Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Pengalaman Erotis Masa Kecilku

Status
Please reply by conversation.
Sambungan Part 8

Pembaca semua, cerita ini SEJUTA % FIKSI, tidak berdasarkan pengalaman siapa siapa.

Latar belakang kejadian, tempat dan tokoh cerita SEJUTA % hanya IMAJINASI saja, jika ada kesamaan itu hanya kebetulan belaka.

Didalam cerita penulis menyajikan POV Malaikat dan POV Syetan, penulis berusaha menyampaiakan pesan moral bahwa kejadian yang menimpa manusia berawal dari bisikan syetan yang senantiasa menggoda manusia, tapi disisi lain ada mahluk Tuhan yaitu Malaikat yang senantiasa berusaha mengingatkan untuk jangan pernah meninggalkan Tuhan agar manusia tidak terpedaya oleh bujuk rayu Syetan.
Tapi di Real Life kebanyakan Syetan mendominasi kehidupan manusia dalam kesehariannya.

Ambil sisi positif dari cerita ini barangkali ada dan buang jauh jauh sisi negatifnya.

Salam Semproters !





Aku yang terlanjur menikmati kenakalan anakku, semakin terlena dengan rasa geli yang meyerang kemaluanku. Ada rasa marah, malu dan gairah yang campur aduk silih berganti hinggap dikepalaku, yah rasa marah karena dilecehkan, rasa malu karena aku orang tua kandung yang ngangkang mempertontonkan bagian tubuh yang seharusnya kujaga dari mata anakku, rasa tersanjung bahwa anaku menikmatiku.

Sejujurnya aku bingung, kenapa aku berbuat begini….., dalam waktu yang teramat singkat dan diluar nalar serta diluar kepribadianku sebagai ibu yang dihormati malah berbuat layaknya wanita murahan, layaknya wanita yang tidak berpendidikan dan tidak beragama. Mau maunya terhanyut oleh rasa penasaran akan temuan kertas yang belum tentu kebenarannya. Ah….bayangan seorang wanita dewasa, wanita yang merupakan seorang guru yang tentunya berpendidikan dan bertugas mengajarkan ahlak pada anak didiknya malah berbuat gila dengan muridnya membuatku penasaran, penasaran atas sensasi berbuat gila dengan anak ingusan. Ingin rasanya menghentikan kegilaan ini, tapi disaat aku sibuk dengan ketidakpastian mental dan fikiran, aku merasakan jari jari anakku mencoba menyingkap cd kendorku kearah samping. Entah kenapa aku malah bertambah gairah dan semakin penasaran apa gerangan selanjutnya yang akan dilakukan anak kandungku ini.

Dalam kungkungan birahi yang semakin merangsek sanubariku, aku malah memejamkan mata terus menikmati ulah nakal anakku, dan kurasakan kini jari tangan Bram menyentuh bibir memekku. Sekuat tenaga kutahan agar tidak mendesah walau nikmat nya sensasi dicabuli anak kandung begitu dahsyat.

Terbukti tubuh ini menghangat, keringat mulai menampakan bulirnya dikeningku, dan tubuh bagian bawah yang semestinya kujaga dari pandangan anakku semakin becek oleh lendir kenikmatan.

Kurasakan kini Bram mulai menguakan memekku dengan kedua tangannya, entah kapan dia melepaskan daster yang sedang digenggam tangan kirinya, dikuakkannya kedua bibir memeku kekanan dan kekiri. Sempat kurasakan hawa dingin udara pagi menerpa itil dan bagian dalam memekku.

“Aughh…..ehh……sssttsstttsstttt…..” hatiku mendesis, yah hanya hatiku yang berani mendesis semetara mulutku terkatup rapat karena malu mengakui kenikmatan yang diberikan oleh Bram anak kandungku.

“oughhhhh…..sssstttttt ……ahhh…sialan itilku ditoel toel…..”

“ohhh…..sttssttsstt…..enak dan nikmat oughhhh, beraninya anaku mengusek ngusek itilku” bathin ku geram tapi menikmati ulah mesum anakku.

“Dan…ohhhh……apa ini……. Sialan anaku memasukan jarinya kedalam memekku”

“ahhhhh…..ahhhhhhhhh….uhhhh …uhhhhhh” tak tahan dan kaget merasakan ada jari yang menggelitik dinding memekku tak sadar aku mengangkat pinggul. Dalam posisi duduk tentunya gerakan mengangkat pinggul malah membuat jari Bram menusuk lebih dalam. Hal ini membuat sensasi gairah yang semakin meluap….***irah yang menuntut penuntasan.

“esh…..esh……..ish……ish…….”

“eh…..eh…..ehg…..”

Awalnya tak sadar kalau aku kini sudah mendesis seperti ular, huh…kepalang basah akupun tak peduli lagi kalau mulutku mulai jujur mengakui kenikmatan yang diperoleh sanubariku. Bagai wanita murahan aku mendesis, merintih dan tak malu lagi menggoyang pinggul menyambut jari jari anakku yang semakin intens menusuk nusuk memekku.

“eh…ah…ah…uh…..augh……sttsttstt……”

“oh…..ah……ststst…uh..uh…uh…..”

Kugoyang pinggulku, tanganku bertumbu pada pinggiran bangku kecil yang aku duduki sementara Bram sekilas kulihat semangat sekali menusuk nusuk memeku dengan jari telunjuk kanannya, tangan kirinya memegangi pangkal paha ku sebelah kanan seakan memastikan agar memeku senantiasa dalam kekuasaanya.

Tak ingat lagi siapa diriku, tak ingat lagi dengan siapa kuberpacu, hanya nafsu yang menuntut penuntasanlah Tuhan sementaraku kini. Yah benar…aku mempertuhankan nafsuku, mempertuhankan syahwatku, syahwat yang ngga pada tempatnya, syahwat yang menggiring seorang ibu berpacu nafsu dengan anak kandungnya.

Dan “ahhh……ah……ah……ah……….ahhhhh………ahhhhhhhhhhrrrrggggggggggggg…..

Aku menggeram bak srigala betina yang haus akan kejantanan, menggeram bagai wanita murahan yang ngga beriman, badanku kejang, memeku bergetar, memeku berkedut kedut mengeluarkan busa dan lendir kental. Kaki dan tangan masing masing kaku menahan tubuh yang kucondongkan keatas menikmati sensasi puncak kenikmatan ulah jari jari anak kandungku.

“efffff hmmm………eefff…hmmmm……” aku mencoba menarik nafas untuk memulihkan kesadaran.

Semenit berlalu dari badai orgasme Dan ahh….betapa malunya mendapati ketelanjangan tubuhku bagian bawah, betapa malunya mendapati anak kandungku mengawasiku, menatap nafsu mengkilatnya memeku. Segera kubetulkan posisi celana dalam kendorku, kukatupkan paha dan kutarik daster untuk menutupi tubuh bagian bawahku lalu aku segera berdiri.

Malu…malu….malu….! bathinku menangis

“Kamu lanjutkan bilasnya, itu tinggal beberapa potong saja yang belum dibilas !” perintahku pada Bram disaat hatiku yang kesal menyadari kekeliruanku

“Nanti kalau sudah selesai bilasnya kamu tolong jemur pakaiannya ! perintahku lagi dengan sikap yang serba salah

“iya bu……”

Kutinggalkan Bram membereskan cucianku, kutinggalkan menuju kekamar dan aku rebahkan tubuh kotor ini disamping suamiku mas Sugi….aku menangis lirih, kubenamkan mukaku kedalam bantal. Hancur hatiku, muak kepada diri sendiri, kenapa dengan begitu gampangnya berbuat dosa, kenapa aku yang berpendidikan dengan mudahnya berbuat tolol.

Oh Tuhan……maafkan hambamu ini…..bagaimana caranya aku membina anak anaku, membangun ahlak yang baik, menghantar mereka menjadi manusia yang bertaqwa, bermanfaat bagi esame kalau aku sediri sudah tak punya muka lagi dihadapan anak laki lakiku.




PART 9

Pembaca semua, cerita ini SEJUTA % FIKSI, tidak berdasarkan pengalaman siapa siapa.

Latar belakang kejadian, tempat dan tokoh cerita SEJUTA % hanya IMAJINASI saja, jika ada kesamaan itu hanya kebetulan belaka.

Didalam cerita penulis menyajikan POV Malaikat dan POV Syetan, penulis berusaha menyampaiakan pesan moral bahwa kejadian yang menimpa manusia berawal dari bisikan syetan yang senantiasa menggoda manusia, tapi disisi lain ada mahluk Tuhan yaitu Malaikat yang senantiasa berusaha mengingatkan untuk jangan pernah meninggalkan Tuhan agar manusia tidak terpedaya oleh bujuk rayu Syetan.
Tapi di Real Life kebanyakan Syetan mendominasi kehidupan manusia dalam kesehariannya.

Ambil sisi positif dari cerita ini barangkali ada dan buang jauh jauh sisi negatifnya.

Salam Semproters !





Sementara dikediamannya bu Rini sedang duduk melamun disofa ruang tamunya. Dia sedang gelisah memikirkan perbuatannya dengan Bram yang dilakukannya kemarin lusa dan sabtu kemarin. Dia bingung kenapa dia begitu tertarik dengan sosok Bram….sosok anak ingusan kelas VI SD yang walaupun wajahnya tampan tapi tetap saja masih anak anak yang seharusnya dia kasih perhatian selayaknya anak seumuran dia. Bukan dengan nafsu, bukan dengan gairah yang dapat merusak masa depannya, tapi aku membutuhkannya….yah aku butuh….aku butuh kenikmatan yang selama ini kudambakan yang tidak pernah kudapatkan dari suamiku.

“Rin…….”

“Iya mas……”

“Kamu udah masak Rin….”

“Udah mas……tuh udah adek siapin dimeja makan”

“Mumpung hari minggu, nanti habis sarapan mas mau jalan jalan keliling sekitaran sini, adhe mau ikut ngga ?”

“Ngga ah mas, adhe mau ke pasar dulu belanja bulanan, stok di kulkas udah pada abis”

“oh….ya udah nanti mas sendiri aja deh, sambil mau nyari jangkrik, kali aja Pak Kajan nyariin jangkrik buat burung mas, yuk ah…kita sarapan dulu” ajak suami bu Rini

~~~~~~

Selesai menjemur cucian Bram melanjutkan mandi, setelah selesai dengan handuk dililit dipinggangnya Bram melangkah masuk kedalam rumah. Sebelum sampai kekamarnya Bram harus melewati kamar orang tuanya yang letaknya disebelah kamar Bram bagian belakang. Memang rumah orang tuanya ngga terlalu besar cuma ada ruang tamu dan disebelah kanan ruang tamu ada kamar tidur yang ditempati Bram dan adiknya berukuran 3 x 3 meter. Dibagian tengah merupakan ruang keluarga yang bersebelahan dengan kamar orang tuanya. Dibagian belakang ada dapur disebelah kiri dan disebelah kanan dapur ada tempat penyimpanan hasil bertanian bapaknya Bram.

Saat melewati kamar orang tuanya Bram mendapati pintu kamar tertutup, “ahhh….mungkinkah ibu tidur lagi ?” bathin Bram. Cepat cepat dia teruskan langkahnya menuju kamar buat ganti baju.

Sebenarnya Bram merasa takut dan juga malu kalau harus bertemu ibunya sehabis peristiwa tadi dikamar mandi. Dia merasa tak habis pikir kenapa tiba tiba ibunya mau berbuat begitu, dan ah…betapa kurang ajarnya tadi mengingat apa yang sudah dia lakukan terhadap ibunya yang selama ini ia hormati.

Setelah rapi berpakaian dan menyisir rambutnya Bram putuskan untuk secepatnya keluar rumah, ditengoknya Chintya masih pulas dalam tidurnya. Dia pengin secepatnya keluar agar tidak ketemu orang tuanya untuk sementara waktu, Bram malu kalau sampai nanti bertemu muka dengan ibunya. Dibukanya pintu depan kemudian ditutup lagi pelan pelan agar tidak menimbulkan suara berderit. Bram melangkahkan kaki tanpa tujuan pasti, sehabis keluar dari pekarangan depan dia ikuti nalurinya saja berbelok kearah kiri.

“Aduh mau kemana ya……pagi pagi gini, ah…mending main di sawah ah….disana ada gubugnya bapak, toh kalau hari minggu gini biasanya bapak siang hari baru kesawah” pikir Bram

Bram juga enggan kalau mesti ketemu dengan bapaknya, dia merasa bersalah karena telah berlaku kurang ajar kepada ibunya walaupun ibunya tadi tampak menikmatinya juga. Tapi apapun itu, Bram tetap malu dan juga takut kalau saat ini harus ketemu mereka.

“Eh….Bram….tumben kamu pagi pagi ke sawah….ngapain Bram ?” tegur seseorang sesampainya dipinggiran sawah

“Ini mang…..aku mau main main aja kegubugnya bapak, mau nyari tanah liat buat bikin prakarya, Mang Diman mau kemana ?” jawab ku bohong

“oh….mamang mau pulang dulu, tadi jam 3 pagi mamang kemari njagain air biar ngga diserobot orang, malam ini jatah mamang buat ngalirin air irigasi ke sawah mamang” jawab mang Diman

“ohhhh, gitu ya mang”

“ya udah ya…mamang pulang dulu, ati ati Bram banyak ular kalau jam jam segini”

“iya mang, makasih udah diingetin” jawabku

Memang kalau dijam jam segini (06.30 WIB) ular banyak muncul disawah mungkin nyari makan kali ya. Akupun segera melanjutkan langkahku menuju gubug bapak, kulangkahkan kaki diatas pematang sawah yang dikanan kiri ditumbuhi padi yang baru 3 mingguan ditanam, Ketika sampai dipetakan sawah ke empat dari jalan, kulihat ada seorang perempuan setengah baya sedang menunduk dipinggiran dekat pematang depan Bram. Rupanya wanita paruh baya tadi sedang mencabuti rumput yang tumbuh disekitar tanaman padi,

“Mau kemana kamu Bram….pagi pagi gini kok ke sawah ?”sapa wanita paruh baya tadi

“Mau kegubug bapak wa, mau main sambil nyari tanah liat” jawabku sekenannya.

“Oh…..tanah liat….nih banyak Bram, wak bantu cari ya…..”

“Ngga usah…..Makasih wak, nanti nggangu kerjaan Wak Indun ?” jawabku basa basi

Saat ngobrol dengan Bram posisi Wak Indun masih sedikit membelakangi Bram karena memang rumputnya masih ada yang harus dicabut disebelah kirinya. Bram sempat menelan ludah karena dilihatnya dari samping kelihatan gundukan payudara wak Indun yang memakai pakaian tradisional khas kampung dengan bawahan jarik seakan mau tumpah.

Wak Indun adalah istri mang Kosim, walaupun sudah paruh baya tapi mereka belum dikaruniai momongan. Usia wak Indun mungkin kira kira 33 tahunan. Karena belum punya anak dan karena rajin disawah membuat wajahnya kelihatan awet muda, tubuhnya singset ala perempuan usia 25an. Wajahnya tidak cantik cantik amat tapi tidak bisa dibilang biasa saja. Wajah wak Indun terlihat manis, hidung mancung dan ada lesung pipit dipipinya, kulitnya sawo matang. Wak Indun memiliki pinggul yang besar dan dada yang besar seperti ibunya Bram cuma beda warna kulit.

Tujuan Bram datang kesawah niatnya pengen menenangkan diri dari rasa gelisah akibat perbuatannya dengan ibunya, namun justru disawah Bram dihadapkan lagi dengan pemandangan dengan tema yang sama. Dia ngga habis pikir kenapa akhir akhir ini dirinya sering menemui hal hal yang membuat perasaan dan detak jantungnya ngga karuan. Bisakah disebut rejeki atau malah sebuah musibah bagi anak seusianya…..

( hanya rumputlah yang tahu karena rumput sering ditanya tanya sama Ebiet G Ade ).

Ditengah tengah lamunannya, dia dikagetkan oleh wak Indun yang merasa kalau dari tadi Bram diam saja.

“Hey…Bram, kok kamu diem aja, lagi ngliatin apa sih ?” taya wak Indun

“Ee….ee….enggak wak, itu ….aku lagi mikir eng…eng…”

“Mikir apa……mikirin ini ya…., Bram….Bram…..kamu kira wak ngga tahu ya kamu liatin apa dari tadi “ tegur wak Indun seraya menggeser badannya kearah kanan sambil tangannya membetulkan kain dibagian gundukan buah dadanya.

“Kamu itu ya….masih kecil kok matanya jelalatan gitu” ujar wak indun lagi

“eh….enggga wak…tadi Bram Cuma meratiin wak Indun nyabutin rumput aja kok”

“Ya udah sana ….tuh gubug bapakmu tinggal 5 meter lagi, udah cepetan sana !” perintah wak Indun sepertinya terganggu akan pandangan mata Bram.

“iya wak, aku kesana dulu ya wak…..”

“Ihhhh…..masih bocah tapi itu lo….matanya melototin susuku kaya mau nelen aja” bathin wak Indun. “ eh…tapi kenapa memeku krasa kaya gatel gini ya” wak Indun ngga habis pikir merasakan ada cairan birahi merembes digua garbanya. Tiba tiba dirasakannya mulai birahi, Dalam bingung dia putuskan untuk duduk selonjoran dipematang sawah tak jauh dari gubug bapaknya Bram untuk sejenak istirahat. Diliriknya Bram yang kini sedang duduk menyamping, wak Indun membathin lagi “ganteng juga anak kang Sugi…kaya bapaknya, tapi kulitnya ikut si Ranti ibunya”. “Ah….seandainya saja aku punya anak mungkin sudah seumuran dia, secara aku nikah dengan Kang Kosim kan cuma beda bulan aja selisihnya dengan nikahannya kang Sugi. Sempat tersirat kesedihan diwajah wak Indun, diusia perkawinannya yang ke 13 tahun ini dia belun juga dipercaya memperoleh momongan.

“Eh…tapi kenapa tuh anak malah bengong gitu ya…? “ “apa dia marah tadi aku usir ?”

“Bram….kenapa, kok kamu diem aja, kamu marah ya sama uwak ?” Tanya wak Indun

“ngga wa….Bram ngga marah…..Cuma….”

“Cuma apa Bram, ayo terus terang sama uwa…”

“Cuma….anu wa….Cuma kepikiran aja sama uwa” “aduh…anu wa…bukan kepikiran uwa ding” ujar Bram sedikit kuatir karena keceplosan. Bram pun memalingkan mukanya kearah lain agar dia ngga malu sudah bilang tadi mikirin tetangganya itu.

“hah ! kepikiran sama uwa….emangnya kamu mikir apa tentang uwa..?” kejar wa Indun

“Gini wa….Bram tuh mikir ternyata uwa rajin banget pagi pagi gini udah mandi keringet nyabutin rumput sendirian, ngga dibantu mang Kosim, gitu wa “

Uwak Indun tersenyum menyadari kebohongan yang terlontar dari mulut Bram, “awas kamu ya Bram…berani beraninya kamu mikir yang ngga engga “ guman uwa Indun.

Disaat memikirkan omongan Bram barusan, uwa Indun menyadari kalau gua garbanya bertambah gatal, semakin licin akibat cairan yang merembes lagi seiring gairah kewanitaan yang datang mengunjunginya. Disilangkan kaki kanan keatas kaki kiri untuk mengurangi rasa gatal digua garbanya. Uwa Indun tiba tiba gelisah, rasa gatalnya semakin menjadi, pengen rasanya untuk menggaruk dengan tangan tapi ada Bram tak jauh darinya membuatnya malu.


Ditempat lain

“Mah…..jajan dong, tuh ada es klim enak mah ayo beli dong mah..”

Suara anak kecil sambil berlari lari kecil masuk kedalam rumah merengek minta dibelikan ice cream yang kebetulan lewat didepan rumahnya, sementara ibunya sedang kebingungan memikirkan dompetnya yang ketinggalan kemarin. Sedang suaminya dari pagi pagi sekali pergi kerumah teman kerjanya membahas soal pekerjaan yang katanya tertunda dikarenakan proyek sedang banyak di kerjakan oleh perusahaan tempat suaminya bekerja.

“Dindaaaa…..jangan yah nanti pilek loh makan es krim terus..” kata ibunya sedikit kesal karena ngga ada duit. “Lagian kenapa sih tuh ngga wajar banget pagi pagi gini malah jualan es krim, pagi pagi gini mbok yo jualan bubur ayam atau gemblong kek, tiwul kek atau kupat sayur kek” runtuk sang ibu

“Ih mama…..ngga kok dinda ngga akan pilek….. ayo dong mah beli es klim mah” rengek anaknya yang ternyata namanya Dinda

“jangan sayang….tau nggak , kalau es krim nya tuh udah basi sayang…..udah terlalu dingin” jawab ibunya bohong padahal dia lagi bingung ngga pegang duit sama sekali gara gara dompetnya tertinggal kemarin.

“ah…masa sih mah….emang…...emang kalau es klimnya tellalu dingin beralti basi yah mah….?” Tanya dinda lagi

“iya sayang……makanya ngga usah beli deh ya sayang….,nanti perut dinda sakit lho” bujuk ibunya.

“Iya deh mah, dinda ngga mau es klim lagi”

“nah …gitu dong baru anak mamah”

Tunggu lanjutannya ya gan…..maaf cuma segini updatenya karena masih sibuk di RL, thanks
 
Terakhir diubah:
Woww :mantap: akhirnya update lägï, wah sayang Bram belum pengalaman padahal byk kesempatan....:tegang:
 
Terakhir diubah:
Lengan anak 12 tahun dengan orang dewasa mungkin gak jauh beda gan (anggaplah sekitar 10 sampai 20 cm). Tapi kalo udah rukuk atau bungkuk lain lagi ceritanya. Posisi rukuk itu kalo 1 cm aja kelewatan condong ke depan (lantaran apa yg mau diraih terlalu jauh), bisa2 nyungsep gan... :D

btw, ane mau nanya nih: "jangkauan tangan anak2 kelas 6 SD lebih baik daripada jangkauan tangan orang dewasa (yang badannya lebih tinggi)"? Hasil riset di mana gan? :D

ane bukan cuma membahas tinggi badan gan, tapi juga menekankan ukuran lengan orang yang punya tinggi 170 itu. Jangan fokus ke tingginya aja. Karena sudah jelas orang yang punya tinggi badan 170 pasti punya jangkauan tangan lebih jauh daripada orang yg punya tinggi badan 150.

Nah, orang yg punya tinggi 170 aja belum tentu bisa meraih SELANGKANGAN orang yang lagi duduk di BANGKU KECIL yang jaraknya CUKUP JAUH di seberang ember DALAM KEADAAN RUKU. Lalu, gimana bisa anak-anak yang notabene punya jangkauan tangan lebih pendek bisa ngelakuinnya? :D

Coba deh lakuin eksperimen sendiri. Suruh satu orang anak (tinggi bdn 158 cm ke bawah) untuk ruku, dan satu orang dewasa (170 cm ke atas) juga ruku. Suruh keduanya berdiri berdekatan dan mengulurkan lengan mereka lurus ke depan. Coba bandingkan yang mana yg lebih panjang jangkauan tangannya. Udah pasti orang yg punya tinggi 170 cm ke atas itu lebih unggul, karena tak hanya lengannya saja yg lebih panjang, tapi juga torso-nya (dalam hal ini berasal dari tinggi badan). Itu dia point yg ane maksud.

Okelah, anggap saja masalah itu sudah selesai. Ane anggap agan ngerti. :D

Nah, untuk update kali ini, menurut ane, cukup mudah buat "menerawangnya". :)
memang sesuai banget dengan apa yg udah ane bilang: Lebih mirip hubungan kakak dan adik daripada hubungan Ibu dan anak. :)
kenapa ane bilang begitu? Secara logika, kalo emaknya si Bram baca surat itu, otomatis emaknya bakal "siaga 1" dulu, nggak langsung "serang" (meskipun si Ibu nggak pernah ML lagi selama 1 dekade). :D
Coba deh bayangin, apa yg bakal dilakukan seorang Ibu kalo tau anaknya udah berbuat demikian sama gurunya. Tak lain dan tak bukan si emak bakal melakukan:
1. Cek dan ricek. Tanya2 (ngobrol) dulu sama si Bram, tentang info dan segala hal tentang gurunya itu, atau...
2. Mengunjungi sekolah Bram. Baik itu hanya karena penasaran akan sosok gurunya itu, ataupun hal2 yang lain. Bisa aja emaknya langsung memberi peringatan keras ke gurunya (tapi ini tergantung watak emaknya kayak apa). :D
3. Berdiam diri alias shock sementara waktu (dalam beberapa hari), sambil melihat isi surat itu berkali-kali/menimbang2 dahulu, memikirkan apa yang patut dipikirkan.

Itu makanya ane bilang sebelumnya, tema incest itu agak "tricky", dan sarat akan naluri dan emosi tiap2 karakter.
Gak apa2 sih kalo mau membuatnya "lurus2" aja, tapi ya hasilnya intrik incest-nya nggak terasa.

Okelah, sampe di sini aja kritik dan saran dari ane untuk cerita ini. Mudah-mudahan cerita ini makin baik ke depannya.

Sukses ya...:beer:
Masternya incest turun gunung :hore:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd