Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Pendekar Elang Salju

Terimakasih buat ceritanya suhu, buatku ini sangat menghibur banget.

Di tunggu jilid 2 nya ya
 
Man
Bab 63

"Enak, Nimas?"

Gadis Naga Biru masih terlentang dengan posisi menantang mengangguk lemas, lalu berkata, "Kakang benar-benar nakal."

“Ini hanya balas dendam saja, kok.”

Paksi mendekatkan tubuhnya ke tubuh mulus istrinya dari atas dan kembali melumat bibir merah merekah yang langsung disambuti pula dengan sepenuh jiwa.

Darah Retno seperti terkesiap ketika merasakan dada bidang Paksi menempel erat ke sepasang dada padatnya.
Ada sensasi hebat yang melanda jiwa gadis itu, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhnya.

"Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan sepenuhnya lelaki yang kucintai ini," pikir Retno.

Tangannya Paksi tidak tinggal diam, turut meremas dan memelintir buah dada montok Retno yang mengakibatkan makin lama makin membengkak dan yang semakin kenyal saja.
Retno membalas perlakukan Paksi dengan mengurut dan meremas-remas punggung pemuda yang kini secara resmi telah menjadi suaminya.
Tanpa menunggu lama lagi, Paksi berdiri di antara kedua belah paha istrinya yang terbuka dan siap-siap melakukan serangan akhir.

"Nimas ... " kata Paksi ragu-ragu.

"Kita lakukan sekarang, Kakang." jawab Retno lirih.

Paksi segera mengarahkan ujung pilar tunggal penyangga langit yang telah siap tarung, lalu digesek-gesekkan di depan pintu gerbang yang membentuk segaris merah merekah yang sudah sedikit terbuka dan basah.

Sett!

"Uuugh ... "

Retno hanya mendesah ujung pilar tunggal baru menempel pada sisi luar gerbang.
Tubuh Retno Palupi terlihat agak melengkung, pinggangnya dicoba ditarik sedikit ke atas untuk mengurangi tekanan ujung pilar tunggal penyangga langit.

Tangan kiri Paksi menuntun pilar tunggal penyangga langitnya agar tetap berada pada bibir gerbang istana kenikmatan Retno Palupi,
lalu membungkuk sambil mencium telinga kiri Retno Palupi, terdengar Paksi Jaladara berkata perlahan,

"Nimas ... kita lakukan sekarang?"

Tidak keluar suara sedikit pun dari mulut Retno, hanya kepala terlihat mengangguk pelan, dengan pandangan mata sayu menatap ke arah gerbang istana kenikmatannya yang sedang didesak oleh pilar tunggal penyangga langit dan mulutnya terkatup rapat seakan-akan menahan rasa ngilu.
Bagaimana pun juga, gadis itu masih perawan!

Tanpa menunggu lebih lama lagi, pemuda itu segera menekan benda tumpul yang kini baru menemeple kepalanya saja sedikit ke dalam gerbang istana yang telah basah oleh cairan, bersamaan itu pula kedua tangan Retno Palupi mencoba menahan tekanan Paksi Jaladara.

Sett!

Tiba-tiba Gadis Naga Biru berteriak kecil,
"Aduhh ... pelan-pelan ... sakit, Kang!"

Terdengar keluhan dari mulutnya dengan wajah agak meringis menahan kesakitan.
Kedua kaki Retno Palupi yang mengangkang itu terlihat menggelinjang dan menggeletar.

Baru bagian kepala saja terbenam sempurna dan menyentuh dinding-dinding bagian dalam.
Dari luar, gadis itu melihat kedua bibir gerbang istana kenikmatan menjepit erat kepala pilar tunggal penyangga langit milik si Elang Salju, sehingga belahan bibir terkuak, sedikit tertekan masuk serta membungkus ketat kepala pilar tunggal tersebut.

Paksi Jaladara menghentikan tekanan sambil menggumam,
"Masih sakit, Nimas Retno?"

"Aagghh ... jangan terlalu dipaksakan, Kang.
Aku merasa ... akan ... terbelah ... niiiih ... sakiiiitttt ... " Retno Palupi menjawab dengan badan terus menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, sambil merangkulkan kedua tangannya di punggung Paksi Jaladara dengan erat.

Beberapa saat kemudian, Retno sudah agak tenang.

"Nimas Retno ... Kakang masukkan lagi, ya? dan katakana kalau Nimas Retno merasa sakit," sahut Paksi Jaladara dan tanpa menunggu jawaban Retno Palupi, segera saja Paksi Jaladara melanjutkan tahap lanjut dengan cara menarik dan menekan pilar tunggal penyangga langitnya ke dalam gerbang istana kenikmatan Retno Palupi yang sempat tertunda, tetapi sekarang dilakukannya dengan lebih pelan dari sebelumnya.

Karena sudah licin, pelan namun pasti pilar tunggal Paksi sedikit demi sedikit masuk ke dalam.
Ketika baru masuk seperempat bagian, Paksi merasakan sesuatu yang menghadang di tengah jalan.
Selaput dara!

Berulang kali paksi mencoba menerobos, tapi seperti terpental balik.

"Nimas, ini ... "

"Sedikit lebih keras, Kang! Tidak ... apa-apa ... " ucap Retno sambil meringis memejamkan mata, merasakan antara sakit dan nikmat.

Paksi sedikit menarik keluar, lalu dengan sedikit sentakan keras, benda bulat panjang itu meluncur cepat.

Sett! Cress!

Selaput dara robek, dan benda bulat tumpul itu langsung terbenam sekitar setengahnya.
Darah keperawanan Retno Palupi sedikit mengalir, menerobos keluar melakui celah-celah benda bulat tumpul yang menyumbat penuh gerbang istana milik si gadis.

"Aaaaaghh ... !"

Pada saat yang sama, terdengar keluhan panjang dari mulut Retno Palupi sambil kedua tangan semakin erat memeluk Paksi Jaladara dengan pinggangnya terus bergerak-gerak liar. Beberapa saat kemudian, wajah cantik Retno Palupi meringis, tetapi tidak terdengar lagi keluhan dari mulutnya, hanya kedua bibir terkatup erat dengan bibir bawahnya terlihat menggetar.

Paksi segera melumat bibir istrinya dengan lembut, seakan berusaha meredakan rasa sakit yang mendera.
Kemudian Paksi Jaladara bertanya lagi,
"Nimas ... masih sakit?"

Retno Palupi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil kedua tangannya meremas bahu Paksi.

"Teruskan lagi ... " kata Retno sambil memandang seraut wajah tampan yang terlihat khawatir.

Gadis itu tersenyum, dan dibalas dengan senyuman pula oleh Paksi.

Sambil memandang istrinya segera kembali menekan pilar tunggal penyangga langitnya lebih dalam, berusaha masuk ke dalam gerbang istana kenikmatan.

Secara pelahan-lahan namun pasti, pilar tunggal penyangga langit terus menguak dan menerobos masuk ke dalam sarang, seperti halnya sebilah keris dengan sarungnya.
Ketika benda bulat tumpul telah terbenam hampir tiga perempat di dalam gerbang istana kenikmatan Retno Palupi, terlihat gadis itu pasrah dan sekarang kedua tangannya tidak lagi menahan tubuh Paksi Jaladara, akan tetapi sekarang justru kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada tepi kasur empuk.

"Lagi ... "

Paksi Jaladara menekan lebih dalam lagi.

Sett!

Kembali terlihat wajah Retno Palupi meringis antara menahan sakit dan nikmat, kedua pahanya terlihat menggeletar, tetapi karena Retno Palupi tidak mengeluh maka Paksi Jaladara meneruskan saja tusukan pilar tunggal penyangga langitnya dan tiba-tiba saja ...

Bleeees!

Paksi Jaladara menekan seluruh berat badannya dan pantatnya menghentak dengan kuat ke depan.
Pada saat yang bersamaan kembali terdengar keluhan panjang dari mulut Retno Palupi.

"Aduuuuh ... sakittt ... "

Kedua tangan Retno mencengkeram tepi balai dengan kuat dan badannya melengkung ke depan serta kedua kakinya terangkat ke atas menahan tekanan pilar tunggal penyangga langit Paksi Jaladara di dalam gerbang istana yang langsung menabrak bagian paling ujung dan terdalam dari gerbang istana kenikmatan.

Paksi Jaladara mendiamkan pilar tunggal penyangga langitnya terbenam di dalam lubang gerbang istana kenikmatan sejenak, agar tidak menambah sakit yang dirasakan istrinya, lalu pemuda itu memeluk erat istrinya sambil berbisik,
"Nimas ... apa perlu kita tunda?"

"Jangan ... teruskan saja ... Kakang ... "

Baru saja Paksi bergerak, Retno Palupi dengan mata terpejam hanya menggelengkan kepalanya sedikit seraya mendesah panjang.

"Aaggggghh .. sakit!"

"Kalau begini terus, kapan selesainya? Aku harus nekat, nih?" pikir Paksi.
Paksi segera mencium wajah Retno Palupi dan melumat bibirnya dengan ganas.
Tangan kanannya meremas-remas dada kenyal padat dengan harapan bisa mengurangi rasa sakit yang menyengat di bagian bawah.
Setelah itu, Paksi Jaladara bergerak pelan cepat naik turun, sambil badannya mendekap tubuh indah Retno Palupi dalam pelukan.
Tak selang lama kemudian, badan Retno Palupi bergetar hebat dan mulutnya terdengar keluhan panjang.

"Aaduuh ... oooohh ... sssssssshh ... ssssshh ... "

Kedua kaki Retno Palupi bergerak melingkar dengan ketat pinggul Paksi Jaladara, menekan dan mengejang.

Retno Palupi mengalami titik puncak asmara yang hebat dan berkepanjangan meski baru beberapa kali Paksi melakukan aksi naik turun.
Selang sesaat badan Retno Palupi terkulai lemas dengan kedua kakinya tetap melingkar pada pinggul Paksi Jaladara yang masih tetap berayun-ayun itu.

Suatu pemandangan yang sangat erotis sekali, suatu pertarungan yang diam-diam yang diikuti oleh penaklukkan di satu pihak dan penyerahan total di lain pihak!

Retno Palupi kemudian diangkat dan didudukkan pada pangkuan dengan kedua kaki indah Retno Palupi terkangkang di samping paha Paksi Jaladara dan tentu saja pilar tunggal penyangga langitnya masih tetap di tempat semula.
Kedua tangan Paksi Jaladara memegang pinggang Retno Palupi dan membantu Retno Palupi menggenjot pilar tunggal yang masih tegak perkasa secara teratur, setiap kali pilar tunggal penyangga langit Paksi Jaladara masuk, terlihat gerbang istana kenikmatannya ikut masuk ke dalam dan cairan putih terbentuk di pinggir bibir gerbang.

Retno pun melakukan hal yang sama untuk mengimbangi permainan dari suaminya, dengan menggerak-gerakkan pinggulnya.
Kali ini tidak ada desisan dan rintihan kesakitan, yang ada hanyalah lenguhan nikmat yang berulang kali menikam bagian terdalam dari miliknya.

Sett! Sett!

Ketika pilar tunggal ditarik keluar, terlihat gerbang istana mengembang dan menjepit pilar tunggal.
Mereka berdua melakukan posisi ini cukup lama.
Retno Palupi benar-benar dalam keadaan yang sangat nikmat, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan sudah berubah menjadi teriakan.

"Oooohhmm ... !"

Paksi Jaladara melepas pelukan pinggang, lalu meremas-remasnya sepasang bukit kembar yang bergoyang-goyang naik turun.
Tak lama kemudian badan Retno Palupi bergetar lagi, kedua tangannya mencengkeram kuat pundak Paksi, seakan berusaha menancapkan kuku-kuku tajamnya, dari mulutnya terdengar erangan lirih,
"Aahh ... aahh ... ssssshh ... sssssshh!"
Retno Palupi mencapai titik puncak asmara untuk ketiga kalinya!

Sementara badan Retno Palupi bergetar-getar dalam titik puncak asmara, Paksi Jaladara tetap menekan cepat-rapat pilar tunggal ke dalam lubang gerbang istana kenikmatan, sambil pinggulnya membuat gerakan memutar sehingga pilar tunggal yang berada di dalam gerbang istana kenikmatan Retno Palupi ikut berputar-putar, mengebor gerbang istana kenikmatan sampai ke sudut-sudutnya.

Sett! Sett!

Gerakan pinggul Paksi Jaladara bertambah cepat dan cepat.
Terlihat pilar tunggal dengan cepat keluar masuk di dalam gerbang istana kenikmatan Retno Palupi, tiba-tiba ...

"Ooohh ... oohh!"

Dengan erangan yang cukup keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak-lonjak, Paksi Jaladara menekan habis pinggulnya dalam-dalam, sehingga pilar tunggal penyangga langitnya terbenam habis ke dalam lubang gerbang istana kenikmatan, pinggul Paksi Jaladara terkedut-kedut sementara pilar tunggalnya menyemprotkan hawa keperjakaannya di dalam gerbang istana, sambil kedua tangannya mendekap badan Retno Palupi erat-erat.
Dari mulut Retno Palupi terdengar suara keluhan yang sama.

"Aaaagh ... ssssssh ... sssssshh ... hhmm ... hhmm!"

Setelah berpelukan dengan erat selama beberapa saat, Paksi Jaladara kemudian merebahkan tubuh Retno Palupi di atas badannya dengan tanpa melepaskan pilar tunggal dari sarangnya.
Retno Palupi tersenyum.
Paksi Jaladara juga tersenyum.

TAMAT
Mantap banget nih ceritanya
 
Kisanak... Sudah delapan purnama kau bersemedi..... Tak sudikah kau muncul tuk menghilangkan kegalauan kami....
 
Mau tanyak nih .... Boleh?
Cerita bagus babet sih nih seri 1 tamat. Kemudian seri 2 nya nasih di thread ini apa ganti lapak suhu.
Kapan nih di lanjutin ....

Thanks suhu
Semoga sehat selalu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd