Aku tak pernah mengatakan bahwa 25 tahun pernikahanku adalah buruk, sejak malam pertama semua berjalan indah dan bahagia sampai kemudian 7 tahun terakhir kurasakan membosankan. Dari segi materi, kehidupan kami bisa dikatakan masuk kalangan menengah atas. Aku sendiri adalah pemilik sebuah butik dan salon yang cukup ternama. Suamiku, seorang marketing dari kantor cabang regional sebuah perusahaan internasional pemasok alat-alat medis, aktivitasnya seputar seminar dan presentasi pengenalan produk ke berbagai rumah sakit di berbagai daerah dan tentu saja menuntut untuk menciptakan hubungan personal dengan klien ,seperti golf bersama dan lain-lain. Menyebabkan ia sangat jarang berada di rumah, meskipun banyak memberikan kesejahteraan materi yang amat berlimpah. Kami tinggal di komplek perumahan mewah di pinggiran Jakarta.
Kehidupanku mulai terasa sepi ketika anak-anak beranjak dewasa. Anakku yang tertua, Eva, baru saja menikah dan ikut suaminya ke luar negeri. Sementara anakku yang kedua, Rey, masih kuliah semester 4 di sebuah PT di Jogjakarta. Dulu, ketika suami mulai menanjak kariernya dan mulai jarang di rumah, aku masih terhibur dengan kehadirananak-anak, kini aku hanya ditemani pembantu lepas yang pulang kerja sore hari. Untunglah aku masih punya usaha untuk membunuh waktu dan sepi serta sesekali berkumpul bersama rekan-rekan sosialita atau ke gym dan spa. Lingkungan sekitar sangat jarang bergaul, mereka juga orang-orang kaya yang sibuk.
Akhir-akhir ini aku merasa sering kelelahan, terkadang sepulang melihat butik dan salonku kudapati diriku tertidur di sofa. Entah karena faktor usiaku yang sudah 45 tahun atau karena terlalu banyak beraktivitas? Ya...dulu kegiatanku paling seputar bersosialita atau ke gym saja, kini semakin bertambah sejak kumulai usaha 4 tahun lalu. Esoknya ku periksakan diri ke dokter langgananku, dokter mengatakan tidak ada masalah, hanya menyuruhku untuk banyak istirahat dan memberikan resep vitamin. Ku turuti saran dokter, aku mulai menunjuk manager untuk mengelola bisnisku. Aku lebih banyak berada di rumah, hanya sesekali keluar untuk aerobik di gym. Ya, aku memang rutin merawat dan menjaga postur tubuhku. Siapa yang tak khawatir suamiku berpaling ke wanita lain mengingat karier dan kemapanannya? Walau jujur, kecurigaan itu pasti ada.
Namun, lama-lama bosan juga di rumah. Walaupun nasihat dokter ada benarnya, aku jadi kembali bugar. Aku tengah membaca majalah sore itu ketika tiba sebuah mobil parkir di carport depan garasi. Tak lama pintu di ketuk dengan cukup keras...Rey, pikirku senang. Sudah kebiasaannya, anak muda enerjik itu suka mengetuk pintu keras-keras walau sering dimarahi ayahnya. Aku beranjak membuka pintu, ..Rey, anak mama, ujarku sambil memeluknya dan mencium keningnya. Rey balas memeluk..mama...ujarnya sambil menjatuhkan tas kopernya. Apa kabar anak mama? Kok pulang? Tanyaku seraya membimbingnya ke ruang tengah. Ah,,gimana sih mama? Udah pikun ya? Seminggu kemaren dah aku BBM kalau aku libur akhir semester, jawabnya setengah menggerutu.Mama siapin makan ya? tawarku,gampang ma...rey mau ambil barang-barang yang masih di mobil, ada salak pondoh buat mama ujar rey seraya beranjak pergi. kamu kenapa gak naik pesawat aja sih rey? Ngapain capek-capek bawa mobil sendiri? tanyaku pada rey sekembalinya dari luar. Terus siapa yang ngurus mobil ku di jogja selama sebulanan? Dititipin teman bisa-bisa ancur tuh mobil..lagian jalan-jalan pake mobil mama Rey ogah, terlalu feminin , jawab Rey. Ya..udah, makan sana, terus mandi dan istirahat, kataku lagi.
Hari-hari berikutnya ku lalui bersama Rey. Kami shoping di mall,nonton bioskop, makan di luar dan sebagainya. Agak aneh juga, biasanya Rey keluar bersama teman-teman se SMA nya dulu, atau pacarnya, Vita. Rey, gimana Vita? , tanyaku suatu hari.Dah bubar ma... jawab rey tanpa ekspresi. Kenapa? Apa udah punya pacar lain di Jogja?, Rey hanya nyengir.. wajib dong ma, tapi yang di jogja juga udah putus, si Vita udah jalan sama yang lain, lagian tuh anak kekanak-kanakan banget. Aku tersenyum dan bertanya lagi,terus tipe kamu yang kek mana rey?, yang dewasa ma..males pacaran ma abege lagi, jawabnya singkat sambil terus memainkan playstationnya.lha, kamu juga kekanak-kanakan gitu, udah gede juga masih main game, ngga keluar main sama teman-teman?, kataku lagi .yah..mama, gak seneng apa rey ada di rumah? Lagian temen2 rey juga udah banyak yang kuliah di luar jakarta, bahkan ke luar negeri, jawab rey.hihihihi...sorry rey, mama seneng kok ada kamu di rumah,Ujarku. Papa kemana ma? tanya Rey. Papamu lagi ada kerjaan di Makassar, ada rencana pembangunan rumah sakit besar di sana, biasa, sedang melobi untuk menangin tender pengadaan barang, katanya sih sebulan di sana jawabku. Rey terdiam sambil matanya terus mengarah ke layar tv dan jemari memainkan stick playstation 3 nya.
Aku melanjutkan membaca majalah wanita, Rey berhenti memainkan playstation lalu pergi ke belakang munkin mencari kudapan.Ada blackforest di kulkas rey, ujarku pelan. Beberapa saat kemudian Rey datang dengan sepotong blackforest di atas piring dan secangkir teh. Spesial buat mama, ujar Rey sambil meletakan teh di hadapanku.Tumben Rey, sejak kapan kamu jadi baik begini? tanyaku tersenyum.ah, dari dulu kan Rey udah baik ma..Cuma emang rada cuek aja, jawabnya sambil nyengir. ah..dasar kamu, makasih ya Rey, ujarku sambil menyeruput teh itu. Rey memilih-milih piringan dvd lalu memutar sebuah film holywood koleksi lama kami. Layar 42 inchi tersebut tak lama kemudian menayangkan adegan film. Hari semakin gelap seiring terbenamnya matahari. Baru lima belas menit adegan berlangsung, mataku menjadi sangat berat dan aku tertidur. Jam 3 pagi aku terbangun, agak heran mendapati diriku sudah si atas spring bed di kamarku di lantai atas, munkin Rey mengangkatku tadi. Mataku samar-samar mendapati lampu tidur menyala dengan sinar redupnya. Aku melanjutkan tidur. Keesokan paginya, aku bangun. Menggeliat sebentar lalu bangun, mendapati diriku bahkan belum sempat mengganti blus santai ku dengan baju tidur.Aku beranjang menuruni springbed, mematikan lampu tidur dan membuka jendela supaya sinar matahari masuk. Mataku silau lalu duduk di depan cermin meja riasku, sedikit heran mendapati 4 kancing blusku terbuka dan sebelah bra terangkat meloloskan sebelah payudarku, munkin karena gerakan tidurku tadi malam. Kurapikan pakaianku lalu berjalan ke mara mandi, dan kali ini kudapati celana dalam ku teronggok di lantai kamar.Aku benar-benar kaget...segera ku masukan tanganku ke dalam celana pendek yang kupakai, aneh..aku masih mengenakan celana dalam, hanya saja aku tak begitu yakin apakah yang kupakai sekarang sama dengan yang kupakai kemarin?..entahlah...aku segera ke kamar mandi, melepaskan segala pakaianku bersiap untuk mandi.
Rei sudah dalam keadaan rapi bersiap untuk keluar, ketika aku turun ke bawah. amu kemana Rey? tanyaku.eh, mama...keluar sebentar ma, barusan si Anto nelpon, lagi libu semester juga dia, jawab Rey sambil memasang tali sepatu.Udah sarapan Rey? tanyaku.Udah ma, Bi Inah udah datang, udah bikin nasi goreng sama roti bakar tadi ...Rey pergi dulu mah,jawabnya.Hati-hati Rey, balasku.
Sore itu aku kembali duduk di ruang keluarga, sedang browsing membuka-buka website fashion terbaru sambil sesekali melirik siaran TV kabel. Kali ini memakai gaun tidur tanpa lengan yang sedikit sexy. Ku dengar suara mobil rey masuk halaman rumah. mama.. sapa rey sambil mendekatiku dan mencium keningku.abis dari mana Rey? tanyaku sambil terus menatap laptop. biasa ma..main, besok mau main futsal bareng temen-temen, ujar Rey dambil duduk di sebelahku memencet remote tv, sesekali matanya melirikku.Ada apa Rey? tanyaku.Ngga, ma....mama kelihatan tambah cantik pake kacamata itu, baru ya ma? Tanya Rey, ah,,ngga, mama beli 4 bulan lalu kok,jawabku.Udah mandi sana, kalau mau makan di meja makan udah disiapin Bibik, perintahku.Okay boss, kata rey sambil mencium pipiku, hush..kamu ini bas bos aja, jawabku sambil mencubitnya ringan.
Beberapa saat kemudian, Rey kembali dengan kostum basket dan celana pendek membawakan segelas teh hangat untukku. makasih Rey, hmm..kamu jadi agak dewasa ya sekarang? Gak kolokan dan ugal-ugalan kek dulu, kataku sambil meminum Teh tersebut.orang kan pasti berubah ma, gimana sih mama?liat apa sih ma? Kok asyik banget?tanya Rey sambil kepalanya bersandar ke bahu lenganku yang terbuka. ah..Cuma lihat mode fashion, cari inspirasi untuk koleksi butik mama , jawabku. Rey cukup lama bersender di pundakku, entah menyaksikan laptop, atau...ups, aku tersadar gaun tidurku memunkinkan belahan dadaku terlihat. Sialan, pikirku, namun di sisi lain menyadari pemuda seusia Rey pasti sedang panas-panasnya mengalami puber. Segera ku dorong kepala Rey,udah...pundak mama pegel neh, kataku, Rey tersipu lalu beralih menyaksikan TV. Entah kenapa, kira-kira 10 menit kemudian kembali aku mengantuk berat. Dan kali ini pukul 2 dinihari aku bangun, mendapati diriku tertelungkup di atas springbed, dengan mata masih agak berat aku menyapu ruangan kamar tidurku, lampu tidur redup, laptop di atas meja kecil sebelah meja rias telah tertutup, lalu melihat keadaanku sendiri, Kepalaku bukan mengarah ke posisi kepala springbed, tetapi menyerong ke samping. Aku mencoba mengangkat badanku sebelah atas, kudapati bra yang kupakai telah terlepas pengaitnya, mangkuk branya pun terdongak ke atas membuat kedua payudaraku tak tertutup. Gaun sebelah bawah tersingkap sampai sebatas pinggang, dan celana dalamku melorot sampai separuh pantat . Ohh..aku ketiduran lagi, pikirku, terduduk dan kemudian bangkit ke kamar mandi untuk buang air kecil. Usai meneguk beberapa teguk air, kembali aku mencoba untuk tidur. Di tengah rasa kantuk, aku berfikir, bagaimana jika Rey melihat tubuhku tadi? munkinkah Rey bertindak kurang ajar? Kuragukan hal itu, aku tahu persis, Rey emang kadang slengekan, tapi sangat hormat dan menyayangiku. Akulah yang selalu dominan hadir dalam membesarkan anak-anakku, dibanding ayah mereka yang selalu sibuk berbisnis. Tak heran, anak-anak sangat dekat denganku. Hmmm...agaknya aku kembali mengalami keletihan, besok aku akan ke dokter lagi.
Pagi hari kembali aku bangun. Langsung menuju kamar mandi, ku lepaskan satu persatu pakaianku, sambil menunggu bath tub dipenuhi air aku menuju meja rias. Dalam keadaan bugil kulihat tubuhku dicermin, masih sangat ideal untuk seorang wanita berkepala empat,payudara masih terlihat kencang dan kulitku masih sehalus wanita usia 20. Tak sia-sia, aku rutin ke spa, aerobik dan pusat-pusat kecantikan, hanya sedikit gurat halus di ujung mata kiri. Aku ingat ketika rekan-rekan suami mengalihkan perhatiannya kepada ku pada suatu acara pesta. Dasar lelaki, pikirku. Tapi di sisi lain, terkadang aku kecewa, mengapa terlau sering suami meninggalkanku? Apakah murni karena bisnis atau dia punya affair? Kehidupan sex kami selama 25 tahun menikah memang monoton saja. Apalagi saat anak-anak kami mulai remaja. Bisa dikatakan aku sangat jarang disentuh suami, namun hal itu bukan suatu masalah. Aku seperti wanita normal kebanyakan, bahkan munkin konservatif. Sex tak lebih sekedar untuk memuaskan suami, bukan aku frigid, tak jarang suatu ketika hasrat itu muncul menggebu-gebu, namun kesibukanku membuat aku tak memikirkannya lagi. Godaan justru muncul dari rekan-rekan sosialita, aku tahu persis 2-3 orang diantara mereka mengaku terang-terangan sering memakai pria muda untuk kepuasan mereka. Sebagian lain aku yakin juga melakukannya namun secara diam-diam, informasi ini kudapat dari rekan sosialita yang mengaku terang-terangan. Bukannya aku tak tergoda, hanya saja aku tak punya cukup keberanian, bekal agama dan ajaran orang tua masih menjaga moralku. Aku tersadar dari lamunan dan bergegas ke kamar mandi.
Kembali dokter mengatakan bahwa aku baik-baik saja, resep yang sama juga ku terima : banyak istirahat dan minum vitamin. Setelah dari dokter, aku meninjau tempat usahaku. Sore menjelang maghrib baru pulang ke rumah. Rey sudah di ruang keluarga bermain playstation ketika aku tiba.Dah pulang Rey? tanyaku sembari melepas sepatu.He-eh, darimana ma? tanya Rey. Biasa, lihat butik dan salon mama, anak mama udah makan? Neh mama bawain donat sembari meletakan sekotak donat di meja depan Rey duduk. Wah, asyik nih..tapi lebih mantep lagi kalau ditemani teh hangat, setuju ma? tanya Rei. Aku hanya tersenyum dan duduk sementara Rey menuju ke dapur. Kami menghabiskan donat sambil minum teh mengobrol ngalor ngidul. Dan kembali...15 menit kemudian mataku memberat, entah bagaimana aku kembali tertidur. Dan kembali lagi, jam 3 dini hari aku terbangun di atas spring bed ku. Di tengah temaram lampu kamar ku kedip-kedipkan mata mencoba menghilangkan rasa kantuk. Ku dapati tubuhku kembali tertelungkup, aku beringsut mencoba telentang, hmm..aku masih mengenakan blusku tadi, kancing semua tertutup hanya saja agak janggal mendapati beberapa kancing tidak berada pada tempatnya. Resleting rokku di belakang juga terbuka, dan ujung atasnya melorot sampai pinggulku, menampakan separuh pantatku yang masih terbungkus celana dalam.
Aku terduduk..., aku ketiduran lagi, apa yang terjadi pada diriku? Aku bangkit menuju kamar mandi, rasanya kebelet buang air kecil, sampai tiba-tiba kaki ku menginjak sesuatu. Samar-samar dalam temaram cahaya lampu ku ambil, lho...celana dalamku, bukankah ini yang kupakai sore tadi ? hatiku bertanya-tanya heran sambil meraba selangkanganku...aneh, juga masih pakai celana dalam. Ku letakan celana dalam hitam itu ke keranjang pakaian kotor , lalu ke kamar mandi untuk buang air kecil . Sesaat aku melepaskan rok di pintu kamar mandi, kemudian masuk ke dalam, melorotkan celana dalam sampai sebatas lutut, lalu jongkok untuk kencing. Srrrrrr...air seni mengalir deras dari kemaluanku, sampai mataku tertumbuk pada celana dalam yang kupakai....berwarna merah dari bahan seperti jaring dengan kain selubung vagina ke belakang sampai ke atas sangat tipis. Aku tak mengenali celana dalam ini, aku semakin heran. Usai buang air kecil dan membersihkan kemaluan dan melepas celana dalam merah itu. Ku hidupkan lampu kamar, di depan meja rias aku perhatikan baik-baik, ku balik-balik. Oya...aku ingat, aku pernah membeli celana dalam ini hanya saja aku lupa kapan tapi aku yakin sudah cukup lama, kubeli untuk menyenangkan suami dulu sekali. Hatiku mulai berdegup kencang, ini suatu keanehan pikirku. Lalu membuka laci paling bawah meja rias tempat aku menyimpan celana dalam ku. Nampak teracak-acak, tidak seperti biasanya rapi teratur, karena aku adalah orang yang rapi. Hmmm...aku mulai curiga pada Rey. Ini pasti ulahnya, memanfaatkan kesempatan saat aku terlelap. Oh..Rey, kurang ajar kamu. Emosiku bangkit, ingin segera aku melabraknya, namun aku masih bisa menahan diri. Hati kecilku berkata untuk sabar dan untuk tidak menuduh langsung, semua harus dibuktikan, pikirku. Ya...bukti. Tapi bagaimana? Dan hatiku yang lain justru berdesir sedikit ..entah perasaan senang atau tersanjung...sulit kugambarkan ...bahwa aku menjadi objek ketertarikan seksual seorang anak muda walau itu anak kandungku sendiri, tapi perasaan itu kutepis. Singkat kata, aku ingin memberi pelajaran pada Rey walau aku bingung bagaimana mengatur strateginya. Aku segera mengganti pakaian kerja dengan gaun tidur, mencoba tidur kembali
Pagi itu, Rey sama sekali tak menunjukan sikap rikuh, santai selengekan seperti biasa. Lalu pamit pergi. Agak malam Rey baru kembali, aku masih membuka laptop di ruangan tengah. Rey berkata,tumben, gak ketiduran lagi, biasanya langsung ngorok di sofa ujar Rey sambil nyengir. Aku sedikit tersentak, benar juga ya. Kenapa sampai jam 7 malam ini aku belum merasakan ngantuk seperti biasa? Rey kembali membawakan teh hangat dan sekotak martabak telur yang dia beli tadi. Seperti biasa, terjadi obrolan ngalor ngidul. Emm...ma, emang gak kesepian ditinggal papa terus?, tanya Rey.Ah...udah biasa, saking seringnya jadi gak terasa tuh, jawabku. emm..maksud Rey anu...,ujar Rey..hm..kamu mulai kurang ajar ya, mama tahu, maksudnya kehidupan seksual, gitu?, itu rahasia perusahaan, hubungan kami baik-baik aja...buktinya telah lahir manusia tengil seperti kamu di tengah keluarga ini, jawabku agak ketus.wow...gitu aja marah,Rey kan Cuma tanya ma ujar Rey lalu terdiam. boleh tanya lagi gak ma? tanya Rey lagi.Tanya apa?, jawabku sambil masih terfokus pada laptop.Mm...mama kok masih cantik yah..dan..., dan apa? tanyaku sambil tersenyum. Dan sexy.., apalagi pake piyama kek gitu,ujar Rey. ah...kurang ajar kamu, bisa aja, aku ini mamamu lho, kamu sejak putus pacaran jadi aneh-aneh deh, jawabku, walau dalam hati ada benarnya juga, Piyama yang kupakai berbahan agak tipis, bagian dada mengikuti bentuk payudara, sementara di bawah celana pendek sebatas lutut. Tak terlalu aneh sebenarnya, hanya saja dimata anak muda penuh gairah tentu jadi berpikir sesuai imajinasinya. Lalu...denggg...kembali rasa kantuk menyerangku, kali ini aku bangkit menuju kamarku,udah ah...rey, mama mau tidur, dah ngantuk banget, ujarku sambil membawa laptop menaiki tangga menuju lantai dua. Di dalam kamar, aku segera rebah dan menghilang dalam mimpi. Jam meja menunjukan pukul 02.30 ketika aku terbangun. Mataku mengedip-ngedip sesaat, memeriksa pakaianku. Tak ada yang janggal kecuali bra yang terlepas dari kaitannya, biasa kualami saat tidur. Celana pendek yang kupakai juga masih pada tempatnya. Demikian juga celana dalam, masih kupakai..hanya saja, kok terasa agak basah di bagian vagina sampai pantat? Apakah aku mengompol? Kurasakan aku memang serasa ingin menumpahkan isi kandung kemihku. Aku beranjak ke kamar mandi , melepas celana pendek dan celana dalamku lalu kencing.
Usai membasuh vagina dan keluar, ku ambil celana dalam merah muda yang kupakai tadi, ku dekatkan ke hidung dan tercium bau yang ku kenal.....sperma !!!!. Jantungku langsung berdegup kencang, seseorang telah menumpahkan sperma ke celana dalam ku atau justru vaginaku. Ku masukan jariku ke dalam vagina, terasa tak terlalu basah normal dan tak ada rasa benda asing pernah memasukinya.Hmm...berarti kemunkinan dia menumpahkan di permukaan vagina atau celana dalamku. Rey.. pikirku, aku harus memberinya pelajaran saat ini juga. Ku kenakan pakaian lalu menuju kamar Rey di lantai 3. Tak terkunci, pintu agak terbuka, kudapati ia tengah tertidur dengan pulas, sepertinya tak tega aku bangunkan lalu memarahinya. Laptopnya masih menyala, ku sentuh touchpadnya, sedikit terkejut kudapati sebuah website berisi gambar-gambar porno wanita setengah baya sepertiku, ada yang bule dan asia. Aneh..kok si Rey senang dengan wanita yang lebih tua, pikirku. Lalu ku buka tab sebelahnya, semacam sebuah forum, juga berisikan gambar-gambar wanita setengah baya setengah telanjang, namun punya satu kesamaan, semuanya tertidur. Dengan berdegup kencang, ku telusuri terus ke bawah. Dibawahnya ada komentar-komentar :gue ambil pukul 20.00 malam, gimana bos? Mantap gak? Gantian dong lu yang posting. Tanya, lu kasih apaan sampe gak sadar begitu.Neh, lu kasih aja ******* campur ***** sebenarnya lebih cepat pake minuman bersoda dan lebih lama efeknya, tapi campur teh juga bisa kok. Mang lu gak terangsang bos?, gue lelaki normal brur, yang penting MILF bugil, biar kata ****** gue sendiri juga,dah lu apain aja bos?...
Tiba-tiba Rey bergerak, aku terkejut namun melihat ia masih tertidur. Kutinggalkan kamar rey, di dalam kamar tidurku aku berfikir...ooo, jadi Rey ikut semacam perkumpulan penggemar foto telanjang ibunya masing-masing. Aku semakin gusar, jangan-jangan Rey telah memotret diriku, sialan, dia telah mencampuri obat tidur dalam teh yang disajikannya. Aku harus buat perhitungan.
Sore itu Rey kembali membuatkan aku teh. Namun kali ini tak tertipu, kutunggu kesempatan untuk membuang teh itu, namun Rey masih duduk bersamaku, hmm munkin 3-4 teguk tak akan berefek apa-apa, pikirku, hanya seperempat gelas teh itu kuminum. Jam menunjukan pukul 8 malam ketika aku pamit pada anakku untuk tidur. Ternyata aku salah, seperempat gelas teh tadi tetap membuatku mengantuk tak tertahan, hingga tak mampu ku cegah aku tertidur. Aku bermimpi berjalan di suatu padang, tiba-tiba kilatan demi kilatan cahaya petir menyambar. Aku tersadar ini hanya mimpi, namun di tengah separuh kesadaranku kurasakan cahaya kilat itu tetap menyambar-nyambar membuatku silau, mataku menyipit menyaksikan kilatan demi kilatan cahaya, kulitku langsung merasakan dingin hawa AC. Tiba-tiba jantungku berdegup kencang, oh...Rey sedang memotretku. Posisiku terduduk bersender di kepala ranjang jati berukir bearalaskan bantal di punggung, kurasakan baju tidurku tersingkap ke atas, sementara kakiku tertekuk seperti jongkok.....dan aku tak mengenakan sehelai benangpun di bawah. Nafasku nyaris berhenti. uhh..mama cantik sekali, uhh..mama, ujar Rei setengah berbisik sambil terus memotretku yang aku yakini menggunakan kamera digital yang ku belikan sebelum ia berangkat ke jogja semester lalu. Rasanya aku ingin marah, namun rasa tegang mencegahku berbuat lebih jauh kecuali pasrah apa adanya. Rei berhenti memotret. Kurasakan gerakan springbed seperti ditimpa sesuatu. Aku semakin tegang menunggu sesuatu yang akan terjadi, dan tiba-tiba kurasakan sebuah benda di sisi2 luar mataku...Rei memakaikan kacamata baca ku. Lalu kembali kilatan-kilatan blitz menembus pelopak mataku.ohhhh...mama wanita tercantik yang pernah aku temui ..,bisik Rey lagi. Anak kurang ajar, sungguh teganya dia berbuat ini padaku, rasanya ingin ku menangis saat itu juga dan ingin mendampratnya habis-habisan, tetapi aku terlalu tegang untuk bergerak di samping kurasakan perasaan aneh menjalari setiap pembuluh darahku. Aku tak bisa menggambarkan entah itu peristiwa paling mengerikan dalam hidupku atau paling erotis yang pernah aku rasakan. Duduk telanjang di hadapan anak kandung yang menikmati tubuh indah ibunya dan....menyaksikan organ tubuh tempat ia lahir dulu. Aku merasa ada yang menggelitik vaginaku walau Rey tak menyentuhnya. Beberapa menit Rey memotretku sampai kemudian berhenti. Kembali mendekatiku, melepas kacamata bacaku, lalu kembali mendekat,mendekat, sampai kurasakan dengusan nafasnya di wajahku. Ia mengecup bibirku, dan.....ahh...sentuhan jemarinya di payudaraku membuatku hampir meloncat, namun sekali lagi aku terlalu tegang untuk bertindak.
Bulu kudukku mulai berdiri ketika ia memilin-milin pelan payudaraku lalu membetotnya pelan untuk keudian dilepaskan, terus beberapa kali ia ulangi perbuatannya pada organ tempat dia semasa bayi mendapat gizi. Ouh...tetek mama masih sekencang cewek abege, bisiknya. Kini hanya sebelah tangannya yang memainkan payudaraku, tangan satunya terus menuruni dada, perut dan....hinggap di timbunan bukit bercelah bertumbuhkan bulu-bulu hitam keriting lebat..vaginaku. Kali ini nafasku mulai tak beraturan, antara tegang, marah, kecewa dan....terangsang hebat bercampur aduk. Jemarinya mulai mengeramasi bulu-bulu pubisku, lalu menyentil pelan klitorisku,terus beberapa menit, sampai kemudian jemarinya membuka bibir vaginaku. Mengusap-usapnya, lalu perlahan memasuki diriku.Menggeliat-geliat di dalam lalu menariknya setengah keluar untuk kemudian didorongnya masuk kembali, terus seperti itu semakin lama semakin cepat. Aku masih berpura-pura terdiam walau nafasku makin tak teratur, antara perasaan terhina dan marah sekaligus malu.......malu mendengar suara vaginaku yang basah digarap jari jemari anak kandungku sendiri. oh...mama, mama basah sekali, ujarnya. Kurasakan ia menarik jemarinya dari liang senggamaku, dan kudengar suara hisapan dari mulutnya, ia tengah menikmati cairan dari pusat kewanitaanku, membuatku semakin terhanyut suasana erotik malam itu.Kembali ia hujamkan jarinya ke dalam liang dimana ia dulu lahir, untuk kemudian kudengarkan lagi suara hisapan mulutnya , terus beberapa kali sampai aksi terakhirnya menyetubuhi diriku dengan jemarinya sampai kemudian ia kurasakan berdiri di hadapanku.
Tiba-tiba kurasakan ujung benda keras namun elastis menyentuh pipiku, kurasakan ujungnya agak basah. Lalu menyentuh hidungku, aromanya segera kukenali sebagai.....penis lelaki !!!,apa yang dia lakukan padaku, dia benar-benar....splas..splas..splas..splas..pikiranku berhenti sesaat, merasakan cairan kental panas menyemprot wajahku, mata, hidung,pipi,bibir, leherku tak luput dari serangan cairan asing yang kupastikan adalah...cairan sperma anak kandungku.oh...mama,..ssssshh, bisiknya seraya mendesis. Aku masih terdiam, sebagian sperma merembes ke dalam bibirku . Kembali kilatan-kilatan cahaya menembus pelopak mataku, anakku kini memfotoku dalam keadaan wajah bermandikan cairan air maninya. Beberapa kali ia ambil sampai akhirnya mendekatiku, melapkan kain basah ke wajahku. Mengangkat diriku untuk dibaringkan, merapikan bra menutup payudaraku walau kaitnya tak terpasang, memakaikan celana dalam dan celana piyamaku lalu kembali mengecup bibirku. Dan akhirnya keluar kamar. Perlahan aku membuka mata, mencoba mengatur nafas. Pikiranku menerawang tak karuan. Rey, apa yang kau lakukan..tak terasa air mataku mulai berlinang...oh Rey, kau telah menodai ibumu nak. Aku mulai menangis, lalu bangkit menuju kamar mandi, buang air kecil dan membasuh wajahku. Lalu melihat wajahku di cermin, sambil berkata dalam hati, mengapa kau tak mencegah anakmu mencabulimu, bodoh?lama pikiranku berkecamuk sampai kuputuskan untuk tidur, pintu kamar kali ini ku kunci.
[Bersambung]
Kehidupanku mulai terasa sepi ketika anak-anak beranjak dewasa. Anakku yang tertua, Eva, baru saja menikah dan ikut suaminya ke luar negeri. Sementara anakku yang kedua, Rey, masih kuliah semester 4 di sebuah PT di Jogjakarta. Dulu, ketika suami mulai menanjak kariernya dan mulai jarang di rumah, aku masih terhibur dengan kehadirananak-anak, kini aku hanya ditemani pembantu lepas yang pulang kerja sore hari. Untunglah aku masih punya usaha untuk membunuh waktu dan sepi serta sesekali berkumpul bersama rekan-rekan sosialita atau ke gym dan spa. Lingkungan sekitar sangat jarang bergaul, mereka juga orang-orang kaya yang sibuk.
Akhir-akhir ini aku merasa sering kelelahan, terkadang sepulang melihat butik dan salonku kudapati diriku tertidur di sofa. Entah karena faktor usiaku yang sudah 45 tahun atau karena terlalu banyak beraktivitas? Ya...dulu kegiatanku paling seputar bersosialita atau ke gym saja, kini semakin bertambah sejak kumulai usaha 4 tahun lalu. Esoknya ku periksakan diri ke dokter langgananku, dokter mengatakan tidak ada masalah, hanya menyuruhku untuk banyak istirahat dan memberikan resep vitamin. Ku turuti saran dokter, aku mulai menunjuk manager untuk mengelola bisnisku. Aku lebih banyak berada di rumah, hanya sesekali keluar untuk aerobik di gym. Ya, aku memang rutin merawat dan menjaga postur tubuhku. Siapa yang tak khawatir suamiku berpaling ke wanita lain mengingat karier dan kemapanannya? Walau jujur, kecurigaan itu pasti ada.
Namun, lama-lama bosan juga di rumah. Walaupun nasihat dokter ada benarnya, aku jadi kembali bugar. Aku tengah membaca majalah sore itu ketika tiba sebuah mobil parkir di carport depan garasi. Tak lama pintu di ketuk dengan cukup keras...Rey, pikirku senang. Sudah kebiasaannya, anak muda enerjik itu suka mengetuk pintu keras-keras walau sering dimarahi ayahnya. Aku beranjak membuka pintu, ..Rey, anak mama, ujarku sambil memeluknya dan mencium keningnya. Rey balas memeluk..mama...ujarnya sambil menjatuhkan tas kopernya. Apa kabar anak mama? Kok pulang? Tanyaku seraya membimbingnya ke ruang tengah. Ah,,gimana sih mama? Udah pikun ya? Seminggu kemaren dah aku BBM kalau aku libur akhir semester, jawabnya setengah menggerutu.Mama siapin makan ya? tawarku,gampang ma...rey mau ambil barang-barang yang masih di mobil, ada salak pondoh buat mama ujar rey seraya beranjak pergi. kamu kenapa gak naik pesawat aja sih rey? Ngapain capek-capek bawa mobil sendiri? tanyaku pada rey sekembalinya dari luar. Terus siapa yang ngurus mobil ku di jogja selama sebulanan? Dititipin teman bisa-bisa ancur tuh mobil..lagian jalan-jalan pake mobil mama Rey ogah, terlalu feminin , jawab Rey. Ya..udah, makan sana, terus mandi dan istirahat, kataku lagi.
Hari-hari berikutnya ku lalui bersama Rey. Kami shoping di mall,nonton bioskop, makan di luar dan sebagainya. Agak aneh juga, biasanya Rey keluar bersama teman-teman se SMA nya dulu, atau pacarnya, Vita. Rey, gimana Vita? , tanyaku suatu hari.Dah bubar ma... jawab rey tanpa ekspresi. Kenapa? Apa udah punya pacar lain di Jogja?, Rey hanya nyengir.. wajib dong ma, tapi yang di jogja juga udah putus, si Vita udah jalan sama yang lain, lagian tuh anak kekanak-kanakan banget. Aku tersenyum dan bertanya lagi,terus tipe kamu yang kek mana rey?, yang dewasa ma..males pacaran ma abege lagi, jawabnya singkat sambil terus memainkan playstationnya.lha, kamu juga kekanak-kanakan gitu, udah gede juga masih main game, ngga keluar main sama teman-teman?, kataku lagi .yah..mama, gak seneng apa rey ada di rumah? Lagian temen2 rey juga udah banyak yang kuliah di luar jakarta, bahkan ke luar negeri, jawab rey.hihihihi...sorry rey, mama seneng kok ada kamu di rumah,Ujarku. Papa kemana ma? tanya Rey. Papamu lagi ada kerjaan di Makassar, ada rencana pembangunan rumah sakit besar di sana, biasa, sedang melobi untuk menangin tender pengadaan barang, katanya sih sebulan di sana jawabku. Rey terdiam sambil matanya terus mengarah ke layar tv dan jemari memainkan stick playstation 3 nya.
Aku melanjutkan membaca majalah wanita, Rey berhenti memainkan playstation lalu pergi ke belakang munkin mencari kudapan.Ada blackforest di kulkas rey, ujarku pelan. Beberapa saat kemudian Rey datang dengan sepotong blackforest di atas piring dan secangkir teh. Spesial buat mama, ujar Rey sambil meletakan teh di hadapanku.Tumben Rey, sejak kapan kamu jadi baik begini? tanyaku tersenyum.ah, dari dulu kan Rey udah baik ma..Cuma emang rada cuek aja, jawabnya sambil nyengir. ah..dasar kamu, makasih ya Rey, ujarku sambil menyeruput teh itu. Rey memilih-milih piringan dvd lalu memutar sebuah film holywood koleksi lama kami. Layar 42 inchi tersebut tak lama kemudian menayangkan adegan film. Hari semakin gelap seiring terbenamnya matahari. Baru lima belas menit adegan berlangsung, mataku menjadi sangat berat dan aku tertidur. Jam 3 pagi aku terbangun, agak heran mendapati diriku sudah si atas spring bed di kamarku di lantai atas, munkin Rey mengangkatku tadi. Mataku samar-samar mendapati lampu tidur menyala dengan sinar redupnya. Aku melanjutkan tidur. Keesokan paginya, aku bangun. Menggeliat sebentar lalu bangun, mendapati diriku bahkan belum sempat mengganti blus santai ku dengan baju tidur.Aku beranjang menuruni springbed, mematikan lampu tidur dan membuka jendela supaya sinar matahari masuk. Mataku silau lalu duduk di depan cermin meja riasku, sedikit heran mendapati 4 kancing blusku terbuka dan sebelah bra terangkat meloloskan sebelah payudarku, munkin karena gerakan tidurku tadi malam. Kurapikan pakaianku lalu berjalan ke mara mandi, dan kali ini kudapati celana dalam ku teronggok di lantai kamar.Aku benar-benar kaget...segera ku masukan tanganku ke dalam celana pendek yang kupakai, aneh..aku masih mengenakan celana dalam, hanya saja aku tak begitu yakin apakah yang kupakai sekarang sama dengan yang kupakai kemarin?..entahlah...aku segera ke kamar mandi, melepaskan segala pakaianku bersiap untuk mandi.
Rei sudah dalam keadaan rapi bersiap untuk keluar, ketika aku turun ke bawah. amu kemana Rey? tanyaku.eh, mama...keluar sebentar ma, barusan si Anto nelpon, lagi libu semester juga dia, jawab Rey sambil memasang tali sepatu.Udah sarapan Rey? tanyaku.Udah ma, Bi Inah udah datang, udah bikin nasi goreng sama roti bakar tadi ...Rey pergi dulu mah,jawabnya.Hati-hati Rey, balasku.
Sore itu aku kembali duduk di ruang keluarga, sedang browsing membuka-buka website fashion terbaru sambil sesekali melirik siaran TV kabel. Kali ini memakai gaun tidur tanpa lengan yang sedikit sexy. Ku dengar suara mobil rey masuk halaman rumah. mama.. sapa rey sambil mendekatiku dan mencium keningku.abis dari mana Rey? tanyaku sambil terus menatap laptop. biasa ma..main, besok mau main futsal bareng temen-temen, ujar Rey dambil duduk di sebelahku memencet remote tv, sesekali matanya melirikku.Ada apa Rey? tanyaku.Ngga, ma....mama kelihatan tambah cantik pake kacamata itu, baru ya ma? Tanya Rey, ah,,ngga, mama beli 4 bulan lalu kok,jawabku.Udah mandi sana, kalau mau makan di meja makan udah disiapin Bibik, perintahku.Okay boss, kata rey sambil mencium pipiku, hush..kamu ini bas bos aja, jawabku sambil mencubitnya ringan.
Beberapa saat kemudian, Rey kembali dengan kostum basket dan celana pendek membawakan segelas teh hangat untukku. makasih Rey, hmm..kamu jadi agak dewasa ya sekarang? Gak kolokan dan ugal-ugalan kek dulu, kataku sambil meminum Teh tersebut.orang kan pasti berubah ma, gimana sih mama?liat apa sih ma? Kok asyik banget?tanya Rey sambil kepalanya bersandar ke bahu lenganku yang terbuka. ah..Cuma lihat mode fashion, cari inspirasi untuk koleksi butik mama , jawabku. Rey cukup lama bersender di pundakku, entah menyaksikan laptop, atau...ups, aku tersadar gaun tidurku memunkinkan belahan dadaku terlihat. Sialan, pikirku, namun di sisi lain menyadari pemuda seusia Rey pasti sedang panas-panasnya mengalami puber. Segera ku dorong kepala Rey,udah...pundak mama pegel neh, kataku, Rey tersipu lalu beralih menyaksikan TV. Entah kenapa, kira-kira 10 menit kemudian kembali aku mengantuk berat. Dan kali ini pukul 2 dinihari aku bangun, mendapati diriku tertelungkup di atas springbed, dengan mata masih agak berat aku menyapu ruangan kamar tidurku, lampu tidur redup, laptop di atas meja kecil sebelah meja rias telah tertutup, lalu melihat keadaanku sendiri, Kepalaku bukan mengarah ke posisi kepala springbed, tetapi menyerong ke samping. Aku mencoba mengangkat badanku sebelah atas, kudapati bra yang kupakai telah terlepas pengaitnya, mangkuk branya pun terdongak ke atas membuat kedua payudaraku tak tertutup. Gaun sebelah bawah tersingkap sampai sebatas pinggang, dan celana dalamku melorot sampai separuh pantat . Ohh..aku ketiduran lagi, pikirku, terduduk dan kemudian bangkit ke kamar mandi untuk buang air kecil. Usai meneguk beberapa teguk air, kembali aku mencoba untuk tidur. Di tengah rasa kantuk, aku berfikir, bagaimana jika Rey melihat tubuhku tadi? munkinkah Rey bertindak kurang ajar? Kuragukan hal itu, aku tahu persis, Rey emang kadang slengekan, tapi sangat hormat dan menyayangiku. Akulah yang selalu dominan hadir dalam membesarkan anak-anakku, dibanding ayah mereka yang selalu sibuk berbisnis. Tak heran, anak-anak sangat dekat denganku. Hmmm...agaknya aku kembali mengalami keletihan, besok aku akan ke dokter lagi.
Pagi hari kembali aku bangun. Langsung menuju kamar mandi, ku lepaskan satu persatu pakaianku, sambil menunggu bath tub dipenuhi air aku menuju meja rias. Dalam keadaan bugil kulihat tubuhku dicermin, masih sangat ideal untuk seorang wanita berkepala empat,payudara masih terlihat kencang dan kulitku masih sehalus wanita usia 20. Tak sia-sia, aku rutin ke spa, aerobik dan pusat-pusat kecantikan, hanya sedikit gurat halus di ujung mata kiri. Aku ingat ketika rekan-rekan suami mengalihkan perhatiannya kepada ku pada suatu acara pesta. Dasar lelaki, pikirku. Tapi di sisi lain, terkadang aku kecewa, mengapa terlau sering suami meninggalkanku? Apakah murni karena bisnis atau dia punya affair? Kehidupan sex kami selama 25 tahun menikah memang monoton saja. Apalagi saat anak-anak kami mulai remaja. Bisa dikatakan aku sangat jarang disentuh suami, namun hal itu bukan suatu masalah. Aku seperti wanita normal kebanyakan, bahkan munkin konservatif. Sex tak lebih sekedar untuk memuaskan suami, bukan aku frigid, tak jarang suatu ketika hasrat itu muncul menggebu-gebu, namun kesibukanku membuat aku tak memikirkannya lagi. Godaan justru muncul dari rekan-rekan sosialita, aku tahu persis 2-3 orang diantara mereka mengaku terang-terangan sering memakai pria muda untuk kepuasan mereka. Sebagian lain aku yakin juga melakukannya namun secara diam-diam, informasi ini kudapat dari rekan sosialita yang mengaku terang-terangan. Bukannya aku tak tergoda, hanya saja aku tak punya cukup keberanian, bekal agama dan ajaran orang tua masih menjaga moralku. Aku tersadar dari lamunan dan bergegas ke kamar mandi.
Kembali dokter mengatakan bahwa aku baik-baik saja, resep yang sama juga ku terima : banyak istirahat dan minum vitamin. Setelah dari dokter, aku meninjau tempat usahaku. Sore menjelang maghrib baru pulang ke rumah. Rey sudah di ruang keluarga bermain playstation ketika aku tiba.Dah pulang Rey? tanyaku sembari melepas sepatu.He-eh, darimana ma? tanya Rey. Biasa, lihat butik dan salon mama, anak mama udah makan? Neh mama bawain donat sembari meletakan sekotak donat di meja depan Rey duduk. Wah, asyik nih..tapi lebih mantep lagi kalau ditemani teh hangat, setuju ma? tanya Rei. Aku hanya tersenyum dan duduk sementara Rey menuju ke dapur. Kami menghabiskan donat sambil minum teh mengobrol ngalor ngidul. Dan kembali...15 menit kemudian mataku memberat, entah bagaimana aku kembali tertidur. Dan kembali lagi, jam 3 dini hari aku terbangun di atas spring bed ku. Di tengah temaram lampu kamar ku kedip-kedipkan mata mencoba menghilangkan rasa kantuk. Ku dapati tubuhku kembali tertelungkup, aku beringsut mencoba telentang, hmm..aku masih mengenakan blusku tadi, kancing semua tertutup hanya saja agak janggal mendapati beberapa kancing tidak berada pada tempatnya. Resleting rokku di belakang juga terbuka, dan ujung atasnya melorot sampai pinggulku, menampakan separuh pantatku yang masih terbungkus celana dalam.
Aku terduduk..., aku ketiduran lagi, apa yang terjadi pada diriku? Aku bangkit menuju kamar mandi, rasanya kebelet buang air kecil, sampai tiba-tiba kaki ku menginjak sesuatu. Samar-samar dalam temaram cahaya lampu ku ambil, lho...celana dalamku, bukankah ini yang kupakai sore tadi ? hatiku bertanya-tanya heran sambil meraba selangkanganku...aneh, juga masih pakai celana dalam. Ku letakan celana dalam hitam itu ke keranjang pakaian kotor , lalu ke kamar mandi untuk buang air kecil . Sesaat aku melepaskan rok di pintu kamar mandi, kemudian masuk ke dalam, melorotkan celana dalam sampai sebatas lutut, lalu jongkok untuk kencing. Srrrrrr...air seni mengalir deras dari kemaluanku, sampai mataku tertumbuk pada celana dalam yang kupakai....berwarna merah dari bahan seperti jaring dengan kain selubung vagina ke belakang sampai ke atas sangat tipis. Aku tak mengenali celana dalam ini, aku semakin heran. Usai buang air kecil dan membersihkan kemaluan dan melepas celana dalam merah itu. Ku hidupkan lampu kamar, di depan meja rias aku perhatikan baik-baik, ku balik-balik. Oya...aku ingat, aku pernah membeli celana dalam ini hanya saja aku lupa kapan tapi aku yakin sudah cukup lama, kubeli untuk menyenangkan suami dulu sekali. Hatiku mulai berdegup kencang, ini suatu keanehan pikirku. Lalu membuka laci paling bawah meja rias tempat aku menyimpan celana dalam ku. Nampak teracak-acak, tidak seperti biasanya rapi teratur, karena aku adalah orang yang rapi. Hmmm...aku mulai curiga pada Rey. Ini pasti ulahnya, memanfaatkan kesempatan saat aku terlelap. Oh..Rey, kurang ajar kamu. Emosiku bangkit, ingin segera aku melabraknya, namun aku masih bisa menahan diri. Hati kecilku berkata untuk sabar dan untuk tidak menuduh langsung, semua harus dibuktikan, pikirku. Ya...bukti. Tapi bagaimana? Dan hatiku yang lain justru berdesir sedikit ..entah perasaan senang atau tersanjung...sulit kugambarkan ...bahwa aku menjadi objek ketertarikan seksual seorang anak muda walau itu anak kandungku sendiri, tapi perasaan itu kutepis. Singkat kata, aku ingin memberi pelajaran pada Rey walau aku bingung bagaimana mengatur strateginya. Aku segera mengganti pakaian kerja dengan gaun tidur, mencoba tidur kembali
Pagi itu, Rey sama sekali tak menunjukan sikap rikuh, santai selengekan seperti biasa. Lalu pamit pergi. Agak malam Rey baru kembali, aku masih membuka laptop di ruangan tengah. Rey berkata,tumben, gak ketiduran lagi, biasanya langsung ngorok di sofa ujar Rey sambil nyengir. Aku sedikit tersentak, benar juga ya. Kenapa sampai jam 7 malam ini aku belum merasakan ngantuk seperti biasa? Rey kembali membawakan teh hangat dan sekotak martabak telur yang dia beli tadi. Seperti biasa, terjadi obrolan ngalor ngidul. Emm...ma, emang gak kesepian ditinggal papa terus?, tanya Rey.Ah...udah biasa, saking seringnya jadi gak terasa tuh, jawabku. emm..maksud Rey anu...,ujar Rey..hm..kamu mulai kurang ajar ya, mama tahu, maksudnya kehidupan seksual, gitu?, itu rahasia perusahaan, hubungan kami baik-baik aja...buktinya telah lahir manusia tengil seperti kamu di tengah keluarga ini, jawabku agak ketus.wow...gitu aja marah,Rey kan Cuma tanya ma ujar Rey lalu terdiam. boleh tanya lagi gak ma? tanya Rey lagi.Tanya apa?, jawabku sambil masih terfokus pada laptop.Mm...mama kok masih cantik yah..dan..., dan apa? tanyaku sambil tersenyum. Dan sexy.., apalagi pake piyama kek gitu,ujar Rey. ah...kurang ajar kamu, bisa aja, aku ini mamamu lho, kamu sejak putus pacaran jadi aneh-aneh deh, jawabku, walau dalam hati ada benarnya juga, Piyama yang kupakai berbahan agak tipis, bagian dada mengikuti bentuk payudara, sementara di bawah celana pendek sebatas lutut. Tak terlalu aneh sebenarnya, hanya saja dimata anak muda penuh gairah tentu jadi berpikir sesuai imajinasinya. Lalu...denggg...kembali rasa kantuk menyerangku, kali ini aku bangkit menuju kamarku,udah ah...rey, mama mau tidur, dah ngantuk banget, ujarku sambil membawa laptop menaiki tangga menuju lantai dua. Di dalam kamar, aku segera rebah dan menghilang dalam mimpi. Jam meja menunjukan pukul 02.30 ketika aku terbangun. Mataku mengedip-ngedip sesaat, memeriksa pakaianku. Tak ada yang janggal kecuali bra yang terlepas dari kaitannya, biasa kualami saat tidur. Celana pendek yang kupakai juga masih pada tempatnya. Demikian juga celana dalam, masih kupakai..hanya saja, kok terasa agak basah di bagian vagina sampai pantat? Apakah aku mengompol? Kurasakan aku memang serasa ingin menumpahkan isi kandung kemihku. Aku beranjak ke kamar mandi , melepas celana pendek dan celana dalamku lalu kencing.
Usai membasuh vagina dan keluar, ku ambil celana dalam merah muda yang kupakai tadi, ku dekatkan ke hidung dan tercium bau yang ku kenal.....sperma !!!!. Jantungku langsung berdegup kencang, seseorang telah menumpahkan sperma ke celana dalam ku atau justru vaginaku. Ku masukan jariku ke dalam vagina, terasa tak terlalu basah normal dan tak ada rasa benda asing pernah memasukinya.Hmm...berarti kemunkinan dia menumpahkan di permukaan vagina atau celana dalamku. Rey.. pikirku, aku harus memberinya pelajaran saat ini juga. Ku kenakan pakaian lalu menuju kamar Rey di lantai 3. Tak terkunci, pintu agak terbuka, kudapati ia tengah tertidur dengan pulas, sepertinya tak tega aku bangunkan lalu memarahinya. Laptopnya masih menyala, ku sentuh touchpadnya, sedikit terkejut kudapati sebuah website berisi gambar-gambar porno wanita setengah baya sepertiku, ada yang bule dan asia. Aneh..kok si Rey senang dengan wanita yang lebih tua, pikirku. Lalu ku buka tab sebelahnya, semacam sebuah forum, juga berisikan gambar-gambar wanita setengah baya setengah telanjang, namun punya satu kesamaan, semuanya tertidur. Dengan berdegup kencang, ku telusuri terus ke bawah. Dibawahnya ada komentar-komentar :gue ambil pukul 20.00 malam, gimana bos? Mantap gak? Gantian dong lu yang posting. Tanya, lu kasih apaan sampe gak sadar begitu.Neh, lu kasih aja ******* campur ***** sebenarnya lebih cepat pake minuman bersoda dan lebih lama efeknya, tapi campur teh juga bisa kok. Mang lu gak terangsang bos?, gue lelaki normal brur, yang penting MILF bugil, biar kata ****** gue sendiri juga,dah lu apain aja bos?...
Tiba-tiba Rey bergerak, aku terkejut namun melihat ia masih tertidur. Kutinggalkan kamar rey, di dalam kamar tidurku aku berfikir...ooo, jadi Rey ikut semacam perkumpulan penggemar foto telanjang ibunya masing-masing. Aku semakin gusar, jangan-jangan Rey telah memotret diriku, sialan, dia telah mencampuri obat tidur dalam teh yang disajikannya. Aku harus buat perhitungan.
Sore itu Rey kembali membuatkan aku teh. Namun kali ini tak tertipu, kutunggu kesempatan untuk membuang teh itu, namun Rey masih duduk bersamaku, hmm munkin 3-4 teguk tak akan berefek apa-apa, pikirku, hanya seperempat gelas teh itu kuminum. Jam menunjukan pukul 8 malam ketika aku pamit pada anakku untuk tidur. Ternyata aku salah, seperempat gelas teh tadi tetap membuatku mengantuk tak tertahan, hingga tak mampu ku cegah aku tertidur. Aku bermimpi berjalan di suatu padang, tiba-tiba kilatan demi kilatan cahaya petir menyambar. Aku tersadar ini hanya mimpi, namun di tengah separuh kesadaranku kurasakan cahaya kilat itu tetap menyambar-nyambar membuatku silau, mataku menyipit menyaksikan kilatan demi kilatan cahaya, kulitku langsung merasakan dingin hawa AC. Tiba-tiba jantungku berdegup kencang, oh...Rey sedang memotretku. Posisiku terduduk bersender di kepala ranjang jati berukir bearalaskan bantal di punggung, kurasakan baju tidurku tersingkap ke atas, sementara kakiku tertekuk seperti jongkok.....dan aku tak mengenakan sehelai benangpun di bawah. Nafasku nyaris berhenti. uhh..mama cantik sekali, uhh..mama, ujar Rei setengah berbisik sambil terus memotretku yang aku yakini menggunakan kamera digital yang ku belikan sebelum ia berangkat ke jogja semester lalu. Rasanya aku ingin marah, namun rasa tegang mencegahku berbuat lebih jauh kecuali pasrah apa adanya. Rei berhenti memotret. Kurasakan gerakan springbed seperti ditimpa sesuatu. Aku semakin tegang menunggu sesuatu yang akan terjadi, dan tiba-tiba kurasakan sebuah benda di sisi2 luar mataku...Rei memakaikan kacamata baca ku. Lalu kembali kilatan-kilatan blitz menembus pelopak mataku.ohhhh...mama wanita tercantik yang pernah aku temui ..,bisik Rey lagi. Anak kurang ajar, sungguh teganya dia berbuat ini padaku, rasanya ingin ku menangis saat itu juga dan ingin mendampratnya habis-habisan, tetapi aku terlalu tegang untuk bergerak di samping kurasakan perasaan aneh menjalari setiap pembuluh darahku. Aku tak bisa menggambarkan entah itu peristiwa paling mengerikan dalam hidupku atau paling erotis yang pernah aku rasakan. Duduk telanjang di hadapan anak kandung yang menikmati tubuh indah ibunya dan....menyaksikan organ tubuh tempat ia lahir dulu. Aku merasa ada yang menggelitik vaginaku walau Rey tak menyentuhnya. Beberapa menit Rey memotretku sampai kemudian berhenti. Kembali mendekatiku, melepas kacamata bacaku, lalu kembali mendekat,mendekat, sampai kurasakan dengusan nafasnya di wajahku. Ia mengecup bibirku, dan.....ahh...sentuhan jemarinya di payudaraku membuatku hampir meloncat, namun sekali lagi aku terlalu tegang untuk bertindak.
Bulu kudukku mulai berdiri ketika ia memilin-milin pelan payudaraku lalu membetotnya pelan untuk keudian dilepaskan, terus beberapa kali ia ulangi perbuatannya pada organ tempat dia semasa bayi mendapat gizi. Ouh...tetek mama masih sekencang cewek abege, bisiknya. Kini hanya sebelah tangannya yang memainkan payudaraku, tangan satunya terus menuruni dada, perut dan....hinggap di timbunan bukit bercelah bertumbuhkan bulu-bulu hitam keriting lebat..vaginaku. Kali ini nafasku mulai tak beraturan, antara tegang, marah, kecewa dan....terangsang hebat bercampur aduk. Jemarinya mulai mengeramasi bulu-bulu pubisku, lalu menyentil pelan klitorisku,terus beberapa menit, sampai kemudian jemarinya membuka bibir vaginaku. Mengusap-usapnya, lalu perlahan memasuki diriku.Menggeliat-geliat di dalam lalu menariknya setengah keluar untuk kemudian didorongnya masuk kembali, terus seperti itu semakin lama semakin cepat. Aku masih berpura-pura terdiam walau nafasku makin tak teratur, antara perasaan terhina dan marah sekaligus malu.......malu mendengar suara vaginaku yang basah digarap jari jemari anak kandungku sendiri. oh...mama, mama basah sekali, ujarnya. Kurasakan ia menarik jemarinya dari liang senggamaku, dan kudengar suara hisapan dari mulutnya, ia tengah menikmati cairan dari pusat kewanitaanku, membuatku semakin terhanyut suasana erotik malam itu.Kembali ia hujamkan jarinya ke dalam liang dimana ia dulu lahir, untuk kemudian kudengarkan lagi suara hisapan mulutnya , terus beberapa kali sampai aksi terakhirnya menyetubuhi diriku dengan jemarinya sampai kemudian ia kurasakan berdiri di hadapanku.
Tiba-tiba kurasakan ujung benda keras namun elastis menyentuh pipiku, kurasakan ujungnya agak basah. Lalu menyentuh hidungku, aromanya segera kukenali sebagai.....penis lelaki !!!,apa yang dia lakukan padaku, dia benar-benar....splas..splas..splas..splas..pikiranku berhenti sesaat, merasakan cairan kental panas menyemprot wajahku, mata, hidung,pipi,bibir, leherku tak luput dari serangan cairan asing yang kupastikan adalah...cairan sperma anak kandungku.oh...mama,..ssssshh, bisiknya seraya mendesis. Aku masih terdiam, sebagian sperma merembes ke dalam bibirku . Kembali kilatan-kilatan cahaya menembus pelopak mataku, anakku kini memfotoku dalam keadaan wajah bermandikan cairan air maninya. Beberapa kali ia ambil sampai akhirnya mendekatiku, melapkan kain basah ke wajahku. Mengangkat diriku untuk dibaringkan, merapikan bra menutup payudaraku walau kaitnya tak terpasang, memakaikan celana dalam dan celana piyamaku lalu kembali mengecup bibirku. Dan akhirnya keluar kamar. Perlahan aku membuka mata, mencoba mengatur nafas. Pikiranku menerawang tak karuan. Rey, apa yang kau lakukan..tak terasa air mataku mulai berlinang...oh Rey, kau telah menodai ibumu nak. Aku mulai menangis, lalu bangkit menuju kamar mandi, buang air kecil dan membasuh wajahku. Lalu melihat wajahku di cermin, sambil berkata dalam hati, mengapa kau tak mencegah anakmu mencabulimu, bodoh?lama pikiranku berkecamuk sampai kuputuskan untuk tidur, pintu kamar kali ini ku kunci.
[Bersambung]