, sambil tergelak Reza menambahkan “Si Jejen sampe panik nyuruh si Irma diem takut kedengeran orang, beneran Mbak!”. Mereka tertawa-tawa sambil saling meledek, sampai Dita teringat sesuatu.

“Eh jadi ini gimana nih gamesnya?” tanya Dita

“Lah Mbak Eci-nya mana? Yuk kita susul aja” usul Dinda

“Jangan-jangan belum beres maennya tuh berdua” Irma menimpali


Dan memang Eci dan Ari masih belum selesai. Eci masih bergoyang dengan intens di atas badan Ari yang terlentang. Nafas Eci memburu bersahutan dengan erangan erotisnya. Tangan Eci mencengkram payudaranya sendiri dan meremasnya dengan liar seperti kesetanan. Sementara Ari hanya diam terlentang tak bergerak. Tampak mukanya meringis seperti menahan sesuatu, membuat Asep merasa kasihan melihatnya.

“Hey Mpoook!” tegur Dita

Eci yang dari tadi terus menengadah sambil terpejam membuka matanya dan menengok ke arah rombongan.

“Ohh..Udah pada beres yahh..Bentarr aku dikit lagi ahhhh!”

“Huu malah yang paling lama maen” gerutu Reza

Tapi Eci cuek aja, sambil terus mengerang dia memberi Ari instruksi terakhir “Ariii keluarin ajjah...Ahh.***k usah...Ditahan lagi...Ahhhh”

“I-iya Mbak..***aahhhh!” Ari pun ikut mengerang

Gerakan keduanya terhenti, hanya sesekali tubuh Eci tersentak-sentak. Eci yang disembur air mani Ari orgasme di depan mata teman-temannya. Melihat betapa agresifnya Eci, Asep jadi sedikit takut.

“Haahhh...Puas deh guee..Oke guys, rehat bentar 10 menit yah, aku mau minum dulu” setelah beberapa detik terdiam menikmati orgasmenya, Eci dengan santainya berdiri mencabut memeknya dari kontol Ari yang sudah layu. Dengan agak sempoyongan Eci berjalan ke arah dapur dengan cairan kental menetes-netes dari selangkangannya.


”Ri kok kalo sama aku kemaren kok keluarnya cepet sih, gak kayak tadi” Irma bertanya sambil manyun

Ari yang masih terlentang kelelahan di karpet hanya nyengir.

“Gua diancam Ir, katanya ‘awas aja kalo keluar duluan sebelum aku suruh’. Takut gua”

“Yaelah si Mpok” Dita hanya geleng-geleng kepala. Memang Ari adalah yang paling pasif di antara mereka, jadi cocok buat Eci yang dominan. Reza dan Dinda tertawa, tapi Asep jadi kepikiran. Wew, serem juga si Mbak Eci. Diliriknya Dita di sebelahnya. Jangan sampe rahasia gua bocor deh, pikir Asep sambil menelan ludah.

Jejen yang baru bergabung cengar-cengir dengan muka bloon “Ada apah ini teh rame-rame?”

***


Ternyata lomba yang direncanakan Eci adalah...balap karung. Dengan para cewek sebagai karungnya. Lomba yang aneh tapi Asep ikut saja, lumayan buat break dari persetubuhan tanpa henti hari itu. Jadi di halaman belakang yang luas itu para cowok akan berlari ke arah para cewek yang sudah menunggu. Lalu para cowok harus menggendong pasangannya kembali ke posisi start, lalu balik lagi ke finish. Dan karena ini pesta seks, tentu bukan digendong biasa. Tapi posisi dimana para cewek memeluk pasangannya dari depan, kemudian menggantungkan kakinya di pinggang para cowok yang menahan beban tubuh pasangannya dengan tangan mereka.

“Jangan asal gendong dan lari. Kontol kalian harus masuk ke memek kita-kita. Terus biar ceweknya ada peran, harus ngegerakkin pinggulnya mompain kontol pasangannya. Biar adil kan, gak cuman cowoknya aja yang kebagian capek” Eci memimpin briefing

“Wah kalo gitu mah susah atuh sambil lari” protes Jejen

“Ya jangan lari aja, secepet-cepetnya kalian bisa gerak. Yang ngelanggar diskualifikasi OK?”

Asep mengangkat tangan “Kalo kita semua ikut, atuh siapa yang nanti mastiin gak ada yang curang?”

“Hmm...bener juga ya...” Eci tampak berpikir “Aku sih pikirannya semua bakal main fair tapi...”

Giliran Ari yang mengangkat tangan “Saya ajah Mbak, saya jadi wasit! Masih cape nih”

“Trus kurang dong orangnya?” protes Irma

“Yah udah, kalo gitu aku juga gak ikut, pas kan. Aku ngawasin aja” Eci memberi solusi, yang membuat Ari lega karena sebelumnya dia khawatir bakal dimarahi Eci.


Beberapa lama kemudian, persiapan dimulai. Para cowok yang jadi peserta sebelumnya dikocok dan disepong dulu oleh para cewek agar kontol mereka kembali tegak, sambil pemanasan.

“Oke, para cowok ngambil undian nentuin pasangannya. Kalo gak, semua pasti bakal milih Dinda yang paling ringan” perintah Eci sambil menunjuk Dinda yang mulutnya sedang dipenuhi kontol Jejen. Nampaknya kali ini bukan hanya Asep yang menginginkan Dinda.

Bergiliran Reza, Asep, dan Jejen mengambil lintingan kertas yang dibuat Dita. Asep agak terbelah dua soal ini. Di satu sisi, kalau dia dapat Dinda, Asep bisa berpasangan dengan gadis pujaannya itu di lomba ini. Tapi nantinya sulit baginya untuk mengambil Dinda lagi setelah ini tanpa terlihat dia ingin memonopoli.


...Dan Asep pun mendapat Dinda sebagai pasangannya.

“Selamat yaa Mas Asep...” ucapan selamat Dita oleh yang lain dianggap biasa saja, karena Asep jadi unggulan dengan mendapat beban paling ringan. Tapi melihat senyum dan tatapan mata Dita, Asep tahu Dita punya makna lain.

Jejen mendapat Irma, jadi Reza dapat Dita. Irma memang langsing, tapi tubuhnya tinggi sehingga agak sulit buat digendong Jejen, kedua terpendek setelah Ari. Dita memang tidak terlalu gemuk sebenarnya, tapi Reza adalah yang paling kurus di antara yang lain. Sementara Dinda, tubuhnya setinggi

Dita tapi selangsing Irma. Cocok buat Asep. Hmm, memang tubuh kita paling kompatibel, batin Asep.


Lomba absurd ini segera dimulai. Ari mengawasi di garis start, sedangkan Eci di garis finish tempat para gadis menunggu.

“Ayooo semangat semuanya!” teriak Eci

Para peserta pria bersiap di garis start. Bedanya dengan lomba biasa, selain telanjang mereka juga sibuk mengocok kontol masing-masing agar tetap tegak waktu sampai ke tempat pasangan mereka.

“Siaaaap...Mulai! PRITTTTT!” Ari meniup peluit yang dia dapat entah dari mana

Asep, Reza, dan Jejen berlari sekencang yang mereka bisa. Reza memimpin, diikuti Asep. Begitu sampai, dengan sigap Dita memeluk Reza dan meloncat ke pangkuannya. Agak susah, Reza mencoba memasukkan kontolnya ke memek Dita. Sebenarnya trik untuk posisi ekiben dari berdiri adalah penetrasi dilakukan sewaktu sebelah kaki si wanita masih menjejak tanah, sehingga minimal ada satu tangan si pria yang bisa membantu mengarahkan. Bila kedua kaki si wanita sudah terangkat, kedua tangan si pria sudah sibuk menopang paha pasangannya.


Reza kehilangan sedikit waktu karena usaha penetrasi pertamanya gagal. Sementara Asep dan Jejen memilih untuk pelan-pelan yang penting berhasil. Eci hilir mudik mengawasi para peserta.

“Ayo masukin! Itu udah tuh Mas Jejen! Ayo!”

Jejen mulai bergerak, tapi kaki Irma yang panjang agak menyulitkannya. Irma sendiri berusaha menggerakkan pinggulnya sesuai aturan, yang membuat Jejen tambah kesulitan.

“Kalo ceweknya gak gerak, cowoknya juga gak boleh gerak!” seru Eci mengingatkan

Dinda melenguh saat kontol Asep menembus memeknya. Tangan gadis itu sudah melingkar di leher Asep, tinggal menunggu Asep mengangkat kakinya.

“Ahhh..Udah masuk Sep..”

“Iyah, siniin kakinya” sekarang Dinda sudah menggantungkan tubuhnya di pelukan Asep. Inginnya Asep sih Dinda juga menggantungkan hatinya (ngarep). Momen ini seharusnya indah, tapi kondisinya tidak memungkinkan untuk Asep menikmati.

“Ayo Sep, mulai, kita bisa menang nih!” seru Dinda

Mendengarnya Asep berpikir, bila mereka menang Dinda akan senang karena sepertinya dia semangat sekali di lomba ini. Yup, Asep memantapkan hatinya. Mungkin ini bukan apa-apa, tapi kalo dia bisa membahagiakan Dinda sekecil apapun, akan dia lakukan.


Asep dan Dinda memimpin, tak jauh Reza dan Dita semakin mempertipis jarak. Jejen dan Irma juga tak mau kalah. Jarak yang ditempuh memang tak terlalu jauh, tapi karena mereka tak bisa bergerak terlalu cepat maka lomba itu jadi lebih lama dari yang mereka duga. Para gadis mendesah dan sesekali menjerit, bukan hanya karena sedang menjepit kontol dengan lubang mereka, juga karena takut jatuh setiap kali pasangannya melangkah.

“Ahhahh..ahh..haaa.hhhaa...Asep...bentarrr..ahh..iiya ayo terus!” Dinda meracau sementara Asep berusaha keras untuk melangkah lebih cepat dari yang lain. Biar menang, demi Dinda.

Akhirnya Asep mencapai garis yang dijaga Ari, tapi tak lama setelah memutar balik, dia harus berhenti sebentar karena Dinda juga menghentikan gerakan pinggulnya. Tak lama, karena Dinda hanya mengambil nafas. Tapi momen itu dimanfaatkan pasangan Reza-Dita untuk menyusul Asep-Dinda. Pertarungan sengit terjadi. Jejen-Irma berusaha sekeras mungkin tapi tetap tertinggal di belakang.

“Mas Jejeeennn ayo cepetannn! Aku udah gerak terus nih!” protes Irma

“Beurat siah! Aduhh suku aing!” gerutu Jejen tak mau kalah


Akhirnya di pertengahan lintasan, Jejen tak kuat lagi. Dia terjatuh sambil mengaduh. Irma yang dipeluknya menjerit, untungnya mereka tidak terjatuh dalam posisi berbahaya. Eci dan Ari menertawakan mereka, tapi dua pasangan lain yang masih berlomba tak punya waktu untuk itu.

Asep-Dinda dan Reza-Dita sudah ¾ menuju garis finish. Asep mulai kehilangan tenaga, membuatnya hampir disalip oleh Reza yang lebih kurus dan membawa beban lebih berat.

Gawat! Reza sudah sejajar dengan Asep, sedangkan Asep semakin melambat. Padahal Dinda juga sudah berusaha sekuat tenaga terus bergerak agar Asep tidak perlu berhenti. Tapi kaki Asep sudah hampir tidak kuat. Persaingan keduanya terus berlangsung sampai menjelang garis finish. Perlahan Reza mulai sedikit lebih maju dari Asep. Butuh keajaiban buat Asep untuk menang...


Dan tiba-tiba Reza berhenti.

Reza tampak meringis dengan sebelah mata terpejam. Dita masih terus menggerakkan badannya di pelukan Reza.

“Mmmmbb-mbak stoop...Stoop dulu bentar...ini ngejepitnya...aduh!” teriak Reza

Asep tak menyia-nyiakan peluang. Dikerahkannya semua tenaganya yang tersisa, untuk menyusul Reza, dan akhirnya mencapai garis finish pertama.

“Yeey! Selamat buat Asep dan Dinda!” Eci meloncat-loncat kegirangan.

Begitu Dinda lepas dari pelukannya, Asep pun ambruk berbaring di karpet mengatur nafasnya. Dinda menyusul di sebelahnya.

“Capek Sep?” tanya Dinda, juga ngos-ngosan tapi matanya berbinar bahagia

“Ya pastilah”

“Sori ya aku berat, hehe” hilang sudah capek Asep melihat senyuman Dinda

“Ah, nggak kok, gua aja yang kurang stamina”

Dinda bangkit berdiri, tapi sebelumnya dia mencium bibir Asep “Mmmuah...Makasih ya Sep”

Asep terus berbaring dengan rasa bahagia. Tak jauh dari situ Reza terduduk kelelahan.

“Kok lo berhenti Za? Padahal tinggal dikit lagi menang” tanya Ari

“Itu tadi tiba-tiba memeknya si Mbak Dita ngejepit kontol gua keras banget, sakit banget dah”

“Maaf ya Mas Reza, aku juga gak tau kenapa kok bisa gitu” ujar Dita yang juga duduk dekat situ memasang tampang bersalah.

Mendengarnya Asep langsung terduduk. Kemampuan unik dari Dita adalah dia bisa mengontrol gerakan dinding memeknya. Jadi jangan-jangan...Dita tadi sengaja menghambat Reza agar Asep bisa menang? Masa sih? Asep menengok ke arah Dita. Dan sepintas dilihatnya gadis yang memegang rahasianya itu tersenyum penuh arti kepadanya. Hmm, kalau benar Asep harus berterima kasih nanti.


“Yupz! Pemenang games ini adalah Asep dan Dinda! Keduanya berhak mendapatkan reward!” seru Eci

“Yeeeyyyy!” yang lain bertepuk tangan

“Dan reward untuk mereka adalah....”

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Terima kasih semua atas apresiasinya, maaf bila sudah menunggu lama tapi kurang memuaskan.
Pasti banyak kalo yang merasa ini cerita gak masuk akal, dan yah, memang ini hanya fantasi liar.
Saya sih sudah banyak nonton JAV dan hentai dengan premise yang jauh lebih absurd dari ini, harapan saya pembaca bisa menikmati menggunakan imajinasi masing-masing.
Ingat nasihat SpongeBob: "Yang kau butuhkan hanyalah imajinasi"
Dan begitu juga soal ilustrasi, saya gak akan kasih ilustrasi untuk setiap karakter. Deskripsi sudah cukup menurut saya. Ilustrasi mungkin hanya ada untuk hal yang sulit dideskripsikan seperti posisi seks aneh seperti di atas :D

Anyway, soal index sedang saya usahakan, belum pernah bikin soalnya hehe.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd