Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (ORIGINAL CONTENT) Berburu Binor Montok di Desa Lembang

hangman1122

Adik Semprot
Daftar
2 Dec 2019
Post
109
Like diterima
2.584
Bimabet
Halo para suhu, momod, dan pembaca setia cerita panas forum tercinta ini!
Setelah melalui proses pertimbangan yang matang, akhirnya saya memutuskan untuk ikut berkontribusi meramaikan koleksi cerita bersambung di forum ini.

Ini adalah postingan pertama saya, semoga suhu2 momod2 dan pembaca2 pada umumnya bisa menikmati alurnya.

Selamat membaca :)


Part 1 ............................... Hal 1
Part 2 ............................... Hal 4
Part 3 ............................... Hal 10
Part 4 ............................... Hal 17
Part 5 ............................... Hal 25
Part 6 ............................... Hal 31
Part 7 ............................... Hal 37
Part 8 ............................... Hal 56
 
Terakhir diubah:
Sebatang rokok kretek menyempil di bibir seorang pria berbadan kurus-hitam yang tengah mengendarai motor matic-nya di jalanan penuh kabut pagi-pagi buta. Di bagian kiri-kanan motornya, ia membawa dua buah galon pesanan yang hendak diantarnya ke rumah warga. Meskipun jalanan begitu renggang, ia tetap melaju perlahan. Kabut membuat pandangannya terbatas, belum lagi hawa dingin khas pegunungan yang terasa menusuk hingga ke tulang, ia tidak mau ambil resiko untuk kebut-kebutan.

Hawa dingin ekstrim dan jalanan berkabut sudah seperti sarapan pagi bagi pria berusia 35 tahun bernama Aep. Sehari-harinya ia bekerja sebagai tukang galon isi ulang di kios milik juragan tua bernama Mukidi yang terletak di sebuah desa di pelosok kota Bandung, tepatnya di daerah perbukitan Lembang. Oleh sebab tidak ada tempat terdekat lain untuk memesan galon isi ulang, maka kios tempatnya bekerja menjadi satu-satunya langganan warga sekitar.

Selama 5 tahun bekerja di kios Pak Mukidi, Aep bertugas menjemput pesanan ke rumah warga, mengurus semua proses pengisian ulang, sekaligus mengantarkan pesanan menggunakan motor operasional yang sudah disediakan. Upah yang Aep terima memang tidak seberapa, tapi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Lagi pula, untuk makan dan uang rokok sudah ditanggung oleh juragannya.

Perjalanan 15 menit menembus kabut tebal pagi itu membawa Aep tiba di satu tempat yang sudah tak asing baginya. Tepat di depan Aep memarkirkan motornya, terlihat sebuah rumah bercat kuning gading yang dibatasi pagar besi setinggi 1,6 meter. Di halamannya yang tidak seberapa luas itu, seorang pria paruh baya memakai sarung tampak sedang anteng menatap sangkar burung yang tergantung di bawah tiang kayu.

"Pak punten" (permisi pak) sahut Aep sambil melengok-lengokan kepalanya di sela-sela pagar rumah tersebut. Pria itu sudah hapal suara tersebut, sontak ia mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara.

"Bawa sini Ep, buka aja pagernya gak digembok da" jawabnya sekilas sambil melangkah masuk ke dalam rumah.

"Maaaah, si Aep tuh nganter galon, acisna aya?" Tanyanya kepada sang istri sambil menyodorkan tangan meminta uang.

"Ambil tuh di saku kulkas pah" jawab sang istri sambil sibuk memotong aneka sayuran yang akan ia masak pagi ini.

Sambil menenteng selembar uang 20 ribu, pria itu berjalan keluar rumah untuk menemui Aep yang kini sudah berdiri di halaman rumah bersama dua buah galon air minum di lantai depan. Ia lantas menyerahkan uangnya.

"Hatur nuhun pak" (terimakasih pak) ujar Aep sambil tangannya menerima uang itu.

"Ep tolong dong sekalian bantuin angkatin satu ke dapur" pintanya sambil nyengir.

"Oke siap pak, sekalian aja saya pasangin galonnya atuh?" balas Aep.

"Aaah wios ngke ku bapak" (ah enggak usah gpp, biar saya aja) jawabnya lagi.

Aep lantas memikul sebuah galon di pundaknya dan berjalan mengikuti si bapak ke dalam rumah.

"Taro aja di sini Ep" sahut si bapak menunjuk sepetak lantai di samping kulkas.

"Siap pak"

"Nuhun ya Aep, punten ngerepotin hehe, udah sarapan belum? Sarapan dulu yuk di sini, ibu mau masak capcay nih" sahut akrab si istri sambil bangkit dari tempat duduknya untuk mulai memasak.


Bu Irma

Aep melirik sekilas dan nyengir kikuk mendengar tawaran itu. Meskipun ini sudah kesekian kalinya Aep bertemu perempuan itu, tapi sosoknya tak pernah berhenti membuat jantung Aep berdesir panas. Irma, istri Pak Herman berusia 41 tahun ini memiliki paras eksotis khas perempuan desa dengan kulit mulus mengkilat dan rambut lurus sepunggung. Tubuhnya tergolong curvy alias montok, berisi dan tebal, namun kencang dan padat. Irma juga tergolong tinggi untuk ukuran perempuan Indonesia, 172 cm dengan berat badan 68 kg.

Postur montok Bu Irma kian menggairahkan dengan bibir tebalnya yang terlihat seksi dan kenyal, buah dada seukuran buah kelapa, dan yang paling istimewa adalah bongkahan pantat besar dan kencangnya yang melekuk simetris. Pemandangan ini lah yang membuat gairah kontol Aep mendidih pagi ini, tubuh montok itu hanya dibalut daster tipis ketat tanpa lengan. Melihat Bu Irma yang kini berdiri di depan kompor sambil membelakanginya, Aep langsung membayangkan betapa lezat rasanya jika batang perkasanya yang hitam legam itu diselipkan di sela-sela pantat sedap milik Bu Irma sambil menggerayangi tonjolan susu nikmatnya dari belakang. Meskipun hanya diliriknya sekilas, tapi sosok Bu Irma begitu membekas di benak Aep.

Istri Pak Herman ini sehari-harinya bekerja mengelola warung sembako kecil yang mereka miliki di seberang tempat tinggalnya. Sementara Pak Herman sendiri yang kini berusia genap 55 tahun merupakan seorang supir bus antar kota. Mereka memiliki 2 anak, satu anak laki-laki berusia 14 tahun dan satu anak perempuan berusia 15 tahun.

Mereka adalah salah satu pelanggan tetap di kios tempat Aep bekerja. Mereka sudah langganan isi ulang galon sejak satu tahun terakhir, sehingga interaksi mereka dengan Aep pun memang sudah cukup akrab.

"Iya Ep, santai dulu aja masih jam segini, buru-buru amat!" sahut Pak Herman.

"Ah enggak apa-apa bu hehe kebetulan saya udah ngebubur tadi di kios dibawain juragan, saya mau langsung balik lagi mau ngisi galon pesenan" jawab Aep tertunduk kikuk menyadari kontolnya yang sedari tadi berontak akibat pemandangan menggairahkan dihadapannya.

"Ini atuh pisang goreng ya?" Balas Bu Irma.

"Ini aja pisang goreng dibekel atuh Ep, tadi subuh saya sama ibu beli kebanyakan, sayang gak bakal abis, tunggu dulu" ucap Pak Herman sambil tangannya meraih selembar plastik bening dari dalam lemari dapur.

"Waduh hehehe nuhun pak, bu" jawab Aep sambil nyengir.

"Iya sami2 Aep" balas lagi Bu Irma sambil terus mengoseng-oseng sayuran capcay di atas wajan. Gerakannya membuat body semoknya sedikit terguncang-guncang, termasuk bokong bahenol dan susu besarnya itu. Tak sengaja Aep melirik lagi sekilas, dan kali ini kontol kekar berurat di balik celananya malah berkedut-kedut seakan berontak ingin mencicipi kenikmatan tubuh binal milik istri Pak Herman itu.

Pikir Aep, untung saja ia memakai dua lapis celana. Kalau tidak, tonjolan kontol liar ini bakal tercetak jelas dari luar. Aep memang sengaja memakai dua lapis celana pendek dan celana panjang mengingat udara dingin Lembang yang sangat menggigit di pagi hari, apalagi kalau sambil angin-anginan naik motor.

Aep lantas pamit dan langsung putar balik ke kiosnya setelah menerima seplastik pisang goreng pemberian Pak Herman. Di sepanjang jalan pikirannya masih tertinggal di dapur itu, membayangkan lagi betapa montok dan sedapnya tubuh istri Pak Herman. Sungguh beruntung Aep, pagi-pagi buta sudah disuguhkan dengan sajian indah seperti itu.

Sosok tubuh seperti milik Bu Irma adalah tipe favorit Aep. Ia mendambakan memiliki pasangan dengan postur tubuh semok seperti itu. Tapi apalah daya, meskipun usianya sudah kelewat matang Aep belum juga menikah karena kondisi hidupnya yang masih serba kekurangan. Boro-boro pingin nikah, tidur saja masih numpang di sepetak kamar terbengkalai di kios milik juragan.

Gejolak birahi yang dari tadi kian tak terbendung membuat Aep terpaksa melipir ke WC umum di sebelah warung pinggir jalan. Sambil tangan kanannya mengocok-ngocok kontol, sementara tangan kirinya mendekapkan sepotong celana dalam berwarna merah marun ke hidungnya sambil dijilatinya perlahan, Aep membayangkan lagi pantat semok nikmat milik istri Pak Herman.

"Haahhhhhhhhh lezat pisan pantat semokmu Irma binaaaalll" racau Aep dalam hati sambil terpejam.

Tidak ada yang tahu, dibalik sosok Aep yang dikenal santun dan agak kikuk, ia memiliki hasrat seksual yang sangat liar. Dan beginilah jadinya kalau sudah kepalang birahi. Diam-diam Aep nekat menyomot sepotong celana dalam yang tergantung di jemuran baju di halaman rumah Pak Herman tadi sebelum pergi. Aep yakin celana dalam ini milik Bu Irma, bentuk talinya yang tipis mirip celana dalam aktris-aktris film porno, tidak mungkin anak perempuannya yang masih ABG nanggung memakainya, ditambau ukurannya memang sesuai dengan postur pantat semoknya.

"Memekmu wangi banget sedaaapppppp" racau aep dalam hati sambil diludahinya celana dalam itu dan dijilatinya lagi.

10 menit ia mengocok-ngocok batang liar itu akhirnya Aep memuntahkan hampir setengah gelas air mani di celana dalam Bu Irma, "croot croot crooooot uuuhhh nikmatnya memek istrimu Hermaaaaaan".

Aep lantas menyimpan lagi celana dalam itu di saku jaketnya, dan ia berniat akan mengembalikannya secara diam-diam. Aep akan kembali lagi dan berpura-pura ketinggalan sesuatu di rumah itu Pak Herman.


BERSAMBUNG........
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd