Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Naga Merah

Bimabet
Seperti membaca sejarah dengan bahasa yang modern.. semangat hu meskipun minim SS yang bisa bikin sepi.. tapi pasti para reader akan menunggu karya suhu
 
Mohon maaf suhu-suhu, agak telat updatenya, masih dalam proses penulisan hehehe...

Rencana masih ada 2 part sih, final part sama epilognya.

Sementara juga lagi nyari ide buat cerita yang baru setelah naga merah ini tamat.

sekali lagi terimakasih saran, kritik dan komen suhu-suhu sekalian.

Enjoy 😁🍺
 
Ternyata sudah dipenghujung cerita, mantap hu. Apakah happy ending atau sad ending?
 
Semoga dapat ide bagus untuk cerita selanjutnya...
Semoga cerita masalalu model kerajaan....jangan yang modern sdh banyak om suhu....
 
Kayanya bakal ada yg susul doni nih
Trus naga marah bikin dy buka gerbang2 selanjutnya
Atau buka segel di buntut naga hyang danu
 
Part 24
Pertempuran di Gunung Ijen

Gunung ijen dini hari. Kami bertiga menjejakkan kaki di sebuah ceruknya. Bau menyengat belerang langsung menyambut, sementara api biru yang menyala indah terlihat jelas dari tempat kami.

Namun keindahan gunung ijen tidak mengurangi kewaspadaan. Kali ini kami harus bergerak cepat sebelum Natapraja berhasil menempa ulang Kyai Condong Campur.

Aku duduk bersila di sebuah batu pada ceruk tersebut. Kupusatkan pikiranku mencoba mendeteksi dimana lokasi tepat Natapraja di gunung ini.

Namun rupanya Natapraja telah mengantisipasi kedatangan kami dengan memasang pagar gaib yang melindungi esensi kehadirannya.

Aku berdiri dan menggelengkan kepala. Pak Cipta dan Hadi nampaknya mengerti maksudku.

"Terpaksa kita harus berpencar mencari Natapraja dengan menelusuri semua bagian gunung ini", ujar Hadi

"Tetapi aku khawatir, ini adalah taktik Natapraja untuk memecah kekuatan kita lalu kemudian dihantamnya sedikit demi sedikit hingga tak tersisa", Pak Cipta memandangku dan Hadi bergantian.

"Tidak adakah pilihan lain yang bisa kita lakukan?", ujarku

Kami bertiga terdiam sambil berfikir keras.

Tak berapa lama aku merasakan kehadiran beberapa siluman ular dan harimau yang kemudian mendekati kami. Beberapa rombongan menyusul kemudian.

Rupanya Aditya telah berhasil membawa seluruh pasukan siluman ular dan Harimau.

Kelompok terakhir yang hadir adalah pengguna Kundalini yang dibawa langsung oleh Aditya.

Kami segera berkumpul di sekitaran ceruk gunung ijen.

"Semua pasukan telah kubawa ke Gunung Ijen Raja Naga", ujar Aditya

"Terima kasih atas bantuanmu Aditya", ujarku sambil menepuk pundaknya.

"Tetapi kita memiliki masalah baru. Natapraja rupanya telah mengantisipasi kehadiran kita dengan menyembunyikan kehadirannya di dalam perlindungan pagar gaib", ujarku

"Pagar gaib siluman kelelawar", ujar Burhan

"Siluman Kelelawar terkenal karena pagar gaib dan senjata rahasia mereka. Sangat susah ditembus, cara tercepat mencari mereka adalah dengan menyisir seluruh permukaan gunung ini", ujar Burhan

"Tetapi dengan menyisir seluruh permukaan gunung ini, hanya akan membuat kita memecah kekuatan dan membuang banyak waktu", ujarku

"Betul Raja Naga, tentu saja itu yang akan diharapkan oleh Natapraja. Tetapi kami adalah siluman ular, kami bisa meminta bantuan seluruh ular di sekitar gunung ijen untuk mencari mereka dan mungkin sedikit banyak akan membantu kita", jawab Burhan

"Meski butuh waktu, tetapi akan lebih efektif apabila kita kerahkan semua ular di sekitar gunung ini".

"Sang Ratu, kami mohon ijin meminjam kekuatanmu", ujar Burhan sambil menjura di hadapan Lissa

"Apa yang bisa kubantu", jawab Lissa

"Untuk memanggil seluruh ular dengan radius seluas ini, hanya Ratu yang bisa melakukannya".

"Maka aku meminta ijin meminjam kekuatanmu sebentar untuk memanggil mereka semua Ratuku", kata Burhan.

Lissa mengangguk setuju.

Burhan lalu duduk bersila berhadap-hadapan dengan Lissa. Keduanya lalu menempelkan kedua telapak tangan mereka. Nampak Burhan berkomat-kamit seperti mengucapkan sesuatu.

Beberapa detik kemudian kami melihat ular-ular di sekitaran kami keluar dari liang persembunyian mereka. Tak kusangka sebanyak ini ular yang menghuni gunung ijen.

Dengan cepat ular-ular tersebut merayap menyebar ke seluruh area gunung ini. Dengan cara ini memang kuakui akan membuat penyisiran gunung ijen akan lebih efektif.

Sekitar 15 menit kemudian nampak Burhan dan Lissa melepaskan pertemuan kedua telapak tangan mereka.

"Natapraja ada di timur Gunung Ijen. Di dalam sebuah gua tersembunyi yang di dalamnya terdapat api biru yang bersumber dari kawah ijen", ujar Burhan

"Di luar gua dijaga oleh sekitar 180 siluman petarung dari berbagai kelompok, sementara di dalam, Natapraja dijaga oleh 8 raja siluman", lanjut Lissa.

"Baiklah, informasi ini sangat membantu kita menyusun strategi", Pak Cipta tampak berfikir.

"Kelompok petarung siluman harimau dan ular akan mendobrak pertahanan penjaga di luar gua. dengan 40 petarung dari kelompok siluman ular dan 30 petarung dari kelompok siluman harimau tentu saja ini akan membuat kelompok kita kalah tenaga".

"Tetapi prediksiku secara rata-rata, kekuatan setiap petarung siluman harimau mampu menghadapi tiga petarung siluman lain, sedangkan petarung kelompok siluman ular bisa mengatasai dua lawan petarung siluman lain".

"Dengan ini kita bisa memperkirakan kekuatan petarung garis depan kita setara dengan 170 petarung mereka. Ini hanya asumsi kotor. Tetapi mempermudah kita menetapkan strategi pertempuran", lanjut Pak Cipta.

"Apabila di dalam ada 8 orang raja siluman, maka aku, Hadi, Rangga, Beni, Panji, Satrio, Aditya dan Naga akan langsung masuk menghadapi mereka. Karena aku yakin Natapraja masih sibuk menempa ulang Kyai Condong Campur sehingga tidak akan bisa turut campur terlalu jauh pada pertempuran ini".

"Sementara Rhea, Lissa dan Sari membantu pasukan pendobrak di luar gua karena menurut perhitunganku, kita masih sangat kekurangan tenaga di sana", Pak Cipta mengakhiri penjelasannya.

Semua mengangguk mengerti.

Seekor ular berwarna merah darah kemudian nampak melata di depan Lissa. Menggelungkan badannya di depan lalu menegakkan sebagian badannya namun kepalanya seperti tertunduk seakan manusia yang sedang bersila menghadap kepada ratunya.

Lissa mengangguk memandang ular tersebut. Kemudian beberapa ular serupa juga mendatangi Lissa dan melakukan hal yang sama.

"Mereka adalah ular-ular api yang telah berabad-abad menghuni kawah ijen sehingga tubuh mereka lebih tahan panas dan api dibanding ular biasa. Merekalah yang akan menunjukkan jalan bagi kita menuju tempat Natapraja", ucap Lissa.

Ular-ular merah tersebut lalu merayap dengan kecepatan yang sungguh mengagumkan. Apabila tak terlatih tentu kami akan segera kehilangan jejak para ular tersebut.

Segera pasukan siluman ular dan harimau berloncatan mengikuti ular-ular tersebut. Aditya bersama Burhan berada di barisan paling depan, sementara para wanita berada di barisan tengah. Pengguna Kundalini lainnya berada di barisan paling belakang untuk mewaspadai serangan pembokong.

Sekitar setengah jam kemudian kami telah mendekati gua yang dimaksud oleh para ular. Kami lalu berhenti untuk mengamati keadaan, sedangkan ular-ular merah itu lalu menghilang di kegelapan malam.

Seperti yang dikatakan para ular tadi, di luar kulihat banyak pasukan penjaga dari berbagai kelompok siluman. Di belakang mereka terdapat sebuah gundukan tanah yang tertutup oleh bebatuan besar. Kemungkinan besar inilah pintu masuk gua tersebut.

"Lissa, kamu memimpin 20 petarung siluman ular dan 5 petarung siluman harimau. Serang mereka dari sisi kiri, Sedangkan Sari, kamu mengambil sisi kanan, bawa 20 petarung siluman ular dan 5 petarung siluman harimau", Pak Cipta memberi perintah

"Sisa petarung siluman harimau akan dipimpin oleh Rhea yang langsung menyerang bagian tengah sekaligus membuka jalan ke mulut gua", lanjutnya

"Ingat sisi kiri dan kanan harus bersamaan untuk membingungkan mereka. Ketika mulai terpecah, kelompok penyerang utama yang akan mendobrak pertahanan mereka dan memberi bantuan bagi penyerang sisi kanan dan kiri".

"Waspadai jebakan dan senjata rahasia karena ada siluman kelelawar di pihak mereka", pungkas Pak Cipta

"Dan pesanku, bertahan hidup hingga akhir pertempuran", ujarku.

***

Kelompok yang dipimpin oleh Lissa dan Sari memisahkan diri dan menuju ke tempat masing-masing mempersiapkan penyerangan.

Sesaat Pak Cipta akan memberi aba-aba, namun segera kucegah.

"Maaf Pak Cipta, tapi kurasa aku punya tanda yang lebih baik untuk memulai penyerangan ini", ujarku

"Baiklah Naga, kuserahkan aba-aba penyerangan kepadamu", jawab Pak Cipta.

Aku lalu berdiri tegak Kupusatkan energi Kundalini petirku pada tangan kananku hingga nampak tanganku memerah dan sesekali cipratan listrik keluar membelit ujung lenganku.

Semua orang di sekitarku terperangan melihat perubahan pada lenganku.

Tanpa menunggu lama, setelah melihat kelompok penyerang kanan dan kiri telah menempati posisinya, segera kulontarkan pukulan petir pertamaku di sisi kiri kelompok siluman penjaga goa.

"Blarrrr....", dua orang terkena telak pukulanku dan tewas seketika dengan tubuh hangus seperti terbakar.

Berbarengan dengan pukulanku, kelompok penyerang kiri langsung merangsek maju dengan cepat dan menyerang.

Meskipun telah mewaspadai kedatangan kami, namun tampaknya para penjaga goa tetap saja kalang kabut menerima serangan tiba-tiba dari kami.

Belum selesai kebingungan mereka, dari sisi kanan kembali pukulanku kali ini mengenai telak tiga siluman yang berjajar menyusul kematian dua rekan mereka di sisi kiri.

Kali ini konsentrasi mereka kembali terpecah karena dari sisi kanan tim penyerang mengejutkan mereka dengan serangan cepat dan terukur.

Aku menyaksikan kehebatan kedua wanitaku memimpin dua pasukan kecil mendobrak pertahanan musuh. Meski keduanya tidak dibesarkan sebagai wanita petarung, tetapi tekad dan determinasi mereka sungguh liar biasa.

Beberapa lawan telah tewas di tangan Sari dan Lissa. Kulihat sekilas Sari telah menggunakan Kyai Sengkelat untuk membantunya bertempur.

Kuakui di tangan trah penjaganya, Kyai Sengkelat sungguh sebuah pusaka yang luar biasa. Tak heran di masa lampau dialah yang bisa menundukkan Kyai Condong Campur.

Kelebatan sinar Kyai Sengkelat bergerak gesit dan terarah menusuk titik vital musuh. Sementara itu, Sari menggunakan energi Kundalininya sebagai pertahanan untuk melindungi dirinya. Efektif dan cerdas.

Di sisi lain Lissa nampaknya sangat bersemangat dengan membawa sebuah senjata trisula yang tadi kulihat diserahkan oleh Burhan kepadanya sesaat sebelum memulai penyerangan.

Entah sejak kapan Lissa jadi sangat mahir menggunakan senjata trisula tersebut. Di tangannya, trisula tersebut seolah-olah beterbangan mencari mangsa.

Di tengah kekacauan yang terjadi, nampak Herman muncul dari dalam gua. Rupanya salah satu raja siluman telah keluar, sehingga tidak perlu dihadapi di dalam gua.

"Meskipun aku membenci Doni, tetapi dia tetap kakakku, maka biarkan Herman menjadi bagianku Naga", Panji mendekatiku.

"Baiklah, selesaikan secara tuntas", ujarku menatap Panji dengan tegas.

Kali ini kembali kugunakan pukulan petir yang kuarahkan ke barisan penjaga tengah.

"Blarrr... blarr...", aku menggunakan seperlima kekuatanku sehingga akibat pukulanku sungguh liar biasa.

Meski tak mengenai telak para penjaga, namun dua siluman tewas dan beberapa terluka karena serpihan batu yang terlempar akibat ledakan pukulanku tadi.

Rhea tang sedari tadi telah siap, segera merangsek maju membawa pasukan elit siluman harimau. Pertarungan sengitpun pecah.

Panji yang memang sejak semula mengincar Herman dengan buas meloncat mengincar kepala Herman.

Dibanding Doni yang telah membuka gerbang keempatnya, Panji baru membuka gerbang ketiga Kundalininya, tetapi kekuatan Panji jauh ditas Doni karena sejak gerbang pertama, Panji telah menundukkan Naga Kundalini miliknya.

Herman meloncat mundur ke dalam gua sambil melemparkan beberapa paku beracun ke arah Panji

"Pengecut!!", teriak Panji sambik menyampokkan pukulannya ke depan.

Angin pukulannya berhasil meruntuhkan sebagian besar paku beracun tersebut. Namin nahas, seorang siluman harimau dibelakang Panji harus menerima paku tersebut bersarang di dadanya. Tubuhnya hangus seketika dengan darah mengalir dari mulut dan telinganya.

Para siluman harimau yang melihat rekannya tewas karena kecurangan musuh makin membabi buta. Kesiuran pukulan dengan hawa yang berat menyambar-nyambar.

Pihak lawanpun tak mau kalah. Setelah berhasil menata barisan mereka, meski telah kehilangan banyak pasukan, namun mereka rupanya juga tidak gentar.

Menang jumlah mereka dengan penuh keyakinan merangsek maju mendesak para pasukan penyerang.

Namun perhitungan mereka kurang tepat. Satu demi satu pasukan lawan dihabisi oleh penyerang.

Sementara aku melihat celah yang bagus untuk menerobos masuk gua karena pasukan penjaga rupanya terlena dengan pertempuran dan mengabaikan tugas penjagaan mereka.

Aku meloncat menuju ke mulut gua diikuti para kawan yang telah menerima tugas menghadapi para raja siluman.

Sekilas didekat mulut gua kulihat Panji telah menggempur Herman dengan ganas. Pertempuran yang sulit diikuti oleh mata telanjang karena berkangsung dengan kecepatan yang luar biasa.

Aku yakin Panji memiliki masa depan yang cerah sebagai pengguna Kundalini yang pilih tanding.

Memasuki gua, nampak tujuh orang berjaga dengan penuh kewaspadaan. Dari aura yang berpendar di sekeliling mereka, aku yakin mereka adalah para raja siluman yang membantu Natapraja.

Namun tak kulihat Natapraja di dalam goa ini.

Segera kami bertujuh masing-masing menghadapi lawannya.

Dengan teriakan keras Hadi langsung memilih lawan seorang raja siluman dengan wajah berbulu dan bertaring layaknya seekor babi hutan.

Sang siluman tanpa gentar menyambut serangan Hadi. Benturan keras terdengar bergaung di dalam gua. Kali ini pertempuran berjalan dengan didominasi kekuatan fisik. Benturan-benturan keras mewarnai setiap perubahan gerakan penyerangan maupun pertahanan.

Disisi lain nampak Pak Cipta menghadapi raja siluman dengan wajah bercambang dan berkepala botak. Keduanya lebih banyak bertarung dengan gerakan tipu dan strategi. Serangan demi serangan seringkali hanya mengenai tempat kosong. Namun pertempuran ini nampak sangat sulit dan alot.

Beni dan Satrio masing-masing menghadapi seorang raja siluman yang lebih terlihat banyak bertempur secara fisik. Lebih mirip dengan pertempuran Hadi, namun lebih bergaya cepat dan frontal.

Rangga di sudut goa menghadapi seorang siluman wanita. Yang mengherankan adalah kecepatan siluman ini sungguh luar biasa. Beberapa kali tubuhnya nampak berkelebat nyaris menghilang. Namun Rangga bukan anak kemarin sore, karena iapun pengguna Kundalini gerbang keempat yang tentunya tak mudah mengalahkannya dengan cepat.

Aditya di sudut goa yang lain menghadapi seorang siluman dengan wajah penuh luka. Namun kurasa dari aura siluman ini, dia bukanlah lawan bagi Aditya.

Aku sendiri menghadapi seorang siluman dengan badan kecil namun tatapan matanya sangat tajam. Beberapa kali ia menyerangku dengan cakarnya. Meski selalu meleset, namun bekas cakarannya di batu-batu dalam goa meninggalkan bekas yang dalam dan berdesis seolah terkena panas yang menandakan keampuhan cakar tersebut.

Kelincahannya sungguh luar biasa. Begitu juga dengan ketenangannya saat menghadapiku.

Namun pikiranku masih disibukkan dengan mencari-cari dimana Natapraja menempa ulang Kyai Condong Campur sehingga pertarunganku ini tak terlalu kuperhatikan.

Hingga akhirnya kuputuskan untuk segera menyudahi pertempuran ini dan mencari posisi Natapraja.

Aku lalu memusatkan energi Kundalini milikku dan kulepas dengan cepat mengikuti aliran darahku sehingga sontak kekuatan fisikkupun meningkat dengan pesat.

Sebuah cakaran terayun di depan wajahku. Aku memundurkan badanku. Sebuah tendangan keras kulancarkan ke arah perut siluman itu. Tak menduga akan mendapat serangan balasan dengan begitu cepat, Siluman tersebut terlontar menabrak dinding gua lalu berdebum keras jatuh di lantai gua.

Namun rupanya siluman ini tak mau menyerah begitu saja. Dengan susah payah ia berdiri lalu melompat dengan sisa-sisa kekuatannya.

Cakarnya mengembang dengan aura hitam pekat menandakan kekuatan cakarnya mengandung racun hebat yang tidak main-main.

Namun aku adalah Raja Naga. kami memiliki darah yang kebal terhadap segala bentuk racun setelah melewati gerbang kelima.

Dengan tenang kubiarkan cakarnya mencengkeram lenganku. Nampak wajahnya melengak kaget melihat aku dengan santai menepis cakarnya, lalu dengan sebuah pukulan keras yang kuhantamkan di dadanya, membuat siluman ini langsung terkapar dengan dada pecah.

Kulihat Rangga sudah diatas angin karena siluman lawannya meski mempunyai kecepatan luar biasa namun kekuatan pukulannya masih dibawah rata-rata.

Pak Cipta dan lawannya masih alot bertempur saling mengukur kekuatan lawannya.

Beni telah menewaskan musuhnya dan kini membantu Satrio menghadapi musuhnya.

Sedangkan Hadi dan musuhnya masih sama-sama nampak keras kepala. Namun kulihat meski darah mengucur deras dari kepalanya Hadi masih sedikiti lebih unggul. Nampak beberapa kali musuhnya terjajar kebelakang lebih jauh daripada Hadi.

Sepertinya tinggal menunggu saja sampai salah satu dari mereka terkapar lebih dulu.

Kulihat sekilas Aditya nampak telah berlari keluar gua untuk membantu pasukannya yang berada di luar.

Namun ditengah pengamatanku tiba-tiba firasatku mengatakan sesuatu.

Aku merasakan aura Kyai Condong Campur meningkat hebat.

Sekelebat bayangan dari ujung lain pintu masuk gua kemudian dengan cepat memasuki medan pertempuran dan berdiri di tengah-tengah kami.

"Rupanya Raja Naga telah hadir disini ditemani cecunguk-cecunguk yang ingin mengantarkan nyawa", Natapraja tertawa terbahak-bahak.

Sebuah keris berada di tangannya dengan aura hitam gelap disertai percikan api kuning yang menyilaukan.

Kyai Condong Campur telah selesai ditempa ulang.

***
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd