"Ncit", begitu teman teman ku memanggil ku, memang nama itu jauh dari terkesan indah kalo dibanding sama nama asli pemberian ortu, Astrid Katrina Bachri, yah nama 'ncit' sudah melekat padaku sejak aku kecil sampe sekarang aku duduk di kelas dua SMA..
Apa boleh buat..
Kadang nama itu bikin aku gak percaya diri diantara temen sekelasku, diantara dua sahabatku Tiara dan Fani, daaaaan, termasuk didepan cowok kakak kelasku yang sedang aku perhatikan beberapa minggu ini, 'Reno', gagah kan namanya? Anak kelas tiga IPS, hufft pengen rasanya kenalan, tp gak mungkin bangett, kalo aku memperkenalkan diri pake nama 'Astrid', bisa bisa semua sahabatku menertawakanku sejadi jadinya, kalo kenalan pake nama Ncit juga kebayang kan???
Co: hi, aku RENO | Ce: hai juga, aku ncit.............. Krik krik
Jomplang banget nampaknya,, hiks..
Orang bilang, nama Ncit itu imut, seimut pemiliknya, --walaupun gak seimut itu juga sih-- tinggiku 165cm, rambut hitam agak ikal ku sebahu, dan 'orang bilang' juga aku cantik dan keliatan kayak keturunan Pakistan PADAHAL NGGAK SAMA SEKALI. Dada ku yang tumbuh sejak masuk SMA ini masih terus tumbuh membulat sehingga harus kututupi dengan seragam yang nampaknya semakin kekecilan ini, tapi ya sudahlah, yang penting aku cantik.. ♥
Aku anak tunggal, Kedua orang tua ku asli Pekalongan, namun aku lahir dan besar disini, di Bandung, Ncit kecil, tinggal di daerah Bandung utara dengan udara yang masih bisa dibilang sejuk, hingga sekarang, Ncit masih tinggal sama orang tua nya, dan pernah punya pacar --ini yang luar biasa-- walaupun hanya bertahan seminggu, dan hanya tiga kali ketemu diluar, selebihnya. Pura pura gak kenal satusama lain di sekolah. Kasian Ncit ya.
Oke cukup cerita sedihnya.
Singkat cerita, Reno sudah menyita banyak perhatianku sejak pertemuan di kantin bakso saat itu. Aku yang berlari dari kelas mengejar dua sahabatku ke kantin tanpa sengaja bertabrakan dengan cowok tinggi senior ekskul basket itu, rambut nya cepak, mata nya sayu tapi tajam.. Kulit nya gak putih tapi coklat terang, dari badannya tercium aroma deodoran yang aku selalu ingat,, hmmm.. Aku beneran masih ingat wangi nya.... Andai aku bisa kenalan saat itu, tapi dia hanya tersenyum melihat kegugupan ku saat mulut ini hendak bilang maaf, dan akhirnya aku tau dari dua sahabatku siapa namanya dan reputasinya di sekolah ini.
Dia sempat dua kali membawa nama sekolah jadi pemenang di liga basket SMA, semenjak dia kelas tiga, dia putus dengan pacarnya yang sudah dua tahun dipacari, Febby. Dari kelas IPA, gadis pinter juara olimpiade matematika, yang sempet jadi wakil sekolah ku untuk "Miss Highschool Bandung".. Kebayang kan, Reno : cowok ganteng tinggi, atletis, berprestasi, harus putus sama Febby : cewek idaman seluruh cowok di sekolah ini, ramah, pinter dan yang pasti cantik banget. Mereka layaknya raja dan ratu di sekolah ini.
Yang pasti, si Ncit yang malang ini masih jauh dari kata kompeten untuk bisa ditaksir atau BAHKAN berkenalan sama Reno sang superboy itu, yang bisa kulakukan hanya memperhatikan nya dari jauh sambil bergosip sama dua sahabatku yang tak henti menyuruhku untuk berkenalan sama Reno, ya.. Dua sahabatku yang juga temen sekelas ku ini selalu ada dalam keseharianku, Tiara yang berkerudung dan Fani, anak tomboy dengan rambut pendek, yang paling berani diantara kami... aku selalu sayang kalian.. Nampaknya didunia ini aku cuma punya kalian sebagai teman hidup..
Kok jadi sedih lagi ya..? lebay
-------
"Citt! Kok Fani gak bales bbm ku ya..??"
Pagi ini Tiara tampak khawatir karena Fani yang gak bisa dihubungi sejak tadi malem,
"Hp nya lupa di cas kali Ti.." Jawabku menenangkan,
"Tadi malem dia sempet ngeshare musik di Path loh Cit.." balas Tiara cepat. "Dia sakit gituh?" Timpalnya lagi, bersamaan dengan suara sms yang ternyata dari kakak nya Fani yang mengabarkan kalo Fani gak bisa masuk karena sakit, yang lalu aku berikan pada tiara agar ia juga membaca nya.. "Kok bisa yah, kemaren itu anak sehat sehat aja da..? Kata Tiara sambil membetulkan kerudungnya.
"Ya udah pulangnya nanti kita mampir ke Fani ajah.."
Ucap ku menutup pembicaraan di ruang kelas yang hanya baru diisi kami berdua.
Mataku terus memperhatikan ke arah luar pintu kelas yang terbuka mengarah ke lorong, disana sedang duduk dua laki laki, dan salah satunya jadi pusat pandanganku, Reno.
Tiara masih bicara menjawab pernyataan terakhirku walau terdengar samar samar karena perhatianku tertuju pada sosok laki laki tegap itu, duduk ngobrol sambil memainkan bola basket, jari jari panjang nya menggenggam keras bola basket itu seperti hendak dipecahkan. Oh.
"Woy! Ciit!" Tiara mengagetkanku, aku diam, malu
"Udaah, kenalan aja hayuuu.. Aku kenalin yahhhh" Kata nya sambil berdiri dan meraih tanganku dan menuju ke luar kelas, mungkin udara pagi masih membuat otakku bebal, aku menuruti ajakan gadis nekat berkerudung itu keluar kelas, lalu berdiri didepan dua cowok yang langsung menatap bingung ke arah ku dan kawanku ini.
"Ka Reno, kenalin, ini temen sekelas aku di dua sepuluh.." Kata kata Tiara spontan menyedot kembali kesadaranku yang lalu sontak membuat pipi ku memerah,,
"Ncit ya? Aku Reno." Kaget setengah mati antara tidak percaya dan malu dicampur pingin pipis, RENO TAU NAMAKU.
Cowok itu menjulurkan tangannya padaku, pelan aku menyambutnya, tanganku terlihat kurus dan kecil dibanding tangannya..saat ku genggam, terasa kasar. Jari jari panjang dan besar yang tadi aku perhatikan itu kini mencengkram jari jari ku yang mungil ini, ada kehangatan di udara dingin ini, kehangatan dari tangan nya dan dari matanya. Indah, oh. "...ncit..." Jawabku kecil, dibanding suara nya yang nge bass dan tegas itu, tangan nya masih menggenggam tanganku, sekarang terasa sangat hangat.
--------
Selama jam pelajaran aku tak bisa konsentrasi, ditambah Tiara di bangku depan yang selalu melirik dan menertawakanku seolah puas dengan praktek bullying nya padaku tadi pagi, sengaja membiarkanku malu setengah mati dengan mengajak kenalan pada cowok itu. (Yang Aku gak mau sebut namanya) huffffft apa daya.. Gadis tidak populer seperti aku hanya bisa megap megap saat berkenalan dengan cowok multi populer itu, yang masih mengganjal di pikiranku, Tiara bilang, Reno memang tau nama ku Ncit sejak lama, ooh antara ber-andai dan badai ingin pulang saja rasanyaaa... TIARAAAAAA aku benci sama kamuuu, terima kasiih ♥
Saat jam pulang, kami yang sudah sepakat akan menjenguk Fani masih ngobrol sambil memegang hp masing masing di depan kelas, Tiara bermaksud untuk pulang dulu karena rumahnya dekat dari sini. aku mengiyakan dan bilang tidak akan ikut, aku terlalu lelah untuk menyalakan motor dan memutar gedung sekolah bersama Tiara ke rumahnya.
"Ya udah tunggu bentar ya, aku mah cuma bentar ko ncit..." Kata Tiara sambil setengah berlari menuju parkiran motor yang sudah agak kosong itu, aku tidak menjawab, aku berjalan pelan masuk lagi ke ruang kelas yang kosong, mataku menatap layar hp berisi chat bbm dengan Fani yang katanya lagi diserang influenza dirumah nya.
"Astrid... Pssst... Ncit..."
Suara laki laki dibelakang mengagetkanku.
Aku sudah hampir duduk di bangku paling depan ruangan.
"Tiara mana? Kok gak bareng...?"
Sosok Reno celingak celinguk di dekat pintu kelas, aku tertegun diantara kaget dan tak tahu harus berbuat apa. Di kekosongan kelas ini hanya satu banding dua ratus juta kemungkinannya kalo aku harus ketemu Reno yang tadi pagi baru berkenalan dan membuat hati ini bahagia campur salting, dan merasa culun.
"I...I,..ya... Gak bareng, Tiara, b..ba.*** aja pulang... Tpi mau balik lagi sih, kita mau nengok temen.."
Jawabku ngaco dan gugup, Reno manggut manggut sambil masuk kelas lalu duduk diatas meja tak jauh dari tempat ku berdiri,
"Kok belum pulang ka..?"
Tanya ku sekalian memecah keheningan beberapa saat itu.
"Iya, aku ada latian, tapi yang lain belom pada ngumpul, terus jalan jalan dulu, ngeliat kamu deh disini sendirian.." Jawab Reno yang sekarang turun dari meja dan mendekati ku...
Kamu kok gak keluar aja sana sih?? Aku grogi banget, salting plus bingung inii???? Pikirku sambil pura pura melihat layar hp lagi.
"Ncit kamu panitia acara perpisahan kelas tiga ntar ya? Aku pengen ngomongin acara nya nih.."
Suara Reno yang berat menyebut nama imut ku kembali membuat darah ini mengalir kencang. Badan ini terasa lemas saat dia semakin dekat, aku pun duduk di kursi paling depan sambil berpikir akan menjawab apa, ternyata Reno duduk di kursi samping bangku ini, jaraknya hanya seraih saja sekarang, wangi deodoran yang kuingat tercium lagi, sangat kuat tapi menyegarkan, sebagai perempuan normal, aku pengen banget meluk dan menikmati terus sensasi wangi itu, dan menghirupnya dalam dalam.. Oh.
"Yeh malah ngelamun neng.. Kalian panitia kan??" Lagi suara nya mengagetkan.
"Eeeu, Tiara kak panitia nya,, aku nggak hehee.." Jawabku cengengesan. Mataku memandang kosong ke arah samping Reno, berharap ia pergi sekarang juga, atau memelukku sekalian *ngarep
"Oh,kirain kamu teh panitia juga.."
Aku hanya tersenyum kecil, ujung mataku memandang wajah kakak kelas ku yang gak mau pergi itu, ia sedang memandangiku juga ternyata, ampunnn aku harus ngapaiin....????
"Kamu sakit ncit? Kok ngelamun sambil kaya menggigil gitu??" Tanya Reno
"Engga.. Kak"
Sekilas, kulihat wajah Reno sedang tersenyum ke arah ku, manis banget.. Tiba tiba ia berdiri dari duduk nya dan mnghampiriku, tangannya memegan wajahku, menyibak beberapa helai rambut yang menutupi mata ini. "Kamu cantik ya ncit, asli.." Aku yang hampir tidak bernafas ini kelabakan dan berusaha menjauh dari nya, beringsut ke kursi samping. Melihat itu, Reno tersenyum dan duduk di kursi tempatku tadi, lengan nya yang kekar dletakkan pada sandaran kursi, tubuhnya miring ke arahku seperti hendak bicara. "Kamu tau gak ncit, kamu itu beneran cantik.." Katanya lagi pelan, kini aku merasa sangat terintimidasi dengan keadaan ini, sontak aku meracau, "eeeu.. Kakak kenapa putus sama kak Febby??"
Dalam rangka membuyarkan konsentrasi nya. Reno tidak menjawab, ia malah mendekatkan wajahnya sekarang ke arah wajahku.. Dekat sekali, aku tertunduk, antara ingin teriak minta tolong atau teriak minta dicium!
Dagu ku diangkat oleh Reno, jari nya yang. Kasar membuat darah di wajah berdesir cepat, belum tersadar, kini bibirnya ada di bibir ini.. Bibirku yang kering karena gugup kini setengah basah oleh bibir Reno.. Rasanya manis, panas dan basah.. Ini kali pertama aku merasakan bibir cowok!
Apakah aku harus menyudahinya? Atau melanjutkan? Kini lidah Reno ada dalam mulutku, ia menjilat geligi depanku lalu menggigit pelan bibir atasku, mmmh aku baru sadar kalo tangan kiri Reno sudah menggenggam dada kanan ku, aku menggigil saat merasan geli nya menjalar di seluruh tubuh ini, kayaknya aku mau pingsan saat Reno melenguh sambil sebut namaku "..Ncit...mmmhhhhhh"
Tangan kanannya kini memelukku, dada kami menempel sedangkan tangak kiri nya masih memijat pelan dada ku satu persatu.
Punggungku terasa lemas, nafas yang tidak beraturan semakin cepat dan kadang aku lupa bernafas, saat Reno menekankan dadanya ke dadaku,
"hhhh,,,, kakak ngapain..mmhh.. Sih... Aku..mhh malu... Kak...." Disela jilatan dan gigutan Reno pada bibir dan lidahku aku beranikan bicara, lalu kedua tangannya mengangkat tubuhku yang sudah terasa sangat lemah ini ke atas meja, kini aku duduk bersandar menopang kepalaku pada kepalanya, lalu Reno meneruskan menciumi pipiku, kembali ke bibir memasukan lidahnya, menuju ke pipi, turun kebawah sambil menjilati leher ini perlahan.... Rasanyaaaaa.... Ooooh Renoo... Aku menghisap aroma rambutnya dalam dalam, saat lidah Reno menjilati leherku, entah apa maksudnya, tapi saat ini juga aku merasakan gairah, semangat, bahagia, atau apalah namanya.
Tubuh kami berkeringat, saat jeda kami mengulum mulut masing masing kami berpandangan mesra dan sesekali melihat keadaan, keluar sambil memasang telinga apakah Tiara sudah kembali. Reno membuka dua kancing seragamku lalu merogoh kedalam, kini buah dada yang tidak pernah dilihat siapapun itu menyembul dan putingnya kemerahan berada diantara gigi Reno, aku menolak dan menghindar karena takut, terlalu takut untuk merasakan kenikmatan itu, tapi Reno mengeluarkannya lagi perlahan sambil tersenyum pasti seolah meyakinkanku. Aku setuju. "Kak.. Udah ya.. Aku takut..hhhh kak..." Reno lalu melihat dalam ke arah mataku.. "Tenang Ncit ku... Aman kok.." Kata kata itu sama sekali tidak menenangkanku, tapi sensasi geli yang kurasakan saat Reno mengulum kembali puting kananku yang menyembul keluar seragam ini kembali membuat ku seperti setengah tidur, aku semakin membiarkannya,, lalu kini keduanya sudah berada diluar, bra ku yang menghalangi ku lipat keatas demi membiarkan Reno Dengan mudah menjilati kedua nya.. "Ooohhh,,,, kak.. Enak eeughh...tapi aku takuut..mhhhhh...." "Slurp.. Slep.. SssSlluurpp... Reno hanya menjawab dengan suara hisapan nya pada puting ku yang kini sangat sangat merah..
Apa boleh buat..
Kadang nama itu bikin aku gak percaya diri diantara temen sekelasku, diantara dua sahabatku Tiara dan Fani, daaaaan, termasuk didepan cowok kakak kelasku yang sedang aku perhatikan beberapa minggu ini, 'Reno', gagah kan namanya? Anak kelas tiga IPS, hufft pengen rasanya kenalan, tp gak mungkin bangett, kalo aku memperkenalkan diri pake nama 'Astrid', bisa bisa semua sahabatku menertawakanku sejadi jadinya, kalo kenalan pake nama Ncit juga kebayang kan???
Co: hi, aku RENO | Ce: hai juga, aku ncit.............. Krik krik
Jomplang banget nampaknya,, hiks..
Orang bilang, nama Ncit itu imut, seimut pemiliknya, --walaupun gak seimut itu juga sih-- tinggiku 165cm, rambut hitam agak ikal ku sebahu, dan 'orang bilang' juga aku cantik dan keliatan kayak keturunan Pakistan PADAHAL NGGAK SAMA SEKALI. Dada ku yang tumbuh sejak masuk SMA ini masih terus tumbuh membulat sehingga harus kututupi dengan seragam yang nampaknya semakin kekecilan ini, tapi ya sudahlah, yang penting aku cantik.. ♥
Aku anak tunggal, Kedua orang tua ku asli Pekalongan, namun aku lahir dan besar disini, di Bandung, Ncit kecil, tinggal di daerah Bandung utara dengan udara yang masih bisa dibilang sejuk, hingga sekarang, Ncit masih tinggal sama orang tua nya, dan pernah punya pacar --ini yang luar biasa-- walaupun hanya bertahan seminggu, dan hanya tiga kali ketemu diluar, selebihnya. Pura pura gak kenal satusama lain di sekolah. Kasian Ncit ya.
Oke cukup cerita sedihnya.
Singkat cerita, Reno sudah menyita banyak perhatianku sejak pertemuan di kantin bakso saat itu. Aku yang berlari dari kelas mengejar dua sahabatku ke kantin tanpa sengaja bertabrakan dengan cowok tinggi senior ekskul basket itu, rambut nya cepak, mata nya sayu tapi tajam.. Kulit nya gak putih tapi coklat terang, dari badannya tercium aroma deodoran yang aku selalu ingat,, hmmm.. Aku beneran masih ingat wangi nya.... Andai aku bisa kenalan saat itu, tapi dia hanya tersenyum melihat kegugupan ku saat mulut ini hendak bilang maaf, dan akhirnya aku tau dari dua sahabatku siapa namanya dan reputasinya di sekolah ini.
Dia sempat dua kali membawa nama sekolah jadi pemenang di liga basket SMA, semenjak dia kelas tiga, dia putus dengan pacarnya yang sudah dua tahun dipacari, Febby. Dari kelas IPA, gadis pinter juara olimpiade matematika, yang sempet jadi wakil sekolah ku untuk "Miss Highschool Bandung".. Kebayang kan, Reno : cowok ganteng tinggi, atletis, berprestasi, harus putus sama Febby : cewek idaman seluruh cowok di sekolah ini, ramah, pinter dan yang pasti cantik banget. Mereka layaknya raja dan ratu di sekolah ini.
Yang pasti, si Ncit yang malang ini masih jauh dari kata kompeten untuk bisa ditaksir atau BAHKAN berkenalan sama Reno sang superboy itu, yang bisa kulakukan hanya memperhatikan nya dari jauh sambil bergosip sama dua sahabatku yang tak henti menyuruhku untuk berkenalan sama Reno, ya.. Dua sahabatku yang juga temen sekelas ku ini selalu ada dalam keseharianku, Tiara yang berkerudung dan Fani, anak tomboy dengan rambut pendek, yang paling berani diantara kami... aku selalu sayang kalian.. Nampaknya didunia ini aku cuma punya kalian sebagai teman hidup..
Kok jadi sedih lagi ya..? lebay
-------
"Citt! Kok Fani gak bales bbm ku ya..??"
Pagi ini Tiara tampak khawatir karena Fani yang gak bisa dihubungi sejak tadi malem,
"Hp nya lupa di cas kali Ti.." Jawabku menenangkan,
"Tadi malem dia sempet ngeshare musik di Path loh Cit.." balas Tiara cepat. "Dia sakit gituh?" Timpalnya lagi, bersamaan dengan suara sms yang ternyata dari kakak nya Fani yang mengabarkan kalo Fani gak bisa masuk karena sakit, yang lalu aku berikan pada tiara agar ia juga membaca nya.. "Kok bisa yah, kemaren itu anak sehat sehat aja da..? Kata Tiara sambil membetulkan kerudungnya.
"Ya udah pulangnya nanti kita mampir ke Fani ajah.."
Ucap ku menutup pembicaraan di ruang kelas yang hanya baru diisi kami berdua.
Mataku terus memperhatikan ke arah luar pintu kelas yang terbuka mengarah ke lorong, disana sedang duduk dua laki laki, dan salah satunya jadi pusat pandanganku, Reno.
Tiara masih bicara menjawab pernyataan terakhirku walau terdengar samar samar karena perhatianku tertuju pada sosok laki laki tegap itu, duduk ngobrol sambil memainkan bola basket, jari jari panjang nya menggenggam keras bola basket itu seperti hendak dipecahkan. Oh.
"Woy! Ciit!" Tiara mengagetkanku, aku diam, malu
"Udaah, kenalan aja hayuuu.. Aku kenalin yahhhh" Kata nya sambil berdiri dan meraih tanganku dan menuju ke luar kelas, mungkin udara pagi masih membuat otakku bebal, aku menuruti ajakan gadis nekat berkerudung itu keluar kelas, lalu berdiri didepan dua cowok yang langsung menatap bingung ke arah ku dan kawanku ini.
"Ka Reno, kenalin, ini temen sekelas aku di dua sepuluh.." Kata kata Tiara spontan menyedot kembali kesadaranku yang lalu sontak membuat pipi ku memerah,,
"Ncit ya? Aku Reno." Kaget setengah mati antara tidak percaya dan malu dicampur pingin pipis, RENO TAU NAMAKU.
Cowok itu menjulurkan tangannya padaku, pelan aku menyambutnya, tanganku terlihat kurus dan kecil dibanding tangannya..saat ku genggam, terasa kasar. Jari jari panjang dan besar yang tadi aku perhatikan itu kini mencengkram jari jari ku yang mungil ini, ada kehangatan di udara dingin ini, kehangatan dari tangan nya dan dari matanya. Indah, oh. "...ncit..." Jawabku kecil, dibanding suara nya yang nge bass dan tegas itu, tangan nya masih menggenggam tanganku, sekarang terasa sangat hangat.
--------
Selama jam pelajaran aku tak bisa konsentrasi, ditambah Tiara di bangku depan yang selalu melirik dan menertawakanku seolah puas dengan praktek bullying nya padaku tadi pagi, sengaja membiarkanku malu setengah mati dengan mengajak kenalan pada cowok itu. (Yang Aku gak mau sebut namanya) huffffft apa daya.. Gadis tidak populer seperti aku hanya bisa megap megap saat berkenalan dengan cowok multi populer itu, yang masih mengganjal di pikiranku, Tiara bilang, Reno memang tau nama ku Ncit sejak lama, ooh antara ber-andai dan badai ingin pulang saja rasanyaaa... TIARAAAAAA aku benci sama kamuuu, terima kasiih ♥
Saat jam pulang, kami yang sudah sepakat akan menjenguk Fani masih ngobrol sambil memegang hp masing masing di depan kelas, Tiara bermaksud untuk pulang dulu karena rumahnya dekat dari sini. aku mengiyakan dan bilang tidak akan ikut, aku terlalu lelah untuk menyalakan motor dan memutar gedung sekolah bersama Tiara ke rumahnya.
"Ya udah tunggu bentar ya, aku mah cuma bentar ko ncit..." Kata Tiara sambil setengah berlari menuju parkiran motor yang sudah agak kosong itu, aku tidak menjawab, aku berjalan pelan masuk lagi ke ruang kelas yang kosong, mataku menatap layar hp berisi chat bbm dengan Fani yang katanya lagi diserang influenza dirumah nya.
"Astrid... Pssst... Ncit..."
Suara laki laki dibelakang mengagetkanku.
Aku sudah hampir duduk di bangku paling depan ruangan.
"Tiara mana? Kok gak bareng...?"
Sosok Reno celingak celinguk di dekat pintu kelas, aku tertegun diantara kaget dan tak tahu harus berbuat apa. Di kekosongan kelas ini hanya satu banding dua ratus juta kemungkinannya kalo aku harus ketemu Reno yang tadi pagi baru berkenalan dan membuat hati ini bahagia campur salting, dan merasa culun.
"I...I,..ya... Gak bareng, Tiara, b..ba.*** aja pulang... Tpi mau balik lagi sih, kita mau nengok temen.."
Jawabku ngaco dan gugup, Reno manggut manggut sambil masuk kelas lalu duduk diatas meja tak jauh dari tempat ku berdiri,
"Kok belum pulang ka..?"
Tanya ku sekalian memecah keheningan beberapa saat itu.
"Iya, aku ada latian, tapi yang lain belom pada ngumpul, terus jalan jalan dulu, ngeliat kamu deh disini sendirian.." Jawab Reno yang sekarang turun dari meja dan mendekati ku...
Kamu kok gak keluar aja sana sih?? Aku grogi banget, salting plus bingung inii???? Pikirku sambil pura pura melihat layar hp lagi.
"Ncit kamu panitia acara perpisahan kelas tiga ntar ya? Aku pengen ngomongin acara nya nih.."
Suara Reno yang berat menyebut nama imut ku kembali membuat darah ini mengalir kencang. Badan ini terasa lemas saat dia semakin dekat, aku pun duduk di kursi paling depan sambil berpikir akan menjawab apa, ternyata Reno duduk di kursi samping bangku ini, jaraknya hanya seraih saja sekarang, wangi deodoran yang kuingat tercium lagi, sangat kuat tapi menyegarkan, sebagai perempuan normal, aku pengen banget meluk dan menikmati terus sensasi wangi itu, dan menghirupnya dalam dalam.. Oh.
"Yeh malah ngelamun neng.. Kalian panitia kan??" Lagi suara nya mengagetkan.
"Eeeu, Tiara kak panitia nya,, aku nggak hehee.." Jawabku cengengesan. Mataku memandang kosong ke arah samping Reno, berharap ia pergi sekarang juga, atau memelukku sekalian *ngarep
"Oh,kirain kamu teh panitia juga.."
Aku hanya tersenyum kecil, ujung mataku memandang wajah kakak kelas ku yang gak mau pergi itu, ia sedang memandangiku juga ternyata, ampunnn aku harus ngapaiin....????
"Kamu sakit ncit? Kok ngelamun sambil kaya menggigil gitu??" Tanya Reno
"Engga.. Kak"
Sekilas, kulihat wajah Reno sedang tersenyum ke arah ku, manis banget.. Tiba tiba ia berdiri dari duduk nya dan mnghampiriku, tangannya memegan wajahku, menyibak beberapa helai rambut yang menutupi mata ini. "Kamu cantik ya ncit, asli.." Aku yang hampir tidak bernafas ini kelabakan dan berusaha menjauh dari nya, beringsut ke kursi samping. Melihat itu, Reno tersenyum dan duduk di kursi tempatku tadi, lengan nya yang kekar dletakkan pada sandaran kursi, tubuhnya miring ke arahku seperti hendak bicara. "Kamu tau gak ncit, kamu itu beneran cantik.." Katanya lagi pelan, kini aku merasa sangat terintimidasi dengan keadaan ini, sontak aku meracau, "eeeu.. Kakak kenapa putus sama kak Febby??"
Dalam rangka membuyarkan konsentrasi nya. Reno tidak menjawab, ia malah mendekatkan wajahnya sekarang ke arah wajahku.. Dekat sekali, aku tertunduk, antara ingin teriak minta tolong atau teriak minta dicium!
Dagu ku diangkat oleh Reno, jari nya yang. Kasar membuat darah di wajah berdesir cepat, belum tersadar, kini bibirnya ada di bibir ini.. Bibirku yang kering karena gugup kini setengah basah oleh bibir Reno.. Rasanya manis, panas dan basah.. Ini kali pertama aku merasakan bibir cowok!
Apakah aku harus menyudahinya? Atau melanjutkan? Kini lidah Reno ada dalam mulutku, ia menjilat geligi depanku lalu menggigit pelan bibir atasku, mmmh aku baru sadar kalo tangan kiri Reno sudah menggenggam dada kanan ku, aku menggigil saat merasan geli nya menjalar di seluruh tubuh ini, kayaknya aku mau pingsan saat Reno melenguh sambil sebut namaku "..Ncit...mmmhhhhhh"
Tangan kanannya kini memelukku, dada kami menempel sedangkan tangak kiri nya masih memijat pelan dada ku satu persatu.
Punggungku terasa lemas, nafas yang tidak beraturan semakin cepat dan kadang aku lupa bernafas, saat Reno menekankan dadanya ke dadaku,
"hhhh,,,, kakak ngapain..mmhh.. Sih... Aku..mhh malu... Kak...." Disela jilatan dan gigutan Reno pada bibir dan lidahku aku beranikan bicara, lalu kedua tangannya mengangkat tubuhku yang sudah terasa sangat lemah ini ke atas meja, kini aku duduk bersandar menopang kepalaku pada kepalanya, lalu Reno meneruskan menciumi pipiku, kembali ke bibir memasukan lidahnya, menuju ke pipi, turun kebawah sambil menjilati leher ini perlahan.... Rasanyaaaaa.... Ooooh Renoo... Aku menghisap aroma rambutnya dalam dalam, saat lidah Reno menjilati leherku, entah apa maksudnya, tapi saat ini juga aku merasakan gairah, semangat, bahagia, atau apalah namanya.
Tubuh kami berkeringat, saat jeda kami mengulum mulut masing masing kami berpandangan mesra dan sesekali melihat keadaan, keluar sambil memasang telinga apakah Tiara sudah kembali. Reno membuka dua kancing seragamku lalu merogoh kedalam, kini buah dada yang tidak pernah dilihat siapapun itu menyembul dan putingnya kemerahan berada diantara gigi Reno, aku menolak dan menghindar karena takut, terlalu takut untuk merasakan kenikmatan itu, tapi Reno mengeluarkannya lagi perlahan sambil tersenyum pasti seolah meyakinkanku. Aku setuju. "Kak.. Udah ya.. Aku takut..hhhh kak..." Reno lalu melihat dalam ke arah mataku.. "Tenang Ncit ku... Aman kok.." Kata kata itu sama sekali tidak menenangkanku, tapi sensasi geli yang kurasakan saat Reno mengulum kembali puting kananku yang menyembul keluar seragam ini kembali membuat ku seperti setengah tidur, aku semakin membiarkannya,, lalu kini keduanya sudah berada diluar, bra ku yang menghalangi ku lipat keatas demi membiarkan Reno Dengan mudah menjilati kedua nya.. "Ooohhh,,,, kak.. Enak eeughh...tapi aku takuut..mhhhhh...." "Slurp.. Slep.. SssSlluurpp... Reno hanya menjawab dengan suara hisapan nya pada puting ku yang kini sangat sangat merah..