treezjantan
Suka Semprot
- Daftar
- 22 Apr 2014
- Post
- 14
- Like diterima
- 60
cerita ini hanya hayalan belaka, tidak ada maksud untuk menyakiti siapun
No sara just fun and keep semprot
Buat para suhu di harapkan respon atau masukan, yaaah sukur-sukur dapet ijo ijo...
No sara just fun and keep semprot
Buat para suhu di harapkan respon atau masukan, yaaah sukur-sukur dapet ijo ijo...
Hari yang sangat melelahkan di kantor, acara bedah buku yang berlangsung dari pagi hingga siang membuat Aya lemas. Begitu sampai di rumah, dia langsung menghempaskan tubuh montoknya di sofa. Masih dengan memakai kemeja, hanya melepas sepatu dan kaos kakinya, ia tiduran telentang di sofa ruang tengah, depan televisi. Karena sejuknya hembusan udara dari AC yang disetel dingin, beberapa saat kemudian, dia sudah tertidur pulas.
Di luar, terdengar suara motor ustad Ferry berhenti di depan rumah. Laki-laki itu baru pulang dari musholla. Haifa, istrinya, masih mampir sebentar di toko seberang jalan untuk beli sesuatu. Begitu masuk ke dalam, langkah sang Ustadz langsung terhenti.
Ohh...!! Betapa kagetnya dia saat dari balik almari buku yang membatasi ruang tamu dengan ruang keluarga, matanya melihat Aya yang tidur telentang di sofa. Bukan karena ada yang aneh -Aya sudah sering tidur di sofa itu- namun yang membuat langkah ustadz Ferry terhenti adalah posisi tidur Aya yang begitu menggiurkan.
Istri Azzam itu menyandarkan kakinya tinggi-tinggi ke sandaran sofa, membuat rok satinnya tersingkap hingga ke perut, menampakkan betis dan pahanya yang putih mulus. Bahkan kalau diperhatikan lebih jeli, juga bokong Aya yang bulat montok, yang masih terbalut celana dalam warna putih. Dengan jantung berdebar kencang, mata Ustad Ferry menelusuri, mulai dari betis, lalu naik ke paha, dan akhirnya berhenti di pantat Aya yang membulat indah. Meskipun dia sudah sering melihat Aya telanjang, namun tak urung pemandangan ini membuat gejolak birahinya mengalir deras.
Ck-ck-ck... Aya, Aya, kenapa tubuhmu begitu menggoda? batin ustad Ferry *dalam hati sambil menggeleng-gelengkan kepala. Cukup lama dia memandangi paha mulus Aya sambil tiada henti berdecak kagum.
Eh, papa ngapain? Haifa yang baru masuk rumah menegur, mengagetkannya.
Eh, mm... ini... mm... ustad Ferry menjawab gugup.
Hayo! Ngintip Aya lagi yah... ih, papa nakal!! bisik Haifa pelan sambil mencubit perut sang suami.
Ustad Ferry terkikik geli. Mmm... habisnya, siapa yang nggak tergoda lihat Aya kayak gitu. dia menunjuk Aya yang tidur telentang di sofa dengan rok tersingkap pada sang istri.
Eitt... ih, papa genit! Haifa berkelit saat ustad Ferry memeluk tubuhnya dari belakang. Bentar, aku betulin rok Aya dulu. kata Haifa sambil berusaha melepas pelukan sang suami.
Mmm... Nggak boleh. Aku pengen tubuh mama sekarang. bisik ustad Ferry, tetap merangkul erat tubuh sintal sang istri. Sementara matanya masih lekat memandang kemontokan bokong Aya yang masih terlelap di depan sana.
Tiap habis ngintip Aya, pasti jadi kayak gini. keluh Haifa, agak jengkel tapi juga suka. Memang, cukup sering ustad Ferry mengintip Aya -baik dalam keadaan telanjang maupun baju tersingkap seperti sekarang- dan ujung-ujungnya, laki-laki itu akan langsung menarik Haifa untuk diajak bercinta dengan sangat menggebu-gebu. Haifa tentu saja sangat suka dengan momen-momen seperti ini karena dia akan sangat terpuaskan.
Adikmu itu bener-bener sexy ya, Ma? sambil meremas pelan payudara sang istri, mata Ustad Ferry tidak lepas dari bokong montok Aya.
Iya, siapa dulu dong kakaknya! bisik Haifa manja.
Uh, bener-bener gadis yang sempurna. Mata sang Ustad semakin jalang.
Ih, ada yang bergerak di bokong mama nih, bisik Haifa pelan sambil menggesekkan pantatnya yang lebar pada penis ustad Ferry yang sudah menegang dahsyat.
Uuh... desah sang Ustad. Ia makin menekan penisnya ke bokong bulat sang istri. Sambil terus menikmati pemandangan bokong indah Aya, ia mulai menciumi pipi dan telinga Haifa. Ma, papa pengen nih. bisiknya mesra.
Aahh... jangan di sini, Pa. Nanti Aya bangun. desah Haifa, tubuh montoknya menggeliat pelan.
Nggak apa-apa, Ma. Biar aja dia bangun, kita ajak main sekalian, seperti biasa. bisik ustad Ferry sambil semakin liar menciumi pipi dan telinga istrinya, sementara matanya masih memandang nanar pada bokong bulat Aya.
Aaahhh... terserah papa aja! Haifa menggeliat pasrah kegelian karena tangan sang Ustad mulai kembali meremas-remas payudaranya.
Dengan liar, tangan ustad Ferry menyelusup ke balik kemeja sang istri. Ia preteli kancing baju Haifa satu per satu dan mengangkat BH wanita cantik itu ke atas -mengeluarkan payudara Haifa yang bulat besar- lalu meremas-remasnya dengan penuh nafsu, dengan mata tetap lekat memandang paha dan bokong indah Aya. Dia juga terus menggesekkan penisnya yang semakin menegang ke pantat bulat Haifa yang masih terbalut rok panjang berenda.
Papah! desah Haifa pelan sambil menggerakkan pinggulnya, menyambut gesekan penis sang suami.
Aarrgghh... ustad Ferry mengerang sambil menggigit lembut tengkuk sang istri, membuat bulu kuduk Haifa berdiri. Tangannya yang satu mulai menyusup ke dalam rok panjang wanita cantik itu.
Eeuhh... Paaa! Haifa menggeliat mendongakkan kepala ketika tangan nakal ustad Ferry mulai meremas vaginanya yang masih terbungkus celana dalam. Dengan cepat ia memasukkan tangan ke dalam rok lalu menarik dan melepaskan celana dalamnya, membuat tangan ustad Ferry semakin bebas bergerak.
Mama bener-bener pinter. bisik sang Ustad. Tangannya mulai mengelus dan meremas vagina Haifa yang sudah basah licin.
Aaahh... Papaaa! Haifa menggeliat sambil melebarkan pahanya, memberi ruang agar tangan sang suami bisa meremas seluruh vaginanya. Tangannya menjulur ke atas, meraih kepala ustad Ferry yang asyik menjilati tengkuknya, membuat dadanya yang* bulat indah kian membusung ke depan.
Ssss... aaahh... desah Haifa menikmati semua aktivitas sang Ustad pada tubuhnya.
Sambil terus menjilati tengkuk sang istri, tangan kiri ustad Ferry meremas-remas payudara Haifa, sedangkan tangan kanannya mengelus vagina wanita cantik itu. Rok panjang Haifa sudah tersingkap sampai perut, menampakkan kemaluan Haifa yang licin dan berbulu lebat. Dengan kondisi seperti itu, ustad Ferry makin leluasa mengelus maupun meremas vagina sang istri, sambil matanya terus memandang penuh nafsu ke arah bokong bulat Aya.
Melihat pemandangan tersebut, nafas ustad Ferry semakin memburu, dipeluknya tubuh montok Haifa begitu erat. Kini posisi mereka berdiri berhadapan sehingga payudara Haifa yang montok terhimpit di dada sang Ustad. Sambil terus memandangi bokong Aya, tangan ustad Ferry meremas kuat bokong istrinya. Dia membayangkan seandainya yang dia remas adalah bokong bulat Aya, sang adik ipar.
Haifa menurunkan tubuhnya dan berjongkok tepat di depan selangkangan sang suami. Dengan cekatan dia lepas ikat pinggang ustad Ferry dan menarik resluitingnya turun. Lalu menarik celana panjang sekaligus celana dalamnya sampai ke bawah. Seketika penis ustad Ferry yang sudah menegang maksimal menyembul dengan gagahnya, tepat di depan wajah cantik Haifa yang masih berbalut jilbab lebar. Setelah beberapa kali mengelus, Haifa memasukkan penis itu ke dalam mulutnya dan menghisapnya dengan rakus.
Aaaarrgghhh erang ustad Ferry pelan, matanya terpejam, berusaha meresapi kehangatan yang menyelimuti kepala penisnya, yang sekarang berada di dalam mulut manis sang istri. Dengan tangan kiri, dia berpegangan pada almari, sedangkan yang satunya memegangi kepala Haifa dan menggerakkannya maju mundur dengan cepat seiring kuluman wanita cantik itu.
Sambil menikmati hisapan Haifa pada penisnya, mata ustad Ferry kembali terbuka, memandangi tubuh molek Aya yang masih tertidur dengan posisi yang sangat menggairahkan di depan sana. Untuk merangsang sang istri, ustad Ferry menggerakkan kakinya. Dengan punggung telapak kaki, ia gesek-gesek vagina sempit Haifa yang jongkok mekangkang di depannya sehingga vaginanya benar-benar terekspose.
Uuhhmm Haifa langsung mendesah keenakan, ia semakin bersemangat mengulum penis sang Ustad, apalagi saat punggung kaki ustad Ferry mengenai kelentitnya, lendir vaginanya jadi keluar semakin banyak, bahkan sampai menetes-netes di lantai.
Aaaahh... Mamaa!! erang ustad Ferry, dia sudah tidak tahan lagi, kuluman istrinya terasa begitu nikmat. Segera diangkatnya tubuh molek Haifa dan dipeluknya dengan sangat bernafsu. Sambil diiringi ciuman bibir yang ganas dan panas, didorongnya tubuh Haifa mepet ke tembok. Ustad Ferry* mulai mendesakkan penisnya ke arah vagina sempit sang istri. Haifa menyambutnya dengan menopangkan kaki kirinya ke almari, membuka selangkangannya lebar-lebar untuk sang suami sehingga vaginanya benar-benar terekspose dengan jelas, siap menerima apapun perlakuan sang Ustad.
Arrrrggh ustad Ferry menggeram pelan ketika perlahan penisnya mulai mendesak masuk ke dalam vagina sang istri. Pelukannya semakin erat.
Eeeehh Haifa menyambut penis sang suami dengan memajukan pinggulnya, sehingga perlahan namun pasti, penis ustad Ferry tenggelam dalam cengkeraman vaginanya.
Uuuhh... Mamaa! ustad Ferry meremas bokong istrinya kuat-kuat ketika dia mulai menggerakkan penisnya keluar masuk di dalam vagina sang istri.
Eeeuuhh... tubuh montok Haifa bergetar kuat ketika sodokan penis sang suami pada vaginanya terasa semakin cepat dan kencang. Karena bokongnya dipegangi oleh ustad Ferry, ia jadi tidak bisa menggerakkan pinggulnya untuk mengimbangi. Haifa hanya bisa memeluk suaminya sambil melingkarkan kaki kirinya ke pinggang laki-laki itu saat gerakan pinggul sang ustad semakin keras dan liar.
Karena nafsunya sudah diubun-ubun, Haifa pun berteriak kencang tak lama kemudian. Aaahh... aaaahh... aaakkhhh... erangan dan desahan panjang keluar dari mulut manisnya, terdengar begitu syahdu mengiringi gelinjang tubuhnya saat menyambut gelombang orgasme yang datang menerjang secara cepat dan tiba-tiba.
Ustad Ferry yang merasakan vagina istrinya mencengkeram begitu kencang saat menyemburkan cairan cintanya, bukannya berhenti, malah makin mempercepat genjotannya. Tangannya semakin kuat memegangi bongkahan bokong montok Haifa. Sementara mulutnya menempel dan menyusu di bulatan payudara wanita cantik itu, menghisap dan mencucup putingnya yang merah merekah secara bergantian, kiri dan kanan.
Arrgghhhh aaaarrggghh !!! geraman ustad Ferry tertahan di tenggorokan ketika dia menyodok kuat vagina sang istri. Ia tekan penisnya dalam-dalam saat spermanya muncrat berkali kali ke dalam rahim Haifa. Mereka berpelukan erat sambil terpejam, menikmati orgasme masing-masing, kemudian terdiam. Beberapa kali tubuh mereka masih menggelinjang kecil menikmati sisa-sisa orgasme yang masih melanda.
Ehh... hh... hh... fiuhh! hanya desah nafas mereka berdua yang terdengar. Sementara di depan sana, seperti tidak terganggu sama sekali, Aya masih tetap terlelap dengan posisi tidurnya yang sexy.
***
Matahari masih bersinar terang sore itu saat Azzam pulang ke rumah. Dilihatnya Aya sedang sibuk menyetrika setumpuk cucian kering di ruang tengah. Disebelahnya, duduk di depan teve, tampak Haifa yang sepertinya asyik menonton acara Tausiyah. Bang Ferry tidak terlihat, tapi dari suara guyuran air di kamar mandi, sepertinya laki-laki itu sedang mandi.
Tumben sudah pulang, Zam? sapa Haifa ramah pada adik iparnya.
Azzam mengangguk. Iya, Kak. Badanku agak nggak enak, meriang. Mungkin mau flu.
Cepat istirahat aja. kata Haifa. Minta buatkan teh hangat sama Aya. tambahnya.
Iya, Kak. Azzam tersenyum dan menghampiri sang istri. Dipeluknya Aya dari belakang. Kamu dengar kan apa kata kakakmu? tanyanya menggoda.
Jangan ganggu, aku lagi nyetrika nih. ketus Aya.
Hei, suamimu ini lagi sakit lho. sergah Azzam.
Halah, sakit kok pake pegang-pegang segala! Aya melirik tangan Azzam yang perlahan melingkar di depan dadanya.
Hehe, Azzam tersenyum. Aku pengen, Sayang. dipencetnya payudara Aya bergantian, terasa sangat empuk dan kenyal sekali. Azzam menyukainya.
Nanti malem aja, Aya menyingkirkan tangan itu. Aku lagi sibuk! dengusnya.
Tidak ingin mundur, Azzam berganti posisi. Kali ini bokong bulat Aya yang jadi* *sasaran. Dengan nakal dibelainya daging montok itu.
Zam! Aya mendelik, jelas terlihat tidak suka.
Hei, kalau suami lagi pengen, istri nggak boleh menolak lho. ancam Azzam. Itu kata Nabi. tambahnya untuk meyakinkan.
Tapi Aya tetap tidak peduli. Dia terus berusaha menyingkirkan tangan Azzam dari atas tubuhnya. Aku capek, Zam. Tadi banyak kerjaan di kantor. Mengertilah sedikit. mohon Aya.
Aku juga capek, Sayang. Tapi aku menginginkanmu. Azzam terus memaksa. Kali ini mulutnya menyerbu, menyosor bibir tebal Aya dan melumatnya dengan rakus.
Hmph... Zam! sedikit berteriak, Aya mendorong tubuh laki-laki itu. Ciuman mereka terlepas. Kak Haifa, Azzam nih... nakal. manja Aya pada Haifa.
Haifa yang sedang menonton teve jadi ikut tertawa melihat ulah dua anak muda itu. Sudahlah, Zam. Kasihan Aya, nanti kan juga masih bisa. katanya kemudian.
Tapi aku pengennya sekarang, Kak. sahut Azzam.
Dasar keras kepala! sungut Aya sambil memalingkan mukanya dan kembali menekuri setrikaannya yang masih setumpuk.
Ayolah, Aya sayang. Azzam mencoba untuk merayu kembali. Dipegangnya pundak Aya.
Tidak! tapi Aya tetap bersikukuh pada pendiriannya. Entah kenapa, sore ini, ia begitu malas melayani Azzam. Biasanya ini tanda-tanda kalau siklus mens-nya bakal segera datang. Emosinya jadi gampang tersulut.
Azzam yang juga mengerti hal itu, dengan terpaksa mengurungkan niat. Tapi sebelum benar-benar mundur, dia melontarkan ancaman terakhir pada Aya. Baiklah, kalau kamu nggak mau. Aku minta sama Kak Haifa aja. gertaknya.
Silahkan, kalau Kak Haifa mau! di luar dugaan, Aya dengan enteng menanggapi, membuat Azzam jadi tak tahu harus berkata apa lagi. Ayo, lakukan sana! semprot Aya sinis, tangannya kembali lincah bermain di papan setrika.
Menghela nafas, Azzam akhirnya berkata. Baiklah, tapi jangan nyesel ya kalau nanti malam kamu nggak aku urus. sehabis berkata, Azzam memutar tubuhnya dan melangkah mendekati Haifa yang memandangnya sambil tersenyum.
Kenapa, nggak dikasih ya? tanya wanita cantik itu.
Iya nih. Lagi badmood dia. Azzam duduk di sebelah Haifa dan membelai lembut tangan kakak iparnya. Kakak bisa bantu aku kan? tanyanya kemudian, sedikit memaksa, tidak ingin ada penolakan.
Haifa tertawa. Kamu itu, nggak bisa banget nahan nafsu. Coba itung, sudah berapa kali kamu niduri Kakak minggu ini? Lebih banyak kan daripada tidur dengan Aya!
Azzam tercenung, lalu mengangguk. Iya, bener juga ya... baru kemarin mereka main. Dan sekarang, Azzam sudah minta lagi. Tapi nggak apa. Habis tubuh Kak Haifa seksi banget sih, bikin aku jadi pengen terus. Lagian, Aya juga nggak keberatan. Iya kan, Sayang? teriak Azzam pada Aya.
Tau ah! Bodoh! sahut Aya tanpa menoleh.
Nah, Kakak dengar sendiri kan? Jadi bagaimana, Kak Haifa mau? sambil berkata, Azzam memindah tangannya, mengelus paha dan pinggul Haifa yang masih tertutup baju panjang. Tapi karena kain itu sedikit tipis, Azzam jadi bisa merasakan kulit paha Haifa yang halus dan mulus, membuatnya semakin terangsang dan tak tahan.
Aku tolak pun, kamu pasti akan memaksa. Jadi, ya... terserah kamu lah! Haifa mengedikkan bahunya dan mengangguk.
Tersenyum senang, Azzam segera mencium bibir kakak iparnya itu. Terima kasih, Kak. ucapnya sambil dengan cepat membuka kancing baju panjang yang dikenakan oleh Haifa.
Menoleh kepada Aya, dada Haifa terasa bergemuruh, dirasakannya semua bulu kuduknya berdiri. Sensasi ini telah lama ia rindukan, main dengan Azzam di depan Aya! Sebelumnya mereka lebih sering main berdua, sendiri-sendiri, di kamar yang berlainan; Azzam dengan dirinya, sedangkan Aya dengan ustad Ferry. Tidak pernah dalam satu ruangan seperti sekarang ini. Meski Aya tidak menolak, tapi Haifa tahu kalau adiknya itu memperhatikan apa yang tengah ia lakukan bersama Azzam. Namun karena tidak ada protes dari gadis itu, Haifa pun meneruskannya. Pasrah, ia biarkan jari-jari Azzam yang nakal bermain-main di atas gundukan bukit kembarnya.
Azzam yang sepertinya mendapatkan angin dari sang istri, sepertinya juga tidak mau buru-buru. Meski sudah sangat terangsang, ia tidak lepas kendali dengan menelanjangi Haifa cepat-cepat. Dinikmatinya tubuh molek sang kakak ipar inci demi inci, pelan-pelan, satu per satu, bagian demi bagian. Dimulai dari buah dada Haifa yang bulat dan montok. Dengan sabar Azzam meremas-remasnya. Tangannya menangkup benda padat itu, dua-duanya. Meski masih tertutup beha, tapi ia bisa merasakan teksturnya yang empuk dan kenyal saat memijitnya.
Oughh... Zam! rintih Haifa saat Azzam terus mempermainkan payudaranya. Dalam beberapa detik, deru nafasnya mulai tidak teratur akibat perbuatan sang adik ipar. Susah payah Haifa berusaha menahan gejolak dalam dirinya, tapi mana bisa kalau tanpa menepis tangan Azzam yang kini bergerak semakin liar!
Tidak menjawab, Azzam perlahan membuka jilbab lebar yang dikenakan oleh Haifa. Awalnya Haifa mencoba untuk menahan tangan pemuda itu, tapi Azzam segera menepisnya. Ssst... aku nggak ingin nambah dosa, Kak. bisiknya. Haifa pun menyerah. Dibiarkannya Azzam menarik kain merah itu hingga rambut panjangnya kelihatan.
Kakak cantik, Azzam mengusap rambut Haifa sebentar sebelum meraih dagu perempuan cantik itu dan mendekatkan mulutnya, mengecup bibir tipis Haifa.
Bergetar hati Haifa saat menerimanya. Perlahan ia membuka bibirnya dan mengulum lidah Azzam yang menerobos masuk. Dengan cepat ia larut dalam pagutan panas itu, terlihat dari mata Haifa yang tertutup rapat dan dengus nafasnya yang semakin cepat. Di bawah, dengan kedua tangannya, Azzam berusaha menarik turun baju panjang Haifa. Tanpa perlawanan, Haifa membiarkannya. Tubuh moleknya sudah setengah telanjang sekarang. Hanya tersisa bra putih tipis yang menutupi payudara montoknya. Dan itupun tidak bertahan lama, karena sembari terus berciuman, Azzam mencari pengaitnya di punggung Haifa. Dan begitu sudah ditemukan, segera dibukanya dengan cepat. Beha itu jadi kendor sekarang, sedikit menumpahkan payudara Haifa yang bulat padat ke bawah. Perlahan Azzam menurunkan tali penyangga yang melingkar di atas pundak Haifa, ditariknya ke samping, lalu disentakkannya ke depan begitu cepat.
Haifa sedikit terhenyak saat bukit kembarnya yang masih kencang, bulat dan padat, terburai keluar. Aih. ia sedikit memekik, ingin menutupinya, tapi tangan Azzam sudah keburu mencegahnya. Laki-laki itu dengan nanar menatap puting Haifa yang mengacung tegak menantang, sebelum akhirnya merabanya tak lama kemudian.
Ah, Zam aku malu, lirih Haifa.
Malu? Bukankah sudah sering kakak telanjang di depanku. kata Azzam tak mengerti, jalan pikiran wanita memang begitu membingungkan.
Iya, tapi tidak di luar seperti ini. Haifa melirik Aya yang masih tampak sibuk dengan pekerjaannya.
Kak Haifa sungkan sama Aya? tanya Azzam.
Haifa mengangguk.
Azzam tertawa. Dan sebelum dia berkata, Aya sudah memotong duluan. Nggak usah sungkan, Kak. Aku nggak apa-apa kok.
Azzam tertawa semakin lebar, sementara Haifa tersenyum malu-malu dengan muka memerah. Ah, baiklah kalau begitu. katanya.
Baiklah apanya, Kak? goda Azzam. Tangannya masih hinggap di gundukan bukit kembar Haifa, dan tak henti-henti meremas benda bulat padat itu.
Ah, kamu! Masa harus dikatakan! sahut Haifa, wajah cantiknya berubah jadi agak memerah.
Hehe, iya, Kak. tersenyum gembira, Azzam mengambil tangan kiri Haifah dan kemudian diletakkannya di bawah perut, tepat di atas gundukan penisnya.
Hm, Zam! masih sedikit malu-malu, Haifa mengelus-elus batang itu dari luar celana, naik-turun, sambil sesekali menggenggam dan memencetnya pelan.
Sebentar mereka bertatapan, saling memandang, sebelum Azzam merengkuh bahu mulus Haifa dan perlahan-lahan merebahkannya ke sofa. Azzam mulai meraba kedua bukit kembar milik sang kakak ipar, sementara Haifah, memegang tangan Azzam. Bukan bermaksud untuk melarang, tapi malah ingin meminta agar Azzam segera memanjakannya. Mengangguk mengerti, Azzam segera mengecup tubuh Haifah. Dimulai dari leher jenjang wanita cantik itu, kemudian perlahan turun ke dua bukit kembar Haifa yang masih terlihat membusung indah meski dalam posisi tiduran, menunjukkan kalau benda itu benar-benar padat dan mengkal. Sambil meremas-remasnya, Azzam menjulurkan lidahnya dan mulia menjilat. Ia susuri permukaannya yang halus dan mulus, menggigit pelan di beberapa bagian, menekan-nekan dengan hidungnya, dan diakhiri dengan sedotan kencang di ujung putingnya.
Auwghh!! Terdengar erangan keras seorang wanita, yang tentu saja keluar dari mulut manis Haifa. Mendesis seperti kepedesan, kedua tangannya meraih rambut gondrong Azzam, sedikit menjambaknya, sebelum kemudian menekannya kuat-kuat agar Azzam semakin cepat menjilat di atas putingnya.
Dengan lidahnya, Azzam terus mempermainkan daging kemerahan itu; mulai dari mencucup, menghisap, sedikit menggigit, hingga menariknya kuat-kuat saat Haifa menjambak rambutnya semakin keras. Begitu terus bergantian, kiri dan kanan. Setelah keduanya basah dan mengkilat, barulah Azzam meneruskan gerilyanya. Lidahnya kini turun ke arah pusar Haifah, berputar-putar sejenak disana, sebelum semakin turun ke pusat sasaran, selangkangan kakak iparnya yang sempit dan legit.
Dengan cepat Azzam menelanjangi Haifa. Ditariknya baju panjang wanita cantik itu hingga terlepas, juga celana dalam merah berenda yang dikenakannya. Setelah Haifah telanjang, Azzam juga melepas bajunya sendiri. Setelah sama-sama bugil, dibiarkannya Haifah memegang penisnya sebentar -sekedar untuk mengagumi ukuran dan panjangnya- sebelum ia menurunkan tubuh dan berjongkok di depan kemaluan Haifah yang berbulu lebat.
Eh, Zam, kamu mau ngapain? selidik Haifah di atas sana, curiga dengan tingkah laku sang adik ipar.
Tidak menjawab, dengan tangan kanannya, Azzam menyingkap bulu lebat yang menutupi selangkangan Haifa, berusaha untuk menemukan pintu surganya.
Jangan. Zaam! Kotor! Ahhh... erang Haifah menahan gejolaknya. Ia tampak keberatan saat Azzam mulai menjilat vaginanya perlahan, tapi tidak sanggup untuk menolak. Sensasi yang diberikan oleh pemuda itu mustahil untuk dielakkan.
Azzam melirik zang kakak ipar, dilihatnya mata wanita itu terpejam rapat penuh kenikmatan. Ia pun meneruskan aksinya.
Zaam... uh, gila kamu! Ssshhh... ahhh... tapi enak! Aghhh... Haifa menjerit tertahan sembari menjambak rambut panjang Azzam. Lidah pemuda itu sudah menemukan klitorisnya sekarang, dan menjilat rakus disana. Azzam mencucup dan memilinnya sambil sesekali menghisap lembut, membuat Haifa kelojotan penuh kenikmatan.
Zaam, aku nggak kuat! Ughhh... rasanya mau pipis! teriak Haifa sambil berusaha menyingkirkan kepala sang adik ipar dari kemaluannya.
Tapi bukannya menjauh, Azzam malah semakin kuat membenamkan mukanya. Meski terasa agak sedikit sakit akibat jepitan paha Haifah, ia tidak peduli. Yang penting ia bisa mengantarkan istri ustad Ferry itu ke kenikmatan orgasme yang akan tiba sebentar lagi.
Achhh... emmmhhh... Zaamm! Essss... ahhh... menjerit tertahan, Haifa merasa seolah semua persendian di tubuhnya meluruh, memberinya sensasi nikmat yang tak mampu dicapai oleh pikirannya. Wanita cantik itu terkapar, tubuhnya nampak basah oleh keringat, sementara dari liang kemaluannya, meleleh cairan orgasme yang amat banyak.
Tersenyum, Azzam memeluknya. Dielusnya rambut dan kepala Haifah. Sementara Haifah yang kehabisan nafas, cuma bisa memejamkan mata sambil terdiam. Dibiarkannya tangan nakal Azzam kembali bermain-main di puncak payudaranya.
Di luar, terdengar suara motor ustad Ferry berhenti di depan rumah. Laki-laki itu baru pulang dari musholla. Haifa, istrinya, masih mampir sebentar di toko seberang jalan untuk beli sesuatu. Begitu masuk ke dalam, langkah sang Ustadz langsung terhenti.
Ohh...!! Betapa kagetnya dia saat dari balik almari buku yang membatasi ruang tamu dengan ruang keluarga, matanya melihat Aya yang tidur telentang di sofa. Bukan karena ada yang aneh -Aya sudah sering tidur di sofa itu- namun yang membuat langkah ustadz Ferry terhenti adalah posisi tidur Aya yang begitu menggiurkan.
Istri Azzam itu menyandarkan kakinya tinggi-tinggi ke sandaran sofa, membuat rok satinnya tersingkap hingga ke perut, menampakkan betis dan pahanya yang putih mulus. Bahkan kalau diperhatikan lebih jeli, juga bokong Aya yang bulat montok, yang masih terbalut celana dalam warna putih. Dengan jantung berdebar kencang, mata Ustad Ferry menelusuri, mulai dari betis, lalu naik ke paha, dan akhirnya berhenti di pantat Aya yang membulat indah. Meskipun dia sudah sering melihat Aya telanjang, namun tak urung pemandangan ini membuat gejolak birahinya mengalir deras.
Ck-ck-ck... Aya, Aya, kenapa tubuhmu begitu menggoda? batin ustad Ferry *dalam hati sambil menggeleng-gelengkan kepala. Cukup lama dia memandangi paha mulus Aya sambil tiada henti berdecak kagum.
Eh, papa ngapain? Haifa yang baru masuk rumah menegur, mengagetkannya.
Eh, mm... ini... mm... ustad Ferry menjawab gugup.
Hayo! Ngintip Aya lagi yah... ih, papa nakal!! bisik Haifa pelan sambil mencubit perut sang suami.
Ustad Ferry terkikik geli. Mmm... habisnya, siapa yang nggak tergoda lihat Aya kayak gitu. dia menunjuk Aya yang tidur telentang di sofa dengan rok tersingkap pada sang istri.
Eitt... ih, papa genit! Haifa berkelit saat ustad Ferry memeluk tubuhnya dari belakang. Bentar, aku betulin rok Aya dulu. kata Haifa sambil berusaha melepas pelukan sang suami.
Mmm... Nggak boleh. Aku pengen tubuh mama sekarang. bisik ustad Ferry, tetap merangkul erat tubuh sintal sang istri. Sementara matanya masih lekat memandang kemontokan bokong Aya yang masih terlelap di depan sana.
Tiap habis ngintip Aya, pasti jadi kayak gini. keluh Haifa, agak jengkel tapi juga suka. Memang, cukup sering ustad Ferry mengintip Aya -baik dalam keadaan telanjang maupun baju tersingkap seperti sekarang- dan ujung-ujungnya, laki-laki itu akan langsung menarik Haifa untuk diajak bercinta dengan sangat menggebu-gebu. Haifa tentu saja sangat suka dengan momen-momen seperti ini karena dia akan sangat terpuaskan.
Adikmu itu bener-bener sexy ya, Ma? sambil meremas pelan payudara sang istri, mata Ustad Ferry tidak lepas dari bokong montok Aya.
Iya, siapa dulu dong kakaknya! bisik Haifa manja.
Uh, bener-bener gadis yang sempurna. Mata sang Ustad semakin jalang.
Ih, ada yang bergerak di bokong mama nih, bisik Haifa pelan sambil menggesekkan pantatnya yang lebar pada penis ustad Ferry yang sudah menegang dahsyat.
Uuh... desah sang Ustad. Ia makin menekan penisnya ke bokong bulat sang istri. Sambil terus menikmati pemandangan bokong indah Aya, ia mulai menciumi pipi dan telinga Haifa. Ma, papa pengen nih. bisiknya mesra.
Aahh... jangan di sini, Pa. Nanti Aya bangun. desah Haifa, tubuh montoknya menggeliat pelan.
Nggak apa-apa, Ma. Biar aja dia bangun, kita ajak main sekalian, seperti biasa. bisik ustad Ferry sambil semakin liar menciumi pipi dan telinga istrinya, sementara matanya masih memandang nanar pada bokong bulat Aya.
Aaahhh... terserah papa aja! Haifa menggeliat pasrah kegelian karena tangan sang Ustad mulai kembali meremas-remas payudaranya.
Dengan liar, tangan ustad Ferry menyelusup ke balik kemeja sang istri. Ia preteli kancing baju Haifa satu per satu dan mengangkat BH wanita cantik itu ke atas -mengeluarkan payudara Haifa yang bulat besar- lalu meremas-remasnya dengan penuh nafsu, dengan mata tetap lekat memandang paha dan bokong indah Aya. Dia juga terus menggesekkan penisnya yang semakin menegang ke pantat bulat Haifa yang masih terbalut rok panjang berenda.
Papah! desah Haifa pelan sambil menggerakkan pinggulnya, menyambut gesekan penis sang suami.
Aarrgghh... ustad Ferry mengerang sambil menggigit lembut tengkuk sang istri, membuat bulu kuduk Haifa berdiri. Tangannya yang satu mulai menyusup ke dalam rok panjang wanita cantik itu.
Eeuhh... Paaa! Haifa menggeliat mendongakkan kepala ketika tangan nakal ustad Ferry mulai meremas vaginanya yang masih terbungkus celana dalam. Dengan cepat ia memasukkan tangan ke dalam rok lalu menarik dan melepaskan celana dalamnya, membuat tangan ustad Ferry semakin bebas bergerak.
Mama bener-bener pinter. bisik sang Ustad. Tangannya mulai mengelus dan meremas vagina Haifa yang sudah basah licin.
Aaahh... Papaaa! Haifa menggeliat sambil melebarkan pahanya, memberi ruang agar tangan sang suami bisa meremas seluruh vaginanya. Tangannya menjulur ke atas, meraih kepala ustad Ferry yang asyik menjilati tengkuknya, membuat dadanya yang* bulat indah kian membusung ke depan.
Ssss... aaahh... desah Haifa menikmati semua aktivitas sang Ustad pada tubuhnya.
Sambil terus menjilati tengkuk sang istri, tangan kiri ustad Ferry meremas-remas payudara Haifa, sedangkan tangan kanannya mengelus vagina wanita cantik itu. Rok panjang Haifa sudah tersingkap sampai perut, menampakkan kemaluan Haifa yang licin dan berbulu lebat. Dengan kondisi seperti itu, ustad Ferry makin leluasa mengelus maupun meremas vagina sang istri, sambil matanya terus memandang penuh nafsu ke arah bokong bulat Aya.
Melihat pemandangan tersebut, nafas ustad Ferry semakin memburu, dipeluknya tubuh montok Haifa begitu erat. Kini posisi mereka berdiri berhadapan sehingga payudara Haifa yang montok terhimpit di dada sang Ustad. Sambil terus memandangi bokong Aya, tangan ustad Ferry meremas kuat bokong istrinya. Dia membayangkan seandainya yang dia remas adalah bokong bulat Aya, sang adik ipar.
Haifa menurunkan tubuhnya dan berjongkok tepat di depan selangkangan sang suami. Dengan cekatan dia lepas ikat pinggang ustad Ferry dan menarik resluitingnya turun. Lalu menarik celana panjang sekaligus celana dalamnya sampai ke bawah. Seketika penis ustad Ferry yang sudah menegang maksimal menyembul dengan gagahnya, tepat di depan wajah cantik Haifa yang masih berbalut jilbab lebar. Setelah beberapa kali mengelus, Haifa memasukkan penis itu ke dalam mulutnya dan menghisapnya dengan rakus.
Aaaarrgghhh erang ustad Ferry pelan, matanya terpejam, berusaha meresapi kehangatan yang menyelimuti kepala penisnya, yang sekarang berada di dalam mulut manis sang istri. Dengan tangan kiri, dia berpegangan pada almari, sedangkan yang satunya memegangi kepala Haifa dan menggerakkannya maju mundur dengan cepat seiring kuluman wanita cantik itu.
Sambil menikmati hisapan Haifa pada penisnya, mata ustad Ferry kembali terbuka, memandangi tubuh molek Aya yang masih tertidur dengan posisi yang sangat menggairahkan di depan sana. Untuk merangsang sang istri, ustad Ferry menggerakkan kakinya. Dengan punggung telapak kaki, ia gesek-gesek vagina sempit Haifa yang jongkok mekangkang di depannya sehingga vaginanya benar-benar terekspose.
Uuhhmm Haifa langsung mendesah keenakan, ia semakin bersemangat mengulum penis sang Ustad, apalagi saat punggung kaki ustad Ferry mengenai kelentitnya, lendir vaginanya jadi keluar semakin banyak, bahkan sampai menetes-netes di lantai.
Aaaahh... Mamaa!! erang ustad Ferry, dia sudah tidak tahan lagi, kuluman istrinya terasa begitu nikmat. Segera diangkatnya tubuh molek Haifa dan dipeluknya dengan sangat bernafsu. Sambil diiringi ciuman bibir yang ganas dan panas, didorongnya tubuh Haifa mepet ke tembok. Ustad Ferry* mulai mendesakkan penisnya ke arah vagina sempit sang istri. Haifa menyambutnya dengan menopangkan kaki kirinya ke almari, membuka selangkangannya lebar-lebar untuk sang suami sehingga vaginanya benar-benar terekspose dengan jelas, siap menerima apapun perlakuan sang Ustad.
Arrrrggh ustad Ferry menggeram pelan ketika perlahan penisnya mulai mendesak masuk ke dalam vagina sang istri. Pelukannya semakin erat.
Eeeehh Haifa menyambut penis sang suami dengan memajukan pinggulnya, sehingga perlahan namun pasti, penis ustad Ferry tenggelam dalam cengkeraman vaginanya.
Uuuhh... Mamaa! ustad Ferry meremas bokong istrinya kuat-kuat ketika dia mulai menggerakkan penisnya keluar masuk di dalam vagina sang istri.
Eeeuuhh... tubuh montok Haifa bergetar kuat ketika sodokan penis sang suami pada vaginanya terasa semakin cepat dan kencang. Karena bokongnya dipegangi oleh ustad Ferry, ia jadi tidak bisa menggerakkan pinggulnya untuk mengimbangi. Haifa hanya bisa memeluk suaminya sambil melingkarkan kaki kirinya ke pinggang laki-laki itu saat gerakan pinggul sang ustad semakin keras dan liar.
Karena nafsunya sudah diubun-ubun, Haifa pun berteriak kencang tak lama kemudian. Aaahh... aaaahh... aaakkhhh... erangan dan desahan panjang keluar dari mulut manisnya, terdengar begitu syahdu mengiringi gelinjang tubuhnya saat menyambut gelombang orgasme yang datang menerjang secara cepat dan tiba-tiba.
Ustad Ferry yang merasakan vagina istrinya mencengkeram begitu kencang saat menyemburkan cairan cintanya, bukannya berhenti, malah makin mempercepat genjotannya. Tangannya semakin kuat memegangi bongkahan bokong montok Haifa. Sementara mulutnya menempel dan menyusu di bulatan payudara wanita cantik itu, menghisap dan mencucup putingnya yang merah merekah secara bergantian, kiri dan kanan.
Arrgghhhh aaaarrggghh !!! geraman ustad Ferry tertahan di tenggorokan ketika dia menyodok kuat vagina sang istri. Ia tekan penisnya dalam-dalam saat spermanya muncrat berkali kali ke dalam rahim Haifa. Mereka berpelukan erat sambil terpejam, menikmati orgasme masing-masing, kemudian terdiam. Beberapa kali tubuh mereka masih menggelinjang kecil menikmati sisa-sisa orgasme yang masih melanda.
Ehh... hh... hh... fiuhh! hanya desah nafas mereka berdua yang terdengar. Sementara di depan sana, seperti tidak terganggu sama sekali, Aya masih tetap terlelap dengan posisi tidurnya yang sexy.
***
Matahari masih bersinar terang sore itu saat Azzam pulang ke rumah. Dilihatnya Aya sedang sibuk menyetrika setumpuk cucian kering di ruang tengah. Disebelahnya, duduk di depan teve, tampak Haifa yang sepertinya asyik menonton acara Tausiyah. Bang Ferry tidak terlihat, tapi dari suara guyuran air di kamar mandi, sepertinya laki-laki itu sedang mandi.
Tumben sudah pulang, Zam? sapa Haifa ramah pada adik iparnya.
Azzam mengangguk. Iya, Kak. Badanku agak nggak enak, meriang. Mungkin mau flu.
Cepat istirahat aja. kata Haifa. Minta buatkan teh hangat sama Aya. tambahnya.
Iya, Kak. Azzam tersenyum dan menghampiri sang istri. Dipeluknya Aya dari belakang. Kamu dengar kan apa kata kakakmu? tanyanya menggoda.
Jangan ganggu, aku lagi nyetrika nih. ketus Aya.
Hei, suamimu ini lagi sakit lho. sergah Azzam.
Halah, sakit kok pake pegang-pegang segala! Aya melirik tangan Azzam yang perlahan melingkar di depan dadanya.
Hehe, Azzam tersenyum. Aku pengen, Sayang. dipencetnya payudara Aya bergantian, terasa sangat empuk dan kenyal sekali. Azzam menyukainya.
Nanti malem aja, Aya menyingkirkan tangan itu. Aku lagi sibuk! dengusnya.
Tidak ingin mundur, Azzam berganti posisi. Kali ini bokong bulat Aya yang jadi* *sasaran. Dengan nakal dibelainya daging montok itu.
Zam! Aya mendelik, jelas terlihat tidak suka.
Hei, kalau suami lagi pengen, istri nggak boleh menolak lho. ancam Azzam. Itu kata Nabi. tambahnya untuk meyakinkan.
Tapi Aya tetap tidak peduli. Dia terus berusaha menyingkirkan tangan Azzam dari atas tubuhnya. Aku capek, Zam. Tadi banyak kerjaan di kantor. Mengertilah sedikit. mohon Aya.
Aku juga capek, Sayang. Tapi aku menginginkanmu. Azzam terus memaksa. Kali ini mulutnya menyerbu, menyosor bibir tebal Aya dan melumatnya dengan rakus.
Hmph... Zam! sedikit berteriak, Aya mendorong tubuh laki-laki itu. Ciuman mereka terlepas. Kak Haifa, Azzam nih... nakal. manja Aya pada Haifa.
Haifa yang sedang menonton teve jadi ikut tertawa melihat ulah dua anak muda itu. Sudahlah, Zam. Kasihan Aya, nanti kan juga masih bisa. katanya kemudian.
Tapi aku pengennya sekarang, Kak. sahut Azzam.
Dasar keras kepala! sungut Aya sambil memalingkan mukanya dan kembali menekuri setrikaannya yang masih setumpuk.
Ayolah, Aya sayang. Azzam mencoba untuk merayu kembali. Dipegangnya pundak Aya.
Tidak! tapi Aya tetap bersikukuh pada pendiriannya. Entah kenapa, sore ini, ia begitu malas melayani Azzam. Biasanya ini tanda-tanda kalau siklus mens-nya bakal segera datang. Emosinya jadi gampang tersulut.
Azzam yang juga mengerti hal itu, dengan terpaksa mengurungkan niat. Tapi sebelum benar-benar mundur, dia melontarkan ancaman terakhir pada Aya. Baiklah, kalau kamu nggak mau. Aku minta sama Kak Haifa aja. gertaknya.
Silahkan, kalau Kak Haifa mau! di luar dugaan, Aya dengan enteng menanggapi, membuat Azzam jadi tak tahu harus berkata apa lagi. Ayo, lakukan sana! semprot Aya sinis, tangannya kembali lincah bermain di papan setrika.
Menghela nafas, Azzam akhirnya berkata. Baiklah, tapi jangan nyesel ya kalau nanti malam kamu nggak aku urus. sehabis berkata, Azzam memutar tubuhnya dan melangkah mendekati Haifa yang memandangnya sambil tersenyum.
Kenapa, nggak dikasih ya? tanya wanita cantik itu.
Iya nih. Lagi badmood dia. Azzam duduk di sebelah Haifa dan membelai lembut tangan kakak iparnya. Kakak bisa bantu aku kan? tanyanya kemudian, sedikit memaksa, tidak ingin ada penolakan.
Haifa tertawa. Kamu itu, nggak bisa banget nahan nafsu. Coba itung, sudah berapa kali kamu niduri Kakak minggu ini? Lebih banyak kan daripada tidur dengan Aya!
Azzam tercenung, lalu mengangguk. Iya, bener juga ya... baru kemarin mereka main. Dan sekarang, Azzam sudah minta lagi. Tapi nggak apa. Habis tubuh Kak Haifa seksi banget sih, bikin aku jadi pengen terus. Lagian, Aya juga nggak keberatan. Iya kan, Sayang? teriak Azzam pada Aya.
Tau ah! Bodoh! sahut Aya tanpa menoleh.
Nah, Kakak dengar sendiri kan? Jadi bagaimana, Kak Haifa mau? sambil berkata, Azzam memindah tangannya, mengelus paha dan pinggul Haifa yang masih tertutup baju panjang. Tapi karena kain itu sedikit tipis, Azzam jadi bisa merasakan kulit paha Haifa yang halus dan mulus, membuatnya semakin terangsang dan tak tahan.
Aku tolak pun, kamu pasti akan memaksa. Jadi, ya... terserah kamu lah! Haifa mengedikkan bahunya dan mengangguk.
Tersenyum senang, Azzam segera mencium bibir kakak iparnya itu. Terima kasih, Kak. ucapnya sambil dengan cepat membuka kancing baju panjang yang dikenakan oleh Haifa.
Menoleh kepada Aya, dada Haifa terasa bergemuruh, dirasakannya semua bulu kuduknya berdiri. Sensasi ini telah lama ia rindukan, main dengan Azzam di depan Aya! Sebelumnya mereka lebih sering main berdua, sendiri-sendiri, di kamar yang berlainan; Azzam dengan dirinya, sedangkan Aya dengan ustad Ferry. Tidak pernah dalam satu ruangan seperti sekarang ini. Meski Aya tidak menolak, tapi Haifa tahu kalau adiknya itu memperhatikan apa yang tengah ia lakukan bersama Azzam. Namun karena tidak ada protes dari gadis itu, Haifa pun meneruskannya. Pasrah, ia biarkan jari-jari Azzam yang nakal bermain-main di atas gundukan bukit kembarnya.
Azzam yang sepertinya mendapatkan angin dari sang istri, sepertinya juga tidak mau buru-buru. Meski sudah sangat terangsang, ia tidak lepas kendali dengan menelanjangi Haifa cepat-cepat. Dinikmatinya tubuh molek sang kakak ipar inci demi inci, pelan-pelan, satu per satu, bagian demi bagian. Dimulai dari buah dada Haifa yang bulat dan montok. Dengan sabar Azzam meremas-remasnya. Tangannya menangkup benda padat itu, dua-duanya. Meski masih tertutup beha, tapi ia bisa merasakan teksturnya yang empuk dan kenyal saat memijitnya.
Oughh... Zam! rintih Haifa saat Azzam terus mempermainkan payudaranya. Dalam beberapa detik, deru nafasnya mulai tidak teratur akibat perbuatan sang adik ipar. Susah payah Haifa berusaha menahan gejolak dalam dirinya, tapi mana bisa kalau tanpa menepis tangan Azzam yang kini bergerak semakin liar!
Tidak menjawab, Azzam perlahan membuka jilbab lebar yang dikenakan oleh Haifa. Awalnya Haifa mencoba untuk menahan tangan pemuda itu, tapi Azzam segera menepisnya. Ssst... aku nggak ingin nambah dosa, Kak. bisiknya. Haifa pun menyerah. Dibiarkannya Azzam menarik kain merah itu hingga rambut panjangnya kelihatan.
Kakak cantik, Azzam mengusap rambut Haifa sebentar sebelum meraih dagu perempuan cantik itu dan mendekatkan mulutnya, mengecup bibir tipis Haifa.
Bergetar hati Haifa saat menerimanya. Perlahan ia membuka bibirnya dan mengulum lidah Azzam yang menerobos masuk. Dengan cepat ia larut dalam pagutan panas itu, terlihat dari mata Haifa yang tertutup rapat dan dengus nafasnya yang semakin cepat. Di bawah, dengan kedua tangannya, Azzam berusaha menarik turun baju panjang Haifa. Tanpa perlawanan, Haifa membiarkannya. Tubuh moleknya sudah setengah telanjang sekarang. Hanya tersisa bra putih tipis yang menutupi payudara montoknya. Dan itupun tidak bertahan lama, karena sembari terus berciuman, Azzam mencari pengaitnya di punggung Haifa. Dan begitu sudah ditemukan, segera dibukanya dengan cepat. Beha itu jadi kendor sekarang, sedikit menumpahkan payudara Haifa yang bulat padat ke bawah. Perlahan Azzam menurunkan tali penyangga yang melingkar di atas pundak Haifa, ditariknya ke samping, lalu disentakkannya ke depan begitu cepat.
Haifa sedikit terhenyak saat bukit kembarnya yang masih kencang, bulat dan padat, terburai keluar. Aih. ia sedikit memekik, ingin menutupinya, tapi tangan Azzam sudah keburu mencegahnya. Laki-laki itu dengan nanar menatap puting Haifa yang mengacung tegak menantang, sebelum akhirnya merabanya tak lama kemudian.
Ah, Zam aku malu, lirih Haifa.
Malu? Bukankah sudah sering kakak telanjang di depanku. kata Azzam tak mengerti, jalan pikiran wanita memang begitu membingungkan.
Iya, tapi tidak di luar seperti ini. Haifa melirik Aya yang masih tampak sibuk dengan pekerjaannya.
Kak Haifa sungkan sama Aya? tanya Azzam.
Haifa mengangguk.
Azzam tertawa. Dan sebelum dia berkata, Aya sudah memotong duluan. Nggak usah sungkan, Kak. Aku nggak apa-apa kok.
Azzam tertawa semakin lebar, sementara Haifa tersenyum malu-malu dengan muka memerah. Ah, baiklah kalau begitu. katanya.
Baiklah apanya, Kak? goda Azzam. Tangannya masih hinggap di gundukan bukit kembar Haifa, dan tak henti-henti meremas benda bulat padat itu.
Ah, kamu! Masa harus dikatakan! sahut Haifa, wajah cantiknya berubah jadi agak memerah.
Hehe, iya, Kak. tersenyum gembira, Azzam mengambil tangan kiri Haifah dan kemudian diletakkannya di bawah perut, tepat di atas gundukan penisnya.
Hm, Zam! masih sedikit malu-malu, Haifa mengelus-elus batang itu dari luar celana, naik-turun, sambil sesekali menggenggam dan memencetnya pelan.
Sebentar mereka bertatapan, saling memandang, sebelum Azzam merengkuh bahu mulus Haifa dan perlahan-lahan merebahkannya ke sofa. Azzam mulai meraba kedua bukit kembar milik sang kakak ipar, sementara Haifah, memegang tangan Azzam. Bukan bermaksud untuk melarang, tapi malah ingin meminta agar Azzam segera memanjakannya. Mengangguk mengerti, Azzam segera mengecup tubuh Haifah. Dimulai dari leher jenjang wanita cantik itu, kemudian perlahan turun ke dua bukit kembar Haifa yang masih terlihat membusung indah meski dalam posisi tiduran, menunjukkan kalau benda itu benar-benar padat dan mengkal. Sambil meremas-remasnya, Azzam menjulurkan lidahnya dan mulia menjilat. Ia susuri permukaannya yang halus dan mulus, menggigit pelan di beberapa bagian, menekan-nekan dengan hidungnya, dan diakhiri dengan sedotan kencang di ujung putingnya.
Auwghh!! Terdengar erangan keras seorang wanita, yang tentu saja keluar dari mulut manis Haifa. Mendesis seperti kepedesan, kedua tangannya meraih rambut gondrong Azzam, sedikit menjambaknya, sebelum kemudian menekannya kuat-kuat agar Azzam semakin cepat menjilat di atas putingnya.
Dengan lidahnya, Azzam terus mempermainkan daging kemerahan itu; mulai dari mencucup, menghisap, sedikit menggigit, hingga menariknya kuat-kuat saat Haifa menjambak rambutnya semakin keras. Begitu terus bergantian, kiri dan kanan. Setelah keduanya basah dan mengkilat, barulah Azzam meneruskan gerilyanya. Lidahnya kini turun ke arah pusar Haifah, berputar-putar sejenak disana, sebelum semakin turun ke pusat sasaran, selangkangan kakak iparnya yang sempit dan legit.
Dengan cepat Azzam menelanjangi Haifa. Ditariknya baju panjang wanita cantik itu hingga terlepas, juga celana dalam merah berenda yang dikenakannya. Setelah Haifah telanjang, Azzam juga melepas bajunya sendiri. Setelah sama-sama bugil, dibiarkannya Haifah memegang penisnya sebentar -sekedar untuk mengagumi ukuran dan panjangnya- sebelum ia menurunkan tubuh dan berjongkok di depan kemaluan Haifah yang berbulu lebat.
Eh, Zam, kamu mau ngapain? selidik Haifah di atas sana, curiga dengan tingkah laku sang adik ipar.
Tidak menjawab, dengan tangan kanannya, Azzam menyingkap bulu lebat yang menutupi selangkangan Haifa, berusaha untuk menemukan pintu surganya.
Jangan. Zaam! Kotor! Ahhh... erang Haifah menahan gejolaknya. Ia tampak keberatan saat Azzam mulai menjilat vaginanya perlahan, tapi tidak sanggup untuk menolak. Sensasi yang diberikan oleh pemuda itu mustahil untuk dielakkan.
Azzam melirik zang kakak ipar, dilihatnya mata wanita itu terpejam rapat penuh kenikmatan. Ia pun meneruskan aksinya.
Zaam... uh, gila kamu! Ssshhh... ahhh... tapi enak! Aghhh... Haifa menjerit tertahan sembari menjambak rambut panjang Azzam. Lidah pemuda itu sudah menemukan klitorisnya sekarang, dan menjilat rakus disana. Azzam mencucup dan memilinnya sambil sesekali menghisap lembut, membuat Haifa kelojotan penuh kenikmatan.
Zaam, aku nggak kuat! Ughhh... rasanya mau pipis! teriak Haifa sambil berusaha menyingkirkan kepala sang adik ipar dari kemaluannya.
Tapi bukannya menjauh, Azzam malah semakin kuat membenamkan mukanya. Meski terasa agak sedikit sakit akibat jepitan paha Haifah, ia tidak peduli. Yang penting ia bisa mengantarkan istri ustad Ferry itu ke kenikmatan orgasme yang akan tiba sebentar lagi.
Achhh... emmmhhh... Zaamm! Essss... ahhh... menjerit tertahan, Haifa merasa seolah semua persendian di tubuhnya meluruh, memberinya sensasi nikmat yang tak mampu dicapai oleh pikirannya. Wanita cantik itu terkapar, tubuhnya nampak basah oleh keringat, sementara dari liang kemaluannya, meleleh cairan orgasme yang amat banyak.
Tersenyum, Azzam memeluknya. Dielusnya rambut dan kepala Haifah. Sementara Haifah yang kehabisan nafas, cuma bisa memejamkan mata sambil terdiam. Dibiarkannya tangan nakal Azzam kembali bermain-main di puncak payudaranya.