Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Pacarku Berondong Seksi

NyonyaM

Suka Semprot
Daftar
12 Oct 2023
Post
4
Like diterima
15
Bimabet
Permisiii para admin dan suhu yang keren-keren,

Sebagai salam perkenalan, mohon izin saya uplot langsung dua bab hari ini, ya.
Semoga suka dan ditunggu komen-komennya kalau mau dilanjut.

Terima kasih.
NyM.



Part Dua

Gue bergeser dikit memberinya space lebih. Mukanya sedatar injakan treadmill waktu gue ngelirik dari ujung mata gue. Karena dia nggak senyum gue juga males.

"Keya, right?"

Gue ngangguk tanpa repot nengok ke dia. Keringat gue sebagian sudah terhisap bulu-bulu di handuk yang gue bawa. Gue lihat cowok ini menelan ludah saat tangan gue mengeringkan bagian tengkuk dengan handuk. Dengan rambut yang gue kuncir model ekor kuda, tengkuk gue memang jadi terekspos sempurna. Tapi, gue nggak inget punya koreng atau borok yang bisa bikin dia jadi perhatian gitu sama tengkuk gue.

"Kenapa, ada yang salah?" tanya gue.

Dia mencebik, lalu menarik ujung bibirnya sedikit. Senyum.

"Lo pulang sendiri?" Dia balik tanya.

Pertanyaan yang bikin gue berhenti dari kegiatan gue ngelap-ngelap keringat. Dan sekarang gue jadi penasaran dong, buat ngelihatin ekspresi mukanya waktu nanya itu. Mau apa dia tahu gue pulang sendiri atau enggak?

"Kayaknya pulang kita searah. Mau bareng?"

Eh. Nggak pernah ngobrol, nggak pernah bertukar sapa, tahu-tahu ngajak pulang bareng. Dia nggak habis kegencet barbel, kan?

Gue menarik resleting dan menutup tas nge-gym gue dengan satu tarikan, sebelum membawanya ke pangkuan gue.

"Gue bisa pulang sendiri. Thanks." Gue berdiri dan pura-pura nggak peduli. Mencangklong tas di pundak lalu ngeloyor gitu aja. Gue nggak nyangka dia bakalan ikutan keluar juga, mengekor di belakang gue.

Dengan kaki-kakinya yang jelas jauh lebih panjang dari gue, sudah pasti dengan beberapa langkah saja dia sudah bisa menyamai gue.

"Nggak usah sungkan. Gue tahu lo nggak bawa kendaraan," desaknya.

Dih. Sekarang dia jadi detektif juga, sampai tahu kalau gue nggak bawa kendaraan? Terus dia kok kege-er-an banget sih, nganggap gue nggak mau bareng karena sungkan sama dia?

Gue mendengkus, masih enggan menanggapi. Dia nggak nyerah dong! Sekali pun gue tetap bergerak cepat dan berusaha berjalan mendahului dia. Tapi dengan satu dua langkah saja, dia sudah berhasil mengejar gue. Terus terang, gue nggak ngerti, ini anak maunya apa, sih? Gue tiba-tiba aja ngerasa kayak anak SMA yang dikejar-kejar adik kelasnya yang maksa minta kenalan. Sinting. Gue udah serenta ini loh, masak masih diangap abege juga?

Gue menerobos rombongan emak-emak shopaholic dengan paper bag di kiri kanan, yang memadati eskalator. Silver Gym memang terletak di lantai tiga mal yang selalu ramai sekali pun sudah lewat masa gajian. Makanya untuk turun ke lobby gue harus berjuang cukup keras melewati nyonya-nyonya dengan duit nggak berseri itu.

Gue masih bisa mendengar jeritan kecil para nyonya saat Aksa melewati mereka. Dengan kaos ketat tipis yang membungkus kulitnya yang bersih berkilau bak permata baru diasah dan bisep yang menonjol keluar, gue yakin nggak ada satu pun di antara wanita-wanita high class itu yang bisa menahan air liurnya untuk nggak menetes.

Gue lihat Aksa masih satu langkah di belakang gue. Gue menapak dan berjalan cepat saat telah sampai di lantai dasar dan bergerak menuju sisi lobby yang nggak terlalu ramai pengunjung. Tiba-tiba aja Aksa sudah ngeblok jalan dan berhenti tepat di depan gue.

Gue kaget. Muka gue menabrak dada bidang Aksa. Lipstik gue menempel di kaosnya. Sementara tangan gue nggak sengaja mendorong perutnya yang rata dan keras. Lekukan abs-nya yang terbentuk sempurna enam pak, kelihatan jelas seperti tumpukan roti sobek yang lezat banget dibalik kaos tipisnya yang membayang.

Fuck it! Kenapa gue jadi trembling gini?

"Ups!" katanya sambil tersenyum miring. "Jalannya pake mata, dong."

Setan. Lo yang ngeblok gue ya!

Gue makin gemetar. Gue nggak tahu kenapa ini anak jadi nyebelin banget. Gue pikir dia cuma datar aja. Rasanya tangan gue udah nggak tahan pengin nampol mukanya. Tapi gue tahan. Gue nggak mau marah-marah di sini. Gue nggak mau jadi pusat perhatian, terus digiring ke pos sekurity karena mengganggu ketenangan publik. Malu gila! Gue udah uzur berantem sama anak monyet kemaren sore gini?

"Gadis baik-baik biasanya nggak suka pulang malem sendirian," ucapnya dengan nada sinis seraya melirik jam tangannya sekilas.

Gue ngelawan matanya yang tajam dengan balas melototin dia.

Sok tahu! Siapa bilang gue nggak suka pulang malem sendirian? Siapa bilang gue gadis baik-baik? Siapa bilang gue masih gadis? Eh.

Gue udah nggak tahan lagi. Kesabaran gue udah sampai di ubun-ubun. Gue pengin ngumpat dia dengan umpatan paling kasar yang gue punya. Tapi nggak ngerti, yang keluar malah kayak gini.

"Heh, Gerobak Cireng! Minggir lo!" Gue menjerit sambil gue cubit aja pinggangnya keras-keras.

***

Anne ngakak kenceng pas gue selesai cerita. Bersamaan dengan berakhirnya coretan di kertas sketsa gue. Udahannya, gue yang bengong. Kenapa muka tengil si gerobak cireng yang nongol di situ!

"Cinta amat lo sama dia, sampe bisa gambarin mukanya sejelas itu!" Anne nyenggol bahu gue sambil ngikik kuda. Gue melototin gambar muka yang diduga keras Anne adalah milik Aksa. Coretannya emang belum sempurna. Tapi, lekuk dan pahatan wajahnya emang jelas itu muka dia. Gue aja bingung kenapa secepat gitu bisa hapal. Oh, pasti karena kejadian lanjutan di mal, yang males gue ceritain sama Anne.

Habis gue jerit gitu, spontan pengunjung dan satpam pada nengok ke gue. Gue nggak yakin maksudnya apa, tapi Aksa segera ngerebut dan meluk pinggang gue sambil ngomong dengan entengnya ke orang-orang itu, "Sorry, pacar gue lagi ngambek!" Lalu orang-orang yang pada kepo tadi pada manggut-manggut dan balik pada aktifitas masing-masing.

Sia-sia aja gue meronta. Aksa yang tingginya 180 dan bobot kurang lebih 72 kiloan itu, jelas lebih kuat. Apalah daya gue yang cuma setinggi 150 kotor dan berat jauh di bawah ideal , udah kayak anak koala aja gelantungan di lengannya.

Aksa ngerangkul pinggang gue dengan cueknya kayak nggak ada apa-apa yang terjadi di antara kita. Bahkan dia seperti nggak ngerasa apa-apa waktu gue cubit pinggangnya tadi. Dia jalan aja kayak biasa. Nggak peduli gue yang merengut kesel setengah mati sama dia. Tapi gue coba tahan, jangan sampai gue meledak lagi kayak tadi. Malu kan, seandainya ada klien gue yang lihat.

Sampai ke deket parkiran motor, baru dia ngelepasin gue. Brengsek. Kok gue nggak rela dilepasin gitu aja. Pelukannya ternyata enak.

"Lo mau apa sih?" Gue ngeredam sebel.

"Tunggu di sini." Suaranya datar tapi kedengaran lebih lembut.

Gue mendengkus.

Dia jalan sebentar ke arah deretan motor-motor yang diparkir berjejer dan balik sudah menunggangi sebuah motor sport hitam. Mukanya ketutupan helm sebagian. Cuma kelihatan mata dan hidung juga sedikit bibir atas yang bergerak saat dia ngomong sambil menggerakkan kepala, "Naik."

Gue masih ragu waktu Aksa nyodorin helm lain ke gue. Bentuknya aneh. Kayak helm yang dipakai pilot pesawat tempur zaman perang dunia ke dua. Nggak ada kaca, tapi di helmnya ada kaca mata besar. Cuma separo wajah. Gue nggak mau pake. Lagian, apa-apaan dia nyuruh-nyuruh gue? Pacar bukan, kenal juga baru. Jadi gue diem aja.

"Naik atau gue gendong ke atas motor!" suruhnya lagi. Sialan. Ini bocah udah kayak gue punya dosa apa sama dia. Sampai gue harus nurut aja gitu?

"Gendong aja!" tantang gue sambil balik badan, siap-siap pergi ngejauhin dia. Bodo amat. Kalo dia macem-macem, gue bisa jerit-jerit lagi. Masa iya nggak ada orang yang mau nolongin gue di parkiran segede gini?

Baru beberapa langkah, tanpa peringatan, gue ngerasa tangannya yang kuat nyambar dan peluk perut gue lagi. Kali ini dengan gerakan sangat cepat, dia memutar pinggang gue di dadanya. Kaki gue berakhir memeluk perutnya yang kencang. Muka gue seketika merah padam.

Gue shock! Gue teriakin nama dia. Gue pelototin. Refleks aja, tangan gue bergerak mau nampol mukanya yang udah deket banget ke muka gue karena dia lagi gendong gue. Tapi dia tangkap tangan gue. Dia malah nyengir. Bocah sinting! Tapi napasnya yang menyerbu muka gue kerasa hangat. Gue sempat terpana beberapa detik tadi. Sampai akhirnya gue sadar, waktu Aksa mendudukkan gue di jok motornya.

Alih-alih ngamuk karena perlakuan nggak masuk akal Aksa, kayak orang bego, gue malah bengong waktu dia pegang tangan gue sambil tiba-tiba bilang, "Keya, gue suka sama lo. Gue antar lo pulang. Boleh?"

Gila! Dia nembak gue? Di parkiran gini?

Gue nggak mau jawab. Masih kesel sebenernya sama dia. Tapi sekarang ditambah ada ge-ernya dikit. Ini bocah ternyata suka sama gue. Makanya tingkahnya jadi aneh. Udah nyulik, baru nanya boleh enggak antar gue pulang. Terus dia ngarepin gue jawab apa?

Gue pura-pura buang muka. Sampai akhirnya dia ngomong dengan suara kayak meringis gitu.

"Oke. Gue minta maaf."
.

.

BERSAMBUNG
 
Hhmmm penasaran... ini nyonya umur brp ya? Statusnya apa? Binor? Janda??
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd