Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Nakalnya Senyum Istriku (WARNING : CUCKOLD CONTENT)

Sudah baca?

  • Dibalik teduhnya senyum ibuku

    Votes: 51 75,0%
  • Terjebak hasrat (Lisa dan Labirin)

    Votes: 32 47,1%

  • Total voters
    68
  • Poll closed .
10 | AJI MUMPUNG

Beribu-ribu puisi kan ku tulis untuk mendeskripsikan wajah dari Elsa yang dahulu menemani ku mengarungi lautan darah yang membanjiri ruangan dengan ibuku yang terkulai lemas, bulu mata yang lentik dengan susuan gigi rapih membuat siapa saja rela mendekati nya.

Andai saja Elsa hidup dijaman dahulu mungkin ia adalah penyebab peperangan yang disebabkan oleh perebutan akan hatinya, tapi begitulah Elsa yang dahulu aku temui bersama sejuta pesonanya.

---

Aku duduk pada selasar kantin jurusan dengan sebuah botol yang berisikan air putih dengan dicampur bubuk kopi. Menghirup nya pelan dan berusaha menikmati sapuan udara dari hujan yang turun.

Beberapa kali muka ku seperti ditiup oleh angin yang membawa air hujan sedang tubuhku hanya terbungkus jaket tipis berlogo tiga garis yang sudah aku pakai sejak SMA hingga kini menjelang semester akhir.

"Feri ya?" Ucap seseorang wanita yang datang dari arah samping dengan membawa tas selempang berwarna mocca itu.

"Ehh, betul ada apa?" Tanya ku yang tak pernah melihat wanita dengan rambut sepundak serta senyumnya yang membuat hujan ku segera menjadi hangat.

"Aku Elsa, dari komunikasi" ucapnya yang membuat hidupku berubah 360 derajat dan Mambawa sebuah kabar gembira pada anak dengan cacat mental seperti ku.

Benar, aku akui jika saat ini bayangan itu terus berputar hingga aku lupa jika mataku menatap kosong pada layar televisi yang masih menampilkan kondisi rumah ku.

Elsa - istriku kini duduk dengan napas yang terengah dengan tangan memegang sendok berisikan nasi beserta lauk.

"Dimakan dong" ucap Pak Soni yang duduk tepat didepan istriku sedang Dasep berada disebelahnya.

Tapi bagai boneka porselen istriku hanya bergeming dengan sendok yang masih terangkat. Pak Soni menggeleng pelan dan menyentuh tangan istriku.

"Ehh gimana pak?"

"Hmmm, Sep kamu keluar dulu" titah Pak Soni pada Dasep yang dengan cepat dipatuhi oleh satpam itu.

"Ada apa?" Tanya Pak Soni dengan senyum nakalnya, tak lupa tangannya kini menggenggam erat istriku.

"Ga ada apa-apa" balas istriku yang berbanding terbalik dengan air mata nya yang turun perlahan dan dengan cepat diusap oleh Pak Soni.

"Masa gak ada apa-apa malah nangis" pak Soni beranjak dari tempat duduknya dan berjalan kearah dapur untuk mengambil segelas air setelah melihat gelas pada samping istriku sudah habis tak bersisa.



Meski air putih yang baru dibawa oleh Pak Soni sudah tandaS, tak urung membuat mulut istriku terbuka untuk berbicara - kecuali matanya yang kian tak bisa berhenti menyeka. Pak Soni menggeleng pelan termasuk diriku yang merasa aneh dengan segala sifat Elsa yang berubah-ubah layaknya langit. Sebelumnya dia bagaikan awan putih namun dengan cepat berubah menjadi awan hitam mendung yang siap menyambar manusia dengan segala keangkuhannya.

"Aku merasa bersalah sama mas Feri" hatiku tetiba merasa hangat saat kata itu meluncur bebas dan menikam setiap saraf pada muka juga hatiku.

Terdengar aneh tapi begitulah rasanya ada jutaan kupu-kupu yang siap lepas landas dari lubang pusarku saat tahu jika Elsa lagi memikirkan ku meski sebelumnya sudah menjadi bulan-bulanan Pak Soni.

"Kok gitu si?" Tanya Pak Soni dengan raut yang tak bisa dibaca, pria itu bergerak untuk duduk tepat disebelah istriku.

Berbeda dengan sebelumnya kali ini istriku seperti risih dengan melepaskan tangan pak Soni dari atas paha nya yang tak tertutup apapun. Lagi-lagi aku tersenyum bangga dan tak percaya dengan apa yang sedang terjadi termasuk gerakan tangan Elsa yang mengambil gawai pada sisi meja makan.

Tak sampai lima detik panggilan menghampiri gawai ku yang sejak tadi kudiamkan diatas meja - menampilkan foto ku bersama anak-anak dan juga sebuah tombol merah dan hijau.

Aku berusaha menormalkan rasa haru ku dan menggeser ikon hijau menuju arah atas untuk menerima panggilan dari istriku itu.

"Halo" ucapku membuka panggilan dengan suara yang bergetar menahan rasa tak percaya.

"Halo yah" balas istriku yang kali ini kulihat pada layar televisi sudah berdiri menuju arah belakang untuk menjauh dari jangkauan Pak Soni meski istriku masih tampil tanpa busana.

"Gimana, ada apa?" Tanya ku tak sabar seperti anak yang meminta untuk segera dibuatkan sebotol susu.

'sialan'

Mataku melotot sejadi-jadinya saat melihat pak Soni dengan cepat mengambil alih gawai pada tangan istriku dan dengan cepat menaruh nya diatas meja makan. Aku masih meremas gawai saat tangan keriput pak Soni meremas kedua payudara istriku dari arah belakang.

"Ngapain si" ucap pak Soni dengan suara tertahan dan memajukan posisi selangkangan nya hingga bersarang didepan pantat istriku yang polos itu.

"Uhhh lepas pak shhhh" racau istriku dengan ekspresi yang campur aduk itu.

Bahkan aku bisa dengan jelas mendengar kan lenguhan panjang istriku dari balik panggilan yang belum terputus itu, sepertinya hilang sudah kesempatan untuk kembali menjadi Elsa yang ku kenal karena saat ini dia hanya bisa memejamkan mata saat goyangan pinggul pria tua itu semakin menuntut.

Suara desahan istriku mendadak tak terdengar saat tangan nya terlanjur sadar jika masih berada dalam panggilan denganku dan dengan cepat jari-jarinya menekan ikon merah dan membuat aku kembali masam dan memperbesar suara televisi agar bisa dengan jelas mendengar setiap suara yang keluar dari mulutnya.

Kali ini remasan tangan pak Soni berbeda dari sebelumnya - kali ini lebih kasar dan menuntut seakan tak terima jika istriku merasa bersalah dan tak pantas untuk meminta maaf dariku.

"Sshhaakit pakk" jerit istriku saat rambut panjang ditarik paksa hingga kedua payudara nya membusung dengan bergetar hebat.

Jeritan itu cukup keras hingga membuat Dasep datang dari arah belakang dan berjalan mendekati istriku.

Satpam komplek itu sedikit menggeleng dan menepuk pak Soni agar memelankan suaranya namun nihil peringatan dari Dasep tak di gubris.

"Lu kalo mau diem aja, gak usah jadi pahlawan" ucap pak Soni dingin membuat Dasep kembali menggeleng namun kali ini sembari membuka celananya.

Kali ini sudah ada tiga orang dengan tanpa busana yang terlihat polos dengan segala birahinya masing-masing. Istriku masih menangis saat remasan pada payudaranya semakin kencang dan sesekali ikut ditampar oleh tangan keriput dari ketua RW komplek ku itu.

Tubuhnya yang putih kini berubah menjadi merah saat Dasep ikut meremasi tubuhnya meski dengan posisi berdiri.

"Awas sep, mulai kurang ajar ini Elsa" ucap pak Soni menarik paksa rambut istriku dan mengarahkannya agar kembali pada meja makan dengan posisi menungging hingga kedua payudara terjepit dan menciptakan himpitan antara payudara juga meja.

Pantat istriku yang sebelumnya menjadi bulan-bulanan pak Soni kini berpindah pada tangan Dasep yang ikut dalam permainan. Tampak pak Soni keluar dari rumah yang aku duga pria itu akan membiarkan agar Dasep menggunakan istriku terlebih dahulu.

"Maaf Bu, Dasep masukin ya" izin Dasep yang belum dibalas sudah tanggung masuk.

"Auhhhhh masih kering seppp" jerit istri ku yang tak digubris dan tetap memaksa agar penisnya masuk kedalam vagina istriku.

"Maaf Bu Dasep udah sangee shhh, rapet banget Bu" balas Dasep tanpa peduli langsung menggerakkan pinggul nya hingga timbul suara Antara kaki meja yang bermaterialkan kayu itu dengan lantai granit rumahku.

Tiap kali Dasep memajukan pinggulnya saat itu pula istriku menjerit keras. Mata Dasep memutih dengan kepala yang mendongak seperti tak percaya jika ini semua bisa terjadi sedang tangan istriku menjulur hingga hampir mengenai ujung meja dengan kepala miring.

"Masih kering Dasep shhhhhh" jerit istri ku yang tak ditanggapi sedikit pun.

Goyangan Dasep mulai cepat secara perlahan-lahan terlebih ku tebak jika vagina istriku mulai ikut membasahi sang empu.

Panis hitam dengan urat yang menonjol itu menerobos paksa lapisan demi lapisan yang belum sempurna terlumasi oleh cairan hingga membuat istriku hingga kini mendesah kesakitan. Pak Soni tak kunjung masuk dan seperti pecundang yang kabur dari sebuah peperangan.

Sedang aku seperti melihat atraksi dengan sensasi baru karena baru kali ini melihat istriku yang diperlakukan begitu murah nya yang membuat penisku semakin naik. Tanpa lama aku mulai menaikan kaki ku pada atas meja dan menurunkan resleting hingga kini penisku bebas untuk kupegang.

"Aduduuhhh pakkk" jerit istriku saat goyangan pinggul Dasep mulai kembali bergerak setelah sementara waktu memelih untuk diam. Tubuh Dasep yang hitam legam itu ikut condong kearah depan dengan tangan meremas pantat putih istriku.

"Uhhh buu sexy benget shhhh" penis Dasep mulai masuk dan keluar seiring goyangan nya yang semakin cepat sedang istriku yang semula menjerit kesakitan kini berubah layaknya wanita dengan sejuta birahi.

Tangan nya yang semulai hanya memegang meja kini meminta agar bisa dipegang oleh desep hingga payudaranya ikut terangkat dan terlihat dengan jelas dari arah samping.

"Shhh ahhh terus seppp gilaaa, lebih gede dari pak Soni ahhuuhhhh"

“ahhhh enak banget neng ini kayak di kenyot”

Payudara istriku bergoyang tak tentu arah terlebih perlakuan Pak Soni akhir akhir ini yang secara tidak langsung membuat ukuran payudara istriku sedikit lebih besar.

Benar saja goyangan yang semula hanya menggerakkan payudara istriku kini bertambah hingga ranjang yang menjadi tempat keduanya bercinta ikut bergerak terlabih tenaga super milik Dasep yang membuat istriku semakin merendahkan tubuh bagian depannya.

Mungkin jika aku berada tepat disamping istriku akan tak jauh berbeda seperti melihat perosotan yang berakhir pada tengkuknya yang ditutupi oleh bulu-bulu halus dari anak rambut.

Desahan demi desahan terus keluar diiringi dengan geraman dari mulut Dasep yang sesekali menampar pantat istriku, aku masih membulatkan mata dan tak percaya dengan apa yang terjadi karena dengan jelas beberapa jam sebelum nya aku masih berbincang asyik bersama Maya dan istriku tentunya.

"Auhhh aaaa enakk shhhh" jerit istriku yang terus berusaha melirik kearah Dasep meski tubuhnya terus bergoyang dengan tangan yang tertarik oleh tenaga Dasep.

“Anjing enak banget ini memek terus mbaaa” Dasep menggeram dan mulai beraksi kembali dengan menyatukan helai rambut istriku dan merubahnya menajdi seperti tali yang diikatkan pada seekor kuda – namun berbeda dengan istriku yang tak lebih baik dari seorang pelacur komplek murahan yang dengan rela dan sadar digenjot oleh satpam juga ketua RW.

Aku kembali dengan perhatian penuh terlebih penisku yang sudah sakit menenkan celana pendek yang terhalang celana dalam ini – dengan tenaga yang terisi kembali aku mencoba untuk masuk kedalam permainan jahanam ini.

“ahhhhh seppppp” istriku kembali menjerit saat goyangan pinggul dasep berubah menjadi hentakan dengan ritme jarang-jarang itu.

“ohhhhh enak banggeeettt” ucap Dasep tiap kali kulitnya beradu meski penis hitamnya tak keluar sepenuhnya dari vagina istriku.

Benar saja istriku kian merendahkan tubuhnya dan semakin menunggingkan pingggulnya hingga aku menggeleng pelan meski tangan ini masih terus untuk mengocok penis yang memanas dan tak sampai dua menit aku sudah mencapai puncak kenikmatan kembali meski istriku belum ada tanda-tanda akan keluar cepat.

Spermaku seperti menampilkan jati diriku yang sebenernya yaitu suami lemah yang tak punya kuasa akan dirinya sendiri dan memilih untuk istriku menajdi lebih dari sebelumnya.

“ahhhh enakkk” istriku mendesaha kemabli sesaat saat kupingku kembali terpasang earphone.

“gini hmmmmm nungging aja bangsat” umpat Dasep yang menyudahi hentakannya dan beralih pada goyangan konstan semula dengan ritme yang dipercepat.

“ahhhh pelannn masssshhhh” istirku mengaduh dan tak percaya jika Dasep yang kesetananan menggarapnya seperti tak ada hari esok.

“rapet banget ini mau crott mbaaaa aduhhh” asep berteriak hingga aku tak percaya dengan semua ini – istriku hanya bisa mndesah menhana rasa sakit juga nikmat.

“Bener seppp terusss mau juga ini aahhhhh”

Tia-tiba keduanya terdiam meski Dasep masih menggenjot istriku dengan ritem yang semakin kencang ingga aku bisa dengan jela mendengar suara pertemuan dua kulit berbeda warn aitu.

“SEPPPPPP”

“BUUUUUU”

Keduanya melolong pasrah tak lama setelah goyangan Dasep yang dipercepat hingga saliva ku rasanya berat untuk sekedar menelan ludah.

Kedaunya masih bergoyang pelan dan aku dug ajika Daspe mengeluarkan seluruh spermanya pada vagina hangat istriku yang sebelumnya baru saja digarap jari-jari keriput Pak Soni. Aku hanya bisa berusaha menormalan detak jantung yang masih berdebar kencang dengan bibir kering yang tak sempat aku basahi.

Dengan cepat tanganku mengambil gelas berisikan air putih yang menajdi obat Penawar dahaga – sementara istriku kini mulau mencoba melepaskan rangkulan tangan Dasep yang masih meremasi pantat putihnya hingga berwarna merah itu.

“makasih buu” ucap Dasep dengan nada canggungnya smebari melepaskan penisnya dan hanya disambut oleh anggukan dari kepala istirku yang sudah kehabisan tenaga itu.

Seperti papan tak bernyawa istriku jatuh sesaat setelah dasep melepeskan penisnya dengan menyisakan sperma yang keluar perlahan dari sela vagina istriku yang tepat mengadapa kamera cctv ku. Kulihat mata istriku terpejam denga Dasep yang berjalan keluar dari kamar dengan mengurut penisnya yang basah oleh cairan pelumas milikya sendiri.

Aku hanya bisa memundurkan posisi tubuh dan menciba mengambil napas sedalam-dalamnya dan memutuskan untuk pulang saat ini persetan dengan Pak Soni dan Dasep yang masih berada didalam rumah mungkin ini adalah Keputusan ku yang selama ini kupikirkan.

Tubuhku seperti robot dengan daya penuh yan gdengan cepat membereskan semua barang-barangku termasuk obat-obatan yang baru saja aku minum beberapa jam lalu. Seteleah dirasa rapih dan tak ada hal lain yang tertinggal aku putuskan untuk masuk kedalam mobil dengan warna silver ini.

Menyalakan mesin dan tanpa lama mulai memebelah jalanan dengan kecekpatan yang sedikit cepat dari biasanya dan – Sial.

Jalanan lebih padat dari biasanya dan tersadar jika saat ini adalah jam pulang kerja yang notabene sudah macet seperti biasa – gigiku menahan marah dengan menekan geraham dan memukul stir mobil beberapa kali saat jalanan melambat dan diam dibeberapa meter kedepan.

Hanya bisa mendesah dan berusaha untuk menormalkan detak jantungku yang anehnya seperti berharap jika ada Pak Soni yang masih berada didalam rumah atau melihat istriku yang mungkin akan diagarap kedua orang asing itu.

Semoga saja hayalanku akan terjadi dan mungkin akan menjadi akhir dari semua rahasia istriku yang berusaha ia tutupi – biar jalan dan genangan yang menjadi saksi anatar kisahku yang akan berkahir sesaat lagi.
BERSAMBUNG.....
 
Bimabet
Ceritanya makin bikin sange nih, Hu @poligan24 . Keren banget sih, bikin dag-dig-dug juga bacanya...

Pengennya sih sehabis Dasep ngegarap Elsa trus dilanjut ama Pak Soni atau sekalian threesome, Hu...

Buat Ferry harusnya sih bisa aktifin Hpnya untuk ttp terkonsentrasi dengan CCTV yang ada di rumahnya. Moga-moga aja moment ini tetep terpantau Ferry. (Ini hanya imajinasi saya sebagai reader lho ya, Hu.... )

Makasih banyak, Hu ✌
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd