13: What a joke
POV Nura
Apa aku salah meminta itu pada mas Dhanar?Aku tidak menyangka dia bisa berubah 180 derajat seperti ini. Jujur aku takut saat melihat tatapan mata mas Dhanar.
N: “Aaarrhhhh...sakit mas, pelan-pelan, tolong mas jangan”
Awalnya aku pikir aku harus berakting seperti diperkosa oleh mas Dhanar, tapi tidak kusangka mas Dhanar benar-benar berubah menakutkan seperti ini. Payudaraku terasa sangat sakit karena remasan tangan mas Dhanar, dia meremasnya begitu kencang.
N: “Mas udah mas, udah maafin aku mas, aku cuma bercanda...”
Sejenak tangan mas Dhanar yang sedang meremas-remas payudaraku berhenti. Aku lega melihatnya, kukira mas Dhanar benar-benar akan memperkosaku lagi, aku benar-benar takut. Ya kukira mas Dhanar berhenti tetapi tidak lama kemudian mas Dhanar menarik kencang baju piyamaku hingga semua kancingnya terputus dan piyamaku terbuka. Refleks aku berusaha menutupi tubuhku, tapi mas Dhanar langsung memegang kedua tanganku, setelah itu menarik kedua tanganku ke bawah dan menindihnya, sehingga posisinya seperti menduduki perutku.
D: “Udah 2 anak tapi masih bagus banget tubuhmu Ra, kamu tuh kalo pake bh jangan yang terlalu kecil lah, kasihan itu payudaramu kayaknya ga bisa nafas hehehe”
N: “Mas jangan mas aku mohon jangan, udah mas, maaf aku ngomong kayak tadi, udah mas aku ga akan ngulangin lagi”
D: “I warned you Ra, but it’s too late now”
Melihat mas Dhanar akan melanjutkan perbuatannya, aku berusaha teriak, tapi tangan mas Dhanar langsung membekap mulutku dan tangan yang satunya menaikkan bh ku ke atas sehingga payudaraku terbebas dari jeratan penutupnya.
D: “Tuhkan udah terbebas kayak gini, lebih enak kan? Indah banget Ra ini, beruntung banget suami mu Ra”
N: “Ummmpphhh...ummmpphhh” Hanya itu suara yang terdengar dari mulutku
Aku berusaha terus melawan mas Dhanar, apa daya tenagaku kalah jauh dari mas Dhanar sehingga semua perlawananku sia-sia dan hanya menghabiskan tenagaku saja. Tubuhku terasa lemas, dan di depanku mas Dhanar dengan bebas mempermainkan payudaraku, payudara yang selama ini hanya pernah disentuh oleh suamiku dan kugunakan untuk menyusui kedua putriku kini sedang dimainkan oleh tangan mas Dhanar secara bergantian dengan tangan dan mulutnya.
N: “Emmpphhh...eehhhhh....”
Aku sudah tidak kuat lagi, hanya suara desahan yang bisa kukeluarkan dari mulutku yang masih dibekap tangan mas Dhanar. Aku merasakan payudaraku diremas-remas dan putingku dipilin oleh mas Dhanar. Mas Dhanar juga melahap payudaraku dengan ganas seperti orang yang kelaparan. Aaahh...di satu sisi aku merasa bersalah dan takut, tetapi di satu sisi aku merasakan nikmat atas perlakukan mas Dhanar kepada tubuhku. Dengan rangsangan demi rangsangan yang diberikan mas Dhanar, meskipun aku tak mau, tapi tubuhku tetap merespon dengan jujur, kurasakan vaginaku mulai basah, dan tubuhku pun makin terasa mudah terangsang.
D: “Enak Ra? Gimana? Siap dengan babak selanjutnya?”
N: “....”
Aku yang sudah lemas, menjawab pertanyaan mas Dhanar pun sudah tidak mampu....
POV Dhanar
Melihat Nura yang sudah lemas dan tidak menjawab pertanyaanku, aku melingkarkan tangan kananku ke punggung Nura dan mencoba membuka pengait bh nya. ‘tlek’ yap suara yang menandakan pengait bh Nura sudah berhasil kubuka.
D: “Ra, aku akan lepaskan tanganku yang menutup mulutmu, kamu diam dan jangan berani teriak, kalau tidak kamu pasti akan menyesal.
Mendengar itu Nura hanya mengangguk pelan. Kulepaskan tanganku yang membekap mulutnya. Dan Nura hanya terdiam dan berusaha mengambil nafas, air mata yang sedari tadi mengalir di wajahnya kuseka dengan jariku.
N: “Mas, udah ya mas? Maafin aku...”
Aku tidak merespon Nura, aku berpindah dari posisiku yang menduduki perutnya, lalu aku berdiri.
D: “Berbalik Ra, kamu tengkurep dulu”
N: “Mau ngapain mas??”
D: “Kamu masih berani melawan? Aku masih bisa menyebarkan gambar-gambar kamu itu Ra”
N: “Jangan mass...” Jawab Nura dengan memelas dan memohon dengan air mata yang mulai mengalir lagi
D: “Turuti saja apa mauku Ra, buruan!”
Nura yang mendengar bentakan kecilku terlihat ketakutan lagi lalu mulai berbalik. Kupegang pinggir celana di pinggangnya.
N: “Mas aku mohon jangan mas...”
Tanpa menjawab langsung kupeloroti celana sekaligus celana dalamnya sampai turun ke lutut, Nura langsung berusaha berbalik lagi dan menutupi bagian vagina nya dengan tangannya, tapi langsung kutahan tubuh Nura, sehingga Nura saat ini tiduran menyamping dengan posisi meringkuk. Tangan kanan Nura tertindih tubuhnya sedangkan tangan kirinya tetap berusaha menutupi vagina nya.
D: “Sudah Ra, jangan banyak ngelawan, kamu ga bisa mundur lagi dengan keadaan seperti ini”
N: “Mas kalau kamu lanjutkan aku benar-benar akan melaporkanmu ke polisi mas”
D: “You may try Ra, tapi kamu tahu itu hanya bisa kamu lakukan setelah aku menikmati tubuhmu. Sejujurnya Ra, kalau kamu tidak menantangku dengan kata-katamu tadi, aku sudah siap kalau kamu mau laporin aku, aku akan terima semuanya, tapi aku ga ngerti kenapa kamu bisa-bisanya nyari masalah kayak gini, nanti kamu bebas kalau mau melakukan itu, tapi sekarang, mari kita nikmati malam ini berdua Ra.
Setelah menjawab Nura aku langsung menuju ke selangkangan Nura. Kutindih lagi tubuh Nura dengan posisi mukaku di dekat vaginanya, dengan tanganku, kugenggam tangan Nura dan tangan satunya menahan Nura agar tidak bisa banyak bergerak.
D: “Wah basah Ra, hahaha, enak nih kayaknya, itadakimasu!”
Langsung kulahap vagina Nura dengan ganas...
POV Nura
Aaahhh apa lagi ini yang mas Dhanar lakukan kepadaku. Aku mencoba mengintip ke belakang dan kulihat pemandangan yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Apa mas Dhanar sedang menjilati vagina ku?
N: “Masshhh..jangaannnhhh..*** boleehhh”
D: “Udah Ra, diam dan nikmati aja...sluurrppp”
N: “Aaaahhhh....massshhh...jorookkhh”
Apa yang mas Dhanar lakukan saat ini benar-benar pengalaman baru untukku. Rasa yang baru kali ini kurasakan, oh Tuhan, apa ini? Kenapa enak sekali? Aku berusaha keras menahan suaraku agar desahan tidak keluar dari mulutku, tapi bagaimana bisa kutahan jika aku merasakan ini?
POV Dhanar
Kujilati vagina Nura sambil mencari-cari posisi klitorisnya. Saat kutemukan klitorisnya, aku permainkan kacang mungil itu dengan lidahku, kujilat dan kusedot. Nura yang dari awal memohon dan mengancamku untuk menghentikan aksiku, kini hanya desahan yang keluar dari mulutnya. Merasa sudah tidak ada perlawanan lagi dari Nura, kulepaskan tanganku yang menahannya dan perlahan kuubah posisinya agar menungging sambil tetap kuberikan jilatan dan sedotan di vagina Nura. Sambil kumainkan vagina Nura dengan mulutku, tanganku mulai menjelajahi tubuhnya lagi, kuremas-remas bongkahan pantatnya, kubelai pinggang dan punggungnya, dan akhirnya berlabuh di kedua payudaranya. Kuremas-remas payudaranya kadang dengan lembut dan kadang kuremas kencang yang membuat Nura agak teriak tertahan, tak lupa kupilih-pilin dan kucubit putingnya.
Dan tanpa diketahui Nura, aku segera menanggalkan celana dan celana dalamku dan mengeluarkan hpku lalu kutaruh di tempat tidur. Lalu sambil menjilat dan menyedot, tanganku masih memainkan kedua payudara Nura dari belakang. Cukup lama setelah itu, kurasakan tubuh Nura mengejang dan ada semburan hangat yang menyiram mulut dan wajahku, refleks kututup kedua mataku. Bagian atas tubuh Nura terkulai lemas di kasur, tapi aku masih menahan pinggangnya agar dia tetap dalam posisi menungging.
N: “Eeuughhh...massshhh....”
Setelah selesai menyedot cairan kenikmatan Nura sampai habis, kuposisikan kepala penisku di bibir vagina Nura.
D: “Perkenalkan Ra, ini Bunka, dan dia akan menjelajahi liang surgawimu sekarang, hehehe”
N: “Mas...”
Dengan lemas Nura berusaha menjawabku, tapi aku langsung berusaha memasukkan kepala penisku ke vagina Nura, tetapi sayangnya aku gagal langsung memasukkan. Tidak menyerah aku berusaha lagi.
N: “Jangaann massss...”
Setelah beberapa kali mencoba, meskipun kesulitan, tetapi dengan gelora membara dan semangat tak kenal lelah akhirnya aku berhasil memasukkan kepala penisku ke dalam vagina Nura.
N: “Aaaahhhhh....sakiitt...”
Lalu kusodokkan dengan agak kencang lagi, dan hampir setengah batang penisku masuk, uurrghh sempitnya.
N: “Sakit mass....kegedean masshhh, udaahhh.....”
D: “Gila Ra, ini sempit bangeetthhh...kayak perawan Ra...”
Tanpa banyak babibu, kukeluarkan penisku hingga tersisa kepala penisku di dalam vagina Nura, kumasukkan lagi setengah, kukeluarkan lagi sebagian. Kugenjot vagina Nura dari belakang dengan tempo ringan. Nura yang menungging hanya bisa mengeluarkan rintihan dan desahan saja dari mulutnya. Lalu saat kurasa vagina Nura sudah mulai terbiasa, aku hentak kan dengan kencang hingga kini kurang lebih 3/4 batang penisku sudah masuk.
N: “Aaaahhhh...”
Kumainkan lagi penisku di vagina Nura dengan tempo yang sama sambil kupegang pinggulnya.
D: “Oh iya Ra, aku belum bilang ya, waktu kemarin itu, aku memang mempermainkan tubuhmu, tapi aku belum mmasukin penisku ke vaginamu, ya ini pertama kalinya kontolku dan memekmu ini bersatu hahaha”
Tiba-tiba Nura berusaha bangkit dan menahan tubuh bagian atasnya menggunakan sikunya, dan dia menoleh ke arahku dan memperlihatkan wajah kagetnya.
POV Nura
Apa aku salah meminta itu pada mas Dhanar?Aku tidak menyangka dia bisa berubah 180 derajat seperti ini. Jujur aku takut saat melihat tatapan mata mas Dhanar.
N: “Aaarrhhhh...sakit mas, pelan-pelan, tolong mas jangan”
Awalnya aku pikir aku harus berakting seperti diperkosa oleh mas Dhanar, tapi tidak kusangka mas Dhanar benar-benar berubah menakutkan seperti ini. Payudaraku terasa sangat sakit karena remasan tangan mas Dhanar, dia meremasnya begitu kencang.
N: “Mas udah mas, udah maafin aku mas, aku cuma bercanda...”
Sejenak tangan mas Dhanar yang sedang meremas-remas payudaraku berhenti. Aku lega melihatnya, kukira mas Dhanar benar-benar akan memperkosaku lagi, aku benar-benar takut. Ya kukira mas Dhanar berhenti tetapi tidak lama kemudian mas Dhanar menarik kencang baju piyamaku hingga semua kancingnya terputus dan piyamaku terbuka. Refleks aku berusaha menutupi tubuhku, tapi mas Dhanar langsung memegang kedua tanganku, setelah itu menarik kedua tanganku ke bawah dan menindihnya, sehingga posisinya seperti menduduki perutku.
D: “Udah 2 anak tapi masih bagus banget tubuhmu Ra, kamu tuh kalo pake bh jangan yang terlalu kecil lah, kasihan itu payudaramu kayaknya ga bisa nafas hehehe”
N: “Mas jangan mas aku mohon jangan, udah mas, maaf aku ngomong kayak tadi, udah mas aku ga akan ngulangin lagi”
D: “I warned you Ra, but it’s too late now”
Melihat mas Dhanar akan melanjutkan perbuatannya, aku berusaha teriak, tapi tangan mas Dhanar langsung membekap mulutku dan tangan yang satunya menaikkan bh ku ke atas sehingga payudaraku terbebas dari jeratan penutupnya.
D: “Tuhkan udah terbebas kayak gini, lebih enak kan? Indah banget Ra ini, beruntung banget suami mu Ra”
N: “Ummmpphhh...ummmpphhh” Hanya itu suara yang terdengar dari mulutku
Aku berusaha terus melawan mas Dhanar, apa daya tenagaku kalah jauh dari mas Dhanar sehingga semua perlawananku sia-sia dan hanya menghabiskan tenagaku saja. Tubuhku terasa lemas, dan di depanku mas Dhanar dengan bebas mempermainkan payudaraku, payudara yang selama ini hanya pernah disentuh oleh suamiku dan kugunakan untuk menyusui kedua putriku kini sedang dimainkan oleh tangan mas Dhanar secara bergantian dengan tangan dan mulutnya.
N: “Emmpphhh...eehhhhh....”
Aku sudah tidak kuat lagi, hanya suara desahan yang bisa kukeluarkan dari mulutku yang masih dibekap tangan mas Dhanar. Aku merasakan payudaraku diremas-remas dan putingku dipilin oleh mas Dhanar. Mas Dhanar juga melahap payudaraku dengan ganas seperti orang yang kelaparan. Aaahh...di satu sisi aku merasa bersalah dan takut, tetapi di satu sisi aku merasakan nikmat atas perlakukan mas Dhanar kepada tubuhku. Dengan rangsangan demi rangsangan yang diberikan mas Dhanar, meskipun aku tak mau, tapi tubuhku tetap merespon dengan jujur, kurasakan vaginaku mulai basah, dan tubuhku pun makin terasa mudah terangsang.
D: “Enak Ra? Gimana? Siap dengan babak selanjutnya?”
N: “....”
Aku yang sudah lemas, menjawab pertanyaan mas Dhanar pun sudah tidak mampu....
POV Dhanar
Melihat Nura yang sudah lemas dan tidak menjawab pertanyaanku, aku melingkarkan tangan kananku ke punggung Nura dan mencoba membuka pengait bh nya. ‘tlek’ yap suara yang menandakan pengait bh Nura sudah berhasil kubuka.
D: “Ra, aku akan lepaskan tanganku yang menutup mulutmu, kamu diam dan jangan berani teriak, kalau tidak kamu pasti akan menyesal.
Mendengar itu Nura hanya mengangguk pelan. Kulepaskan tanganku yang membekap mulutnya. Dan Nura hanya terdiam dan berusaha mengambil nafas, air mata yang sedari tadi mengalir di wajahnya kuseka dengan jariku.
N: “Mas, udah ya mas? Maafin aku...”
Aku tidak merespon Nura, aku berpindah dari posisiku yang menduduki perutnya, lalu aku berdiri.
D: “Berbalik Ra, kamu tengkurep dulu”
N: “Mau ngapain mas??”
D: “Kamu masih berani melawan? Aku masih bisa menyebarkan gambar-gambar kamu itu Ra”
N: “Jangan mass...” Jawab Nura dengan memelas dan memohon dengan air mata yang mulai mengalir lagi
D: “Turuti saja apa mauku Ra, buruan!”
Nura yang mendengar bentakan kecilku terlihat ketakutan lagi lalu mulai berbalik. Kupegang pinggir celana di pinggangnya.
N: “Mas aku mohon jangan mas...”
Tanpa menjawab langsung kupeloroti celana sekaligus celana dalamnya sampai turun ke lutut, Nura langsung berusaha berbalik lagi dan menutupi bagian vagina nya dengan tangannya, tapi langsung kutahan tubuh Nura, sehingga Nura saat ini tiduran menyamping dengan posisi meringkuk. Tangan kanan Nura tertindih tubuhnya sedangkan tangan kirinya tetap berusaha menutupi vagina nya.
D: “Sudah Ra, jangan banyak ngelawan, kamu ga bisa mundur lagi dengan keadaan seperti ini”
N: “Mas kalau kamu lanjutkan aku benar-benar akan melaporkanmu ke polisi mas”
D: “You may try Ra, tapi kamu tahu itu hanya bisa kamu lakukan setelah aku menikmati tubuhmu. Sejujurnya Ra, kalau kamu tidak menantangku dengan kata-katamu tadi, aku sudah siap kalau kamu mau laporin aku, aku akan terima semuanya, tapi aku ga ngerti kenapa kamu bisa-bisanya nyari masalah kayak gini, nanti kamu bebas kalau mau melakukan itu, tapi sekarang, mari kita nikmati malam ini berdua Ra.
Setelah menjawab Nura aku langsung menuju ke selangkangan Nura. Kutindih lagi tubuh Nura dengan posisi mukaku di dekat vaginanya, dengan tanganku, kugenggam tangan Nura dan tangan satunya menahan Nura agar tidak bisa banyak bergerak.
D: “Wah basah Ra, hahaha, enak nih kayaknya, itadakimasu!”
Langsung kulahap vagina Nura dengan ganas...
POV Nura
Aaahhh apa lagi ini yang mas Dhanar lakukan kepadaku. Aku mencoba mengintip ke belakang dan kulihat pemandangan yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Apa mas Dhanar sedang menjilati vagina ku?
N: “Masshhh..jangaannnhhh..*** boleehhh”
D: “Udah Ra, diam dan nikmati aja...sluurrppp”
N: “Aaaahhhh....massshhh...jorookkhh”
Apa yang mas Dhanar lakukan saat ini benar-benar pengalaman baru untukku. Rasa yang baru kali ini kurasakan, oh Tuhan, apa ini? Kenapa enak sekali? Aku berusaha keras menahan suaraku agar desahan tidak keluar dari mulutku, tapi bagaimana bisa kutahan jika aku merasakan ini?
POV Dhanar
Kujilati vagina Nura sambil mencari-cari posisi klitorisnya. Saat kutemukan klitorisnya, aku permainkan kacang mungil itu dengan lidahku, kujilat dan kusedot. Nura yang dari awal memohon dan mengancamku untuk menghentikan aksiku, kini hanya desahan yang keluar dari mulutnya. Merasa sudah tidak ada perlawanan lagi dari Nura, kulepaskan tanganku yang menahannya dan perlahan kuubah posisinya agar menungging sambil tetap kuberikan jilatan dan sedotan di vagina Nura. Sambil kumainkan vagina Nura dengan mulutku, tanganku mulai menjelajahi tubuhnya lagi, kuremas-remas bongkahan pantatnya, kubelai pinggang dan punggungnya, dan akhirnya berlabuh di kedua payudaranya. Kuremas-remas payudaranya kadang dengan lembut dan kadang kuremas kencang yang membuat Nura agak teriak tertahan, tak lupa kupilih-pilin dan kucubit putingnya.
Dan tanpa diketahui Nura, aku segera menanggalkan celana dan celana dalamku dan mengeluarkan hpku lalu kutaruh di tempat tidur. Lalu sambil menjilat dan menyedot, tanganku masih memainkan kedua payudara Nura dari belakang. Cukup lama setelah itu, kurasakan tubuh Nura mengejang dan ada semburan hangat yang menyiram mulut dan wajahku, refleks kututup kedua mataku. Bagian atas tubuh Nura terkulai lemas di kasur, tapi aku masih menahan pinggangnya agar dia tetap dalam posisi menungging.
N: “Eeuughhh...massshhh....”
Setelah selesai menyedot cairan kenikmatan Nura sampai habis, kuposisikan kepala penisku di bibir vagina Nura.
D: “Perkenalkan Ra, ini Bunka, dan dia akan menjelajahi liang surgawimu sekarang, hehehe”
N: “Mas...”
Dengan lemas Nura berusaha menjawabku, tapi aku langsung berusaha memasukkan kepala penisku ke vagina Nura, tetapi sayangnya aku gagal langsung memasukkan. Tidak menyerah aku berusaha lagi.
N: “Jangaann massss...”
Setelah beberapa kali mencoba, meskipun kesulitan, tetapi dengan gelora membara dan semangat tak kenal lelah akhirnya aku berhasil memasukkan kepala penisku ke dalam vagina Nura.
N: “Aaaahhhhh....sakiitt...”
Lalu kusodokkan dengan agak kencang lagi, dan hampir setengah batang penisku masuk, uurrghh sempitnya.
N: “Sakit mass....kegedean masshhh, udaahhh.....”
D: “Gila Ra, ini sempit bangeetthhh...kayak perawan Ra...”
Tanpa banyak babibu, kukeluarkan penisku hingga tersisa kepala penisku di dalam vagina Nura, kumasukkan lagi setengah, kukeluarkan lagi sebagian. Kugenjot vagina Nura dari belakang dengan tempo ringan. Nura yang menungging hanya bisa mengeluarkan rintihan dan desahan saja dari mulutnya. Lalu saat kurasa vagina Nura sudah mulai terbiasa, aku hentak kan dengan kencang hingga kini kurang lebih 3/4 batang penisku sudah masuk.
N: “Aaaahhhh...”
Kumainkan lagi penisku di vagina Nura dengan tempo yang sama sambil kupegang pinggulnya.
D: “Oh iya Ra, aku belum bilang ya, waktu kemarin itu, aku memang mempermainkan tubuhmu, tapi aku belum mmasukin penisku ke vaginamu, ya ini pertama kalinya kontolku dan memekmu ini bersatu hahaha”
Tiba-tiba Nura berusaha bangkit dan menahan tubuh bagian atasnya menggunakan sikunya, dan dia menoleh ke arahku dan memperlihatkan wajah kagetnya.