Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT NO QUOTE - Istri Nakal yang Suka Tantangan

Setelah melihat penampakan bodyku, berapa nilai yang kamu berikan ?

  • 5 : Jelek

    Votes: 44 5,0%
  • 6 : Biasa

    Votes: 50 5,6%
  • 7 : Lumayan

    Votes: 83 9,4%
  • 8 : Bagus

    Votes: 144 16,3%
  • 9 : Sexy

    Votes: 389 44,0%
  • 10 : Sempurna

    Votes: 175 19,8%

  • Total voters
    885
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
😍😍😍
Lihat foto miss ini sukses bikin ngaceng...
Jadi pengen ketemu sama miss... 😋
 
update

maaf buat yang udah PM miss untuk update pic. Miss tahan dulu ya, sampai yang rese minta maaf.

Ini miss update lagi untuk mengobati kentang yang tercipta.

Mereka langsung bangkit mendengar teriakan mas Harno dari luar. Mereka cepat-cepat menuju ke depan untuk menemui mas Harno, sementara aku lari ke kamar untuk mencari pakaianku.

"Maaf, bapak-bapak siapa ya ?" mas Harno menanyai mereka karena tidak kenal dengan mereka berdua.

"Kami petugas ronda malam ini mas, kebetulan kami lewat di rumah ini tadi ngeliat kok pagar dan pintu depan tidak ditutup. Makanya kami kemari untuk memeriksa." mereka menjelaskan kepada mas Harno.

"Oh iya pak, maaf tadi saya langsung pergi ke warung setelah nurunin istri saya. Tadi kami baru pulang dari warung sate kambing sana, istri saya kebelet pipis jadi buru-buru masuk ke dalam. Saya lupa pamit ke istri saya."

"Ya udah mas, kami pamit ya. Lain kali hati-hati mas, udah malem soalnya".

" Ya pak, terima kasih banyak." mas Harno bersalaman dengan mereka sambil mengantar mereka sampai pagar rumah. Mas Harno sejenak melihat mereka berdua berlalu menjauh dari rumah, kemudian berbalik memasukkan motornya ke dalam rumah.

Dia pastikan juga pagar dan pintu rumah sudah terkunci. Kemudian duduk di ruang tengah dan menyalakan TV. Sembari menonton TV, dia setengah berteriak kepadaku, "tadi lama nggak mereka disini ?"

"Mungkin ada kali 15 menit. Mereka sempet tolongin aku juga, karena jatoh di depan." jelasku pada mas Harno. Aku keluar dari kamar dan pindah ke sofa ruang tengah.

"Jatoh ? Kok Bisa ?" selidik mas Harno. "Handukku nyangkut di jendela depan itu, akhirnya ndlosor deh." jawabku.

"Handuk ? Apa hubungannya jatuh ama handuk yang nyangkut ?" mas Harno bingung dengan jawabanku.

"Tadi itu aku langsung ngebut lari ke kamar mandi habis kita sampe di rumah ini, dan bajuku aku lepas langsung kulempar ke sofa ini. Jadi masuk kamar mandi aku telanjang. Pas udah selesai pipis, mereka dateng ketok-ketok pintu. Mereka liat pagar ama pintu belum dikunci." jelasku pada mas Harno.

"Karena bajuku udah terlanjur aku lempar ke sofa, aku jadi bingung mau keluar pake apa. Ternyata di belakang pintu ada handuk, kupake aja handuk itu daripada ga ada sama sekali."

"Aku temuin mereka cuman pake handuk itu. Mereka ngingetin kalo pagar ama pintu belum dikunci. Mereka mau nunggu mas Harno pulang, makanya aku suruh duduk di depan. Eh, pas nata kursi depan, handuk aku nyangkut paku di jendela depan, jatoh deh. Mana handuknya ketinggalan." tambahku pada mas Harno menceritakan detail peristiwanya.

"Ketinggalan gimana ?" tanya mas Harno.
"Ya ketinggalan mas. Nyangkut di paku jendela depan itu." jawabku padanya.

"Loooh, kamu telanjang dong ?"
"Ya gitu deh mas, mereka liat aku jatuh langsung nyamperin. Nolongin aku. Tapi akhirnya handuknya diambil pas aku sadar kalo lagi ga pake baju. Teriak deh."

Aku sebenernya takut jelasin semuanya ke mas Harno. Tapi aku juga khawatir kalau aku berbohong, aku perlu mengarang cerita-cerita selanjutnya. Pikiranku lebih condong untuk jujur padanya.

Tak ada respon dari mas Harno atas penjelasanku. Tapi kulirik dia malah senyum-senyum sendiri setelah mendengar penjelasanku.

Akhirnya aku beranjak dari sofa dan menuju ke kamar. Kuganti busanaku dengan lingerie pink yang kubawa.

Tak lama kemudian mas Harno menghampiriku yang sudah memakai lingerie pink ku. Aku tiduran di kasur asyik menikmati feed instagramku, tanpa rikuh menutup area memekku karena kupikir aku sudah aman mas Harno sudah pulang.

Mas Harno yang terpana dengan posisiku menyenderkan tangannya ke pintu, sejenak menikmati sajian memekku lengkap dengan rimbunnya jembutku. Aku yang menyadari kehadiran mas Harno pun spontan merapatkan pahaku untuk menutupi liang senggamaku. Masih saja aku malu dengan suamiku ketika suamiku sendiri memelototi area kewanitaanku.

Mas Harno yang geli dengan tingkahku pun setengah berlari ke kasur kemudian melompat dan menubrukku. Dibenamkan kepalanya ke bongkahan susuku, untuk menikmati susuku yang siap dilahapnya.
Susuku yang masih tertutup lingerie setengahnya pun diremas-remas dengan kedua tangannya. Aku menggeliat menghadapi serangan mas Harno yang buas. Antara geli dan horny dengan perlakuannya yang kini dikombinasi dengan tangannya yang merogoh bagian bawah ke rerimbunan jembutku.

Dibelai-belai permukaan memekku dengan lembut disertai gerakan jari tengahnya yang menari-jari mencari "kacang nikmat" ku. Birahiku seketika memuncak ketika mas Harno sudah menemukan itilku kemudian menggosoknya perlahan-lahan. Bodyku langsung menanggapi positif rangsangannya. Pinggulku meliuk-liuk ke atas menyambut gosokan pada itilku, agar lebih menekan keras.

Rangsangan yang dilancarkan terus menerus membuat aku tak tahan. Kuraih tubuh mas Harno untuk membalikkan keadaan. Kutelentangkan mas Harno, kemudian kulucuti semua pakaiannya sampai telanjang bulat. Aku merayap diatas tubuhnya dari mulai ujung kakinya.

Kuhisap-hisap jempol kakinya, lalu kujilati telapak kakinya. Kedua tanganku menjulur mengelus kedua pahanya. Kontol mas Harno yang sudah tegang mencuat pun mengangguk-angguk pertanda menikmati rangsangan yang kuberikan. Aku mulai merayap ke atas meraih dan menggenggam kontolnya dengan gemas. Kuremas kuat kontolnya, "nakal ya… ngangguk-angguk ga jelas. Kamu pengen apa ?" aku bercengkrama dengan kontol mas Harno. Aku merasakan gerakan-gerakan kontol mas Harno di genggamanku. Kulahap batang kontol itu dalam-dalam sampai mentok. Lubang hidungku pun merasakan geli karena jembut mas Harno yang sesekali masuk ke lubang hidungku karena gerakanku naik turun. Kulahap dan kusedoti kontolnya dengan penuh nafsu. Kujilati seluruh permukaan kontol mas Harno sampai basah semuanya.

Mas Harno yang sudah berbaring pasrah menikmati rangsanganku pun kunaiki tubuhnya. Tanpa kulepaskan lingerieku, kutempatkan tubuhku diatasnya. Aku siap memasukkan kontolnya ke dalam memekku.

Pelan-pelan kutuntun batang kontol itu menuju liang senggamaku, kuusap dulu perlahan ujung kontol itu agar kepala kontolnya licin dengan cairan cintaku. Memekku yang sedari tadi mengeluarkan cairannya pun dengan mudah menerima batang kontol mas Harno setelah kuturunkan tubuhku.

Bleeeeeess… batang kontol itu pun amblas di dalam memekku. Sedikit kugoyang tubuhku agar posisi kontolnya lebih nyaman di dalam memekku. Setelah kurasa pas di dalam, aku mulai menggoyangkan tubuhku dengan gemulai. Kumulai goyanganku dengan tempo yang lambat, seperti sedang mengurut kontol mas Harno dengan memekku.

Kulihat senyum mas Harno yang mengembang melihat tingkah nakalku. Kedua tanganku bertumpu di dadanya saat aku menggoyang perlahan diatas tubuhnya.

"Kok diem aja sih mas ?" tanyaku pada mas Harno yang masih saja senyam-senyum melihat ulahku.

"Lagi menikmati goyangan indah istriku yang sexy." jawabnya dengan senyum menggoda.

Kuubah posisiku dengan memindahkan tanganku di lutut mas Harno. Kini tubuhku melengkung ke belakang dengan dada yang membusung. Bongkahan susuku pun makin tegak menyembul di balik lingerieku. Aku bersiap meningkatkan tempo goyanganku untuk memeras cairan peju mas Harno dengan goyangan mautku.

Plaaakk… plaaaaakk… bunyi tamparan pun terdengar tiba-tiba saat aku masih mencari posisi yang nyaman. Mas Harno menampari susuku dengan gemas.

"Aaaaaaahhh… mas… suka mas. Tamparin terus tetekku mas…" pintaku pada mas Harno. Aku suka ekspresi gemasnya terhadap bagian-bagian tubuhku.

Seiring dengan naiknya tempo goyanganku, tangan mas Harno aktif menampar serta meremasi kedua bongkahan susuku yang tegak menantang. Meskipun masih terhalang lingerieku, pentilnya yang mencuat menambah gairah mas Harno.

Kami berdua terus bergumul saling memberikan rangsangan saat aku terus saja menggoyangkan tubuhku, meliuk-liuk meraih puncak kenikmatan. Tangan mas Harno aktif di kedua susuku, sementara aku terus saja menggoyang tubuhku dengan berbagai posisi di atas. Sesekali kuturunkan tubuhku condong ke arah mas Harno agar dia bisa mencumbu kedua tetekku.

Sampai sekira 15 menit aku menggoyangkan tubuhku, aku merasa aku segera mencapai puncak orgasmeku. Kunaikkan lagi tempo gerakanku memeras kontol mas Harno.

"Maaaaas, aku mau nyampe mas… bantuin…" aku meracau sambil meminta mas Harno membantuku menggapai orgasmeku dengan ikut bergoyang sesuai iramaku.

Kupercepat lagi goyanganku tanpa ampun, dada mas Harno sampai memerah karena tanganku terlalu kuat mencengkeramnya. Tapi mas Harno tak bergeming, dia tetap diam menghayati tingkahku yang sedang mengaduk-aduk memek dengan kontolnya.

Sedikit lagi, kurasakan puncak orgasmeku sudah siap untuk datang. Kutekan lebih dalam genjotanku agar kontol mas Harno lebih dalam menghujam.

Tanpa kuduga, bukannya membantuku bergoyang mengikutiku, mas Harno langsung menyergap tubuhku, kemudian merubah posisi kami. Kini dia berguling sambil mendekapku sehingga kini aku ditindih olehnya.

Aku yang tadinya sedang fokus meraih orgasmeku pun dibuat bingung olehnya. Setelah tubuhnya diatas, kontolnya pun dicabut dari memekku kemudian bangkit dari tempat tidur. Aku yang sedang tanggung pun dibuat melongo dengan aksinya. Tanpa ada penjelasan apapun, nafsuku yang sudah di ubun-ubun pun hanya pasrah. Diraihnya tanganku, dibantunya aku bangkit dari tempat tidur. Dengan tubuh tanpa busana sama sekali, aku digandeng keluar kamar tidur, dan menuju ke belakang rumah.

Kami berdua berhenti di pojok pagar belakang rumah itu. Mas Harno kemudian berpindah, menempatkan tubuhnya di belakangku. Aku yang masih belum sadar bahwa kami sedang telanjang bulat berada di belakang rumah, hanya tertutupi pagar bambu yang renggang. Dimana bisa saja seseorang yang melewati rumah itu bisa menyaksikan kami berdua yang sedang bugil. Menurut saja aku diposisikan oleh mas Harno, diarahkannya tubuhku menghadap puncak gunung yang dihiasi indahnya bintang dan bulan. Malam itu cukup terang sehingga tak tertutupi oleh awan sama sekali.

"Mas, nanti kalo ada yang liat gimana ?" tanyaku pada mas Harno ketika aku tersadar kondisi kami saat ini.

"Gapapa, nanti kita ajak sekalian…" jawab mas Harno dengan tenangnya.

"Huuuushhh, masa gitu." sergahku atas penjelasan mas Harno.

"Loh, siapa tahu kontolnya jumbo, pasti bakal penuh di memekmu sayaaang…" kembali mas Harno ceplas ceplos dengan jawabannya.

"Liat tetek kaya gini, memek yang rapet menggigit, siapa yang ga ngaceng coba. Siapa tahu kamu suka sama sodokan kontolnya." tambah mas Harno makin ngawur.

Percakapan kami terus berlangsung dengan kami saling mencumbu satu sama lain. Diciumi leherku, telingaku, sampai pundakku. Sementara tanganku sendiri merogoh ke belakang, mencari kontol mas Harno untuk digenggam. Kukocok-kocok perlahan, sambil terus melanjutkan pembicaraan kami.

"Emang kamu ga marah atau cemburu mas kalo memekku disodok kontol lain ?" tanyaku pada mas Harno mengetestnya.

"Ga tahu kenapa, aku malah merasa bangga kalo ada cowok lain yang tergila-gila sama tubuhmu. Ga tahan, terus nyodokin memek kamu." jawab mas Harno dengan nada yang menggoda.

Aku berdesir mendengar jawaban mas Harno.

"Tadi waktu bapak-bapak itu liat kamu cuma pake handuk aja, mereka napsu ga liatinnya ?" tanya mas Harno.

"Tadi itu pas banget mas dateng. Mereka tuh udah duduk di samping aku mas."

"Yah, harusnya aku tadi muter-muter dulu aja ya." jawab mas Harno ngawur.

"Idih, kok gitu sih mas. Emang mas mau memekku ini dipake orang lain ?" tanyaku.

"Kalo kamu ngerasa nikmat, dan kamu puas. Kamu ga pengen ?"

"Ga mau, pokoknya cuman kontol ini aja yang boleh masuk memekku." tegasku sambil meremasi kontolnya.

Mas Harno yang menikmati remasan kontolku pun jadi belingsatan. Diposisikannya aku membungkuk, berpegangan pada pagar bambu belakang rumah itu. Kini kedua lubangku pun terlihat merekah dari belakang.

Kulirik mas Harno yang siap menghujamkan kontolnya ke lubangku. Dituntunnya kontol itu ke mulut liang senggamaku. Cleeeeeppp… bunyi kontol itu yang dilumasi cairan cintaku yang dari tadi membanjir.

Aku sendiri merasakan sensasi lain ketika kami bertelanjang di kebun belakang ini. Ada rasa malu, khawatir, takut dan horny yang bercampur menjadi satu. Yang membuat memekku meresponnya dengan cairan cinta yang terus keluar.

Mas Harno mulai mengayunkan pinggulnya dengan tempo cepat. Sepertinya nafsunya juga sudah naik, bersiap untuk menyiram "ladang" dengan semburan peju.

Disodoknya memekku dengan ganas, sambil tangannya berpegangan di pinggangku. Kadang sesekali diremasinya susuku dari belakang.

Aku yang sebelumnya sudah mau meraih orgasmeku, kini juga merasakan kembali gairah yang tertahan tadi. Tak butuh waktu lama mas Harno menggenjotku hingga aku sampai pada puncak orgasmeku. Tak lebih dari 5 menit mas Harno menggempur memekku, aku sudah merasa ingin meraih puncak itu.

"Ayo maaaaaas, dikit lagi mas." erangku menikmati aksi ini.

Mas Harno meningkatkan tempo goyangannya, dan terus merangsang susuku. Aku yang sudah siap meraih puncakku, ikut menggoyangkan badanku.

"Maaaaaaas, enaaaaaak bangeeeeeet, aku nyampeeee maaaaasss…" aku teriak saat puncak orgasmeku berhasil kuraih. Tak peduli apakah ada yang mendengar rintihan nikmatku.

Bukannya berhenti memberikan kesempatan aku untuk mengambil nafas setelah meraih orgasme, mas Harno malah tambah buas menggenjot memekku. Digempurnya tanpa ampun memekku, sepertinya dia begitu bernafsu dan menikmati sex outdoor kami ini.

Aku yang baru saja meraih orgasmeku tentu saja juga makin merasa nikmat, memekku yang masih bergetar setelah orgasme tadi langsung terpancing juga.

Kudengar mas Harno mulai menggeram lirih, tanda puncaknya siap diraih. Aku inisiatif ikut menggoyang tubuhku agar hujaman kontolnya lebih menusuk memekku. Aku juga siap meraih puncakku. 3 menit kami saling menyelaraskan irama sodokan kelamin ini, kami berdua siap meraih puncak orgasme hebat ini.

"Pereeees kontolku sayaaaang…" mas Harno mengerang nikmat.

"Aku juga mas, aku nyampeeee…"

Kami merasakan gerakan kelamin kami saling mengurut, aku menikmati kedutan kontol dan semburan pejunya di dalam memekku.

Aku lemas sekali setelah kami berhasil meraih orgasme bersamaan. Ambruk tubuhku di hamparan rumput kebun belakang. Terbaring telentang setelah mas Harno mengambil langkah mundur, membiarkan aku terbaring disana.

Nafasku masih memburu, tubuhku pun masih bergetar. Lelehan sperma sebagian mengalir keluar memekku. Mataku setengah terpejam ketika kulihat mas Harno masuk ke dalam rumah. Mungkin ambil air minum pikirku. Kupejamkan mataku untuk menikmati sisa-sisa orgasmeku.
Miss waktu nulis gini apa gak horny?
Bacanya aja bikin celana sempit ini... 😆
 
Update.

Kami cabut dari kawasan air terjun sekitar pukul 11 siang. Tak banyak yang bisa kuceritakan, karena setelah orgasmeku, kami hanya melanjutkannya dengan main air sejenak, kemudian naik dan ganti baju untuk sedikit menikmati jajanan di area wisata itu. Kami memutuskan untuk balik ke rumah sewa karena sudah cukup lelah bermain air hari ini. Begitu sampai di rumah, kami langsung mengambil posisi di ruang tengah untuk menonton tayangan TV.

Aku sepulang dari air terjun langsung berganti pakaian menggunakan piyama satinku yang dibelikan mas Harno sebagai oleh oleh ketika dia pulang dari luar kota. Sebelum dia pulang, dia traktir teman-temannya di mall, dan ketika melewati sebuah toko underwear, dia tertarik dengan piyama itu. Piyama satin yang tipis warna putih, yang cukup menerawang apabila digunakan di siang hari di bawah sinar matahari yang terang. Yang membuatku nyaman dengan piyama ini adalah modelnya yang ngepas di badan, dan ketika kupakai bisa dibilang sangat ketat karena ukurannya selisih sedikit di bawah ukuran standar yang kupakai.

Dengan piyama ini, aku yang tidak mengenakan dalaman tentu saja membuat kontol pria manapun akan ngaceng dengan penampilanku seperti ini. Piyama yang begitu ngepress di badanku, dan cukup menerawang ketika di bawah sinar matahari. Jangankan tonjolan putingku yang mencuat di baliknya, bahkan siapapun yang berdiri di depanku pasti bakal bisa melihat samar-samar bulatan areolaku yang membayang. Sementara bagian bawah, belahan memekku pun nyeplak begitu jelasnya. Sama seperti aku menggunakan sportwear yang kupakai di air terjun.

Ketika asyik menikmati tayangan TV, terdengar teriakan pedagang mie ayam yang melewati depan rumah sewaan kami menjajakan dagangannya. Kami berdua yang memang lapar pun kompak saling berpandangan mendengar teriakan pedagang mie ayam itu. Seakan saling memberikan kode, “beli mie ayam ini aja yuk.” begitu batin kami secara tidak langsung. Kami berdua saling melempar senyum dan berpandangan, seakan sepakat untuk mengisi perut kami dengan semangkok mie ayam dari abang ini.

“Panggil deh sayang abangnya.” perintah mas Harno padaku untuk menghentikan laju abang mie ayam yang lewat tersebut. “Duitnya ?” tanyaku untuk meminta uang pada mas Harno. “Pake yang di dompet kecil itu aja.” balas mas Harno. Aku langsung berlari ke depan sambil teriak-teriak, “Baaaaaang, mie ayam…” teriakku pada abang mie ayam sambil melambai kearahnya. Aku pun bergegas mengambil uang yang ada di dompet uang kecil kami berdua. Kuambil secukupnya kemudian kusodorkan kepada mas Harno, “Ini mas, dua mangkok ya.”

“Loh kan kamu udah berdiri, sekalian aja sih kamu yang beli. Ntar biar dibawain abangnya masuk mie ayamnya.” jawab mas Harno enteng sambil terus menonton TV.

“Aku kan pake baju gini mas. Masa aku yang beli sih ?” tanyaku heran. Tentu saja aku risih jika harus menghampiri abang mie ayam dengan penampilanku seperti ini. Kalo dia ngaceng kan jadi repot aku, diterkamnya aku jadi tampungan spermanya.

“Masih ketutup gitu kan, kemarin sama bapak-bapak ronda malah keliatan semua.” ceplos mas Harno dengan mimik muka tak bersalah. Bulu kudukku jadi meremang mendengar ocehan ngawur mas Harno. Sekalipun tak kupungkiri, aku sendiri malah horny mengingat kejadian malam itu. Aku pun mengalah, kupaksakan untuk ke depan rumah membeli mie ayam.

Sembari berjalan ke depan, aku masih mengingat-ingat ucapan mas Harno selama kami liburan ini. Sepertinya dia tak masalah sama sekali ketika tubuhku menjadi santapan indah lelaki lain. Apakah dia tak cemburu ketika tubuh istrinya menjadi hidangan mata para lelaki ? Apa dia tak khawatir kalau saja istrinya diperkosa oleh orang lain ? pikirku pun bingung mengingat hal itu. Bagaimanapun aku juga khawatir kalau saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya saja ketika mereka yang melihat tubuhku jadi lepas kontrol dan akhirnya memaksaku melayani nafsunya.

Sama seperti bapak-bapak ronda kemarin yang jelas siap menyantap tubuhku andai mas Harno tidak tiba tepat waktu. Sudah pasti aku menjadi wadah sperma-sperma kental mereka malam itu. Pikiranku jadi melayang kemana-mana, antara khawatir, horny dan penasaran. Entah kenapa aku jadi terpikir untuk menggoda mas Harno, aku ingin melihat responnya ketika aku malah semakin berani memamerkan tubuhku untuk orang lain.Saat itu yang kupikirkan adalah mungkin mas Harno akan merasakan sensasi dan gairah yang lebih ketika melihatku berani menggoda orang lain dengan tubuhku ini. Mungkin kehidupan seks kami akan lebih bergairah dan meningkat dari waktu ke waktu.

“Bang, mie ayamnya 2 ya, yang satu kuahnya jangan banyak-banyak ya.” ucapku pada abang mie ayam. “Baik mba.” jawab abang itu. Aku berdiri di balik gerobak mie ayamnya, melihat abang mie ayam mempersiapkan pesananku. Dia mungkin tak bisa melihat tubuhku secara utuh dari atas ke bawah, tapi aku yakin dia bisa menyaksikan bulatan areola dan putingku yang mencuat di balik piyamaku. Sorot matanya seringkali terlihat olehku memandangi bagian dadaku, meskipun mungkin dia tak menyadari aku memperhatikan gerak-geriknya. Sambil terus sibuk mempersiapkan mie ayam, matanya terus saja bolak balik memandangi bagian dadaku. Kucoba sedikit menggodanya dengan menggeliatkan tubuhku ke depan, seperti stretching orang-orang sebelum berenang. Yang membuat dadaku jadi makin membusung, dan pentiku makin nyeplak di balik piyamaku.

Melihat aku yang menggeliat, matanya seperti melotot ketika menyaksikan susuku seperti akan tumpah dari piyamaku. Aku terkikik menahan tawa melihat dia yang sepertinya salah tingkah dengan aksiku tadi. Dia yang tadinya siap menuangkan kuah untuk menyiram mie ayam yang sudah jadi racikannya, malah tumpah tak masuk ke mangkok sama sekali. “Dapet rejeki nomplok ya bang.” pikirku sambil tetap menahan tawa dengan tingkahnya tadi.

Akhirnya setelah menunggu sejenak, pesananku sudah jadi. Aku berpindah posisi menjadi di sampingnya, untuk mengambil sambal dan kecap secukupnya. Dengan posisi seperti ini, dia pasti tambah menahan nafsunya, karena pasti dia bisa melihat sedikit area susuku yang terlihat dari belahan baju yang hanya tertahan oleh kancing. Dan tentu saja melihat tonjolan putingku secara lebih dekat. Aku berpura-pura tak menyadari tingkahnya, aku yang diperhatikan seperti itu pun malah akhirnya jadi ikut horny membayangkan dia ngaceng melihat penampilanku.

Setelah selesai mengambil kecap dan sambal untuk mie ayam, aku memintanya mengantarkan ke dalam. Aku berjalan mendahuluinya, sehingga kini dia berjalan di belakangku. “Nih bang, puas-puasin deh liat bokong aku.” pikirku sambil senyum-senyum membayangkan betapa horny nya dia. Jangankan dia yang belum pernah menjamahku, mas Harno yang berkali -kali menikmati tubuhku saja tak pernah bosan melihatku dengan penampilan yang merangsang.

Sampai di ruang tengah, dia menyajikan mangkok-mangkok mie ayam itu di meja, disambut dengan riang gembira oleh mas Harno. Kami langsung menyantap mie ayam pesanan kami tersebut, sementara abangnya keluar menunggu kami selesai makan di depan. Kami habiskan mie ayam itu sembari menonton tayangan TV saat itu.

Setelah mie ayam habis, kubereskan mengkok-mangkok mie ayam tadi untuk kubawa ke depan kuserahkan pada abangnya. Sekali lagi aku ingin menggodanya, pikirku dalam hati. Setelah kupindahkan mangkok-mangkok tadi ke nampan yang digunakan untuk membawa mangkok mie ayam sebelumnya, aku usung ke depan dengan posisi yang telah kusiapkan. Kubawa nampan itu sebatas dadaku, kemudian kugencetkan nampan itu di susuku, sehingga tonjolan putingku semakin terlihat dari luar.

Abang mie ayam yang melihatku keluar dari rumah pun langsung beranjak dari posisinya untuk mengambil nampannya. Bukannya melihat ke wajahku, ketika menerima nampan itu, matanya malah fokus turun ke bawah di area dadaku. Dia pasti sedang horny dari tadi melihat aksiku yang gila. “berapa bang ?” tanyaku padanya. “Dua puluh ribu mbak.” jawabnya. Bahkan ketika aku bicara pun matanya tetap mengarah ke dadaku. Dia tak ambil pusing apakah aku sadar bahwa dia sedang menikmati pemandangan indah tubuhku.

Kuambilkan uang sesuai jumlah yang dia minta, kuambil uangnya dari kantong celanaku. Karena ukurannya yang sempit, tanganku yang sedang merogoh kantong pun membuat celana piyama itu semakin turun. Aku yang sadar akan hal itu malah memperlambat proses mengambil uangnya, seperti mencari-cari di dalam kantongku. Celana yang semakin turun pun membuat sedikit bulu jembutku di bagian atas pasti terlihat olehnya. Setelah kupikir cukup show kali ini, kusodorkan padanya. “terima kasih mbak.” ucapnya sambil menerima uangku. Aku langsung berbalik masuk ke dalam rumah, dengan sedikit menggoyang bokongku, memberikan sajian penutup untuknya. Aku langsung ke kamar untuk bersembunyi di balik gorden jendela. Aku tertarik melihat responnya, apa yang dia lakukan setelah aku tak menampakkan diri di depannya.

Sembari menata mangkok-mangkok yang telah dia cuci, dia menghitung pendapatannya hari itu. Yang membuatku tercekat adalah ketika selesai menghitung uangnya, kulihat dia mengelus-elus batangnya dari luar celana. Sepertinya aku sukses membuat dia kentang, aku tersenyum puas melihat dia hanya bisa mengelus-elus batang kontolnya menahan nafsu yang memuncak karena sajian penampilan tubuhku. Setelah melihatnya berlalu, aku pun membaringkan tubuhku di tempat tidur, nyaman sekali setelah capek main air, kemudian kenyang, ingin rasanya aku tidur.
 
Bimabet
Oh sis, q ingin berjualan dirumahmu next kakek2 tkg pijet nakal.....kyk istriku bgt sering gt ma penjual sayur dirmh hehee
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd