missrossa
Semprot Holic
- Daftar
- 30 Oct 2019
- Post
- 342
- Like diterima
- 7.227
Update lagi tengah malam, mumpung bocah-bocah udah tidur.
Paling tinggal nenenin bocah gede aja, entaran aja deh.
Tapi BTW, Big Boss belum tahu nih kalo aku nulis disini. padahal punya ID juga disini.
Selalu ditunggu saran dan kritiknya ya pembaca. Biar aku jadi makin ngerti lebih baik lagi dalam menuangkannya ke cerita ini.
Paling tinggal nenenin bocah gede aja, entaran aja deh.
Tapi BTW, Big Boss belum tahu nih kalo aku nulis disini. padahal punya ID juga disini.
Selalu ditunggu saran dan kritiknya ya pembaca. Biar aku jadi makin ngerti lebih baik lagi dalam menuangkannya ke cerita ini.
Hari itu, aku dijemput mas Harno pukul 8 pagi di belakang kantorku. Meskipun sudah sampai di belakang kantorku, sejatinya hari itu aku sudah merencanakan untuk bolos kerja dan pergi jalan-jalan bersama mas Harno. Aku WA ke bossku untuk minta ijin hari ini tidak masuk kerja, Ternyata bu boss bisa mengerti dan memberiku ijin tidak masuk kerja hari itu. Setelah memastikan bahwa ijin dari boss ku sudah turun, aku lantas memberikan kode kepada mas Harno untuk jalan. Hari itu kami akan jalan-jalan ke area pegunungan yang memang sering kami tuju sebagai tempat bersantai. Tempatnya yang berhawa dingin khas sejuknya pegunungan memang membuat kami tidak bosan mengunjungi tempat itu. Butuh waktu sekitar 45 menit dari kantorku menuju area pegunungan tersebut. Lantas kami singgah di restoran yang cukup mahal di wilayah itu.
Hari itu memang hari spesial, karena memang di hari itu mas Harno berulang tahun. Aku dan mas Harno ingin menghabiskan waktu seharian untuk berduaan. Kuucapkan selamat ulang tahun untuknya, setelah hidangan yang kami pesan sudah lengkap tersaji di meja. “Terima kasih sayang…” ucapnya kepadaku sambil mengecup keningku. Suasana saat itu memang sangat mendukung, selain karena kami berkunjung saat weekday yang artinya tidak seramai hari libur, kami tiba di area itu terbilang masih cukup pagi. Meskipun memang area depan sedikit ramai oleh para pengunjung yang datang rombongan, sepertinya rombongan reuni para usia lanjut. Sementara kami memilih area belakang yang bisa langsung melihat areal pertanian.
Kami menghabiskan waktu bercanda dan ngobrol-ngobrol hingga sekitar 2 jam. Setelah hidangan yang kami pesan habis, sebenarnya kami berencana melanjutkan perjalanan ke taman wisata yang tidak jauh dari restoran. Tapi aku bilang ke mas Harno untuk mengurungkan rencana itu, mendung yang tebal sepertinya akan membuat kegiatan kami menjadi tidak menarik. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk pulang saja ke rumah mas Harno.
Benar saja, sesampai di rumah mas Harno hujan pun turun dengan derasnya. Untung saja kami sudah sampai, sehingga kami tidak perlu kehujanan di jalan. Kami pun segera masuk ke rumah mas Harno. Di dalam rumah, mas Harno langsung berganti pakaian. Kaos belel dan boxer andalannya. Aku pun melepas tas dan jaketku, lalu kugantungkan di kamarnya. Seperti biasanya di rumah mas Harno, kami selalu menghabiskan waktu untuk tidur berdampingan di kamarnya, sembari ngobrol dan bercanda mesra.
Hari itu, aku sengaja mengenakan salah satu kemeja casual milikku yang sedikit ketat, dan seperti biasanya dengan bawahan celana jeans. Kemeja casualku ini aku pilih untuk mendukung rencanaku hari ini, memberikan hadiah spesial untuk kekasihku, mas Harno. Tapi kalian jangan berpikir kalau aku akan menyerahkan keperawananku ya. Aku pikir kemejaku yang itu sepertinya akan memudahkan mas Harno untuk melepasnya.
Ngobrol-ngobrol berdua diatas kasur, mas Harno pun nyeletuk “Nenen Boleh ?” Aku pun tertawa mendengarnya. Terdengar lucu mas Harno melontarkan kalimat itu, layaknya seorang anak yang sedang meminta disusui ibunya. Aku pun mengangguk perlahan menyetujui permintaannya. Mas Harno tampak sigap ingin segera melucuti kemejaku. Kutepis tangannya, dia bingung. Aku bangkit dari posisi tidurku, kududuki mas Harno sehingga kini aku otomatis berada di atasnya. Aku mulai menjalankan rencanaku untuk memberikannya hadiah spesial. Kutempatkan tonjolan kontol mas Harno sehingga tepat dibawah memekku. Mas Harno melihatku masih dalam keadaan bingung. Perlahan tapi pasti, kulepas satu persatu kancing kemejaku dari atas sampai bawah sambil sedikit bergoyang, yang membuat kontol mas Harno semakin mengembang di dalam boxernya. Setelah semua kancing kemejaku terlepas, kubuka kemejaku sehingga praktis kedua bongkahan susuku yang masih terbungkus bra terpampang nyata di depan mas Harno.
Aku pun berdiri untuk melanjutkan aksiku, kulepas celana jeansku, lalu kembali menduduki kontol mas Harno. Semakin tipis pembungkus memekku yang terasa di kontol mas Harno sepertinya membuat kontol mas Harno sudah berada dalam posisi ngaceng maksimal. Kugesek-gesekkan memekku yang masih terbungkus CD ke kontol mas Harno. Tak hanya mas Harno yang merasakan horny luar biasa. Tak sadar cairan memekku pun sudah mulai membasahi celana dalamku. Aku yakin mas Harno juga merasakan basahnya celana dalamku karena cairan cintaku.
Setelah hanya menggunakan bra dan CD saja, kulanjutkan lagi untuk mulai melepas pembungkus bongkahan susuku. Kucondongkan tubuhku kebawah, sehingga kini susuku tepat diatas pandangan mas Harno. “Mau Nenen ?” kulontarkan pertanyaan rayuanku kepada mas Harno. Tanpa menjawab pertanyaanku, mas Harno langsung mengangkat kepalanya untuk menyosor susuku. Kutahan kepala mas Harno agar tetap berada di posisinya. Kutegakkan kembali tubuhku, kuraih pengait bra yang ada di belakang. Kutahan penopang yang ada di depan meskipun tali bra ku sudah melorot ke samping. Kugoyangkan dan sedikit kuremas kedua susuku untuk menggoda mas Harno. Sepertinya dia tersiksa menahan godaan aksiku ini, tapi ditahannya menurut sajian yang kupersiapkan untuknya. Kubuka pembungkus susuku, dan tanpa ampun kedua susuku menyembul bebas tanpa penghalang. Kugoyangkan sekali lagi susuku di depan mas Harno, sehingga mereka bergoyang dengan liar.
Tangan mas Harno kembali menjulur untuk meraih kedua susuku, aku tetap lebih sigap dengan menangkis tangannya. Aku ingin dia menikmati godaanku ini, aku ingin dia berada di kondisi birahi paling maksimal. Kini aku tinggal mengenakan CD ku saja. Duduk di atas tubuh mas Harno, dengan kedua susu jumbo yang menggantung tanpa penghalang. Kuraih tangan mas Harno dan kutangkupkan diatas kedua susuku. Kubimbing dia untuk meremas susuku lebih santai, lebih menikmati, tidak seperti biasanya yang buas dan ganas. Kuputar-putarkan jarinya di area areolaku, kemudian kusentil-sentilkan jarinya ke puting susuku.
Aku sendiri sudah merasa horny luar biasa melakukan aksi itu. Cairan cintaku sudah membanjir di bawah sana membasahi CD ku. Selesai aku membimbing tangan mas Harno, kembali kucondongkan tubuhku mendekat ke wajah mas Harno. Kali ini kubekap wajahnya dengan susuku tanpa ampun, sambil menggesekkan memekku ke kontolnya. Kucepitkan kepalanya diantara kedua susuku, lalu kubimbing putingku untuk disedotnya. Ketika putingku sudah masuk ke mulutnya, aku merasa seperti tersengat listrik karena sedotannya ke putingku spontan sangat kuat. “Eeeeeeeuuuhhh…” aku mendesah cukup kuat karena sedotannya itu. Kembali disedotnya putingku kanan kiri, sambil dia ikut menggesekkan kontolnya ke memekku yang masih terhalang CD.
Puas dengan mendekap wajahnya dengan susuku, kulepas kaos yang dia kenakan. Kujilati dadanya, kemudian kusedot dan kugigit pelan-pelan putingnya. Kemudian aku turun menyusuri bagian dada dan perutnya, sampai pada wajahku tepat diatas kontolnya. Kulucuti boxer sekaligus celana dalamnya. Kontolnya yang sudah tegang maksimal hampir seperti memukul wajahku ketika terbebas dari sarangnya. Kulempar boxernya entah kemana, lalu aku duduk diantara kedua pahanya, dengan kondisinya yang sudah bugil total. Aku sejenak berdiam, melihatnya dalam kondisi bugil, sambil mengerling nakal kepadanya.
Kuletakkan tanganku diatas kontolnya, lalu perlahan kukocok kontolnya. Dia merem melek menikmati kocokanku di kontolnya. Setelah sedikit melakukan pemanasan di kontolnya, aku mulai memposisikan kontolnya di susuku. Kujepit batang kontol kekasihku itu dengan bongkahan susuku. Kugesekkan naik turun dengan irama yang menggoda. Aku merasakan desiran-desiran luar biasa ketika kulit susuku bersentuhan dengan kulit kontolnya. Tangan mas Harno saat itu memang kupaksa untuk tetap diam tanpa ijin dariku. Sehingga dia hanya bisa mendesah-desah tak karuan menikmati aksiku. Kemudian aku naik menelusuri tubuhnya dari bawah, sambil menciumi tubuhnya. Kukecup bibirnya, karena tidak tahan dengan aksiku, french kiss kami cukup lama karena mas Harno semakin bernafsu. Hampir 10 menit mulut dan lidah kami beradu sampai air liur membasahi. Setelah ciuman, aku kembali turun ke bawah di bagian kontolnya.
Kini mulai masuk ke bagian inti sajian yang kurencanakan untuk mas Harno. Kukocok lagi kontolnya dengan perlahan. Setelah aku rasa sudah cukup memantapkan hati, aku mulai ke sajian inti. Kembali kujepit batang kontol mas Harno dengan bongkahan susuku. Kuremas kontolnya dengan susuku naik turun. Cukup lama aku melakukan aksiku, sampai mas Harno kudengar menggeram nikmat. Ya, dia akan KELUAR. Kupercepat kocokan kontolnya dengan susuku, sampai akhirnya aku merasakan semburan peju muncrat ke area susuku. Ada sekitar 8 semburan peju mas Harno mengguyur kedua susuku. Kulihat dia tersenyum lepas, menikmati puncak birahinya.
Aku pun tersenyum senang, sudah memberikan hadiah spesial untuknya. Kugoda dia dengan meratakan pejunya ke seluruh area susuku. Lantas aku bangkit untuk membersihkan diri ke kamar mandi. Setelah dari kamar mandi, aku berbaring disampingnya. Kubisikkan dengan lembut ditelinganya "selamat ulang tahun sayang…" dibalasnya dengan kecupan mesra di keningku. Didekapnya erat tubuhku, kemudian kami berdua tertidur sambil masih berpelukan.
Tak terasa sudah 2 jam kami tertidur. Aku terbangun karena merasakan geli di kedua susuku. Ternyata mas Harno sudah bangun duluan dan menjilati kedua susuku. Kali ini dia memperlakukan kedua susuku lebih lembut. Dijilatinya, disedot-sedot putingnya, sambil secara pelan meninggalkan jejak-jejak cupangan di susuku. Kudekap kepalanya agar wajahnya semakin terbenam di belahan susuku. Dia bangkit, memposisikan tubuhnya diatas tubuhku. Ditelusurinya tubuhku dari mulai kepala, turun ke bagian dada, kemudian turun ke perutku dan bermain-main disana.
Kembali mas Harno bersiap untuk memelorotkan pertahanan terakhir milikku, yaitu celana dalamku. Aku selalu sigap untuk hal ini, sekalipun dalam kondisi terhanyut oleh gelombang birahi, alam bawah sadarku selalu seakan mengingatkan apabila CD ku dalam kondisi terancam untuk dilucuti. Aku menggeleng memberikan kode kepada mas Harno untuk tidak melanjutkan perbuatannya. Lagi-lagi dia juga mau mengerti. Akhirnya direngkuhnya tubuhku, sambil digosokkan kontolnya ke memeku yang tetap terbungkus CD ku. 15 menit dia melakukan aksinya, sampai aku melihat dia sudah dalam kondisi siap crot. Kuraih kepalanya, kini aku yang berganti dalam mode buas kepadanya. Kuhisap bibirnya, kuraih lidahnya dengan lidahku. Lidah kami seperti bergelut didalam mulutnya. Tak lama, dia menggeram menandakan puncak birahinya datang. 6 kali semburan pejunya dituang di atas perutku. Puas menyemprotkan peju, dia tergeletak lemas di sampingku. Kubersihkan kontolnya dengan tissue dari sisa-sisa pejunya yang keluar.
Sampai saatnya aku pulang, sekitar jam 8 malam, tak terhitung lagi bekas cupangan yang ada di susu dan leherku. Kukenakan kembali pakaianku untuk bersiap pulang ke rumah. Mas Harno juga tampak sudah siap dengan pakaiannya. Kemudian dengan motor mas Harno, kami menyusuri dinginnya malam itu menuju ke rumahku. Kami sempat mampir ke warung untuk membeli nasi goreng dan martabak untuk orang rumah.
Sampai di rumahku, setelah memberikan bungkusan nasi goreng dan martabak untuk orang rumah, kami duduk duduk di bangku panjang depan rumahku. Kami berdua menikmati nasi goreng sambil ngobrol ngalor ngidul. Sebelum pamit untuk pulang, mas Harno berbisik kepadaku, "cium dulu dong nenennya". Tanpa pikir panjang, kuangkat bajuku keatas beserta bra ku, kemudian dikecupnya susu dan putingku dengan cepat. Aku lepas kontrol ketika mas Harno melakukan hal itu. " Eeeeeenngghh" aku mendesah agak keras, mas Harno reflek menutup mulutku agar tidak terdengar orang rumah. Aku tertawa menyadari kebodohanku.
Setelah pamit pulang, aku masuk ke kamarku. Kulepas pakaian yang melekat ditubuhku, sampai tinggal tersisa celana dalamku. Kulihat diriku di cermin meja riasku masih mengenakan CD yang terlihat bekas basah karena cairan cintaku. Kugosok perlahan permukaan memekku dibalik CD, aku kembali melenguh tertahan karena aksiku sendiri.
Setelah itu aku langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.
Hari itu memang hari spesial, karena memang di hari itu mas Harno berulang tahun. Aku dan mas Harno ingin menghabiskan waktu seharian untuk berduaan. Kuucapkan selamat ulang tahun untuknya, setelah hidangan yang kami pesan sudah lengkap tersaji di meja. “Terima kasih sayang…” ucapnya kepadaku sambil mengecup keningku. Suasana saat itu memang sangat mendukung, selain karena kami berkunjung saat weekday yang artinya tidak seramai hari libur, kami tiba di area itu terbilang masih cukup pagi. Meskipun memang area depan sedikit ramai oleh para pengunjung yang datang rombongan, sepertinya rombongan reuni para usia lanjut. Sementara kami memilih area belakang yang bisa langsung melihat areal pertanian.
Kami menghabiskan waktu bercanda dan ngobrol-ngobrol hingga sekitar 2 jam. Setelah hidangan yang kami pesan habis, sebenarnya kami berencana melanjutkan perjalanan ke taman wisata yang tidak jauh dari restoran. Tapi aku bilang ke mas Harno untuk mengurungkan rencana itu, mendung yang tebal sepertinya akan membuat kegiatan kami menjadi tidak menarik. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk pulang saja ke rumah mas Harno.
Benar saja, sesampai di rumah mas Harno hujan pun turun dengan derasnya. Untung saja kami sudah sampai, sehingga kami tidak perlu kehujanan di jalan. Kami pun segera masuk ke rumah mas Harno. Di dalam rumah, mas Harno langsung berganti pakaian. Kaos belel dan boxer andalannya. Aku pun melepas tas dan jaketku, lalu kugantungkan di kamarnya. Seperti biasanya di rumah mas Harno, kami selalu menghabiskan waktu untuk tidur berdampingan di kamarnya, sembari ngobrol dan bercanda mesra.
Hari itu, aku sengaja mengenakan salah satu kemeja casual milikku yang sedikit ketat, dan seperti biasanya dengan bawahan celana jeans. Kemeja casualku ini aku pilih untuk mendukung rencanaku hari ini, memberikan hadiah spesial untuk kekasihku, mas Harno. Tapi kalian jangan berpikir kalau aku akan menyerahkan keperawananku ya. Aku pikir kemejaku yang itu sepertinya akan memudahkan mas Harno untuk melepasnya.
Ngobrol-ngobrol berdua diatas kasur, mas Harno pun nyeletuk “Nenen Boleh ?” Aku pun tertawa mendengarnya. Terdengar lucu mas Harno melontarkan kalimat itu, layaknya seorang anak yang sedang meminta disusui ibunya. Aku pun mengangguk perlahan menyetujui permintaannya. Mas Harno tampak sigap ingin segera melucuti kemejaku. Kutepis tangannya, dia bingung. Aku bangkit dari posisi tidurku, kududuki mas Harno sehingga kini aku otomatis berada di atasnya. Aku mulai menjalankan rencanaku untuk memberikannya hadiah spesial. Kutempatkan tonjolan kontol mas Harno sehingga tepat dibawah memekku. Mas Harno melihatku masih dalam keadaan bingung. Perlahan tapi pasti, kulepas satu persatu kancing kemejaku dari atas sampai bawah sambil sedikit bergoyang, yang membuat kontol mas Harno semakin mengembang di dalam boxernya. Setelah semua kancing kemejaku terlepas, kubuka kemejaku sehingga praktis kedua bongkahan susuku yang masih terbungkus bra terpampang nyata di depan mas Harno.
Aku pun berdiri untuk melanjutkan aksiku, kulepas celana jeansku, lalu kembali menduduki kontol mas Harno. Semakin tipis pembungkus memekku yang terasa di kontol mas Harno sepertinya membuat kontol mas Harno sudah berada dalam posisi ngaceng maksimal. Kugesek-gesekkan memekku yang masih terbungkus CD ke kontol mas Harno. Tak hanya mas Harno yang merasakan horny luar biasa. Tak sadar cairan memekku pun sudah mulai membasahi celana dalamku. Aku yakin mas Harno juga merasakan basahnya celana dalamku karena cairan cintaku.
Setelah hanya menggunakan bra dan CD saja, kulanjutkan lagi untuk mulai melepas pembungkus bongkahan susuku. Kucondongkan tubuhku kebawah, sehingga kini susuku tepat diatas pandangan mas Harno. “Mau Nenen ?” kulontarkan pertanyaan rayuanku kepada mas Harno. Tanpa menjawab pertanyaanku, mas Harno langsung mengangkat kepalanya untuk menyosor susuku. Kutahan kepala mas Harno agar tetap berada di posisinya. Kutegakkan kembali tubuhku, kuraih pengait bra yang ada di belakang. Kutahan penopang yang ada di depan meskipun tali bra ku sudah melorot ke samping. Kugoyangkan dan sedikit kuremas kedua susuku untuk menggoda mas Harno. Sepertinya dia tersiksa menahan godaan aksiku ini, tapi ditahannya menurut sajian yang kupersiapkan untuknya. Kubuka pembungkus susuku, dan tanpa ampun kedua susuku menyembul bebas tanpa penghalang. Kugoyangkan sekali lagi susuku di depan mas Harno, sehingga mereka bergoyang dengan liar.
Tangan mas Harno kembali menjulur untuk meraih kedua susuku, aku tetap lebih sigap dengan menangkis tangannya. Aku ingin dia menikmati godaanku ini, aku ingin dia berada di kondisi birahi paling maksimal. Kini aku tinggal mengenakan CD ku saja. Duduk di atas tubuh mas Harno, dengan kedua susu jumbo yang menggantung tanpa penghalang. Kuraih tangan mas Harno dan kutangkupkan diatas kedua susuku. Kubimbing dia untuk meremas susuku lebih santai, lebih menikmati, tidak seperti biasanya yang buas dan ganas. Kuputar-putarkan jarinya di area areolaku, kemudian kusentil-sentilkan jarinya ke puting susuku.
Aku sendiri sudah merasa horny luar biasa melakukan aksi itu. Cairan cintaku sudah membanjir di bawah sana membasahi CD ku. Selesai aku membimbing tangan mas Harno, kembali kucondongkan tubuhku mendekat ke wajah mas Harno. Kali ini kubekap wajahnya dengan susuku tanpa ampun, sambil menggesekkan memekku ke kontolnya. Kucepitkan kepalanya diantara kedua susuku, lalu kubimbing putingku untuk disedotnya. Ketika putingku sudah masuk ke mulutnya, aku merasa seperti tersengat listrik karena sedotannya ke putingku spontan sangat kuat. “Eeeeeeeuuuhhh…” aku mendesah cukup kuat karena sedotannya itu. Kembali disedotnya putingku kanan kiri, sambil dia ikut menggesekkan kontolnya ke memekku yang masih terhalang CD.
Puas dengan mendekap wajahnya dengan susuku, kulepas kaos yang dia kenakan. Kujilati dadanya, kemudian kusedot dan kugigit pelan-pelan putingnya. Kemudian aku turun menyusuri bagian dada dan perutnya, sampai pada wajahku tepat diatas kontolnya. Kulucuti boxer sekaligus celana dalamnya. Kontolnya yang sudah tegang maksimal hampir seperti memukul wajahku ketika terbebas dari sarangnya. Kulempar boxernya entah kemana, lalu aku duduk diantara kedua pahanya, dengan kondisinya yang sudah bugil total. Aku sejenak berdiam, melihatnya dalam kondisi bugil, sambil mengerling nakal kepadanya.
Kuletakkan tanganku diatas kontolnya, lalu perlahan kukocok kontolnya. Dia merem melek menikmati kocokanku di kontolnya. Setelah sedikit melakukan pemanasan di kontolnya, aku mulai memposisikan kontolnya di susuku. Kujepit batang kontol kekasihku itu dengan bongkahan susuku. Kugesekkan naik turun dengan irama yang menggoda. Aku merasakan desiran-desiran luar biasa ketika kulit susuku bersentuhan dengan kulit kontolnya. Tangan mas Harno saat itu memang kupaksa untuk tetap diam tanpa ijin dariku. Sehingga dia hanya bisa mendesah-desah tak karuan menikmati aksiku. Kemudian aku naik menelusuri tubuhnya dari bawah, sambil menciumi tubuhnya. Kukecup bibirnya, karena tidak tahan dengan aksiku, french kiss kami cukup lama karena mas Harno semakin bernafsu. Hampir 10 menit mulut dan lidah kami beradu sampai air liur membasahi. Setelah ciuman, aku kembali turun ke bawah di bagian kontolnya.
Kini mulai masuk ke bagian inti sajian yang kurencanakan untuk mas Harno. Kukocok lagi kontolnya dengan perlahan. Setelah aku rasa sudah cukup memantapkan hati, aku mulai ke sajian inti. Kembali kujepit batang kontol mas Harno dengan bongkahan susuku. Kuremas kontolnya dengan susuku naik turun. Cukup lama aku melakukan aksiku, sampai mas Harno kudengar menggeram nikmat. Ya, dia akan KELUAR. Kupercepat kocokan kontolnya dengan susuku, sampai akhirnya aku merasakan semburan peju muncrat ke area susuku. Ada sekitar 8 semburan peju mas Harno mengguyur kedua susuku. Kulihat dia tersenyum lepas, menikmati puncak birahinya.
Aku pun tersenyum senang, sudah memberikan hadiah spesial untuknya. Kugoda dia dengan meratakan pejunya ke seluruh area susuku. Lantas aku bangkit untuk membersihkan diri ke kamar mandi. Setelah dari kamar mandi, aku berbaring disampingnya. Kubisikkan dengan lembut ditelinganya "selamat ulang tahun sayang…" dibalasnya dengan kecupan mesra di keningku. Didekapnya erat tubuhku, kemudian kami berdua tertidur sambil masih berpelukan.
Tak terasa sudah 2 jam kami tertidur. Aku terbangun karena merasakan geli di kedua susuku. Ternyata mas Harno sudah bangun duluan dan menjilati kedua susuku. Kali ini dia memperlakukan kedua susuku lebih lembut. Dijilatinya, disedot-sedot putingnya, sambil secara pelan meninggalkan jejak-jejak cupangan di susuku. Kudekap kepalanya agar wajahnya semakin terbenam di belahan susuku. Dia bangkit, memposisikan tubuhnya diatas tubuhku. Ditelusurinya tubuhku dari mulai kepala, turun ke bagian dada, kemudian turun ke perutku dan bermain-main disana.
Kembali mas Harno bersiap untuk memelorotkan pertahanan terakhir milikku, yaitu celana dalamku. Aku selalu sigap untuk hal ini, sekalipun dalam kondisi terhanyut oleh gelombang birahi, alam bawah sadarku selalu seakan mengingatkan apabila CD ku dalam kondisi terancam untuk dilucuti. Aku menggeleng memberikan kode kepada mas Harno untuk tidak melanjutkan perbuatannya. Lagi-lagi dia juga mau mengerti. Akhirnya direngkuhnya tubuhku, sambil digosokkan kontolnya ke memeku yang tetap terbungkus CD ku. 15 menit dia melakukan aksinya, sampai aku melihat dia sudah dalam kondisi siap crot. Kuraih kepalanya, kini aku yang berganti dalam mode buas kepadanya. Kuhisap bibirnya, kuraih lidahnya dengan lidahku. Lidah kami seperti bergelut didalam mulutnya. Tak lama, dia menggeram menandakan puncak birahinya datang. 6 kali semburan pejunya dituang di atas perutku. Puas menyemprotkan peju, dia tergeletak lemas di sampingku. Kubersihkan kontolnya dengan tissue dari sisa-sisa pejunya yang keluar.
Sampai saatnya aku pulang, sekitar jam 8 malam, tak terhitung lagi bekas cupangan yang ada di susu dan leherku. Kukenakan kembali pakaianku untuk bersiap pulang ke rumah. Mas Harno juga tampak sudah siap dengan pakaiannya. Kemudian dengan motor mas Harno, kami menyusuri dinginnya malam itu menuju ke rumahku. Kami sempat mampir ke warung untuk membeli nasi goreng dan martabak untuk orang rumah.
Sampai di rumahku, setelah memberikan bungkusan nasi goreng dan martabak untuk orang rumah, kami duduk duduk di bangku panjang depan rumahku. Kami berdua menikmati nasi goreng sambil ngobrol ngalor ngidul. Sebelum pamit untuk pulang, mas Harno berbisik kepadaku, "cium dulu dong nenennya". Tanpa pikir panjang, kuangkat bajuku keatas beserta bra ku, kemudian dikecupnya susu dan putingku dengan cepat. Aku lepas kontrol ketika mas Harno melakukan hal itu. " Eeeeeenngghh" aku mendesah agak keras, mas Harno reflek menutup mulutku agar tidak terdengar orang rumah. Aku tertawa menyadari kebodohanku.
Setelah pamit pulang, aku masuk ke kamarku. Kulepas pakaian yang melekat ditubuhku, sampai tinggal tersisa celana dalamku. Kulihat diriku di cermin meja riasku masih mengenakan CD yang terlihat bekas basah karena cairan cintaku. Kugosok perlahan permukaan memekku dibalik CD, aku kembali melenguh tertahan karena aksiku sendiri.
Setelah itu aku langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.