"Mir, malam itu kamu udah becek ya."
Aku tak menjawab wa nya.
"Mir, kamu suka gak aku pijitin? Pas kamu tidur, aku pijitin kamu. Aku lihat pas meeting kamu itu lelah banget. Makanya aku pijitin." Dia mengirim wa lagi.
Kali ini ku balas. "Asu', siapa kamu seenaknya pegang-pegang aku?"
"Tapi enak kan Mir. Kamu menikmatinya banget loh Mir. Keliatan koq dari nafasmu, gerakanmu, dan kamu sampai mendesah."
"Brengseklah kau Fin. Aku gak mau dengar lagi. Anjing lu." Aku hampir-hampir saja melempar hp ku saking kesal.
"Cuma nawarin Mir, kalau kamu capek, aku bisa koq mijitin kamu. Aku jamin kamu bakal rilex. Aku udah mijitin beberapa cewek dan semua berakhir pasrah dan sampai squirrel koq!"
Aku geram sekali. Fino benar-benar keterlaluan. Dia sangat kurang ajar. Ku letakkan hp ku di lemari. Lalu aku pergi tidur. Besok aku harus bersiap untuk berangkat ke lapangan.
Sejam dua jam berlalu, aku hanya membolak-balikkan tubuhku diatas tempat tidur. Mataku tak mau benar-benar terpejam.
Aku pun mengambil hp ku.
Sudah ada beberapa pesan wa dari Fino.
"Mir, aku tau mir, kamu sering pisah dengan suamimu. Dan mungkin kamu gak sadar, kamu itu butuh sentuhan. Waktu aku sentuh pipimu, lehermu lalu tubuhmu, aku ngerti kalau tubuh itu jarang dipuaskan. Kamu sadar gak Mir, aku menyentuh dan memijat tubuhmu dengan perlahan. Dari bahumu, dadamu, bokong dan pahamu. Kamu mungkin gak sadar Mir, tapi tubuhmu menggeliat merasakan kenikmatan sentuhan tanganku. Itulah yang membuat aku tak tahan mir."
Aku lanjut membaca. Dia mengirim 4 pesan wa yang panjang-panjang.
"Seandainya kamu biarkan aku memuaskanmu Mir. Aku tak akan mengecewakanmu."
Aku berhenti membaca pesannya. Ki lempar hp ku ke sisi tempat tidur.
Pikiranku kacau. Aku berusaha memejamkan mata tapi malah teringat kata-kata Fino di pesan wa nya.
Tak sadar, aku membayangkan semuanya. Membayangkan dia menyentuhku, dari pipi, leher, memijat bahuku lalu menyentuh tubuhku...aku merasakan sesuatu yang berbeda. Aku mengingat-ingat rasanya, ketika malam itu. Seingatku aku memang merasa sangat nyaman. Tubuhku dipijat dan itu nikmat. Sentuhan-sentuhan jarinya yang menggerayangi tubuhku. Lalu aku juga ingat rasanya ketika bajuku diangkat ke atas dan tangan nya meremas-remas payudaraku hingga aku terbangun karena terkejut ketika putingku dihisap kuat olehnya.
Tiba-tiba aku merasa horny. Suamiku sudah tak pernah lagi menyentuhku dengan sedetail dan seperlahan itu. Fino menyentuhku dengan penuh nafsu.
Aku mulai membayangkan bagaimana rasanya jika saat itu aku dalam keadaan naked. Mungkin rasanya akan lebih wow.
Aku tak berminat melakukan hubungan badan dengan Fino. Dia suka jajan, aku takut terkena pemyakit yang aneh-aneh. Selain itu pun, ternyata penis Fino kecil. Tak ada apa-apanya dibanding penis suamiku. Aku pun terkejut mengetahui hal itu, karena sebelumnya aku berpikir, lelaki yang badannya tinggi dan besar pastilah punya penis yang besar. Ternyata aku salah.
Tapi, harus aku akui, Fino memang pandai memijat. Aku pun penasaran, bagaimana jika dia dibiarkan memijat tubuhku.