Doniallena
Semprot Baru
- Daftar
- 5 Jan 2019
- Post
- 47
- Like diterima
- 796
“Para penumpang yang terhormat, saat mendarat sudah dekat. Namun hati ini terasa pekat, mendengar jawaban yang menolak begitu cepat. Sudah lama jiwa meronta-ronta, inginkan dia tapi harus sadar dia bukan lagi siapa siapa.”
“Silahkan tetap duduk, jangan lupa jaga jarak dengan dia karena sadar dia sudah milik orang. Kencangkan sabuk pengaman dan harus tetap menerima kenyataan bahwa dia tak lagi memilih anda. Tegakkan sandaran kursi agar kuat melihat dia bersama yang lainnya. Melipat hati yang telah pupus akibat dia tak lagi menoleh, memilih melupakan anda. Buka penutup jendela tapi jangan buka folder kenangan. Semua perangkat elektronik dimatikan, termasuk rasa yang masih tersimpan”.
Seketika para penumpang tertawa bahkan tidak sedikit yang memberikan tepuk tangan menyambut suara merdu sang pramugari yang menyampaikan bahwa sebentar lagi pesawat akan landing. Pasti sebagian dari suhu sekalian sudah tidak asing dengan pengumuman awak kabin yang berpantun seperti ini. Tahu lah maskapai mana yang aku maksud.
“Selamat datang di Bandara International Sam Ratulangi di Manado, waktu menunjukkan pukul 22.00 Waktu Indonesia Tengah....”, akhirnya sampai juga di kota tercinta setelah menempuh kurang lebih tiga jam penerbangan dari Jakarta. Lumayan lama dan membosankan. Untung saja selama penerbangan aku bisa menikmati pemandangan para pramugari cantik dan seksi lalu lalang. Aku adalah orang yang punya obsesi dan fantasi dengan yang namanya pramugari. Entah kenapa tiap melihat pramugari pikiranku langsung menerawang ke arah yang erotis. Selama penerbangan ini ada satu pramugari cantik yang menarik perhatinku. Parasnya manis dengan lesung pipit dan body proporsional, tinggi dan agak berisi. Tidak berani kenalan, hanya sempat membaca papan nama di seragamnya tertulis Pingkan***.
Sekali saat pramugari ini menunduk untuk mengambil minuman di gerobaknya, tampak sedikit celah diantara belahan dadanya yang berhasil bikin horny. Sereceh itu ternyata bisa bikin terangsang, apalagi belahan rok hijaunya yang cukup menampilkan paha putih berisi dan sedikit berbulu halus. OMG! Sampai disini aku yakin bahwa aku sedang butuh belaian wanita. Betapa tidak, sejak dua minggu yang lalu aku mengikuti training di kantor pusat di Jakarta, sendirian tanpa ada yang menemani. Aku sendiri adalah tipikal suami takut istri, tidak berani mencoba hal hal nekat apalagi menyewa pelacur. Forget it!
Kembali ke pesawat, antrian penumpang yang hendak turun cukup panjang. Bahkan seperti biasanya, seketika pesawat berhenti para penumpang langsung antri berdesakan di gang. Karena tidak harus buru buru, aku memilih untuk menunggu sampai benar benar sepi dan nyaman untuk turun tanpa berdesak desakan. Kesempatan itu aku manfaatkan dengan mencuri curi pandang ke pramugari cantik bernama Pingkan. Ternyata saat itu dia berdiri di pintu keluar bertugas megucapkan salam perpisahan dengan penumpang. Senyum yang manis kubalas dengan senyuman terbaik juga sambil mengucapkan terima kasih, sampai ketemu lagi. Wajah cantiknya, body nya, kesan yang saya dapat dari Pingkan ini, sempuuurrnaaa. Tapi apa boleh buat, pertemuan kami hanya sebatas penumpang dan awak pesawat. Akupun yakin senyuman indah itu hanya sekedar untuk menjalankan pekerjaan dan kewajibannya. Yasudahlah, toh tidak lama lagi aku bisa menikmati tubuh pramugari yang tidak kalah cantiknya, sahabat karib istriku, calon pengantin.
Btw sebaiknya kita kenalan dulu. Aku Donni, usia 27 tahun, karyawan swasta. Mempunyai istri yang cantik bernama Allena, dan anak satu berusia 2 tahun. Aku asli Manado dengan prototype orang Manado pada umumnya, gak ganteng ganteng amat tapi putih dan badan proporsional. Begitu juga dengan istriku, tinggi langsing dengan body terawat karena rajin olahraga. Kehidupan rumah tangga kami sangat menyenangkan, bahagia, karena satu sama lain saling terbuka dengan pemikiran dan kemauan masing masing. Kehidupan seks kami juga normal normal saja, kecuali pada moment spesial bersama dengan teman teman karibnya, istriku Allena bisa berubah 180 derajat dari wanita yang alim, menjadi sangat binal. Ya, teman teman karib yang dimaksud adalah teman-teman masa SMA yang hingga kini masih menjalin komunikasi dan hubungan yang erat. Bahkan bisa dikatakan lebih dari saudara kandung. Sebagian dari suhu-suhu disini mungkin masih ingat dengan lingkaran pertemanan yang saya maksud. Salah satu dari mereka, yaitu Valen sedang mempersiapkan acara pernikahan yang akan dilangsungkan hari Minggu (dua hari lagi sejak kepulanganku dari Jakarta).
Karena tidak dijemput, akupun memesan Taxi bandara menuju ke salah satu Hotel di pusat kota Manado, yang katanya angker karena dulunya bekas rumah sakit gunung Wenang. Disana sudah menunggu istriku Allena yang sengaja menginap di Hotel untuk persiapan acara pernikahan temannya Vallen yang juga akan dihelat di hotel tersebut. Selama perjalanan menuju hotel, aku menyempatkan untuk video call dengan putera tercinta yang kali ini dititipkan ke oma opanya di kampung. Tak terasa taksi yang kutumpangi sudah berhenti depan lobby dan supirnya membantu menurunkan koper dan barang bawaan lainnya. Segera aku menuju ke kamar yang sudah di infokan Allena sebelumnya. Beberapa lama setelah bel dibunyikan, Allena istriku membuka pintu dan langsung kusambut dengan pelukan dan ciuman hangat yang mendarat di bibirnya. Kami sudah terbiasa seperti itu, dalam kehidupan sehari hari pun, saat pulang rumah selesai kerja kami selalu berpelukan dan ciuman mesra.
Namun malam itu intensitasnya lebih lama dan lebih hot dari biasanya. Selain ciuman akupun langsung mendaratkan tangan kakakku di pantatnya, meraba raba kecil hingga meremas remas saking kangennya. Tangan kiri bergerilya masuk kedalam piyama dan BH Allena, sambil sedikit bergerak mendorong ke arah tempat tidur. Kejadian ini terjadi sangat cepat hingga tanpa bisa dicegah oleh Allena, tangan lincahku sudah membuka kancing piyama dan BH yang dipakainya. Celana legging halus yang dikenakan juga tidak lolos dari serangan cepatku. Kini posisi kami masih berciuman mulut, kugigit lidahnya hingga Allena tidak bisa berkata apa apa. Perlahan lahan kudorong Allena menuju tempat tidur dengan bagian atas yang sudah telanjang, bagian bawah menyisahkan celana dalam dan legging yang menggantung di lutut. Sumpah! Sekali lagi kejadian itu cepat sekali, saking hausnya aku akan belaian istri tercinta.
Hingga akhirnya beberapa meter bergerak, melewati gang depan kamar mandi, semakin dekat dengan tempat tidur, aku kaget bukan main setelah melihat ternyata ada orang lain selain kami berdua. Di sofa sedang duduk Valen dan calon suaminya yang terpaku melihat apa yang kami perbuat. Segera aku melepas pelukan dan ciumanku ke Allena dan menarik naik legging Allena yang belum sepenuhnya lepas. Aku yakin saat itu pasti calon suami Vallen sudah melihat kemolekan tubuh istriku yang putih bersih, apalagi saat itu payudaranya terbuka bebas. Enggak besar sih, payudara istriku tergolong kecil mungil, namun dijamin pasti bikin horny. Aku aja suaminya yang bisa kapan saja menikmati si payudara, gak pernah ada bosan bosannya buat memandangi si tocil. Apalagi calon suaminya Valen yang tampak salah tingkah kejatuhan durian runtuh. Valen hanya cengengesan menertawai apa yang dilihatnya.
FYI, kami berkomunikasi sehari hari menggunakan bahasa dan logat Manado. Tapi demi kenyamanan suhu suhu pembaca yang budiman, semua percakapan akan saya tulis dalam bahasa Indonesia.
Aku : “Eh maaf, gak tahu kalau ada orang”
Allena : “Papa nih tiba tiba main nyosor aja, malu tahu diihat orang”, sambil mengambil BH dan bajunya yang jatuh di lantai dan mengenakannya kembali.
Vallen : “Ciieee yang udah kangen berat, hajar pak! Punya sendiri kok”
Allena : “Asal-asal! (ngaco!)”
Hahaha, disambut tertawa Vallen dan calon suaminya.
Setelah Allena kembali mengenakan pakaian, istriku ini tampak tak bisa menyembunyikan rasa malunya apalagi calon suami Valen sempat melihat toketnya yang mungil dan tubuh indahnya yang setengah telanjang. Tapi entah kenapa aku sendiri merasa semakin horny malam itu. Tidak lama lama, mungkin karena merasa tidak enak juga, calon suami Vallen pamit keluar tanpa sempat kenalan denganku sebelumnya. Vallen ikutan pamit dan kulihat mereka masuk ke salah satu kamar yang ada di samping kamar kami. Waw pikiranku langsung melayang, membayangkan apa yang akan mereka lakukan. Gak mungkin lah berduaan di dalam kamar hotel terus gak ngapa ngapain. Apalagi setelah kejadian barusan pasti calon suami Valen udah horny. Aku bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh yang terasa gerah usai perjalanan panjang hari ini.
Kejadian kejadian yang kualami hari itu sungguh membuat gairahku memuncak. Hingga tidak tahan lagi untuk menyalurkannya. Membayangkan pramugari bernama Pingkan, membayangkan istriku yang setengah telanjang di depan Vallen dan calon suaminya, serta berhayal apa yang dilakukan calon pengantin ini berdua di kamar mereka, akupun onani hingga keluar sperma yang banyak banget. Sayang sih, seandainya masih bisa sabar menahan sebentar lagi main sama istri pasti lebih komplet. Tapi ya sudahlah. Cukup lama aku berendam di bathtub, hingga penisku kembali menegang sempurna. Baiklah mungkin ini saatnya ngasih jatah ke istri. Mumpung lagi tinggi tingginya. Aku mengeringkan badan dan keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan apapun, telanjang. Dengan harapan bisa langsung tempur dengan Allena istriku, melanjutkan apa yang tertunda tadi.
Prank part dua! Kali ini aku yang terkaget bercampur malu setelah sadar bahwa Vallen sudah ada lagi di kamar, sedang berbincang santai dengan istriku di sisi tempat tidur. Dalam kondisi tubuhku yang telanjang dan penis yang menegang maksimal, Allena dan Vallen hanya terdiam memandangi si dedek menampilkan keperkasaannya. Tampak jelas juga mata Vallen tertuju ke alat vitalku. Refleks aku menutup daerah selangkangan dengan kedua tangan, meskipun tidak bisa menutup dengan sempurna. Salting. Sepersekian detik aku dihadapkan pada pilihan kembali ke kamar mandi atau lanjut menggauli istri sendiri. Akupun memilih untuk bersikap biasa saja dan mematung bingung gak tau mau gimana lagi. Tak terduga, gayung bersambut, reaksi Allena ternyata antusias melihat suaminya sudah telanjang tanpa busana. Seakan tidak menghiraukan keberadaan Valen, Allena berdiri dan menarik tanganku duduk diantara mereka berdua. Dengan posisi duduk aku dan Allena berciuman panas sambil saling meraba tubuh masing masing. Tangan Allena sangat nyaman mengocok pelan penisku yang sedari tadi keras seperti batu.
Untuk diketahui oleh pembaca yang budiman, hubungan istriku Allena dengan teman teman karibnya termasuk Vallen ini udah sangat dekat melebihi saudara. Mereka sudah berkali kali melakukan aktifitas seksual bersama, bahkan dengan suami teman-teman istriku. Akupun sudah tidak asing lagi dengan kemolekan tubuh Vallen. Beberapa bulan sebelumnya kami pernah liburan bersama di Bali dalam rangka pernikahan teman mereka Ocha. Waktu itu aku pertama kali dikenalkan dengan istilah “malam bakupas” ala mereka. Jadi singkatnya, istriku dan 4 temannya yang lain punya kebiasaan yang unik nan ekstrim. Mereka menamakannya “Malam Bakupas” (diambil dari bahasa Manado).
Bagi suhu yang sebelumnya sudah pernah membaca rangkaian cerita “Kenangan di Bali : Terima Kasih Ocha”, pasti sudah familiar dengan tokoh tokoh yang ada di cerita ini. Buat yang belum, simak baik baik, akan ada beberapa karakter yang mau saya kenalkan. Kelima sahabat karib ini adalah Allena (istriku), Yolanda (suami : Erik), Angel (suami : Rico), Ocha (suami : Andreas), dan Vallen (perawan). Salah satu aturan main di Malam Bakupas adalah, siapa yang mau menikah, malam sebelumnya mempunyai hak untuk memerintah dan berbuat sesuka hatinya. Dari kelima wanita cantik ini Vallen yang terakhir akan menikah. Faktanya, Vallen adalah wanita cantik dari keluarga yang terpandang, berprofesi sebagai pramugari dan hingga malam itu masih perawan. Waktu di Bali memang aku sudah pernah menikmati servis dari Vallen dan sebaliknya akupun beberapa kali memuaskan hasrat seksual wanita cantik, seksi dan anggun ini. Tapi tidak sampai merebut keperawanannya, karena meskipun aktifitas seksual kami waktu itu sangat liar, tapi dilakukan dalam kondisi sadar sehingga masih bisa mengendalikan diri. Suhu pasti tahu lah alur ceritanya seperti apa di malam bakupas sebelum pernikahan Ocha di Bali.
Kembali ke Manado, di hotel bintang lima tersebut aku dan Allena sudah sange berat, suami istri yang LDR an dua minggu sudah tidak mampu membendung hasrat untuk bercinta meskipun didalam ruangan yang sama ada orang lain, wanita cantik lainnya yang sedari tadi memperhatikan aktifitas foreplay kami. Masa bodoh, toh itu Vallen bukan siapa siapa. Dia sudah tahu seluk beluk kehidupan kami dari luar sampai kedalam dalamnya. Istriku tidak merasa risih, akupun malah semakin bergairah merangsang Allena di depan Vallen. Seperti ada sensasi tersendiri bercinta dilihat orang. Bahkan dalam hatiku berharap Vallen bisa ikut main atau setidaknya bisa melihat lagi tubuh Vallen telanjang. Tidak lama kami pemanasan, lidahku beberapa menit lamanya menyapu bersih cairan asam yang keluar dari vagina Allena hingga istriku ini merintih keenakan, hingga posisi 69 dimana penis tegangku masuk sepenuhnya kedalam mulut Allena. Sedikit berbeda dari biasanya, kali ini sejak jilatan pertama di Vagina Allena, lidahku sudah merasakan cairan asamnya yang masif dan becek. Kuarahkan ujung lidahku menyapu pelan di klitoris Allena dengan gerakan memutar searah jarum jam sambil tangan ku mengusap area paha belakang hingga ke selangkangan. Allena semakin menjadi jadi, tampaknya istriku ini juga sudah sange tingkat terparah. Mengerang kenikmatan disamping temannya Vallen.
Saat itu posisi kami masih 69, aku diatas menindih Allena yang kakinya mengangkang lebar. Kepalaku masih melekat di selangkangannya. Sementara Vallen duduk sangat dekat dengan posisi kami, beberapa sentimeter dari kaki Allena yang terangkat tinggi keatas. Dari posisi kepalaku saat itu, pandangan mataku bisa melihat Vallen yang ternyata terus memperhatikan aktifitas kami. Pikirku pasti sahabat karib istriku ini akan terbawa suasana. Penasaran, perlahan kucoba menggerakkan tanganku mendekat ke paha Vallen. Saat itu Vallen mengenakan rok jeans pendek diatas lutut. Dengan posisi Vallen yang duduk di ranjang, membuat rok jeans nya terangkat hingga ke paha. Bisa suhu bayangkan ya bagaimana paha putih mulus seorang pramugari cantik berdarah asli Manado. Membaca situasi yang semakin kondisuf, tanpa perlawanan jariku yang lincah akhirnya bisa mengusap-ngusap paha Valen yang mulus. Belum merasa puas dengan pencapaian itu, perlahan jariku bergerak mencari selangkangannya. Disaat lidahku masih aktif mengobok-obok vagina istriku Allena yang malam itu berlumur cairan asam yang nikmat, jari tengahku sudah menemukan vagina yang lain, lubang kenikmatan milik Vallen. Awalnya masih tertutup celana dalam. Kugerakkan jariku naik turun mengikuti kontur vagina milik Valen, bolak balik dari arah klitoris hingga ke arah anus. Semakin lama celana dalam tipis milik Vallen sudah basah dan licin. Bisa kurasakan jelas dengan jariku lendir yang membasahi selangkangannya. Beberapa detik kuhentikan jilatan lidahku di Vagina Allena dan mengangkat kepala memberanikan diri menatap mata Vallen. Tidak berani Vallen kontak mata denganku saat itu, mungkin karena malu atau apalah yang dia rasakan, sekejap kelopak matanya menutup menghindari tatapanku. Namun dengan raut wajah yang tidak bisa menyembunyikan ekspresi bahwa Vallen saat itu menahan erangan nikmat akibat sentuhanku di vaginanya.
Vallen :
“Terus sayang, jang kase brenti” (terus sayang, jangan berhenti), ucap Allena setelah menyadari lidahku tidak lagi menjilati vaginanya. Kulanjutkan permainan oralku di vagina Allena. Sebagai suami aku sangat paham benar kapan Allena akan orgasme. Hal ini bisa kuketahui dari rasa yang muncul melalui lendir cairan vaginanya. Saat itu vagina Allena semakin berdenyut dan menghasilkan perpaduan rasa yang semakin asam dan pekat, tanda sebentar lagi istriku mencapai puncak. Diwaktu bersamaan, vagina Vallen yang masih ditutupi celana dalam juga semakin becek dan licin. Aku sengaja menunggu apa reaksi Vallen selanjutnya. Gak mungkin dia bisa bertahan lebih lama lagi melawan rangsanganku yang semakin dashyat di vaginanya. Benar saja, tiba tiba Vallen menyibakkan celana dalamnya kesamping dan memegang jariku diarahkan ke vaginanya yang kini bisa menghirup udara segar. Mulus tidak ada satupun rambut yang tumbuh. Membuatku semakin mudah mengobok obok klitoris perawan Vallen. Sampai saat itu kuyakin Vallen masih perawan makanya tidak berani memasukkan jariku kedalam lubang vagina. Kenikmatan yang sungguh tidak bisa digambarkan dengan kata kata.
Jari tengahku begitu leluasa menjamah vagina Vallen yang berlendir dan semakin licin. Klitorisnya menjadi sasaranku. Titik yang seperti kacang Kawangkoan itu kupilin pilin dengan sentuhan lembut, memutar hingga semakin banyak lagi cairan kenikmatan yang keluar. Sesekali juga usapan jarimu menyisir lipatan vagina sempitnya hingga ke anus. Licin tanpa bulu kemaluan sedikitpun. Vagina Vallen sepertinya memang masih terpelihara dengan baik, tidak ada bagian yang menonjol keluar seperti vagina istriku atau vagina istri istri suhu sekalian. Tandanya belum pernah ada penetrasi penis kedalam vagina Vallen. Hanya sayangnya dengan posisi aku masih 69 dengan Allena, aku gak bisa melihat penampakan vagina Vallen, hanya jari lincahku ini yang menikmati moment ini.
Tidak lama setelah itu aku merasa tidak bisa lagi menahan untuk ejakulasi. Akupun teringat dengan misi awal untuk ngasih jatah batin dan protein segar ke istriku. Sebelum sprema menyemprot keluar, aku menghentikan jamahanku di vagina Vallen dan membimbing Allena untuk berdiri di pinggiran tempat tidur untuk menyodoknya dari belakang dengan gaya doggy style. Allena menurut saja. Tubuhnya disandarkan ke tempat tidur sedangkan pantatnya diangkat dengan selangkangan terbuka lebar. Vagina Allena yang sudah sangat becek sangat memudahkan penisku untuk masuk dan menyodok langsung dengan RPM tinggi. Dengan posisi seperti ini aku bisa melihat Vallen yang secepat kilat membereskan roknya yang sebelumnya terangkat dan bersikap seolah olah tidak terjadi apa apa. FYI, sejauh ini Allena tidak menyadari aktifitas jari nakalku di selangkangan Vallen. Sepertinya Vallen juga tidak ingin sampai Allena tahu kalau suaminya ini mengobok obok vaginanya selagi kami menikmati posisi 69 tadi. Sekali lagi semua terjadi dengan begitu cepat.
“Terus pa”, “aah, terus, cepat, cepat, aaah”, “allen mau pipis pa, cepat, aaaah, mau pipis pa”, “pipis jo, nda apa apa – balasku”, “aaah paaa, enak, terus, aaaaahhhhh, pipis pa” sampai spermaku keluar semuanya kedalam vagina Allena. Sepertinya Allena juga mencapai orgasme yang dashyat hingga kami tersungkur lemah diatas tempat tidur. Enak, puas dan capek banget. Aku sempat beberapa menit tertidur usai ejakulasi yang dashyat. Hingga tiba tiba tersadarkan setelah merasa ada aktifitas di selangkanganku. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih kulihat Vallen sedang mengoral penis yang kembali menegang. Tak mau aku mengagetkan dia, kubuka mataku perlahan sambil tetap berpura pura tertidur. Di sampingnya kulihat istriku sudah tertidur pulas dalam ketelanjangan. Vallen dengan buasnya mengoral penisku berbarengan dengan kocokan halus di pangkalnya. Saat itu Vallen masih berpakaian lengkap dan sepertinya tidak sadar kalau aku udah bangun dan melihat apa yang dilakukannya. Sungguh nikmat tiada duanya, sensasinya tidak bisa digambarkan. Vallen sangat menghayati apa yang dia lakukan, bahkan matanya terpejam ketika lidahnya yang mungil menyapu setiap sisi penisku yang sudah maksimal. Tidak menyangka Vallen bisa se berani itu mengoral penisku disaat istriku tertidur pulas. “Enak len”, ucapku pelan sambil mata kami saling bertatapan. Terlihat Valen sangat kaget mengetahui aku sudah sadar. Seketika Vallen mengeluarkan penisku dari mulutnya dan melepas genggaman tangannya di pangkal penis. Dengan gerakan cepat Vallen keluar meninggalkan kami berdua. Sayang sungguh sayang, andaikan aku tetap berpura pura tertidur mungkin malam ini akan lebih nikmat. Tapi kurasa tadi Valen tidak mengharapkan aku terbangun dan mengetahui apa yang dia lakukan. Yasudahlah, peluang emas gagal berbuah goal. Setelah itu aku tertidur dengan pulas.
Besok harinya, Sabtu cerah di bulan Desember 2019, informasi yang kudengar dari istriku bahwa hari ini teman teman mereka yang lain akan bergabung dan nginap di hotel, kecuali Yolanda dan suaminya Eric yang karena satu dan lain hal gak bisa ke Manado. (Mereka tinggal di Jakarta). Jujur aku sudah tidak sabar menantikan kejutan apa yang akan terjadi nanti malam. Akankah malam bakupas kali ini sedashyat saat pernikahan Ocha ? semoga. Harapku dalam hati. Tapi kenyataannya sejak bertemu di ruang makan dan sepanjang kami sarapan bersama, Vallen menunjukkan reaksi yang tidak biasa. Seolah olah dia menghindari kontak mata denganku. Mungkinkah dia malu dengan kejadian semalam ? ah biasa aja kali. Bukan kali pertama kok, dulu bahkan dengan ganasnya kami saling memuaskan meski tanpa penetrasi di Vagina. Merasa tidak nyaman dengan kondisi ini akupun mencoba untuk konfirmasi langsung ke Vallen. Saat istriku beranjak untuk ke toilet, aku gerak cepat menanyakan apa yang dirasa Oleh Valen. (Untuk diketahui, Vallen ini tipikal cewek yang polos namun pintar. Kalau bicara gak pake jaim jaim, langsung terus terang, jujur, dan bukan penyimpan rahasia yang baik).
Aku : “Valen loe gak apa apa ? ada sesuatu kah ?”
Vallen : “Jangan sampai Allena tau!”, - sambil matanya melotot memperingatkan aku.
Aku : “Soal apa ? yang tadi malam ?”
Vallen : “Gak tau ah, sial loe!”, - jawabnya kesal.
Aku : “Loe aja yang kegatelan, ngocok kontol suami temen sendiri”, - ucapku dengan fulgar karena sudah merasa dekat dengan Vallen sejak liburan di Bali beberapa bulan sebelumnya.
Vallen : “Lebih brengsek mana, suami yang mainin memek teman istrinya ?, ngegantung lagi, anjing loe Donn!”
Aku : “Salah siapa main kabur aja, kan bisa gua selesain kalo loe mau”.
Vallen : “Awas ya! Kalau sampe Allena denger mati loe gua bunuh”.
Aku : “Aman Len, tapi emang kenapa ? toh dulu kita udah pernah ngeseks bareng, kok sekarang pada panik gitu”.
Vallen : “Ya beda lah, dulu itu kan acara khusus sebelum nikahannya Ocha. Terus ada teman teman yang lain. Jadi gak apa apa, udah direncanakan sebelumnya. Tapi yang semalam gak gitu kan, aku gak enak sama Allena”.
Aku : “Emang semalam udah ngebet banget pengen ngemut kontol yah ? Kirain tuh kamu masuk ke kamar sebelah bareng pacarmu mau ML. Aku loh sampe coli ngebayangin kamu dientot pacarmu. Terus ? masih belum puas?”
Vallen : “Gila loe Don!enggak lah. Pacarku cowo baik baik, gak tau yang begituan. Semalam aku udah sange berat liat kamu nggerayangin Allena depan aku sama pacarku. Nah pas pindah ke kamar sebelah, udah tinggi banget nafsuku, malah Billy pulang. Makanya aku balik lagi ke kamar kalian.”
Aku : “Hahaha, ya ampun. Terus habis itu dikasih tontonan live, aku ngentot Allena”.
Vallen : “Iya ngapain juga sih kalian ngentot depan aku, pegang pegang memek aku segala, siapa yang gak terangsang coba. Udah becek tau, loe main berenti aja tiba tiba pas lagi enak enaknya”.
Aku : “Kenapa gak ikut main bareng ?”
Vallen : “Gila! Gak mungkin lah. Allena tuh teman baik aku, kalau bukan dia yang ngajak langsung gak mungkin kan aku main gabung aja. Eh, btw aku ngerekam kalian loh”
Aku : “Apaaaaa??”, - reaksiku kaget mengetahui adegan becintaku dengan Allena direkam sama Vallen.
Vallen tidak sempat menanggapi setelah tiba tiba Allena udah datang dan duduk di kursi makannya. Dengan lincahnya Vallen mengganti topik pembicaraan biar istriku gak curiga. Cukup lama kami berbincang bincang setelah sarapan, termasuk membicarakan rencana malam bakupas hari ini. Tapi sedikitpun tidak ada klue tentang apa yang direncanakan. Sekitar pukul 11 pagi sebelum makan siang aku dimintakan tolong untuk menjemput Ocha. Pesawat yang ditumpangi Ocha mengalami keterlambatan sehingga aku harus menunggu sekitar 45 menit lagi. Kupesan segelas Capucino di St*arbucks Airport dan mulai kembali menggali ingatan dan kenanganku bersama Ocha.
*FLASHBACK INGATAN DI HARI PERNIKAHAN OCHA. BALI, PERTENGAHAN AGUSTUS 2019 *
Waktu menunjukkan pukul 1 siang, kurang lebih satu jam lagi akan diadakan pemberkatan pernikahan Ocha dan Andreas di salah satu kapel dalam kompleks tempat kami nginap. Kami semua sudah siap menyambut momen bahagia sahabat kami Ocha dengan seorang pengusaha hotel sukses. Para suami menggunakan setelah tuxedo hitam sementara perempuan-perempuan menggunakan dress warna soft peach yang semakin menampilkan keanggunan dengan cirri khas masing-masing. Dengan gaun pengantin dan riasan yang natural-glamour, Ocha terlihat semakin menawan. Kali ini menjadi yang paling bersinar diantara sahabat-sahabatnya. Acara pernikahan Ocha dan Andreas di Kapel berlangsung dengan lancar dan hikmat Setelah rangkaian acara pemberkatan pernikahan selesai, Ocha dan Andreas resmi menjadi pasangan suami istri. Siang itu kami habiskan dengan penuh sukacita, berbahagia bersama pengantin baru Ocha dan Andreas sambil menunggu acara resepsi pernikahan yang akan dilaksanakan di Balroom hotel milik mereka. Tepat pukul 6 sore menjelang malam, acara resepsi dimulai dengan iring-iringan pengantin bersama keluarga diatas red carpet menuju puade (panggung pernikahan, singgasana raja dan ratu sehari). Ocha mengganti gaun pengantinnya menjadi lebih seksi dengan belahan dada rendah. Cantik menawan!
Pesta resepsi berlangsung dengan megah dan mewah. Banyak orang penting yang turut hadir termasuk salah satu pejabat tinggi di daerah ini. Skip.. skip.. akhirnya para tamu beranjak pulang menyisahkan satu rangkaian acara lagi yaitu malam kebersamaan. Malam kebersamaan ini dikhususkan bagi seluruh keluarga besar kedua belah pihak entah itu yang dari Manado atau yang tinggal di Bali. Sejenak kami beristirahat meregangkan badan di kamar masing-masing. Sekitar pukul 21.00 kami diundang berkumpul lagi meramaikan malam kebersamaan. Allena udah pergi duluan dengan anakku karena aku sempat ke kamar mandi. Dalam perjalananku menuju ke Ballroom, aku melewati kamar Ocha yang sedikit terbuka. Kukira Allena dan yang lain nongkrong disitu sehingga dengan santuynya aku membuka pintu Ocha dan berjalan masuk. Tampak Ocha dengan raut wajah yang sebel menunggu suaminya mengangkat telepon. Ya, panggilan Ocha ke handphone suaminya gak diangkat angkat. Dan Ocha sendirian di kamarnya dengan masih meggunakan gaun pengantin yang kali ini mempunyai bawahan yang lebar mengembang.
“Sorry, pintu terbuka, kukira Allena ada disini”, kataku ke Ocha. “Nda apa apa, santai aja Don, aku lagi nunggu Andreas tapi kayaknya dia masih sibuk dengan tamunya”, balas Ocha. “Ada yang bisa dibantu? Apa perlu aku panggilin Andreas?”, tanyaku sambil menawarkan bantuan. “iya tolong ya…” “eh gak perlu ding, kelamaan. Nanti keburu ngompol aku”, jawab Ocha. “Kamu kebelet kah? ya pipis ngapain nunggu Andreas… cieeee pengantin baru udah gak sabar mau bulan madu”, godaku direspon dengan wajah cemberut Ocha. “Kamu aja tolongin aku Don, aku gak bisa pipis sendiri!”, ucap Ocha. “Lah kenapa?” tanyaku heran. Jadi begini suhu, gaun pengantin yang saat ini digunakan Ocha, bawahannya (roknya) gede buaanget terus mengembang model ball gown. Nah yang bikin gaun itu mengembang yaitu rangka berbentuk lingkaran di dalam gaun yang membentuk pola bawahan di rok. Artinya, Ocha gak bisa pipis sendiri karena harus ada orang yang bantu ngangkat roknya yang cukup berat dan ribet sambil dia duduk di kloset. Itu alasan Ocha nahan pipis nunggu Andreas datang.
“Kamu bantuin angkat gaun aku ya Don”, perintah Ocha. Aku tidak bisa menolak permohonan Ocha. Semua instruksi Ocha kuturuti hingga kami berdua berada di dalam kamar mandi. Saat saat yang menegangkan. Ya semua tegang termasuk penisku. Ocha mengarahkanku untuk mengangkat rok gaunnya sambil Ocha menarik celana dalamnya turun. Tidak terlihat dari posisiku karena terhalang gaun Ocha yang besar. Akhirnya Ocha bisa duduk pas di atas kloset dan pipis dengan tenang. Pssstsssst.. pssstssst.. psssssssttssstt.. pssststtsst.. terdengar bunyi air kencing yang keluar dari Vagina Ocha diikuti oleh tawa kami berdua yang merasa lucu dengan bunyi itu. Aku bercanda: “pipis cewek gak lurus ya ? kayaknya belepotan semburannya”. “Anjaaay”, jawab Ocha setengah tertawa. “Emang kalau cowok pipis lurus?”, tanya Ocha menggoda. “Iya dong, lurus! Jadi bisa diarahkan mau tembak kemana aja, gak belepotan”, jawabku. “Gak percaya ah, mana buktikan coba!” tantang Ocha. Gilaaaaaa…. Keluar juga nakalnya si Ocha. Aku mencoba memanfaatkan situasi ini dengan mengeluarkan penisku yang sudah tegang maksimal keluar dari sarangnya. Sambil tangan kanan masih mengangkat rok gaun pengantinnya, tangan kiriku mengurut pelan penis dari ujung hingga ke pangkalnya. Ocha memperhatikan betul apa yang aku peragakan. “Itu mah bukan pipis, loe Colli Don, anjay!” protes Ocha. Setelah selesai pipis Ocha hendak mencebok Vaginanya tapi tidak mungkin menggunakan shower bilas karena bisa bisa gaun pengantinnya basah. Akupun mulai terpikir hal mesum yang sungguh gila.
“Sini aku bersihin Cha”. “Gimana caranya?”, tanya Ocha penasaran. Akupun membantu Ocha berdiri dari kloset dan berjalan perlahan keluar dari kamar mandi sambil roknya tetap diangkat. Tak lupa aku mengunci pintu kamar dari dalam. Seketika kepalaku langsung masuk kedalam rok gaun pengantinnya Ocha dan menjilat, menyapu bersih lubang Vagina Ocha yang terasa asin karena baru saja selesai kencing. Aku gak perduli! Rasa asin air seni bercampur aroma khas Vagina Ocha kunikmati dengan nafsu yang tak terbendung lagi. Ocha tidak ada perlawanan sama sekali. Jilatan demi jilatan di klitoris hingga anus merangsang Ocha yang mulai mendesah dengan hebat. “teruussss Don.., terus sayaaaang.., aaaahhhh.., cepat sayang.., duuuhh enaaaak.., teruusss sayaaang..”. Tubuh Ocha berguncang dengan hebat namun terus kulancarkan jilatan maut di Vagina sang pengantin. Merasa terhalang dengan gaun pengantin Ocha, akupun menuntun Ocha untuk melepaskan apa yang saat ini dia kenakan. Agak ribet tapi berhasil. Dengan tinggal menggunakan dalaman bagian atas Ocha kududukkan diatas Sofa dan dengan kasar memainkan lubang Vagina Ocha. Bisa kelihatan dari bentuknya bahwa Vagina Ocha sudah sering dipakai. Imajinasi imajinasi liar mulai bermain di pikiranku membayangkan Ocha, teman istriku yang baru saja menikah kini kumainkan Vaginanya. Entah sudah berapa banyak pria yang menikmati Vagina lonteh ini. Masa bodoh, ini saatnya bagiku juga untuk mengentot pengantin baru.
Sambil menikmati tusukan jariku didalam Vaginanya, Ocha berbisik “Quickie aja Donn! Buruan sebelum Andreas datang”. Benar juga, kapan saja suami barunya bisa datang dan memergoki perselingkuhan kami. Waktuku tidak banyak. Segera kutusuk Vagina Ocha dengan penis tegangku. Bercinta dalam keadaan yang tidak normal, deg-degan jangan sampai ketahuan, ternyata memancing sensasi tersendiri yang bikin aku semakin bergairah. Kutusukkan penisku kedalam Vagina Ocha masuk keluar dengan kasar. “Bleeeepp… Bleeeppp… Bleeeppp, bunyi benturan selangkanganku dengan selangkangan Ocha yang beradu dengan bunyi Labia Minora Ocha yang bergesek-gesekan dengan penisku. Irama yang menggairahkan. Ocha terus mendesah : “aaaahh Doni, aaahhh Doni, I love u.. fuck me Don…”, kata kata erotis yang dikeluarkan oleh orang yang pastinya sudah berpengalaman dalam bercinta. “Terus sayang.., enaaaaak sayaang.., bleeeeppp.., bleeepp.., aaah.., aaaah., yeeeessss Don.., aaaaah enak sayang”, teriak Ocha menjadi jadi. Dengan posisi Ocha diatas sofa dan aku berdiri, aku bisa mengulum bibir seksinya sambil penisku tetap penetrasi masuk keluar kedalam Vagina Ocha. Ocha dengan liarnya mengulum bibirku, menggigit lidahku, memainkan lidahnya di telingaku disela sela kenikmatan yang penisku berikan. Persetan dengan suaminya, kini kurebut malam pengantinnya, kurebut Vagina istrinya meskipun tanpa darah perawan. Pengalaman Ocha dalam bercinta sangat membantu membuat suanasa lebih romantis. Sambil alat kelamin kami berdua memadu cinta, Ocha melayaniku dengan jilatan jilatan di dadaku yang baru kusadari adalah titik sensitif dari diriku. Selama ini Allena istriku belum pernah mengeksplornya. Sebaliknya aroma parfum pengantin yang tercium jelas di tubuh telanjangnya tak luput dari jilatanku hingga mendarat di putting susunya. Satu lagi yang membuatku semakin bernafsu: Bercinta dengan wanita hamil. Salah satu sensasi seks yang aku idam idamkan.
Aneh tapi nyata, hingga 20 menit lebih kami bersenggama, penetrasi non-stop tapi belum juga keluar sekalipun ritmenya semakin cepat. Hingga akhirnya kuposisikan tubuhku tidur diatas Sofa dan Ocha menunggangi tubuhku dengan gaya Women On Top. Pantat dan pinggul Ocha berhasil meruntuhkan pertahananku. “Bleeeepppp… bleeeppp… aaahhh… saayaaaang… Don.. aku mau pipis… terus sayaaang…. Cepat…” teriak Ocha yang dengan lincahnya goyang ngebor diatas selangkanganku. Tangan Ocha semakin liar meremas remas payudaranya sambil badannya naik turun. Kubantu tangan Ocha dengan ikut meremas remas payudaranya, ku usap usap perut hamilnya yang mengembang kecil, kubelai halus tubuhnya yang kini berkeringat. “Ahhhh…. Ahhhh… Ahhhhh… Donn.. pipissss… aaahhhhhhhhhhhh” teriakan panjang Ocha seperti disambar petir menggetarkan tubuh kami berdua yang dalam waktu bersamaan mencapai puncak kenikmatan. Orgasme yang sungguh sungguh nikmat. Sensasi hangat mengguyur Penisku yang masih tetap bersarang didalam Vagina Ocha.
“Mohon perhatian, pesawat udara XXXdengan nomor penerbangan XXX dari Denpasar Bali sudah mendarat”, tiba tiba pengumuman ini menghentikan lamunanku. Pesawat yang ditunggu tunggu akhirnya tiba juga. Aku perlahan bersiap menuju ke pintu kedatangan. Namun sedari tadi kayaknya penisku bereaksi setelah mengingat pengalaman intim dengan Ocha. Kali ini tidak terpikirkan sama sekali untuk berbuat yang macam macam dengan Ocha, malah terus terang aku deg degan campur nerfus bahwa sebentar lagi akan ketemu Ocha. Kenapa ? Karena aku pernah merasakan cinlok dengan Ocha. Pertemuan terakhir kami di Bali bulan Agustus kemarin sangat membekas bukan hanya tentang nafsu dan seks, tapi kepribadian Ocha yang tenang dan dewasa sempat membuat aku bermain hati, menaruh perasaan sayang ke Ocha. Bahkan Ocha juga sempat mengungkapkan hal itu, di hari pernikahannya malah Ocha bilang kalau dia sayang padaku, dan itu bukan sekedar nafsu birahi. Tentu saja hal ini hanya diketahui kami berdua. Istriku dan suaminya Ocha tidak tahu dan tidak sadar akan hal ini. Suhu suhu yang mengikuti alur cerita di Bali tentu tahu betul bagaimana nikmatnya bercinta dengan Ocha karena melibatkan perasaan, rasa sayang dan cinta. Cinta seorang suami kepada teman baik istrinya.
Cukup lama aku menunggu, memperhatikan satu persatu penumpang yang keluar dari pintu kedatangan, hingga akhirnya dari kejauhan sosok ibu hamil melambaikan tangan ke arahku, berjalan kian mendekat. Selamat datang di Manado! ucapku yang hanya dibalas dengan senyum dan cipika cipiki khas orang Manado. Ocha sangat cantik hari itu. Menggunakan dress cukup pendek diatas lutut menampilkan pahanya yang putih mulus dan pantatnya yang semok khas orang hamil. Kami langsung menuju ke mobil dan keluar dari area bandara. Waktu menunjukkan pukul 1 siang, Ocha mengatakan kalau dia lapar dan pengen makan di salah satu Rumah makan Chinesee Food dekat bandara. Aku mengatakan kalau Allena dan Vallen pasti udah menyiapkan makan siang di Hotel, apa gak sekalian aja? “Gak ah, udah laper banget. Kita singgah makan siang aja dulu, nanti kalau ada makan siang yang disiapkan di Hotel, gak apa apa aku makan lagi biar mereka gak kecewa”, ucap Ocha. Hal kecil yang lagi lagi membuat aku kagum dengan Ocha karena pemikirannya yang dewasa dan bijak. Kamipun berhenti di salah satu rumah makan Chiness favorit di kiri jalan arah ke pusat kota. Kondisi saat itu sangat sepi, hanya kami berdua pengunjung yang ada. Kami mengambil tempat duduk di ruangan AC, meja paling pojok. Ocha banyak bercerita tentang kehidupannya di Bali setelah menikah dengan Andreas, mantan bosanya di Hotel tempat dia bekerja. Akhirnya sekarang Ocha sudah menjadi pemilik hotel tersebut. Dari ceritanya Ocha aku bisa mengetahui bahwa kehidupan rumah tangga mereka yang sudah dijalani beberapa bulan ini sangat bahagia. Andreas suaminya sangat baik dan pengertian sehingga Ocha merasa senang dengan pernikahannya meskipun udah hamil duluan sebelum akhirnya resmi dipersunting. Sekarang usia kehamilan Ocha sudah masuk bulan ke 7.
Sambil makan, banyak sekali hal hal menarik yang kami bicarakan. Mulai dari perkembangan ekonomi, sosial, budaya, selebritis, hingga urusan rumah tangga. Ocha orangnya simpel, enggak ribet, enggak jaim, dan ceplas ceplos. Hingga tak kuduga Ocha menanyakan satu hal yang bikin aku seakan kesetrum. “Donn, waktu Allena hamil kalian sering ML gak ?”, tanyanya dengan cuek. Waawww, pertanyaan apa ini. Ocha menyadari keterkagetan aku. “Santai aja Donn, kita kan sama sama sudah dewasa, wajar lah sharing tentang hal begini”. “Tahu gak ? sudah beberapa bulan sejak perutku mulai membesar, Andreas udah gak mau ML. Katanya takut sampai terjadi apa apa dengan kandunganku”. “Ya ujung ujungnya kalau udah mau aku masturbasi”, kata Ocha. Ocha berbicara dengan sangat terbuka, karena mungkin dia sudah merasa sangat dekat dengan aku, dan nyaman dengan perbincangan kami saat itu.
Akupun menjawab pertanyaan Ocha yang tadi, dan menceritakan bahwa waktu istriku hamil tidak ada yang berubah dengan hubungan seksual kami. Bahkan selama hamil, nafsu Allena istriku berlipat ganda. Waktu itu hampir setiap hari kami berhubungan badan. Allena pernah bilang kenikmatannya jauh lebih dashyat ketika sedang hamil, karena nafsunya juga semakin besar. Akupun demikian, bersetubuh dengan orang hamil adalah sensasi terbesarku. Aku sangat terangsang melihat wanita hamil, dan dalam kondisi hamil, cairan kenikmatan yang keluar dari vagina itu lebih asam dan lebih banyak. Aku suka itu. Dengan gamblang aku menjelaskannya ke Ocha. Sejurus kemudian Ocha berkata : “Berarti kamu nafsu lihat aku yang lagi hamil dong ?”. Eehheeemm. Aku tersedak merespon perkataan Ocha. Cukup lama aku terdiam dan akhirnya mengakui “ya iyalah, siapa yang gak nafsu lihat bodimu yang semok itu Ocha”. Memang bentuk dan berat badan Ocha yang sebenarnya mungil agak naik sejak hamil. Tapi bukan gendut tapi semok, padat berisi. “Hahaha, anjing loe Donn! Bikin sange aja” ungkap Ocha.
Saat itu kami duduk berhadap hadapan di meja makan. Ocha yang mengenakan dress pendek perlahan semakin mendekatkan kakinya kearah kakiku. Hingga akhirnya pahanya yang dingin dan mulus menyentuh pahaku yang saat itu mengenakan celana pendek. Kami saling bertatapan, Ocha tersenyum dengan tatapan mata seperti orang yang jarang dibelai. Kami perlahan semakin bergerak ke depan, sementara paha Ocha dan pahaku dempet dempetan saling gesek dibawah meja rumah makan yang tidak terlalu besar.Hanya gesek gesekan paha tapi sensasinya luar biasa gaaeess. Kulitku yang menempel di kulit pahanya memberikan kenikmatan tersendiri. Aku horni, dan Ocha juga tampaknya sedang menikmati sensasinya. Cukup lama kami melakukan hal ini, mumpung kondisi rumah makan lagi sepi dan tidak ada orang yang memperhatikan aktifitas kami. Hingga akhirnya Ocha menunjukkan reaksi seperti kejang kejang sambil bilang : “Aku pipis Don”. Pipis yang dimaksud Ocha adalah orgasme, dia mencapai puncak, dengan hanya saling gesek gesek nikmat. Kasihan Ocha, pikirku. Kamipun menyelesaikan makan siang dan melanjutkan perjalanan menuju ke Hotel.
“Gila loe Cha, ngapain barusan ?” ucapku. “Iya Donn, aku sange berat, udah gak tahan” balas Ocha. “Sampe orgasme ?” tanyaku lagi. “Iya, aku mudah banget horny dan kalau udah pengen, cara apapun bisa. Kan udah gua bilang tadi, selama hamil Andreas gak ngapaingapain aku”. “Kamu horny juga kah ?” tanya Ocha menyelidik. “Ya iyalah, padahal cuma gituan ya ?, hahaha kami tertawa. Tanpa merasa canggung tangan Ocha sudah mendarat di selangkanganku. “Tadi aku udah enak Donn, sekarang gatian”, bisik Ocha di telingaku sambil tercium aroma parfumnya yang semakin bikin aku terangsang. Rute yang seharusnya tinggal beberapa kilometer lagi, kini kubelokkan ke arah memutar, belok kiri mengambil rute ring road supaya bisa lebih lama menikmati moment bersama Ocha, teman baik istriku, pernah jadi pasangan bercintaku, pasangan berbagi nafsu namun juga berbagi rasa sayang yang kuakui ini adalah perasaan sayang yang tulus.
Dengan lincah Ocha menurunkan retsleting celana pendekku, membuka pengaitnya dan sedikit menarik kebawah. Tangannya yang halus menari nari diatas penisku yang tegang namun masih tertutup celana dalam. Perlahan namun pasti, kuku kukunya yang dicat berwarna pink menambah sensasi geli sedap di ujung penisku. Dibimbingnya penisku keluar dari celana dalam melalui lubang samping bersama buah Zakarnya. Untung saat itu aku memakai celana dalam yang agak longgar, sehingga si dedek tidak terjepit. Sambil terus mengemudikan mobil, konsentrasiku terpecah dengan kenikmatan yang Ocha ciptakan. Dia pinter sekali mengatur suasana dan ritme kocokannya. Sepertinya sudah pengalaman nih orang. “Pelan sayang, enak” ucapku mengingatkan Ocha supaya bisa lebih berlama lama bermain dengan penisku. “Sorry Donn, gua gak bisa ngemut kontol loe dengan posisi ini”, kata Ocha. Memang agak susah dengan kondisi perutnya yang udah besar untuk mengoral penisku. “Gak apa apa Cha, dikocok aja udah enak banget”, jawabku. Beberapa kali pertahananku hampir jebol, tapi aku segera meminta Ocha buat berhenti sementara biar enggak keluar spermanya. Aku masih mau berlama lama menikmati kenikmatan ini. Sambil Ocha meainkan Tangannya di kelaminku, tangan kiriku juga gak mau kalah menjamah selangkangan Ocha yang kini terbuka lebar. Kusibakkan dressnya hingga celana dalam mini yang dipake Ocha bisa kulihat dengan jelas. Sudah basaaah gaaeeyyss! Memeknya banjir. Ini bisa kulihat jelas di celana dalamnya yang berwarna Cream. Kuelus elus dari luar hingga semakin banyak cairan yang keluar. Persis sama seperti yang kulakukan ke Valen semalam. Menyadari tanganku yang enggak steril, aku gak berani masuk kedalam untuk menyentuh vaginanya langsung. Kami saling memberikan kenikmatan di alat kelamin masing masing. Hingga tidak terasa mobil udah mau masuk pos satpam Hotel. Ocha menghentikan aktifitasnya mengocok penisku, akupun demikian. Dengan cepat kami merapikan pakaian dan celana sebelum kuturunkan kaca mobil untuk menyapa satpam penjaga portal. Masuk ke area hotel, aku mengarahkan mobil ke tempat parkir yang sunyi. Menyadari kaca mobil yang gelap pekat, ide gilaku muncul.
“Kita isap jo neh” (Aku hidap aja ya), ucapku seraya mengarahkan kedua kaki Ocha membuka lebar dan menarik turun celana dalamnya. Dengan cepat aku menjilati vagina Ocha, menyapu bersih cairan yang udah membecek di kelamin wanita hamil ini. Ocha mengerang dengan tertahan, “enak Don, cepat Don, aaahhh, cepat Donn, aaahhh, aaaahhhhhhhhhh”. Tidak butuh waktu lama untuk membuat Ocha menjerit berbarengan dengan semburan cairan squirt dari vaginanya. “Gila enak banget Don, makasih, i love you”, ucap Ocha sambil mendaratkan ciuman hangat di pipi kiri dan kananku. “Cuma torang dua yang tau neh” (Hanya kita berdua yang tahu ya). Pesan Ocha dengan manisnya. “Siap sayang, i love you too”, balasku dengan mengecup bibirnya dan memegang erat kedua tangan Ocha.
Aku yang sedari tadi Horny namun belum sempat ejakulasi hanya bisa bersabar, karena tidak ingin berlama lama lagi di mobil dan mengundang kecurigaan. Di lobby Hotel istriku Allena dan Valen sudah menunggu kedatangan kami. Mereka tampak senang sekali bisa bertemu lagi di Manado. Setelah Vallen selesai mengurus proses check In Ocha, Vallen menjelaskan kalau kita mau makan bareng di salah satu rumah makan pinggir laut di Manado. Disana nanti sekalian ketemuan dengan Angel. “Aku ganti baju dulu gak apa apa ya ?” tanya Ocha. “Iya, gak apa apa, siap siap aja dulu gak perlu terburu buru, kami tunggu kok.”, jawab Valen. “Apa nanti ketemuan rumah makan aja ya? Ini bentar lagi Angel nyampe di lokasi. Aku sama Vallen duluan nanti Papa sama Ocha nyusul gimana ?”. “Oh ya oke gak apa apa kalau begitu” jawabku. Ocha juga menyetujuinya dan bergegas menuju ke kamar. “Pa, tolong bantuin Ocha ngangkat bawaannya, kasihan loh nih bumil” perintah Alena istriku. Ya, dengan senang hati. Jadinya kita janjian di salah satu rumah makan setelah Ocha selesai ganti baju. Istriku Allena dan Vallen pergi duluan karena teman yang lain, Angel sudah dalam perjalanan ke rumah makan itu dan bentar lagi nyampe.
Di dalam lift jantungku berdebar sangat cepat, memikirkan kesempatan emas yang ada di depan mata. Ibaratnya Christiano Ronaldo udah memberikan umpan matang di kotak penalty, tinggal apakah Paolo Dybala bisa memanfaatkan peluang ini menjadi goal. Tiba tiba Ocha berbisik “Buruan Donn, gua mau balas budi, gua puasin elo”. Sambil tangannya dengan nakal mengelus selangkanganku. Sontak penisku langsung menegang. Dengan cepat kami berjalan menuju ke kamar sesuai nomor yang tertera di kartu. Tak lama setelah pintu kamar tertutup, dikunci, pelukan Ocha langsung mendarat di tubuhku. Dengan perutnya yang sedang hamil, gaya Ocha memelukku sangat indah terlihat dari cermin. Pantatnya agak nungging menampilkan paha putih mulus. Dengan leluasa kami bisa mengekspresikan nafsu dan rasa cinta dua pasangan selingkuh ini. Menyadari bahwa kami tak punya waktu banyak, kuangkat dress yang dikenakan Ocha hingga keluar melalui kepalanya. Kini Ocha tinggal mengenakan BH dan celana dalam. Akupun gercep dengan menanggalkan apa yang aku kenakan. Perlahan kuarahkan Ocha duduk di tepian tempat tidur. Kakinya membuka menampilkan selangkangan yang sangat menggoda. Kepalaku menunduk untuk mencapai daerah kemaluan Ocha hingga lidahku bisa merasakan cairan asam milik Ocha yang sudah membanjiri selangkangannya. Benar! Celana dalamnya udah basah parah. Licin dan lengket. Sedari mobil kemaluan Ocha kurangsang dengan hebatnya hingga beberapa kali orgasme. Kini saatnya untuk memasukkan penisku kedalam rahimnya. “Bage rabu rabu jo Donn”, Ucap Ocha dengan bahasa Manado yang artinya mengajak untuk Quicky.
Aku sendiri sudah sangat berpengalaman melayani nafsu birahi orang hamil. Seperti yang diceritakan sebelumnya, sewaktu istriku Allena hamil, intensitas hubungan suami istri kami berkali kali lipat seringnya. Kutahu persis bagaimana gaya bercinta yang aman dan disukai pasangan. Kubimbing Ocha untuk tiduran dengan kakinya terbuka lebar, menapak di pinggiran tempat tidur. Posisiku berdiri tepat di selangkangannya dan mengarahkan penisku masuk kedalam vagina bumil cantik ini. Sambil berdiri aku memaju-mundur kan penisku masuk keluar vagina Ocha. Sudah sangat licin dan tidak terlalu kencang tapi tetap nikmat. Ocha mengerang sejadi jadinya. Tangan Ocha mulai memainkan payudaranya yang kini menegang padat dengan putingnya yang mancung. “Aaaah... aaahh... enak Doon, terus Donn... Aaaahhh, enak sayang... cepat sayaaang... Ahhhh..” Erangan Ocha semakin memperpanas suasana. Kulampiaskan semua nafsuku yang sedari tadi mengalami ujian berat, kini tersalurkan kedalam vagina Ocha. Penis tegangku masuk-keluar dengan cepatnya. “Aaaaahhh enak Donn, cepat sayaaang.... aku mau keluar Donn... aahh, Donn... mau pipis... AAAAAHHHHHHHH! Akhirnya erangan panjang diteriakkan Ocha seiring orgasme yang dia terima. Basah, banyak sekali cairan yang keluar. Aku tidak tau cairan apa itu kok bisa sebanyak itu. Mungkin cairan itu juga yang membuat saat ini Vagina Ocha berasa seret.
Kini kujilati memek Ocha yang memerah mengkilap, becek dengan cairan yang dia produksi. Bercinta dengan ibu hamil sangat membuat nafsuku memuncak. Kujilati memek Ocha naik turun dari arah Clitoris hingga ke Anus. Ocha hanya mengerang keenakan sambil sesekali kejang kejang menahan rangsangan yang aku berikan. Gila nih orang, pasti udah lama banget gak dipuaskan, pikirku dalam hati. Betapa tidak, selama aku menjilati memek Ocha berkali kali teman istriku ini mendapatkan orgasme. Tak terhitung lagi setruman listrik orgasme yang membikin tubuh hamilnya mengejang. Hanya dengan dioral, wanita ini bisa mendapatkan kepuasan. Tanpa memikirkan Ocha yang kini kelelahan setelah diberondong dengan jamahan lidahku yang lincah, kini kuarahkan lagi penisku untuk masuk menembus labia minora binor cantik ini. “Aahhhh.. Don.. sudah Donnn.. Ahhhhh... keluarin dalam aja Donn, cepaaaat.. enaaakak... Aahhhhh”. Semakin Ocha mengerang keenakan semakin cepat aku mempompa Vaginanya hingga menimbulkan bunyi yang unik. “blop, blop, blop” nada indah yang dihasilkan dari gesekan penisku dengan penis Ocha. Hingga tiba saatnya aku gak bisa lagi menahan rasa nikmat dan desakan untuk mengeluarkan sperma kedalam Vagina Ocha. Croot croot crottt, kutembakkan spermaku kedalam vagina hangat Ocha hingga tetes terakhir.
Pergulatan siang itu sangat menguras tenaga. Beberapa saat kami tergeletak diatas tempat tidur, mengatur nafas dalam ketelanjangan. Hingga tiba tiba Ocha memegang pipiku dengan lembut dan mendaratkan ciuman hangat di bibirku. “Terima kasih Donni, i love you”. “Makasih udah puasin aku hari ini, aku senang banget”, ucap Ocha dengan suara halusnya. Aku hanya tersenyum menanggapinya. “Tapi pliiisss jangan sampai Allena tau, rahasia kita berdua. Meskipun kami bisa sebegitu liarnya saat malam bakupas, tapi diluar itu kami hanya perempuan biasa yang pasti punya rasa cemburu dan gak mau suaminya selingkuh dengan teman sendiri. Aku gak mau mengecewakan Allena.” Ucap Ocha. “Iya Cha, jangan sampai juga Andreas tau ya”, balasku. “Siap boss”, ucap Ocha sambil meraih penisku yang kali ini mengecil tak berdaya. Kami melanjutkan perbincangan kecil, membahas gosip gosip tentang teman teman yang lain. Aku tidak begitu memperhatikan, karena aku mulai salah fokus dengan aktifitas tangan Ocha. Iya, sedari tadi, sambil berbincang bincang, tangan Ocha mengulus-ngulus, memilin-milin, dan perlahan mengocok-ngocong penisku dari posisi lemas tak berdaya hingga kini tegang lagi. Akupun tak mau kalah dengan berinisiatif untuk menjamah vagina Ocha (lagi) menggunakan jari tengah. Jadilah kami saling memegang alat kelamin masing masing.
Dalam kenikmatan ini Ocha terus melanjutkan ocehannya. Dari keterangan Ocha aku akhirnya tau kalau calon suami Vallen adalah kakak kelas mereka sewaktu SMA, mantan ketua OSIS, namanya Toar. Hal yang mengejutkan buatku adalah ketika Ocha memberi tau bahwa Toar ini adalah mantan pacarnya Allena istriku. Mereka sempat cukup lama jadian yaitu sekitar dua tahun dari kelas satu sampai kenaikan kelas tiga SMA. Setelah lulus SMA Toar melanjutkan kuliah ke Jerman. Sejak kepergiannya ke Jerman Toar bagaikan hilang ditelan bumi. Kala itu belum ada yang namanya Sosial media, saling telepon ke luar negeri pun masih hal yang mustahil. Tidak ada kabar sama sekali dari Toar, berbulan bulan, bertahun tahun. Itulah yang menyebabkan hubungan mereka kandas tanpa status yang jelas. Toar dan Allena tidak pernah resmi mengakhiri hubungan mereka, tidak pernah ada ucapan putus dari keduanya hingga Allena akhirnya pacaran denganku setelah menjadi mahasiswa di salah satu universitas ternama di kota Manado. Ocha tahu banyak tentang istriku, bahkan tentang hal yang tidak diketahui aku suaminya sendiri. Dari keterangan Ocha akupun jadi tahu bahwa selama ini Allena baru dua kali menjalin hubungan pacaran, yaitu denganku sewaktu kuliah, dan dengan Toar semasa SMA. Dulu Allena sangat mencintai Toar. Selepas kepergian Toar pun perlu beberapa tahun untuk Allena bisa move on dan belajar mencintai orang lain.
Aku sangat beruntung dengan momen ini, beruntung bisa mendapat banyak informasi dari Ocha, beruntung bisa saling share dan berbincang nyaman dengan Ocha, dan beruntung sedari tadi tangan Ocha masih terus memegang penisku yang super tegang. Dielus elusnya penisku dari ujung hingga pangkalnya. Tangankupun tidak kalah lincah dengan mengobok obok vagina Ocha. Dua jariku sedari tadi masuk keluar memeknya hingga menyentuh titik terdalam yang bisa kujangkau dengan jari. Sampai tiba tiba bunyi panggilan di handphone Ocha menyadarkan kami. Allena memanggil! Ocha menerima telepon Allena yang menanyakan apakah baik baik saja. “Iya Len, gak apa apa, aku baik baik saja. Cuma butuh waktu agak lama ya, sorry banget. Loe tahu kan gimana ribetnya jadi bumil, hehe”, jawab Ocha beralasan. Tampaknya mereka yang udah ngumpul di rumah makan minta izin buat makan duluan karena udah lapar katanya. “Iya gak apa apa, makan duluan aja, aku udah makan siang tadi di perjalanan dari bandara. Nanti aku makannya nyusul aja. Sorry banget ya Len”, ucap Ocha. Telepon ditutup. Aku dan Ocha saling tatap. “Enak banget Donn, pliiss masukin sekali lagi!” pintah Ocha.
Dengan gerakan cepat akupun menuruti kemauan Ocha selagi penisku tegang dengan maksimal. Kuangkat kedua kaki Ocha mengangkang lebar, kuarahkan penisku masuk ke lubang kemaluan Ocha secara perlahan. Becek banget! Gak perlu dorongan yang kuat, vaginanya Ocha seperti vacum cleaner yang mengisap kontolku. Licin dan berdenyut kencang, vaginanya seperti meremas remas penisku yang masuk keluar dengan santainya. Selagi penisku melakukan penetrasi, tanganku aktif bermanufer di titik titik sensitif tubuh Ocha, termasuk mengelus perutnya yang hamil. Sensasi luar biasa kami rasakan. Tusukan penisku semakin berirama dibantu dengan goyangan kecil yang sebisanya dilakukan Ocha. Tak henti hentinya Ocha mengerang nikmat. “Aaahh Donn, puasin aku Donn! I love you sayang”, “Loe hebat banget puasin bumil, iya sayaaaang, aaaahhhh”, “bikin aku kayak Allena Donn! Aku mau jadi lonte mu, memekku buatmu Donn!”, rintih Ocha semakin menjadi. Mendengar ucapan ucapan nakal yang keluar dari mulut Ocha membuat nafsuku semakin meningkat hingga tidak mampu lagi menahan ejakulasi. Crooottttt, beberapa goyangan cepat berhasil membuat spermaku keluar di dalam vagina Ocha. Enak dan nikmat! Memang benar kalau bercinta dengan perasaan sayang ke lawan mainnya, pasti orgasme yang didapat akan sangat berkualitas.
Penisku masih menancap di dalam lubang kemaluan Ocha, kupeluk tubuhnya hang hamil, sambil kukecup kening, mata, pipi, hidung hingga bibir Ocha. Jujur aku merasa nyaman banget di pelukan Ocha, teman baik istriku yang kini berbagi kenikmatan denganku. Cukup lama kami berpangutan bibir, saling menghisap lidah masing masing dengan mata saling menatap. Iseng aku memegang telinga Ocha dan jariku mengelus halus di belakang daun telinganya hingga ke leher. Tidak disangka tiba tiba ocha teriak “Aaahahhhhh” sambil kepalanya mengejang. Kucoba sekali lagi dan terulang lagi. Ternyata telinga dan tengkuk leher Ocha juga adalah titik sensitif yang menghasilkan rangsangan hebat. Kuhentikan mengulum bibir Ocha dan mulai menjilati daun telinga, belakang telinga hingga ke tengkuk dan leher Ocha. Tampaknya pergulatan ini akan berlanjut. Nafsu Ocha kembali naik. Ocha kini kembali bergairah sambil tangannya menjambak rambutku dengan kencang. Terus kupermainkan nafsu birahi Ocha dengan menambah rangsangan di sekitar telinga dan leher hingga Ocha memintaku untuk sekali lagi menggenjot vaginanya. Memang sedari tadi penisku belum ku keluarkan dari memek Ocha, tapi sayang sekali tampaknya penisku sudah tidak berdaya lagi setelah mengeluarkan banyak sekali sperma. Aku berusaha dengan keras untuk membangkitkan lagi ereksi penisku tapi tidak berbuah maksimal. Genjotanku di vaginanya tidak sedashyat sebelumnya. Ocha pun menyadari itu. “Hahaha udah gak ereksi Don ? geliiii”. Ocha memberitahu kalau dengan kondisi penis yang kecil yang berusaha melakukan penetrasi malah rasanya geli, gak enak. “Hisapin aja Donn, terakhir. Pliiiisss”, perintah Ocha yang seakan mengerti dengan situasi ini sehingga menyuruhku untuk mengoral vaginanya. Kuturuti perintah Ocha dengan merubah posisi kami menjadi 69. Kepalaku di selangkangan Ocha, dan penisku yang tidak lagi sekeras sebelumnya kini disepong sama Ocha. Kusapu bersihsemua cairan yang ada di vagina Ocha termasuk spermaku yang masih tertinggal disana. Sebaliknya Ocha dengan semangat mengulum penisku sambil tangannya mengocok pangkal dan mengelus buah Zakar. Lidahku menjilat jilat klitoris Ocha, sementara tiga jariku menyodok lubang vaginanya sampai mentok. Ocha kembali menjerit. “Aaaahhhh enak sekali Donn, terus.... “, “kasih cepat Donn, aku mau keluar”. “Aaaahhhhh, cepat Donnnn...”, teriak Ocha. Aku menaikkan intensitas masuk-keluar jariku hingga akhirnya keluar banyak sekali cairan dari dalam Vagina Ocha, menyembur hingga sebagian mengenai wajahku. Ocha Squirt!. Sementara itu dengan segala upaya yang dilakukan Ocha, rangsangannya tidak berhasil memancing spermaku untuk keluar. Mungkin stoknya sudah habis ya ?, hehehe.
Ocha tidak sempat lagi untuk mandi, hanya membersihkan kelamin dan wajahnya, berganti pakaian dan bergegas menemui teman teman yang lain. Tidak butuh waktu yang lama, karena memang lokasi hotel dengan rumah makan yang dimaksud cukup dekat. Kami bergabung dengan teman teman yang lain tanpa menunjukkan sesuatu yang aneh, seperti tidak terjadi apa apa. Tidak ada seorangpun kecuali Aku dan Ocha yang mengetahui perselingkuhan yang terjadi barusan. Tampak mereka baru saja selesai makan. Allena, Vallen, Angel dan suaminya Rico. Kali ini calon suaminya Vallen yang bernama Toar tidak ikut bergabung. Karena tradisi di Manado, sehari sebelum pernikahan, calon pengantin laki-laki dan perempuan tidak boleh dulu ketemuan sampai nanti sang pria bersama keluarga besarnya menjemput untuk pemberkatan nikah. Dalam pertemuan kali ini kami banyak berbincang bincang tentang banyak hal, hingga sempat juga video call-an dengan Yolanda dan suaminya di Jakarta yang berhalangan, gak bisa hadir di pesta pernikahan Vallen. Dalam video call ini Yolanda banyak menyinggung soal Malam bakupas, katanya sangat menyesal gak bisa ikut gabung. Iya sih, cukup disayangkan juga karena malam bakupas sebelumnya di Bali pengalaman bersama Yolanda sangat menyenangkan. Kali ini dia absen gak ikut main, jadi gak bisa menikmati tubuh chubbynya Yonalnda, pikirku dalam hati.
Tiba saat yang dinantikan, Vallen akan menjelaskan soal rencananya seperti apa malam bakupas kali ini. Semua tampak tegang namun penasaran. Tetapi sebelum menjelaskan konsep acaranya, Vallen terlihat sangat serius memandang kami satu persatu. Vallen meminta komitmen dari kami semua untuk menjaga kerahasiaan Malam Bakupas. Yang pertama, calon suami Vallen tidak boleh sama sekali mengetahui adanya acara ini. Karena sudah menjadi persetujuan sejak awal bahwa Malam Bakupas akan berakhir setelah semua anggota pertemanan ini menikah dan melepas lajangnya. Artinya malam bakupas hari ini akan menjadi yang terakhir, konsekuensinya suami Vallen tidak akan pernah tau dan tidak akan pernah terlibat dalam acara Malam Bakupas. Seakan menjadi hukuman bagi siapa yang menikah terakhir, suaminya tidak akan bisa merasakan kenikmatan malam bakupas. Semua mengangguk tanda setuju. Yang kedua Vallen meminta komitmen kami semua untuk menghargai pernikahan masing-masing. Ide Malam bakupas awalnya tercipta dari sebuah kesalahan dan ide gila semasa muda. Sudah saatnya diakhiri setelah Vallen menikah, agar kita semua tidak lagi melakukan hal hal yang seharusnya tidak pantas. Artinya diluar acara malam bakupas ini, tidak dibenarkan untuk menjalin hubungan dalam bentuk apapun dengan teman yang lain. “Sekali lagi aku tekankan dan aku mohon pada kalian, jangan pernah ada hubungan terlarang diantara kita, diluar malam bakupas, titik!”. “Kita sudah saling menganggap saudara sendiri, jangan rusak hubungan baik yang telah terjalin selama ini”. “Aku akan sangat murka kalau tahu ada diantara kita yang berhubungan bukan pada saat Malam Bakupas”, ancam Vallen. “Kalau ada yang berani berani melanggar kesepakatan ini dan tega merusak persahabatan diantara kita, aku kutuk semoga hidupnya sial“. Semua terdiam menanggapi ucapan Vallen yang sangat serius. “Ya, setuju!”, jawab semua orang yang ada disitu. Vallen paling konsern dengan hal ini. Sejatinya mereka semua pun adalah perempuan baik baik, mempunyai keluarga yang bahagia, dan sangat kuat dalam hal keagamaan. Dalam hati aku sempat gugup karena peringatan Vallen itu sudah pasti ada sangkut pautnya dengan perbuatan mesumku padanya kemarin malam. Analisa cepatku juga sempat menghubung-hubungkan fakta bahwa calon suaminya Toar adalah mantan pacarnya Allena. Apakah Vallen khawatir kalau Toar dan Allena kembali berhubungan ?. Entahlah. Aku tidak tahu apakah harus senang atau tidak senang dengan peringatan Vallen barusan. Di satu sisi hubungan aku dan Ocha akan semakin sulit, disisi lain aku setuju supaya Toar tidak bisa berhubungan lebih jauh dengan istriku. Ada rasa cemburu yang besar bergelora di hatiku setelah mengetahui mereka pernah pacaran. Sudahlah, nanti lihat aja kedepannya seperti apa. Yang jelas kali ini aku harus fokus untuk menikmati acara yang sangat dinanti nantikan. Malam Bakupas edisi terakhir, malam penghabisan sebelum pernikahan sang perawan idaman, teman kami semua, si pramugari cantik bernama Vallen.
“Silahkan tetap duduk, jangan lupa jaga jarak dengan dia karena sadar dia sudah milik orang. Kencangkan sabuk pengaman dan harus tetap menerima kenyataan bahwa dia tak lagi memilih anda. Tegakkan sandaran kursi agar kuat melihat dia bersama yang lainnya. Melipat hati yang telah pupus akibat dia tak lagi menoleh, memilih melupakan anda. Buka penutup jendela tapi jangan buka folder kenangan. Semua perangkat elektronik dimatikan, termasuk rasa yang masih tersimpan”.
Seketika para penumpang tertawa bahkan tidak sedikit yang memberikan tepuk tangan menyambut suara merdu sang pramugari yang menyampaikan bahwa sebentar lagi pesawat akan landing. Pasti sebagian dari suhu sekalian sudah tidak asing dengan pengumuman awak kabin yang berpantun seperti ini. Tahu lah maskapai mana yang aku maksud.
“Selamat datang di Bandara International Sam Ratulangi di Manado, waktu menunjukkan pukul 22.00 Waktu Indonesia Tengah....”, akhirnya sampai juga di kota tercinta setelah menempuh kurang lebih tiga jam penerbangan dari Jakarta. Lumayan lama dan membosankan. Untung saja selama penerbangan aku bisa menikmati pemandangan para pramugari cantik dan seksi lalu lalang. Aku adalah orang yang punya obsesi dan fantasi dengan yang namanya pramugari. Entah kenapa tiap melihat pramugari pikiranku langsung menerawang ke arah yang erotis. Selama penerbangan ini ada satu pramugari cantik yang menarik perhatinku. Parasnya manis dengan lesung pipit dan body proporsional, tinggi dan agak berisi. Tidak berani kenalan, hanya sempat membaca papan nama di seragamnya tertulis Pingkan***.
Sekali saat pramugari ini menunduk untuk mengambil minuman di gerobaknya, tampak sedikit celah diantara belahan dadanya yang berhasil bikin horny. Sereceh itu ternyata bisa bikin terangsang, apalagi belahan rok hijaunya yang cukup menampilkan paha putih berisi dan sedikit berbulu halus. OMG! Sampai disini aku yakin bahwa aku sedang butuh belaian wanita. Betapa tidak, sejak dua minggu yang lalu aku mengikuti training di kantor pusat di Jakarta, sendirian tanpa ada yang menemani. Aku sendiri adalah tipikal suami takut istri, tidak berani mencoba hal hal nekat apalagi menyewa pelacur. Forget it!
Kembali ke pesawat, antrian penumpang yang hendak turun cukup panjang. Bahkan seperti biasanya, seketika pesawat berhenti para penumpang langsung antri berdesakan di gang. Karena tidak harus buru buru, aku memilih untuk menunggu sampai benar benar sepi dan nyaman untuk turun tanpa berdesak desakan. Kesempatan itu aku manfaatkan dengan mencuri curi pandang ke pramugari cantik bernama Pingkan. Ternyata saat itu dia berdiri di pintu keluar bertugas megucapkan salam perpisahan dengan penumpang. Senyum yang manis kubalas dengan senyuman terbaik juga sambil mengucapkan terima kasih, sampai ketemu lagi. Wajah cantiknya, body nya, kesan yang saya dapat dari Pingkan ini, sempuuurrnaaa. Tapi apa boleh buat, pertemuan kami hanya sebatas penumpang dan awak pesawat. Akupun yakin senyuman indah itu hanya sekedar untuk menjalankan pekerjaan dan kewajibannya. Yasudahlah, toh tidak lama lagi aku bisa menikmati tubuh pramugari yang tidak kalah cantiknya, sahabat karib istriku, calon pengantin.
Btw sebaiknya kita kenalan dulu. Aku Donni, usia 27 tahun, karyawan swasta. Mempunyai istri yang cantik bernama Allena, dan anak satu berusia 2 tahun. Aku asli Manado dengan prototype orang Manado pada umumnya, gak ganteng ganteng amat tapi putih dan badan proporsional. Begitu juga dengan istriku, tinggi langsing dengan body terawat karena rajin olahraga. Kehidupan rumah tangga kami sangat menyenangkan, bahagia, karena satu sama lain saling terbuka dengan pemikiran dan kemauan masing masing. Kehidupan seks kami juga normal normal saja, kecuali pada moment spesial bersama dengan teman teman karibnya, istriku Allena bisa berubah 180 derajat dari wanita yang alim, menjadi sangat binal. Ya, teman teman karib yang dimaksud adalah teman-teman masa SMA yang hingga kini masih menjalin komunikasi dan hubungan yang erat. Bahkan bisa dikatakan lebih dari saudara kandung. Sebagian dari suhu-suhu disini mungkin masih ingat dengan lingkaran pertemanan yang saya maksud. Salah satu dari mereka, yaitu Valen sedang mempersiapkan acara pernikahan yang akan dilangsungkan hari Minggu (dua hari lagi sejak kepulanganku dari Jakarta).
Karena tidak dijemput, akupun memesan Taxi bandara menuju ke salah satu Hotel di pusat kota Manado, yang katanya angker karena dulunya bekas rumah sakit gunung Wenang. Disana sudah menunggu istriku Allena yang sengaja menginap di Hotel untuk persiapan acara pernikahan temannya Vallen yang juga akan dihelat di hotel tersebut. Selama perjalanan menuju hotel, aku menyempatkan untuk video call dengan putera tercinta yang kali ini dititipkan ke oma opanya di kampung. Tak terasa taksi yang kutumpangi sudah berhenti depan lobby dan supirnya membantu menurunkan koper dan barang bawaan lainnya. Segera aku menuju ke kamar yang sudah di infokan Allena sebelumnya. Beberapa lama setelah bel dibunyikan, Allena istriku membuka pintu dan langsung kusambut dengan pelukan dan ciuman hangat yang mendarat di bibirnya. Kami sudah terbiasa seperti itu, dalam kehidupan sehari hari pun, saat pulang rumah selesai kerja kami selalu berpelukan dan ciuman mesra.
Namun malam itu intensitasnya lebih lama dan lebih hot dari biasanya. Selain ciuman akupun langsung mendaratkan tangan kakakku di pantatnya, meraba raba kecil hingga meremas remas saking kangennya. Tangan kiri bergerilya masuk kedalam piyama dan BH Allena, sambil sedikit bergerak mendorong ke arah tempat tidur. Kejadian ini terjadi sangat cepat hingga tanpa bisa dicegah oleh Allena, tangan lincahku sudah membuka kancing piyama dan BH yang dipakainya. Celana legging halus yang dikenakan juga tidak lolos dari serangan cepatku. Kini posisi kami masih berciuman mulut, kugigit lidahnya hingga Allena tidak bisa berkata apa apa. Perlahan lahan kudorong Allena menuju tempat tidur dengan bagian atas yang sudah telanjang, bagian bawah menyisahkan celana dalam dan legging yang menggantung di lutut. Sumpah! Sekali lagi kejadian itu cepat sekali, saking hausnya aku akan belaian istri tercinta.
Hingga akhirnya beberapa meter bergerak, melewati gang depan kamar mandi, semakin dekat dengan tempat tidur, aku kaget bukan main setelah melihat ternyata ada orang lain selain kami berdua. Di sofa sedang duduk Valen dan calon suaminya yang terpaku melihat apa yang kami perbuat. Segera aku melepas pelukan dan ciumanku ke Allena dan menarik naik legging Allena yang belum sepenuhnya lepas. Aku yakin saat itu pasti calon suami Vallen sudah melihat kemolekan tubuh istriku yang putih bersih, apalagi saat itu payudaranya terbuka bebas. Enggak besar sih, payudara istriku tergolong kecil mungil, namun dijamin pasti bikin horny. Aku aja suaminya yang bisa kapan saja menikmati si payudara, gak pernah ada bosan bosannya buat memandangi si tocil. Apalagi calon suaminya Valen yang tampak salah tingkah kejatuhan durian runtuh. Valen hanya cengengesan menertawai apa yang dilihatnya.
FYI, kami berkomunikasi sehari hari menggunakan bahasa dan logat Manado. Tapi demi kenyamanan suhu suhu pembaca yang budiman, semua percakapan akan saya tulis dalam bahasa Indonesia.
Aku : “Eh maaf, gak tahu kalau ada orang”
Allena : “Papa nih tiba tiba main nyosor aja, malu tahu diihat orang”, sambil mengambil BH dan bajunya yang jatuh di lantai dan mengenakannya kembali.
Vallen : “Ciieee yang udah kangen berat, hajar pak! Punya sendiri kok”
Allena : “Asal-asal! (ngaco!)”
Hahaha, disambut tertawa Vallen dan calon suaminya.
Setelah Allena kembali mengenakan pakaian, istriku ini tampak tak bisa menyembunyikan rasa malunya apalagi calon suami Valen sempat melihat toketnya yang mungil dan tubuh indahnya yang setengah telanjang. Tapi entah kenapa aku sendiri merasa semakin horny malam itu. Tidak lama lama, mungkin karena merasa tidak enak juga, calon suami Vallen pamit keluar tanpa sempat kenalan denganku sebelumnya. Vallen ikutan pamit dan kulihat mereka masuk ke salah satu kamar yang ada di samping kamar kami. Waw pikiranku langsung melayang, membayangkan apa yang akan mereka lakukan. Gak mungkin lah berduaan di dalam kamar hotel terus gak ngapa ngapain. Apalagi setelah kejadian barusan pasti calon suami Valen udah horny. Aku bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh yang terasa gerah usai perjalanan panjang hari ini.
Kejadian kejadian yang kualami hari itu sungguh membuat gairahku memuncak. Hingga tidak tahan lagi untuk menyalurkannya. Membayangkan pramugari bernama Pingkan, membayangkan istriku yang setengah telanjang di depan Vallen dan calon suaminya, serta berhayal apa yang dilakukan calon pengantin ini berdua di kamar mereka, akupun onani hingga keluar sperma yang banyak banget. Sayang sih, seandainya masih bisa sabar menahan sebentar lagi main sama istri pasti lebih komplet. Tapi ya sudahlah. Cukup lama aku berendam di bathtub, hingga penisku kembali menegang sempurna. Baiklah mungkin ini saatnya ngasih jatah ke istri. Mumpung lagi tinggi tingginya. Aku mengeringkan badan dan keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan apapun, telanjang. Dengan harapan bisa langsung tempur dengan Allena istriku, melanjutkan apa yang tertunda tadi.
Prank part dua! Kali ini aku yang terkaget bercampur malu setelah sadar bahwa Vallen sudah ada lagi di kamar, sedang berbincang santai dengan istriku di sisi tempat tidur. Dalam kondisi tubuhku yang telanjang dan penis yang menegang maksimal, Allena dan Vallen hanya terdiam memandangi si dedek menampilkan keperkasaannya. Tampak jelas juga mata Vallen tertuju ke alat vitalku. Refleks aku menutup daerah selangkangan dengan kedua tangan, meskipun tidak bisa menutup dengan sempurna. Salting. Sepersekian detik aku dihadapkan pada pilihan kembali ke kamar mandi atau lanjut menggauli istri sendiri. Akupun memilih untuk bersikap biasa saja dan mematung bingung gak tau mau gimana lagi. Tak terduga, gayung bersambut, reaksi Allena ternyata antusias melihat suaminya sudah telanjang tanpa busana. Seakan tidak menghiraukan keberadaan Valen, Allena berdiri dan menarik tanganku duduk diantara mereka berdua. Dengan posisi duduk aku dan Allena berciuman panas sambil saling meraba tubuh masing masing. Tangan Allena sangat nyaman mengocok pelan penisku yang sedari tadi keras seperti batu.
Untuk diketahui oleh pembaca yang budiman, hubungan istriku Allena dengan teman teman karibnya termasuk Vallen ini udah sangat dekat melebihi saudara. Mereka sudah berkali kali melakukan aktifitas seksual bersama, bahkan dengan suami teman-teman istriku. Akupun sudah tidak asing lagi dengan kemolekan tubuh Vallen. Beberapa bulan sebelumnya kami pernah liburan bersama di Bali dalam rangka pernikahan teman mereka Ocha. Waktu itu aku pertama kali dikenalkan dengan istilah “malam bakupas” ala mereka. Jadi singkatnya, istriku dan 4 temannya yang lain punya kebiasaan yang unik nan ekstrim. Mereka menamakannya “Malam Bakupas” (diambil dari bahasa Manado).
Bagi suhu yang sebelumnya sudah pernah membaca rangkaian cerita “Kenangan di Bali : Terima Kasih Ocha”, pasti sudah familiar dengan tokoh tokoh yang ada di cerita ini. Buat yang belum, simak baik baik, akan ada beberapa karakter yang mau saya kenalkan. Kelima sahabat karib ini adalah Allena (istriku), Yolanda (suami : Erik), Angel (suami : Rico), Ocha (suami : Andreas), dan Vallen (perawan). Salah satu aturan main di Malam Bakupas adalah, siapa yang mau menikah, malam sebelumnya mempunyai hak untuk memerintah dan berbuat sesuka hatinya. Dari kelima wanita cantik ini Vallen yang terakhir akan menikah. Faktanya, Vallen adalah wanita cantik dari keluarga yang terpandang, berprofesi sebagai pramugari dan hingga malam itu masih perawan. Waktu di Bali memang aku sudah pernah menikmati servis dari Vallen dan sebaliknya akupun beberapa kali memuaskan hasrat seksual wanita cantik, seksi dan anggun ini. Tapi tidak sampai merebut keperawanannya, karena meskipun aktifitas seksual kami waktu itu sangat liar, tapi dilakukan dalam kondisi sadar sehingga masih bisa mengendalikan diri. Suhu pasti tahu lah alur ceritanya seperti apa di malam bakupas sebelum pernikahan Ocha di Bali.
Kembali ke Manado, di hotel bintang lima tersebut aku dan Allena sudah sange berat, suami istri yang LDR an dua minggu sudah tidak mampu membendung hasrat untuk bercinta meskipun didalam ruangan yang sama ada orang lain, wanita cantik lainnya yang sedari tadi memperhatikan aktifitas foreplay kami. Masa bodoh, toh itu Vallen bukan siapa siapa. Dia sudah tahu seluk beluk kehidupan kami dari luar sampai kedalam dalamnya. Istriku tidak merasa risih, akupun malah semakin bergairah merangsang Allena di depan Vallen. Seperti ada sensasi tersendiri bercinta dilihat orang. Bahkan dalam hatiku berharap Vallen bisa ikut main atau setidaknya bisa melihat lagi tubuh Vallen telanjang. Tidak lama kami pemanasan, lidahku beberapa menit lamanya menyapu bersih cairan asam yang keluar dari vagina Allena hingga istriku ini merintih keenakan, hingga posisi 69 dimana penis tegangku masuk sepenuhnya kedalam mulut Allena. Sedikit berbeda dari biasanya, kali ini sejak jilatan pertama di Vagina Allena, lidahku sudah merasakan cairan asamnya yang masif dan becek. Kuarahkan ujung lidahku menyapu pelan di klitoris Allena dengan gerakan memutar searah jarum jam sambil tangan ku mengusap area paha belakang hingga ke selangkangan. Allena semakin menjadi jadi, tampaknya istriku ini juga sudah sange tingkat terparah. Mengerang kenikmatan disamping temannya Vallen.
Saat itu posisi kami masih 69, aku diatas menindih Allena yang kakinya mengangkang lebar. Kepalaku masih melekat di selangkangannya. Sementara Vallen duduk sangat dekat dengan posisi kami, beberapa sentimeter dari kaki Allena yang terangkat tinggi keatas. Dari posisi kepalaku saat itu, pandangan mataku bisa melihat Vallen yang ternyata terus memperhatikan aktifitas kami. Pikirku pasti sahabat karib istriku ini akan terbawa suasana. Penasaran, perlahan kucoba menggerakkan tanganku mendekat ke paha Vallen. Saat itu Vallen mengenakan rok jeans pendek diatas lutut. Dengan posisi Vallen yang duduk di ranjang, membuat rok jeans nya terangkat hingga ke paha. Bisa suhu bayangkan ya bagaimana paha putih mulus seorang pramugari cantik berdarah asli Manado. Membaca situasi yang semakin kondisuf, tanpa perlawanan jariku yang lincah akhirnya bisa mengusap-ngusap paha Valen yang mulus. Belum merasa puas dengan pencapaian itu, perlahan jariku bergerak mencari selangkangannya. Disaat lidahku masih aktif mengobok-obok vagina istriku Allena yang malam itu berlumur cairan asam yang nikmat, jari tengahku sudah menemukan vagina yang lain, lubang kenikmatan milik Vallen. Awalnya masih tertutup celana dalam. Kugerakkan jariku naik turun mengikuti kontur vagina milik Valen, bolak balik dari arah klitoris hingga ke arah anus. Semakin lama celana dalam tipis milik Vallen sudah basah dan licin. Bisa kurasakan jelas dengan jariku lendir yang membasahi selangkangannya. Beberapa detik kuhentikan jilatan lidahku di Vagina Allena dan mengangkat kepala memberanikan diri menatap mata Vallen. Tidak berani Vallen kontak mata denganku saat itu, mungkin karena malu atau apalah yang dia rasakan, sekejap kelopak matanya menutup menghindari tatapanku. Namun dengan raut wajah yang tidak bisa menyembunyikan ekspresi bahwa Vallen saat itu menahan erangan nikmat akibat sentuhanku di vaginanya.
Vallen :
“Terus sayang, jang kase brenti” (terus sayang, jangan berhenti), ucap Allena setelah menyadari lidahku tidak lagi menjilati vaginanya. Kulanjutkan permainan oralku di vagina Allena. Sebagai suami aku sangat paham benar kapan Allena akan orgasme. Hal ini bisa kuketahui dari rasa yang muncul melalui lendir cairan vaginanya. Saat itu vagina Allena semakin berdenyut dan menghasilkan perpaduan rasa yang semakin asam dan pekat, tanda sebentar lagi istriku mencapai puncak. Diwaktu bersamaan, vagina Vallen yang masih ditutupi celana dalam juga semakin becek dan licin. Aku sengaja menunggu apa reaksi Vallen selanjutnya. Gak mungkin dia bisa bertahan lebih lama lagi melawan rangsanganku yang semakin dashyat di vaginanya. Benar saja, tiba tiba Vallen menyibakkan celana dalamnya kesamping dan memegang jariku diarahkan ke vaginanya yang kini bisa menghirup udara segar. Mulus tidak ada satupun rambut yang tumbuh. Membuatku semakin mudah mengobok obok klitoris perawan Vallen. Sampai saat itu kuyakin Vallen masih perawan makanya tidak berani memasukkan jariku kedalam lubang vagina. Kenikmatan yang sungguh tidak bisa digambarkan dengan kata kata.
Jari tengahku begitu leluasa menjamah vagina Vallen yang berlendir dan semakin licin. Klitorisnya menjadi sasaranku. Titik yang seperti kacang Kawangkoan itu kupilin pilin dengan sentuhan lembut, memutar hingga semakin banyak lagi cairan kenikmatan yang keluar. Sesekali juga usapan jarimu menyisir lipatan vagina sempitnya hingga ke anus. Licin tanpa bulu kemaluan sedikitpun. Vagina Vallen sepertinya memang masih terpelihara dengan baik, tidak ada bagian yang menonjol keluar seperti vagina istriku atau vagina istri istri suhu sekalian. Tandanya belum pernah ada penetrasi penis kedalam vagina Vallen. Hanya sayangnya dengan posisi aku masih 69 dengan Allena, aku gak bisa melihat penampakan vagina Vallen, hanya jari lincahku ini yang menikmati moment ini.
Tidak lama setelah itu aku merasa tidak bisa lagi menahan untuk ejakulasi. Akupun teringat dengan misi awal untuk ngasih jatah batin dan protein segar ke istriku. Sebelum sprema menyemprot keluar, aku menghentikan jamahanku di vagina Vallen dan membimbing Allena untuk berdiri di pinggiran tempat tidur untuk menyodoknya dari belakang dengan gaya doggy style. Allena menurut saja. Tubuhnya disandarkan ke tempat tidur sedangkan pantatnya diangkat dengan selangkangan terbuka lebar. Vagina Allena yang sudah sangat becek sangat memudahkan penisku untuk masuk dan menyodok langsung dengan RPM tinggi. Dengan posisi seperti ini aku bisa melihat Vallen yang secepat kilat membereskan roknya yang sebelumnya terangkat dan bersikap seolah olah tidak terjadi apa apa. FYI, sejauh ini Allena tidak menyadari aktifitas jari nakalku di selangkangan Vallen. Sepertinya Vallen juga tidak ingin sampai Allena tahu kalau suaminya ini mengobok obok vaginanya selagi kami menikmati posisi 69 tadi. Sekali lagi semua terjadi dengan begitu cepat.
“Terus pa”, “aah, terus, cepat, cepat, aaah”, “allen mau pipis pa, cepat, aaaah, mau pipis pa”, “pipis jo, nda apa apa – balasku”, “aaah paaa, enak, terus, aaaaahhhhh, pipis pa” sampai spermaku keluar semuanya kedalam vagina Allena. Sepertinya Allena juga mencapai orgasme yang dashyat hingga kami tersungkur lemah diatas tempat tidur. Enak, puas dan capek banget. Aku sempat beberapa menit tertidur usai ejakulasi yang dashyat. Hingga tiba tiba tersadarkan setelah merasa ada aktifitas di selangkanganku. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih kulihat Vallen sedang mengoral penis yang kembali menegang. Tak mau aku mengagetkan dia, kubuka mataku perlahan sambil tetap berpura pura tertidur. Di sampingnya kulihat istriku sudah tertidur pulas dalam ketelanjangan. Vallen dengan buasnya mengoral penisku berbarengan dengan kocokan halus di pangkalnya. Saat itu Vallen masih berpakaian lengkap dan sepertinya tidak sadar kalau aku udah bangun dan melihat apa yang dilakukannya. Sungguh nikmat tiada duanya, sensasinya tidak bisa digambarkan. Vallen sangat menghayati apa yang dia lakukan, bahkan matanya terpejam ketika lidahnya yang mungil menyapu setiap sisi penisku yang sudah maksimal. Tidak menyangka Vallen bisa se berani itu mengoral penisku disaat istriku tertidur pulas. “Enak len”, ucapku pelan sambil mata kami saling bertatapan. Terlihat Valen sangat kaget mengetahui aku sudah sadar. Seketika Vallen mengeluarkan penisku dari mulutnya dan melepas genggaman tangannya di pangkal penis. Dengan gerakan cepat Vallen keluar meninggalkan kami berdua. Sayang sungguh sayang, andaikan aku tetap berpura pura tertidur mungkin malam ini akan lebih nikmat. Tapi kurasa tadi Valen tidak mengharapkan aku terbangun dan mengetahui apa yang dia lakukan. Yasudahlah, peluang emas gagal berbuah goal. Setelah itu aku tertidur dengan pulas.
Besok harinya, Sabtu cerah di bulan Desember 2019, informasi yang kudengar dari istriku bahwa hari ini teman teman mereka yang lain akan bergabung dan nginap di hotel, kecuali Yolanda dan suaminya Eric yang karena satu dan lain hal gak bisa ke Manado. (Mereka tinggal di Jakarta). Jujur aku sudah tidak sabar menantikan kejutan apa yang akan terjadi nanti malam. Akankah malam bakupas kali ini sedashyat saat pernikahan Ocha ? semoga. Harapku dalam hati. Tapi kenyataannya sejak bertemu di ruang makan dan sepanjang kami sarapan bersama, Vallen menunjukkan reaksi yang tidak biasa. Seolah olah dia menghindari kontak mata denganku. Mungkinkah dia malu dengan kejadian semalam ? ah biasa aja kali. Bukan kali pertama kok, dulu bahkan dengan ganasnya kami saling memuaskan meski tanpa penetrasi di Vagina. Merasa tidak nyaman dengan kondisi ini akupun mencoba untuk konfirmasi langsung ke Vallen. Saat istriku beranjak untuk ke toilet, aku gerak cepat menanyakan apa yang dirasa Oleh Valen. (Untuk diketahui, Vallen ini tipikal cewek yang polos namun pintar. Kalau bicara gak pake jaim jaim, langsung terus terang, jujur, dan bukan penyimpan rahasia yang baik).
Aku : “Valen loe gak apa apa ? ada sesuatu kah ?”
Vallen : “Jangan sampai Allena tau!”, - sambil matanya melotot memperingatkan aku.
Aku : “Soal apa ? yang tadi malam ?”
Vallen : “Gak tau ah, sial loe!”, - jawabnya kesal.
Aku : “Loe aja yang kegatelan, ngocok kontol suami temen sendiri”, - ucapku dengan fulgar karena sudah merasa dekat dengan Vallen sejak liburan di Bali beberapa bulan sebelumnya.
Vallen : “Lebih brengsek mana, suami yang mainin memek teman istrinya ?, ngegantung lagi, anjing loe Donn!”
Aku : “Salah siapa main kabur aja, kan bisa gua selesain kalo loe mau”.
Vallen : “Awas ya! Kalau sampe Allena denger mati loe gua bunuh”.
Aku : “Aman Len, tapi emang kenapa ? toh dulu kita udah pernah ngeseks bareng, kok sekarang pada panik gitu”.
Vallen : “Ya beda lah, dulu itu kan acara khusus sebelum nikahannya Ocha. Terus ada teman teman yang lain. Jadi gak apa apa, udah direncanakan sebelumnya. Tapi yang semalam gak gitu kan, aku gak enak sama Allena”.
Aku : “Emang semalam udah ngebet banget pengen ngemut kontol yah ? Kirain tuh kamu masuk ke kamar sebelah bareng pacarmu mau ML. Aku loh sampe coli ngebayangin kamu dientot pacarmu. Terus ? masih belum puas?”
Vallen : “Gila loe Don!enggak lah. Pacarku cowo baik baik, gak tau yang begituan. Semalam aku udah sange berat liat kamu nggerayangin Allena depan aku sama pacarku. Nah pas pindah ke kamar sebelah, udah tinggi banget nafsuku, malah Billy pulang. Makanya aku balik lagi ke kamar kalian.”
Aku : “Hahaha, ya ampun. Terus habis itu dikasih tontonan live, aku ngentot Allena”.
Vallen : “Iya ngapain juga sih kalian ngentot depan aku, pegang pegang memek aku segala, siapa yang gak terangsang coba. Udah becek tau, loe main berenti aja tiba tiba pas lagi enak enaknya”.
Aku : “Kenapa gak ikut main bareng ?”
Vallen : “Gila! Gak mungkin lah. Allena tuh teman baik aku, kalau bukan dia yang ngajak langsung gak mungkin kan aku main gabung aja. Eh, btw aku ngerekam kalian loh”
Aku : “Apaaaaa??”, - reaksiku kaget mengetahui adegan becintaku dengan Allena direkam sama Vallen.
Vallen tidak sempat menanggapi setelah tiba tiba Allena udah datang dan duduk di kursi makannya. Dengan lincahnya Vallen mengganti topik pembicaraan biar istriku gak curiga. Cukup lama kami berbincang bincang setelah sarapan, termasuk membicarakan rencana malam bakupas hari ini. Tapi sedikitpun tidak ada klue tentang apa yang direncanakan. Sekitar pukul 11 pagi sebelum makan siang aku dimintakan tolong untuk menjemput Ocha. Pesawat yang ditumpangi Ocha mengalami keterlambatan sehingga aku harus menunggu sekitar 45 menit lagi. Kupesan segelas Capucino di St*arbucks Airport dan mulai kembali menggali ingatan dan kenanganku bersama Ocha.
*FLASHBACK INGATAN DI HARI PERNIKAHAN OCHA. BALI, PERTENGAHAN AGUSTUS 2019 *
Waktu menunjukkan pukul 1 siang, kurang lebih satu jam lagi akan diadakan pemberkatan pernikahan Ocha dan Andreas di salah satu kapel dalam kompleks tempat kami nginap. Kami semua sudah siap menyambut momen bahagia sahabat kami Ocha dengan seorang pengusaha hotel sukses. Para suami menggunakan setelah tuxedo hitam sementara perempuan-perempuan menggunakan dress warna soft peach yang semakin menampilkan keanggunan dengan cirri khas masing-masing. Dengan gaun pengantin dan riasan yang natural-glamour, Ocha terlihat semakin menawan. Kali ini menjadi yang paling bersinar diantara sahabat-sahabatnya. Acara pernikahan Ocha dan Andreas di Kapel berlangsung dengan lancar dan hikmat Setelah rangkaian acara pemberkatan pernikahan selesai, Ocha dan Andreas resmi menjadi pasangan suami istri. Siang itu kami habiskan dengan penuh sukacita, berbahagia bersama pengantin baru Ocha dan Andreas sambil menunggu acara resepsi pernikahan yang akan dilaksanakan di Balroom hotel milik mereka. Tepat pukul 6 sore menjelang malam, acara resepsi dimulai dengan iring-iringan pengantin bersama keluarga diatas red carpet menuju puade (panggung pernikahan, singgasana raja dan ratu sehari). Ocha mengganti gaun pengantinnya menjadi lebih seksi dengan belahan dada rendah. Cantik menawan!
Pesta resepsi berlangsung dengan megah dan mewah. Banyak orang penting yang turut hadir termasuk salah satu pejabat tinggi di daerah ini. Skip.. skip.. akhirnya para tamu beranjak pulang menyisahkan satu rangkaian acara lagi yaitu malam kebersamaan. Malam kebersamaan ini dikhususkan bagi seluruh keluarga besar kedua belah pihak entah itu yang dari Manado atau yang tinggal di Bali. Sejenak kami beristirahat meregangkan badan di kamar masing-masing. Sekitar pukul 21.00 kami diundang berkumpul lagi meramaikan malam kebersamaan. Allena udah pergi duluan dengan anakku karena aku sempat ke kamar mandi. Dalam perjalananku menuju ke Ballroom, aku melewati kamar Ocha yang sedikit terbuka. Kukira Allena dan yang lain nongkrong disitu sehingga dengan santuynya aku membuka pintu Ocha dan berjalan masuk. Tampak Ocha dengan raut wajah yang sebel menunggu suaminya mengangkat telepon. Ya, panggilan Ocha ke handphone suaminya gak diangkat angkat. Dan Ocha sendirian di kamarnya dengan masih meggunakan gaun pengantin yang kali ini mempunyai bawahan yang lebar mengembang.
“Sorry, pintu terbuka, kukira Allena ada disini”, kataku ke Ocha. “Nda apa apa, santai aja Don, aku lagi nunggu Andreas tapi kayaknya dia masih sibuk dengan tamunya”, balas Ocha. “Ada yang bisa dibantu? Apa perlu aku panggilin Andreas?”, tanyaku sambil menawarkan bantuan. “iya tolong ya…” “eh gak perlu ding, kelamaan. Nanti keburu ngompol aku”, jawab Ocha. “Kamu kebelet kah? ya pipis ngapain nunggu Andreas… cieeee pengantin baru udah gak sabar mau bulan madu”, godaku direspon dengan wajah cemberut Ocha. “Kamu aja tolongin aku Don, aku gak bisa pipis sendiri!”, ucap Ocha. “Lah kenapa?” tanyaku heran. Jadi begini suhu, gaun pengantin yang saat ini digunakan Ocha, bawahannya (roknya) gede buaanget terus mengembang model ball gown. Nah yang bikin gaun itu mengembang yaitu rangka berbentuk lingkaran di dalam gaun yang membentuk pola bawahan di rok. Artinya, Ocha gak bisa pipis sendiri karena harus ada orang yang bantu ngangkat roknya yang cukup berat dan ribet sambil dia duduk di kloset. Itu alasan Ocha nahan pipis nunggu Andreas datang.
“Kamu bantuin angkat gaun aku ya Don”, perintah Ocha. Aku tidak bisa menolak permohonan Ocha. Semua instruksi Ocha kuturuti hingga kami berdua berada di dalam kamar mandi. Saat saat yang menegangkan. Ya semua tegang termasuk penisku. Ocha mengarahkanku untuk mengangkat rok gaunnya sambil Ocha menarik celana dalamnya turun. Tidak terlihat dari posisiku karena terhalang gaun Ocha yang besar. Akhirnya Ocha bisa duduk pas di atas kloset dan pipis dengan tenang. Pssstsssst.. pssstssst.. psssssssttssstt.. pssststtsst.. terdengar bunyi air kencing yang keluar dari Vagina Ocha diikuti oleh tawa kami berdua yang merasa lucu dengan bunyi itu. Aku bercanda: “pipis cewek gak lurus ya ? kayaknya belepotan semburannya”. “Anjaaay”, jawab Ocha setengah tertawa. “Emang kalau cowok pipis lurus?”, tanya Ocha menggoda. “Iya dong, lurus! Jadi bisa diarahkan mau tembak kemana aja, gak belepotan”, jawabku. “Gak percaya ah, mana buktikan coba!” tantang Ocha. Gilaaaaaa…. Keluar juga nakalnya si Ocha. Aku mencoba memanfaatkan situasi ini dengan mengeluarkan penisku yang sudah tegang maksimal keluar dari sarangnya. Sambil tangan kanan masih mengangkat rok gaun pengantinnya, tangan kiriku mengurut pelan penis dari ujung hingga ke pangkalnya. Ocha memperhatikan betul apa yang aku peragakan. “Itu mah bukan pipis, loe Colli Don, anjay!” protes Ocha. Setelah selesai pipis Ocha hendak mencebok Vaginanya tapi tidak mungkin menggunakan shower bilas karena bisa bisa gaun pengantinnya basah. Akupun mulai terpikir hal mesum yang sungguh gila.
“Sini aku bersihin Cha”. “Gimana caranya?”, tanya Ocha penasaran. Akupun membantu Ocha berdiri dari kloset dan berjalan perlahan keluar dari kamar mandi sambil roknya tetap diangkat. Tak lupa aku mengunci pintu kamar dari dalam. Seketika kepalaku langsung masuk kedalam rok gaun pengantinnya Ocha dan menjilat, menyapu bersih lubang Vagina Ocha yang terasa asin karena baru saja selesai kencing. Aku gak perduli! Rasa asin air seni bercampur aroma khas Vagina Ocha kunikmati dengan nafsu yang tak terbendung lagi. Ocha tidak ada perlawanan sama sekali. Jilatan demi jilatan di klitoris hingga anus merangsang Ocha yang mulai mendesah dengan hebat. “teruussss Don.., terus sayaaaang.., aaaahhhh.., cepat sayang.., duuuhh enaaaak.., teruusss sayaaang..”. Tubuh Ocha berguncang dengan hebat namun terus kulancarkan jilatan maut di Vagina sang pengantin. Merasa terhalang dengan gaun pengantin Ocha, akupun menuntun Ocha untuk melepaskan apa yang saat ini dia kenakan. Agak ribet tapi berhasil. Dengan tinggal menggunakan dalaman bagian atas Ocha kududukkan diatas Sofa dan dengan kasar memainkan lubang Vagina Ocha. Bisa kelihatan dari bentuknya bahwa Vagina Ocha sudah sering dipakai. Imajinasi imajinasi liar mulai bermain di pikiranku membayangkan Ocha, teman istriku yang baru saja menikah kini kumainkan Vaginanya. Entah sudah berapa banyak pria yang menikmati Vagina lonteh ini. Masa bodoh, ini saatnya bagiku juga untuk mengentot pengantin baru.
Sambil menikmati tusukan jariku didalam Vaginanya, Ocha berbisik “Quickie aja Donn! Buruan sebelum Andreas datang”. Benar juga, kapan saja suami barunya bisa datang dan memergoki perselingkuhan kami. Waktuku tidak banyak. Segera kutusuk Vagina Ocha dengan penis tegangku. Bercinta dalam keadaan yang tidak normal, deg-degan jangan sampai ketahuan, ternyata memancing sensasi tersendiri yang bikin aku semakin bergairah. Kutusukkan penisku kedalam Vagina Ocha masuk keluar dengan kasar. “Bleeeepp… Bleeeppp… Bleeeppp, bunyi benturan selangkanganku dengan selangkangan Ocha yang beradu dengan bunyi Labia Minora Ocha yang bergesek-gesekan dengan penisku. Irama yang menggairahkan. Ocha terus mendesah : “aaaahh Doni, aaahhh Doni, I love u.. fuck me Don…”, kata kata erotis yang dikeluarkan oleh orang yang pastinya sudah berpengalaman dalam bercinta. “Terus sayang.., enaaaaak sayaang.., bleeeeppp.., bleeepp.., aaah.., aaaah., yeeeessss Don.., aaaaah enak sayang”, teriak Ocha menjadi jadi. Dengan posisi Ocha diatas sofa dan aku berdiri, aku bisa mengulum bibir seksinya sambil penisku tetap penetrasi masuk keluar kedalam Vagina Ocha. Ocha dengan liarnya mengulum bibirku, menggigit lidahku, memainkan lidahnya di telingaku disela sela kenikmatan yang penisku berikan. Persetan dengan suaminya, kini kurebut malam pengantinnya, kurebut Vagina istrinya meskipun tanpa darah perawan. Pengalaman Ocha dalam bercinta sangat membantu membuat suanasa lebih romantis. Sambil alat kelamin kami berdua memadu cinta, Ocha melayaniku dengan jilatan jilatan di dadaku yang baru kusadari adalah titik sensitif dari diriku. Selama ini Allena istriku belum pernah mengeksplornya. Sebaliknya aroma parfum pengantin yang tercium jelas di tubuh telanjangnya tak luput dari jilatanku hingga mendarat di putting susunya. Satu lagi yang membuatku semakin bernafsu: Bercinta dengan wanita hamil. Salah satu sensasi seks yang aku idam idamkan.
Aneh tapi nyata, hingga 20 menit lebih kami bersenggama, penetrasi non-stop tapi belum juga keluar sekalipun ritmenya semakin cepat. Hingga akhirnya kuposisikan tubuhku tidur diatas Sofa dan Ocha menunggangi tubuhku dengan gaya Women On Top. Pantat dan pinggul Ocha berhasil meruntuhkan pertahananku. “Bleeeepppp… bleeeppp… aaahhh… saayaaaang… Don.. aku mau pipis… terus sayaaang…. Cepat…” teriak Ocha yang dengan lincahnya goyang ngebor diatas selangkanganku. Tangan Ocha semakin liar meremas remas payudaranya sambil badannya naik turun. Kubantu tangan Ocha dengan ikut meremas remas payudaranya, ku usap usap perut hamilnya yang mengembang kecil, kubelai halus tubuhnya yang kini berkeringat. “Ahhhh…. Ahhhh… Ahhhhh… Donn.. pipissss… aaahhhhhhhhhhhh” teriakan panjang Ocha seperti disambar petir menggetarkan tubuh kami berdua yang dalam waktu bersamaan mencapai puncak kenikmatan. Orgasme yang sungguh sungguh nikmat. Sensasi hangat mengguyur Penisku yang masih tetap bersarang didalam Vagina Ocha.
“Mohon perhatian, pesawat udara XXXdengan nomor penerbangan XXX dari Denpasar Bali sudah mendarat”, tiba tiba pengumuman ini menghentikan lamunanku. Pesawat yang ditunggu tunggu akhirnya tiba juga. Aku perlahan bersiap menuju ke pintu kedatangan. Namun sedari tadi kayaknya penisku bereaksi setelah mengingat pengalaman intim dengan Ocha. Kali ini tidak terpikirkan sama sekali untuk berbuat yang macam macam dengan Ocha, malah terus terang aku deg degan campur nerfus bahwa sebentar lagi akan ketemu Ocha. Kenapa ? Karena aku pernah merasakan cinlok dengan Ocha. Pertemuan terakhir kami di Bali bulan Agustus kemarin sangat membekas bukan hanya tentang nafsu dan seks, tapi kepribadian Ocha yang tenang dan dewasa sempat membuat aku bermain hati, menaruh perasaan sayang ke Ocha. Bahkan Ocha juga sempat mengungkapkan hal itu, di hari pernikahannya malah Ocha bilang kalau dia sayang padaku, dan itu bukan sekedar nafsu birahi. Tentu saja hal ini hanya diketahui kami berdua. Istriku dan suaminya Ocha tidak tahu dan tidak sadar akan hal ini. Suhu suhu yang mengikuti alur cerita di Bali tentu tahu betul bagaimana nikmatnya bercinta dengan Ocha karena melibatkan perasaan, rasa sayang dan cinta. Cinta seorang suami kepada teman baik istrinya.
Cukup lama aku menunggu, memperhatikan satu persatu penumpang yang keluar dari pintu kedatangan, hingga akhirnya dari kejauhan sosok ibu hamil melambaikan tangan ke arahku, berjalan kian mendekat. Selamat datang di Manado! ucapku yang hanya dibalas dengan senyum dan cipika cipiki khas orang Manado. Ocha sangat cantik hari itu. Menggunakan dress cukup pendek diatas lutut menampilkan pahanya yang putih mulus dan pantatnya yang semok khas orang hamil. Kami langsung menuju ke mobil dan keluar dari area bandara. Waktu menunjukkan pukul 1 siang, Ocha mengatakan kalau dia lapar dan pengen makan di salah satu Rumah makan Chinesee Food dekat bandara. Aku mengatakan kalau Allena dan Vallen pasti udah menyiapkan makan siang di Hotel, apa gak sekalian aja? “Gak ah, udah laper banget. Kita singgah makan siang aja dulu, nanti kalau ada makan siang yang disiapkan di Hotel, gak apa apa aku makan lagi biar mereka gak kecewa”, ucap Ocha. Hal kecil yang lagi lagi membuat aku kagum dengan Ocha karena pemikirannya yang dewasa dan bijak. Kamipun berhenti di salah satu rumah makan Chiness favorit di kiri jalan arah ke pusat kota. Kondisi saat itu sangat sepi, hanya kami berdua pengunjung yang ada. Kami mengambil tempat duduk di ruangan AC, meja paling pojok. Ocha banyak bercerita tentang kehidupannya di Bali setelah menikah dengan Andreas, mantan bosanya di Hotel tempat dia bekerja. Akhirnya sekarang Ocha sudah menjadi pemilik hotel tersebut. Dari ceritanya Ocha aku bisa mengetahui bahwa kehidupan rumah tangga mereka yang sudah dijalani beberapa bulan ini sangat bahagia. Andreas suaminya sangat baik dan pengertian sehingga Ocha merasa senang dengan pernikahannya meskipun udah hamil duluan sebelum akhirnya resmi dipersunting. Sekarang usia kehamilan Ocha sudah masuk bulan ke 7.
Sambil makan, banyak sekali hal hal menarik yang kami bicarakan. Mulai dari perkembangan ekonomi, sosial, budaya, selebritis, hingga urusan rumah tangga. Ocha orangnya simpel, enggak ribet, enggak jaim, dan ceplas ceplos. Hingga tak kuduga Ocha menanyakan satu hal yang bikin aku seakan kesetrum. “Donn, waktu Allena hamil kalian sering ML gak ?”, tanyanya dengan cuek. Waawww, pertanyaan apa ini. Ocha menyadari keterkagetan aku. “Santai aja Donn, kita kan sama sama sudah dewasa, wajar lah sharing tentang hal begini”. “Tahu gak ? sudah beberapa bulan sejak perutku mulai membesar, Andreas udah gak mau ML. Katanya takut sampai terjadi apa apa dengan kandunganku”. “Ya ujung ujungnya kalau udah mau aku masturbasi”, kata Ocha. Ocha berbicara dengan sangat terbuka, karena mungkin dia sudah merasa sangat dekat dengan aku, dan nyaman dengan perbincangan kami saat itu.
Akupun menjawab pertanyaan Ocha yang tadi, dan menceritakan bahwa waktu istriku hamil tidak ada yang berubah dengan hubungan seksual kami. Bahkan selama hamil, nafsu Allena istriku berlipat ganda. Waktu itu hampir setiap hari kami berhubungan badan. Allena pernah bilang kenikmatannya jauh lebih dashyat ketika sedang hamil, karena nafsunya juga semakin besar. Akupun demikian, bersetubuh dengan orang hamil adalah sensasi terbesarku. Aku sangat terangsang melihat wanita hamil, dan dalam kondisi hamil, cairan kenikmatan yang keluar dari vagina itu lebih asam dan lebih banyak. Aku suka itu. Dengan gamblang aku menjelaskannya ke Ocha. Sejurus kemudian Ocha berkata : “Berarti kamu nafsu lihat aku yang lagi hamil dong ?”. Eehheeemm. Aku tersedak merespon perkataan Ocha. Cukup lama aku terdiam dan akhirnya mengakui “ya iyalah, siapa yang gak nafsu lihat bodimu yang semok itu Ocha”. Memang bentuk dan berat badan Ocha yang sebenarnya mungil agak naik sejak hamil. Tapi bukan gendut tapi semok, padat berisi. “Hahaha, anjing loe Donn! Bikin sange aja” ungkap Ocha.
Saat itu kami duduk berhadap hadapan di meja makan. Ocha yang mengenakan dress pendek perlahan semakin mendekatkan kakinya kearah kakiku. Hingga akhirnya pahanya yang dingin dan mulus menyentuh pahaku yang saat itu mengenakan celana pendek. Kami saling bertatapan, Ocha tersenyum dengan tatapan mata seperti orang yang jarang dibelai. Kami perlahan semakin bergerak ke depan, sementara paha Ocha dan pahaku dempet dempetan saling gesek dibawah meja rumah makan yang tidak terlalu besar.Hanya gesek gesekan paha tapi sensasinya luar biasa gaaeess. Kulitku yang menempel di kulit pahanya memberikan kenikmatan tersendiri. Aku horni, dan Ocha juga tampaknya sedang menikmati sensasinya. Cukup lama kami melakukan hal ini, mumpung kondisi rumah makan lagi sepi dan tidak ada orang yang memperhatikan aktifitas kami. Hingga akhirnya Ocha menunjukkan reaksi seperti kejang kejang sambil bilang : “Aku pipis Don”. Pipis yang dimaksud Ocha adalah orgasme, dia mencapai puncak, dengan hanya saling gesek gesek nikmat. Kasihan Ocha, pikirku. Kamipun menyelesaikan makan siang dan melanjutkan perjalanan menuju ke Hotel.
“Gila loe Cha, ngapain barusan ?” ucapku. “Iya Donn, aku sange berat, udah gak tahan” balas Ocha. “Sampe orgasme ?” tanyaku lagi. “Iya, aku mudah banget horny dan kalau udah pengen, cara apapun bisa. Kan udah gua bilang tadi, selama hamil Andreas gak ngapaingapain aku”. “Kamu horny juga kah ?” tanya Ocha menyelidik. “Ya iyalah, padahal cuma gituan ya ?, hahaha kami tertawa. Tanpa merasa canggung tangan Ocha sudah mendarat di selangkanganku. “Tadi aku udah enak Donn, sekarang gatian”, bisik Ocha di telingaku sambil tercium aroma parfumnya yang semakin bikin aku terangsang. Rute yang seharusnya tinggal beberapa kilometer lagi, kini kubelokkan ke arah memutar, belok kiri mengambil rute ring road supaya bisa lebih lama menikmati moment bersama Ocha, teman baik istriku, pernah jadi pasangan bercintaku, pasangan berbagi nafsu namun juga berbagi rasa sayang yang kuakui ini adalah perasaan sayang yang tulus.
Dengan lincah Ocha menurunkan retsleting celana pendekku, membuka pengaitnya dan sedikit menarik kebawah. Tangannya yang halus menari nari diatas penisku yang tegang namun masih tertutup celana dalam. Perlahan namun pasti, kuku kukunya yang dicat berwarna pink menambah sensasi geli sedap di ujung penisku. Dibimbingnya penisku keluar dari celana dalam melalui lubang samping bersama buah Zakarnya. Untung saat itu aku memakai celana dalam yang agak longgar, sehingga si dedek tidak terjepit. Sambil terus mengemudikan mobil, konsentrasiku terpecah dengan kenikmatan yang Ocha ciptakan. Dia pinter sekali mengatur suasana dan ritme kocokannya. Sepertinya sudah pengalaman nih orang. “Pelan sayang, enak” ucapku mengingatkan Ocha supaya bisa lebih berlama lama bermain dengan penisku. “Sorry Donn, gua gak bisa ngemut kontol loe dengan posisi ini”, kata Ocha. Memang agak susah dengan kondisi perutnya yang udah besar untuk mengoral penisku. “Gak apa apa Cha, dikocok aja udah enak banget”, jawabku. Beberapa kali pertahananku hampir jebol, tapi aku segera meminta Ocha buat berhenti sementara biar enggak keluar spermanya. Aku masih mau berlama lama menikmati kenikmatan ini. Sambil Ocha meainkan Tangannya di kelaminku, tangan kiriku juga gak mau kalah menjamah selangkangan Ocha yang kini terbuka lebar. Kusibakkan dressnya hingga celana dalam mini yang dipake Ocha bisa kulihat dengan jelas. Sudah basaaah gaaeeyyss! Memeknya banjir. Ini bisa kulihat jelas di celana dalamnya yang berwarna Cream. Kuelus elus dari luar hingga semakin banyak cairan yang keluar. Persis sama seperti yang kulakukan ke Valen semalam. Menyadari tanganku yang enggak steril, aku gak berani masuk kedalam untuk menyentuh vaginanya langsung. Kami saling memberikan kenikmatan di alat kelamin masing masing. Hingga tidak terasa mobil udah mau masuk pos satpam Hotel. Ocha menghentikan aktifitasnya mengocok penisku, akupun demikian. Dengan cepat kami merapikan pakaian dan celana sebelum kuturunkan kaca mobil untuk menyapa satpam penjaga portal. Masuk ke area hotel, aku mengarahkan mobil ke tempat parkir yang sunyi. Menyadari kaca mobil yang gelap pekat, ide gilaku muncul.
“Kita isap jo neh” (Aku hidap aja ya), ucapku seraya mengarahkan kedua kaki Ocha membuka lebar dan menarik turun celana dalamnya. Dengan cepat aku menjilati vagina Ocha, menyapu bersih cairan yang udah membecek di kelamin wanita hamil ini. Ocha mengerang dengan tertahan, “enak Don, cepat Don, aaahhh, cepat Donn, aaahhh, aaaahhhhhhhhhh”. Tidak butuh waktu lama untuk membuat Ocha menjerit berbarengan dengan semburan cairan squirt dari vaginanya. “Gila enak banget Don, makasih, i love you”, ucap Ocha sambil mendaratkan ciuman hangat di pipi kiri dan kananku. “Cuma torang dua yang tau neh” (Hanya kita berdua yang tahu ya). Pesan Ocha dengan manisnya. “Siap sayang, i love you too”, balasku dengan mengecup bibirnya dan memegang erat kedua tangan Ocha.
Aku yang sedari tadi Horny namun belum sempat ejakulasi hanya bisa bersabar, karena tidak ingin berlama lama lagi di mobil dan mengundang kecurigaan. Di lobby Hotel istriku Allena dan Valen sudah menunggu kedatangan kami. Mereka tampak senang sekali bisa bertemu lagi di Manado. Setelah Vallen selesai mengurus proses check In Ocha, Vallen menjelaskan kalau kita mau makan bareng di salah satu rumah makan pinggir laut di Manado. Disana nanti sekalian ketemuan dengan Angel. “Aku ganti baju dulu gak apa apa ya ?” tanya Ocha. “Iya, gak apa apa, siap siap aja dulu gak perlu terburu buru, kami tunggu kok.”, jawab Valen. “Apa nanti ketemuan rumah makan aja ya? Ini bentar lagi Angel nyampe di lokasi. Aku sama Vallen duluan nanti Papa sama Ocha nyusul gimana ?”. “Oh ya oke gak apa apa kalau begitu” jawabku. Ocha juga menyetujuinya dan bergegas menuju ke kamar. “Pa, tolong bantuin Ocha ngangkat bawaannya, kasihan loh nih bumil” perintah Alena istriku. Ya, dengan senang hati. Jadinya kita janjian di salah satu rumah makan setelah Ocha selesai ganti baju. Istriku Allena dan Vallen pergi duluan karena teman yang lain, Angel sudah dalam perjalanan ke rumah makan itu dan bentar lagi nyampe.
Di dalam lift jantungku berdebar sangat cepat, memikirkan kesempatan emas yang ada di depan mata. Ibaratnya Christiano Ronaldo udah memberikan umpan matang di kotak penalty, tinggal apakah Paolo Dybala bisa memanfaatkan peluang ini menjadi goal. Tiba tiba Ocha berbisik “Buruan Donn, gua mau balas budi, gua puasin elo”. Sambil tangannya dengan nakal mengelus selangkanganku. Sontak penisku langsung menegang. Dengan cepat kami berjalan menuju ke kamar sesuai nomor yang tertera di kartu. Tak lama setelah pintu kamar tertutup, dikunci, pelukan Ocha langsung mendarat di tubuhku. Dengan perutnya yang sedang hamil, gaya Ocha memelukku sangat indah terlihat dari cermin. Pantatnya agak nungging menampilkan paha putih mulus. Dengan leluasa kami bisa mengekspresikan nafsu dan rasa cinta dua pasangan selingkuh ini. Menyadari bahwa kami tak punya waktu banyak, kuangkat dress yang dikenakan Ocha hingga keluar melalui kepalanya. Kini Ocha tinggal mengenakan BH dan celana dalam. Akupun gercep dengan menanggalkan apa yang aku kenakan. Perlahan kuarahkan Ocha duduk di tepian tempat tidur. Kakinya membuka menampilkan selangkangan yang sangat menggoda. Kepalaku menunduk untuk mencapai daerah kemaluan Ocha hingga lidahku bisa merasakan cairan asam milik Ocha yang sudah membanjiri selangkangannya. Benar! Celana dalamnya udah basah parah. Licin dan lengket. Sedari mobil kemaluan Ocha kurangsang dengan hebatnya hingga beberapa kali orgasme. Kini saatnya untuk memasukkan penisku kedalam rahimnya. “Bage rabu rabu jo Donn”, Ucap Ocha dengan bahasa Manado yang artinya mengajak untuk Quicky.
Aku sendiri sudah sangat berpengalaman melayani nafsu birahi orang hamil. Seperti yang diceritakan sebelumnya, sewaktu istriku Allena hamil, intensitas hubungan suami istri kami berkali kali lipat seringnya. Kutahu persis bagaimana gaya bercinta yang aman dan disukai pasangan. Kubimbing Ocha untuk tiduran dengan kakinya terbuka lebar, menapak di pinggiran tempat tidur. Posisiku berdiri tepat di selangkangannya dan mengarahkan penisku masuk kedalam vagina bumil cantik ini. Sambil berdiri aku memaju-mundur kan penisku masuk keluar vagina Ocha. Sudah sangat licin dan tidak terlalu kencang tapi tetap nikmat. Ocha mengerang sejadi jadinya. Tangan Ocha mulai memainkan payudaranya yang kini menegang padat dengan putingnya yang mancung. “Aaaah... aaahh... enak Doon, terus Donn... Aaaahhh, enak sayang... cepat sayaaang... Ahhhh..” Erangan Ocha semakin memperpanas suasana. Kulampiaskan semua nafsuku yang sedari tadi mengalami ujian berat, kini tersalurkan kedalam vagina Ocha. Penis tegangku masuk-keluar dengan cepatnya. “Aaaaahhh enak Donn, cepat sayaaang.... aku mau keluar Donn... aahh, Donn... mau pipis... AAAAAHHHHHHHH! Akhirnya erangan panjang diteriakkan Ocha seiring orgasme yang dia terima. Basah, banyak sekali cairan yang keluar. Aku tidak tau cairan apa itu kok bisa sebanyak itu. Mungkin cairan itu juga yang membuat saat ini Vagina Ocha berasa seret.
Kini kujilati memek Ocha yang memerah mengkilap, becek dengan cairan yang dia produksi. Bercinta dengan ibu hamil sangat membuat nafsuku memuncak. Kujilati memek Ocha naik turun dari arah Clitoris hingga ke Anus. Ocha hanya mengerang keenakan sambil sesekali kejang kejang menahan rangsangan yang aku berikan. Gila nih orang, pasti udah lama banget gak dipuaskan, pikirku dalam hati. Betapa tidak, selama aku menjilati memek Ocha berkali kali teman istriku ini mendapatkan orgasme. Tak terhitung lagi setruman listrik orgasme yang membikin tubuh hamilnya mengejang. Hanya dengan dioral, wanita ini bisa mendapatkan kepuasan. Tanpa memikirkan Ocha yang kini kelelahan setelah diberondong dengan jamahan lidahku yang lincah, kini kuarahkan lagi penisku untuk masuk menembus labia minora binor cantik ini. “Aahhhh.. Don.. sudah Donnn.. Ahhhhh... keluarin dalam aja Donn, cepaaaat.. enaaakak... Aahhhhh”. Semakin Ocha mengerang keenakan semakin cepat aku mempompa Vaginanya hingga menimbulkan bunyi yang unik. “blop, blop, blop” nada indah yang dihasilkan dari gesekan penisku dengan penis Ocha. Hingga tiba saatnya aku gak bisa lagi menahan rasa nikmat dan desakan untuk mengeluarkan sperma kedalam Vagina Ocha. Croot croot crottt, kutembakkan spermaku kedalam vagina hangat Ocha hingga tetes terakhir.
Pergulatan siang itu sangat menguras tenaga. Beberapa saat kami tergeletak diatas tempat tidur, mengatur nafas dalam ketelanjangan. Hingga tiba tiba Ocha memegang pipiku dengan lembut dan mendaratkan ciuman hangat di bibirku. “Terima kasih Donni, i love you”. “Makasih udah puasin aku hari ini, aku senang banget”, ucap Ocha dengan suara halusnya. Aku hanya tersenyum menanggapinya. “Tapi pliiisss jangan sampai Allena tau, rahasia kita berdua. Meskipun kami bisa sebegitu liarnya saat malam bakupas, tapi diluar itu kami hanya perempuan biasa yang pasti punya rasa cemburu dan gak mau suaminya selingkuh dengan teman sendiri. Aku gak mau mengecewakan Allena.” Ucap Ocha. “Iya Cha, jangan sampai juga Andreas tau ya”, balasku. “Siap boss”, ucap Ocha sambil meraih penisku yang kali ini mengecil tak berdaya. Kami melanjutkan perbincangan kecil, membahas gosip gosip tentang teman teman yang lain. Aku tidak begitu memperhatikan, karena aku mulai salah fokus dengan aktifitas tangan Ocha. Iya, sedari tadi, sambil berbincang bincang, tangan Ocha mengulus-ngulus, memilin-milin, dan perlahan mengocok-ngocong penisku dari posisi lemas tak berdaya hingga kini tegang lagi. Akupun tak mau kalah dengan berinisiatif untuk menjamah vagina Ocha (lagi) menggunakan jari tengah. Jadilah kami saling memegang alat kelamin masing masing.
Dalam kenikmatan ini Ocha terus melanjutkan ocehannya. Dari keterangan Ocha aku akhirnya tau kalau calon suami Vallen adalah kakak kelas mereka sewaktu SMA, mantan ketua OSIS, namanya Toar. Hal yang mengejutkan buatku adalah ketika Ocha memberi tau bahwa Toar ini adalah mantan pacarnya Allena istriku. Mereka sempat cukup lama jadian yaitu sekitar dua tahun dari kelas satu sampai kenaikan kelas tiga SMA. Setelah lulus SMA Toar melanjutkan kuliah ke Jerman. Sejak kepergiannya ke Jerman Toar bagaikan hilang ditelan bumi. Kala itu belum ada yang namanya Sosial media, saling telepon ke luar negeri pun masih hal yang mustahil. Tidak ada kabar sama sekali dari Toar, berbulan bulan, bertahun tahun. Itulah yang menyebabkan hubungan mereka kandas tanpa status yang jelas. Toar dan Allena tidak pernah resmi mengakhiri hubungan mereka, tidak pernah ada ucapan putus dari keduanya hingga Allena akhirnya pacaran denganku setelah menjadi mahasiswa di salah satu universitas ternama di kota Manado. Ocha tahu banyak tentang istriku, bahkan tentang hal yang tidak diketahui aku suaminya sendiri. Dari keterangan Ocha akupun jadi tahu bahwa selama ini Allena baru dua kali menjalin hubungan pacaran, yaitu denganku sewaktu kuliah, dan dengan Toar semasa SMA. Dulu Allena sangat mencintai Toar. Selepas kepergian Toar pun perlu beberapa tahun untuk Allena bisa move on dan belajar mencintai orang lain.
Aku sangat beruntung dengan momen ini, beruntung bisa mendapat banyak informasi dari Ocha, beruntung bisa saling share dan berbincang nyaman dengan Ocha, dan beruntung sedari tadi tangan Ocha masih terus memegang penisku yang super tegang. Dielus elusnya penisku dari ujung hingga pangkalnya. Tangankupun tidak kalah lincah dengan mengobok obok vagina Ocha. Dua jariku sedari tadi masuk keluar memeknya hingga menyentuh titik terdalam yang bisa kujangkau dengan jari. Sampai tiba tiba bunyi panggilan di handphone Ocha menyadarkan kami. Allena memanggil! Ocha menerima telepon Allena yang menanyakan apakah baik baik saja. “Iya Len, gak apa apa, aku baik baik saja. Cuma butuh waktu agak lama ya, sorry banget. Loe tahu kan gimana ribetnya jadi bumil, hehe”, jawab Ocha beralasan. Tampaknya mereka yang udah ngumpul di rumah makan minta izin buat makan duluan karena udah lapar katanya. “Iya gak apa apa, makan duluan aja, aku udah makan siang tadi di perjalanan dari bandara. Nanti aku makannya nyusul aja. Sorry banget ya Len”, ucap Ocha. Telepon ditutup. Aku dan Ocha saling tatap. “Enak banget Donn, pliiss masukin sekali lagi!” pintah Ocha.
Dengan gerakan cepat akupun menuruti kemauan Ocha selagi penisku tegang dengan maksimal. Kuangkat kedua kaki Ocha mengangkang lebar, kuarahkan penisku masuk ke lubang kemaluan Ocha secara perlahan. Becek banget! Gak perlu dorongan yang kuat, vaginanya Ocha seperti vacum cleaner yang mengisap kontolku. Licin dan berdenyut kencang, vaginanya seperti meremas remas penisku yang masuk keluar dengan santainya. Selagi penisku melakukan penetrasi, tanganku aktif bermanufer di titik titik sensitif tubuh Ocha, termasuk mengelus perutnya yang hamil. Sensasi luar biasa kami rasakan. Tusukan penisku semakin berirama dibantu dengan goyangan kecil yang sebisanya dilakukan Ocha. Tak henti hentinya Ocha mengerang nikmat. “Aaahh Donn, puasin aku Donn! I love you sayang”, “Loe hebat banget puasin bumil, iya sayaaaang, aaaahhhh”, “bikin aku kayak Allena Donn! Aku mau jadi lonte mu, memekku buatmu Donn!”, rintih Ocha semakin menjadi. Mendengar ucapan ucapan nakal yang keluar dari mulut Ocha membuat nafsuku semakin meningkat hingga tidak mampu lagi menahan ejakulasi. Crooottttt, beberapa goyangan cepat berhasil membuat spermaku keluar di dalam vagina Ocha. Enak dan nikmat! Memang benar kalau bercinta dengan perasaan sayang ke lawan mainnya, pasti orgasme yang didapat akan sangat berkualitas.
Penisku masih menancap di dalam lubang kemaluan Ocha, kupeluk tubuhnya hang hamil, sambil kukecup kening, mata, pipi, hidung hingga bibir Ocha. Jujur aku merasa nyaman banget di pelukan Ocha, teman baik istriku yang kini berbagi kenikmatan denganku. Cukup lama kami berpangutan bibir, saling menghisap lidah masing masing dengan mata saling menatap. Iseng aku memegang telinga Ocha dan jariku mengelus halus di belakang daun telinganya hingga ke leher. Tidak disangka tiba tiba ocha teriak “Aaahahhhhh” sambil kepalanya mengejang. Kucoba sekali lagi dan terulang lagi. Ternyata telinga dan tengkuk leher Ocha juga adalah titik sensitif yang menghasilkan rangsangan hebat. Kuhentikan mengulum bibir Ocha dan mulai menjilati daun telinga, belakang telinga hingga ke tengkuk dan leher Ocha. Tampaknya pergulatan ini akan berlanjut. Nafsu Ocha kembali naik. Ocha kini kembali bergairah sambil tangannya menjambak rambutku dengan kencang. Terus kupermainkan nafsu birahi Ocha dengan menambah rangsangan di sekitar telinga dan leher hingga Ocha memintaku untuk sekali lagi menggenjot vaginanya. Memang sedari tadi penisku belum ku keluarkan dari memek Ocha, tapi sayang sekali tampaknya penisku sudah tidak berdaya lagi setelah mengeluarkan banyak sekali sperma. Aku berusaha dengan keras untuk membangkitkan lagi ereksi penisku tapi tidak berbuah maksimal. Genjotanku di vaginanya tidak sedashyat sebelumnya. Ocha pun menyadari itu. “Hahaha udah gak ereksi Don ? geliiii”. Ocha memberitahu kalau dengan kondisi penis yang kecil yang berusaha melakukan penetrasi malah rasanya geli, gak enak. “Hisapin aja Donn, terakhir. Pliiiisss”, perintah Ocha yang seakan mengerti dengan situasi ini sehingga menyuruhku untuk mengoral vaginanya. Kuturuti perintah Ocha dengan merubah posisi kami menjadi 69. Kepalaku di selangkangan Ocha, dan penisku yang tidak lagi sekeras sebelumnya kini disepong sama Ocha. Kusapu bersihsemua cairan yang ada di vagina Ocha termasuk spermaku yang masih tertinggal disana. Sebaliknya Ocha dengan semangat mengulum penisku sambil tangannya mengocok pangkal dan mengelus buah Zakar. Lidahku menjilat jilat klitoris Ocha, sementara tiga jariku menyodok lubang vaginanya sampai mentok. Ocha kembali menjerit. “Aaaahhhh enak sekali Donn, terus.... “, “kasih cepat Donn, aku mau keluar”. “Aaaahhhhh, cepat Donnnn...”, teriak Ocha. Aku menaikkan intensitas masuk-keluar jariku hingga akhirnya keluar banyak sekali cairan dari dalam Vagina Ocha, menyembur hingga sebagian mengenai wajahku. Ocha Squirt!. Sementara itu dengan segala upaya yang dilakukan Ocha, rangsangannya tidak berhasil memancing spermaku untuk keluar. Mungkin stoknya sudah habis ya ?, hehehe.
Ocha tidak sempat lagi untuk mandi, hanya membersihkan kelamin dan wajahnya, berganti pakaian dan bergegas menemui teman teman yang lain. Tidak butuh waktu yang lama, karena memang lokasi hotel dengan rumah makan yang dimaksud cukup dekat. Kami bergabung dengan teman teman yang lain tanpa menunjukkan sesuatu yang aneh, seperti tidak terjadi apa apa. Tidak ada seorangpun kecuali Aku dan Ocha yang mengetahui perselingkuhan yang terjadi barusan. Tampak mereka baru saja selesai makan. Allena, Vallen, Angel dan suaminya Rico. Kali ini calon suaminya Vallen yang bernama Toar tidak ikut bergabung. Karena tradisi di Manado, sehari sebelum pernikahan, calon pengantin laki-laki dan perempuan tidak boleh dulu ketemuan sampai nanti sang pria bersama keluarga besarnya menjemput untuk pemberkatan nikah. Dalam pertemuan kali ini kami banyak berbincang bincang tentang banyak hal, hingga sempat juga video call-an dengan Yolanda dan suaminya di Jakarta yang berhalangan, gak bisa hadir di pesta pernikahan Vallen. Dalam video call ini Yolanda banyak menyinggung soal Malam bakupas, katanya sangat menyesal gak bisa ikut gabung. Iya sih, cukup disayangkan juga karena malam bakupas sebelumnya di Bali pengalaman bersama Yolanda sangat menyenangkan. Kali ini dia absen gak ikut main, jadi gak bisa menikmati tubuh chubbynya Yonalnda, pikirku dalam hati.
Tiba saat yang dinantikan, Vallen akan menjelaskan soal rencananya seperti apa malam bakupas kali ini. Semua tampak tegang namun penasaran. Tetapi sebelum menjelaskan konsep acaranya, Vallen terlihat sangat serius memandang kami satu persatu. Vallen meminta komitmen dari kami semua untuk menjaga kerahasiaan Malam Bakupas. Yang pertama, calon suami Vallen tidak boleh sama sekali mengetahui adanya acara ini. Karena sudah menjadi persetujuan sejak awal bahwa Malam Bakupas akan berakhir setelah semua anggota pertemanan ini menikah dan melepas lajangnya. Artinya malam bakupas hari ini akan menjadi yang terakhir, konsekuensinya suami Vallen tidak akan pernah tau dan tidak akan pernah terlibat dalam acara Malam Bakupas. Seakan menjadi hukuman bagi siapa yang menikah terakhir, suaminya tidak akan bisa merasakan kenikmatan malam bakupas. Semua mengangguk tanda setuju. Yang kedua Vallen meminta komitmen kami semua untuk menghargai pernikahan masing-masing. Ide Malam bakupas awalnya tercipta dari sebuah kesalahan dan ide gila semasa muda. Sudah saatnya diakhiri setelah Vallen menikah, agar kita semua tidak lagi melakukan hal hal yang seharusnya tidak pantas. Artinya diluar acara malam bakupas ini, tidak dibenarkan untuk menjalin hubungan dalam bentuk apapun dengan teman yang lain. “Sekali lagi aku tekankan dan aku mohon pada kalian, jangan pernah ada hubungan terlarang diantara kita, diluar malam bakupas, titik!”. “Kita sudah saling menganggap saudara sendiri, jangan rusak hubungan baik yang telah terjalin selama ini”. “Aku akan sangat murka kalau tahu ada diantara kita yang berhubungan bukan pada saat Malam Bakupas”, ancam Vallen. “Kalau ada yang berani berani melanggar kesepakatan ini dan tega merusak persahabatan diantara kita, aku kutuk semoga hidupnya sial“. Semua terdiam menanggapi ucapan Vallen yang sangat serius. “Ya, setuju!”, jawab semua orang yang ada disitu. Vallen paling konsern dengan hal ini. Sejatinya mereka semua pun adalah perempuan baik baik, mempunyai keluarga yang bahagia, dan sangat kuat dalam hal keagamaan. Dalam hati aku sempat gugup karena peringatan Vallen itu sudah pasti ada sangkut pautnya dengan perbuatan mesumku padanya kemarin malam. Analisa cepatku juga sempat menghubung-hubungkan fakta bahwa calon suaminya Toar adalah mantan pacarnya Allena. Apakah Vallen khawatir kalau Toar dan Allena kembali berhubungan ?. Entahlah. Aku tidak tahu apakah harus senang atau tidak senang dengan peringatan Vallen barusan. Di satu sisi hubungan aku dan Ocha akan semakin sulit, disisi lain aku setuju supaya Toar tidak bisa berhubungan lebih jauh dengan istriku. Ada rasa cemburu yang besar bergelora di hatiku setelah mengetahui mereka pernah pacaran. Sudahlah, nanti lihat aja kedepannya seperti apa. Yang jelas kali ini aku harus fokus untuk menikmati acara yang sangat dinanti nantikan. Malam Bakupas edisi terakhir, malam penghabisan sebelum pernikahan sang perawan idaman, teman kami semua, si pramugari cantik bernama Vallen.