Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Nikahi Tantemu, Timo

Duit ada, teman arisannya pun menawarkan perawat para Tante Nerah untuk merawat Om Harja.

Merawat apa, batinku.

Om Harja masih bisa jalan pagi dan matanya juga masih genit kalau memandang pembantu depan rumah yang teteknya besar, apalagi ia sudah tau rongga memek istrinya aku 'injack' dengan air mani hampir setiap malam.

Tapi apa hakku menolak perawat Om Harja, hu... aku hanya keponakan....

Perawatnya masih muda, umurnya sekitar 35 tahun gitu, pakaiannya pakaian biasa kaos ketat, atau celana jeans, atau celana legging.

Cantik?

Tidak juga.

Hidungnya bulet, bibirnya lebar dan tebal. Kalau mau dibandingkan dengan Tante Nerah, pantat dan tetek Tante Nerah jelas kalah besar.

Maka itu Om Harja semakin rajin olahraga jalan pagi. Jam 5:15 Om Harja sudah keluar dari rumah ditemani perawatnya jalan pagi.

"Mbak berasal dari mana?" tanyaku pada suatu kesempatan.

"Dari ***, tapi sekarang tinggal di ***."

"Sudah punya pacar...?"

"Hi... hi..." ia tertawa. "Anak saya sudah dua..."

"Nggak kentara sudah punya anak sih, Mbak awet muda soalnya dan lagi pula cantik..."

Merasa dipuji, Mbak Tutik tersanjung.

"Suami Mbak kerja apa?"

"Tadi sih online, tapi pernah jatuh dari motor, lalu ibunya menyuruh tidak boleh online lagi..."

"Kerja jauh dari suami, kalau mau begini, gimana dong?" tanyaku menunjukkan jari jempolku dijepit dengab jari telunjuk dan jari tengah.

"Mmm...." jawabnya mencibir bibir.

"Nggak pernah pengen...?"

"Nggak mau ah, ngajak ngomong begituan...!!" katanya marah. "Kalau kedengaran Ibu aku bisa dipecat tau nggak...??!!"

Pada suatu pagi pulang dari jalan pagi bersama Om Harja, aku melihat Mbak Tutik membawa baskom berisi air dan handuk masuk ke kamar.

Aku mulai curiga, apalagi nggak ada Tante Nerah di rumah, kalau pergi ke pasar bisa 3 atau 4 jam baru pulang.

Akupun mengangkut meja ke depan pintu. Ternyata pandangan mataku dari ventilasi pintu tidak bisa menjangkau sampai ke tempat tidur Om Harja apalagi ventilasi ditutupi dengan plastik yang sudah berdebu, dan aku harus menambah bangku lagi di atas meja.

Melihat ke tempat tidur Om Harja pingin membuat aku tertawa, tapi takut sakif perut, lalu jatuh terjungkal dari bangku karena untuk mengocok kontol Om Harja, entah Mbak Tutik jijik atau tidak bisa, kontol Om Harja yang lebih besar sedikit dari pisang lampung itu hanya dijepit dengan jari telunjuk dan ibu jari oleh Mbak Tutik, lalu dikocok dan digoyang-goyang.

Hi..hi...

Bisa jadi Mbak Tutik tidak bisa mengocok, karena kemudian Mbak Tutik tidak menjual mahal tubuhnya. Ia mengeluarkan teteknya untuk diremas Om Harja dan putingnya yang berwarna gelap itu dihisap.

Ia juga mau mengulum kontol Om Harja. Tapi kontol Om Harja tidak pernah berubah menjadi panjang dan keras.

Nekat...

Om Harja menurunkan legging Mbak Tutik dan jari Om Harja mengobok lubang memek Mbak Tutik sambil Mbak Tutik berdiri, tetapi kontol Om Harja tetapbtidak pernah berubah menjadi besar dan panjang.

"Sudah ah...!" kata Mbak Tutik kesal.

"Masukin..."

"Ini bagaimana mau dimasukin...?!" jawab Mbak Tutik berani memegang kontol Om Harja lalu diguncang-guncangnya, "...nggak bisa panjang, males ah..."

Melalui peristiwa itu, aku mengetahui bahwa Mbak Tutik juga pengen ngentot, tetapi nggak kesampaian karena kontol Om Harja 'mati pucuk' tidak bisa ereksi.

Tetapi dibandingkan dengan pertanyaanku, kok Mbak Tutik main seks dengan Om Harja tidak takut dipecat, ya...?

Om Harja membeli kalung leher, kalung kaki dan cincin emas untuk Mbak Tutik. Pernah aku melihat mereka berciuman di dapur.
 
"Mbak, gini dong..." kataku menunjukkan jempolku dijepit dengan jari telunjuk dan jari tengah sewaktu Tante Nerah membawa Om Harja kontrol ke rumah sakit.

"Lagiii....!!" bentaknya.

"Ayo... kalau nggak mau nanti aku lapor sama Ibu..." kataku.

"Lapor aja... situ yang salah, ngajak-ngajak..."

Sekali aku peluk, sekalian teteknya aku remak-remak dan bibirnya aku hisap. Mbak Tutik melawan. "A... aa... aaa... a..." mulutnya tidak keluar suara dan tenaganya kuat juga, sehingga sewaktu ia mendorongku, aku jatuh terjengkang ke sofa bersamanya, tetapi aku tidak melepaskannya.

Malahan aku berhasil membekuk Mbak Tutik dan menengkurapkannya di sofa, ia masih meronta mungkin sampai titik darah penghabisan, tetapi sebelum darahnya habis, aku berhasil menarik turun celana lenggingnya dan sialnya pagi itu, ia tidak memakai celana dalam.

"AAAAAA....NNGGGGGG.... BANGS*****...@@@@TTT...." teriaknya histeris saat kontolku kuhujamkan dengan kuat ke lubang memeknya dan berhasil.

"Memang aku bangs@t," kataku mendiamkan kontolku di lubang memek Mbak Tutik yang basah. "Aku cemburu kamu mengisap kontol Bapak, ngaku nggak...?"

"Huffff...." kata-kataku yang menohok membuat Mbak Tutik menghembuskan napasnya dengan kuat dan langsung membuat ia terkulai tak bertenaga ditindih olehku dari belakang.

"Lepaskan aku..." mintanya lemas.

Aku mencabut kontolku dan membiarkannya duduk, lalu aku memeluknya dan ia juga memelukku.

"Maaf ya Mas... ta... tadi a...aku marah..." katanya menangis di bahuku. "Aku hanya sekali melakukannya, dosa kalau aku bohong, padahal ia sudah minta sama aku berkali-kali, aku nggak mau meladeni... tetekku suka diremas..."

"Aku juga minta maaf, kalau tadi aku memperkosa kamu... sakit nggak memekmu...?"

"Nggak sih... pengen lagi, tapi jangan dari belakang... nanti... kalo aku sudah bisa nerima kontolmu, dari arah mana saja boleh..."

"Pernah main di pantat...?"

"Nggak sih.... jorok...!"

"Nggak percaya..."

"Nih... lihat...."

Mbak Tutik nungging di depanku sehingga membuat aku nekat mencium belahan pantatnya yang baunya benar-benar asli alami dan natural tanpa polesan parfum.

"NGGG... AHAAA.... HAAA..." desah Mbak Tutik manja sambil berpegangan di pegangan tangan kursi, ia memberi aku menjilat anusnya. "NGGGG... AHAAA.... HAAA... NNGGG... NGGG...NGENAK, MAS'E... AAHHH... NGGKK.. HAAA..."

Setelah lubang anusnya licin dan basah, akupun menekan kontolku ke situ. "AHAAA... AAHHH... sleepp... MMM...MASS... AHHAAA.... slleeppp... AHAAAA.... NGGGG.... blesssss.... NGGGGGGG...OHHH... NAKAL... LOBANG DUBUR AKU DITUSUK..."

"Enak kan...?"

"GELIK... MMMM.... AHHH... MAU KELUAR, MAA..ASSS..." rintih Mbak Tutik, tapi terus saja kugenjot lubang anusnya yang sempit itu karena saat nikmat tergesek oleh batang kontolku, beda dengan aku ngentot di lubang vagina Tante Nerah.

Sewaktu air maniku terasa mau keluar, aku pindahkan kontolku le lubang memek Mbak Tutik, kulepaskan semua pakaianku, kulepaskan semua pakaiannya, tubuh kami menyatu dengan telajang sambil berpelukan dan berciuman, di bawah Mbak Tutik memuntir-muntir bokong dan bongkahan pantatnya sementara aku mengejarnya dengan menusuk-nusukkan kontolku yang terasa semakin keras terisi cairan semen yang beberapa detik lagi akan meledak.

Aku mempercepat entotanku sampai tetek Mbak Tutik bergoyang tidak beraturan dan saling berbentur-benturan, "AAAHHH... AAAHHHH..... NGGGG... AHHHH.... AAHHHH.... NNGGGGHHH.... NGGHHHH.... OOOHHHH.... NGGGHH...."

"TAHAN... SAYANG, NGG... AKU INGIN MEMBERIKAN A...ANAK UNTUKMU..." kataku tersengal.

"OOHHH... YANG DALEM, MAS... AYO, BUANG, MAS... AKU GAK TAHAN LAGIIIHH.... MMMHHH... AAHHH... NGGGGHHH... AASGGHHHHHHHHHHHHUUUGHHHHH....." jeritan panjang Mbak Tutik mengakhiri entotanku dan air maniku meledak di depan rahimnya.

Shrrrooottttt.... crrooootttttt... crrrrooootttttt.... crrtoootttt..... AAKKHHH..... NIKMAT, SAYANG.... ISTRIKU.... crroottt.... crroottt... crrrooottt..... AAAHHHHH....

Aku terkulai sedangkan tubuh telanjang Mbak Tutik berkeringat basah, kemudian iapun tak malu-malu lagi berjongkok di kamar mandi membiarkan air maniku menetes habis dari lubang memeknya, baru ia mencuci memeknya dengan sabun.

Setelah itu ia tidak segan-segan memelukku dari belakang saat aku memboncenginya dengan sepeda motor pergi membeli bakmi.

Hubunganku dengan Mbak Tutik semakin moncer, dan yang jelas memek Mbak Tutik lebih nikmat karena masih basah dibandingkan memek Tante Nerah yang sudah kering dan keset, sehingga aku sulit mengakhirinya.

Suatu hari aku melihat Tante Nerah mengintip ke kamar suaminya dari jendela. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus dan di kepalanya seperti mau tumbuh tanduk. Namun sewaktu aku mengintip aku melihat Mbak Mbak Tutik sedang mengusap-usap kontol Om Harja yang nggak bisa tegang lagi itu dengan handuk basah.

"Sudahlah... biarkan saja..." kataku memeluk Tante Nerah. "Sudah gak bisa masuk..." kataku mencium bibir Tante Nerah.

Tante Nerah mendengar kata-kataku, lalu aku menyeretnya ke kasur di kamar, melepaskan pakaiannya, menjilat memeknya, lalu mengentotnya.

Aku dan Tante Nerahpun terkejut sewaktu kami menemukan kamar Mbak Tutik kosong dan hanya ditinggalkan sebuah amplop untukku di lemari.

Aku buru-buru menyimpannya sebelum ketahuan Tante Nerah, lalu aku membukanya dengan tangan gemetar di kamar mandi.

"JANGAN CARI AKU YA, MAS. AKU NGGAK MAU DICARI, BIARKAN AKU PERGI MEMBAWA HASIL MASA-MASA INDAH KITA DI PERUTKU"

Tulisannya cakar ayam, meski susah dibaca, aku merasa sedih... ia membawa hasil hubungan kami di rahimnya.

Tante Nerah juga sedih, tapi beberapa hari kemudian Tante Nerah berhasil membawa Mbak Tutik kembali ke rumah entah dimana ia mendapatkannya.

Aku tidak peduli Tante Nerah cemburu, aku memeluk Mbak Tutik erat-erat dan berjanji akan menikahinya dalam waktu dekat.

Aku serahkan kembali Tante Nerah pada Om Harja. Om Harja memeluk Tante Nerah dan mencium bibir Tante Nerah di depan aku dan Mbak Tutik sehingga membuat kami saling berpandang-pandangan.

"Ganti pasangan yuk, Om." ajakku. "Aku dengan Tante, Om dengan Tutik."

Mbak Tutik mencubit lenganku, tapi kemudian mau juga ia memeluk Om Harja dan menggeluti bibirnya seperti aku menggeluti bibir Tante Nerah.

Kami berempat kemudian jatuh ke karpet di depan televisi dengan telanjang bulat.

Kami lalu melakukan oral sex berantai. Mbak Tutik menghisap kontol Om Harja, aku menjilat memek Mbak Tutik, sedangkan Tante Nerah menghisap kontolku, lalu Om Harjo menjilat memek Tante Nerah.

Entah kami mendapatkan kiat oral sex berantai dari mana, ternyata nikmat sekali sehingga membuat kontol Om Harja bisa mengeras dan membesar, dan setelah puas mengoral, Om Harja menyetubuhi Mbak Tutik, aku menyetubuhi Tante Nerah, lalu bergantian, aku menyetubuhi Mbak Tutik dan Om Harja menyetubuhi Tante Nerah, tetapi kemudian Om Harja membuang pejunya di atas tetek Tante Nerah dan aku melepaskan air maniku di mulut Mbak Tutik.

Mbak Tutik kemudian diceraikan suaminya, dan menikah dengan aku tanpa membawa kedua anaknya, tetapi oral sex berantai tetap kami lakukan sambil bersetubuh bergantian pasangan.

Sampai kapan?

Entahlah.

Biar waktu saja yang menentukan. (bc_022024)


●●● T a m a t ●●●
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd