Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT PERJALANAN MENGGAPAI CITA DAN CINTA 2

Heri tiger di real life ku, badang nya berotot besar, dengan rambut cepak.. dan aku pernah duel dengan dia walau kita beda umur :)
 
Episode 3 season 2 ini bikin senyum senyum sendiri anjir... maraton lagi dah , padahal mata udh sakit banget sampe ngeblur ;)
 
Ini bukan khayalan ini real life... kampus teknik dikota khas buah apel nya emg terkenal garang, dan dunia bawah tanah nya dipegang orang-orang dari pulau garam.. yg cukup disegani. Jangan2 kamu penghuni kos pondok merah kisanak ? :tepuktangan:
 
BAGIAN 79

SELAMAT TINGGAL





POV Cakra

Hallo cookkk.. namaku cakra.. aku lahir didesa jati bening.. desa yang bertetangga dengan desa jati luhur tempat irawan lahir.. irawan adalah sahabatku mulai dari kami kecil.. kami sama – sama dibesarkan dari sumber air yang sama, sungai yang membelah desa kami..

Karena kami dulu sering bersama.. orang – orang sampai mengira kami adalah saudara kandung.. canda, tawa, suka dan duka kami lalui bersama.. aku dulu sering diselamatkan oleh irawan ketika kami tawuran dan aku juga sering melindunginya ketika dia lengah.. kami saling melindungi dan saling menjaga.. dan walaupun tidak ada ikatan darah langsung.. ikatan kami melebihi saudara kandung itu sendiri.. irawan jati.. sahabat yang sangat baik hati dan sangat setia kawan..

Mulai dari SMP, STM sampai masuk kuliah, kami selalu bersama.. karena kami dulu pernah berjanji.. kami akan menaklukkan propinsi ini dengan kepalan tangan kami..

Kehidupan yang begitu keras dijalanan, kami lalui bersama dengan persaudaraan yang kuat.. begitu kami berdiri dijalanan.. tidak ada satupun bajingan yang dapat mengalahkan duet kami berdua..

Aku yang menjadi penguasa pemuda didesa jati bening dan irawan yang jadi penguasa pemuda di desa jati luhur, pelan – pelan mulai merambat menguasai kabupaten tempat kami tinggal.. satu persatu desa tetangga kami kuasai.. dan kami berdua menikmati itu semua..

Setelah lulus dari STM.. kami berdua pergi kuliah bersama kekota pendidikan.. dan lagi – lagi duet ku dengan irawan, mulai mencari lawan.. dengan masuknya agus, totok, nawi dan tomo.. kami semakin kuat.. kami berenam mulai menguasai kampus teknik kita.. kami berenam membuat benteng yang kuat dikampus teknik kita.. sehingga tidak ada satupun preman dikota ini yang berani mengusik semua mahasiswa yang ada dikampus teknik kita.. kota ini sering terjadi tawuran antar geng pada waktu itu, dan itu tidak berimbas dikampus teknik kita karena adanya kami berenam..

Sebenarnya aku tidak diijinkan kuliah oleh ayahku.. tapi karena keinginanku yang kuat, akhirnya ayahku mengijinkannya.. ayahku itu lebih senang jika aku meneruskan bisnis hitam keluarga kami.. bisnis yang membuat ayahku dan bapak jati menjadi rival yang abadi.. aku dan irawan tidak terpengaruh dengan hal itu.. kami tetap bersahabat, walaupun kedua orang tua kami sering bergesekan..

Oh iya.. satu sifat irawan yang paling tidak aku suka.. playboy.. dengan wajah tampannya, dia sangat mudah menaklukkan wanita disekitar kami.. sebenarnya sih aku enjoy aja dengan sifat sahabatku itu.. karena bagaimanapun.. bagiku, persahabatan itu selalu menerima kekurangan dari sahabatnya dan saling menutupinya.. tapi ke enjoy an ku berubah menjadi ketidak suka’an, ketika tau irawan mencintai putri anjani ranajaya..

Putri anjani ranajaya.. kembang desa didesa jati bening.. semua laki – laki didesa ini dan desa sebelah, pasti akan langsung jatuh cinta ketika melihat senyum manis dan wajah cantik khas pedesaannya itu.. dan aku adalah salah satu laki – laki yang mencintainya.. anjani mengajarkan aku tentang cinta dan kasih sayang lewat senyum manisnya.. dia adalah segalanya bagiku dan dia belahan jiwaku..

Tapi cintaku bertepuk sebelah tangan.. anjani rupanya mencintai irawan juga.. sebenarnya aku sudah belajar mengikhlaskannya ketika tau irawan mencintai anjani.. tapi sakit hatiku bergejolak ketika tau irawan mempunyai hubungan dengan damayanti kusuma.. hati sangat sakit sekali.. ketika aku sudah belajar mengikhlaskan anjani, tapi justru irawan menduakannya.. bangsattt..

Dan akhirnya, persahabatan kami berenam bubar dikarenakan cinta.. lebih tepatnya aku dan irawan.. sahabat yang melebihi saudaraku itu, mencintai orang yang sangat aku sayangi mulai dari kecil..

Akupun bertekad untuk merebut anjani dari irawan.. tapi anjani tetap kukuh dengan cintanya ke irawan.. bukan cakra namanya kalau mudah menyerah.. aku terus berusaha merebut cinta anjani.. tapi tidak dengan cara mengemis.. aku menggunakan kedua kepalan tanganku untuk merebut cintanya..

Dan satu lagi yang membuat hubunganku dengan irawan renggang.. ambisiku yang begitu besar ingin menguasai propinsi ini, berbanding terbalik dengan irawan.. dia sudah mulai jenuh dengan pertempuran – pertempuran.. dia lebih fokus kepada cita dan cintanya.. dan dia melupakan impian kami sejak dulu yang ingin menguasai propinsi ini.. bangsattt..

Karena sakit hatiku yang begitu besar kepada irawan.. kami berenam tidak sejalan lagi dan akhirnya bubar.. irawan dan keempat sahabatku, bergabung menjadi lima orang dan mendirikan kos pondok merah.. sedangkan aku keluar dari perkumpulan mereka dan juga keluar kampus.. aku pindah kekampus kuru dan disana aku mendirikan black house seorang diri..

Dan setelah aku mendirikan black hosue.. aku mulai merambat dengan menaklukan satu persatu kampus yang ada dikota ini.. lalu aku menaklukan beberapa daerah dikota ini bersama anggota black house dan anak buah ayahku.. ayahku sangat senang dengan perubahanku ini.. beliau selalu mendukungku untuk menjadi penguasa diprovinsi ini..

Dan ditengah ambisiku untuk menguasai provinsi ini, aku tidak melupakan cintaku kepada anjani.. aku tetap berusaha terus untuk mendapatkan cintanya.. penolakan – demi penolakan aku terima dari anjani.. tapi aku tidak putus asa.. aku terus mencoba manaklukan dan melunakan hatinya keras...

Cintaku kepada anjani begitu besar.. tidak ada yang bisa mengalahkannya.. semakin aku ditolak.. cintakupun semakin besar.. aku luapkan penolakan anjani dengan menghajar dan menaklukan satu persatu preman terkuat dikota ini.. aku membentuk iblis hitam untuk menguasai dunia hitam dikalangan kampus.. dan aku membentuk kelompok utama untuk menghancurkan preman – preman diluar sana.. dan terakhir incaranku adalah kampus teknik kita.. terutama pondok merah..

Dan ketika kekuatanku telah cukup, aku pun menghancurkan pasukan pondok merah bersama kelompokku.. dan aku mengalahkan irawan dalam suatu duel pamungkas..

Bahagia, senang, marah, sedih, benci dan menyesal.. menyatu dengan darahku dan darah irawan yang keluar.. aku telah membantai sahabatku sendiri.. sahabat yang melebihi saudara kandungku.. aku menangis ketika aku menumbangkannya.. aku teringat ketika kami sama – sama makan sebungkus nasi berdua disaat kami selesai tawuran.. aku menjerit ketika mengenang aku pernah diselamatkan olehnya.. tapi aku marah ketika bayangan anjani muncul dihadapanku..

Cintaku sangat luar biasa untuk anjani.. apa aku salah jika aku terlalu manyayangi anjani..? apa aku berdosa bila aku mencintainya dengan cinta buta ke anjani..? kalau aku salah.. berarti sang pencipta juga salah karena menciptakan cinta.. kenapa sang pencipta menciptakan cinta dihatiku..? kenapa..? apa karena Dia menciptakan ikhlas, jadi kita harus merelakan..? bangsaatttt..

Bagiku cinta adalah cinta, tidak ada yang namanya ikhlas.. karena itu hanya akan membuat dunia ini dipenuhi air mata penyesalan.. orang bilang ikhlas akan memberikan kebahagiaan.. bangsat yang bilang begitu.. bagiku ikhlas itu hanya kata lain dari penyesalan, karena kita tidak bisa memilikinya.. ikhlas itu juga bentuk dari seseorang pengecut.. pengecut yang tidak berani memperjuangkan sesuatu yang diinginkannya..

Siapa orang didunia yang benar – benar ikhlas jika cintanya dimiliki orang lain..? siapa..? tunjukkan satu kepadaku.. maka aku akan berguru kepadanya.. bajingaannn..

Aku memang memilih jalanku sendiri, dan aku selalu ditertawakan oleh orang lain karena aku berbeda dalam urusan percintaan dan ambisi.. tapi.. aku malah balik menertawakan mereka, karena mereka selalu memilih jalan yang sama.. assuuu..

Dengan berbekal kemenangan terhadap irawan.. aku kembali mengutarakan cintaku ke anjani.. ingat aku hanya mengutarakannya, bukan mengemis cinta darinya.. tapi kali ini bukan hanya penolakan yang kudapat.. anjani begitu marah kepadaku.. dia menangis dan kebenciannya terhadapku makin terlihat jelas dimatanya..

Apa aku menyerah..? tidak..

Cintaku berkurang..? tidak..

Marah dengan anjani..? tidak..

Cintaku semakin menjadi dengan anjani..

Aku pun berkata kepada anjani..

“seandainya irawan sudah pulih dan dia menantangku.. aku akan melayaninya dengan senang hati.. dan aku akan menumbangkannya untuk kedua kalinya.. dan terus akan menumbangkannya sampai kamu menerima cintaku.. kalau perlu aku akan membunuhnya..” ucapku lalu aku pergi meninggalkan anjani dengan air matanya yang terus keluar..

Sedih.. pasti.. hatiku terasa teriris ketika melihat wanita yang kucintai meneteskan air matanya.. bukan untuku tapi untuk orang lain.. kenapa dia begitu mencintai playboy macam irawan itu..? kenapa dia tidak mau mencintaiku..? padahal aku menjadikannya satu – satunya ratu dihatiku.. dan aku rela mengorbankan apapun demi dia..? kenapa..? bangsaatttt..

Dan duelku kedua dengan irawan terjadi beberapa bulan kemudian.. dengan dendam baru dihatiku karena ayahku dibunuh oleh bapak jati, dan ibuku meninggal beberapa bulan kemudian karena sakit memikirkan ayahku.. aku semakin benci terhadap irawan..

Dan untuk duelku yang kedua ini.. aku kalah telak dan aku tumbang oleh irawan.. pasukan ku pun hancur oleh kelompok pondok merah.. bajingaannn..

Kekalahan ini tidak menyakitkan bagiku.. tapi berita tentang pernikahan anjani dengan irawan yang justru menyiksaku.. dunia ini serasa kiamat.. sedihku dihari itu melebihi kesedihan ketika aku ditinggalkan kedua orang tuaku.. belum pernah aku meneteskan air mata.. tapi hari itu.. disaat aku mendengar gending (alat music pulau ini) diacara pernikahan anjani.. air mataku menetes.. gending yang terdengar merdu ditelinga orang lain, terdengar seperti irama kematian ditelingaku.. dan suara sinden yang bernyanyi, seperti menuntun kematian cinta di hatiku..

Mulai detik itu, tidak ada perasaan dihatiku dan tidak ada yang namanya cinta.. yang ada hanya kemarahan dan kebencian..

Aku mulai menyusun siasat lagi.. pelan – pelan aku mengumpulkan anggota ku yang tersisa dan mantan anak buah ayahku yang masih ada.. aku membangkitkan iblis hitam dengan dipimpin black.. aku juga membentuk aliansi selatan yang dipimpin oleh herman..

Tapi semua akhirnya hancur oleh irawan dan anaknya sisandi.. bangsattt.. aliansi selatan terlalu lemah bagi kelompok jati yang dipimpin irawan.. dan pondok merah yang panglima perangnya sandi terlalu kuat bagi iblis hitam..

Dan dihari tumbangnya black, aku sengaja menumbangkan sandi dan seluruh penghuni pondok merah, untuk memancing irawan keluar lagi..

Usahaku berhasil.. irawan dan semua kelompok pondok merah dari berbagai jaman datang untuk membalaskan dendam, karena aku menumbangkan generasi yang sekarang..

Baguslah kalau mereka kumpul semua.. aku jadi lebih mudah untuk menghabisi mereka semua satu persatu.. dan ini sudah aku nantikan sejak lama… setiap saat waktu penantianku hanya aku buat untuk latihan.. kepalan tanganku, injakan kakiku dan kekuatan tubuhku lainnya, aku persiapkan hanya untuk hari ini.. hari penghakiman bagi irawan dan keturunannya.. untuk setiap tetes air mataku yang mengalir dan setiap tetesan darah dari orang tuaku.. aku akan membantainya hari ini juga.. bangsatttt…

Aku berdiri tegak diatas panggung kekuasanku ini.. dan aku melihat irawan sudah mulai maju dan membantai satu persatu anggotaku.. dengan mata merah andalannya.. irawan menyerang dengan membabi buta…

Dan sekarang kami berdua telah berhadapan diatas panggung.. wajah irawan tampak berdarah – darah setelah melewati kuatnya pertahanan dari pasukan khususku.. matanya pun berubah seperti biasa lagi.. dan dibalik darah yang membasahi wajah irawan.. aku melihat sesuatu yang langsung membuat hatiku bersedih.. ada apa denganmu wan..? apa kamu sakit..? kenapa tubuhmu mengurus..?

Aaahhh.. bajingan.. apa perduliku.. dia mau sakit atau tidak.. aku harus membunuhnya malam ini…

“BUNUH DIA CAKRA.. BUNUH DIA…” suara almarhum ayahku mendengung dikepalaku..

“cakra.. hentikanlah semua ini.. aku masih menganggapmu sebagai saudara..” ucap irawan kepadaku.. dan kata – kata itu selalu diucapkannya ketika akan berduel denganku.. bangsat irawan ini.. kenapa dia selalu berkata seperti ini..? assuu..

“saudara..? mulutmu wan.. saudara itu ga akan merebut cinta saudaranya..” ucapku lalu aku menghisap rokokku.. aku sengaja memancing emosinya dan memancing emosiku sendiri yang entah kenapa langsung menurun ketika melihat tatapan sayu irawan..

“anjani memilihku cak.. dan kami saling mencintai..” ucapnya..

“cinta..? masih ada cinta dihati playboy macam kamu wan..?” ucapku sambil menatapnya dengan tajam.. bajingaann.. kenapa harus ada kata cinta disini..? aku muak mendengarnya..

“itu masa lalu cak.. dan cintaku hari ini hanya untuk anjani istriku.. tidak ada yang lain.. dia adalah ibu dari anak – anakku..” ucap irawan..

“jadi karena dia ibu dari anak – anakmu, makanya kamu hanya mencintai anjani seorang..? kalau anakmu semua aku bunuh, apa masih ada cinta untukmu buat anjani..? hehe..” ucapku dengan sinisnya..

“jaga ucapanmu cak.. aku masih menganggapmu saudara sampai detik ini.. tapi kalau sudah menyangkut istri dan anak – anakku.. aku ga akan segan untuk membunuhmu..” ucapnya dengan emosi yang mulai naik lagi..

“persetan dengan ancamanmu wan.. cintaku telah mati selama ini.. dan itu bisa hidup kembali jika disiram darahmu dan darah dari keturunanmu.. dan anjani menjadi permaisuriku..” kataku sambil aku merenggangkan kedua tanganku lalu memutarkan kepalaku..

“aku akan membuatmu menyesal wan.. karena kamu tidak membunuhku pada duel terakhir kita.. malam ini adalah malam kematianmu..” ucapku sambil membuang rokokku lalu menunjuk wajah irawan..

“baiklah cak.. kalau memang itu keputusanmu.. malam ini akan menjadi duel terakhir kita..” ucap irawan dan matanya langsung memerah..

“BANGSATTT KAMU WAN…” ucapku lalu berlari kearah irawan..

BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG…

Pukulanku kearah wajah irawan masuk dengan telak dan injakan irawan didadaku pun masuk dengan telak juga.. kami sempat termundur beberapa langkah.. lalu kami saling maju lagi dan saling menyerang lagi..

TAPP.. TAPP.. TAPP.. TAPP.. TAPP.. TAPP..

Pukulanku kearah dada dan wajahnya dapat ditangkis oleh irawan.. lalu..

TAPP.. TAPP.. TAPP.. TAPP.. TAPP.. TAPP..

Balasan pukulannya yang cepat pun dapat aku tangkis..

Lalu disela aku menangkis serangan irawan, aku melihat ada ruang untuk menghantam wajahnya..

BUHHGGGG.. BUHHGGGG..

Dua upercutku mendarat dirahang dan pelipisnya.. lalu..

BUHHGGGG.. BUHHGGGG..

Dua pukulan beruntunnya pun masuk didadaku dan mulutku sampai aku terdanga.. dan darahku keluar bercampur air liur.. asuuuu… akhirnya darahku pun keluar juga dimalam ini.. bajingann..

BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG…

Irawan terus menghantam wajahku sampai aku terdesak.. irawan menghajarku dengan tatapan yang tidak seperti biasa ketika dia menghajar musuhnya.. dia menatapku dengan tatapan yang sayu sekali.. terlihat jelas kesedihan dimatanya.. bajingaaannn.. lalu disaat irawan melayangkan sebuah pukulan kearahku lagi.. aku menghindar kesamping..

WWUUTTTT….

Pukulan irawan hanya mengenai angin saja.. dan tangan kanan irawan lurus tepat disamping wajahku.. lalu dengan cepatnya, aku memegang lengan tangan kanan irawan dengan tangan kiriku.. lalu dengan sikut kananku.. aku menghantamkannya bawah ketiak kanan irawan.. dan itu salah satu titik terlemah dari manusia..

BUUUHHGGG…

“ARRGGGHHHH..” jerit irawan dan tubuhnya sampai melengkung ke arah kiri.. tampak wajah nya terlihat sangat kesakitan sekali.. dan entah mengapa akupun merasakan sakit yang sama.. hatiku terasa sakit sekali melihatnya meringis kesakitan.. assuuu.. bunuh dia cakra.. bunuh irawan ini.. hilangkan semua ingatanmu tentang dia.. bajingaaannn..

Lalu aku putar pergelangan tangan kanan irawan itu kebelakang..

KRAAKKKK..

“ARRHHHGGGG…” lagi – lagi terdengar irawan kesakitan setelah pergelangan tangan kanannya itu aku patahkan.. assuuuu… jeritannya membuat hatiku menangis.. bangsat kamu irawan.. kenapa kamu memaksaku begini..? kenapa kamu membuat aku menjadi setega ini.. bajingan kamu irawaaannnn..

Lalu dengan tetap memegang tangan kanan irawan yang patah.. aku menghantam wajah irawan dengan tangan kananku secara bertubi - tubi..

BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG…

Wajah irawan berdarah – darah.. dan dari mulutnya keluar darah bercampur liurnya.. bajingaannn.. air mataku pun akhirnya mengalir dengan derasnya.. sakitnya irawan terasa sampai diulu hatiku.. bajingaann.. ada apa denganku ini..? dadaku sesak dan tangisanku kali ini lebih deras dari pada saat pernikahannya dengan anjani waktu itu.. asssuuu..

“BUNUH DIA CAKRA.. BUNUH DIA.. JANGAN LEMAH KAU..” teriak ayahku lagi..

Lalu aku berputar dan melepaskan pegangan tangan kiriku ditangan kanan irawan.. dan aku mengarahkan tendangan balik menggunakan tumitku tepat diwajah irawan..

BUUUHHGGG… BUUMMMMMM..

Irawan pun langsung tumbang kebelakang.. bajingaaannnn..

Tumbangnya irawan langsung membuat jantungku berhenti sesaat..

DUG…

DUG…

DUG..

Lalu jantungku berdetak dengan lambat.. ingin aku meraih tangannya dan membantunya berdiri.. bajingaaannn.. kenapa pertarungan hari ini membuat aku lemah..? asssuuuuu.. kenapa aku tidak sekuat sebelumnya dan kenapa ada perasaan menyesal dihatiku..? kenapa..? bangsaatttttt…



“hey anakku cakra.. ada apa denganmu..? kamu lupa dengan cintamu yang kandas..? kamu lupa dengan tetesan darahku yang keluar ketika jati membunuhku..? apa kamu juga lupa dengan setiap tetesan air mata dari ibumu setelah kepergianku, sampai dia menyusulku..? ayolah anakku.. bantai dia.. bunuh dia..” ucap ayahku yang selau terngiang dikepalaku…

“iya.. aku akan membunuhnya yah.. aku akan membunuhnya...” dan emosiku pun perlahan naik kembali..


Dan kulihat irawan sudah mulai berdiri lagi sambil menunduk dan memegangi tangan kanannya yang patah dengan tangan kirinya.. lalu irawan memegang sikut kanannya dan diurut sampai pergelangan tangan kanannya dan memutarnya dengan tangan kiri dengan kuatnya..

KRAAKKKKK..

Bangsaattt.. rupanya dia masih bisa mengembalikan pergelangan tangannya yang patah.. lalu irawan mengangkat wajahnya yang penuh darah dan dengan tatapan yang sangat mengerikan kearah ku.. irawan pun terlihat tersenyum dengan bengisnya sambil membersihkan darah yang keluar dari mulutnya… hem.. rupanya emosi sudah mulai menguasai kepalanya akibat tangannya kupatahkan dan aku tumbangkan tadi..

Aku hanya tersenyum.. lalu dengan emosi yang mulai menguasai kepalaku lagi.. aku maju sambil mengarahkan tendangan kearah wajah irawan..

WUUTTTTT..

Irawan menunduk dan cepat berputar sambil mengarahkan tendangan balik dengan tendangan yang lurus kearah bagian samping leherku..

BUUUHHGGG…

Aku oleng kesamping kanan.. lalu irawan berputar lagi dan mengarahkan tendangannya lagi kearah wajah sebelah kanan ku dengan tumitnya..

BUUUHHGGG…

Wajah ku terdanga dengan darah yang menyembur dari mulutku.. lalu sambil meloncat.. irawan mengarahkan kepalan tangan kanan dan kepalan tangan kiri secara bergantian kearah wajahku..

BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG…

Aku termundur dan terdesak dengan pukulan beruntun irawan.. dan ketika aku sudah berdarah – darah.. aku melihat air mata menetes dikedua mata irawan bercampur dengan darah diwajahnya.. bangsaattt.. apa dia sakit juga ketika memukulku..? assuuuu..

Lalu

DORRRRRRR…

Aku mendengar satu bunyi letusan dari bawah sana..

“ARRGHHHHHHH..” teriak anak dari irawan..

“SANDIIIIIIIIII..” teriak orang – orang dibawah sana..

Bangsaattt.. siapa yang menembak..? apa anak buahku..? bajingaannn.. kenapa dia tidak mendengar perintahku tadi..? aku kan memerintahkan supaya tidak ada senjata diruangan ini..? bajingaaannnn..

Dan irawan yang berdiri dihadapanku langsung menoleh kearah suara tembakan tadi.. wajahnya terlihat terkejut dan langsung memucat…

“sa.. sa.. sa.. sandi..” ucap irawan dengan bibir yang bergetar dan mata yang berkaca – kaca..



“sekarang waktunya nak.. bunuh dia.. bunuh dia.. balaskan dendam ayahmu ini dan rebut kembali kekasihmu..” ucap ayahku yang mendengung dengan keras diruang kepalaku..

“tidak ayah.. cukup sudah…” ucapku didalam hati..

“kenapa cakra..? apa hatimu sekarang sudah lemah..? apa cintamu kepada anjani sudah luntur..? kamu tidak ingin membalas setiap sakit hatimu..? kamu tidak ingin membalas kematianku dan ibumu..?” ucap ayahku yang terus memancing emosiku..

“bu.. bukan begitu yah..” ucapku terbata – bata..

“kamu ternyata sekarang jadi pecundang seperti irawan nak.. hehehe..” ucap ayahku mengejekku..

“aku bukan pecundang yah..” ucapku dengan tegas..

“P E C U N D A N G …!!!!!!!” ucap ayahku pelan dan tegas..

“aku bukan pecundang yahhh..” ucapku dengan emosi yang mulai naik lagi..

“C A K R A P E C U N D A N G….!!!!!!!” ejek ayahku dan kali ini lebih nyaring terdengar

“AKU BUKAN PECUNDANG YAHHHHHH..” teriakku dan aku langsung mengepalkan kedua tanganku..

“kalau bukan pecundang.. habisi dia dan bunuh dia sekarang juga.. demi cintamu dan demi ayah ibumu..” perintah ayahku dengan tegasnya..

“BANGSAAATTTTTTT..” teriakku didalam hati.. lalu..


BUUUHHHHHGGGG..

Sebuah pukulanku yang sangat telak menghantam rahang irawan yang masih sok melihat anaknya tumbang.. dan pukulanku yang sangat keras itu langsung membuat nya roboh kebelakang..



POV irawan

Inilah kehidupanku sekarang.. hidup bahagia dengan seorang istri yang sangat cantik bernama putri anjani ranajaya.. seorang wanita yang bisa menerimaku dengan segala kekuranganku dan wanita yang sangat luar biasa yang selalu mendampingi aku.. walaupun dengan darah dan air mata, aku rela mendapatkannya.. memang perjalanan hidupku dengan anjani tidak mudah.. terlalu banyak pilihan, pengorbanan dan kesedihan.. tapi itu kami lalui bersama sampai kebahagian datang dan menaungi kehidupan kami..

Aku dan anjani mempunya tiga orang anak.. anak pertama kami seorang laki – laki yang gagah dan sangat keras kepala, sandi purnama irawan.. anak kedua kami seorang wanita yang sangat anggun dan cantik, eliana rumi irawan.. anak ketiga kami seorang wanita yang tomboy, manis dan agak manja, suhita maharani irawan..

Kami berlima hidup dengan cinta dan kasih sayang dipulau seberang.. ya.. aku merantau kepulau seberang tepat setelah kelahiran putri kedua kami.. aku sengaja meninggalkan pulau ini dan ingin hidup dengan tenang tanpa terlibat bisnis hitam bapakku.. dan ini semua juga demi sandi anakku..

Cukup sudah aku terlibat dengan hingar - bingarnya kehidupan bajingan dipulau ini.. aku tidak ingin anak - anakku terlibat dengan bisnis hitam bapakku.. aku ingin anakku terutama sandi, hidup selayaknya anak – anak muda lainnya yang bisa menikmati hidupnya tanpa ada perkelahian, minuman dan perebutan kekuasaan..

Tapi mungkin garis dari sang pencipta terhadap keturunanku, yang harus berhadapan dengan kerasnya dunia.. sesuatu yang seharusnya aku hindari dipulau kelahiranku.. dipulau seberang, sandi kecil berubah menjadi aku yang dulu.. sandi sering berkelahi, mabuk dan berurusan dengan bajingan jalanan dipulau seberang..

Dan itu semua bermula karena kecewa dan sakit hatinya terhadap seorang wanita yang tidak menemuinya waktu kecil dulu.. memey..

Gila.. rasa kecewanya yang dipendam, diluapkan dengan berkelahi dan dia semakin menjadi ketika STM.. sandi mabuk – mabukan dan sering tawuran.. puncaknya ketika dia berurusan dengan dua orang penguasa kota ini dan juga rekan bisnisku.. mamat dan gunawan..

Aku sendiri yang membebaskannya dari sekapan dua bajingan penguasa kota ini di gudang dekat pelabuhan.. dan hatiku terasa sakit sekali ketika melihat putra tersayangku yang berada diinjakan kaki mamat.. kondisinya yang terluka parah dan wajah penuh darah.. serta kepalanya diinjak.. membuat emosiku menggila dihari itu.. emosi yang sudah lama tidak pernah datang dikepalaku.. hari itu langsung meluap sejadi – jadinya.. putra tersayangku yang tidak pernah aku pukul, jangankan aku pukul.. memarahinya pun aku tidak sanggup.. tapi dihari itu dia diperlakukan seperti binatang oleh mamat dan gunawan.. bajingaannn..

Aku menghabisi semua anak buah mamat dan gunawan.. termasuk mereka berdua pun aku hajar tanpa ampun.. dan setelah hari itu, aku memutuskan kerjasama dengan kedua bajingan itu..

Sandi purnama irawan.. anak laki – lakiku satu satunya.. aku ingat sekali dulu ketika dia dilahirkan..

Tepat dimalam bulan purnama yang sedang melingkar dengan sempurna.. disebuah rumah sakit di pulau itu.. bapak jati, ibuku, bapak ranajaya, ibu mertuaku serta saudara – saudaraku dan saudara anjani.. menantikan dengan cemas kelahiran sandi..

Sedangkan aku.. aku menguatkan hatiku dan selalu mendampingi istriku untuk persalinan anak pertamaku itu.. aku selalu menggenggam tangan istri tercintaku.. belum pernah aku merasakan takut dan setegang ini.. pertempuran sehebat dan sekeras apapun, tidak bisa mengalahkan kondisiku ketika melihat istriku berjuang melahirkan anakku.. air matanya terus mengalir dan keringat deras membasahi seluruh tubuhnya.. bahkan anjani hampir pingsan ketika sandi sudah akan keluar dari rahimnya..

Tapi aku terus mengenggam tangannya dan memberikan dia semangat.. doa – doa pun tidak lepas dari mulutku.. sampai akhirnya sandi lahir.. aku sangat terkejut ketika tidak mendengar tangisan dari anakku itu.. ada apa ini..? apa anakku tidak bisa bicara..? dan aku lihat anakku lahir dengan keadaan terbungkus… aku pun makin terkejut melihat sandi masih terbungkus selaput itu.. dengan refleknya, aku melepas pegangan tanganku di anjani lalu merebut sandi dari tangan suster dan menggendong anakku itu.. aku langsung membawanya keluar dari ruang persalinan menemui kedua orang tuaku dan mertuaku..

Melihat kondisi sandi yang terbungkus.. bapak memerintahkan gito untuk mengambil jerami padi yang mengering.. lalu bapakku membawaku dan anakku kesebuah ruangan dirumah sakit yang sengaja dikosongkan secara paksa oleh ji’i adikku.. dan setelah bungkusan selaput ditubuh sandi telah dibuka oleh bapak.. tangisan sandi terdengar dengan nyaringnya.. bapakku mencium kening sandi lalu menyerahkan sandi kecil kepadaku..

“lantunkanlah ayat – ayat sang pencipta dikedua telinganya wan.. biarkan anakmu mendengarkan kebesaran sang pencipta untuk pertama kalinya.. ” perintah bapakku..

Ditengah tangisnya yang mengeras.. aku pun melantunkan ayat – ayat sang pencipta dikedua telinga anakku.. dengan bibir yang bergetar dan tetesan air mataku, aku menggendong sandi dan terus mengucapkan ayat – ayat yang membuat siapapun pasti akan merinding ketika mendengarnya.. tangis sandi pun langsung terhenti setelah mendengar kalimat – kalimat yang terucap dari bibirku.. dia seolah menikmati setiap ayat yang terucap.. dan setelah selesai.. aku mencium kening bayi mungilku ini dan dilanjut mencium kedua pipinya..

“siapa nama anakmu ini wan..?” tanya bapakku..

“sandi purnama irawan..” ucapku dengan tegas sambil menatap lembut wajah anakku..

“sandi adalah pelindung pak.. purnama itu terang dan irawan adalah namaku.. semoga anakku bangga memakai namaku dan semoga anakku menjadi kebangganku.. seorang yang menerangkan dan menjadi pelindung bagi orang lain disekitarnya..” ucapku dan kukecup lagi kening bayi mungil kesayanganku ini..

“bawalah anak ini ke ibunya dulu wan.. setelah itu kamu kemari lagi..” perintah bapakku..

“wan.. jarang terjadi kelahiran seperti ini.. anakmu lahir tepat dibulan purnama dan lahir dengan kondisi terbungkus..” ucap bapakku setelah aku meyerahkan anakku kepada istriku..

“maksud bapak..?” tanyaku..

“cucuku ini akan memiliki kekuatan yang sangat luar biasa, bahkan melebihi aku dan kamu.. jadi jagalah dia dengan baik.. jangan sampai hawa jahat menaunginya..” ucap bapakku sambil menepuk pundakku..

Gila.. kalau memang seperti ini, aku harus membawanya keluar dari pulau ini.. aku harus merantau ke daerah lain.. aku ga mau anakku dinaungi hawa jahat sesuai ucapan bapakku barusan.. aku ingin dia menjadi anak yang menyalurkan semua bakatnya ke hal yang positif..

Tapi rencanaku itu selalu ditolak oleh bapak dan ibuku.. bapakku beralasan, sandi masih bisa dilindungi dipulau ini.. jadi tidak perlu keluar pulau..

Sampai ketika sandi berumur empat tahun..

Sandi yang hari itu berebut mainan kesukaannya dengan seorang anak tetanggaku yang usianya sekitar sepuluh tahun.. mengamuk dan memukul anak itu.. kemarahannya sangat luar biasa, tubuhnya memerah dan suhu tubuhnya sangat panas sekali.. matanya sangat tajam ketika mengejar dan menghantam anak yang jauh lebih besar darinya itu..

Dan ketika aku tangkap dan aku tenangkan pun.. sandi meronta dan menangis sejadi – jadinya.. tangisnya parau dan sangat memekakan telinga.. matanya memerah dan terus mengeluarkan air mata sambil terus berteriak.. sampai akhirnya dia dipeluk oleh anjani.. belaian lembut dikepala sandi.. lambat laun membuat tangisnya mereda dan tatapannya kembali seperti semula.. suhu tubuhnya pun mendingin.. gila.. aku dan anjani sampai dibuatnya ketakutan…

Dan mulai detik itu juga aku bertekad untuk keluar dari pulau ini.. dengan bisnis hitam yang dimiliki bapak.. ga menutup kemungkinan sandi akan terlibat dan akan menggila kalau aku terus menetap didesa ini.. dan setelah ana, anak kedua perempuanku lahir.. aku pun meninggalkan pulau ini..

Aku yang hanya bermodalkan nekat, semangat dan selembar ijazah kampus teknik kita, berangkat kepulau sebarang.. aku meninggalkan dunia yang membesarkan namaku.. dunia hitam..

Banyak kenangan yang aku tinggalkan dipulau ini.. mulai dari cintaku dengan damayanti yang telah aku kubur setelah aku menikahi anjani.. terus aku menolak secara halus cinta adeknya yang masih SMP pada waktu itu, jenny kusuma.. dan satu lagi, gadis.. seorang wanita yang sangat misterius dan selalu datang pada saat aku mandi disungai yang membelah antara desa jati luhur dan jati bening..

Belum lagi aku harus meninggalkan para sahabatku pendiri pondok merah tanpa berpamitan kemereka.. kakanda agus, totok, nawi dan tomo.. aku tau mereka pasti marah aku tidak pamit dengan mereka, tapi apa mau dikata.. aku ingin meninggalkan pulau ini tanpa ada yang tau dan aku sengaja tidak memberi alamat kami kepada siapapun.. (dan hanya pandu sepupuku yang akhirnya aku beritahu dikemudian hari.. itu semua karena selain bisnisku yang berkembang.. pandu juga sangat pintar dalam permasalahan dilapangan.. aku sering melibatkannya dalam beberapa proyek dipulau seberang.. )

Dan setelah belasan tahun, aku meninggalkan pulau ini.. aku balik, karena putraku lagi – lagi kritis dirumah sakit karena ditikam kelompok dari desa utara.. anjani sangat marah kepadaku.. tapi wajarlah anjani marah.. karena putra kesayangan kami itu sedang kritis.. dan sebenarnya anjani melarang keputusanku untuk mengirim sandi untuk kuliah dipulau ini.. tapi aku yakin keputusanku ini sangatlah baik untuk kebaikan sandi.. aku ingin dia menjadi anak yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri..

Aku termakan oleh omonganku sendiri.. aku merantau supaya anakku terhindar dari hiruk pikuk bajingan dikota ini.. tapi aku justru mengirimnya kembali setelah dewasa kepulau ini untuk kuliah.. keputusan yang sangat sulit dan aku telah memikirkan masak – masak segala resikonya.. aku berkeyakinan.. dengan sikapnya seperti ini.. hanya dengan kuliah dikampus teknik kita dan kos dipondok merah, akan membentuk pribadinya menjadi anak yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.. tapi aku tidak melepasnya begitu saja.. ada pandu sepupuku yang menjaganya dan ada juga beberapa mata – mataku yang selalu mengawasi sandi..

Dan setelah sandi mulai sadar dari kritisnya.. aku pun kembali kepulau seberang.. dan aku kembali lagi kepulau ini setelah mendengar kabar adanya pertempuran keluargaku dengan aliansi selatan dan sandi terlibat didalamnya.. bajingaann..

Kenapa aku terlibat.. aku ingin memberikan shock terapi bagi siapa saja yang berani mengusik keluargaku dan aku menjaga kalau ada sahabatku yang sekarang membenciku terlibat dipertempuran waktu itu.. cakra..

Karena aliansi selatan ini bentukan dari cakra.. aku mengetahuinya dari mata – mataku yang ada dipulau ini..

Cakra.. sahabat yang seperti saudaraku.. tapi sekarang kami saling bermusuhan.. aku sudah berkali – kali mengajaknya berdamai tapi dia selalu menolaknya.. dia sudah terlalu membenciku karena aku menikahi anjani.. cinta sejatinya..

Hubunganku dengan anjani pun tidak semulus seperti apa yang kami inginkan.. putus sambung sudah biasa waktu kami berpacaran.. perselingkuhan pun aku jalani.. kenapa..? factor cakra.. ketika aku tau cakra begitu mencintai anjani.. aku sempat mundur dan akan menjodohkan mereka berdua.. tapi tentu saja.. keinginanku ini tidak aku sampaikan ke anjani dan cakra..

Dan disanalah awal mula aku bermain hati dengan damayanti.. aku hanya ingin mengalihkan pikiranku dari anjani.. tapi aku terjebak dengan permainanku sendiri.. aku yang awal mulanya bermain hati, akhirnya benar – benar terjatuh di dekapan damayanti.. gila.. dan disaat seperti itu.. anjani yang akan aku tinggalkan, justru memberikan segala perhatian dan kasih sayangnya kepadaku.. dan akhirnya kalian tau sendiri kan..? aku bingung dengan dua hati yang ada dipikiranku.. aku terlalu menyayangi damayanti dan aku mencintai anjani..

Cakra yang tau aku mendua.. marah dan menjauhi aku.. dia makin menggila dengan ambisinya untuk menguasai provinsi ini.. sebenarnya ambisi itu milik kami berdua.. tapi kampus ini mengajarkan.. “jangan mengejar ambisi dengan kepalan tanganmu.. tapi gunakan otakmu.. karena dengan otak, bukan hanya kota atau provinsi ini.. tapi dunia ini akan bisa kamu taklukkan..”

Dengan semangat itu pun aku bersemangat melanjutkan kuliahku.. dan aku melupakan sejenak masalah cintaku.. aku ingin fokus kepada cita – citaku.. karena didalam pikiranku, jika cita – citaku tercapai.. maka cintaku akan kugapai.. entahlah kenapa aku bisa berpikir seperti itu.. apa karena permasalahan dua hati dihatiku.. entahlah..

Dan disaat aku fokus dengan kuliah.. cakra yang telah pindah kuliah dan berhasil membentuk black house, mulai mengganggu ketenangan pondok merah.. aku sudah mengingatkan cakra berkali – kali tapi dia makin menjadi.. sampai akhirnya cakra dan kelompoknya bertempur dengan kami penghuni pondok merah.. kami semua tumbang dan kalah.. duelku dengan cakra pun dimenangkan olehnya dengan sangat telak..

Aku sangat terpukul hari itu.. bukan karena kekalahan dengan cakra.. tapi karena sahabatku sendiri sekarang menjadi musuhku.. bajingaannn..

Cakra semakin membenciku karena pengaruh ayahnya yang bisnis hitamnya kalah bersaing dengan bapakku.. dan suatu kejadian yang sangat memukul cakra selanjutnya adalah kematian ayahnya ditangan bapakku.. sebenarnya bapakku tidak ingin membunuh ayahnya cakra.. tapi dipertarungan terkahir bapak dengan ayahnya cakra.. harusnya tidak ada senjata.. tapi entah kenapa, ayahnya cakra mengeluarkan belati.. dan dengan kemampuan bapakku dalam berkelahi.. akhirnya belati itu menusuk tubuh ayah cakra sendiri..

Dan beberapa bulan kemudian, ibunya cakra meninggal karena sakit – sakitan akibat memikirkan ayah cakra yang telah meninggal…

Cakra semakin menggila.. cintanya dengan anjani tidak terwujud dan kedua orang tuanya tiada..

Dan disaat seperti itu, justru aku menantangnya bertarung.. aku harus menghentikan cakra dan kelompoknya .. bukan karena aku ingin membalas kekalahan.. tapi ini demi sahabatku.. aku ingin mengalahkannya dan membuatnya sadar..

Dan dihari itu aku bersama teman – teman dari pondok merah, berhasil mengalahkan cakra dan kelompoknya.. dipertarungan terakhirku pun, dengan hati yang begitu sedih dan terluka, aku menumbangkannya.. dan setelah melihatnya tidak berdaya aku mengajaknya berdamai.. tapi kebenciannya kepadaku yang begitu besar.. membuatnya memilih lebih baik mati dari pada berdamai denganku..

Aku bisa saja membunuhnya hari itu.. tapi entah kenapa, aku sangat yakin suatu saat nanti cakra akan sadar dan kembali menjadi cakra seperti yang dulu.. cakra sahabatku..

Dan aku melepaskan cakra hari itu..

Rumit ya..? aku aja bingung dengan kondisiku pada waktu itu.. tapi dengan berjalannya waktu, akhirnya aku memilih anjani untuk menjadi teman hidupku.. aku meninggalkan damayanti.. aku tau keputusan ini akan mengecewakan damayanti dan cakra.. tapi hidup adalah pilihan.. kita ga bisa memaksakan sesuatu yang sudah menjadi garisNya..

Dan disaat aku mengucapkan janjiku sebagai suami anjani dihadapan ayahnya.. hatiku menangis memikirkan damayanti dan cakra.. bukan aku menyesali pernikahan ini.. bukan.. tapi aku merasakan sakitnya mereka berdua..

“mas.. kita bukan manusia yang sempurna.. kita ga bisa membuat bahagia semua orang.. yang bisa kita lakukan, hanya berbuat yang terbaik..”

“dan yang terpenting, kita harus yakin.. pertemuan kita dan menyatunya kita hari ini, tidak salah tempat apalagi salah orang.. karena sang pencipta telah merencanakan ini semua mas..” ucap anjani ketika kami berganti pakaian dikamar untuk menyambut tamu – tamu kami.. dan sepertinya anjani tau tentang isi hatiku yang sedang bersedih ini..

“maafkan aku de.. maafkan aku.. aku sangat mencintaimu..” ucapku lalu mencium kening istriku ini..

“mas.. aku ga pernah ragu dengan cintamu.. aku tau, mas bukan manusia yang sempurna.. dan aku juga bukan manusia yang sempurna.. tapi.. mari kita jemput kesempurnaan kita, dengan senyum anak – anak kita kelak.. ” ucap anjani sambil menyandarkan kelapanya didadaku..

Itulah anjani.. dia selalu menjadi penyejukku ketika hatiku sedang gundah dan ditempa banyak masalah.. aku seperti menjadi laki – laki yang sempurna ketika berada didekatnya..

Kita kembali dengan pertempuran ketiga ku dengan cakra dan kelompoknya.. setelah cakra tidak muncul pada saat kami membantai aliansi selatan.. sekarang dia bangkit lagi dengan iblis hitamnya.. walaupun akhirnya iblis hitam bisa ditumbangkan oleh anakku dan semua penghuni pondok merah generasi yang sekarang.. cakra mencorengnya dengan menumbangkan semua penghuni pondok merah termasuk anakku.. aku tau dia ingin memancingku untuk datang lagi..

Dengan kondisiku yang lagi sakit.. aku pun terbang kepulau ini.. aku yakin cakra akan datang kali ini.. dan entah kenapa, aku yakin ini adalah pertarungan kami yang terakhir.. entah siapa yang akan tumbang diantara kami berdua.. atau siapa yang akan menumbangkan kami berdua.. dan sekali lagi, aku yakin.. ini adalah akhir dari pertempuran panjang kami.. semoga..

Dan sekarang aku berdiri dihadapan cakra sambil menunduk dan memegangi tangan kananku yang patah dengan tangan kiriku.. lalu aku memegang sikut kananku dan aku urut sampai pergelangan tangan kananku dan memutarnya dengan tangan kiriku dengan kuatnya..

KRAAKKKKK..

“HUPPPPPP..” aku menahan sakit yang luar biasa..

Ya.. aku sekarang sudah memulai duelku dengan cakra.. setelah aku berhasil menerobos semua pasukan cakra.. aku berduel dengannya diatas panggung.. dengan perasaan yang kalut dan kondisiku yang sakit.. tatapan cakra berbeda dari seperti biasa saat dia bertarung.. biasanya tatapan matanya tajam dan menghitam.. tapi kali ini hanya hitam.. aku melihat dia seperti bergulat dengan batinnya.. aku merasakan dia sangat sedih dan memendam perih yang teramat sangat..

Bagaimana kabarmu kawan..? setelah belasan tahun, hari ini kita bertemu lagi.. bukan kebencian yang ada dihatiku.. tapi kangenku sebagai sahabat..

Tapi semesta tidak mengijinkanku berdiri sebagai sahabatmu lagi.. aku berdiri sebagai lawanmu..

Aku menatap cakra dan kedua tanganku terkepal.. kulihat cakra tersenyum.. lalu dia berlari kearahku sambil mengarahkan tendangannnya kearah wajahku..

WUUTTTTT..

Aku menunduk dan aku langsung memutarkan tubuhku dengan cepat sambil mengarahkan tendangan balik dengan tendangan yang lurus kearah bagian samping leher cakra..

BUUUHHGGG…

Cakra langsung oleng kesamping kanan.. lalu aku berputar lagi dan mengarahkan tendanganku lagi kearah wajah sebelah kanan cakra dengan tumitku..

BUUUHHGGG…

Wajah nya terdanga dengan darah yang menyembur dari mulutnya.. lalu sambil meloncat.. aku mengarahkan kepalan tangan kanan dan kepalan tangan kiri secara bergantian kearah wajah cakra..

BAJINGAAANNNN..

Tega ga tega.. aku harus tega.. aku harus menyadarkan cakra dari kesalahannya..

BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG…

Aku terus menghajar wajah cakra.. dan cakra termundur lalu terdesak dengan pukulan beruntun ku.. dan ketika wajah cakra dipenuhi darah.. air mataku menetes dikedua mataku.. assuuuu.. maafkan aku cak.. maafkan aku..

Lalu ketika aku akan mengahajarnya lagi…

DORRRRRRR…

Aku mendengar satu bunyi letusan dari bawah sana..

“ARRGHHHHHHH..” teriak seorang anak yang aku kenal sekali suara anak itu.. bangsaattt.. itu suara sandi.. apa sandi tertembak..?

“SANDIIIIIIIIII..” teriak orang – orang dibawah sana..

Jiancookkkk.. kenapa tubuhku langsung kaku seketika..? tanganku pun masih terkepal dihadapan cakra.. aku langsung menoleh kearah suara tembakan tadi.. dan tubuhku yang tadinya kaku.. langsung lemas seketika..

Aku melihat sandi roboh dengan luka tembak didadanya..

“sa.. sa.. sa.. sandi..” ucapku dengan bibir yang bergetar dan mata yang berkaca – kaca..

Lalu tiba – tiba..

BUUUHHHHHGGGG..

Sebuah pukulanku yang sangat telak menghantam rahang ku.. tubuhku yang lemas karena melihat sandi terkapar.. langsung roboh seketika…

Aku tidak merasakan sakit sama sekali.. dipikiranku hanya ada sandi yang terkapar.. apa dia masih hidup atau dia sudah mati..? bajingaannn.. aku paling tidak bisa melihat anakku terkapar seperti itu.. biasanya aku pasti akan emosi sekali.. tapi entah kenapa, sekarang aku justru tidak ada tenaga sama sekali..

Aku roboh kebelakang dan terlentang..

Cakra lalu menginjak dadaku dan perutku dengan kuatnya..

BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG…

Aku hanya melengkungkan tubuhku keatas.. dan sekali lagi aku tidak merasakan sakit sama sekali.. tatapanku kosong dan aku tidak bertenaga sama sekali..

Lalu cakra menendang bagian samping tubuhku tepat di tulang igaku dengan kuat sampai aku terputar dan tengkurap dilantai..

BUUUHHGGG…

KRAAKKKKKK..

Aku merasa tulang igaku ada yang patah.. dan dengan posisiku yang tengkurap ini.. aku bisa melihat kehadiran bapak jati diruangan ini.. beliau dengan santainya berdiri dan menghisap rokok kelobotnya.. lalu beliau jongkok didekat sandi yang telah didudukan dan bersandar didinding.. lalu bapak mengoleskan ramuan keluka bekas tembakan didada sandi..

BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG…

Dalam kondisi yang tengkurap seperti ini.. cakra terus menginjak punggungku dan sesekali menendang tubuh bagian sampingku..

Lalu cakra menjambak rambut belakangku sampai aku berdiri.. setelah itu kepala belakang ku dipegang tangan kiri cakra.. sedangkan tangan kanan cakra yang terkepal, langsung menghajar wajahku yang sudah dipenuhi oleh darah..

BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG…

Aku tidak melawannya sama sekali dan tubuhku masih sangat lemas sekali… lalu cakra mendekatkan wajahnya kewajahku dan menatapku dengan tajam sekali.. kali ini tatapannya kembali menggila.. dia seperti emosi sekali dan ingin membunuhku..

“kenapa kamu ga melawan wan..?” bisik cakra kepadaku..

Aku hanya tersenyum sambil memiringkan sedikit wajahku… tetesan darahku pun semakin banyak jatuh dilantai..

“BANCIIII..”

“PENCUNDANGG..”

“HAHAHAHAHAHA..”

Ucap cakra sambil tertawa lalu menghajar ku lagi..

BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG… BUUUHHGGG…

Dia terus memancing agar aku melawannya… lalu cakra memegang kepala belakangku lagi dan membanting kepalaku menghadap kelantai dengan kerasnya..

BUUUHHGGG…

BUUUMMMMM…

KRAAAKKKKK..

Hidungku patah.. darahpun menggenang disekitar wajahku… kepalaku tertelungkup dilantai.. lalu dengan sisa tenagaku aku memiringkan kepalaku.. pandanganku sedikit kabur.. tapi samar – samar aku masih bisa melihat sandi telah sadarkan diri.. dia begitu emosi sekali melihat kondisiku seperti ini.. senyuman ku pun langsung tersungging dibibirku.. anakku.. kamu selamat ya..

Lalu aku mendengar cakra berjalan mendekatiku dan menginjak wajahku..

BUUUHHGGG…

Lalu cakra menahan injakannya itu diwajahku..

Kembali aku tersenyum.. ini bukan cakra.. semarah – marahnya cakra kepadaku.. dia tidak mungkin menghinaku seperti ini.. ini pasti pengaruh dari mata hitam dari desa jati bening..

Mata hitam.. jika kita dibawah pengaruhnya.. kita akan jahat.. seperti ayahnya cakra dan turun ke cakra.. tetapi, ketika siapapun bisa mengendalikan mata hitam.. orang itu akan menjadi kuat dan mempunyai aura yang menyejukan.. seperti bapak mertuaku, ranajaya..

Dan itu sama seperti mata merah yang dimiliki orang – orang pilihan didesa jati luhur.. dan menurut tetua kami, ketika mata merah dan mata hitam bersatu serta bisa mengendalikannya.. orang itu akan sulit ditandingi.. dan sampai hari ini.. aku belum pernah melihat ada orang yang seperti itu..

“ANJANIIIIIIIIIIIIIII.. SUAMIMU SEKARANG ADA DITELAPAK KAKIKU.. DAN SEBENTAR LAGI DIA AKAN MATI DITANGANKU.. TIDAK AKAN ADA YANG BISA MENGHALANGI CINTA KU KEPADAMU.. HAHAHAHAHAHAHA..” teriak cakra lalu tertawa dengan kerasnya..

“setelah ini.. giliran putramu yang aku bunuh.. kamu milikku anjani.. kamu milikku.. HAHAHAHAHAHA..” ucap cakra lalu tertawa dengan kerasnya sambil menguatkan injakannya diwajahku..

Pandanganku pun kembali tertuju kepada putraku sandi.. aku lihat dia berdiri berlahan – lahan dengan kepala yang tertunduk.. dan sandi langsung mengangkat wajahnya pelan sekali.. pandangannya lurus kedepan dan menatap cakra dengan tajamnya.. darah yang memenuhi wajahnya pun, semakin membuat wajahnya terlihat garang..

Tubuhnya sedikit bergetar.. kedua tangannya terkepal.. tiba – tiba matanya memerah.. sandi sangat emosi sekali.. seluruh bola matanya berwarna merah darah…

“AYAH…” ucap sandi dengan suara yang parau dan berat, serta bibir yang bergetar..

Astaga.. anakku bisa mengerikan seperti ini..? dia emosi sekali ketika aku diinjak oleh cakra..

Jangan melawan nak.. cakra bukan tandinganmu.. dia lawanku.. tapi lagi – lagi tubuhku sulit untuk bergerak.. bagaimana caranya aku menahan sandi..? dan aku kembali melawan cakra..?

Memang aku tadi memancing sandi,.. jika aku kalah hanya darah dagingku yang boleh melawan cakra.. tapi itu tadi.. sebelum sandi tertembak dan cakra tidak seemosi sekarang ini.. bajingaannn..

“maju sini kau anak bau kencur..” ucap cakra sambil terus menekan injakan kakinya dikepalaku.. cakra memancing anakku itu untuk maju kearahnya..

Sandi pun berjalan kearah panggung dengan kepala yang sedikit menunduk dan tatapannya yang makin tajam kearah cakra.. kenapa sandi dibiarkan maju..? kenapa bapak tidak menghalanginya..?

“AKU AKAN MEMBUNUHMU CAKRA.. AKU AKAN MEMBUNUHMU..” ucap sandi dengan bibir yang bergetar..

BUHHGGGG… BUHHGGGG… BUHHGGGG…

Cakra menginjak kepalaku dengan kuatnya sebanyak tiga kali.. lalu menahannya lagi diwajahku..

“HAHAHAHAHAHAHAHA..” lalu cakra tertawa dengan kerasnya..

“AYYAAAHHHHHHHH….” Teriak sandi lalu berlari kearah panggung sambil mengarahkan kepalan tangannya kesamping…

Dan ketika sandi sudah dihadapanku..

BUHHGGGG…

Cakra mengangkat kakinya dari wajahku dan menginjak dada sandi.. langkah sandi langsung terhenti seketika.. lalu..

BUHHGGGG… BUHHGGGG… BUHHGGGG… BUHHGGGG… BUHHGGGG…

Cakra mengahantam wajah sandi dengan ganasnya.. dan sandi sampai termundur kebelakang.. bajingaaannnn…

BUHHGGGG… BUHHGGGG… BUHHGGGG… BUHHGGGG… BUHHGGGG…

“kubunuh kamu.. kubunuh..” ucap cakra sambil terus menghantam wajah sandi.. dan sandi tidak bisa melawannya.. lalu cakra memutarkan tubuhnya dengan kuat dan mengarahkan tendangan balik kearah wajah sandi..

BUHHGGGG…

BUUUMMMM..

Sandi terlempar kebelakang dan dia langsung terduduk tersandar didinding.. bajingaannn.. perlahan emosiku naik lagi.. tanganku pun terkepal.. aku melihat sandi tersandar didinding dengan wajah berdarah – darah dan menunduk.. bajingan kamu cakra.. bangsaatttt..

Ruangan ini pun menjadi sangat tegang.. semua mata memandang kearah sandi dan cakra.. teman – temanku sebenarnya ingin membantu.. tapi mereka sudah aku larang tadi..

Dan ketika aku akan mengangkat tubuhku yang masih lemas..

“he.. he.. he.. cuman segitu aja kemampuanmu cakra.. hehehehehe..” ucap sandi dengan sinisnya dan tetap menunduk.. dan dia sempat tertawa mengejek… gila anakku ini.. masih kuat dia.. aku kira dia pingsan lagi..

“masih bisa bersuara kamu..? jangan berdiri ya.. biar aku kesitu dan kupatahkan lehermu..” ucap cakra dengan sadisnya..

“cukup cak.. cukup.. ini masalahmu denganku bukan dengan anakku..” ucapku menahan supaya cakra tidak mendatangi dan menghajar putraku lagi..

“tenanglah disitu wan.. biarkan aku membunuh anakmu.. baru aku akan membunuhmu.. hahahahaha..” ucap cakra lalu tertawa..

“apa kamu mau membunuhku..?” ucap sandi lalu mengangkat wajahnya pelan..

“HAHAHAHAHAHAHA..” lalu sandi tertawa dengan kerasnya.. tawanya terdengar sangat mengerikan dan membuat bulu kuduku berdiri.. teman – temanku yang lainpun terlihat sangat terkejut.. sedangkan bapak masih saja santai melihat sandi tertawa..

Lalu berlahan aku melihat bola mata sandi yang semuanya memerah seperti darah.. tiba – tiba ada lingkaran hitam kecil muncul dikedua bola mata sandi.. lingkaran itu pun makin lama makin membesar.. dan mata sandi terlihat hitam pekat ditengah dan merah darah disekitarnya.. bajingaaaannn.. apa sandi bisa menaklukan mata hitam dan mata merah..? gilaa.. apa ini yang dibilang bapakku ketika sandi lahir dulu..? sandi akan memiliki kekuatan yang sangat luar biasa melebihi kekuatanku dan bapak sendiri.. luar biasa anakku ini..

Sandi lalu berdiri perlahan sampai seluruh tubuhnya tegak…

“cukup sudah cakra.. cukup.. malam ini adalah malam terakhirmu.. HAHAHAHAHAHA..” ucap anakku dan diakhiri dengan tawa, yang lagi – lagi terdengar menyeramkan..

“ka.. ka.. kamu..” ucap cakra dengan bibir yang bergetar..

“aku iblis pencabut nyawamu..” ucap sandi lalu bergerak maju dengan cepatnya.. dan..

BUHHGGGG…

Sebuah hantaman didada cakra langsung membuat cakra muntah darah segar yang sangat banyak…

“HUEEKKKKKK…”

BUHHGGGG… BUHHGGGG… BUHHGGGG… BUHHGGGG…

Sandi lalu menghajar cakra dengan kepalan tangan kanan dan kepalan tangan kirinya bergantian.. dan cakrapun tidak bisa membalas serangan sandi yang cepat dan kuat..

BUHHGGGG… BUHHGGGG… BUHHGGGG… BUHHGGGG…

Sandi terus menghajarnya..

BUHHGGGG… BUHHGGGG… BUHHGGGG… BUHHGGGG…

Wajah, dada dan perut cakra dihajar oleh sandi.. lalu sandi berdiam diri sejenak dan mundur beberapa langkah.. lalu dia berlari sambil memutarkan tubuhnya dan mengarahkan tendangan balik yang sangat kuat..

BUHHGGGG…

BUUMMMMM..

Cakra langsung tumbang dan roboh terkena tendangan balik sandi.. saking kerasnya tendangan balik sandi tadi.. tubuh cakra sempat melayang dan berputar lalu jatuh tertelungkup.. wajahnya pun menghantam lantai dengan kerasnya…

Cakra jatuh tepat dihadapanku.. tubuhnya mengejang kesakitan.. keringat dinginpun langsung keluar dari tubuhku.. aku merasakan sakit yang sangat luar biasa.. sahabatku mengerang kesakitan tepat dihadapanku.. dan anakku yang merobohkannya..

Dengan sisa tenaganya.. cakra memiringkan kepalanya dan menatap wajahku dengan sebuah senyuman.. senyuman yang telah lama tidak keluar dari bibirnya kepadaku.. senyuman seorang sahabat yang sangat kurindukan… matanya pun berubah menjadi hitam dan putih seperti biasa..

“HUEEKKSSSS…” lagi – lagi cakra memuntahkan darah segar..

“wan.. aku bahagia hari ini.. aku tumbang ditangan anak sahabatku dan ditangan anak dari wanita yang sangat kucintai.. aku tidak menyesali ini wan.. ini adalah jalan yang kupilih.. dan aku akan mati dengan kebanggaan.. aku mati dihadapan sahabat dan saudaraku..” ucap cakra pelan sambil meneteskan air matanya..

Bajingaaannn.. air matakupun menetes melihat sahabatku yang sudah tidak berdaya itu.. dia sahabatku dan dia adalah saudaraku…

Tanganku pun mencoba meraih tangannya… tapi tiba – tiba sandi berlari dengan kencangnya lalu meloncat dan mengarahkan lututnya kearah leher cakra yang tidur tengkurap…

“JANGAN.NAAAAKKKKK..” teriakku kepada sandi.. tapi..

BUHHGGGG…

KRAAKKKKK..

“HOOGGRRRRR…”

Leher cakra patah.. matanya melotot kearahku.. darahpun keluar sangat banyak dari mulutnya.. tubuh cakra mengejang.. dan dia meregangkan nyawa tepat dihadapanku…

“TIDAAKKKKKK…” aku berteriak sekencang – kencangnya dan air matakupun mengalir dengan derasnya…

Sandi lalu mengangkat lututnya dari leher cakra.. tubuhnya terlihat gemetar dan kepalanya mendanga keatas…

“ARRRGGGHHHHHHHHHHH..” teriak sandi lalu dia menjatuhkan kedua lututnya kelantai dan sandi langsung roboh kedepan…

BUMMMMMMM…

Sandi tidak bergerak lagi.. bangsattttt..

Suasana diruangan ini kembali hening.. tidak ada suara teriakan, tertawa, pukulan dan tendangan seperti beberapa menit yang lalu.. semua orang terdiam dan terpaku dengan duel yang mereka saksikan tadi..

Aku lalu mengangkat tubuhku dan berdiri, lalu aku berjalan dengan gontai.. air mataku terus mengalir melihat cakra sudah tidak bernyawa dan sandi yang menggila barusan.. dan ketika aku akan mendekati sandi..

“kamu urus sahabatmu itu nak.. biar sandi, aku yang mengurusnya..” ucap bapak kepadaku..

“boleh aku aja yang merawatnya kang mas..?” ucap seseorang masuk dan berjalan kearah kami.. kami langsung menoleh kearah orang yang baru masuk itu..

Bapak ranajaya.. mertuaku.. tubuhnya yang menua tapi tetap tegap berjalan..

“dia cucuku juga kangmas.. dulu waktu sandi lahir.. kangmas yang merawatnya.. sekarang ijinkan aku untuk merawatnya ya..” ucap bapak ranajaya dengan tenangnya..

Bapakku pun mengangguk.. setelah itu, bapak ranajaya membungkuk dan mengendong putraku itu dengan kedua tangannya.. darah dari tubuh sandi langsung mengenai baju putih yang dikenakannya..

“nak.. baliklah kepulau seberang.. kasihan, istrimu cemas menantimu..” ucap bapak ranajaya kepadaku.. setelah itu beliau berjalan keluar ruangan ini sambil menggendong putraku..

Aku hanya bisa menatap kepergian beliau sampai beliau berlalu dari pandanganku.. setelah itu aku mendekati tubuh cakra yang tergolek dilantai.. aku lalu bersimpuh dengan kedua lututku.. kubalikkan tubuh cakra yang tengkurap dan aku angkat kepala cakra lalu kuletakkan dipahaku..

“sampai bertemu lagi kawan.. kita akan bertemu lagi dengan suasana yang penuh persaudaraan disana.. semoga tidurmu kali ini, membawa jiwamu lebih tenang..” ucapku lalu aku menutup kedua matanya yang melotot.. air mataku masih menetes dengan derasnya, mengiring kepergian sahabatku ini..

“terimakasih untuk kalian semua..” ucapku dengan bibir yang bergetar kepada teman – teman yang mengelilingiku..








#cuukkk.. apa yang kudapat dari pertempuran kali ini..? kemenangan..? tidak.. justru genangan air mata dan darah.. apa ini demi cinta..? tidak.. cinta membawa kebahagiaan, bukan kesedihan.. selamat tinggal kawan, sahabat dan saudara..


Gilaa gilaaa gilaa... sampe merinding baca eps. ini
Baca sambil ada backsound, dimana cinta merajut kesalahpahaman, rumit..

Terimakasih @Kisanak87 dari ceritamu banyak pesan moral dan pelajaran hidup yang bisa kupetik

Sehat selalu, aku tunggu kisah kisah selanjutnya :beer:
 
Cerita ini sangat menjancok kan... Sampai2 si jago ku ikut larut terdiam dalam menikmati kisah si sandi asu ini.. Asu pokok nya asu.. Berhari hari jadi kecanduan baca perseteruan ini.. Semua ber awal dari betina... Akhir nya semua jadi jancokk
 
Bimabet
BAGIAN 85
PERPISAHAN





274943884f70b9d1b78f96d42811bfd6cb3d2a51.jpg


Kirana Ayu Pramesti





Dua bulan kemudian..

“hai mas..” ucap ayu dengan senyum manis yang keluar dari bibir tipisnya.. dan kebiasaan ini selalu dilakukannya diakhir pekan.. menurut ibunya, ayu selalu menungguku kedatanganku didepan rumahnya.. dan dia tau kalau akhir pekan aku selalu datang mengunjunginya..

Dan ini adalah kedatanganku yang kesekian kalinya kerumah ayu setelah dia kecelakaan.. dan aku tidak bosan untuk selalu datang kerumahnya.. capek dan letihku selama perjalanan, selalu terobati dengan senyuman ayu.. dan menurut ibunya lagi, kondisi ayu terus menunjukan perkembangan positif, ayu selalu ceria dan kadang mulai mengingat hal – hal yang kecil.. tapi tentang aku, masih belum sama sekali.. entah kenapa..

Dan ditengah kebingunganku dengan kutukan yang aku jalani, aku terus memantapkan hatiku untuk ayu.. bu jenny yang telah menyerahkan ‘sesuatu yang paling berharga’ miliknya kepadaku pun bersikap biasa ketika kami bertemu dikampus, walaupun sesekali wajah juteknya ditunjukan untuk minta perhatian kepadaku.. tapi untuk perkuliahan, aku sudah bisa mengikuti mata kuliahnya seperti teman – temanku yang lain.. sedangkan untuk merry, dia seolah menghilang dan sengaja menjauh dari aku atau aku yang memang menjauh darinya.. entahlah..

“hai ayu.. gimana kabarnya..” ucapku kepadanya sambil tersenyum.. dan wajahnya langsung berubah menjadi sedikit cemberut..

“kenapa..? kok gitu wajahnya..?” ucapku sedikit bingung..

“ayu.. ayu.. biasanya kalau manggil gimana sih..?” ucapnya meraju..

“maaf de.. maaf.. hehehe..” ucapku sambil tersenyum..

“ga mau..” ucapnya dan tetap meraju..

“de.. kok gitu sih..?” ucapku dengan melasnya..

“pokoknya ga mau.. ayu marah..” ucapnya dengan bibir yang sedikit dimajukan.. assuu.. tambah manis aja ayu kalau begini.. bajingan..

“beneran nih..? ga mau dimaafin..?” ucapku menggoda ayu..

“oke.. kalau mau dimaafkan, ajak ayu jalan – jalan.. ayu bosan dirumah terus mas..” ucap ayu dan ekspresi wajahnya berubah seperti penuh harap kepadaku..

“yuu.. kok gitu sih.. mas sandi loh baru datang, belum duduk dan belum tarik nafas, langsung diajak keluar.. gimana sih..?” ucap ibunya ke ayu yang baru keluar dari arah dalam rumah.. dan ayu cuman tersenyum aja kepada ibunya..

“ga pa – pa bu.. sandi ga capek kok.. cuman gimana dengan permintaan ayu.. sandi ga enak kalau mau ngajak keluar.. takut kenapa – kenapa diluar nanti..” ucapku ke ibu ayu lalu aku melihat ke ayu..

“ihhhh.. kok gitu sih mas..? gimana ayu mau cepat sembuh kalau ayu dirumah aja, dengarin ya mas.. ayu itu bosan dirumah terus.. ayu kalau keluar rumah pasti kerumah sakit untuk konsultasi kedokter terus pulang lagi.. gimana ayu ga jenuh..” ucap ayu yang masih meraju..

“de.. kan itu demi kebaikan ade juga..” ucapku merayu ayu..

“kalau mau ayu cepat sembuh, bawa ayu keluar.. biar ayu bisa menghirup udara segar dan pikiran ayu juga lebih fresh..” ucap ayu terus memaksaku dan ibunya pun menatapku..

“bu..” ucapku..

“iya sudah nak.. tapi jangan lama – lama ya..” ucap ibu ayu ke ayu lalu melihat kearahku..

“assyiiikkkk.. ayu ganti baju dulu ya..” ucap ayu kegirangan lalu berbalik dan masuk kedalam rumahnya..

“bu..” ucapku lagi..

“ga pa – pa nak.. maafkan ayu dan maafkan ibu yang selalu merepotkan nak sandi..” ucap ibu ayu kepadaku..

“sandi ga pernah merasa direpotkan bu.. tapi ga pa – pa kah ayu keluar..?” tanyaku memastikan sekali lagi..

“ga apa – apa nak.. biar ayu senang terus pikirannya lega..” ucap ibu ayu meyakinkan aku..

“oke deh bu.. maaf ya..” ucapku..

“kok malah nak sandi yang minta maaf sih..?” ucap ibu ayu..

“hehehehe..” aku hanya menggaruk kepalaku saja..

Dan beberapa saat kemudian ayu keluar dengan memakai jaket dan tersenyum kepadaku..

“ayo mas..” ucap ayu kepadaku..

“hemmm.. mentang – mentang sudah diijinkan malah ga pamit sama ibu..” dan sekarang giliran ibu ayu yang meraju.. cuukkk.. anak sama ibu kalau meraju sama – sama nggemesin cuuukkk..

“hehehehe.. ayu pamit ya bu..” ucap ayu lalu meraih tangan ibunya dan mencium punggung tangan ibunya..

“iya hati – hati ya.. kalau pusing, langsung pulang ya..” ucap ibunya lalu mencium kening putrinya itu..

“iya bu..” ucap ayu sambil tersenyum..

Dan sekarang giliranku yang meraih tangan ibu ayu dan mencium punggung tangan beliau..

“hati – hati ya nak.. jangan sampai malam pulangnya.. titip jaga ayu ya nak..” ucap ibunya lalu..

CUUPPP..

Beliau juga mencium keningku..

“iya bu..” ucapku sambil menganggukan kepalaku..

Dan dengan diiringi senyum manis ibu ayu.. aku dan ayu pergi dengan menggunakan tigi.. awalnya ayu duduk dengan menjaga jarak, tapi lama – kelamaan ayu mendekat dan merapat.. lalu tangannya perlahan melingkar diperutku dan dadanya merapat dipunggungku.. cuuukk.. lama banget aku ga ngerasain pelukan ayu ini.. assuuu..

Dan motorku pun menuju kepusat kota.. kami berdua menuju ke alun – alun.. bagaimana aku tau arah alun – alun..?, karena alun – alunnya dekat dengan rumah sakit yang merawat ayu waktu kecelakaan dihari itu.. dan kenapa harus ke alun – alun..? karena aku ga tau harus kemana, kan aku ga begitu hafal dengan kota ini..

Dan ketika sudah sampai alun – alun, aku pun memarkirkan tigi.. setelah kami berdua turun.. aku lalu dengan refleknya memegang tangan ayu.. ayu sebenarnya kaget dan dia melihat kearah wajahku tanpa menolak peganganku.. aku kira dia akan marah.. ternyata dia hanya tersenyum dan mengeratkan genggaman tanganku..

Kami berdua berjalan – jalan mengelilingi alun – alun dengan sesekali bercanda dan bersenda gurau.. dan terlihat diatas sana, awan hitam pekat tanda hujan akan turun mendekat kearah kami..

“kita pulang yo de..” ajakku..

“entar aja mas.. belum hujan juga kok..” tolak ayu..

“karena belum hujan makanya aku ngajak pulang..” ucapku..

“iihh.. bawel..” ucap ayu sambil meraju dan aku pun cuman terdiam mengikuti kemauan ayu..

“mas.. kita dulu sering jalan – jalan berdua seperti ini ya..?” tanya ayu..

“mungkin..” jawabku singkat..

“kok mungkin sih..? jahat..” ucap ayu meraju lagi..

“kok marah sih de..” ucapku lalu melirik ayu..

“kalau ditanya itu jawabannya dua aja, iya atau ga.. jangan mungkin..” ucap ayu lalu memanyunkan bibirnya.. asuuu.. ga lama kucium bibirnya ayu kalau begini terus....

“iya.. ya de.. kita dulu sering jalan kok..” jawabku.. dan itu langsung membuat ayu tersenyum dengan senangnya..

“kalau kita sering jalan berdua, berarti kita dulu pacaran dong..” ucap ayu dan itu langsung menghentikan langkah kakiku.. aku lalu melihat kearah ayu dan menatap matanya..

“emang kenapa kalau kita dulu pacaran..?” ucapku sambil memiringkan kepalaku sedikit dan melebarkan kedua mataku..

“ayu senang aja mas.. walaupun ayu ga mengingat semuanya.. pasti kita dulu bahagia sekali ya..” ucap ayu dengan mata yang berkaca – kaca.. cuukkk.. kata – kata ayu ini langsung menampar wajahku.. (assuu.. kenapa sih kok sering betul aku ditampar wanita dengan kata - katanya..? dan rasanya itu.. lebih sakit dari pada ditampar kuda.. yakinlah.. karena ditampar kuda itu ga akan sakit lagi, tapi langsung mati.. asuuu.. tambah ga jelas ya tulisanku.. hahahaha.. bajingann.. tapi jangan salah.. ditampar kuda memang langsung mati.. kalau ditampar kata – kata wanita itu.. seperti mati tapi masih bernyawa.. apa ga tersiksa tuh.. bajingaan..)

Kamu ga tau sih yu.. dulu itu aku sering membuatmu menangis.. dan kalau kamu tau, sampai hari ini pun aku selalu membuatmu sakit dengan tingkahku yang tidak pernah tegas dengan semua wanita yang ada disekelilingku.. dan itu jauh dari kata bahagia yang kamu ucapkan barusan.. bajingan ga aku itu yu..? pasti bajingan pakai banget.. jiannccookkk..

Maaf yu.. maafkan aku.. aku memang laki – laki yang terkutuk yang tidak bisa membahagiakanmu.. aku malah sering membuatmu menangis dan bersedih.. dan puncaknya, aku malah membuatmu kecelakaan sampai hilang ingatan seperti ini.. bajingaannn..

Dan lagi – lagi, apa sekarang aku harus berjanji untuk memperjuangkan cintaku kepada ayu..? yakin janjiku ga akan goyah kalau bertemu dengan bu jenny..? atau ketika aku bertemu dengan merry lagi suatu saat..? atau ketika lia memulai dengan segala perhatiannya..? kenapa kalau dengan cinta, aku ga bisa memegang janji..? atau ini karena kutukan itu..? jangan.. jangan menyalahkan kutukan.. ini bukan tentang kutukan..tapi ini tentang ketidak tegasanku terhadap perasaanku saja.. atau jangan – jangan karena belum ada ikatan suatu hubungan dengan seorangan wanita aja, sehingga aku bisa dengan gampangnya berpaling ke hati yang lain..? ahhhh.. gila aku.. gilaa… bangsaaattt..

“kenapa mas..? kok diam..? salah ya perkataan ayu..?” ucap ayu sambil mengelus pipiku dengan lembutnya.. dan itu malah membuat mataku berkaca – kaca.. assuu to.. preman model apa aku ini..? sudah tattoan, sering berkelahi, pernah bunuh orang dan pernah masuk sel, masih aja gampang menangis oleh sentuhan wanita.. anjing ga..? kimak kali aku ini.. bajingaaannn..

Aku pun hanya tersenyum mendengar ucapan ayu dan itu disertai dengan mata yang makin berkaca – kaca dan siap untuk ditumpahkan isinya....

“mas kenapa mau menangis..? apa ada sesuatu yang terjadi dengan kita berdua sebelum ayu kecelakaan..?” tanya ayu dengan tatapan sayunya dan terus mengelus pipi kananku..

Dan kembali aku tidak menjawabnya.. aku hanya meraih telapak tangan ayu lalu menggesernya kebibirku dan aku mencium telapak tangan kanannya itu..

CUUPPP..

“aa.. aa.. aku sayang kamu de..” ucapku dengan bibir yang bergetar serta kata yang terbata - bata dan tetesan air mata yang mengalir dipipiku..

Dan perlahan awanpun mulai menurunkan hujan rintik – rintik.. sepertinya awan tau kesedihan dihatiku ini.. assuuu..

“mas.. kita semua pasti punya salah.. sang pencipta aja maha pemaaf kok mas.. masa kita ngga.. lagian, dengan ‘nikmat’ yang ayu rasakan sekarang ini, mungkin sebagai teguran buat kita supaya saling mengintropeksi diri.. tidak perlu mencari siapa yang salah dan siapa yang benar.. sang pencipta selalu menunjukan jalan supaya kita memperbaikinya..” ucap ayu dengan tetesan air matanya juga.. dan perlahan hijab yang menutupi kepalanya pun basah oleh rintikan hujan.. cuukkk.. kata – katamu yu’.. apa mungkin kata – kata ini akan keluar dari bibir indahmu ini ketika kamu sudah sadar dan ingat semuanya..? apa kamu akan menerima aku setelah aku memutuskan kamu sampai mengakibatkan kamu seperti ini..?

“maaf de.. maaf..” ucapku lagi.. dan ayu langsung membersihkan air mataku yang mengalir bercampur air hujan ini dan aku juga membersihkan sisa air mata ayu yang keluar..

“sudah ah mas.. kita pulang yo..” ucap ayu kepadaku..

“iya de.. kita pulang sekarang..” ucapku..

“tapi mas.. boleh ayu tanya satu lagi..?” tanya ayu kepadaku..

“apa..? hujan ini de.. ayo kita cepat pulang.. nanti kamu sakit loh..” ucapku dan ayu hanya tersenyum..

“de..” ucapku sekali lagi..

“ayu dulu nyebelin ga mas..?” tanya ayu malu – malu..

“iya.. pake banget..” kataku dan ayu langsung menyubit pelan perutku..

NYIUUTTTT…

“aww… kenapasih pakai acara nyubit segala..?” ucapku berpura – pura sakit..

“habis mas gitu jawabnya..? masa ayu nyebelin sih..?” ucap ayu sambil merengut..

“ngga kok.. ngga salah maksudnya..” kataku menggoda ayu lagi dan..

“ihhh.. jahat.. jahat…” kata ayu sambil menggelitiki pinggangku..

“ampun de.. ampun.. hehehehehe..” ucapku menghindari gelitikan ayu..

“jahat..” kata ayu lagi lalu melipat kedua tangannya didada sambil memajukan bibirnya..

“sudah de.. sudah.. hujannya tambah deras nih..” ucapku kepada ayu.. dan memang hujannya makin terasa deras..

“biar aja..” ucapnya tetap meraju..

“kok gitu..? ayolah.. kita pulang ya..” ucapku merayu..

Ayu tidak menjawabnya dia hanya merentangkan kedua tangannya kepadaku..

“kenapa de..?” tanyaku..

“gendong..” ucapnya dengan manja.. asuuu.. kata – kata ini mengingatkan aku waktu ayu minta gendong dimalam terakhir ospek waktu itu..

Aku lalu membelakangi ayu dan menurunkan sedikit tubuhku.. dan ayu langsung naik dipunggungku.. pahanya langsung melingkar dipinggangku dan aku langsung menahan kedua pahanya dengan kedua lenganku.. setelah itu ayu merangkulku dari belakang dengan erat.. lalu aku menegakan tubuhku dan mulai berjalan..

Kami berdiam diri selama perjalanan menuju parkiran tigi.. kami berdua sama – sama menikmati turunnya hujan dan sama – sama melamun.. mungkin sekarang waktunya aku menembak ayu lagi.. dan mungkin setelah aku menembak ayu dan dia menerima cintaku.. aku akan bisa memegang janjiku kepadanya dan tidak memikirkan wanita – wanita lain yang ada disekitarku.. semoga saja ayu mau menerima cintaku ini..

“de.. aku tadi berbisik kelangit.. dan aku bilang, kalau aku itu cinta sama kamu.. aku ingin langit menyampaikan kesemesta tentang perasaanku ini.. biar semesta menyampaikannya sama kamu..” ucapku.. dan sengaja aku mengulang kata – kataku waktu ospek dulu.. berharap ayu mengingat sesuatu atau bahkan tidak mengingat sama sekali dan ayu menerima cintaku untuk kedua kalinya..

“apasih mas..” ucap ayu yang malu – malu.. cuukkk.. ini nih, salah satu yang bikin aku sayang sama ayu.. ayu itu kalau lagi begini, pasti malu malu kucing seperti waktu itu.. nggemesin banget pokoknya..

“dan kamu tau langit bilang apa..?, semesta akan mengirimkan hujannya sore ini.. dan hujan itu yang akan menyampaikan perasaanku kepadamu dan kepada seluruh penghuni alam ini…” ucapku kepada ayu.. dan bukan jawaban yang aku terima dari ayu.. tapi ayu langsung melepaskan pegangan tangan kanannya lalu memegang kepalanya, sedangkan tangan kirinya masih merangkul leherku..

“mas.. hikss.. hiksss..” ayu lalu menangis dan aku langsung berhenti dan melihat kearah ayu.. cuukkk.. kenapa ayu ini..? salah ya dengan ucapanku barusan..? lalu..

DUUAARRRRRRRR..

Suara petir yang sangat keras terdengar dan langsung membuat ayu memeluk leherku dengan kedua tangannya lagi.. rangkulannya sangat kuat sampai nafasku sesak dan tubuhnya bergetar.. assuuu.. kenapa ayu ini.. dan aku merasa ayu seperti menggigil dan menangis dengan hebatnya..

“hikss.. hikss..” tangis ayu terdengar nyaring..

“yuu.. kenapa kamu de..?” tanyaku dengan paniknya..

“ma.. ma.. masss..” ucap ayu dengan bibir yang bergetar..

Bajingaannn.. kelihatannya pusingnya ayu mulai menyerang kepalanya ini.. assuuu.. kenapa juga aku ngajak ayu hujan – hujanan..? gila.. kalau sampai dia ngeblank bisa tamat ini.. jiancookkk..

“de.. sabar.. kita kerumah sakit sekarang ya..” ucapku yang sangat panik sekali..

Dan dengan kepanikan yang teramat sangat.. aku menggendong ayu berlari menuju rumah sakit yang kebetulan dekat alun – alun ini.. aku tidak memikirkan tigi yang terparkir disana.. aku hanya memikirkan ayu yang sedang memelukku dengan erat dan menahan sakit yang sangat luar biasa ini.. tapi perlahan tubuhnya mulai melemas dan pegangannya mulai mengendur..

Tangan kiriku pun langsung menahan kedua pergelangan tangan ayu dan kutekan kearah leherku.. sedangkan tangan kananku tetap menahan beban ayu dipunggungku..

“sabar de.. sabar.. dikit lagi kita sampai de..” ucapku sambil terus berlari kearah rumah sakit…

Berkali – kali aku harus berhenti untuk menyeimbangkan tubuh ayu, yang kadang memiring atau melorot dari gendonganku.. cukkk..

Aku terus berlari membelah derasnya hujan.. dan ketika aku sampai dirumah sakit, aku lalu menuju ruang UGD..

“SUS.. TOLONG SUS..” teriakku ketika sampai diruang UGD dengan kondisi basah kuyub..

Dan suster lalu membantuku meletakkan ayu di tempat tidur pasien.. wajah ayu terlihat sangat pucat sekali dan bibirnya bergetar serta membiru.. bajingaaann.. jangan sampai terjadi apa – apa dengan ayu.. kalau engga, aku pasti akan menyusulnya apapun yang terjadi nanti.. assssuuu..

“tolong sus lakukan yang terbaik untuk pasien ini..” ucapku dengan paniknya..

“oke mas.. tapi saya harap mas keluar dulu.. biar kami yang menanganinya..” ucap sisuster kepadaku..

“oke sus.. oke..” ucapku lalu aku mundur dan keluar dari ruang perawatan UGD dan menunggu diruang tengah UGD..

Cuukkk.. bangsaattt.. bajingaannn.. kalau sampai ada apa – apa sama ayu.. bisa gila aku.. jiancookkk.. hujan yang teramat deras pun semakin membuat pikiranku kacau.. pasti keluarganya sedang menanti kami berdua dengan cemas ini.. assuuu..

Aku lalu meraih Hpku dan ketika aku akan menelpon, Hpku mati.. bajingaaaann.. ini pasti karena terkena hujan barusan.. assuu.. asuuu.. apa aku harus kerumah ayu dulu..? tapi siapa yang jaga ayu disini..? kalau dia butuh apa – apa gimana..? bangsaattt..

“mas.. bisa urus administrasinya sebentar..” ucap seorang suster mengagetkanku..

“oke sus..” ucapku lalu berbalik dan menuju ruang administrasi untuk mengurus administrasinya dengan pikiranku yang kacau balau..

KRING.. KRING.. KRING..

Suara Hp yang dibawa suster dari arah ruang perawatan ayu.. cuukkk itukan Hpnya ayu..

“mas.. Hp mba nya berbunyi terus didalam jaketnya..” ucap suster itu sambil menyerahkan Hp ayu kepadaku.. dan aku langsung mengambil Hp itu lalu melihat dilayarnya.. Ibu.. tertulis dilayar Hp ayu.. akupun langsung mengangkatnya..

“ayu dimana nak..? hujan – hujan gini kok belum pulang..? ditelpon dari tadi kok ga diangkat – angkat.. ini ayah sama ibu naik mobil mau jemput ayu..” suara ibunya yang sangat panik..

“ma.. ma.. maaf ini sandi bu..” ucapku menjawabnya..

“sandi.. dimana ayu nak..? ada apa dengan ayu..?” ucap ibunya lagi dan terdengar lebih panik lagi ketika aku yang menjawab telponnya..

“a..a.. ayu diruang UGD rumah sakit kota bu..” ucapku dengan terbata – bata..

“apa..? kenapa dengan ayu nak..? ada apa..? hiks.. hiks..” ucap ibunya diiringi tangis yang langsung mebuatku tambah kalut..

“ma.. ma.. maaf bu.. ayu kejang – kejang dan kepalanya pusing lagi..” ucapku dan lagi – lagi dengan kepanikan yang sangat luar biasa..

“oke nak.. ibu akan kerumah sakit sekarang..” ucap ibu ayu kepadaku..

Dan beliau langsung mematikan Hpnya.. sedangkan aku melanjutkan mengurus admistrasinya..

Dan beberapa saat kemudian.. ayah, ibu serta dwi adeknya ayu datang dan langsung masuk keruang UGD..

“nak.. gimana kondisi ayu..? dan dimana sekarang ayu..?” ucap ibu ayu dengan air mata yang mengalir..

“didalam bu.. masih dirawat dokter..” ucapku lalu aku menundukkan kepalaku..

“ibu mau masuk dulu ya..” ucap ibu ayu dengan paniknya..

“mohon maaf belum bisa bu.. kata dokternya kita masih disuruh tunggu dulu..” ucapku menahan ibu ayu..

“sabar bu.. kita tunggu dokter ya..” ucap ayahnya yang menahan tangan ibu ayu lalu menariknya dan merangkulnya..

“maafkan sandi pak.. mafin sandi bu..” ucapku dengan kepala tertunduk..

“ga apa – apa nak.. memang ayu kondisinya begini..” ucap ayahnya yang mencoba menenangkan aku.. sementara ibu ayu masih terus menangis dan dwi adeknya, hanya melihatku dengan tatapan yang.. assuuudahlah..

Dan ga berapa lama.. datanglah mimpi burukku.. budenya datang dengan wajah yang sangat emosi lalu mendekati aku bersama suaminya..

“KAMU YA.. SENANG BETUL BIKIN KELUARGA KAMI SUSAH..” ucap budenya dengan suara yang sangat nyaring dan langsung membuat seisi ruangan UGD menatapku.. jiancuukkk..

“maaf bude.. maaf..” ucapku pelan..

“APA DENGAN MAAFMU, AYU LANGSUNG SEMBUH..? KAMU GA SADAR KALAU AYU ITU BELUM SEMBUH TOTAL..? KOK KAMU MALAH NGAJAK KELUAR.. TERUS GILANYA LAGI KAMU NGAJAK HUJAN – HUJANAN.. LAKI – LAKI MACAM APA SIH KAMU INI..? BODOH BETULL..” ucap bude ayu yang memakiku sambil menatapku dari ujung kaki sampai ujung rambutku dengan tatapan yang sangat jijik kepadaku.. asuuu..

“bu.. sudah bu.. ini rumah sakit..” ucap suaminya menenangkan istrinya yang sangat emosi kepadaku..

“DIAM KAMU PAK..” ucap bude ayu kepada suaminya dan suaminya pun langsung terdiam..

“kalian semua bisa keluar ga..? ini ruang UGD.. jangan ada yang berisik disini..” ucap seorang dokter kepada kami semua..

Bude ayupun langsung terdiam tapi terus menatapku dan seakan ingin memakanku hidup – hidup..

“kita keluar yo.. dan untuk sampean mba.. jangan seperti itulah.. belum tentu juga ini kesalahan sandi..” ucap ayah ayu dan mencoba menegur bude ayu..

“kalian semua membela yang membela anak berandalan ini.. lihat aja.. kalian akan menyesal nantinya.. dia ini cuman pembawa sial aja bagi keluarga kita..” ucap bude ayu dengan emosinya lalu pergi meninggalkan kami dengan wajah yang memerah..

Assuuu.. kalau ga ingat ini dirumah sakit dan dia itu budenya ayu.. pasti akan kubalas kata – katanya yang menyakitkan itu.. tapi apa daya.. aku hanya bisa diam dan terus mengutuk nasibku sendiri karena kecerobohanku dengan menuruti permintaan ayu untuk keluar rumah.. dan hasilnya.. bajingaaaannn..

Akupun akhirnya keluar ruangan UGD, dan didalam sini hanya meninggalkan ibu ayu seorang diri.. dan setelah sampai diluar ruangan UGD.. bude ayu sengaja menjauh dari aku dan kalau melihatku seolah aku ini seperti binatang saja.. asuu.. asuu..

Akupun tetap sabar dan aku emang merasa bersalah atas semua yang terjadi malam ini terhadap ayu sehingga membuat semua keluarganya panik dan bersedih..

“kamu memang ga pernah didik orang tuamu ya.. anak berandalan..” ucap bude ayu lagi sambil melirikku dengan tajamnya.. bajingaann.. rupanya dia belum puas menghinaku dan sekarang malah menghina kedua orang tuaku..

Cukup.. cukup.. aku memang salah.. tapi jangan sekali – kali menyinggung kedua orang tuaku.. aku pasti ga terima itu.. aku pasti ga terima.. dan siapapun yang menghina, aku pasti akan melawannya..

“nak..” sesorang memanggilku dan memegang pundakku dari belakang.. dan setelah aku menoleh kebelakang, ibu ratih melihatku dengan tatapan yang sangat menyedihkan.. rupanya beliau tadi mendengar makian kakaknya terhadapku..

“ganti bajumu dulu nak.. nanti kamu sakit.. ibu bawa pakaian ganti untukmu nak..” ucap ibunya ratih kepadaku sambil menunjukkan sebuah tas ditangan kanannya..

“bu.. mohon maaf.. pakaian basah ini tidak akan membuatku sakit.. tapi perkataan ‘beliau’ ini yang sungguh – sungguh yang bisa membuat aku sakit.. silahkan kalau mau memakiku dengan perkataan apa saja.. tapi jangan sekali – kali membawa nama kedua orang tuaku.. aku bisa marah bu.. aku bisa marah..” ucapku ke ibu ratih lalu melihat kearah budenya ayu dengan tatapanku yang sangat tajam dan emosiku dikepala..

“aku mempunyai kesabaran bude.. dan satu kelemahanku.. kesabaranku ada batasannya..”

“tapi tenang saja.. orang tuaku tidak pernah mengajari aku untuk menyakiti wanita apalagi itu lebih tua dari aku.. jadi aku mohon dengan sangat.. hentikan hinaan bude kepada orang tuaku.. atau aku akan meluapkan semua emosiku.. entah dengan cara apa.. mungkin saja aku akan membakar rumah sakit ini..” ucapku dengan emosi yang sudah menguasai kepalaku..

“nak sabar nak.. sabar..” ucap ibu ratih sambil mengelus kepala belakangku..

“biarkan dia meluapkan semua kemarahannya.. dan kalian semua pasti akan mengetahui siapa sebenarnya berandalan ini..” ucap bude ayu yang makin emosi saja..

Bajingaaaannn.. tanganku terkepal dan emosi makin menggila dikepalaku..

“sandi.. sabar nak sabar..” ucap ibu ratih terus menenangkan aku..

“mas.. sabar ya..” ucap ayah ayu kepadaku dan ayah ratih pun berdiri disebelah kiri sambil meremas pundakku pelan..

Asssuuu.. kenapa aku harus ada diposisi seperti ini.. aku itu paling tidak bisa kalau kedua orang tuaku dihina tapi aku juga ga mungkin akan melanjutkan emosi diantara orang – orang tua yang masih banyak memperhatikan dan menyayangi aku seperti ini..

“maaf bu.. maaf pak..” ucapku tertunduk dengan emosi yang menguasai kepalaku..

“tenangkan pikiranmu nak.. tenang..” ucap ibu ratih yang terus membelai kepalaku..

“nak sandi.. ayu dari tadi mengigau memanggil nama nak sandi terus..” ucap ibu ayu yang keluar dari ruang UGD..

“ii.. iya bu..” dan aku langsung melihat kearah ibu ayu.. emosiku pun perlahan turun ketika mendengar kabar tentang ayu..

“masuklah dulu nak..” ucap ibu ayu kepadaku.. dan aku menoleh kearah ibu ratih dan suaminya terus melihat kearah ayah ayu.. mereka bertiga hanya menganggukan kepala saja..

Dan dengan pakaian yang masih basah kuyub, akupun masuk lagi keruang UGD.. dengan langkah yang bergetar aku pun berjalan mendekati ranjang tempat ayu di tangani.. terlihat tubuh ayu yang terpasang beberapa selang ditubuhnya dan alat bantuan pernafasan di hidungnya.. bajingaaannn.. aku selalu trauma ketika melihat wanitaku berada dikondisi seperti ini.. dua kali sudah aku melihat ayu dalam kondisi seperti ini.. dan satu kali aku melihat ratih.. tapi untuk ratih, itu yang membuat trauma ku terbayang sampai detik ini..

Aku pun berdiri disebelah disebelah kanan ranjang ayu sedangkan ibunya disebelah kiri.. wajahnya masih memucat tapi bibirnya tidak membiru seperti tadi.. dan entah dia sekarang masih pingsan atau sedang tidur..

“mas sandi..” ucap ayu dengan lirihnya dan masih dalam kondisi mata yang terpejam.. cuukkk.. bangun yu.. banguuunn..

Aku lalu menggenggam tangan kanan ayu.. dan perlahan butiran air mata ayu menetes diujung matanya lalu jatuh kearah dekat telinganya..

“maaf de.. maaff..” ucapku agak menunduk dan berbisik ditelinganya sambil mengelus keningnya dengan tangan kiriku.. dan tiba – tiba mata ayu terbuka dan langsung menatapku tajam..

“de.. ka.. kamu sudah sadar..? sudah baikankah..?” ucapku dengan bibir yang bergetar..

“ayu.. sudah sadar nak..” ucap ibu ayu dan kembali menangis..

“kenapa mas sandi ada disini..? dan dimana ayu ini..?” tanya ayu dan menatapku dengan heran lalu memandang kesekeliling dan langsung melepaskan pegangan tanganku..

Cuukkk.. ada apa dengan ayu ini..? apa ingatannya sudah kembali..? terus kenapa dia melepaskan pegangan tanganku..? apa dia marah..? asuuu..

“ayu..” panggil ibunya lagi dan ayu langsung melihat kearah ibunya..

“ibu..? kapan datang dari tanah suci..?” ucap ayu dengan mata yang berkaca – kaca..

Cuukkk.. ayu ingat dengan kepergian ibunya ketanah suci tapi lupa kalau ibunya sudah datang beberapa bulan yang lalu.. ahh gilaaa.. apa ingatan ayu sebelum kecelakaan sudah kembali..? apa ingatan ayu setelah kecelakaan sampai tadi menjelang masuk rumah sakit justru menghilang..? assuu.. bingung aku cuukk..

“ayu sudah baikan nak..?” ucap ibunya..

“emang ayu sakit apa bu..?” ucap ayu dengan herannya.. lalu ayu melihat lagi kearahku..

“mas.. mas belum jawabkan pertanyaan ayu..? kenapa mas ada disini..?” tanya ayu dengan mata yang tajam kepadaku..

“aku…” ucapku terpotong..

“masih belum puas kah mas memutuskan ayu..? mau apa lagi..? mas mau buat ayu terus bersedihkah..?” ucapnya dengan mata yang berkaca – kaca dan tatapan yang sangat membenciku.. cuuukk.. ayu sudah bener – benar kembali ingatannya dan dia mengingat saat aku memutuskannya malam itu di café barongan..

“maaf de.. maaf..” ucapku sambil mencoba memegang tangannya lagi..

“mau apa lagi mas..? hikss.. hikss..” ucap ayu sambil menolak pegangan tanganku dan tangisan ayu semakin menjadi..

“tolong tinggalin ayu mas.. tinggalin ayu.. hikss…hikss..” dan ayu pun menangis sambil mengusirku..

“iya de aku akan pergi.. tapi tolong jangan menangis ya..” ucapku memohon kepadanya..

“cukup mas.. cukup.. bu suruh mas sandi pergi bu.. ayu ga mau lihat mas sandi lagi bu..” ucap ayu keaku lalu melihat kearah ibunya..

“sabar nak.. sabar.. ga boleh begitu sayang..” ucap ibu ayu mencoba menenangkan ayu lalu melihat kearahku..

“pokoknya ayu mau dia meninggalakan ayu sekarang juga bu..” ucap ayu dengan emosi dan linangan air mata sambil menunjukku..

Emosi yang benar – benar menggila ditunjukan ayu diruangan ini.. dia marah sekali denganku.. aku memang salah dan aku sadar akan hal itu.. tapi aku ga menyangka kalau sampai seperti ini.. aku diam terpaku setelah ayu menunjuk wajahku dengan emosinya itu.. dan aku tidak sanggup berkata apa – apa..

“iya nak.. tapi ga boleh seperti itu..” ucap ibunya sambil mengelus rambut ayu..

“ga apa – apa bu.. sandi memang salah bu.. mohon maaf sekali.. sandi permisi bu..” ucapku dengan bibir yang bergetar..

“nak maaf ayu ya...” ucap ibu ayu kepadaku..

“engga bu.. sandi yang salah.. sandi pamit bu..” ucapku dengan mata yang berkaca – kaca lalu aku berbalik dan berjalan kearah pintu ruang UGD.. tapi sebelum kaki ini keluar dari pintu, aku sempat berbalik dan melihat kearah ayu.. ayu membuang wajahnya dan benar – benar tidak ingin melihat wajahku lagi.. akupun berbalik lagi dan meninggalkan ruang UGD dengan hati yang benar – benar sakit..

Sakitku bukan karena baru diusir ayu atau hinaan budenya tadi.. tapi tentang tangisan dan kemarahan ayu.. dia seperti kecewa banget dengan kejadian waktu aku memutuskannya.. dan sekarang aku malah dengan tidak ada rasa berdosanya cuma minta maaf saja.. bangsaattt..

Aku keluar dari ruang UGD dengan tatapan tajam bude ayu dan ibu ratih lalu mengikutiku dari belakang..

“nak.. gimana ayu..” ucap ibu ratih yang mengikuti aku dari belakang.. akupun menghentikan langkahku ketika agak jauh dari ruang UGD.. aku sengaja agak menjauh, aku takut kalau aku berhadapan dengan budenya dan budenya menghinaku lagi, aku malah menggila disini..

“ayu sadar bu.. dan ayu juga kembali ingatannya yang lalu.. tapi ingatannya setelah kecelakaan yang malah hilang.. dan ayu ingat dengan kejadin sandi waktu mutusin ayu.. ayu sangat marah bu.. ayu benci sandi..” ucapku dengan emosi yang campur aduk..

“sabar nak.. mungkin ayu butuh proses.. ibu yakin setelah ini hubungan kalian akan membaik..” ucap ibu ratih menenangkan aku..

“berat bu.. ayu sangat benci sandi bu.. itu terlihat dari tatapan matanya..” ucapku lalu menunduk..

“sabar nak.. ayu pasti masih syok..” ucap ibu ratih dengan lembut..

“ngga bu.. ayu pasti benar – benar marah dan dia pasti ga mau marajut kembali hubungan kami yang telah berakhir waktu itu.. dan ini memang resiko yang harus sandi tanggung.. sandi akan pergi bu.. sandi akan pergi meninggalkan cinta sandi disini..” ucapku dengan bibir yang bergetar dan menatap wajah ibu ratih..

“nak.. jangan banyak berbicara ketika emosi.. itu akan membuat masalah semakin runyam.. tenangkan dirimu sejenak..” ucap ibu ratih sambil mengelus dadaku..

“ini bukan tentang emosi sandi bu.. ini akibat yang harus sandi tanggung.. iklas atau tidak iklas sandi harus menerimanya dan melupakan semua.. sandi yang berucap dan sandi yang harus mempertanggung jawabkan..” ucapku lagi dan aku kembali tertunduk..

“nak..” ucap seroang wanita yang baru datang didekatku dan dia adalah ibu ayu..

“ya bu.. gimana ayu bu..? apa ayu sudah agak tenang..? apa ayu membaik..?” tanyaku sambil menghapus air mataku yang akan menetes..

“iya nak.. dan sekarang ayu sedang beristirahat..” ucap ibu ayu dengan tatapan yang sayu..

“apa ayu masih marah dengan sandi bu..?” tanyaku.. dan ibu ayu hanya mengangguk sambil meneteskan air mata.. cuuukk..

“maaf bu.. maaf.. sandi hanya bisa membuat ayu sakit dan ibu bersedih..” ucapku kepada ibu ayu dan ibu ratih..

“nak jangan berkata seperti itu.. ayu mungkin sedang syok nak..” ucap ibu ayu dan itu sama dengan perkataan ibunya ratih barusan..

“tidak bu.. ini memang kesalahan sandi.. sandi ini cuman bisa membawa sial bagi keluarga besar ibu..” ucapku dengan mata yang berkaca – kaca..

“SANDI..” teriak ibu ratih dan menatapku dengan tajam lalu berkaca - kaca..

“kenapa bu..? memang benarkan..? dan ini memang seperti yang diucapkan bude tadi..” ucapku lalu

PLAKKK..

Sebuah tamparan keras dari ibunya ratih mendarat dipipiku..

“mbaa..” ucap ibu ayu yang terkejut melihat aku ditampar ibunya ratih..

Sakit..? tidak.. dan lagi – lagi tamparan dari wanita yang aku hormati itu pasti tidak sakit dikulit pipi.. tapi dihati.. tamparan ini seolah menyadarkan siapa aku ini..

Marah..? iya.. tapi kepada diriku sendiri.. kenapa aku tidak sadar diri.. dengan sifat bajinganku ini, aku mengharapkan wanita seperti ayu..? wanita yang dikelilingi orang – orang yang sangat perhatian dan sayang kepadanya... dan aku hanya bisa membuatnya terluka.. bangsaaatttt..

Sedih..? pasti.. aku telah mengecewakan orang orang – orang yang telah memberikan kepercayaan kepadaku.. assuuu..

“SANDI.. KAMU DENGAR YA.. DEMI CINTA YANG ADA DIHATIMU, JANGAN BERBICARA LAGI.. EMOSIMU TIDAK AKAN MENYELESAIKAN MASALAHMU.. KAMU BOLEH MARAH DAN KAMU BOLEH BERSEDIH TAPI JANGAN PERNAH BERKATA SEPERTI ITU.. KAMU TELAH MENYAKITI PERASAAN IBU.. KAMU PAHAM ITU..” ucap ibu ratih dengan kemarahan yang sangat luar biasa..

“sekarang kamu pulang.. ingat perpisahan ini untuk sementara.. tapi bukan untuk selamanya.. ibu tau.. dibalik kemarahan ayu pasti ada cinta untukmu.. dan dibalik emosimu ada sayangmu untuk ayu.. jadikan momen ini untuk kalian saling insptropeksi diri.. bukan untuk menyiksa diri..” ucap ibu ratih yang sudah mulai memelankan suaranya tapi masih terlihat kemarahan dimatanya..

“hubungan yang begitu banyak air mata akan berakhir dengan indah.. karena kalian akan menghargai setip tetesan air mata yang menetes dan pasti tidak akan mengulanginya lagi.. cam kan itu..” ucap ibu ratih lalu berbalik dan meninggalkan aku dengan kepala tertunduk..

Kembali aku hanya bisa menunduk.. terlalu banyak air mata hari ini dan terlalu banyak kekecewaan yang aku buat.. aku merasa setiap yang aku lakukan dan aku katakana hari ini semua salah.. bajingaaaannn..

“nak.. emosi tidak akan menyelesaikan masalah.. kalian berdua sekarang sedang emosi.. jadi benar yang dikatakan ibunya ratih tadi.. tenangkan pikiranmu dulu.. beristirahatlah.. ibu percaya sandi akan bisa memalui ini semua dan akan membuat semuanya kembali membaik.. jangan kecewakan kepercayaan ibu ya nak..” ucap ibu ayu lalu pergi meninggalkan aku juga dengan pikiran yang tidak karuan.. dan beliau berdua meninggalkan aku dengan mata yang berkaca – kaca.. bangsaaaattt..

Apa yang bisa diharapkan dari aku ini..? kenapa beliau berdua seperti menggantungkan sesuatu kepadaku dan aku harus memperjuangkan..? kenapa..? apa beliau berdua tidak sadar kalau aku hanya bisa membuat tetesan air mata saja dikeluarganya..? apa beliau tidak sadar kalau ayu sudah membenci aku..? bangsaatttt.. kutukan ini sangat menyiksaku..

Gadissss.. kutukanmu ini benar – benar menyakiti aku.. belum puaskah kamu..? atau masih kurang lagi air mata yang keluar dari orang – orang yang menyayangi aku..? tidak cukup aku sajakah yang harus menangis..? atau kamu ingin aku mengeluarkan darahku untuk menebus dosa – dosaku..? aku akan mengeluarkannya gadis.. aku akan mengeluarkannya dari tubuhku sampai tidak tersisa.. tapi aku mohon.. hentikan tangisan dari orang – orang yang menyanyangi aku.. biar aku saja yang menangungnya.. cukup aku saja.. bangsaaatttttt..

Dan aku berjalan keluar rumah sakit.. aku terus berjalan melewati hujan yang sangat deras ini dan aku menuju keparkiran tigi tadi dengan emosi dikepala.. setelah sampai, aku lalu menyalakan tigi dan menarik gas sekencang – kencangnya..

Aku meninggalkan kota ini dengan tangisan airmata dimataku dan tangisan darah dihatiku.. hatiku telah hancur – sehancurnya.. aku telah menjadi manusia yang hidup tapi tak bernyawa..

BRUMMM.. BRUMMM.. BRUMMM..

Aku terus menarik tinggi gas tigi dengan kecepatan penuh.. aku sudah tidak perduli, hujan atau jalanan yang licin.. kalau memang aku mati ya sudah, biarlah aku mati.. bukan karena cinta.. tapi.. agar tidak ada lagi orang yang hatinya tersakiti olehku..

Jalan yang berkelok – kelok, naik, turun, lurus dan gelap aku lewati dengan emosi dikepala.. dan dipikiranku sekarang, jangankan maut menjemputku dijalan.. maut yang yang lainpun aku hadapi.. maut dari sebilah parang, badik, samurai, golok, sepucuk pistol sudah pernah aku lewati dan semua tidak pernah membuat hatiku bergetar sedikitpun..

Tapi kenapa sampai detik ini maut hanya lewat dan hanya singgah sebentar tanpa membawaku pergi..? apa sang pencipta belum puas dengan menyakiti aku..? apa lagi kesakitan yang disiapkan untukku..? apalagi..?
Dan sampai aku memasuki perbatasan dikota pendidikan.. aku masih dilindungiNya.. bajingaaaannn..

“walaupun ditembak, ditikam atau diapain.. kalau belum waktunya mati.. gimana..?” ucap ‘sesuatu’ terngiang dikepalaku..

“kamu hanya perlu membiarkan pergi, sesuatu yang memang harus pergi.. dan kamu harus menjalani dan menikmati yang harus kamu pertahankan..” ucap simbah yang ikut terngiang dikepalaku..

“jadikan semua masalah yang datang bukan untuk menjatuhkan atau melemahkan sayang.. tapi buat masalah itu untuk makin menguatkan sayang.. sayang pasti bisa melakukan semua itu..” ucapan ratih waktu itupun ikut bersuara dikepalaku..

“semakin kuat seseorang.. maka semakin besar ujian yang dihadapinya.. dan sang pencipta pasti memberikan suatu ujian, tidak melebihi batas kemampuan ciptaanya..”ucapan eyang ranajaya juga menggema dikapalaku..

“istirahatkan otakmu sebentar.. tidurlah nak.. setelah itu kamu pasti akan dapat berpikir dengan jernih..” nasehat ayahku..

AAARRRRGGGGHHHHHHHH…” aku berteriak sekencang kencangnya dimalam yang larut dan hujan deras ini..

Dan perjalananku pun tidak terasa sudah sampai didepan gang kosku.. dan kecepatan tigipun aku kurangi ketika aku masuk digang.. aku tidak menarik gasnya terlalu tinggi.. aku ga mau membangun teman – temanku..

Dan sekarang aku telah didalam kos.. suasana sangat sunyi sekali.. teman – temanku pun sudah tidur semua.. aku lalu memarkirkan tigi.. setelah itu aku kekamar mandi dan melepas semua pakaian basahku yang menempel ditubuhku lalu aku mandi..

Pikiranku sedikit agak tenang terkena siraman air tadi.. aku lalu memakai pakaian dan meraih teh kotak diatas meja dan meminumnya.. aku lalu duduk dan bersandar didinding kamarku.. dengan ditemani isapan rokok.. aku mengenang semua kenanganku bersama ayu.. apa ini memang akhir segalanya..? apa memang aku harus pamit untuk selamanya dan perpisahan ini akan menjadi jalan bagi kami berdua..? bajingaaannn..

Aku lalu merebahkan tubuhku dan memejamkan mataku.. aku ingin beristirahat sejenak dan melupakan semua.. aku sudah letih dan lelah.. semoga esok hari jalan terbaik terbuka dihadapanku.. semoga..



TOK.. TOK.. TOK..

“san.. san..” ucap seseorang membangunkan aku..

Cuukkk.. jam berapa ini..? dan kulihat didinding jam menunjukan pukul delapan pagi.. akupun langsung bangun dan membuka pintu kamarku.. tampak kakanda alan berdiri dan dia yang membangunkan aku tadi..

“kenapa kanda..?” tanyaku pelan..

“mas rendi, mas wawan, mas bendu dan bung toni mau pamit itu..” ucap kakanda alan dan langsung membuatku terkejut..

Cuuukk.. kok mereka cepat sekali perginya..? memang sih mereka baru wisuda sabtu kemarin.. tapi kenapa tidak menunggu beberapa hari lagi..? dan kenapa tidak ada pesta perpisahan seperti mas pandu, mas arief dan mas adam saat berpamitan keluar kosan pada hari itu..? ada apa..? bukan masalah pestanya juga sih yang aku harapkan, tapi kenapa harus secepat ini..?

“kok tiba – tiba kanda..?” ucapku ke kakanda alan.. dan kakanda alan hanya mengangkat kedua bahunya dan terlihat wajahnya juga bersedih.. cuukkk.. aku pun berjalan keruang tengah.. dan disana semua teman – teman telah berkumpul dan lengkap..

Empat sekawan duduk disana dan disebelah mereka masing – masing, ada tas ransel besar berisi pakaian mereka.. cukkk.. kenapa sih mereka secepat ini perginya..?

“kenapa mas rend..? mas wawan..? mas bendu..? bung toni..? ” tanyaku kepada mereka satu persatu.. dan mereka cuman tersenyum..

“apanya yang kenapa san..? duduklah dulu..” ucap mas rendi dengan santainya sambil menghisap rokoknya.. dan aku pun duduk dihadapan mas rendi dengan masih banyak pertanyaan dikepalaku..

“kenapa buru – buru keluar dari kosan ini mas..? ada apa..? apa sampean berempat marah dengan kami atau marah sama aku..?” tanyaku dengan wajah yang masih terkejut dan kulihat semua wajah teman – temanku pun menunduk.. sepertinya mereka semua juga terkejut dengan apa yang dilakukan empat sekawan ini..

“san.. sudah waktunya kami pergi dari pondok merah ini.. sudah cukup pengabdian kami untuk rumah yang kita cintai ini.. sekarang waktunya kalian yang melanjutkan..” ucap mas rendi dan masih dengan santainya..
“tapi kenapa harus secepat ini..? kenapa mas..? apa kami semua membuat kalian berempat kecewa..?” tanyaku lagi..

“tidak san.. tidak ada yang membuat kami semua kecewa.. bagi kami.. sekarang, besok atau lusa itu sama saja.. kami juga akhirnya pasti akan pergi kan.. dan lebih cepat lebih baik.. supaya kalian bisa melanjutkan menjaga dan membangun rumah kita ini tanpa ada bayang - bayang dari kami..” ucap mas rendi lalu menghisap rokoknya..

“tapi mas..” ucapku terpotong..

“tolong dengarkan ya.. bukan hanya sandi tapi juga yang lain..” ucap mas rendi lalu menatap kami satu persatu..

“rumah ini begitu banyak mengajarkan kami berempat tentang arti kehidupan.. semua ada disini.. dan rumah ini juga yang membesarkan nama kami.. tapi kami ga selamanya akan tinggal disini.. kami akan menuju rumah baru kami dan akan membangun keluarga baru lagi... itulah hukum alam dirumah ini.. yang lulus akan pergi.. yang lama akan digantikan yang baru.. begitu seterusnya..”

“oleh sebab itu kami tidak mau mengadakan pesta seperti generasi sebelumnya.. bukan karena kami tidak sayang kalian semua.. dan bukan juga karena kami marah atau kecewa.. bukan.. tidak ada sedikitpun terlintas dipikiran kami yang seperti itu.. kenapa kami langsung pergi tanpa ada pesta..? karena itu hanya akan tambah membuat kami bersedih dan berat untuk meninggalkan rumah ini.. cukup dengan berkumpul seperti ini saja pasti akan membuat kami semua rindu dengan rumah ini dan kalian semua..” ucap mas rendi dengan bibir yang bergetar..

“begitu banyak kenangan dirumah ini dan itu pasti akan selalu kami ingat.. tawa, canda, berselisih paham, perkelahian dan apapun itu semua, dibungkus rasa persaudaraan yang kuat.. itu akan selalu ada dihati kami dan tidak akan kami lupakan seumur hidup kami..”

“dan kami akan pergi dengan membawa cinta dari kalian...” ucap mas rendi dan mata kami pun semua berkaca – kaca mendengarnya.. semua bajingan diruangan ini menangis cuukk.. menangiss.. bukan karena kami cengeng.. tapi persaudaraanlah yang membuat kami seperti ini.. bangsaattt..

Cuukkk.. apalagi ini..? semalam aku berpisah dengan ayu dan sekarang harus berpisah dengan empat sekawan..? kejam sekali semesta ini.. kenapa harus secara beruntun seperti ini.. kenapa..?

Lalu keheningan pun mulai masuk diruang tengah ini.. kami semua terdiam.. kami semua melamun dan mengenang sejenak masa – masa indah dulu waktu kami bersama.. dan dengan isakan tangis semua penghuni pondok merah.. kami semua hanyut diperpisahan ini..

“mas.. walaupun sampean sudah mempunyai rumah baru, sampean dan yang lain akan tetap main kerumah ini lagi kan..?” tanyaku yang memecahkan keheningan diruang tengah..

“iya lah.. bagaimanapun juga ini adalah rumah kami juga.. walaupun kami tidak bisa berkontribusi lagi terhadap rumah ini.. tapi hati kami tetap ada dirumah ini..” ucap mas rendi lalu terdiam..

“apasih mas.. jangan begitulah.. sampean bisa melakukan apa saja seperti kemarin – kemarin walaupun tidak tinggal dirumah ini lagi.. ini masih kamar – kamar kalian seperti dulu..” ucapku dengan sedikit ketus sambil menunjuk semua kamar yang ada diruangan ini..

“san.. walaupun ini rumah kami, tapi kami bukan ‘tuan rumah’ lagi.. kami tau kok batasannya seperti apa..” ucap mas rendi dengan senyuman khasnya..

“mas.. bagi kami.. sampean tetap mas rendi seperti yang dulu, mas wawan yang dulu, mas bendu yang dulu dan bung toni yang dulu.. terserah sampean sudah punya keluarga baru lagi atau rumah baru lagi.. ingat itu..” ucapku dengan kata – kata yang tegas..

Dan mereka berempat hanya tersenyum yang penuh arti..

“ade.. ko tarlalu banyak bicara.. sekarang sa serahkan sa pu gelas deng ko.. ko putar sekarang..” ucap bung toni kepadaku sambil menyerahkan gelas yang sering kami pakai untuk minum bersama.. dan teman – teman langsung melihat kearahku..

Aku hanya diam melihat bung toni menyerahkan gelas kepadaku.. maksudnya apa ini..? kenapa juga gelasnya harus diserahkan kepadaku..? kan masih ada mas raimond, mas akbar, mas danis, mas bobby, kakanda alan, mas rudi.. atau satria, yuda, aldo dan juga surya.. kenapa harus aku..

“cukimai ini.. ko mo ambil tidak.. atau mo sa lempar gelas ini ke ko..” ucap bung toni sambil melotot kepadaku..

Bajingaannn.. akupun langsung mengambil gelas pemberian dari bung toni..

“oke kaka.. saya ambil gelas ini.. tapi izinkan saya untuk menuangkan minuman ini untuk pertamakali dan saya serahkan ke kaka..” ucapku ke bung toni.. dan bung toni mengangguk sambil tersenyum senang..

Aku lalu mengambil teko yang telah diisi penuh TM sejak tadi.. aku menuangkannya dengan tangan yang bergetar.. bukan karena takut, tapi karena ini adalah minuman perpisahan.. dan ini membuat aku sangat jengkel.. ini adalah momen terbangsat dalam hidupku..

Aku lalu menuangkan minuman segelas penuh dan menyerahkan ke bung toni.. aku memegang gelas itu tanpa kuletakkan dimeja.. aku terus memegangnya sampai bung toni menyambutnya..

“cukimai.. ko balas saya kah ini..?” ucap bung toni dengan senyuman yang mencurigakan..

“tidak bung.. ini hanya ucapan terimakasih dari saya.. terimakasih sudah mengajarkan aku tentang segalanya lewat gelasmu ini dan lewat kepalan tanganmu itu..” ucapku sambil menatap mata bung toni..

“cukimai ko..” ucap bung toni lalu mengambil gelasnya dan mengangkatnya lalu meminumnya dan menyerahkan kepadaku lagi..

Aku menerima gelas dari bung toni dan mengisinya lagi sampai penuh, lalu aku menyerahkan kembali ke bung toni..

“apa lagi ini ade..? ko dendam kah..?” ucap bung toni melotot..

“ini dari teman – teman kaka..” ucapku sambil melirik kesemua teman – teman dan mereka semua hanya mengangguk kepada bung toni..

“terimakasih dari kami semua.. air kebahagiaan ini, benar – benar benar mengajarkan kami tentang arti kebersamaan tanpa memandang siapapun itu.. satu rasa, satu kata dan satu jiwa.. dan itu hanya kaka yang bisa mengajarkannya..” ucapku dengan gelas yang masih kuarahkan ke bung toni..

Dengan mata yang berkaca – kaca bung toni mengambil lagi gelas dari aku lalu meminumnya.. setelah habis bung toni menyerahkan lagi gelasnya kepadaku dan aku mengisinya lagi sampai penuh untuk ketiga kalinya.. dan aku serahkan ke bung toni lagi..

“ini untuk cinta bung.. cinta yang bisa membuat kita bersulang, cinta yang bisa membuat kita tertawa, cinta yang bisa membuat kita bahagia.. walaupun tidak jarang ada tangis didalamnya.. tapi sekali lagi.. gelasmu ini bisa menyatukan semuanya..” ucapku dengan mata yang berkaca – kaca dan bung toni pun menteskan air matanya sambil mengambil gelas dari aku lalu meminumnya dengan bibir yang bergetar dan tenggorokan yang sulit untuk menelan minuman ini.. cuukkk.. momen ini memang sangat menjacukkan banget.. assuuu..

Aku lalu memutarkan gelas ini seperti biasa.. sampai semua mendapatkan jatahnya masing – masing satu gelas.. setelah itu aku menyerahkan gelas kosong kepada bung toni..

“kaka.. bolehkah sebelum pergi, kaka putar gelas ini kepada kami.. bukan untuk yang terakhir kali.. karena kami tidak ingin kaka pergi tapi tidak kembali.. kami semua akan selalu membuka pintu rumah ini untuk kaka dan untuk mas – mas yang lain..” ucapku kepada bung toni lalu melihat mas rendi, mas wawan dan mas bendu..

“ade..” ucap bung toni sambil menggelengkan kepala dengan tetesan air matanya lalu mengambil gelas dari aku dan menuangkan isi teko kedalam gelas.. dan ketika bung toni akan memutarkan gelasnya..

“putarkan gelasmu kaka… kita nikmati air kebahagian ini bersama.. biar cinta menyatu didalamnya dan menyapa semesta.. lalu menebarkan kedamaian disekitarnya..” ucapku..

“cukimai ko pujangga..” ucap bung toni lalu menyerahkan gelasnya kepadaku dan aku langsung mengambilnya..

“gelas sederhanamu ini mempunyai isi yang sangat luar biasa kaka..” ucapku ketika aku mengambil gelasnya..

“untuk persaudaraan, untuk persahabatan, untuk cinta dan untuk kita semua.. PONDOK MERAH..!!!!!” ucapku pelan lalu berteriak dengan tangan kanan memegang gelas dan tangan kiri terkepal diudara..

PONDOK MERAH..!!!!!” teriak semua orang didalam ruangan ini dengan suara yang sangat menggetarkan jiwa.. dan tangan kiri mereka pun terkepal diudara.. jiancookkk…

Setelah aku minum.. putaran gelas pun dilanjutkan.. kami minum dengan diselingi sedikit candaan.. tapi walapun ada canda, tetap saja.. suasana perpisahan sangat kental terasa.. tawa kami tidak selepas seperti biasa.. tenggorokan kami seolah berat untuk mengijinkan suara tawa keluar dari sana.. dan hanya air mata saja yang diijinkan oleh kelopak mata kami untuk keluar.. assuuu..

“oke.. kami pamit.. dan untuk tanggung jawab yang mas pandu serahkan kepadaku waktu itu untuk merangkul teman – teman semua.. sekarang aku serahkan ke..” mas rendi lalu melirikku.. cuukkkk.. jangan mas.. jangan.. masih banyak yang lebih berhak disini..

“sandi purnama irawan..” ucap mas rendi kepadaku dengan mantapnya..

“mas..” ucapku terpotong..

“kenapa kamu ga enak sama yang lain.. selain ini memang kemauan dari kami berempat.. semua teman – teman telah meminta kepadaku semalam.. jadi apa lagi alasanmu..?” ucap mas rendi sambil menatapku dan semua orang diruangan ini juga menatapku..

“cuukkkk..” aku hanya memaki pelan dan semua orang langsung tersenyum menatapku..

“oke.. berarti cukup ya.. jangan ada lagi tetesan air mata hari ini.. kami akan pergi diiringi dengan semua senyuman kalian semua..” ucap mas rendi lalu berdiri dan diikuti oleh mas wawan, mas bendu dan bung toni..

Kami semua pun langsung berdiri.. dan mas rendi langsung melangkah mendekati aku lalu menjulurkan tangannya dihadapanku.. aku tidak menyambut uluran tangan mas rendi itu tapi aku langsung memeluk mas rendi dengan eratnya.. aku memeluk orang yang banyak mengajarkan aku tentang kehidupan dikota ini.. salah satu orang yang menjadi panutanku dan pembimbingku..dan dia adalah rendi van gerrit..

Mas rendi membalas pelukanku sambil memukul punggungku pelan.. dan kembali air mataku dengan bangsatnya turun dan tumpah membasahi pipiku.. dan aku merasa mas rendi menarik nafasnya dalam – dalam dan dadanya bergetar.. aku tau dia ingin menangis.. tapi dia menahannya..

“jangan ada air mata san.. cukup..” kata mas rendi dengan bibir yang bergetar dan mata berkaca – kaca..

“maaf mas.. maaf..” ucapku sambil membersihkan air mataku yang mengalir....

“tanggung jawab pondok merah ada dipundakmu.. bawa terbang tinggi kelangit lalu sebarkan kedamaian dari atas sana..” ucap mas rendi dipelukanku..

“kamu pasti bisa..” ucap mas rendi lagi lalu melepaskan pelukannya..

Setelah itu mereka mengenakan tasnya lalu berbalik dan berjalan kearah pintu kos.. dengan langkah yang tegap dan wajah penuh dengan kebanggaan karena pernah tinggal dirumah yang sangat luar biasa ini, mereka pergi.. pergi dengan sejuta kenangan dan sejuta harapan kepada kami..

Yang pergi telah pergi.. mereka pergi karena cinta dan mereka pergi juga dengan kebanggaan.. mereka telah ikut membangun kemegahan rumah ini dan tinggal kami yang meneruskannya..

Tapi kami pun juga akan pergi.. cepat atau lambat.. karena kami juga pasti akan lulus dan mempunyai rumah baru diluar sana..

Terimakasih empat sekawan.. terimakasih atas segalanya..











#cuukkk.. perpisahan memang berat tapi itulah kehidupan, ada pertemuan ada perpisahan.. sekarang mereka yang pergi, esok hari kita yang pasti akan pergi.. demi cinta dan persaudaraan.. jiancoookkkk…


TAMAT CUUKKK.. TAMAT..
Mantap keren keren ceritanya @Kisanak87 2 hari maraton


Cuuuuuuukkkkkk 3 judul lg
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd