Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Sep, ayo Sep,
Cicing wae ari maneh Sep
Sok atuh, gera Sep,
Abong abong ges lila teu kitu,
Pas kitu teu Lila.....
 
Chapter 2: Syarat dan Ketentuan Berlaku

Asep tak percaya dengan pemandangan di depan matanya. Eci, Irma, Dita, dan Dinda berdiri berjajar telanjang bulat. Kecuali jilbab di kepala masing-masing yang ujungnya dibelitkan di leher sehingga tidak mengganggu pemandangan dari leher ke bawah.

“A..a..ap...” Asep tercekat

“Mantep kan bro?” tanya Reza

“Pasti langsung ngaceng siah” timpal Ari

Celotehan Reza dan Ari tidak didengar Asep. Otaknya masih sibuk memproses pemandangan di depan matanya. Tubuh putih mulus Dita. Tubuh tinggi semampai Irma. Tubuh mungil tapi bohay Eci. Dan tubuh ramping Dinda. Ibarat komputer, otak Asep crash saking banyaknya informasi yang harus diproses. Sementara organ di selangkangan Asep tidak ambil pusing. Tanpa menunggu informasi dari otak, organ itu dengan cuek berdiri mengeras setegak-tegaknya.


“Mas Asep udah beres bengongnya?”

Teguran Eci menyadarkan Asep. Terdengar nada serius dalam tegurannya. Walaupun tubuhnya paling mungil dan sifatnya paling ramai, Eci dituakan oleh para gadis dan juga paling dituruti oleh Reza dkk. Karena Eci memang paling tua, paling senior di tempat kerja, dan secara sifat paling dewasa –bila diperlukan. Jadi ketika Eci bicara dengan nada seperti ini, yang lain akan mendengarkan. Tapi sekarang Asep merasa Eci jauh lebih serius, seolah-olah mengintimidasi Asep.

Eci yang berdiri di tengah bergerak mendekati Asep. Mata di balik kacamata bingkai tebalnya menatap tajam mata Asep, membuatnya semakin salah tingkah.

“Mas Asep, dengerin aku baik-baik. Ini bukan mimpi, ini beneran. Kita berempat, aku, Dita, Irma sama Dinda nyerahin badan kita buat kalian pake sepuasnya selama kita di villa ini”

“P-pake?”

“Ngewe sep, ngewe! Urang bebas ngewe eta opatan!” seru Jejen

“Mas Jejen, diem dulu” perintah Eci dengan serius yang langsung membuat Jejen mingkem


“Jangan pernah tanya kenapa kita begini atau begitu...Pokoknya Mas asep tinggal terima aja, ngerti?” lanjut Eci.

Asep hanya bisa mengangguk ragu, walau sejuta pertanyaan melayang di kepalanya.

“Mas Asep kalo mau terus silakan tinggal asal setuju sama syarat-syaratnya kita. Kalo gak mau, silakan cabut OK?” Eci terus menekan Asep dengan tatapan dan ekspresinya yang serius. Yang lain tidak bersuara sama sekali, semakin membuat Asep gugup.

“Pertama syaratnya apapun yang terjadi di villa ini, tinggal di villa ini. Pas kita pulang, jangan pernah ngebahas atau ngungkit yang kita lakukan di sini OK? Di luar tempat ini Mas Asep dan yang lain harus memperlakukan kita para cewek seperti biasanya, ngehormatin kita sebagai rekan kerja OK?”

Diberondong seperti itu Asep hanya bisa mengangguk.

“Kedua, jangan ember. Dilarang ngebocorin yang bakal kita lakuin di sini ke orang lain, ngerti?”

Asep kembali mengangguk. Toh tidak ada yang bakal percaya, batinnya. Dia sendiri pun masih belum percaya hal gila seperti ini bisa terjadi.

“Yang terakhir. Gak boleh maen perasaan. Kita di sini cuman buat having fun. Kita mau ngelepas stress. Silakan kalian mau apain badan kita-kita para cewek ini, sepuasnya kalian, asal jangan bawa perasaan”

Asep termenung saat mendengar syarat terakhir. Ingatannya kembali ke masa-masa hidupnya di jalanan. Pengalaman pertamanya dengan seorang pengamen wanita seusianya juga tidak dilandasi perasaan. Keduanya hanya penasaran dengan seks, dan terjadilah. Jadi buat Asep, seks tanpa rasa cinta bukanlah hal yang aneh atau berat.


Kalau saja tidak ada Dinda. Walaupun tahu Dinda sudah punya pacar, Asep tetap tak bisa memendam rasa cintanya. Sekarang, Asep punya kesempatan untuk menikmati tubuh Dinda yang dicintainya. Sayangnya, dia harus menahan perasaanya, padahal Asep selalu bermimpi untuk mencumbu tubuh Dinda dengan penuh rasa cinta. Dan yang lebih gawat, dia harus menahan rasa cemburu melihat Dinda digumuli Jejen, Reza, dan Ari.

“Gimana Mas Asep? Bisa?” Tekan Eci

Asep ingin melirik ke arah Dinda sebelum memantapkan hatinya. Tapi karena Eci terus menatap matanya dengan tajam membuat Asep tak bisa berkutik.

“Ya...setuju aja lah sayah mah” jawab Asep

“Beneran? Sanggup menuhin syarat-syaratnya?”

“Iyah, saya sanggup, Mbak Eci” tegas Asep dengan mantap

Bodo amat, pikir Asep. Sudah kepalang tanggung, ya dijalanin saja. Toh dia tidak munafik, sebagai laki-laki normal mana mau dia melewatkan kesempatan ini.


“Yee selamat bergabung Mas Asep!” seru Irma yang diiringi tepuk tangan yang lain. Ekspresi Eci pun melunak, dia tersenyum seperti biasa saat bertepuk tangan. Asep jadi malu sendiri.

“Wah, udah ah, malu nih gue haha”

“Untung ada Mas Asep, biasanya kita maen 3 lawan 4, ga berimbang” ujar Irma

“Hah ‘biasanya’? Emang udah pernah?” tanya Asep heran

“Sering kali Mas Asep, kalo ada waktu. Udah ah, yuk aku mau resmiin statusnya Mas asep sebagai anggota baru” jawab Eci sambil berlutut di depan Asep

Sialan, batin Asep, jadi selama ini semuanya sudah sering main gila di belakang dirinya. Termasuk Dinda? Tapi belum sempat berpikir, Asep panik ketika Eci mulai berusaha melepas celananya.

“Lho Mbaaak! Malu sayah!”

“Mas Asep diem coba, Mas Jejen ama Reza bantuin dong!” seru Eci

Asep tak berdaya ketika Jejen dan Reza menahan kedua tangannya dan TOING! Kontol Asep yang sudah keras dari tadi meloncat keluar ketika Eci berhasil mempelorotkan sangkarnya. Eci menatap benda itu dengan mata berbinar. Ketiga cewek yang lain mendekati Asep untuk melihat lebih dekat. Bahkan Asep sendiri agak terkejut. Tak pernah dia merasa burungnya sekeras ini. Apa karena melihat tubuh bugil para cewek termasuk Dinda? Atau efek jamu dari Jejen?

“Wiih, lumayan Sep” ujar Dinda ringan yang membuat Asep semakin salah tingkah

“Yey si Dinda jadi beuki kontol” ledek Jejen yang dibalas cibiran Dinda

“Gak salah nih pilih anggota baru hehe”

“Mpok cepetan ah, biar cepet mulainya” pinta Dita

“Duh ni anak, udah ga tahan ajja nih, sabar Ta” balas Eci, yang kemudian mendongak menatap mata Asep

“Mas Asep, dengan ini saya nyatakan resmi jadi anggota klub kita...CHUP!” Eci mencium ujung kontol Asep dengan lembut. Sensasi bibir Eci di titik sensitifnya membuat Asep sedikit menggigil. Saat yang lain bertepuk tangan, Jejen dan Reza melepas Asep dan mulai melucuti pakaian masing-masing. Begitu juga Ari.

“Sep, buru ih, rek mulai moal” tegur Ari pada Asep yang masih mematung

“Nyantai ajja kali Sep” tukas Dinda sambil tersenyum, tak sadar bahwa dirinyalah yang membuat Asep grogi

“Hayulah! Sok kita mulai ajah!” Asep pura-pura memasang tampang pede dan ikut melepas kaosnya


***


Tak lama semuanya sudah bugil dan pesta siap dimulai. Dita mengambil inisiatif dengan nungging di atas sofa.

“Ayo..siapa dulu..” rajuknya

Jejen mengangkat tangan “Aing jeung si mbak Dita nya!” klaimnya sambil berjalan mendekati Dita yang memek tembemnya merekah didepan semua orang.
“Aduh!” Dita mengerang ketika kontol hitam Jejen menusuk memeknya dengan kasar

“Sakit ya mbak?”

“Ga..enak justru..aduh mamah..terusin mas Jejen..” Dita mendesis sekaligus mendesah

“Yakin mbak?” Jejen masih bingung dengan ekspresi Dita

“Udah hajar aja Mas Jejen, seneng si Dita mah dikasarin gitu!” celetuk Eci yang bukit susunya sedang asyik dikenyot Ari.

“Iiih si Mpok aah..ayo mas Jejen, gerakin cobaa..” erang Dita manja

“Oh..eh..i-ya mbak. Saya gerakin ya” Jejen masih bingung tapi dia memilih untuk lanjut saja dan menggerakkan kontolnya keluar masuk lubang memek Dita yang peret dan basah itu.
“Iiyaa..trus..iiya..gitu..ah yang kenceng, yang kuat mas Jejen...Aduh!” rengek gadis itu

Jejen hanya geleng-geleng kepala. Bukan pertama kali kontolnya bersarang di memek Dita. Tapi dia selalu bingung apakah Dita menikmati atau kesakitan dengan perlakuannya. Tak jauh, Asep melongo. Member baru itu kaget melihat Dita yang biasanya alim dan pendiam itu tanpa malu-malu merengek dan merajuk untuk dikontolin seperti pelacur

Dilihatnya Eci menggelinjang dalam pelukan Ari, dan Irma asyik menyepong kontol Reza. Tiba-tiba dia sadar. Berarti...berarti jatahnya adalah Dinda!


“Sep..hayu atuh!” panggil Dinda memecah lamunan Asep

Asep menoleh ke arah Dinda yang tersenyum manis ke arahnya. Gadis itu sedang berselonjor di atas sofa. Tubuh gadis idaman Asep itu telanjang bulat. Puting susu berwarna coklat muda tampak sudah menegang di atas payudara cup B milik Dinda. Asep menelan ludah. Dia mengangguk gugup dan menghampiri Dinda.

Asep sudah putus harapan sebenarnya dengan Dinda. Tapi pesta gila ini tanpa disangkanya memberi kesempatan untuk memadu kasih dengan gadis pujaan hatinya itu. Ya, dia tak akan melewatkan kesempatan ini. Asep berniat untuk mencumbu tubuh Dinda dengan penuh rasa cin-

“Inget ya guys! Jangan ngebawa-bawa perasaan! Kita having fun aja OK?” seru Eci mengingatkan. Jejen hanya menyahut “Iye” singkat, sementara Ari tak bisa menjawab karena mulutnya tersumpal payudara Eci.

“Iyalah, mana mau gua pacaran ama si Irma, ntar gua tambah disuruh-suruh ama nyokapnya” celetuk Reza

“Ah ge-er lu, emang-ahh, emang gua mau ama lu” balas Irma yang sedang menggeolkan pantatnya di atas kontol Reza

“Jual mahal lu Ir, gua cubit nih pentil lu”

“Ahhh..aduh Rezaaaa!” erang Irma lirih ketika puting imutnya dicubit Reza

Asep termangu. Baru saja dia berniat, harus langsung dipatahkan oleh realita. Dia tahu, melanggar peraturan berarti dia tidak akan bisa mencicipi tubuh Dinda lagi seperti sekarang.
“Sep, hayu atuh jangan diem ajja” pinta Dinda yang meregangkan kakinya hingga belahan memek yang nampak masih rapat itu terpampang di depan mata Asep. Jantung Asep langsung berdegup lebih kencang.

“Wah, grogi maneh sep?” ledek Jejen

“Ah, sialan, kagak gue mah” balas Asep pura-pura pede

“Hayoh atuh, eta geura colok memek si Dinda”

“Weis, kalem kalem, teu langsung coblos urang mah”

Mendengar itu Dinda mengulurkan kedua tangannya ke depan seperti minta dipeluk

“Ya udah, cium kek, jilat kek, apa aja atuh lah terserah” serunya mulai kesal

“Iya iya sabar dong”

Ah sudahlah, pikir Asep. Pokoknya sekarang tubuh Dinda adalah miliknya. Walaupun tak bisa dia miliki selamanya, setidaknya dia dapat kesempatan merasakan tubuh Dinda. Plus bonus tiga cewek lain.


Asep mulai menindih tubuh Dinda. Mata bulat indah Dinda menatapnya tajam. Dengan bulu mata yang lentik alami dan alis yang sempurna membuat jantung Asep makin berdetak tak karuan. Sebelum dia mulai grogi lagi dia memilih segera mengecup bibir tipis Dinda.

“Mmmpphhff..” bibir mereka mulai berpagutan erat. Tangan Asep bergerilya di sekujur tubuh telanjang Dinda, kadang mampir meremas payudara Dinda yang sekal dan mempermainkan puting susu gadis manis itu.

“Aaahh..” Dinda mendesah manja saat sekali bibir mereka terlepas

“Seep...”

“Iya?”

“Masukin napa..”

“Sabaar”

“Yang lain mah udah dimasukin..”

“Eh?” Asep mendongak dan melihat sekeliling.


Dita sedang menjerit-jerit ditusuk kontol Jejen dengan ganas dari belakang. Gadis yang biasanya pendiam dan pemalu itu memang jadi heboh kalau sedang dientot. Kata “Aduh” diteriakkannya berulang-ulang. Tubuh mulus gadis itu tersentak-sentak seiring teriakannya. Payudaranya yang menggelantung diremas oleh Jejen. Dita yang biasanya bertampang lembut itu sekarang kelojotan disetubuhi Jejen. Kata-kata kotor keluar dari bibir tipisnya.

“Iiya..terus..entotin aku..aku suka dientot”

“Ugh, peret banget mbak!”

“Enak..kan..ahh-mem-memek akuu?”

“Enak banget..wooa” Jejen memasang tampang bloon keenakkan saat kontolnya diempot oleh dinding memek Dita

“Terus Mas Jejen..kontolin memek aku..kontol..aah..dapet...AAHHH ADUUUUHHH!”

Teriakan Dita semakin kencang dan histeris saat gadis itu meraih orgasmenya. Tubuhnya ambruk tapi dia masih mengerang nikmat. Dibelakangnya Jejen masih belum berhenti memompa kontolnya ke memek tembem Dita.


Sementara teriakan heboh lain datang dari Eci. Gadis bertubuh mungil tapi sintal itu sedang dientot Ari sambil dipangku. Tubuhnya bergerak naik turun dengan cepat, membuat kontol Ari keluar masuk memeknya seperti piston. Eci memang seperti kerasukan kalau ngentot. Gadis berkacamata yang biasanya heboh itu bertambah heboh saat disetubuhi. Nafsu birahinya yang tinggi membuat dia selalu mengambil inisiatif. Apalagi sekarang dipasangkan dengan Ari yang pasif. Jadilah Eci yang mendominasi.

“Riiii..aaah..kenyot susu aku lagi!!”

“I-iya mbak”

“Awhh..iyah gitu..mantap!!”

Eci terus menggerakkan tubuhnya diatas pangkuan Ari dengan semangat tanpa kenal lelah


Di pojok lain tubuh Irma yang tinggi semampai sedang ditindih oleh Reza. Tangan dan kaki gadis itu memeluk erat tubuh Reza yang menggerakkan pinggulnya memompa memek Irma dengan kontolnya. Tubuh keduanya bagai menyatu. Irma terus mengerang dan merintih lirih. Gadis itu paling mudah meraih orgasme dibandingkan teman-temannya. Saat ini dia sudah orgasme untuk kedua kalinya. Reza yang dipeluk erat oleh Irma tampak ketagihan oleh legitnya memek gadis berwajah sayu itu. Pingggulnya terus bergerak tak kenal lelah.

“Anjing..anjing..nih memek..ah anjiing Irmaaa memek maneeehhh!” racaunya

Reza dan Irma memang sudah sering saling memadu kelamin seperti ini. Mereka sering terliat bertengkar, tapi itu karena mereka sudah sangat akrab. Luar dalam. Masing-masing sudah paham titik kenikmatan pasangannya. Sehingga saat bercinta keduanya seolah-olah seperti sedang trance.

“Wah, udah pada asik aja nih” gumam Asep setelah melihat sekelilingnya

“Iiya makanya cepetan atuh masukin” rajuk Dinda

“OK OK, segera”


Asep memposisikan kontolnya di depan memek Dinda yang semakin basah merekah. Dengan bantuan tangannya, ujung kontol Asep menemukan bibir lubang tujuannya.

“Aghhhh!” desah Dinda sambil memejamkan mata dan mendongak begitu kontol Asep menyeruak masuk kedalam lubang memek sempitnya.

Asep bukanlah perjaka. Dia pernah merasakan kerasnya hidup jalanan yang memberinya pengalaman seks. Tapi gadis yang memeknya sekarang dia coblos bukanlah pelacur tepi jalan atau sesama anak jalanan. Pemilik memek itu, Dinda, punya tempat istimewa di hati Asep. Ironisnya untuk bisa menikmati memek Dinda seperti sekarang Asep harus mengesampingkan perasaannya itu.

Asep mulai memompa kontolnya dengan konstan, pelan lalu mulai cepat dan bertenaga. Dinda mengerang dan melenguh setiap tusukan kontol Asep di memeknya. Dinda makin menggelinjang keenakkan begitu Asep mempermainkan payudara dan puting susunya yang indah itu. Dengan senang hati Dinda melayani bibir Asep yang sesekali memagutnya.

Asep memompa kontolnya semakin cepat. Dinda mulai mengerang lebih keras.

Dinda tiba-tiba mencengkram tangan Asep. Tubuhnya melengkung ke atas dan menjerit histeris.

“Seeep..aku..aku mau..ahhh..dapeet...AHHHH!”
Dinda meraih orgasme pertamanya dari kontol Asep. Asep sendiri begitu menikmati memek Dinda yang legit, lunak, basah tapi mencengkram erat itu. Asep terus menghujamkan kontolnya ke dalam memek Dinda yang disambut desahan nikmat sang gadis.


Pesta birahi itu terus berlanjut. Seakan tak kenal lelah, tak kenal waktu. Gema desahan, erangan, rintihan dan suara gesekan kelamin memenuhi ruang itu. Sukses membuat pasangan masing-masing orgasme berkali-kali, para lelaki lama-lama mulai tak bisa menahan ejakulasi mereka.

“Ahh mbak, mau ngecrett nih..” gumam Jejen

“Di daleem, semburin memek aku mas Jejeeen!” rengek Dita yang masih nungging seperti anjing

Jeritan Dita dan geraman Jejen terdengar tak lama kemudian saat peju Jejen memenuhi memek tembem Dita.

Ari yang terus kewalahan oleh agresivitas Eci juga tak tahan. Dia menyemburkan pejunya saat memek Eci masih dengan semangat bergerak naik turun menggesek kontolnya. Eci mendesah saat merasakan cairan kental memenuhi memeknya.

Reza dan Irma menjerit kompak saat keduanya klimaks bersamaan. Irma masih memeluk tubuh Reza erat setelah Reza selesai menyemburkan benihnya dalam memek Irma.


Asep memang mulai lebih telat, tapi karena yang lain sudah keluar dan memek Dinda memang sangat nikmat, Asep memilih untuk tidak menahan ejakulasinya. Toh dia sudah sukses membuat Dinda orgasme.

“Ugh!” Asep menggeram melepas pejunya dalam memek Dinda yang disambut pekikan erotis gadis itu.

Gerakan para pasangan itu berhenti. Hanya deru nafas dan desahan lirih yang terdengar.

“Enak gak sep?”

“Hm? Oh iya Dinda, enak banget. Makasih ya”

“Hehee, memek aku enak kan..sama-sama, kontol asep juga enak” puji Dinda sambil tersenyum manis

Asep nyaris meleleh tapi momen romantis itu dirusak oleh komando Eci.

“Ayo guys..ronde kedua! Yuk kita kompakan sekarang!”

Hah!? Asep kaget. Langsung ke ronde dua!?

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Kayaknya mantap tuh kl ada sesi flashback Asep vs pengamen wanita...tul ga hu?
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bagus sih ceritanya. Tapi entah kenapa ane gak dapat "feel/chemistrynya".
Apa karena to do point terlalu cepat ngen**tnya?
Entahlah, hanya TS dan Tuhan yg tau :beer:

mungkin karna gak dijelasin karakter beserta latar belakangnya suhu.
cuma mungkin aja. :D
 
Bagus sih ceritanya. Tapi entah kenapa ane gak dapat "feel/chemistrynya".
Apa karena to do point terlalu cepat ngen**tnya?
Entahlah, hanya TS dan Tuhan yg tau :beer:

Memang sih agak kurang sreg karena langsung tunjleb point.
Tp mudah2an om TS kasih penjelasan lewat alur flashback atau PoV tiap karakter.

Ditunggu updatenya om.
 
Kayaknya mantap tuh kl ada sesi flashback Asep vs pengamen wanita...tul ga hu?

Itu gak ada hubungannya dengan cerita, jadi kayaknya gak akan.

Bagus sih ceritanya. Tapi entah kenapa ane gak dapat "feel/chemistrynya".
Apa karena to do point terlalu cepat ngen**tnya?
Entahlah, hanya TS dan Tuhan yg tau :beer:

mungkin karna gak dijelasin karakter beserta latar belakangnya suhu.
cuma mungkin aja. :D

Memang sih agak kurang sreg karena langsung tunjleb point.
Tp mudah2an om TS kasih penjelasan lewat alur flashback atau PoV tiap karakter.

Ditunggu updatenya om.

Ya, nanti ada flashback dan penjelasan sedikit-sedikit seiring jalan ceritanya. Kalo backgroundnya tumplek blek di chapter 1, jadinya kepanjangan; saya gak terlalu suka cerita seperti itu. Saya lebih seneng menyisipkan informasi dan karakterisasi sebagian-sebagian dan nanti pembaca bisa menyusun semuanya. Bila ada yang bolong, pembaca bisa mengisinya dengan imajinasi sendiri (toh ini bukan cerita detektif yang njelimet). Di chapter 1 sudah ada kok backgroundnya biarpun masih umum. Para cowok adalah OB, para cewek adalah karyawati berjilbab berpendidikan. Dari situ dulu pembaca bisa punya gambaran (biarpun masih kasar).

Dan juga walaupun ini PoV orang ketiga, tapi fokus di karakter Asep. Dan seperti pembaca, Asep juga sama bingungnya kenapa langsung maen hajar aja. Jadi buat karakter lain, pesta ini sudah biasa buat mereka sementara Asep seperti halnya pembaca adalah pendatang baru yang penuh dengan sejuta pertanyaan. Maknya chapter 2 saya buat langsung to the point main hajar tanpa bertele-tele biar Asep shock dan bingung. Sekarang Asep go with the flow tapi nantinya dia semakin ragu dan bertanya-tanya. Saya gak jamin semuanya bakal terjawab, karena saya barulah penulis pemula dan dunia ini memang penuh misteri (eh, sori jadi ngawur).

Saya gak akan detil mengekspose tiap karakter apalgi bikin PoV masing-masing. Saya masukin karakter banyak karena temanya orgy, bukan orgy namanya kalo cuman dua orang. Mungkin yang pernah baca cerita dengan tema sejenis (misalnya Orgy Club) tau kalo orgy di situ hanyalah tema, sedangkan konflik utamanya lain lagi. Jadi sekarang fokus dulu di Asep dan hubungannya dengan Dinda (dan satu karakter lain), dan itupun mungkin gak akan memuaskan pembaca. Mungkin nanti kalo yang ini bisa tamat, saya akan expand karakterisasi karakter lain (mungkin ya, gak janji).

Ini cerbung pertama saya, tamat juga belum tentu jadi harap maklum kalo saya gak terlalu ambisius dan janjiin macem2 :)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd