Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Pesantren Series (Remake)

Status
Please reply by conversation.
Hahahaha kira2 gmn yaa klo rayhan jadi ketua dari aliran al qiyaddah di pesantren. Semua pengikutnya cowok cewek jadi budak nya rayhan.
Rayhan sebagai raja nya dan zaskia sebagai ratu rayhan.
Semua pengikut aliran al qiyadah di siksa nafsu birahi nya sm rayhan. Rayhan boleh pake semua anggota cewek al qiyadah, termasuk amma laras. Tapi zaskia cuma boleh di sentuh rayhan. Bahkan terang2an main antara rayhan sm zaskia di depan suami zaskia. Rayhan is the king line of al qiyadah.
Seru kali yaa hahaha
Tapi antagonis pria perlu dijinakkan dulu
Memang diantara mereka ada persekutuan jahat, tapi ditengah jalan siapa yang tau

Bisa aja, ada yang nyleweng karena pengen menguasai yg lain, terus bertikai
Bisa juga, ada yang koid atau terkena karma buruk, karena memang nasib ;);)

Tapi ane setuju kalo Rayhan naklukin stw² yang jadi tokoh protagonis maupun antagonis

Raja selalu menang

Zaskia kayak betina liar yang hanya mau sama Rayhan
Terang²an nyepong Rayhan yang habis kencing, gak dilanjut digarap uring²an

Hahahahaha
 
Tapi antagonis pria perlu dijinakkan dulu
Memang diantara mereka ada persekutuan jahat, tapi ditengah jalan siapa yang tau

Bisa aja, ada yang nyleweng karena pengen menguasai yg lain, terus bertikai
Bisa juga, ada yang koid atau terkena karma buruk, karena memang nasib ;);)

Tapi ane setuju kalo Rayhan naklukin stw² yang jadi tokoh protagonis maupun antagonis

Raja selalu menang

Zaskia kayak betina liar yang hanya mau sama Rayhan
Terang²an nyepong Rayhan yang habis kencing, gak dilanjut digarap uring²an

Hahahahaha
Buat inspirasi TS bagus juga ini
 

Inem

15:00
Plooookss... Plooookss... Plooookss...


Di dalam sebuah kamar tampak sepasang anak manusia berlainan jenis tengah memadu kasih. Dengan gaya konvensional, seorang pemuda tengah memacu birahinya diatas seorang tubuh wanita yang usianya jauh lebih tua darinya. Tetapi perbedaan usia tersebut tidak menjadi sebuah penghalang bagi mereka.

Sembari menghentak-hentakkan pinggulnya, telapak tangan Rayhan bergerilya diatas payudara Mbak Inem, ia meremas dan sesekali memilin puting Mbak Inem.

Keduanya tampak begitu menikmati perzinahan mereka, seakan mereka sudah tidak lagi perduli dengan ancaman dosa yang saat ini tengah membayangi keduanya, yang mereka inginkan saat ini hanya sebuah kepuasaan batin.

"Ray... Aahkk... Terus sayang... Aaahkk..." Lenguh Mbak Inem, tubuhnya yang bermandikan keringat tampak terhentak-hentak menerima setiap sodokan kasar kontol Rayhan yang tengah berada diatasnya.

Jemari kiri Rayhan membelai kepala Mbak Inem, ia menatap wajah Mbak Inem yang tampak merona merah. "Nikmat sekali memeknya Mbak... Sssttt... Aku gak perna bosan ngentotin Mbak Inem." Racau Rayhan, pemuda itu tampak senang sekali karena bisa menyetubuhi tetangganya itu kapanpun dia mau.

"Nafsu kamu gede... Tapi Mbak suka." Lirih manja Mbak Inem.

Rayhan memanggut bibir tetangganya itu, melumatnya sembari menjejalkan lidahnya ke dalam mulut Mbak Inem yang dengan gesit membelit lidah Rayhan, menyedotnya, hingga menelan air liur Rayhan yang memenuhi rongga mulutnya. Mereka berciuman sangat liar dan panas.

Telapak tangan Rayhan makin liar bergerilya diatas payudara Mbak Inem yang ranum. Ia memainkan putingnya yang telah membesar, memberinya stimulasi-stimulasi nikmat, yang membuat syahwatnya Mbak Inem kian terbakar.

Plooookss.... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss...

Plooookss.... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss...

Plooookss.... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss...


Suara hentakan kontol Rayhan yang menembus relung memek Mbak Inem terdengar semakin nyaring, seiring dengan cepatnya pinggulnya bergoyang maju mundur, maju mundur menyodok-nyodok memek Mbak Inem yang sudah sangat basah itu.

Sanking keras dan cepatnya, Mbak Inem di buatnya kelimpungan. Wanita berusia 33 tahun itu sudah tidak sanggup lagi, dorongan nafsunya begitu besar hingga akhirnya iapun orgasme.

Tubuhnya meliting-liting, kedua betisnya menegang dan pantatnya terangkat cukup tinggi. "Mbak dapat Ray.... Mbaaaak... Dapat..." Jerit Mbak Inem, matanya memutih dan wajah cantiknya memerah.

Sejenak Rayhan mendiamkan kontolnya, membiarkan Mbak Inem menikmati sisa-sisa orgasmenya.

Suasana yang tadinya di penuhi suara-suara erotis kini mendadak hening. Rayhan terpaku diam memandangi wajah cantik Mbak Inem yang bermandikan keringat tampak sayu. Entah kenapa ada kepuasan tersendiri setiap kali ia berhasil membuat wanita nya tergolek lemas setelah di hantam terpedonya.

"Kamu belum keluar juga Ray?" Tanya Mbak Inem.

Rayhan berbaring di samping Mbak Inem, sembari memeluk pinggang ramping Mbak Inem. "Gak apa-apa kok Mbak! Yang penting Mbaknya puas." Ujar Rayhan, sembari menatap lembut mata Mbak Inem.

"Sepertinya kamu butuh wanita lain Ray! Hihihi..."

"Emang Mbak Inem gak cemburu kalau aku ngentotin cewek lain?" Goda Rayhan, ia mencium lembut pipi merah Mbak Inem.

Mbak Inem menggelengkan kepalanya. "Mbak malah senang, itu artinya didikan Mbak berhasil." Canda Mbak Inem, Rayhan ikut tertawa, mengingat memang benar Mbak Inemlah yang mengajarkannya bagaimana cara merayu wanita.

"Kalau begitu aku harus mencobanya." Rayhan meraih dagu Mbak Inem dan kembali melumat bibir Mbak Inem dengan rakus, sebagai ungkapan terimakasih.

Tangan Mbak Inem meraih batang kemaluan Rayhan yang masih terasa kaku dan besar. Tubuhnya merinding setiap merasakan kontol Rayhan yang tidak hanya besar tapi sangat keras seperti batu. Dalam sekejap Mbak Inem kembali terbakar api birahi.

Syahwatnya menggebu-gebu, ia ingin kembali merasakan kejantanan Rayhan kembali mengobok-obok liang syurgawi miliknya.

Mbak Inem mendorong tubuh Rayhan hingga telentang, dengan cepat ia naik keatas selangkangan Rayhan, menuntun kontol Rayhan tepat berada di celah-celah bibir kemaluannya yang sudah sangat licin. Dengan perlahan kontol besar itu membela masuk ke dalam lobang memek Mbak Inem.

"Aahkk... Sekarang giliran Mbak." Racau Mbak Inem.

Kedua tangan Mbak Inem menggenggam kedua tangan Rayhan, ia meletakkan tangan mereka tepat di samping kepala Rayhan, membuatnya seakan-akan terlihat sedang memperkosa Rayhan. Sembari memandangi wajah polos Rayhan, Mbak Inem mulai menggerakan tubuhnya dengan perlahan.

Rayhan memejamkan matanya, menikmati permainan liar Mbak Inem yang tengah naik turun diatas selangkangannya. Harus diakui permainan Mbak Inem sungguh luar biasa, tidak heran kalau Rayhan sampai ketagihan menikmati goyangan erotis dari seorang wanita secantik Mbak Inem.

Sesekali Mbak Inem juga meliukkan pinggulnya, maju mundur, dan sesekali melakukan gerakan memutar membuat kontol Rayhan seakan di peras oleh dinding kemaluannya yang menjepit erat kontol Rayhan.

"Oughk... Mbak! Aaahkk..." Lenguh Rayhan.

Gerakan tubuh Mbak Inem semakin liar, seiring dengan gairahnya yang kian memuncak. Rasa nikmat yang tidak pernah ia dapatkan dari Suaminya kini ia dapatkan dari Rayhan. "Aaahkk... Aaahkk... Ray! Aaahkk... Oughk... Sssttt... Aaahkk... Aaahkk..." Desah Mbak Inem, wajahnya mendongak keatas, dan jemarinya semakin erat memeremas jemari Rayhan.

Tidak mau tinggal diam, Rayhan juga ikut menggerakan pinggulnya, menusuk keatas menyambut lobang memek Mbak Inem yang membuat tubuh indah Mbak Inem telonjak-lonjak.

"Aku dapaaaat sayaaaaang..." Jerit Mbak Inem.

Tubuh indahnya melejang-lejang, dan wajah cantiknya sampai mendongak keatas. Untuk kesekian kalinya Mbak Inem di buat orgasme oleh Rayhan, membuat tubuh indahnya terasa remuk, setelah menerima orgasme ke empat kalinya sore ini.

Rayhan yang merasa sudah waktunya mengakhiri permainan mereka, segera memposisikan tubuh Mbak Inem menungging.

Dengan pasrah Mbah Inem menuruti permintaan Rayhan. "Ayo Ray! Mbak sudah siap..." Goda Mbak Inem, sembari menggoyangkan pantatnya.

Plaaak... Plaaaak... Plaaak...

Beberapa kali Rayhan menampar pantat Mbak Inem, meremasnya hingga meninggalkan bekas merah di pantat semok Mbak Inem.

"Aku masukan sekarang ya Mbak." Kata Rayhan.

Sembari mencengkram kedua pinggul Mbak Inem, Rayhan mendorong masuk kontolnya ke dalam lobang memek Istri tetangganya itu. Wajah Rayhan tampak meringis, menikmati sensasi jepitan memek Mbak Inem yang tengah memeluk erat batang kemaluannya.

Dengan gerakan perlahan pinggul Rayhan bergerak maju mundur, menusuk-nusuk lobang memek Mbak Inem hingga mentok.

Lima menit kemudian Rayhan mulai merasakan aliran darahnya yang berkumpul di satu titik kemaluannya yang membuat kontolnya kian terasa panas. Setelah beberapa kali hentakan akhirnya Rayhan bisa menuntaskan birahinya. Sembari membenamkan kontolnya, ia menembakkan amunisinya ke dalam rahim Mbak Inem.

Tubuhnya bergetar sesaat seiring dengan semburan lahar panasnya. Croooottss... Croootss... Croootss. "Oughk... Enak banget Mbak." Racau Rayhan.

Ploooopss...

Rayhan mencabut kontolnya dari dalam memek Mbak Inem, tampak lelehan spermanya mengalir keluar, mentes hingga jatuh kelantai.

Mereka mengakhiri cumbuan siang ini dengan berpelukan mesrah.

*****

Sementara itu di rumah kediaman KH Sahal, tampak ia kedatangan tamu penting, yaitu Pak Sobri dan Daniel. Mereka tengah membahas rencana mereka yang ingin segera menyingkirkan KH Hasyim dari posisinya saat ini sebagai pemimpin pesantren Al-fatah. Di tambah lagi, pemilu sudah semakin dekat, Pak Sobri khawatir kalau nanti partainya mengusung KH Hasyim sebagai calon Bupati, mengingat elektabilitas KH Hasyim masih sangat tinggi ketimbang dirinya.

Di tambah lagi kejadian semalam semakin membuat mereka makin khawatir. Beruntung malam itu Daniel dengan cepat membantu pria bertopeng untuk melarikan diri sebelum yang lainnya memergoki mereka.

Seandainya saja malam itu pria bertopeng berhasil di tangkap, bisa-bisa rencana mereka makin berantakan.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" Tanya KH Sahal, ia menatap serius kearah Daniel dan Pak Sobri yang juga tampak tegang.

Pak Sobri menghela nafas. "Secepatnya kita harus menyingkirkan KH Hasyim, dengan cara apapun." Usul Pak Sobri. Ia tidak yakin kalau rencana mereka untuk membuat KH Hasyim mundur dengan sendirinya akan berhasil.

"Apa pendapat kamu Dan?" Tanya KH Sahal.

"Benar apa kata Pak Sobri, kita harus segera menyingkirkan KH Hasyim, setidaknya dengan begitu kita bisa maju satu langkah." Jawab Daniel.

"Tapi bagaimana caranya? Menjebloskan KH Hasyim ke penjara? Sama saja saya menggali lobang kuburan sendiri." Keluh KH Sahal.

"Akhir-akhir ini sudah banyak yang mengeluhkan ke pemimpinan KH Hasyim, mungkin kita bisa mulai dengan menggalang suara untuk meminta KH Hasyim turun dari jabatannya sebagai pemimpin pesantren." Usul Pak Sobri kepada mereka.

Daniel mengangguk sembari menatap KH Sahal. "Saya akan mencoba membujuk beberapa Ustad dan Ustadza untuk mendukung rencana itu." Ujar Daniel sepakat.

"Bagaimana dengan Ustadza Farah, apa dia sudah berhasil menaklukkan KH Shamir?"

KH Sahal menggelengkan kepalanya. "Sepertinya tidak muda untuk membuat KH Shamir tergoda oleh Ustadza Farah." Keluh KH Sahal, ia tidak menyangkah kalau KH Shamir bisa bertahan sampai detik ini untuk tidak tergoda dengan menantunya.

"Tapi cepat atau lambat, kita pasti bisa membuat KH Shamir berada di barisan kita." Ucap Pak Sobri penuh keyakinan. "Bagaimana dengan Haja Laras Daniel?"

Daniel tersenyum. "Aku sudah berhasil menaklukannya Pak! Hanya perlu sedikit waktu lagi untuk membuatnya berada di barisan kita." Pengakuan Daniel membuat Pak Sobri dan KH Sahal tampak senang, karena bagaimanapun juga sosok Haja Laras sangat di butuhkan untuk melancarkan rencana mereka.

Mereka kembali membahas lanjutan rencana mereka untuk menyingkirkan KH Hasyim, karena sosok KH Hasyim sangat vital bagi mereka untuk mencapai mimpi mereka. Seperti yang sudah di ketahui, mereka bertiga memiliki mimpi masing-masing.

KH Sahal sangat ingin menjadikan pesantren Al-fatah menjadi pusat penyebaran aliran Al-Qiyadah, yang dulu pernah di perjuangkan oleh Mertuanya, orang tua dari Haja Irma. Tapi sayangnya, belum sempat Al-Qiyadah berkembang, aliran tersebut harus bubar setelah mendapat titel sebagai aliran sesat.

Sementara Pak Sobri sangat berambisi menjadi orang nomor satu di kabupaten Durian. Dan satu-satunya pesaing beratnya adalah KH Hasyim. Selain itu ia juga tergiur untuk menjadikan para Ustadza dan Santriwati pesantren Al-fatah sebagai pion untuk mempermuda rencananya dalam menaklukan orang-orang penting yang ada di kabupaten Durian.

Sedangkan Daniel, sebagai seorang pengedar narkoba dan mucikari, ia juga membutuhkan tempat yang aman untuk di jadikan markasnya. Membantu KH Sahal dan Pak Sobri akan menjadi keuntungan tersendiri baginya dalam menjalankan bisnis elegalnya.

*****




Laras

21:00

Di dalam sebuah kamar tampak seorang wanita berhijab tengah terbaring lemas diatas tempat tidurnya tanpa memakai sehelai pakaian kecuali jilbabnya yang menutupi rambutnya. Tak jauh dari tempat tidurnya, terdapat beberapa helai pakaian yang berserakan diatas lantai, menandakan kalau dirinya baru saja bercinta dengan seorang pria.

Daniel duduk bersandar diatas tempat tidurnya, sembari memeluk, merangkul Laras yang tampak manja memeluk tubuh Daniel.

"Bagaimana rasanya yang barusan Amma? Enak?" Goda Daniel, tampak Laras tersipu malu mendengarnya.

Ia mengangguk lemah. "Enak banget Dan! Sepertinya Amma benar-benar ketagihan sama kamu." Jawab Laras malu-malu, mengakui betapa ia menikmati perzinahan terlarang mereka.

"Amma masih maukan, ngentot sama saya?" Tanya Daniel.

"Tentu saja, kenapa kamu bertanya seperti itu sayang? Bukankah Amma sudah menjadi budak seks kamu." Lirih Laras, mengingat dirinya kini memang telah resmi menjadi budak seks keponakannya tersebut.

"Kalau begitu Amma maukan menuruti semua perintah saya?" Daniel membelai lembut wajah Laras yang tampak memerah.

Laras kembali tersenyum. "Tentu saja, apapun perintah dari kamu, akan Amma turuti." Jawab Laras, ia meraih batang kemaluan Daniel, menggenggamnya dan mengurutnya dengan perlahan.

"Apa Amma pernah dengar tentang aliran Al-jamak? Yang sekarang di kenal dengan aliran Al-Qiyadah."

Laras terdiam sejenak, rasanya ia sangat familiar dengan aliran tersebut. "Bukannya itu aliran sesat?" Tanya Laras memastikan.

"Saya salah satu penganut aliran tersebut Amma?"

"Apa?" Kaget Laras. "Dari mana kamu belajar aliran tersebut Dan? Setau Amma aliran tersebut sudah di larang oleh pemerintah."

Daniel mendekatkan wajahnya kewajah Laras, lalu ia melumat lembut bibir Laras. "Saya mempelajarinya di pesantren ini Amma." Jemari Daniel membelai paha Laras, terus naik keselangkangan Laras. "Kalau benar Amma budak saya, seharusnya Amma bersedia menjadi bagian dari Al-Qiyadah, dan membantu Al-Qiyadah semakin berkembang." Tegas Daniel.

Laras terdiam membisu ia tidak tau haruskah ia menjadi pengikut aliran Al-Qiyadah.

Bagaimanapun juga aliran Al-Qiyadah sudah di anggap sesat oleh pemerintah maupun pemuka Agama. Ancaman menjadi penganut Al-Qiyadah tidak main-main, bagi mereka yang tetap menganut aliran tersebut akan di penjara, setidaknya lima tahun penjara.

"Bagaimana Amma?" Bisik Daniel.

Laras tampak ragu bergabung menjadi penganut Al-Qiyadah. "Amma tidak yakin Dan." Lirih Laras, hati kecilnya jelas menolak menjadi bagian Al-Qiyadah, mengingat dirinya juga sangat mengetahui betapa sesatnya ajaran tersebut.

Saat aliran tersebut pertama kali muncul di permukaan, Laras salah satu yang menentang aliran tersebut, bahkan ia sampai membeli kitab-kitab aliran Al-Qiyadah untuk ia pelajari. Saat membaca kitab tersebut, Laras sampai merinding, ia tidak menyangkah kalau aliran tersebut bisa ada di muka bumi ini.

Dari yang ia ketahui, aliran tersebut lebih menuhankan sex bebas. Bahkan cara beribadah merekapun juga aneh, karena saat beribadah mereka harus dalam keadaan telanjang bulat.

"Kenapa Amma ragu-ragu? Kalau menjadi pengikut Al-Qiyadah, Amma bisa merasakan kontol saya setiap hari loh? Apa Amma sudah tidak menginginkan kontol saya lagi?" Goda Daniel, ia tau percis apa yang harus ia lakukan untuk membujuk Laras.

Laras menatap diam wajah Daniel. "Saya ikut kamu aja Dan." Jawab Laras menyerah, toh dirinya sudah memutuskan untuk menjadi budak Daniel.

"Ini baru budak saya.!" Daniel mendorong jemarinya masuk ke dalam lobang memek Laras. "Saya yakin Amma tidak akan menyesal memilih aliran Al-Qiyadah, karena hanya Al-Qiyadah yang mengerti apa yang di inginkan seorang wanita." Bisik Daniel, sembari mengorek-ngorek lobang kemaluan Laras.

"Aahkk... Daniel... Ssstt... Terus Dan..." Desah Laras.

Daniel memposisikan dirinya berada diatas tubuh Laras, ia mengangkat kedua kaki Laras keatas pundaknya sembari menggesek-gesekkan kontolnya yang sudah ireksi maksimal di kemaluan Laras. "Panggil saya Tuan." Perintah Daniel.

"Tuaaan... Zinahi saya..." Rintih Laras.

Dengan perlahan kontol Daniel menyeruak masuk ke dalam lobang memek Laras, ia memompa memek Laras yang sudah sangat basah itu. Ploooksss... Plooookss... Plooookss... Semakin lama sodokan Daniel semakin cepat, membuat Laras melayang keenakan.

Telapak tangan Daniel meraih buah dada Laras, ia membelainya, memainkan puting Laras yang tampak mencuat besar.

Kedua jari Daniel tampak sibuk memelintir puting Laras, menarik-nariknya dengan gemas.

"Aaahkk... Aaahkk... Aaahkk..." Desah Laras.

"Al-Qiyadah menghalalkan zinah, bahkan mewajibkan untuk berzina... Apakah Amma bersedia melakukan zinah?" Tanya Daniel sembari menyetubuhi Tantenya itu.

Dalam keenakan Laras menganggukkan kepalanya. "Amma bersedia Tuaaan... Aahkk... Aaahkk... Amma janji akan mengikuti semua perintah yang ada di kitab Al-Qiyadah...." Jawab Laras di tengah-tengah desahan erotisnya.

"Selamat bergabung Amma..." Bisik Daniel.

Daniel semakin mempercepat sodokannya, bagaikan mesin jahit yang menusuk-nusuk tajam. Tubuh Laras menggeliat nikmat, sungguh ia bersedia melakukan apapun demi mendapatkan surga duniawi yang di tawarkan oleh Daniel.

Cukup lama mereka bercinta hingga akhirnya mereka berdua secara bersamaan mencapai puncak kenikmatan birahi.

Malam ini resmi sudah Laras menjadi bagian dari Al-Qiyadah, ia telah berjanji setia kepada Al-Qiyadah dan rela meninggalkan semuanya hanya demi lendir kenikmatan yang bersifat sementara.

*****




Aziza

Berulang kali Elliza mencoba memejamkan matanya, tapi dirinya tak kunjung tidur, padahal jam di dinding kamarnya sudah menunjukan pukul dua belas malam. Berbagai cara sudah ia lakukan agar matanya cepat lelah dan segera beristirahat.

Dari membaca buku, mengulangi hafalan, hingga menonton film, tapi usahanya sia-sia saja.

Beberapa kali Elliza tampak mendesah pelan, bayang-banyangan dirinya di gangbang di dalam kamar pos satpam seakan tidak mau hilang. Semenjak kejadian yang terakhir itu, Elliza selalu terbayang tentang dirinya yang melayani mereka dengan sepenuh hati, dan bayangan itu kini selalu menghantuinya.

Elliza tidak bisa melupakan betapa nikmatnya ketika kontol-kontol mereka memasuki rongga mulutnya, lobang memeknya, hingga lobang anusnya. Sehingga wajar saja kalau kini tubuhnya menuntut untuk kembali merasakan kenikmatan tersebut.

Elliza meraih HP-nya membuka aplikasi galeri yang ada di hpnya. Jemarinya tampak gemetar ketika mengklik sebuah album foto rahasia miliknya.

"Ya Allah, apakah benar ini diriku?"

Matanya sayu memandangi foto-foto seksi dirinya yang ada di galeri hpnya.

Di sana ia terlihat begitu binal dan nakal dengan pakaian yang terlihat sangat seksi. Bahkan ada foto dirinya yang sedang mengoral kontol mereka, hingga saat dirinya di sandwich oleh mereka.

"Ughkk..." Memek Elliza mulai terasa berkedut-kedut.

Wanita Soleha itu merebahkan tubuhnya diatas tempatnya. Di saat tangan kanannya sibuk menscroll foto-foto dirinya yang sedang di setubuhi oleh satpam pesantren, tangan kirinya sibuk menarik celana piyama yang ia kenakan.

Saat jemarinya membelai selangkangannya, Elliza dapat merasakan memeknya yang sudah basah.

"Ssttt... Aaahkk... Kenapa aku merindukan kalian Pak." Rintih Elliza tak tahan. Ia menggosok-gosok kemaluannya dari luar celana dalam berwarna merah muda yang ia kenakan saat ini.

Birahi Elliza kian menggelegak ketika matanya memandangi sebuah foto dirinya yang sedang di anal oleh Pak Girno. Membuat dirinya kembali teringat bagaimana ia menjerit keenakan ketika kontol Girno mengaduk-aduk lobang anusnya.

Wajahnya tampak meringis saat melihat slide foto selanjutnya, yang memperlihat lobang anusnya yang tampak membesar setelah di anal oleh Pak Girno.

Lobang anusnya yang telah rusak itu malah terlihat indah di mata Elliza. Tidak ada penyesalan sama sekali, bahkan ia ingin memiliki lobang anus yang lebih besar lagi dari apa yang ia miliki saat ini.

Karena sudah tidak tahan lagi, Elliza segera menanggalkan pakaiannya satu persatu hingga ia telanjang bulat.

Sejenak ia mengulum jemarinya sembari membayangkan dirinya yang tengah menghisap kontol mereka satu persatu, seperti yang ia lakukan beberapa hari yang lalu. Setelah jemarinya cukup basah, Elliza mengarahkan jemarinya kebibir kemaluannya, membelainya dengan lembut.

Tubuh indah Elliza melejang nikmat, matanya merem melek ketika jemarinya membelai bibir kemaluannya.

Dengan gerakan nakal jemarinya membelai clitorisnya yang membengkak, sesekali kedua jarinya menjepit clitorisnya sembari membayangkan clitorisnya tengah di gigit oleh mereka. Bayangan-bayangan beringas wajah mereka ketika memperkosa dirinya membuatnya kian melayang.

"Oughk... Aaahkk... Aaahkk..." Erang Elliza.

Dengan kedua jarinya ia menusuk lobang memeknya, mengorek-ngorek liang senggamanya yang semakin basah oleh cairan cintanya.

Tidak hanya maju mundur, sesekali ia memutar jarinya dari dalam memeknya. Wajahnya mendongak keatas dengan mata merem melek. Tubuh indahnya berdesir nikmat, kedua kakinya melejang-lejang, bergetar nikmat dengan nafas memburu.

"Oughk..." Elliza melolong panjang, pantatnya terangkat dengan hentak-hentakan keras seiring dengan semburan cairan cintanya.

Creeettss.... Creeettss... Creeettss...

Seeeeeeeerrrrrr....


"Aahkk... Aaahkk... Aaahkk..." Desah Elliza.

Tubunya bergetar hebat, merasakan nikmatnya orgasme yang baru saja ia dapatkan dari permainan jarinya. Perlahan orgasmenya mulai meredah seiring dengan nafasnya yang mulai teratur. Orgasme barusan setidaknya bisa sedikit mengurangi kegelisahannya, walaupun harus di akui, di perkosa oleh satpam pesantren jauh lebih nikmat ketimbang jemarinya.

Elliza kembali membuka hp miliknya, sejenak ia terdiam sebelum akhirnya ia memilih membeli salah satu produk yang dijual di online shop.

*****



Zaskia

06:35
Zaskia tampak sibuk menyiapkan sarapan pagi berupa nasi goreng kari spesial. Selagi Zaskia sibuk menyelesaikan masakannya, Rayhan diam-diam memandangi Kakak Iparnya. Jujur semenjak kejadian dua hari yang lalu, di mana ia tidak sengaja menyetubuhi Kakaknya, hubungan mereka kini terasa sedikit canggung, tidak seperti biasanya.

Ada rasa bersalah dan takut di hati Rayhan, ia khawatir Kakaknya kembali cuek kepada dirinya. Walaupun kekhawatiran Rayhan sama sekali tidak mendasar, karena sikap Zaskia kepada Rayhan tetaplah sama, wanita cantik itu tetap baik kepadanya bahkan masih rutin membangunkannya.

Hanya saja kini tidak ada drama seperti biasanya, lebih tepatnya Rayhan yang kini merasa canggung kepada Zaskia membuat sikapnya sedikit berubah.

"Adek... Ni sarapannya?" Panggil Zaskia.

Rayhan kembali merasakan ketidaknyamanan dihatinya setiap kali berada di dekat Zaskia. "I-iya Kak, terimakasih."

"Dari tadi Kakak panggil gak jawab-jawab, kamu lagi ngelajor ya?"

"Ngelajor?" Bingung Rayhan.

"Ngelamun jorok, hihihi..." Zaskia tertawa renyah, membuat suasana sedikit mencair.

Rayhan menggaruk-garuk kepalanya tidak gatal. "Kirain apaan tadi." Rayhan ikut tertawa mendengar jawaban Zaskia.

"Kamu kenapa Dek? Dari kemarin Kakak lihat kamu sering bengong, nanti kesambet lo..."

"Gak apa-apa kok Kak."

Zaskia menarik nafas perlahan sembari memperhatikan Adiknya yang sedang makan. Tanpa di jelaskan Rayhan pun, Zaskia tentu tau apa penyebab Adiknya yang akhir-akhir ini menjadi lebih pendiam dari biasanya.

Sebenarnya bukan hanya Adiknya yang shock atas kejadian beberapa hari yang lalu, dirinyapun juga tidak menyangkah bisa terjadi seperti itu.

Tetapi walaupun begitu Zaskia sama sekali tidak marah kepada adiknya. Bagi Zaskia kejadian kemarin hanyalah sebuah kecelakaan yang tidak di sengaja, bisa di bilang itu sebuah kecelakaan yang menyenangkan, sehingga tidak ada alasan bagi Zaskia untuk marah, apa lagi sampai membenci Adiknya.

"Kalau kamu lagi ada masalah, jangan ragu cerita sama Kakak." Zaskia melahap perlahan makanannya kedalam mulutnya.

Rayhan mengangguk patuh. "Iya Kak, aku pasti cerita kok." Jawab Rayhan sembari melanjutkan makannya.

"Di rumah ini kita hanya berdua, cuman ada kamu dan Kakak. Keterbukaan itu sangat penting, kalau bukan sama Kakak, kamu mau cerita sama siapa lagi? Masak kamu lebih percaya sama temen kamu dari pada Kakak." Rutuk Zaskia, Rayhan hanya diam saja.

"Iya Kak..."

"Kamu sudah punya pacar belum Ray? Atau ada cewek yang kamu suka?" Pertanyaan Zaskia yang tiba-tiba membuat Rayhan sampai tersedak.

Buru-buru Zaskia memberikan segelas air putih kepada Adiknya.

"Pertanyaan Kakak ada-ada aja deh..." Rutuk Rayhan.

Zaskia tertawa renyah. "Emang ada yang salah dengan pertanyaan Kakak? Kamu itu sudah besar Dek, wajar kok kalau kamu tertarik dengan lawan jenis." Ucap Zaskia sembari mengedipkan matanya.

"Emang aku di bolehin pacaran Kak?"

"Kalau menurut agama jelas tidak boleh dek, kamu juga pasti sudah taukan." Ujar Zaskia. "Tapi, kalau Kakak gak masalah kalau kamu mau pacaran, asal jangan kebablasan aja." Sambung Zaskia menasehati Rayhan yang menurutnya sudah sewajarnya kalau ia ingin memiliki kekasih.

"Kebabblasan gimana Kak?"

"Jangan sampe kamu melakukan zina? Itu dosa besar dek... Kecuali..." Zaskia dengan sengaja menggantung kalimatnya untuk memancing keingintahuan Rayhan.

Dan umpannyapun di makan Rayhan. "Kecuali apa Kak."

"Kecuali tidak sengaja." Zaskia tersenyum penuh arti menatap Rayhan. "Seperti yang kita lakukan kemarin dek." Sambung Zaskia di dalam hati.

"I-iya Kak." Jawab Rayhan salah tingkah.

Sembari menyantap sarapan, berulang kali Zaskia menanyakan sosok wanita yang saat ini di sukai Rayhan, tapi sayangnya pemuda itu tidak kunjung mengatakannya dan selalu mengelak kalau ia tidak menyukai siapapun. Padahal Zaskia sangat berharap kalau dirinyalah yang di sukai oleh Adik iparnya itu.

Terkadang Zaskia merasa dirinya kini sudah benar-benar gila, bagaimana mungkin ia menyukai Adik iparnya sendiri. Tetapi Zaskia juga tidak dapat memungkiri kalau sosok Rayhan dengan perlahan mulai menggantikan sosok Suaminya di hatinya saat ini.

Selepas sarapan, Rayhan pamit ke kamar mandi untuk buang air kecil, pemuda itu bergegas menuju kamar mandi. Saat hendak mengunci pintu kamar mandi, Rayhan kaget karena tidak menemukan pengait untuk mengunci pintu kamar mandi, padahal tadi pagi saat ia mandi, pengait pintu tersebut masih ada.

Rayhan yang tidak terlalu memperdulikan kemana perginya pengait pintu kamar mandinya bergegas membuka celananya.

Seeeeeeeerrrrrr.....

"Adeeeek...." Tiba-tiba dari belakang Zaskia menjerit melihat Rayhan yang sedang buang air kecil.

Rayhan yang kaget buru-buru merapikan celananya, karena kencingnya belum usai, alhasil celannya kecipratan air kencingnya sendiri. Zaskia yang melihat kejadian tersebut malah tertawa geli melihat sikap Adiknya yang tampak kaget melihat kehadirannya.

"Iiisstt... Kakak ngagetin aja." Protes Rayhan.

Zaskia melipat kedua tangannya diatas dadanya. "Ooh... Jadi menurut kamu Kakak yang salah, kamu yang gak ngunci pintu kamar mandi, tapi Kakak yang di salahkan?" Omel Zaskia sembari mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Jadi basah kan Kak."

Zaskia tiba-tiba berlutut di depan Rayhan. "Sini buka dulu celananya?" Jemari lentik Zaskia melepas pengait celana Rayhan, lalu dengan perlahan ia menarik turun celana sekolah Adiknya, berikut dengan dalaman yang di kenakan adiknya.

Zaskia menatap sayu kearah kontol Rayhan dalam kondisi setengah tegang.

Sementara Rayhan hanya diam membisu menatap tak percaya kearah Zaskia yang rela berlutut di lantai demi membuka celananya. Pemuda itu mendadak tegang melihat apa yang di lakukan oleh Kakak Iparnya yang begitu berani.

Ternyata tidak sampai di situ saja, Zaskia menggenggam kontol Rayhan, lalu dengan perlahan ia memijit kemaluan Rayhan.

"Kalau habis kencing itu di cuci Dek, air kencing kan najis." Nasehat Zaskia, sembari mengocok kontol Adiknya yang tampak memerah.

Rahang pemuda itu tampak mengeras, terutama ketika jemari halus Zaskia membelai kepala kontolnya. "Ssttt... Iya Kak! Aaahkk... Maaf." Lenguh Rayhan keenakan di oral oleh Kakak Iparnya.

Cuiih... Zaskia meludahi kontol Rayhan. "Gak ada air, pake air luda Kakak aja gak apa-apa ya?" Zaskia menatap wajah Rayhan yang tampak tegang.

"Iya Kak, gak apa-apa." Sanking bersyahwat nya, suara Rayhan sampai bergetar.

Sedikit tersenyum, Zaskia mencium kontol Rayhan dan kemudian apa yang di lakukan Zaskia membuat lutut Rayhan terasa lemas.

Sungguh Rayhan tidak menyangkah kalau Kakaknya akan dengan terang-terangan mengulum kontolnya, karena biasanya dirinyalah yang memancing Kakaknya terlebih dahulu, dan pagi ini secara mengejutkan tanpa ia pancing Zaskia mau melakukannya dengan alasan yang sungguh tidak masuk akal.

Tepat di samping mereka terdapat bak mandi yang terisi penuh oleh air.

"Aaahkk... Sssttt..." Desah Rayhan.

Zaskia tampak semakin bersemangat mengulum kontol Adiknya, sesekali ia menyedot kuat kontol Rayhan seakan ingin menelan kontol Rayhan, dan sesekali ia menggetarkan bibirnya, membuat tubuh Rayhan merinding dibuatnya.

Kuluman Zaskia sangat profesional, seakan-akan ia sudah biasa memanjakan kontol lawan jenisnya. Padahal Rayhan adalah pria pertama yang pernah mendapatkan servis langsung dari mulutnya. Karena Zaskia selalu menolak melakukannya setiap kali Suaminya meminta.

Sejujurnya Zaskia sendiripun tidak menyangkah kalau dirinya semakin hari semakin liar seperti saat ini, apa mungkin karena ia sudah lama tidak mendapat jatah dari Suaminya? Atau jangan-jangan memang dirinya haus akan kontol Rayhan.

Rayhan yang menyadari kalau Kakaknya mulai kelelahan segera mengambil alih permainan. Sembari memegangi kepala Zaskia, Rayhan menggerakan pinggulnya maju mundur, menyodok-nyodok mulut Zaskia dengan sedikit kasar.

"Kak.... Aaahkk..." Lolong Rayhan, tubuhnya gemetar seiring dengan lahar panasnya yang menyembur keluar.

Croooootttssss... Croooootttssss... Croooottss...

Rayhan menumpahkan spermanya ke dalam mulut Zaskia, yang dengan suka rela menelan sperma Rayhan yang berada di dalam mulutnya. Sungguh Zaskia sangat ketagihan dengan rasa sperma Rayhan, sperma yang sangat ia rindui.

Sejenak suasana mendadak hening, Rayhan tertegun dengan apa yang barusan mereka lakukan, sementara Zaskia tengah menikmati sisa-sisa sperma Adiknya.

"Ya... Gamis Kakak ikut basah deh." Rutuk Zaskia tiba-tiba sembari berdiri. "Gara-gara kamu ni Dek." Omel Zaskia, pura-pura marah.

"Maaf Kak."

Zaskia berdiri, dan apa yang di lakukan Zaskia kembali membuat Rayhan terdiam. Di hadapannya Zaskia menanggalkan gamisnya, menyisakan sepasang dalaman berwarna merah maroon. Tidak sampai disitu saja, Zaskia dengan santainya melepas pengait branya, dan melepaskannya di hadapan Rayhan.

Mata Rayhan membeliak, menatap payudara Kakak Iparnya yang ranum indah seperti buah melon, yang membulat sempurna. Putingnya yang kemerah-merahan seakan mengundangnya untuk mencaploknya, mengulumnya, dan menjilatinya.

Zaskia berbalik menghadap kearah pintu kamar mandi. "Bantuin Dek..." Tegur Zaskia, yang membuat kesadaran Rayhan kembali.

"Bantu apa Kak?" Gugup Rayhan.

"Bukain celana dalam Kakak, kena najis gara-gara kencing kamu..." Omel Zaskia, seakan apa yang ia minta bukan sesuatu yang luar biasa. Tetapi tidak dengan Rayhan. Pemuda itu terlalu shock dengan permintaan dari Kakak Iparnya.

Buru-buru Rayhan berlutut di depan pantat Zaskia, dengan tangan gemetar, jemari Rayhan menarik celana dalam Zaskia. Dengan perlahan nampak di hadapannya pantat Zaskia yang montok putih mulus, sanking mulusnya bahkan lalatpun akan terpeleset jika nekat hinggap di pantatnya.

Deg... Deg... Deg...

Debar jantung Rayhan kian kuat, bagaikan gendang yang di tabuh. Sejenak Rayhan tak bisa bernafas, tepat ketika wanita pujaan hatinya sedikit menungging tepat di depan wajahnya.

"Subhanallah..." Lirih Rayhan.

Matanya tidak berkedip memandangi bulatan pantat Kakaknya. Dari celah-celah selangkangan Zaskia, Rayhan dapat melihat bibir merah memek Kakaknya yang tampak licin dan basah, mengundang birahi pria manapun yang melihat nya.

Deruh nafas Rayhan kian tercekat tarkalah tangan kiri Zaskia menjulur kebelakang, membuka perlahan pipi pantatnya yang indah.

"Kak..."

Zaskia menoleh kebelakang dengan semburat merah di pipinya. "Bantuin buka Dek... Buka memek Kakak Dek" Tambah Zaskia di dalam hatinya.

Rayhan yang mendadak polos seakan tidak mengerti apa yang di inginkan Zaskia. Bukannya mencoba menyentuh memek Kakaknya, ia malah menarik kembali celana Zaskia hingga sebatas mata kaki Zaskia. Seakan memberi kode kepada adiknya, Zaskia sengaja tidak mengangkat kakinya, bahkan ia semakin mendekatkan pantatnya kearah wajah Rayhan.

"Ang... Angkat kakinya Kak?" Pinta Rayhan dengan suara gemetar.

Gigi Zaskia menggratak, ia sangat kesal dengan Adiknya yang tidak kunjung mengerti dengan apa yang dia mau. Dengan malas-malasan Zaskia mengangkat kakinya, membantu Rayhan melepas celana dalamnya, dan berharap setelah itu Rayhan akan memberikannya sebuah kejutan seperti biasanya.

Tapi yang terjadi pemuda itu malah hendak berdiri, membuat Zaskia makin kesal.

"Siniin dalamannya Dek." Zaskia menjulurkan tangannya di antara kedua kaki jenjangnya, membuat Rayhan urung berdiri.

Ia menyodorkan celana dalam Kakaknya. "I-ini Kak." Ujar Rayhan.

Zaskia menarik tangannya agak jauh, membuat Rayhan reflek mencondongkan tangannya ke depan mendekati tangan Kakaknya, membuat wajah Rayhan kian dekat dengan pantat Zaskia.

Zaskia yang semakin kesal meraih pergelangan tangan Adiknya, menariknya dan menahannya berharap Rayhan segera mengerti apa yang dia inginkan saat ini, mengingat wajah Rayhan kini benar-benar menempel di pantatnya. Bahkan ia dapat merasakan hembusan hangat nafas Adik iparnya.

Rasanya ingin sekali Zaskia meneriaki Adiknya, berharap adiknya segera melakukan apa yang dia mau. "Adek..." Panggil Zaskia.

Seakan tidak mengerti apa yang diinginkan Zaskia kepadanya, Rayhan hanya mematung, walaupun dorongan syahwatnya sudah menggebu-gebu. Seperti pria bodoh, Rayhan hanya diam sembari memandangi bibir kemaluan Zaskia yang begitu indah.

Kesabaran Zaskia sudah mendekati puncaknya, ingin rasanya berteriak di depan Rayhan, dan meminta adiknya itu untuk segera mencabulinya, seperti biasa yang di lakukan adiknya selama ini.

Kaki jenjang Zaskia menghentak, layaknya anak kecil yang tidak mendapatkan apa yang dia inginkan, sembari merampas celana dalamnya dengan cepat. "Adek bodoh." Umpat Zaskia, menatap Rayhan sembari menggembungkan kedua pipinya.

Rayhan memasang wajah datar, seakan-akan ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang diinginkan Kakak Iparnya, membuat Zaskia kian kesal.

"Bodoh... Bodoh... Bodoh... Bodoh..." Umpat Zaskia layaknya anak kecil yang tengah merajuk.

Kemudian ia segera keluar dari kamar mandi, berjalan menghentak menuju kamarnya. Pemuda itu tersenyum kecil memandangi Kakak Iparnya yang tampak merajuk setelah tidak mendapatkan apa yang di inginkan olehnya dari Adiknya.

******

9:35

Teng.... Teng... Teng...


Di kantin putra, tampak Rayhan berkumpul bersama teman-temannya sembari menyantap bakso mang Udin yang terkenal lezat di kalangan para santri putra maupun santri putri.

Pembahasan tentang sosok pria bertopeng seakan tidak ada habisnya. Aksi-aksi pria bertopeng yang selalu saja berhasil lolos dari sergapan pihak pesantren, membuat mereka bertanya-tanya. Bahkan isu tentang adanya seseorang yang melindungi pria bertopeng semakin keras berhembus.

"Gak mungkin dia bisa selalu lolos kalau gak ada yang nolongin." Geram Nico.

"Pasti ada yang membantu?" Celetuk Doni.

"Siapa? Jangan asal menudu." Potong Azril. "Kemarin itu katanya pria bertopeng sudah berhasil di ciduk oleh Ustad Daniel, cuman sayangnya Ustad Daniel lengah sehingga orang itu bisa kabur, bukan karena di bantu orang lain." Jelas Azril panjang lebar, tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi malam itu.

Rayhan terdiam mendengarnya. Ternyata isu tentang Ustad Daniel yang menangkap pria bertopeng sudah tersebar kemana-mana. Padahal yang sebenarnya terjadi, dirinyalah yang menangkap pria bertopeng, dan Ustad Daniel yang memaksa untuk menjaga pria tersebut, dan hasilnya pria itu berhasil kabur.

Karena isu tersebut nama Ustad Daniel semakin di kenal oleh warga pesantren, bahkan ia di anggap pahlawan, walaupun aksinya kemarin gagal.

Rayhan juga tidak mengerti kenapa isu itu bisa di hembuskan dan kenapa Ustad Daniel tidak memberitahu kejadian yang sebenarnya kepada orang lain. Sebenarnya apa yang di inginkan Ustad Daniel? Apakah dia sedang berusaha mendapatkan simpati warga pesantren?.

"Kalian yakin, Ustad Daniel bisa nangkap pria bertopeng?" Tanya Rayhan ragu. Haruskah ia memberitahu teman-temannya, kalau dirinyalah yang menangkap pria tersebut kemarin malam.

"Gak yakin si, tapi menurut orang-orang seperti itu." Doni menyeruput pelan es tehnya.

"Emang kenapa Ray?"

Rayhan mendesah pelan. "Kalau seandainya aku bilang kalau aku yang menangkap pria bertopeng itu, apa kalian percaya?" Tanya Rayhan, ia menatap satu persatu wajah temannya.

Azril tergelak mendengarnya. "Mana mungkin Ray! Kamu tidak akan mampu." Ujar Azril meremehkan sahabatnya sendiri.

"Aku dengar kemarin kamu yang memanggil yang lain untuk membantu Ustad Daniel?" Ingat Nico.

"Tentu saja aku percaya Ray." Tembak Doni, Nico mengangguk yakin. "Memang agak aneh sebenarnya, kalau memang Ustad Daniel bisa mengalahkan pria bertopeng, mana mungkin ia bisa kehilangan orang tersebut." Tambah Doni yang sebenarnya juga meragukan kebenaran tentang cerita Daniel.

"Cerita yang sebenarnya kayak apa si?" Cecar Nico.

Rayhan mulai menceritakan kejadian kemarin malam, di mana ia melihat pria bertopeng melompati pagar dari dalam rumah KH Sahal. Hingga terjadi perkelahian diantara Rayhan dan pria tersebut. Saat sudah berhasil mengalahkannya Daniel datang, lalu memintanya mencari bantuan. Dan yang terjadi selanjutnya pria tersebut berhasil melarikan diri.

Rayhan juga menyampaikan beberapa kejanggalan yang di rasa Rayhan agak aneh. Di mulai dari pria bertopeng yang berada di perkarangan belakang rumah KH Sahal, hingga kaburnya pria bertopeng dalam kondisi setengah sadar.

"Bagaimana cara orang itu bisa masuk keperkarangan rumah KH Sahal?" Heran Doni.

Nico mendengus pelan. "Apa mungkin pria itu menyelinap ke halaman rumah KH Sahal, lalu lari kebelakang untuk mencoba kabur." Nico mencoba menerka-nerka kejadian kemarin malam.

"Tidak mungkin." Celetuk Azril. "Satu-satunya akses untuk menyelinap kebelakang halaman rumah KH Sahal, harus melewati rumahnya terlebih dahulu." Jelas Azril, yang memang sudah beberapa kali berkunjung ke rumah KH Sahal, sehingga ia tau betul seperti apa kondisi rumah KH Sahal.

"Bisa saja ia menyelinap masuk kedalam rumah KH Sahal? Lalu lewat pintu belakang rumah KH Sahal untuk kabur." Ujar Doni.

"Bagaimana caranya? Setiap pintu dan jendela di pasang teralis, kecuali pemilik rumah yang mengizinkannya masuk." Ucapan Azril membuat yang lainnya terdiam, seakan mereka menemukan sebuah petunjuk baru.

"Ray kata kamu Pria itu sudah gak berdayakan? Kok bisa dia kabur? Anggaplah Ustad Daniel lengah hingga pria itu bisa kabur, tapi seberapa jauh pria itu bisa kabur dalam kondisi seperti itu? Aneh gak si..." Nico memaparkan kecurigaan.

"Satu-satunya jalan ada yang menyembunyikan pria tersebut." Lirih Rayhan.

"Tidak mungkin KH Sahal melakukan itu?" Azril meragukan tembakan teman-temannya, karena Azril juga sangat mengenal KH Sahal yang begitu baik selama ini kepada dirinya dan keluarganya.

"Untuk sementara kita simpan saja kecurigaan ini, setidaknya sampai kita menemukan bukti baru." Lerai Rayhan, ia juga tidak yakin kalau KH Sahal benar-benar ikut terlibat membantu pria bertopeng.

"Kamukan satu rumah dengan Ustad Daniel, coba kamu cari tau Zril, siapa tau nanti ada bukti baru tentang keterlibatan Ustad Daniel." Ujar Doni kepada Azril.

"Nanti aku coba cari tau."

*****



Farah

Sudah dua hari ini KH Shamir nyaris tidak bicara dengan menantunya. Kejadian hari itu membuat hubungan keduanya menjadi renggang. Walaupun begitu Farah tetap melayani KH Shamir, hanya saja kali ini terasa hanya formalitas saja.

Tentu kondisi ini membuat KH Shamir tidak nyaman, apa lagi mereka tinggal satu atap. Dan gara-gara masalah kemarin, KH Shamir juga menjadi tidak bebas bermain dengan cucunya.

Di saat ia tengah melamun, KH Shamir melihat Farah yang baru pulang sembari menggendong Aldi cucunya.

Sejenak mata mereka bertemu, kemudian Farah menundukan wajahnya dan berlalu pergi meninggalkan KH Shamir yang tengah duduk di sofa ruang keluarga. Di cueki menantunya, membuat KH Shamir merasa kehilangan sesuatu yang berharga.

"Aku harus bicara kepadanya." Lirih KH Shamir.

Ia beranjak dari sofa, menuju pintu kamar menantunya. "Nak Farah... Abi boleh masuk." Panggil KH Shamir, ia berharap Farah mau mengizinkannya.

"Masuk aja Bi."

Segera KH Shamir masuk ke dalam kamar anaknya, rasanya ia sudah lama sekali tidak masuk ke dalam kamar anaknya, bermain dengan cucunya.

KH Shamir melihat Farah yang sedang menepuk-nepuk pantat anaknya, menemani Aldi tidur siang. Farah sempat melihat KH Shamir, lalu membuang muka, seakan ia ingin memberitahu Mertuanya kalau saat ini ia masih marah kepada mertuanya.

"Aldi sudah tidur?" Tanya KH Shamir.

Farah menarik ujung jilbabnya kebawah, seakan hendak menutupi tonjolan payudaranya. "Belum, Mau Farah buatkan kopi." Sindir Farah, karena biasanya KH Shamir memanggilnya karena membutuhkannya.

"Abi lagi gak mau ngopi."

"Terus?"

KH Shamir menghela nafas, lalu duduk di samping menantunya. "Kamu marah sama Abi?" Bujuk KH Shamir mencoba berdamai dengan menantunya.

"Enggak..." Jawab Farah ketus.

"Astaghfirullah... Abi minta maaf ya Nak Farah, kalau ucapan Abi sudah melukai hati Nak Farah."

Farah menatap sedih kearah KH Shamir. "Minta maaf buat apa? Abi gak salah, Farah yang salah." Wanita soleha itu diam sebentar. "Farah salah karena berharap Abi mau menganggap Farah seperti anak Abi sendiri." Adu Farah, tampak sebening tetes air mata mengalir di kedua pipinya, membuat KH Shamir semakin merasa bersalah.

"Abi sudah menganggap Nak Farah seperti anak kandung Abi sendiri."

"Apa buktinya Bi?"

"Sekarang Nak Farah mau minta bukti apa sama Abi? Farah pengennya Abi seperti apa?" Tantang balik KH Shamir, ia benar-benar ingin menantunya percaya dengan ucapannya barusan.

"Tidak ada."

KH Shamir benar-benar di buat pusing oleh kelakuan Menantunya. "Abi janji, akan menuruti semua kemauan Nak Farah, asalkan Nak Farah tidak marah lagi." Bujuk KH Shamir.

"Farah cuman pingin Abi menganggap Farah seperti anak Abi sendiri." Lirih Farah.

"Tentu saja, Abi sudah menganggap Nak Farah seperti anak sendiri."

"Farah ingin di manja Bi..." Farah menundukan wajahnya. "Farah ingin Abi melihat Farah seperti Farah melihat Aldi." Sambung Farah, Shamir yang tidak begitu mengerti hanya mengangguk saja.

"Apapun yang kamu mau akan Abi turuti."

Farah menjulurkan jari kelingkingnya. "Janji."

"Janji." KH Shamir melingkarkan jari kelingkingnya di jari kelingking menantunya.

Farah tersenyum manis mendengarnya. "Terimakasih Bi, sudah mau menganggap Farah seperti anak Abi sendiri." Ungkap Farah senang.

Setelah dua hari mereka tidak saling menyapa, akhirnya KH Shamir bisa kembali merasa lega. Hati KH Shamir berbunga-bunga menatap senyuman manis di bibir menantunya. Ia merasa sangat senang bisa berbaikan dengan menantunya.

Tiba-tiba Aldi menangis, segera KH Shamir menggendong cucunya, menimang-nimang cucunya agar berhenti menangis.

Suasana yang tadinya normal, mendadak tegang tatkala Farah membuka kancing gamisnya. Ia mengeluarkan payudaranya, dan hendak menyusui anaknya yang sedang menangis.

Jantung KH Shamir berdetak tak beraturan ketika melihat payudara Farah.

"Sini sayang, mau nenen ya."

Saat Kh Shamir hendak menyerahkan Aldi ketangan Farah, tidak sengaja kulit keriputnya menyentuh payudara Farah, membuat bulu kuduk KH Shamir merinding, bahkan syahwatnya tiba-tiba saja muncul setelah merasakan kelembutan payudara menantunya.

Sejenak KH Shamir tertegun melihat Farah yang sedang netein cucunya.

"Cup... Cup... Cup..." Bujuk Farah.

Kedua tangan KH Shamir terkepal seraya memejamkan matanya. "Astaghfirullah.... Astaghfirullah... Astaghfirullah..." KH Shamir beristighfar di dalam hati.

"Lihat deh Bi, Aldi langsung diam tuh..." Pancing Farah.

KH Shamir tampak semakin salah tingkah. "I-iya Nak Farah... Hmm... Abi keluar dulu ya." Pamit KH Shamir, ia tidak akan tahan kalau terlalu lama melihat menantunya yanh sedang menyusui cucunya.

"Mau kemana Bi?"

"Mau balik ke kamar?"

Wajah Farah berubah cemberut. "Mau balik ke kamar, apa mau menghindar dari Farah Bi?" Sindir Farah, sembari menatap mata KH Shamir.

"Yaudah Abi tetap di sini." Ujar KH Shamir mengalah.

Mendengar jawaban mertuanya, membuat Farah kembali bisa tersenyum. Sementara Kh Shamir malah terlihat semakin gelisah, apa lagi ketika ia mulai menyadari kalau kemaluannya mulai mengeras di balik celana kain yang ia kenakan saat ini.

Bagaimanapun juga KH Shamir seorang laki-laki, dan sangat wajar kalau ia terangsang melihat sepasang pepaya muda milik menantunya yang sedang ranum-ranumnya itu.

Selama kurang lebih lima belas menit, KH Shamir harus tersiksa melihat menantunya menyusui, hingga akhirnya penderitaan birahi itu berakhir setelah cucu tersayangnya tertidur lelap.

"Akhirnya tidur juga." Lirih Farah, ia meletakan anaknya di dalam box.

"Aldi sudah tidur?"

Farah berbalik menghadap Mertuanya. "Sudah Bi." Farah tersenyum, dan tiba-tiba ia melepas gamisnya hingga jatuh kelantai, menyisakan pakaian dalamnya yang melekat di tubuhnya.

Bra yang tidak terpasang sempurna memperlihatkan keindahan payudaranya. Sementara di bawah perutnya, tampak memek Farah yang terbungkus kain segitiga berwarna putih yang tampak penuh, membuat KH Shamir yang melihatnya terkulai lemas.

Ternyata penderitaan nya belum berakhir, sekarang ia di suguhi pemandangan yang lebih ekstrim lagi, yang bisa membuatnya menjadi gila.

"Kenapa Bi?" Tanya Farah enteng.

KH Shamir menghela nafas. "Kamu mau ngapain Nak Farah?" Tanya KH Shamir keheranan.

"Mau ganti baju Bi, gerah..." Jawab Farah sembari menanggalkan celana dalamnya. Mata tua KH Shamir membeliak menatap pubik vagina menantunya yang tampak bersih.

KH Shamir sampai tidak bisa berkata-kata, tubuh indah Farah seakan menghipnotisnya. Sementara Farah sendiri sangat senang karena berhasil membuat Mertuanya yang alim itu mendadak menjadi pria tua yang cabul, yang suka menikmati kemolekan tubuh menantunya sendiri.

Tanpa beranjak sedikitpun, KH Shamir memperhatikan Farah yang berganti pakaian.

"Nak... Bapak keluar dulu ya." Bisik KH Shamir dengan gemetar.

Farah mengangguk. "Iya Bi, nanti kopinya Farah anterin ya Bi."

"I-iya..."

Dengan cepat KH Shamir pergi meninggalkan kamar menantunya, dengan perasaan campur aduk. Antara senang, dan perasaan berdosa yang menghantui dirinya. Berbeda dengan Farah, kali ini ia merasa misinya memiliki kemajuan yang signifikan.

Sembari memperhatikan tubuh telanjangnya di depan cermin, Farah tersenyum penuh kemenangan.

*****


Laras

19:45

Di kediaman KH Umar, tampak Istri berserta kedua anaknya tengah menikmati siaran televisi. Laras tenga duduk di ujung kiri sofa dengan posisi kaki selonjoran kearah Azril yang duduk di sisi ujung sofa lainnya, sementara Aurel tengah tengkurap diatas karpet.

Seperti biasanya, Azril sama sekali tidak menikmati tayangan yang ada di televisi, ia lebih tertarik memperhatikan gerakan kaki Ibu Tirinya, dan Adik kandungnya.

Diam-diam Azril menatap nanar kearah Aurel, dari atas lutut Aurel hingga ke pinggangnya. Ia sangat menikmati bulatan pantat Adiknya, dan sedikit mengintip karet celana dalam Aurel yang terlihat diantara pinggangnya yang ramping. Berulang kali Azril menelan air liurnya, menatap keindahan tubuh Adiknya.

Sesekali Azril juga melihat kearah Ibunya, berharap Ibunya menekuk lututnya, sehingga ia dapat melihat isi di balik daster yang di kenakan Laras.

Alam seakan tau apa yang di inginkan Azril, ketika pemuda itu beralih menatap Ibunya lagi, pada saat bersamaan Laras menekuk lutut kanannya, sehingga dasternya sedikit tersingkap. Mata Azril berbinar memandangi paha mulus Ibunya yang menggoda.

"Ya Allah kejam banget orang itu." Komentar Laras mengenai tayangan yang ada di tv.

"Kesel banget liat cowoknya Umi, bukannya belain malah diam." Sambung Aurel, hanya Azril yang tampaknya tidak perduli.

"Cowok lemah kayak gitu harusnya di tinggal aja."

Laras tampak geram dengan tingkah laku salah satu aktor pria yang ada di sinetron tersebut. Sanking kesalnya, ia tidak sadar kalau saat ini ia tengah menekuk kedua lututnya, memberikan tontonan yang sangat menarik bagi putranya yang saat ini mencuri pandang kearah selangkangannya.

Azril sampai kesulitan menelan air liurnya ketika matanya menangkap siluet celana dalam berenda berwarna ungu yang di kenakan oleh Laras.

Memek Laras yang gemuk, membuat celana dalam Laras terlihat penuh. Sungguh sebuah pemandangan yang tidak bisa di gantikan keindahannya dengan pemandangan apapun. Setidaknya itulah yang dirasakan Azril saat ini yang tengah mengagumi selangkangan Ibunya.

Dari sela-sela lipatan selangkangan Laras, Azril dapat melihat rambut kemaluan Ibunya yang menjuntai keluar, membuat adrenalinnya kian berpacu.

Layaknya anak remaja pada umumnya, sangat sulit bagi Azril untuk menutupi kekagumannya. Dari raut wajahnya sangat terlihat jelas kalau ia sedang bersyahwat terhadap Ibu tirinya.

"Zril... Liat apa kamu?" Tegur Aurel.

Dengan tatapan curiga gadis cantik itu memandangi saudaranya. Raut wajah Azril mendadak pucat pasi, ia sampai salah tingkah di buat Adiknya.

Tidak butuh waktu lama bagi Aurel untuk mengetahui apa yang sedang di lakukan oleh Saudaranya. Ia tersenyum sinis kearah Azril yang ketangkap basa berbuat asusila terhadap Ibu mereka sendiri. Aurel balik memandang Ibunya.

"Kenapa Dek?" Tanya Laras masih bingung.

Aurel kembali melihat Azril. "Daster Umi ke buka, ada yang ngintip tuh." Sindir Aurel, membuat Azril benar-benar mati kutu.

"Ngintip?" Laras melihat kearah Azril yang tertunduk lesu, lalu balik melihat posisi kakinya yang agak mengangkang. "Astaghfirullah..." Lirih Laras, sembari merapikan kembali dasternya yang agak kesingkap.

Bukan main malunya Azril karena ketangkap basa mengintip selangkangan Ibunya, apa lagi selama ini Azril di kenal sebagai anak yang baik. Dan anak baik itu malam ini dengan kurang ajarnya mencuri kesempatan mengintip selangkangan orang tuanya sendiri.

Azril memberanikan dirinya menatap Ibunya, hingga kedua mata mereka bertemu. Tampak seutas senyuman terukir indah di wajah Laras.

"Hati-hati Bun, ada pria cabul di rumah kita." Sindir Aurel pedas, bahkan jauh lebih pedas di bandingkan dengan cabe terpedas di dunia sekalipun.

Laras tidak mengubris ucapan Putrinya, ia kembali menonton tv seakan tidak terjadi apapun barusan. Sementara Azril hanya diam membisu, ingin sekali rasanya pemuda itu menghilang saja, sanking malunya yang di rasakan Azril saat ini.

Beruntung adegan di TV sedang seru-serunya, sehingga Aurel tidak lagi menyinggungnya.

Azril kembali melihat kearah Ibunya, tepat ketika Laras juga melihat kearahnya, dan lagi-lagi Laras tersenyum manis. Sedetik kemudian Laras kembali menekuk lututnya, membuang kaki kanannya kesamping kesandaran sofa sehingga membuat dasternya kembali tersingkap lebar.

Mata Azril membeliak menatap gundukan memek Ibu tirinya yang gemuk. Membuat pemuda itu seakan lupa kalau dirinya baru saja ketangkap basah mengintip Ibunya tersebut.

Berulang kali jakun Azril turun naik, menelan air liurnya, sanking takjubnya.

Saat sedang asyik-asyiknya mengintip selangkangan Ibunya, tiba-tiba Laras kembali menutup akses bagi dirinya menikmari selangkangan Laras, dan ternyata pada saat bersamaan Aurel menoleh kearahnya. Tetapi kali ini Azril selamat karena Aurel tidak memergokinya lagi.

Saat Aurel kembali fokus kearah layar televisi, kembali Azril di suguhi sebuah pemandangan yang indah, yang akan membuatnya terbayang-bayang.

Hingga tidak terasa sinetron yang mereka tonton bersambung. Aurel beranjak sembari melirik kearah Azril, ia tersenyum sinis lalu beranjak pergi meninggalkan Azril yang tengah tertunduk malu.

Selepas kepergian Aurel, Azril hendak kembali ke kamarnya tapi tiba-tiba Laras memanggilnya.

"Mau kemana Kak?" Tanya Laras.

Saat menoleh kearah Ibunya, lagi-lagi Azril di buat lemas dengan pemandangan yang begitu menakjubkan di hadapannya saat ini. Laras dengan sengaja membuka selebar mungkin pahanya, sehingga Azril sangat leluasa memandanginya.

Mendadak Azril mengurungkan niatnya kembali ke kamarnya. "Mau ke kamar Umi." Jawab Azril tergagap, sembari mencuri pandang kearah Laras.

"Temenin Umi sebentar ya." Pinta Laras.

Azril mengangguk dan kembali duduk di dekat Ibunya. Sesekali Azril memberanikan dirinya melirik keatas, memandangi gundukan memek Laras yang terbungkus kain segitiga ungu. Laras yang menyadari lirikan Azril terkesan cuek, bahkan ia terkesan sengaja membiarkan Azril melakukan zina mata.

Selama mengobrol dengan Ibunya, maka selama itu juga Azril mendapatkan tontonan yang jauh lebih menarik dari pada yang di tayangkan oleh media televisi.

*****
siap jadi pengikut setia jamaah syahwatun
 
Semoga suhu sehat selalu, semoga saya slalu bisa menikmati karya2nya. Thx suhu🙏
 
scene paling menggairahkan itu scene antara Laras dan anak tirinya, mantap
 
Zaskiaaaa😍😍

Inem

15:00
Plooookss... Plooookss... Plooookss...


Di dalam sebuah kamar tampak sepasang anak manusia berlainan jenis tengah memadu kasih. Dengan gaya konvensional, seorang pemuda tengah memacu birahinya diatas seorang tubuh wanita yang usianya jauh lebih tua darinya. Tetapi perbedaan usia tersebut tidak menjadi sebuah penghalang bagi mereka.

Sembari menghentak-hentakkan pinggulnya, telapak tangan Rayhan bergerilya diatas payudara Mbak Inem, ia meremas dan sesekali memilin puting Mbak Inem.

Keduanya tampak begitu menikmati perzinahan mereka, seakan mereka sudah tidak lagi perduli dengan ancaman dosa yang saat ini tengah membayangi keduanya, yang mereka inginkan saat ini hanya sebuah kepuasaan batin.

"Ray... Aahkk... Terus sayang... Aaahkk..." Lenguh Mbak Inem, tubuhnya yang bermandikan keringat tampak terhentak-hentak menerima setiap sodokan kasar kontol Rayhan yang tengah berada diatasnya.

Jemari kiri Rayhan membelai kepala Mbak Inem, ia menatap wajah Mbak Inem yang tampak merona merah. "Nikmat sekali memeknya Mbak... Sssttt... Aku gak perna bosan ngentotin Mbak Inem." Racau Rayhan, pemuda itu tampak senang sekali karena bisa menyetubuhi tetangganya itu kapanpun dia mau.

"Nafsu kamu gede... Tapi Mbak suka." Lirih manja Mbak Inem.

Rayhan memanggut bibir tetangganya itu, melumatnya sembari menjejalkan lidahnya ke dalam mulut Mbak Inem yang dengan gesit membelit lidah Rayhan, menyedotnya, hingga menelan air liur Rayhan yang memenuhi rongga mulutnya. Mereka berciuman sangat liar dan panas.

Telapak tangan Rayhan makin liar bergerilya diatas payudara Mbak Inem yang ranum. Ia memainkan putingnya yang telah membesar, memberinya stimulasi-stimulasi nikmat, yang membuat syahwatnya Mbak Inem kian terbakar.

Plooookss.... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss...

Plooookss.... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss...

Plooookss.... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss... Plooookss...


Suara hentakan kontol Rayhan yang menembus relung memek Mbak Inem terdengar semakin nyaring, seiring dengan cepatnya pinggulnya bergoyang maju mundur, maju mundur menyodok-nyodok memek Mbak Inem yang sudah sangat basah itu.

Sanking keras dan cepatnya, Mbak Inem di buatnya kelimpungan. Wanita berusia 33 tahun itu sudah tidak sanggup lagi, dorongan nafsunya begitu besar hingga akhirnya iapun orgasme.

Tubuhnya meliting-liting, kedua betisnya menegang dan pantatnya terangkat cukup tinggi. "Mbak dapat Ray.... Mbaaaak... Dapat..." Jerit Mbak Inem, matanya memutih dan wajah cantiknya memerah.

Sejenak Rayhan mendiamkan kontolnya, membiarkan Mbak Inem menikmati sisa-sisa orgasmenya.

Suasana yang tadinya di penuhi suara-suara erotis kini mendadak hening. Rayhan terpaku diam memandangi wajah cantik Mbak Inem yang bermandikan keringat tampak sayu. Entah kenapa ada kepuasan tersendiri setiap kali ia berhasil membuat wanita nya tergolek lemas setelah di hantam terpedonya.

"Kamu belum keluar juga Ray?" Tanya Mbak Inem.

Rayhan berbaring di samping Mbak Inem, sembari memeluk pinggang ramping Mbak Inem. "Gak apa-apa kok Mbak! Yang penting Mbaknya puas." Ujar Rayhan, sembari menatap lembut mata Mbak Inem.

"Sepertinya kamu butuh wanita lain Ray! Hihihi..."

"Emang Mbak Inem gak cemburu kalau aku ngentotin cewek lain?" Goda Rayhan, ia mencium lembut pipi merah Mbak Inem.

Mbak Inem menggelengkan kepalanya. "Mbak malah senang, itu artinya didikan Mbak berhasil." Canda Mbak Inem, Rayhan ikut tertawa, mengingat memang benar Mbak Inemlah yang mengajarkannya bagaimana cara merayu wanita.

"Kalau begitu aku harus mencobanya." Rayhan meraih dagu Mbak Inem dan kembali melumat bibir Mbak Inem dengan rakus, sebagai ungkapan terimakasih.

Tangan Mbak Inem meraih batang kemaluan Rayhan yang masih terasa kaku dan besar. Tubuhnya merinding setiap merasakan kontol Rayhan yang tidak hanya besar tapi sangat keras seperti batu. Dalam sekejap Mbak Inem kembali terbakar api birahi.

Syahwatnya menggebu-gebu, ia ingin kembali merasakan kejantanan Rayhan kembali mengobok-obok liang syurgawi miliknya.

Mbak Inem mendorong tubuh Rayhan hingga telentang, dengan cepat ia naik keatas selangkangan Rayhan, menuntun kontol Rayhan tepat berada di celah-celah bibir kemaluannya yang sudah sangat licin. Dengan perlahan kontol besar itu membela masuk ke dalam lobang memek Mbak Inem.

"Aahkk... Sekarang giliran Mbak." Racau Mbak Inem.

Kedua tangan Mbak Inem menggenggam kedua tangan Rayhan, ia meletakkan tangan mereka tepat di samping kepala Rayhan, membuatnya seakan-akan terlihat sedang memperkosa Rayhan. Sembari memandangi wajah polos Rayhan, Mbak Inem mulai menggerakan tubuhnya dengan perlahan.

Rayhan memejamkan matanya, menikmati permainan liar Mbak Inem yang tengah naik turun diatas selangkangannya. Harus diakui permainan Mbak Inem sungguh luar biasa, tidak heran kalau Rayhan sampai ketagihan menikmati goyangan erotis dari seorang wanita secantik Mbak Inem.

Sesekali Mbak Inem juga meliukkan pinggulnya, maju mundur, dan sesekali melakukan gerakan memutar membuat kontol Rayhan seakan di peras oleh dinding kemaluannya yang menjepit erat kontol Rayhan.

"Oughk... Mbak! Aaahkk..." Lenguh Rayhan.

Gerakan tubuh Mbak Inem semakin liar, seiring dengan gairahnya yang kian memuncak. Rasa nikmat yang tidak pernah ia dapatkan dari Suaminya kini ia dapatkan dari Rayhan. "Aaahkk... Aaahkk... Ray! Aaahkk... Oughk... Sssttt... Aaahkk... Aaahkk..." Desah Mbak Inem, wajahnya mendongak keatas, dan jemarinya semakin erat memeremas jemari Rayhan.

Tidak mau tinggal diam, Rayhan juga ikut menggerakan pinggulnya, menusuk keatas menyambut lobang memek Mbak Inem yang membuat tubuh indah Mbak Inem telonjak-lonjak.

"Aku dapaaaat sayaaaaang..." Jerit Mbak Inem.

Tubuh indahnya melejang-lejang, dan wajah cantiknya sampai mendongak keatas. Untuk kesekian kalinya Mbak Inem di buat orgasme oleh Rayhan, membuat tubuh indahnya terasa remuk, setelah menerima orgasme ke empat kalinya sore ini.

Rayhan yang merasa sudah waktunya mengakhiri permainan mereka, segera memposisikan tubuh Mbak Inem menungging.

Dengan pasrah Mbah Inem menuruti permintaan Rayhan. "Ayo Ray! Mbak sudah siap..." Goda Mbak Inem, sembari menggoyangkan pantatnya.

Plaaak... Plaaaak... Plaaak...

Beberapa kali Rayhan menampar pantat Mbak Inem, meremasnya hingga meninggalkan bekas merah di pantat semok Mbak Inem.

"Aku masukan sekarang ya Mbak." Kata Rayhan.

Sembari mencengkram kedua pinggul Mbak Inem, Rayhan mendorong masuk kontolnya ke dalam lobang memek Istri tetangganya itu. Wajah Rayhan tampak meringis, menikmati sensasi jepitan memek Mbak Inem yang tengah memeluk erat batang kemaluannya.

Dengan gerakan perlahan pinggul Rayhan bergerak maju mundur, menusuk-nusuk lobang memek Mbak Inem hingga mentok.

Lima menit kemudian Rayhan mulai merasakan aliran darahnya yang berkumpul di satu titik kemaluannya yang membuat kontolnya kian terasa panas. Setelah beberapa kali hentakan akhirnya Rayhan bisa menuntaskan birahinya. Sembari membenamkan kontolnya, ia menembakkan amunisinya ke dalam rahim Mbak Inem.

Tubuhnya bergetar sesaat seiring dengan semburan lahar panasnya. Croooottss... Croootss... Croootss. "Oughk... Enak banget Mbak." Racau Rayhan.

Ploooopss...

Rayhan mencabut kontolnya dari dalam memek Mbak Inem, tampak lelehan spermanya mengalir keluar, mentes hingga jatuh kelantai.

Mereka mengakhiri cumbuan siang ini dengan berpelukan mesrah.

*****

Sementara itu di rumah kediaman KH Sahal, tampak ia kedatangan tamu penting, yaitu Pak Sobri dan Daniel. Mereka tengah membahas rencana mereka yang ingin segera menyingkirkan KH Hasyim dari posisinya saat ini sebagai pemimpin pesantren Al-fatah. Di tambah lagi, pemilu sudah semakin dekat, Pak Sobri khawatir kalau nanti partainya mengusung KH Hasyim sebagai calon Bupati, mengingat elektabilitas KH Hasyim masih sangat tinggi ketimbang dirinya.

Di tambah lagi kejadian semalam semakin membuat mereka makin khawatir. Beruntung malam itu Daniel dengan cepat membantu pria bertopeng untuk melarikan diri sebelum yang lainnya memergoki mereka.

Seandainya saja malam itu pria bertopeng berhasil di tangkap, bisa-bisa rencana mereka makin berantakan.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" Tanya KH Sahal, ia menatap serius kearah Daniel dan Pak Sobri yang juga tampak tegang.

Pak Sobri menghela nafas. "Secepatnya kita harus menyingkirkan KH Hasyim, dengan cara apapun." Usul Pak Sobri. Ia tidak yakin kalau rencana mereka untuk membuat KH Hasyim mundur dengan sendirinya akan berhasil.

"Apa pendapat kamu Dan?" Tanya KH Sahal.

"Benar apa kata Pak Sobri, kita harus segera menyingkirkan KH Hasyim, setidaknya dengan begitu kita bisa maju satu langkah." Jawab Daniel.

"Tapi bagaimana caranya? Menjebloskan KH Hasyim ke penjara? Sama saja saya menggali lobang kuburan sendiri." Keluh KH Sahal.

"Akhir-akhir ini sudah banyak yang mengeluhkan ke pemimpinan KH Hasyim, mungkin kita bisa mulai dengan menggalang suara untuk meminta KH Hasyim turun dari jabatannya sebagai pemimpin pesantren." Usul Pak Sobri kepada mereka.

Daniel mengangguk sembari menatap KH Sahal. "Saya akan mencoba membujuk beberapa Ustad dan Ustadza untuk mendukung rencana itu." Ujar Daniel sepakat.

"Bagaimana dengan Ustadza Farah, apa dia sudah berhasil menaklukkan KH Shamir?"

KH Sahal menggelengkan kepalanya. "Sepertinya tidak muda untuk membuat KH Shamir tergoda oleh Ustadza Farah." Keluh KH Sahal, ia tidak menyangkah kalau KH Shamir bisa bertahan sampai detik ini untuk tidak tergoda dengan menantunya.

"Tapi cepat atau lambat, kita pasti bisa membuat KH Shamir berada di barisan kita." Ucap Pak Sobri penuh keyakinan. "Bagaimana dengan Haja Laras Daniel?"

Daniel tersenyum. "Aku sudah berhasil menaklukannya Pak! Hanya perlu sedikit waktu lagi untuk membuatnya berada di barisan kita." Pengakuan Daniel membuat Pak Sobri dan KH Sahal tampak senang, karena bagaimanapun juga sosok Haja Laras sangat di butuhkan untuk melancarkan rencana mereka.

Mereka kembali membahas lanjutan rencana mereka untuk menyingkirkan KH Hasyim, karena sosok KH Hasyim sangat vital bagi mereka untuk mencapai mimpi mereka. Seperti yang sudah di ketahui, mereka bertiga memiliki mimpi masing-masing.

KH Sahal sangat ingin menjadikan pesantren Al-fatah menjadi pusat penyebaran aliran Al-Qiyadah, yang dulu pernah di perjuangkan oleh Mertuanya, orang tua dari Haja Irma. Tapi sayangnya, belum sempat Al-Qiyadah berkembang, aliran tersebut harus bubar setelah mendapat titel sebagai aliran sesat.

Sementara Pak Sobri sangat berambisi menjadi orang nomor satu di kabupaten Durian. Dan satu-satunya pesaing beratnya adalah KH Hasyim. Selain itu ia juga tergiur untuk menjadikan para Ustadza dan Santriwati pesantren Al-fatah sebagai pion untuk mempermuda rencananya dalam menaklukan orang-orang penting yang ada di kabupaten Durian.

Sedangkan Daniel, sebagai seorang pengedar narkoba dan mucikari, ia juga membutuhkan tempat yang aman untuk di jadikan markasnya. Membantu KH Sahal dan Pak Sobri akan menjadi keuntungan tersendiri baginya dalam menjalankan bisnis elegalnya.

*****




Laras

21:00

Di dalam sebuah kamar tampak seorang wanita berhijab tengah terbaring lemas diatas tempat tidurnya tanpa memakai sehelai pakaian kecuali jilbabnya yang menutupi rambutnya. Tak jauh dari tempat tidurnya, terdapat beberapa helai pakaian yang berserakan diatas lantai, menandakan kalau dirinya baru saja bercinta dengan seorang pria.

Daniel duduk bersandar diatas tempat tidurnya, sembari memeluk, merangkul Laras yang tampak manja memeluk tubuh Daniel.

"Bagaimana rasanya yang barusan Amma? Enak?" Goda Daniel, tampak Laras tersipu malu mendengarnya.

Ia mengangguk lemah. "Enak banget Dan! Sepertinya Amma benar-benar ketagihan sama kamu." Jawab Laras malu-malu, mengakui betapa ia menikmati perzinahan terlarang mereka.

"Amma masih maukan, ngentot sama saya?" Tanya Daniel.

"Tentu saja, kenapa kamu bertanya seperti itu sayang? Bukankah Amma sudah menjadi budak seks kamu." Lirih Laras, mengingat dirinya kini memang telah resmi menjadi budak seks keponakannya tersebut.

"Kalau begitu Amma maukan menuruti semua perintah saya?" Daniel membelai lembut wajah Laras yang tampak memerah.

Laras kembali tersenyum. "Tentu saja, apapun perintah dari kamu, akan Amma turuti." Jawab Laras, ia meraih batang kemaluan Daniel, menggenggamnya dan mengurutnya dengan perlahan.

"Apa Amma pernah dengar tentang aliran Al-jamak? Yang sekarang di kenal dengan aliran Al-Qiyadah."

Laras terdiam sejenak, rasanya ia sangat familiar dengan aliran tersebut. "Bukannya itu aliran sesat?" Tanya Laras memastikan.

"Saya salah satu penganut aliran tersebut Amma?"

"Apa?" Kaget Laras. "Dari mana kamu belajar aliran tersebut Dan? Setau Amma aliran tersebut sudah di larang oleh pemerintah."

Daniel mendekatkan wajahnya kewajah Laras, lalu ia melumat lembut bibir Laras. "Saya mempelajarinya di pesantren ini Amma." Jemari Daniel membelai paha Laras, terus naik keselangkangan Laras. "Kalau benar Amma budak saya, seharusnya Amma bersedia menjadi bagian dari Al-Qiyadah, dan membantu Al-Qiyadah semakin berkembang." Tegas Daniel.

Laras terdiam membisu ia tidak tau haruskah ia menjadi pengikut aliran Al-Qiyadah.

Bagaimanapun juga aliran Al-Qiyadah sudah di anggap sesat oleh pemerintah maupun pemuka Agama. Ancaman menjadi penganut Al-Qiyadah tidak main-main, bagi mereka yang tetap menganut aliran tersebut akan di penjara, setidaknya lima tahun penjara.

"Bagaimana Amma?" Bisik Daniel.

Laras tampak ragu bergabung menjadi penganut Al-Qiyadah. "Amma tidak yakin Dan." Lirih Laras, hati kecilnya jelas menolak menjadi bagian Al-Qiyadah, mengingat dirinya juga sangat mengetahui betapa sesatnya ajaran tersebut.

Saat aliran tersebut pertama kali muncul di permukaan, Laras salah satu yang menentang aliran tersebut, bahkan ia sampai membeli kitab-kitab aliran Al-Qiyadah untuk ia pelajari. Saat membaca kitab tersebut, Laras sampai merinding, ia tidak menyangkah kalau aliran tersebut bisa ada di muka bumi ini.

Dari yang ia ketahui, aliran tersebut lebih menuhankan sex bebas. Bahkan cara beribadah merekapun juga aneh, karena saat beribadah mereka harus dalam keadaan telanjang bulat.

"Kenapa Amma ragu-ragu? Kalau menjadi pengikut Al-Qiyadah, Amma bisa merasakan kontol saya setiap hari loh? Apa Amma sudah tidak menginginkan kontol saya lagi?" Goda Daniel, ia tau percis apa yang harus ia lakukan untuk membujuk Laras.

Laras menatap diam wajah Daniel. "Saya ikut kamu aja Dan." Jawab Laras menyerah, toh dirinya sudah memutuskan untuk menjadi budak Daniel.

"Ini baru budak saya.!" Daniel mendorong jemarinya masuk ke dalam lobang memek Laras. "Saya yakin Amma tidak akan menyesal memilih aliran Al-Qiyadah, karena hanya Al-Qiyadah yang mengerti apa yang di inginkan seorang wanita." Bisik Daniel, sembari mengorek-ngorek lobang kemaluan Laras.

"Aahkk... Daniel... Ssstt... Terus Dan..." Desah Laras.

Daniel memposisikan dirinya berada diatas tubuh Laras, ia mengangkat kedua kaki Laras keatas pundaknya sembari menggesek-gesekkan kontolnya yang sudah ireksi maksimal di kemaluan Laras. "Panggil saya Tuan." Perintah Daniel.

"Tuaaan... Zinahi saya..." Rintih Laras.

Dengan perlahan kontol Daniel menyeruak masuk ke dalam lobang memek Laras, ia memompa memek Laras yang sudah sangat basah itu. Ploooksss... Plooookss... Plooookss... Semakin lama sodokan Daniel semakin cepat, membuat Laras melayang keenakan.

Telapak tangan Daniel meraih buah dada Laras, ia membelainya, memainkan puting Laras yang tampak mencuat besar.

Kedua jari Daniel tampak sibuk memelintir puting Laras, menarik-nariknya dengan gemas.

"Aaahkk... Aaahkk... Aaahkk..." Desah Laras.

"Al-Qiyadah menghalalkan zinah, bahkan mewajibkan untuk berzina... Apakah Amma bersedia melakukan zinah?" Tanya Daniel sembari menyetubuhi Tantenya itu.

Dalam keenakan Laras menganggukkan kepalanya. "Amma bersedia Tuaaan... Aahkk... Aaahkk... Amma janji akan mengikuti semua perintah yang ada di kitab Al-Qiyadah...." Jawab Laras di tengah-tengah desahan erotisnya.

"Selamat bergabung Amma..." Bisik Daniel.

Daniel semakin mempercepat sodokannya, bagaikan mesin jahit yang menusuk-nusuk tajam. Tubuh Laras menggeliat nikmat, sungguh ia bersedia melakukan apapun demi mendapatkan surga duniawi yang di tawarkan oleh Daniel.

Cukup lama mereka bercinta hingga akhirnya mereka berdua secara bersamaan mencapai puncak kenikmatan birahi.

Malam ini resmi sudah Laras menjadi bagian dari Al-Qiyadah, ia telah berjanji setia kepada Al-Qiyadah dan rela meninggalkan semuanya hanya demi lendir kenikmatan yang bersifat sementara.

*****




Aziza

Berulang kali Elliza mencoba memejamkan matanya, tapi dirinya tak kunjung tidur, padahal jam di dinding kamarnya sudah menunjukan pukul dua belas malam. Berbagai cara sudah ia lakukan agar matanya cepat lelah dan segera beristirahat.

Dari membaca buku, mengulangi hafalan, hingga menonton film, tapi usahanya sia-sia saja.

Beberapa kali Elliza tampak mendesah pelan, bayang-banyangan dirinya di gangbang di dalam kamar pos satpam seakan tidak mau hilang. Semenjak kejadian yang terakhir itu, Elliza selalu terbayang tentang dirinya yang melayani mereka dengan sepenuh hati, dan bayangan itu kini selalu menghantuinya.

Elliza tidak bisa melupakan betapa nikmatnya ketika kontol-kontol mereka memasuki rongga mulutnya, lobang memeknya, hingga lobang anusnya. Sehingga wajar saja kalau kini tubuhnya menuntut untuk kembali merasakan kenikmatan tersebut.

Elliza meraih HP-nya membuka aplikasi galeri yang ada di hpnya. Jemarinya tampak gemetar ketika mengklik sebuah album foto rahasia miliknya.

"Ya Allah, apakah benar ini diriku?"

Matanya sayu memandangi foto-foto seksi dirinya yang ada di galeri hpnya.

Di sana ia terlihat begitu binal dan nakal dengan pakaian yang terlihat sangat seksi. Bahkan ada foto dirinya yang sedang mengoral kontol mereka, hingga saat dirinya di sandwich oleh mereka.

"Ughkk..." Memek Elliza mulai terasa berkedut-kedut.

Wanita Soleha itu merebahkan tubuhnya diatas tempatnya. Di saat tangan kanannya sibuk menscroll foto-foto dirinya yang sedang di setubuhi oleh satpam pesantren, tangan kirinya sibuk menarik celana piyama yang ia kenakan.

Saat jemarinya membelai selangkangannya, Elliza dapat merasakan memeknya yang sudah basah.

"Ssttt... Aaahkk... Kenapa aku merindukan kalian Pak." Rintih Elliza tak tahan. Ia menggosok-gosok kemaluannya dari luar celana dalam berwarna merah muda yang ia kenakan saat ini.

Birahi Elliza kian menggelegak ketika matanya memandangi sebuah foto dirinya yang sedang di anal oleh Pak Girno. Membuat dirinya kembali teringat bagaimana ia menjerit keenakan ketika kontol Girno mengaduk-aduk lobang anusnya.

Wajahnya tampak meringis saat melihat slide foto selanjutnya, yang memperlihat lobang anusnya yang tampak membesar setelah di anal oleh Pak Girno.

Lobang anusnya yang telah rusak itu malah terlihat indah di mata Elliza. Tidak ada penyesalan sama sekali, bahkan ia ingin memiliki lobang anus yang lebih besar lagi dari apa yang ia miliki saat ini.

Karena sudah tidak tahan lagi, Elliza segera menanggalkan pakaiannya satu persatu hingga ia telanjang bulat.

Sejenak ia mengulum jemarinya sembari membayangkan dirinya yang tengah menghisap kontol mereka satu persatu, seperti yang ia lakukan beberapa hari yang lalu. Setelah jemarinya cukup basah, Elliza mengarahkan jemarinya kebibir kemaluannya, membelainya dengan lembut.

Tubuh indah Elliza melejang nikmat, matanya merem melek ketika jemarinya membelai bibir kemaluannya.

Dengan gerakan nakal jemarinya membelai clitorisnya yang membengkak, sesekali kedua jarinya menjepit clitorisnya sembari membayangkan clitorisnya tengah di gigit oleh mereka. Bayangan-bayangan beringas wajah mereka ketika memperkosa dirinya membuatnya kian melayang.

"Oughk... Aaahkk... Aaahkk..." Erang Elliza.

Dengan kedua jarinya ia menusuk lobang memeknya, mengorek-ngorek liang senggamanya yang semakin basah oleh cairan cintanya.

Tidak hanya maju mundur, sesekali ia memutar jarinya dari dalam memeknya. Wajahnya mendongak keatas dengan mata merem melek. Tubuh indahnya berdesir nikmat, kedua kakinya melejang-lejang, bergetar nikmat dengan nafas memburu.

"Oughk..." Elliza melolong panjang, pantatnya terangkat dengan hentak-hentakan keras seiring dengan semburan cairan cintanya.

Creeettss.... Creeettss... Creeettss...

Seeeeeeeerrrrrr....


"Aahkk... Aaahkk... Aaahkk..." Desah Elliza.

Tubunya bergetar hebat, merasakan nikmatnya orgasme yang baru saja ia dapatkan dari permainan jarinya. Perlahan orgasmenya mulai meredah seiring dengan nafasnya yang mulai teratur. Orgasme barusan setidaknya bisa sedikit mengurangi kegelisahannya, walaupun harus di akui, di perkosa oleh satpam pesantren jauh lebih nikmat ketimbang jemarinya.

Elliza kembali membuka hp miliknya, sejenak ia terdiam sebelum akhirnya ia memilih membeli salah satu produk yang dijual di online shop.

*****



Zaskia

06:35
Zaskia tampak sibuk menyiapkan sarapan pagi berupa nasi goreng kari spesial. Selagi Zaskia sibuk menyelesaikan masakannya, Rayhan diam-diam memandangi Kakak Iparnya. Jujur semenjak kejadian dua hari yang lalu, di mana ia tidak sengaja menyetubuhi Kakaknya, hubungan mereka kini terasa sedikit canggung, tidak seperti biasanya.

Ada rasa bersalah dan takut di hati Rayhan, ia khawatir Kakaknya kembali cuek kepada dirinya. Walaupun kekhawatiran Rayhan sama sekali tidak mendasar, karena sikap Zaskia kepada Rayhan tetaplah sama, wanita cantik itu tetap baik kepadanya bahkan masih rutin membangunkannya.

Hanya saja kini tidak ada drama seperti biasanya, lebih tepatnya Rayhan yang kini merasa canggung kepada Zaskia membuat sikapnya sedikit berubah.

"Adek... Ni sarapannya?" Panggil Zaskia.

Rayhan kembali merasakan ketidaknyamanan dihatinya setiap kali berada di dekat Zaskia. "I-iya Kak, terimakasih."

"Dari tadi Kakak panggil gak jawab-jawab, kamu lagi ngelajor ya?"

"Ngelajor?" Bingung Rayhan.

"Ngelamun jorok, hihihi..." Zaskia tertawa renyah, membuat suasana sedikit mencair.

Rayhan menggaruk-garuk kepalanya tidak gatal. "Kirain apaan tadi." Rayhan ikut tertawa mendengar jawaban Zaskia.

"Kamu kenapa Dek? Dari kemarin Kakak lihat kamu sering bengong, nanti kesambet lo..."

"Gak apa-apa kok Kak."

Zaskia menarik nafas perlahan sembari memperhatikan Adiknya yang sedang makan. Tanpa di jelaskan Rayhan pun, Zaskia tentu tau apa penyebab Adiknya yang akhir-akhir ini menjadi lebih pendiam dari biasanya.

Sebenarnya bukan hanya Adiknya yang shock atas kejadian beberapa hari yang lalu, dirinyapun juga tidak menyangkah bisa terjadi seperti itu.

Tetapi walaupun begitu Zaskia sama sekali tidak marah kepada adiknya. Bagi Zaskia kejadian kemarin hanyalah sebuah kecelakaan yang tidak di sengaja, bisa di bilang itu sebuah kecelakaan yang menyenangkan, sehingga tidak ada alasan bagi Zaskia untuk marah, apa lagi sampai membenci Adiknya.

"Kalau kamu lagi ada masalah, jangan ragu cerita sama Kakak." Zaskia melahap perlahan makanannya kedalam mulutnya.

Rayhan mengangguk patuh. "Iya Kak, aku pasti cerita kok." Jawab Rayhan sembari melanjutkan makannya.

"Di rumah ini kita hanya berdua, cuman ada kamu dan Kakak. Keterbukaan itu sangat penting, kalau bukan sama Kakak, kamu mau cerita sama siapa lagi? Masak kamu lebih percaya sama temen kamu dari pada Kakak." Rutuk Zaskia, Rayhan hanya diam saja.

"Iya Kak..."

"Kamu sudah punya pacar belum Ray? Atau ada cewek yang kamu suka?" Pertanyaan Zaskia yang tiba-tiba membuat Rayhan sampai tersedak.

Buru-buru Zaskia memberikan segelas air putih kepada Adiknya.

"Pertanyaan Kakak ada-ada aja deh..." Rutuk Rayhan.

Zaskia tertawa renyah. "Emang ada yang salah dengan pertanyaan Kakak? Kamu itu sudah besar Dek, wajar kok kalau kamu tertarik dengan lawan jenis." Ucap Zaskia sembari mengedipkan matanya.

"Emang aku di bolehin pacaran Kak?"

"Kalau menurut agama jelas tidak boleh dek, kamu juga pasti sudah taukan." Ujar Zaskia. "Tapi, kalau Kakak gak masalah kalau kamu mau pacaran, asal jangan kebablasan aja." Sambung Zaskia menasehati Rayhan yang menurutnya sudah sewajarnya kalau ia ingin memiliki kekasih.

"Kebabblasan gimana Kak?"

"Jangan sampe kamu melakukan zina? Itu dosa besar dek... Kecuali..." Zaskia dengan sengaja menggantung kalimatnya untuk memancing keingintahuan Rayhan.

Dan umpannyapun di makan Rayhan. "Kecuali apa Kak."

"Kecuali tidak sengaja." Zaskia tersenyum penuh arti menatap Rayhan. "Seperti yang kita lakukan kemarin dek." Sambung Zaskia di dalam hati.

"I-iya Kak." Jawab Rayhan salah tingkah.

Sembari menyantap sarapan, berulang kali Zaskia menanyakan sosok wanita yang saat ini di sukai Rayhan, tapi sayangnya pemuda itu tidak kunjung mengatakannya dan selalu mengelak kalau ia tidak menyukai siapapun. Padahal Zaskia sangat berharap kalau dirinyalah yang di sukai oleh Adik iparnya itu.

Terkadang Zaskia merasa dirinya kini sudah benar-benar gila, bagaimana mungkin ia menyukai Adik iparnya sendiri. Tetapi Zaskia juga tidak dapat memungkiri kalau sosok Rayhan dengan perlahan mulai menggantikan sosok Suaminya di hatinya saat ini.

Selepas sarapan, Rayhan pamit ke kamar mandi untuk buang air kecil, pemuda itu bergegas menuju kamar mandi. Saat hendak mengunci pintu kamar mandi, Rayhan kaget karena tidak menemukan pengait untuk mengunci pintu kamar mandi, padahal tadi pagi saat ia mandi, pengait pintu tersebut masih ada.

Rayhan yang tidak terlalu memperdulikan kemana perginya pengait pintu kamar mandinya bergegas membuka celananya.

Seeeeeeeerrrrrr.....

"Adeeeek...." Tiba-tiba dari belakang Zaskia menjerit melihat Rayhan yang sedang buang air kecil.

Rayhan yang kaget buru-buru merapikan celananya, karena kencingnya belum usai, alhasil celannya kecipratan air kencingnya sendiri. Zaskia yang melihat kejadian tersebut malah tertawa geli melihat sikap Adiknya yang tampak kaget melihat kehadirannya.

"Iiisstt... Kakak ngagetin aja." Protes Rayhan.

Zaskia melipat kedua tangannya diatas dadanya. "Ooh... Jadi menurut kamu Kakak yang salah, kamu yang gak ngunci pintu kamar mandi, tapi Kakak yang di salahkan?" Omel Zaskia sembari mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Jadi basah kan Kak."

Zaskia tiba-tiba berlutut di depan Rayhan. "Sini buka dulu celananya?" Jemari lentik Zaskia melepas pengait celana Rayhan, lalu dengan perlahan ia menarik turun celana sekolah Adiknya, berikut dengan dalaman yang di kenakan adiknya.

Zaskia menatap sayu kearah kontol Rayhan dalam kondisi setengah tegang.

Sementara Rayhan hanya diam membisu menatap tak percaya kearah Zaskia yang rela berlutut di lantai demi membuka celananya. Pemuda itu mendadak tegang melihat apa yang di lakukan oleh Kakak Iparnya yang begitu berani.

Ternyata tidak sampai di situ saja, Zaskia menggenggam kontol Rayhan, lalu dengan perlahan ia memijit kemaluan Rayhan.

"Kalau habis kencing itu di cuci Dek, air kencing kan najis." Nasehat Zaskia, sembari mengocok kontol Adiknya yang tampak memerah.

Rahang pemuda itu tampak mengeras, terutama ketika jemari halus Zaskia membelai kepala kontolnya. "Ssttt... Iya Kak! Aaahkk... Maaf." Lenguh Rayhan keenakan di oral oleh Kakak Iparnya.

Cuiih... Zaskia meludahi kontol Rayhan. "Gak ada air, pake air luda Kakak aja gak apa-apa ya?" Zaskia menatap wajah Rayhan yang tampak tegang.

"Iya Kak, gak apa-apa." Sanking bersyahwat nya, suara Rayhan sampai bergetar.

Sedikit tersenyum, Zaskia mencium kontol Rayhan dan kemudian apa yang di lakukan Zaskia membuat lutut Rayhan terasa lemas.

Sungguh Rayhan tidak menyangkah kalau Kakaknya akan dengan terang-terangan mengulum kontolnya, karena biasanya dirinyalah yang memancing Kakaknya terlebih dahulu, dan pagi ini secara mengejutkan tanpa ia pancing Zaskia mau melakukannya dengan alasan yang sungguh tidak masuk akal.

Tepat di samping mereka terdapat bak mandi yang terisi penuh oleh air.

"Aaahkk... Sssttt..." Desah Rayhan.

Zaskia tampak semakin bersemangat mengulum kontol Adiknya, sesekali ia menyedot kuat kontol Rayhan seakan ingin menelan kontol Rayhan, dan sesekali ia menggetarkan bibirnya, membuat tubuh Rayhan merinding dibuatnya.

Kuluman Zaskia sangat profesional, seakan-akan ia sudah biasa memanjakan kontol lawan jenisnya. Padahal Rayhan adalah pria pertama yang pernah mendapatkan servis langsung dari mulutnya. Karena Zaskia selalu menolak melakukannya setiap kali Suaminya meminta.

Sejujurnya Zaskia sendiripun tidak menyangkah kalau dirinya semakin hari semakin liar seperti saat ini, apa mungkin karena ia sudah lama tidak mendapat jatah dari Suaminya? Atau jangan-jangan memang dirinya haus akan kontol Rayhan.

Rayhan yang menyadari kalau Kakaknya mulai kelelahan segera mengambil alih permainan. Sembari memegangi kepala Zaskia, Rayhan menggerakan pinggulnya maju mundur, menyodok-nyodok mulut Zaskia dengan sedikit kasar.

"Kak.... Aaahkk..." Lolong Rayhan, tubuhnya gemetar seiring dengan lahar panasnya yang menyembur keluar.

Croooootttssss... Croooootttssss... Croooottss...

Rayhan menumpahkan spermanya ke dalam mulut Zaskia, yang dengan suka rela menelan sperma Rayhan yang berada di dalam mulutnya. Sungguh Zaskia sangat ketagihan dengan rasa sperma Rayhan, sperma yang sangat ia rindui.

Sejenak suasana mendadak hening, Rayhan tertegun dengan apa yang barusan mereka lakukan, sementara Zaskia tengah menikmati sisa-sisa sperma Adiknya.

"Ya... Gamis Kakak ikut basah deh." Rutuk Zaskia tiba-tiba sembari berdiri. "Gara-gara kamu ni Dek." Omel Zaskia, pura-pura marah.

"Maaf Kak."

Zaskia berdiri, dan apa yang di lakukan Zaskia kembali membuat Rayhan terdiam. Di hadapannya Zaskia menanggalkan gamisnya, menyisakan sepasang dalaman berwarna merah maroon. Tidak sampai disitu saja, Zaskia dengan santainya melepas pengait branya, dan melepaskannya di hadapan Rayhan.

Mata Rayhan membeliak, menatap payudara Kakak Iparnya yang ranum indah seperti buah melon, yang membulat sempurna. Putingnya yang kemerah-merahan seakan mengundangnya untuk mencaploknya, mengulumnya, dan menjilatinya.

Zaskia berbalik menghadap kearah pintu kamar mandi. "Bantuin Dek..." Tegur Zaskia, yang membuat kesadaran Rayhan kembali.

"Bantu apa Kak?" Gugup Rayhan.

"Bukain celana dalam Kakak, kena najis gara-gara kencing kamu..." Omel Zaskia, seakan apa yang ia minta bukan sesuatu yang luar biasa. Tetapi tidak dengan Rayhan. Pemuda itu terlalu shock dengan permintaan dari Kakak Iparnya.

Buru-buru Rayhan berlutut di depan pantat Zaskia, dengan tangan gemetar, jemari Rayhan menarik celana dalam Zaskia. Dengan perlahan nampak di hadapannya pantat Zaskia yang montok putih mulus, sanking mulusnya bahkan lalatpun akan terpeleset jika nekat hinggap di pantatnya.

Deg... Deg... Deg...

Debar jantung Rayhan kian kuat, bagaikan gendang yang di tabuh. Sejenak Rayhan tak bisa bernafas, tepat ketika wanita pujaan hatinya sedikit menungging tepat di depan wajahnya.

"Subhanallah..." Lirih Rayhan.

Matanya tidak berkedip memandangi bulatan pantat Kakaknya. Dari celah-celah selangkangan Zaskia, Rayhan dapat melihat bibir merah memek Kakaknya yang tampak licin dan basah, mengundang birahi pria manapun yang melihat nya.

Deruh nafas Rayhan kian tercekat tarkalah tangan kiri Zaskia menjulur kebelakang, membuka perlahan pipi pantatnya yang indah.

"Kak..."

Zaskia menoleh kebelakang dengan semburat merah di pipinya. "Bantuin buka Dek... Buka memek Kakak Dek" Tambah Zaskia di dalam hatinya.

Rayhan yang mendadak polos seakan tidak mengerti apa yang di inginkan Zaskia. Bukannya mencoba menyentuh memek Kakaknya, ia malah menarik kembali celana Zaskia hingga sebatas mata kaki Zaskia. Seakan memberi kode kepada adiknya, Zaskia sengaja tidak mengangkat kakinya, bahkan ia semakin mendekatkan pantatnya kearah wajah Rayhan.

"Ang... Angkat kakinya Kak?" Pinta Rayhan dengan suara gemetar.

Gigi Zaskia menggratak, ia sangat kesal dengan Adiknya yang tidak kunjung mengerti dengan apa yang dia mau. Dengan malas-malasan Zaskia mengangkat kakinya, membantu Rayhan melepas celana dalamnya, dan berharap setelah itu Rayhan akan memberikannya sebuah kejutan seperti biasanya.

Tapi yang terjadi pemuda itu malah hendak berdiri, membuat Zaskia makin kesal.

"Siniin dalamannya Dek." Zaskia menjulurkan tangannya di antara kedua kaki jenjangnya, membuat Rayhan urung berdiri.

Ia menyodorkan celana dalam Kakaknya. "I-ini Kak." Ujar Rayhan.

Zaskia menarik tangannya agak jauh, membuat Rayhan reflek mencondongkan tangannya ke depan mendekati tangan Kakaknya, membuat wajah Rayhan kian dekat dengan pantat Zaskia.

Zaskia yang semakin kesal meraih pergelangan tangan Adiknya, menariknya dan menahannya berharap Rayhan segera mengerti apa yang dia inginkan saat ini, mengingat wajah Rayhan kini benar-benar menempel di pantatnya. Bahkan ia dapat merasakan hembusan hangat nafas Adik iparnya.

Rasanya ingin sekali Zaskia meneriaki Adiknya, berharap adiknya segera melakukan apa yang dia mau. "Adek..." Panggil Zaskia.

Seakan tidak mengerti apa yang diinginkan Zaskia kepadanya, Rayhan hanya mematung, walaupun dorongan syahwatnya sudah menggebu-gebu. Seperti pria bodoh, Rayhan hanya diam sembari memandangi bibir kemaluan Zaskia yang begitu indah.

Kesabaran Zaskia sudah mendekati puncaknya, ingin rasanya berteriak di depan Rayhan, dan meminta adiknya itu untuk segera mencabulinya, seperti biasa yang di lakukan adiknya selama ini.

Kaki jenjang Zaskia menghentak, layaknya anak kecil yang tidak mendapatkan apa yang dia inginkan, sembari merampas celana dalamnya dengan cepat. "Adek bodoh." Umpat Zaskia, menatap Rayhan sembari menggembungkan kedua pipinya.

Rayhan memasang wajah datar, seakan-akan ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang diinginkan Kakak Iparnya, membuat Zaskia kian kesal.

"Bodoh... Bodoh... Bodoh... Bodoh..." Umpat Zaskia layaknya anak kecil yang tengah merajuk.

Kemudian ia segera keluar dari kamar mandi, berjalan menghentak menuju kamarnya. Pemuda itu tersenyum kecil memandangi Kakak Iparnya yang tampak merajuk setelah tidak mendapatkan apa yang di inginkan olehnya dari Adiknya.

******

9:35

Teng.... Teng... Teng...


Di kantin putra, tampak Rayhan berkumpul bersama teman-temannya sembari menyantap bakso mang Udin yang terkenal lezat di kalangan para santri putra maupun santri putri.

Pembahasan tentang sosok pria bertopeng seakan tidak ada habisnya. Aksi-aksi pria bertopeng yang selalu saja berhasil lolos dari sergapan pihak pesantren, membuat mereka bertanya-tanya. Bahkan isu tentang adanya seseorang yang melindungi pria bertopeng semakin keras berhembus.

"Gak mungkin dia bisa selalu lolos kalau gak ada yang nolongin." Geram Nico.

"Pasti ada yang membantu?" Celetuk Doni.

"Siapa? Jangan asal menudu." Potong Azril. "Kemarin itu katanya pria bertopeng sudah berhasil di ciduk oleh Ustad Daniel, cuman sayangnya Ustad Daniel lengah sehingga orang itu bisa kabur, bukan karena di bantu orang lain." Jelas Azril panjang lebar, tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi malam itu.

Rayhan terdiam mendengarnya. Ternyata isu tentang Ustad Daniel yang menangkap pria bertopeng sudah tersebar kemana-mana. Padahal yang sebenarnya terjadi, dirinyalah yang menangkap pria bertopeng, dan Ustad Daniel yang memaksa untuk menjaga pria tersebut, dan hasilnya pria itu berhasil kabur.

Karena isu tersebut nama Ustad Daniel semakin di kenal oleh warga pesantren, bahkan ia di anggap pahlawan, walaupun aksinya kemarin gagal.

Rayhan juga tidak mengerti kenapa isu itu bisa di hembuskan dan kenapa Ustad Daniel tidak memberitahu kejadian yang sebenarnya kepada orang lain. Sebenarnya apa yang di inginkan Ustad Daniel? Apakah dia sedang berusaha mendapatkan simpati warga pesantren?.

"Kalian yakin, Ustad Daniel bisa nangkap pria bertopeng?" Tanya Rayhan ragu. Haruskah ia memberitahu teman-temannya, kalau dirinyalah yang menangkap pria tersebut kemarin malam.

"Gak yakin si, tapi menurut orang-orang seperti itu." Doni menyeruput pelan es tehnya.

"Emang kenapa Ray?"

Rayhan mendesah pelan. "Kalau seandainya aku bilang kalau aku yang menangkap pria bertopeng itu, apa kalian percaya?" Tanya Rayhan, ia menatap satu persatu wajah temannya.

Azril tergelak mendengarnya. "Mana mungkin Ray! Kamu tidak akan mampu." Ujar Azril meremehkan sahabatnya sendiri.

"Aku dengar kemarin kamu yang memanggil yang lain untuk membantu Ustad Daniel?" Ingat Nico.

"Tentu saja aku percaya Ray." Tembak Doni, Nico mengangguk yakin. "Memang agak aneh sebenarnya, kalau memang Ustad Daniel bisa mengalahkan pria bertopeng, mana mungkin ia bisa kehilangan orang tersebut." Tambah Doni yang sebenarnya juga meragukan kebenaran tentang cerita Daniel.

"Cerita yang sebenarnya kayak apa si?" Cecar Nico.

Rayhan mulai menceritakan kejadian kemarin malam, di mana ia melihat pria bertopeng melompati pagar dari dalam rumah KH Sahal. Hingga terjadi perkelahian diantara Rayhan dan pria tersebut. Saat sudah berhasil mengalahkannya Daniel datang, lalu memintanya mencari bantuan. Dan yang terjadi selanjutnya pria tersebut berhasil melarikan diri.

Rayhan juga menyampaikan beberapa kejanggalan yang di rasa Rayhan agak aneh. Di mulai dari pria bertopeng yang berada di perkarangan belakang rumah KH Sahal, hingga kaburnya pria bertopeng dalam kondisi setengah sadar.

"Bagaimana cara orang itu bisa masuk keperkarangan rumah KH Sahal?" Heran Doni.

Nico mendengus pelan. "Apa mungkin pria itu menyelinap ke halaman rumah KH Sahal, lalu lari kebelakang untuk mencoba kabur." Nico mencoba menerka-nerka kejadian kemarin malam.

"Tidak mungkin." Celetuk Azril. "Satu-satunya akses untuk menyelinap kebelakang halaman rumah KH Sahal, harus melewati rumahnya terlebih dahulu." Jelas Azril, yang memang sudah beberapa kali berkunjung ke rumah KH Sahal, sehingga ia tau betul seperti apa kondisi rumah KH Sahal.

"Bisa saja ia menyelinap masuk kedalam rumah KH Sahal? Lalu lewat pintu belakang rumah KH Sahal untuk kabur." Ujar Doni.

"Bagaimana caranya? Setiap pintu dan jendela di pasang teralis, kecuali pemilik rumah yang mengizinkannya masuk." Ucapan Azril membuat yang lainnya terdiam, seakan mereka menemukan sebuah petunjuk baru.

"Ray kata kamu Pria itu sudah gak berdayakan? Kok bisa dia kabur? Anggaplah Ustad Daniel lengah hingga pria itu bisa kabur, tapi seberapa jauh pria itu bisa kabur dalam kondisi seperti itu? Aneh gak si..." Nico memaparkan kecurigaan.

"Satu-satunya jalan ada yang menyembunyikan pria tersebut." Lirih Rayhan.

"Tidak mungkin KH Sahal melakukan itu?" Azril meragukan tembakan teman-temannya, karena Azril juga sangat mengenal KH Sahal yang begitu baik selama ini kepada dirinya dan keluarganya.

"Untuk sementara kita simpan saja kecurigaan ini, setidaknya sampai kita menemukan bukti baru." Lerai Rayhan, ia juga tidak yakin kalau KH Sahal benar-benar ikut terlibat membantu pria bertopeng.

"Kamukan satu rumah dengan Ustad Daniel, coba kamu cari tau Zril, siapa tau nanti ada bukti baru tentang keterlibatan Ustad Daniel." Ujar Doni kepada Azril.

"Nanti aku coba cari tau."

*****



Farah

Sudah dua hari ini KH Shamir nyaris tidak bicara dengan menantunya. Kejadian hari itu membuat hubungan keduanya menjadi renggang. Walaupun begitu Farah tetap melayani KH Shamir, hanya saja kali ini terasa hanya formalitas saja.

Tentu kondisi ini membuat KH Shamir tidak nyaman, apa lagi mereka tinggal satu atap. Dan gara-gara masalah kemarin, KH Shamir juga menjadi tidak bebas bermain dengan cucunya.

Di saat ia tengah melamun, KH Shamir melihat Farah yang baru pulang sembari menggendong Aldi cucunya.

Sejenak mata mereka bertemu, kemudian Farah menundukan wajahnya dan berlalu pergi meninggalkan KH Shamir yang tengah duduk di sofa ruang keluarga. Di cueki menantunya, membuat KH Shamir merasa kehilangan sesuatu yang berharga.

"Aku harus bicara kepadanya." Lirih KH Shamir.

Ia beranjak dari sofa, menuju pintu kamar menantunya. "Nak Farah... Abi boleh masuk." Panggil KH Shamir, ia berharap Farah mau mengizinkannya.

"Masuk aja Bi."

Segera KH Shamir masuk ke dalam kamar anaknya, rasanya ia sudah lama sekali tidak masuk ke dalam kamar anaknya, bermain dengan cucunya.

KH Shamir melihat Farah yang sedang menepuk-nepuk pantat anaknya, menemani Aldi tidur siang. Farah sempat melihat KH Shamir, lalu membuang muka, seakan ia ingin memberitahu Mertuanya kalau saat ini ia masih marah kepada mertuanya.

"Aldi sudah tidur?" Tanya KH Shamir.

Farah menarik ujung jilbabnya kebawah, seakan hendak menutupi tonjolan payudaranya. "Belum, Mau Farah buatkan kopi." Sindir Farah, karena biasanya KH Shamir memanggilnya karena membutuhkannya.

"Abi lagi gak mau ngopi."

"Terus?"

KH Shamir menghela nafas, lalu duduk di samping menantunya. "Kamu marah sama Abi?" Bujuk KH Shamir mencoba berdamai dengan menantunya.

"Enggak..." Jawab Farah ketus.

"Astaghfirullah... Abi minta maaf ya Nak Farah, kalau ucapan Abi sudah melukai hati Nak Farah."

Farah menatap sedih kearah KH Shamir. "Minta maaf buat apa? Abi gak salah, Farah yang salah." Wanita soleha itu diam sebentar. "Farah salah karena berharap Abi mau menganggap Farah seperti anak Abi sendiri." Adu Farah, tampak sebening tetes air mata mengalir di kedua pipinya, membuat KH Shamir semakin merasa bersalah.

"Abi sudah menganggap Nak Farah seperti anak kandung Abi sendiri."

"Apa buktinya Bi?"

"Sekarang Nak Farah mau minta bukti apa sama Abi? Farah pengennya Abi seperti apa?" Tantang balik KH Shamir, ia benar-benar ingin menantunya percaya dengan ucapannya barusan.

"Tidak ada."

KH Shamir benar-benar di buat pusing oleh kelakuan Menantunya. "Abi janji, akan menuruti semua kemauan Nak Farah, asalkan Nak Farah tidak marah lagi." Bujuk KH Shamir.

"Farah cuman pingin Abi menganggap Farah seperti anak Abi sendiri." Lirih Farah.

"Tentu saja, Abi sudah menganggap Nak Farah seperti anak sendiri."

"Farah ingin di manja Bi..." Farah menundukan wajahnya. "Farah ingin Abi melihat Farah seperti Farah melihat Aldi." Sambung Farah, Shamir yang tidak begitu mengerti hanya mengangguk saja.

"Apapun yang kamu mau akan Abi turuti."

Farah menjulurkan jari kelingkingnya. "Janji."

"Janji." KH Shamir melingkarkan jari kelingkingnya di jari kelingking menantunya.

Farah tersenyum manis mendengarnya. "Terimakasih Bi, sudah mau menganggap Farah seperti anak Abi sendiri." Ungkap Farah senang.

Setelah dua hari mereka tidak saling menyapa, akhirnya KH Shamir bisa kembali merasa lega. Hati KH Shamir berbunga-bunga menatap senyuman manis di bibir menantunya. Ia merasa sangat senang bisa berbaikan dengan menantunya.

Tiba-tiba Aldi menangis, segera KH Shamir menggendong cucunya, menimang-nimang cucunya agar berhenti menangis.

Suasana yang tadinya normal, mendadak tegang tatkala Farah membuka kancing gamisnya. Ia mengeluarkan payudaranya, dan hendak menyusui anaknya yang sedang menangis.

Jantung KH Shamir berdetak tak beraturan ketika melihat payudara Farah.

"Sini sayang, mau nenen ya."

Saat Kh Shamir hendak menyerahkan Aldi ketangan Farah, tidak sengaja kulit keriputnya menyentuh payudara Farah, membuat bulu kuduk KH Shamir merinding, bahkan syahwatnya tiba-tiba saja muncul setelah merasakan kelembutan payudara menantunya.

Sejenak KH Shamir tertegun melihat Farah yang sedang netein cucunya.

"Cup... Cup... Cup..." Bujuk Farah.

Kedua tangan KH Shamir terkepal seraya memejamkan matanya. "Astaghfirullah.... Astaghfirullah... Astaghfirullah..." KH Shamir beristighfar di dalam hati.

"Lihat deh Bi, Aldi langsung diam tuh..." Pancing Farah.

KH Shamir tampak semakin salah tingkah. "I-iya Nak Farah... Hmm... Abi keluar dulu ya." Pamit KH Shamir, ia tidak akan tahan kalau terlalu lama melihat menantunya yanh sedang menyusui cucunya.

"Mau kemana Bi?"

"Mau balik ke kamar?"

Wajah Farah berubah cemberut. "Mau balik ke kamar, apa mau menghindar dari Farah Bi?" Sindir Farah, sembari menatap mata KH Shamir.

"Yaudah Abi tetap di sini." Ujar KH Shamir mengalah.

Mendengar jawaban mertuanya, membuat Farah kembali bisa tersenyum. Sementara Kh Shamir malah terlihat semakin gelisah, apa lagi ketika ia mulai menyadari kalau kemaluannya mulai mengeras di balik celana kain yang ia kenakan saat ini.

Bagaimanapun juga KH Shamir seorang laki-laki, dan sangat wajar kalau ia terangsang melihat sepasang pepaya muda milik menantunya yang sedang ranum-ranumnya itu.

Selama kurang lebih lima belas menit, KH Shamir harus tersiksa melihat menantunya menyusui, hingga akhirnya penderitaan birahi itu berakhir setelah cucu tersayangnya tertidur lelap.

"Akhirnya tidur juga." Lirih Farah, ia meletakan anaknya di dalam box.

"Aldi sudah tidur?"

Farah berbalik menghadap Mertuanya. "Sudah Bi." Farah tersenyum, dan tiba-tiba ia melepas gamisnya hingga jatuh kelantai, menyisakan pakaian dalamnya yang melekat di tubuhnya.

Bra yang tidak terpasang sempurna memperlihatkan keindahan payudaranya. Sementara di bawah perutnya, tampak memek Farah yang terbungkus kain segitiga berwarna putih yang tampak penuh, membuat KH Shamir yang melihatnya terkulai lemas.

Ternyata penderitaan nya belum berakhir, sekarang ia di suguhi pemandangan yang lebih ekstrim lagi, yang bisa membuatnya menjadi gila.

"Kenapa Bi?" Tanya Farah enteng.

KH Shamir menghela nafas. "Kamu mau ngapain Nak Farah?" Tanya KH Shamir keheranan.

"Mau ganti baju Bi, gerah..." Jawab Farah sembari menanggalkan celana dalamnya. Mata tua KH Shamir membeliak menatap pubik vagina menantunya yang tampak bersih.

KH Shamir sampai tidak bisa berkata-kata, tubuh indah Farah seakan menghipnotisnya. Sementara Farah sendiri sangat senang karena berhasil membuat Mertuanya yang alim itu mendadak menjadi pria tua yang cabul, yang suka menikmati kemolekan tubuh menantunya sendiri.

Tanpa beranjak sedikitpun, KH Shamir memperhatikan Farah yang berganti pakaian.

"Nak... Bapak keluar dulu ya." Bisik KH Shamir dengan gemetar.

Farah mengangguk. "Iya Bi, nanti kopinya Farah anterin ya Bi."

"I-iya..."

Dengan cepat KH Shamir pergi meninggalkan kamar menantunya, dengan perasaan campur aduk. Antara senang, dan perasaan berdosa yang menghantui dirinya. Berbeda dengan Farah, kali ini ia merasa misinya memiliki kemajuan yang signifikan.

Sembari memperhatikan tubuh telanjangnya di depan cermin, Farah tersenyum penuh kemenangan.

*****


Laras

19:45

Di kediaman KH Umar, tampak Istri berserta kedua anaknya tengah menikmati siaran televisi. Laras tenga duduk di ujung kiri sofa dengan posisi kaki selonjoran kearah Azril yang duduk di sisi ujung sofa lainnya, sementara Aurel tengah tengkurap diatas karpet.

Seperti biasanya, Azril sama sekali tidak menikmati tayangan yang ada di televisi, ia lebih tertarik memperhatikan gerakan kaki Ibu Tirinya, dan Adik kandungnya.

Diam-diam Azril menatap nanar kearah Aurel, dari atas lutut Aurel hingga ke pinggangnya. Ia sangat menikmati bulatan pantat Adiknya, dan sedikit mengintip karet celana dalam Aurel yang terlihat diantara pinggangnya yang ramping. Berulang kali Azril menelan air liurnya, menatap keindahan tubuh Adiknya.

Sesekali Azril juga melihat kearah Ibunya, berharap Ibunya menekuk lututnya, sehingga ia dapat melihat isi di balik daster yang di kenakan Laras.

Alam seakan tau apa yang di inginkan Azril, ketika pemuda itu beralih menatap Ibunya lagi, pada saat bersamaan Laras menekuk lutut kanannya, sehingga dasternya sedikit tersingkap. Mata Azril berbinar memandangi paha mulus Ibunya yang menggoda.

"Ya Allah kejam banget orang itu." Komentar Laras mengenai tayangan yang ada di tv.

"Kesel banget liat cowoknya Umi, bukannya belain malah diam." Sambung Aurel, hanya Azril yang tampaknya tidak perduli.

"Cowok lemah kayak gitu harusnya di tinggal aja."

Laras tampak geram dengan tingkah laku salah satu aktor pria yang ada di sinetron tersebut. Sanking kesalnya, ia tidak sadar kalau saat ini ia tengah menekuk kedua lututnya, memberikan tontonan yang sangat menarik bagi putranya yang saat ini mencuri pandang kearah selangkangannya.

Azril sampai kesulitan menelan air liurnya ketika matanya menangkap siluet celana dalam berenda berwarna ungu yang di kenakan oleh Laras.

Memek Laras yang gemuk, membuat celana dalam Laras terlihat penuh. Sungguh sebuah pemandangan yang tidak bisa di gantikan keindahannya dengan pemandangan apapun. Setidaknya itulah yang dirasakan Azril saat ini yang tengah mengagumi selangkangan Ibunya.

Dari sela-sela lipatan selangkangan Laras, Azril dapat melihat rambut kemaluan Ibunya yang menjuntai keluar, membuat adrenalinnya kian berpacu.

Layaknya anak remaja pada umumnya, sangat sulit bagi Azril untuk menutupi kekagumannya. Dari raut wajahnya sangat terlihat jelas kalau ia sedang bersyahwat terhadap Ibu tirinya.

"Zril... Liat apa kamu?" Tegur Aurel.

Dengan tatapan curiga gadis cantik itu memandangi saudaranya. Raut wajah Azril mendadak pucat pasi, ia sampai salah tingkah di buat Adiknya.

Tidak butuh waktu lama bagi Aurel untuk mengetahui apa yang sedang di lakukan oleh Saudaranya. Ia tersenyum sinis kearah Azril yang ketangkap basa berbuat asusila terhadap Ibu mereka sendiri. Aurel balik memandang Ibunya.

"Kenapa Dek?" Tanya Laras masih bingung.

Aurel kembali melihat Azril. "Daster Umi ke buka, ada yang ngintip tuh." Sindir Aurel, membuat Azril benar-benar mati kutu.

"Ngintip?" Laras melihat kearah Azril yang tertunduk lesu, lalu balik melihat posisi kakinya yang agak mengangkang. "Astaghfirullah..." Lirih Laras, sembari merapikan kembali dasternya yang agak kesingkap.

Bukan main malunya Azril karena ketangkap basa mengintip selangkangan Ibunya, apa lagi selama ini Azril di kenal sebagai anak yang baik. Dan anak baik itu malam ini dengan kurang ajarnya mencuri kesempatan mengintip selangkangan orang tuanya sendiri.

Azril memberanikan dirinya menatap Ibunya, hingga kedua mata mereka bertemu. Tampak seutas senyuman terukir indah di wajah Laras.

"Hati-hati Bun, ada pria cabul di rumah kita." Sindir Aurel pedas, bahkan jauh lebih pedas di bandingkan dengan cabe terpedas di dunia sekalipun.

Laras tidak mengubris ucapan Putrinya, ia kembali menonton tv seakan tidak terjadi apapun barusan. Sementara Azril hanya diam membisu, ingin sekali rasanya pemuda itu menghilang saja, sanking malunya yang di rasakan Azril saat ini.

Beruntung adegan di TV sedang seru-serunya, sehingga Aurel tidak lagi menyinggungnya.

Azril kembali melihat kearah Ibunya, tepat ketika Laras juga melihat kearahnya, dan lagi-lagi Laras tersenyum manis. Sedetik kemudian Laras kembali menekuk lututnya, membuang kaki kanannya kesamping kesandaran sofa sehingga membuat dasternya kembali tersingkap lebar.

Mata Azril membeliak menatap gundukan memek Ibu tirinya yang gemuk. Membuat pemuda itu seakan lupa kalau dirinya baru saja ketangkap basah mengintip Ibunya tersebut.

Berulang kali jakun Azril turun naik, menelan air liurnya, sanking takjubnya.

Saat sedang asyik-asyiknya mengintip selangkangan Ibunya, tiba-tiba Laras kembali menutup akses bagi dirinya menikmari selangkangan Laras, dan ternyata pada saat bersamaan Aurel menoleh kearahnya. Tetapi kali ini Azril selamat karena Aurel tidak memergokinya lagi.

Saat Aurel kembali fokus kearah layar televisi, kembali Azril di suguhi sebuah pemandangan yang indah, yang akan membuatnya terbayang-bayang.

Hingga tidak terasa sinetron yang mereka tonton bersambung. Aurel beranjak sembari melirik kearah Azril, ia tersenyum sinis lalu beranjak pergi meninggalkan Azril yang tengah tertunduk malu.

Selepas kepergian Aurel, Azril hendak kembali ke kamarnya tapi tiba-tiba Laras memanggilnya.

"Mau kemana Kak?" Tanya Laras.

Saat menoleh kearah Ibunya, lagi-lagi Azril di buat lemas dengan pemandangan yang begitu menakjubkan di hadapannya saat ini. Laras dengan sengaja membuka selebar mungkin pahanya, sehingga Azril sangat leluasa memandanginya.

Mendadak Azril mengurungkan niatnya kembali ke kamarnya. "Mau ke kamar Umi." Jawab Azril tergagap, sembari mencuri pandang kearah Laras.

"Temenin Umi sebentar ya." Pinta Laras.

Azril mengangguk dan kembali duduk di dekat Ibunya. Sesekali Azril memberanikan dirinya melirik keatas, memandangi gundukan memek Laras yang terbungkus kain segitiga ungu. Laras yang menyadari lirikan Azril terkesan cuek, bahkan ia terkesan sengaja membiarkan Azril melakukan zina mata.

Selama mengobrol dengan Ibunya, maka selama itu juga Azril mendapatkan tontonan yang jauh lebih menarik dari pada yang di tayangkan oleh media televisi.

*****
 
Gak lanjut hu @Meong15 cerita rayhan ngintipin celdam doraemon yah…padahal enak baca nya,khas bocah2 sange liat segitiga aja ngacengan 🤣🤣
 
Bimabet
Luar biasa, salut sih sama om penulis. Ketika Zaskia gantian minta di bangun kan pagi² sebab alur drama kejadian pagi² terus berlanjut dengan sekarang yang jadi objek nya Zaskia. Cermat dan seksama dan butuh imajinasi tinggi. Mantaap suhuu, terima kasih update nya...!!
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd