Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERPEN Pak Ujang

begawan_cinta

Guru Semprot
Daftar
27 Oct 2023
Post
541
Like diterima
9.216
Bimabet
Siapakah Pak Ujang? Lelaki paruh baya ini berumur sekitar 50 tahun. Pertama kali dia datang ke rumahku dengan wajah memelas.

Aku pikir dia adalah seorang pengemis, karena kulihat orangnya lusuh dan pakaian yang dipakainya juga dekil.

Setelah kuingat-ingat aku baru sadar bahwa aku pernah bercerita pada tetanggaku bahwa aku ingin mencari seorang tukang kebun.

Aku melihat suasana rumahku sekarang begitu semraut. Banyak tanaman yang dulu sangat rajin aku merawatnya, kini banyak yang layu dan bahkan mati. Rumput liar juga banyak tumbuh di pekarangan rumahku.

"Apakah Bapak masih kuat bekerja?" tanyaku meragukan Pak Ujang supaya dia bisa kutolak secara halus jika jawabannya tidak memuaskanku.

"Masih Mbak... eh, Ibu..."

Lucu juga ternyata Pak Ujang ini pikirku, dan katanya dia mempunyai seorang anak yang ideot karena dulu lahir kurang bulan, aku jadi kasihan padanya.

Aku Cinta, umurku 28 tahun. Aku sudah menikah kurang lebih 3 tahun yang lalu, tetapi sampai hari ini aku belum ada tanda-tanda akan hamil.

Suamiku, Wandi berumur 30 tahun termasuk pekerja keras kalau dia tidak mau dibilang 'workakholic', sehari-harinya habis waktunya di depan komputer.

Aku mencintai suamiku. Maka itu dengan telaten aku merawat tubuhku yang berperawakan langsing dengan kulit putih rambut hitam sebahu itu.

Aku terbilang cantik dengan tinggi 165 sentimeter, buah dadaku berukuran medium, aku bangga akan keindahan tubuhku.

Seperti pasangan muda pada umumnya kegiatan seks kami pada awal-awal pernikahan kami selalu menggebu-gebu. Tiada hari tanpa bercinta dan aku selalu dibuat puas oleh suamiku.

Penis suamiku lumayan besar dan panjang menurutku, berkisar antara 15 sampai 16 sentimeter kalau menembakkan spermanya seperti peluru yang memberondong rahimku.

Tetapi aneh, kenapa aku tidak hamil-hamil?

Sampai suatu malam saat aku sedang mengulum penis suamiku sambil rambutku dibelai-belai, suamiku berkata padaku, “Cinta… kamu jangan kaget ya say..., Kakak pikir kamu harus mulai mengetahuinya sekarang,”

“Ada apa sih say…??” tanyaku melepaskan dari mulutku batang besar yang sedang kukulum.

“Kakak tadi tes ke dokter spesialis andrologi untuk mengetahui kesuburan benih Kakak, kamu tau kan kalau selama ini sudah 3 tahun kita menikah tapi kamu belum hamil?” jawabnya. “...dari hasil tes ternyata Kakak mandul, sperma Kakak tidak mengandung ‘zigot’ untuk membuatmu hamil.”

Jujur pada saat itu aku langsung memeluk suamiku karena dia menangis.

Aku membelai rambutnya dan sangat menyayanginya, aku sangat mencintainya, aku memberikan harapan dan pikiran positif untuk membesarkan hatinya.

Kami mulai mencari solusi dan metode yang dapat meningkatkan kesuburan suamiku.

Sebulan... dua bulan... tiga bulan berlalu…, satu tahunpun telah lewat, suamiku bukan bertambah semangat, melainkan ia bertambah putus asa, dia menenggelamkan diri dalam pekerjaannya.

Semakin lama dia semakin cuek pada diriku. Aku mengerti perasaan dan kekecewaan pada dirinya sendiri.

Aku terus mencoba memberikan dukungan moral padanya, tapi justru dari hari ke hari dia semakin mengucilkan dirinya dan menjauhi diriku.

Lama kelamaan aku menjadi tidak tau harus berbuat apa, aku hanya terdiam dan menyibukkan diri dengan kegiatan sebagai ibu rumah tangga, masak memasak menjadi pilihanku.

Pagi dan siang hari rumahku selalu ramai dikunjungi ibu-ibu yang mau belajar masak lauk pauk dan kue, selain menambah pendapatan aku, juga menghibur diriku yang merasa sepi dikucilkan suami.

Aku selalu tertawa terpingkal-pingkal melihat ulah kenakalan anak-anak yang ikut serta diajak mamanya, aku pingin memiliki anak yang lincah seperti itu, aku selalu berkata seperti itu dalam hatiku.

Aku perhatikan semakin lama ibu-ibu yang datang belajar semakin banyak, suamiku sendiri setiap hari tingkahnya menjadi-jadi.

Sering pulang tengah malam, aku sering takut ditinggal sendirian di rumah apabila telah malam, rumah telah sepi, hanya ada aku sendiri dan televisi yang menemaniku.

Sering aku tertidur di kursi sofa ruang tamu. Aku sering menangis sendiri mengingat suamiku yang tega membuatku merasa sendiri dan sepi.

Kalaupun dia pulang tengah malam aku tetap menyapa dia dan aku sediakan makan malam walaupun dia diam seribu bahasa, aku menghibur hatiku dengan gelak tawa ibu-ibu dan anak-anak.

Sampai suatu pagi aku bangun tidur aku menyusuri perkarangan rumahku... aku memutuskan, aku harus mencari seorang tukang kebun melihat kondisi halaman rumahku yang semrawut… tentu saja aku konsultasi dulu dengan suamiku.

Setelah berpikir sejenak aku mempersilahkan Pak Ujang masuk, aku mempersilahkan Pak Ujang untuk duduk di ruang tamu rumahku.

“Apakah Bapak boleh minta makan?” kata Pak Ujang. “Bapak belum makan sejak pagi...”

Selain aku memberi makan Pak Ujang, aku juga memberikan peralatan mandi untuknya. Aku mencari baju bekas yang sudah lama tidak dipakai suamiku.

Pak Ujang tersenyum.

“Kenapa Pak?” aku bertanya.

”Bapak sudah lama gak menerima kebaikan seperti ini…”

Kebiasaanku memakai celana pendek dan tanktop di rumah membuatku tidak sadar kalau sekarang ada laki-laki lain di rumahku yang memperhatikanku.

Aku baru tersadar dan malu saat melihat sorot mata Pak Ujang. Tetapi suasana segera mencair dan akrab karena Pak Ujang pandai membuatku tertawa dan tersenyum saat kami bicara sambil Pak Ujang membersihkan dan merapikan tanaman, memberikan pupuk dan menebang dahan yang lapuk.

Akupun memutuskan seminggu ini aku ingin istirahat dan santai, tidak menerima ibu-ibu latihan memasak seminggu ke depan.

Aku ingin membersihkan isi rumah agar rapi dan indah, karena sudah ada yang menemani pekerjaanku di saat-saat aku penat aku bisa duduk di teras rumah memperhatikan Pak Ujang yang sedang bekerja.

Aku mulai suka dengan pribadi Pak Ujang yang pandai mencari cerita dan bahan tertawaan dari pengalaman hidupnya yang cukup menggelikan dan menakutkan.

Kadang membuat aku hampir keluar air mata karena sedih, tapi juga kadang tertawa terpingkal-pingkal.

Seperti pagi itu aku bangun tidur aku bisa melihat Pak Ujang sedang sibuk bekerja membersihkan rumput dan daun-daun kering serta memotong ranting-ranting, setelah itu Pak Ujang berjalan menuju pohon mangga…

Ohhh... astagaa... Pak Ujang mengeluarkan kontolnya dari celananya hendak buang air kecil.

Awalnya aku malu melihatnya, tapi selanjutnya aku penasaran, karena selama ini aku belum pernah melihat kontol laki-laki lain selain kontol suamiku.

Aku betul-betul kaget, milik Pak Ujang cukup besar padahal itu pada saat dia buang air kecil, bagaimana kalau lagi ereksi ya, batinku… sehingga membuat aku melihat Pak Ujang sampai selesai buang air kecil dan menyimpan kembali kontolnya ke dalam celananya.

Penglihatanku tadi cukup membuat aku terganggu, karena sudah beberapa bulan ini aku tidak pernah melakukan hubungan intim dengan suamiku. Vaginaku benar-benar dibuat basah oleh Pak Ujang.

Hujan deras dan petir yang menggelegar siang itu membuat aku yang tidur di sofa tiba-tiba terbangun dan entah kenapa aku tidak merasa kaget melihat Pak Ujang sedang berdiri di depan sofa.

Aku malahan memberikan tanganku pada Pak Ujang untuk menarik aku bangun dari sofa. Aku lupa kalau aku sedang memakai daster pendek selutut kemungkinan tadi Pak Ujang sudah melihat celana dalamku.

Mungkin dia sangat bernafsu dengan aku, pikirku. Pak Ujang pasti sedang membayangkan rudalnya yang masuk ke lubang di selangkanganku.

Aku khawatir lubang vaginaku tidak dapat menampung rudal Pak Ujang yang besar dan berurat itu sehingga membuat vaginaku terasa berdenyut-denyut mengeluarkan cairan becek.

“Buk...”

“Pak Ujang jangan panggil aku Buk,” kataku. “Panggil aku Cinta saja.”

“Non... Non Cinta...” kata Pak Ujang membuat aku tertawa terpingkal-pingkal, sehingga tanpa kurasakan tubuhku sudah dalam pelukan Pak Ujang. “Bapak sayang Non...” kata Pak Ujang.

Betapa tidak tahu dirinya Pak Ujang, berani-beraninya dia sayang padaku, tetapi aku tidak berkata demikian pada Pak Ujang.

Aku menerima senyuman Pak Ujang apa adanya. Aku menerima pelukan Pak Ujang, dan ohhh... Pak Ujang mencium pipiku.

“Non cantik...” kata Pak Ujang.

“Apakah Pak Ujang tidak takut dengan suamiku?” tanyaku.

“Bapak tau kok, Non... kalau suami Non itu tidak sayang sama Non yang secantik ini...”

Hembusan napas Pak Ujang membuat aku bergidik. Salahku juga sih, kenapa aku tidak menolak, bisikku dalam hati, sekarang sudah terlambat, ketika tiba-tiba bibir Pak Ujang sudah berada di depan bibirku.

Akhirnya aku memutuskan yang benar-benar tidak masuk diakal, memberikan Pak Ujang mencumbuiku.

Pak Ujang merobohkan tubuhku di sofa. Pelan-pelan Pak Ujang memasukkan tangannya ke balik dasterku menarik celana dalamku.

“Oohhhh... tidakkk...”

Tetapi sudah terjadi. Lidah dan kumis Pak Ujang menyapu vaginaku dengan lembut dan hangat, begitu lama dan lembut dia menjilat vaginaku.

Yang aku heran, aku sangat menikmatinya sewaktu lidah Pak Ujang menerobos memasuki lubang vaginaku, lidahnya terasa kasar dan besar.

Aku menggigit bibirku sendiri. Dia sengaja mempermainkan lubang vaginaku dengan lidahnya.

Ohhh... desisku dalam hati.

Aku tidak tau kapan, lubang vaginaku sudah ditekan oleh rudal Pak Ujang yang hangat. Awalnya aku deg-degan merasa rudalnya yang sangat besarrrr....

Vaginaku seakan-akan terbelah dan sangat nyeriii… rudal yang sangat keras itu terus memasuki diriku tanpa ampun.

Terasa seluruh dinding vaginaku sesak oleh desakan rudal itu, terussssssss…. jauh memasuki tubuhku sampai di bagian yang belum pernah dimasuki oleh suamiku, ohh... tidakkkkkkkk.....!!!!

Panjang banget…. desisku dalam hati, sampai mentok ke rahimku.

Pak Ujang menghentikan tusukkannya setelah ujung kontolnya menyentuh rahimku. Rupanya dia ingin menikmati saat-saat menyatunya kelamin kami.

Lama aku menunggu apa yang akan dilakukan Pak Ujang pada kelaminku, terasa rudalnya makin mengeras dan berdenyut-denyut kencang dalam vaginaku, sementara vaginaku mulai bertambah becek…

Kemudian Pak Ujang mulai menarik dan memasukkan rudalnya, aku ingin merintih dan menjerit karena nikmat tapi tertahan karena menjaga harga diriku, aku menikmati vaginaku dikawini dengan lembut dan mesra oleh tukang kebunku.

Rudalnya begitu pelan dan lembut keluar-masuk mengawini kelamin betinaku, entah mengapa aku menangis pelan, Pak Ujang mengetahuinya dan mengusap air mataku.

Pak Ujang menciumku. Aku mulai membuka mataku menatap sayu ke mata Pak Ujang. “Pelan-pelan ya Pak...” kataku lirih. “Rudal Bapak ukurannya sangat besarrrr...”

“Tapi Non suka kan...?”

“Suka apa... kalau Bapak tidak memaksa...” kataku tidak malu-malu lagi.

Aku mulai menjerit merasakan nikmat saat Pak Ujang menarik dan memompa vaginaku dengan agak cepat, sambil berkata, ”Memek Non sempit banget, putih lagi gak ada jembutnya, Bapak suka, memek Non tebel...”

Aku tambah horny dikatakan seperti itu oleh Pak Ujang. Pak Ujang terus mengawiniku, “Pakkk....” pekikku. “Cinta mau dihamili sama Bapak... Cinta mau hamil Pak… berikan Cinta anak, Pak...”

Pak ujang dengan semangat memompa vaginaku, lalu membuka kaosku dan menanggalkan BH-ku, sehingga tubuhku bugil tak bersisa di hadapan Pak Ujang.

Pak Ujang mencium payudaraku dan menjilat puting susuku yang berwarna coklat lancip sebesar ujung jari telunjuk itu.

Akibatnya membuat tubuhku menggigil tidak bisa diam dan bergerak bersama kontol Pak Ujang yang terus menikam lubang vaginaku yang sudah sangat becek.

Plakk... plokk... plakk... plokkk... plakk...

Kemudian Pak Ujang menyemburkan spermanya, crrooottt... crrooott... crrooott... oooohhhhh... vaginaku terasa hangat… nikmat!!! Aku melayang tinggi serasa di atas awang...

“Ohh... Nonnn... kontol Bapak tidak usah dicabut sampe malem ya...” kata Pak Ujang manja.

Aku memeluk Pak Ujang dengan erat.

Kini aku sedang menunggu kelahiran buah hasil perkawinanku dengan Pak Ujang. Aku sedang hamil sudah hampir 8 bulan.

Bagaimana dengan suamiku ketika ia mengetahui aku hamil dari sperma seorang tukang kebun? Kita tidak usah membicarakannya lagi. (.)(.)
 
Terakhir diubah:
dengan pak ujang akhirnya nikah atau tetap selingkuh tapi diketahui suami
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd