Terasa ova meraba dada saya untuk memastikan posisi, dia pun berbaring disebelah saya. Kami hanya saling berdiam diri, gelap dan hanya suara gemuruh hujan yang kami dengar.
Ova : "jar, aku mau nanya"
Saya : "nama apa?"
Ova : "tadi itu ciuman pertama kamu ya"
Saya : "iya"
Ova : "kamu marah sama aku?"
Saya : "........."
Ova : "aku tau kamu marah, mungkin penilaian kamu ke aku pun gak sebaik diawal kita kenal, memang benar kata temen-temen dikelas maupun ucapan dari mantan-mantan aku, aku jablay"
Saya : "astaghrifullah ova, jaga omongan kamu itu, saya gak marah, hanya sedikit kecewa sama kamu, saya suka sama sifat kamu yang blak-blakan dan terbuka, itu bisa mengisi saya yang pendiam ini, tapi ada satu hal yang saya kurang suka sama kamu, kamu terbiasa menggunakan kata-kata kasar dan cenderung frontal malahan, satu lagi pesan saya buat kamu, jangan gampang melakukan hal seperti ini sama cowok ya, untung saya bisa kendalikan hawa nafsu"
Ova : "aku cerita panjang boleh?"
Saya : "boleh"
Ova : "ciuman pertamaku dulu waktu masih kelas 2 SMP sama mantan yang pertama, karena aku tau dia suka gombalin cewek lain akhirnya aku minta putus, pacaran kedua masih di kelas 2 SMP, seperti yang aku bilang sebelumnya, tiap ketemu dia cuma menganggap aku ini alat buat memuaskan nafsunya, disuruh ngocokin, disuruh ngulum sampai nelen spermanya, suatu hari dia mau memperkosa aku tapi gagal, ku dorong dia jatuh kepala terbentur sampai pingsan, pacaran ketiga waktu aku kelas 3 SMP, awalnya dia baik, perhatian tapi lama kelamaan gak ada bedanya sama pacar pertama dan kedua, akhirnya aku gak mau pacaran sampai sekarang ini, apa semua cowok memang begitu jar?"
Saya : "saya kan udah nasehatin kamu tadi waktu kamu cerita itu, intinya kamu harus jaga sikap, kalau bisa kamu berhijab ya mulai besok?"
Ova : "tapi nyatanya bundaku dicerai sama ayah, bunda kan juga berhijab"
Saya : "betul, itu kan mungkin karena masalah after married, bukan karena nafsu, kalau kamu pakai hijab semoga kedepannya kamu terhindar dari pandangan mata cowok yang punya niat jahat ke kamu, coba lihat mereka yang berhijab, terlihat lebih anggun dan pasti cowok segan buat deketin kamu", ova pun terdiam sejenak.
Ova : "kira-kira aku masih bisa merasakan bahagia gak ya jar, aku udah capek, untung waktu masuk SMA aku lihat kamu, makanya aku bilang aku ini pengagummu, tanpa kamu sadari kamu udah berhasil menahan hasratku jadi anak nakal lari dugem sama mabuk-mabukan", terdengar isak tangis dari mulutnya, karena gelap saya tidak bisa memastikan apakah dia nangis beneran atau gak.
Saya : "sebenernya bukan saya, tapi kamu sendiri yang memiliki semangat itu, gini deh, kamu janji sama aku sebagai temen kamu, mulai besok kamu berhijab ya?"
Ova : "............ iya jar, ova janji, tapi kok sebagai temen?"
Saya : "iya kan kita memang temen", terasa dari kasur sepertinya dia bergerak
Ova : "aku sayang kamu, kamu jadi pacar aku ya, kalau kamu mau nerima aku yang seperti ini, aku bakal mau nerima semua saran kamu, demi kebaikan kamu dan aku, demi kebaikan hubungan kita kedepannya, aku gak berharap banyak kok aku hanya tau kamu orang baik, selanjutnya biarkan cerita kita mengalir dengan sendirinya"
Saya terdiam, si otong pun mulai tertidur lelap, saya berfikir panjang, dalam hati ini saya sangat menyukainya, disisi lain saya gak mau mengecewakan orang tua, saya tidak mau kedepannya kehilangan arah dan tujuan.
Ova : "kedepannya kalau aku salah kamu tegur ya, kalau itu baik buat aku dan hubungan kita, aku janji mau ngertiin kamu", saya masih terdiam dan tidak bisa berkata apapun, perasaan ini baru pertama kali saya rasakan. Ditembak cewek, posisi hujan dan telanjang, kenal 4 bulan itupun ketemu baru tiga kali termasuk hari ini, tau namanya juga sore tadi.
Ova : "kamu gak tidur kan? Jangan-jangan aku ngomong sendiri?", tambahnya sambil terdengar sedikit isak tangis
Saya : "gak kok, saya belum tidur, tapi bener ya, kamu janji?"
Ova : "iya aku janji"
Saya : "cara jawab nerima ungkapan cinta gimana sih? Ya udah mulai sekarang kita pacaran"
Ova : "kamu juga janji ya jangan nyakitin aku, kamu mau kan jagain aku? Kamu jangan jahat sama ku ya?"
Saya : "insyaallah, aku berusaha"
Ova : "ya Allah, makasih ya Allah, engkau telah mendengarkan doa ku selama 3 tahun ini, makasih ya Allah", isak tangisnya pun meledak semakin menjadi, saya yang mendengarnya langsung tersentuh, karena mungkin ova memang sejak kelas 1 SMA punya rasa ketertarikan kepada saya dan malam ini lah doa nya terkabul, mudah-mudahan saya gak salah ambil keputusan dan berharap ova benar-benar tulus dari dalam hatinya yang paling dalam, karena sudah sah dan merasa iba, saya pun berniat untuk memeluknya. Saya langsung menghadap ke kanan, kaki kiri bergerak ingin menindih kakinya ova, tangan kiri ingin memeluk badannya, dan akhirnya saya berhasil memeluk dia dengan kaki kiri menindih kakinya.
Saya : "astaga ova, kamu gak pakai baju sama celana?!", si otong menempel di pinggul ova, tangan kiri langsung menyentuh kedua buah dadanya.
Ova : "biar adil, kamu kan telanjang", saya terdiam dan masih syok dengan semua ini. Dia membalas memalingkan badannya kearah saya, otomatis si otong yang tadinya menempel di paha kiri kini berada diantara kedua kakinya dan ujung kepala merasakan sesuatu sedikit kasar tapi geli mungkin bekas cukuran bulu kemaluannya yang mulai tumbuh, tangan kanan membalas rangkulanku kemudian dia mencium bibirku, kami pun saling berciuman mesra, dia menjulurkan lidahnya saya pun kaget karena baru pertama kali merasakannya, saya hanya bisa menanggapinya dengan melumat lidahnya. Telapak tangan kiri yang separuh tertindih badannya pun menyenggol si otong, langsung digenggam erat, dielus bagian bibir kepala kemudian dikocoknya pelan, saya pun menggelinjang dan semakin erat memeluknya, disinilah payudaranya pertama kali menempel di dada saya, kini badan kami telah sepenuhnya berpelukan, sungguh hangat, saya merasakan kenyamanan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Hujan kali ini reda, hanya terdengar rintik-rintik tetesan air hujan yang mungkin berjatuhan dari pepohonan.
"Kalau kamu mau pegang, pegang aja sayang", ucapannya membuat hati ini bergejolak membara kemudian muncul nyali yang mungkin 100% berlawanan dengan kepribadian saya selama ini. Saya melepaskan ciumannya dan langsung pindah diatas badannya, kemaluan kami pun bersentuhan, mata ini sudah mulai bisa menyesuaikan dalam gelap, terlihat wajahnya yang menatap muka saya, tiba-tiba terlintas dipikiran saya bahwa saya sudah berjanji akan menjadi pasangan yang menjaga dia seutuhnya. Saya urungkan niat dan kembali terbaring di sisinya, ova yang keheranan pun bertanya, "kamu kenapa?", "saya takut suatu saat kamu menyesal sama saya", jawabku. "Aku yakin sama kamu fajar, tapi jangan dimasukin ya, kalau itu aku belum siap", ungkapnya polos, sayapun mengiyakannya dan tetap terbaring di sebelahnya. Kemudian saya duduk, mencium telapak kaki kirinya, kemudian mencium telapak kaki kanan, makin ke atas hingga akhirnya kaki ova membentuk huruf V, saya terus menciumnya bergantian kaki kanan dan kiri hingga ke betis, naik ke paha, kini vagina ova sudah berada didepan mukaku. "Ahhhhh sayang.. ahhhhh", terdengar rintihan ova memecahkan
Saya : "ini boleh dicium gak sih? Sakit gak nanti?, ujarku polos, tercium aroma aneh yang baru pertama kali aku mencium aroma seperti itu
Ova : "boleh kok sayang, nanti gantian ya", mendadak dia menyalakan lampu senternya dan terlihatlah kami yang tanpa sehelai kain. Payudaranya besar, sungguh bulat padat tidak kendor dan terpampang jelas, puting merah muda, lalu saya tatap vaginanya, tembem, bersih dengan bulu-bulu halus yang baru tumbuh diatasnya, bibir vaginanya merah muda dan sedikit basah. Melihat pemandangan yang bahkan lebih indah dibandingkan bokep JAV yang pernah saya tonton 3 tahun yang lalu, tanpa minta ijin saya pun langsung mencium vagina tersebut, ova menggeliat dan menggerakkan pinggulnya keatas hingga bibir dan hidung saya benar-benar terbenam di belahan vaginanya. Ova pun menghela nafas kemudian kembali ke posisi semula, lalu saya bertanya yang barusan sakit atau gak, "sakit ya? Maaf ya saya gak tau", "gak kok sayang, lanjutin, kamu jangan pakai saya lagi dong, kurang mesra" jawabnya. Saya pun mulai menciumi vaginanya, dia mendesah, pinggulnya bergerak gak beraturan hingga akhirnya wajahku disembur cairan bening diiringi dengan erangan panjang "Ahhhhhhh…. Sayaaaaaaaaaaang", dia terlihat lemas, cairan tersebut mengenai muka dan bahkan ada yang masuk ke hidung. Saya yang gak tau soal begituan merasa dikencingi pun langsung duduk dan marah.
Saya : "kamu kalau mau buang air kecil bilang dong?!"
Ova : "itu bukan air kencing sayang, itu sama hal nya kayak kamu kalau keluar spermanya, tapi cewek bisa berkali-kali, pesing gak? Gak kan"
Saya : "gak pesing sih, tapi asin", ova hanya diam tersipu malu mendengar jawaban polos dari saya
Ova : "sini gantian sayang, aku yang diatas", saya hanya diam dan menuruti kemauannya. Ova langsung meraih batang kemaluan saya, dikocoknya sebentar lalu mengarahkan mulutnya didepan kepala si otong.
Saya : "eh mau diapain?"
Ova : "dikulum, cowok kan paling suka diginiin sayang?"
Saya : "kalau kena gigi sakit gak?"
Ova : "aku usahain gak kena gigi deh sayang", tanpa memberikan aba-aba ova langsung memasukkan batang kemaluanku secara berlahan sampai keseluruhannya masuk ke mulut mentok ke tenggorokannya, terasa otot kemaluan saya berdenyut gak karuan, terasa sangat nikmat, lembut, bagaikan dikocok pakai tangan bayi yang baru lahir, wkwkwk oke stop.