Chapter 2b
Beberapa hari kemudian, Rika sedang melakukan yoga didepan layar TV yg menunjukkan instruktur yoga yang gerakan-gerakannya harus ia tirukan. Saat ia sedang berganti pose dan menarik nafas, tiba-tiba saja telpon rumahnya berdering. Tp ia tak mengangkat telpon itu karena pak Tarjo sudah terlihat bergegas mengangkat telpon itu.
"Oh, ya tuan?... Sedang yoga tuan, oh baik tuan.... Ya tuan", kemudian menutup telpon. Rika masih tetap melakukan yoga tp tatapannya terarah pada pak Tarjo, jelas meminta penjelasan kenapa suaminya menelpon.
"Anu nyah, barusan tuan bilang tuan Andre disuruh bosnya ke Kalimantan besok nyah dan minta nyonyah nyiapin koper pakaian tuan", kata pak Tarjo.
Rika terbelalak,"Yah, kok mendadak sih. Hhhh... dasar workaholic emg, klo soal kerjaan aja lgsg dikerjain, gk kyk sama istrinya"
"Hehe ya mau gmn lg nyah, tuan Andre dari dulu emg gt", kata pak Tarjo.
Rika sempat heran mendengar itu, tp kemudian teringat,"Oh iya ya, kan pak Tarjo udah lama kerja sm keluarganya mas Andre"
"Iya nyah, dr sebelum tuan lahir malah. Bapak inget dulu tuan suka belajar trus pasti aktif sama kegiatan-kegiatan sekolah dan klub-klub luar sekolah juga", kata pak Tarjo.
Rika mengangguk, yah kalau memang sifat suaminya dr kecil seperti itu, tak heran kalau saat dewasa ia lbh seneng kerja drpd mesra-mesraan dg istri. Rika hanya bs menghela nafas,"Hhh, yah kalo diinget-inget emang dulu pas PDKT jg udah kelihatan sih... Ya udah, saya mau ke kamar dulu pak"
"Baik nyah", kata pak Tarjo kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Rika menata semua baju-baju kerja dan juga baju santai sehingga akhirnya 1 buah koper siap dibawa.
Malam harinya, suaminya lagi-lagi pulang malam sehingga Rika tak bs mengobrol saat makan malam, seperti biasa.
"Yang, kok mendadak banget sih km ke Kalimantannya?", kata Rika saat suaminya akhirnya tiba dirumah.
"Ya mau gmn lg, sebenarnya bukan aku yg disuruh kesana, tapi pak Wijaya. Tapi masalahnya pak Wijaya lagi sakit dan kantor baru di Kalimantan perlu diawasi dan masih ada juga kerjaan2-kerjaan lain yg harus ditangani langsung yang", kata Andre merasa bersalah.
"Gk bisa ya km minta org lain aja yg kesana?", kata Rika murung.
"Yaaa... Gk bisa sih yang. Tapi gini, klo aku bisa beneran ambil alih kerjaan pak Wijaya, siapa tahu aku bener-bener bs naik jabatan yang!", kata Andre girang.
Rika tahu ekspresi itu, Andre benar-benar sudah membulatkan pikirannya dan tak bisa diajak kompromi lg. Rika pun hanya bisa pasrah saja, toh kalau suaminya tak sukses bekerja, bisa-bisa ia lagi yg disalahkan oleh kanjeng mami mertua yg tatapannya seperti macan betina.
"Ya udah deh klo gt, kopernya udah Rika siapin td", kata Rika.
"2 koper kan? Soalnya aku di Kalimantannya sekitar 2 mingguan yang", kata Andre.
"Yah, km gk bilang td, yg siap cuma 1 koper aja", kata Rika.
"Ya udah hbs ini aku bantu siapin ya yang", kata Andre.
Rika tersenyum kecil dan mengangguk.
"Emmmm hbs nyiapin koper, mau main gk yang?", kata Andre dg senyum dan tatapan menggoda.
Rika kaget, tp kemudian tersenyum,"Ih mas ini"
Begitu koper kedua siap, Rika pun meminta suaminya tiduran diranjang sementara Rika di kamar mandi. Suaminya kini hanya mengenakan celana kolor dan siap bergumul dg istrinya. Tak lama, pintu kamar mandi pun terbuka. Andre menatap istrinya dg tatapan kagum dan senyum diwajahnya.
Dan kenapa tidak, Rika keluar dr kamar mandi dg baju lingerine yg sangat sexy. Kain jaring-jaring tipis warna hitam dg pita-pita kecil dan renda-renda yg terlihat mengelilingi payudara dan selangkangannya seolah memperindah semua sisi tubuhnya.
Rika pun senang, baju ini memang ia simpan sebagai senjata rahasia supaya suaminya mau menjamah tubuhnya dan terbukti, sebuah tonjolan mulai muncul di celana suaminya.
Rika pun melenggak lenggok mendekati suaminya, rupanya kemampuan modelingnya masih ia ingat dg sangat baik hingga sekarang. Dg perlahan ia naik ke ranjang dan Andre pun meraih wajah Rika. Keduanya kemudian saling mengecup bibir.
Andre membimbing Rika supaya merebahkan diri disampingnya. Tangannya kemudian meraih apa yg menjadi idaman semua kaum adam.
"Mmmhhhh...", Rika melirih, tangan suaminya meremas payudaranya, sesuatu yg selalu ia sukai.
"Punyamu selalu membuatku bergairah sayang", kata Andre sambil kini mengecup leher Rika.
"Kalau begitu, bikin tambah besar lg dong yang", kata Rika.
Tp bukannya serius, Andre malah bercanda dg bilang,"Hehe, mau pasang silicon?"
"Ih apaan sih, ya yg alami aja donk", kata Rika.
"Hehehe, iya iya. Udah, kita coba lg ya yang", kata Andre. Ia kemudian naik keatas istrinya setelah melepaskan celananya.
Rika menatap suaminya, dadanya berdegup, ia ingin sesuatu dr suaminya dan kali ini ia ingin ungkapkan.
"Yang, Rika pengen kamu ciumin lagi dong", kata Rika.
"Hmm? Masih mau?", kata Andre yg kemudian mendekati wajah Rika.
"Bukan yg ini yang, tp yg dibawah please", kata Rika.
Andre pun akhirnya sadar, senyumannya berubah menjadi raut tak nyaman diwajahnya,"Emmm klo itu..."
Rika tahu Andre tak pernah nyaman melakukan hal-hal lain dalam sex, ia hanya mau cium bibir, leher dan payudara. Ia tak nyaman bibirnya menyentuh vagina istrinya meski vagina istrinya sangat bersih. Bahkan tawaran oral sex yg Rika ingin berikan pada penis pun Andre tak mau.
"Ya udah, gk jd deh yang, kyk biasa aja"
Andre terlihat lega,"Thanks yang"
Ya beginilah Andre, selalu dg posisi misionaris yg sama, dg ritme main yg sama, dan dengan lama waktu yg sama... Dan seperti biasa juga, sperma yang Andre keluarkan pun Andre akui dg murung bahwa tak terlalu banyak yang tentu Rika hibur dg berkata bahwa Andre hanya capek saja. Andre pun kembali tersenyum dan keduanya pun tertidur sambil saling peluk satu sama lain.