Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MY LOVE JOURNEY - By Tio12TT (Repost)

lanjutken suhu, kirain leva bakal ngamuk teryata terheran2 pas tau yg nyulik reza itu winda
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 

---My Love Journey ---
By Tio12TT







Chapter 35





Di sebuah ruangan berukuran 5X5 meter dengan susana tempat cukup pengap dan lembab karna sinar matahari sangat minim masuk ketempat ini, lantai di dalam ruangan ruangan tampak kotor dan terasa dingin jika kita menginjakkan kaki di dalam ruangan ini.

Di sisi kiri ruangan terdapat sebuah pintu yang terbuat dari besi baja dengan celah besi cukup rapat, pintu tersebut di kunci mengunakan sebuah gembok yang menempel di luar pintu, ruangan tersebut adalah seburuk-buruk nya ruangan yang terdapat di dalam sebuah bangunan.


Tempat tersebut adalah sebuah tempat yang berfungsi untuk tempat penghukuman akhir bagi setiap orang yang melakukan sebuah tindakan kesalahan berat dan melanggar hukum yang ada, tempat itu biasa di sebut hotel prodeo atau penjara.


Di dalam tempat itu terdapat empat orang penghuni, tiga orang penghuni tampak berpenampilan sangat urakan dan cukup seram, sedangkan satu penghuni lagi berwajah bersih dan berpenampilan berbeda dengan tiga orang sebelumnya, orang tersebut adalah Kelana atau sering disebut Dodi, Dodi terlihat sedang duduk meringkuk menghadap ke pintu ruangan, dengan ekspresi ketakutan dan sangat tertekan terlihat jelas di wajah nya.


"Arrgghh kenapa gua jadi di penjara gini." Ucap Dodi di dalam hati.

"Ternyata di dalam penjara engga segampang gua bayangin." Ucap Dodi di dalam hati.

"Malah tempat nya pengap dan kotor,dan harus setempat dengan orang-orang kaya gituh." Ucap Dodi di dalam hati.


"Woyy diem bae luh." Ucap salah satu dari tiga orang tahanan, dengan wajah sangat sangar dan ada sebuah goresan luka di wajahnya.


Dodi hanya menoleh sebentar lalu kembali memalingkan muka menghadap ke pintu.


"Fuckk pake acara negor lagi." Ucap Dodi di dalam hati.

"Woyy luh Budek atau conge hahh!." Bentak seorang tahanan.


Jantung Dodi seketika berdetak sangat cepat, perasaan takut semakin kuat terasa di dalam hati nya.


lalu orang itu berdiri dan berjalan mendekati Dodi.


"Hehh nama lu siapa, dan kenapa lu bisa masuk sinih?." Tanya seorang tahanan tersebut sambil berjongkok di hadapan Dodi.

"Anjirr serem banget lagi tampang nya." Ucap Dodi di dalam hati.



Dan lagi-lagi Dodi hanya diam ketakutan sambil menatap pintu ruangan.


Brrakkk!!


"Woyy kalo di tanya tuh jawab." Bentak seorang tahanan tersbeut.

"Eeee nnaammma guuaa ddodii." Ucap Dodi dengan sangat ketakutan.

"Nahh gitu jawab punya mulut di pake!, oh nama lu Dodi, kenalin gua Botak pemimpin di sel ini, oh yah kenapa lu bisa masuk ke sini?." Ucap seseorang tahanan tersbeut yang ternyata bernama Botak.

"Aahh ehhh." Dodi sangat ketakutan hingga ia sulit untuk berbicara.


Brakk!!


"Kalo ngomong tuh yang bener jangan ah eh ah eh!." Bentak Botak.

"Ggguua masuk keee sinihh garaa-ggaraa berantem." Ucap Dodi.

"Hahh berantem sampe masuk penjara." Ucap Botak.


Botak mendekat kan jarak duduk nya dengan Dodi.


"Abis berantem lu bunuh yah orang nya.. lu gorok..terus lu mutilasii ." Ucap Botak.

"Ehh ee engga bang engga gitu." Ucap Dodi.

"Haha mau bohong luh yah." Ucap Botak.


Botak terlihat makin memepetkan jarak duduk nya dengan Dodi sambil iya memandang wajah Dodi dengan tatapan sangat Bernafsu.


"Lu masih muda, keliatan nya masih fresh kulit lu bersih dan mulus." Ucap Botak sambil mengelus pelan pipi Dodi.


Dodi amat sangat takut dan jijik di perlakuan seperti itu oleh Botak, dengan perasaan sangat takut ia perlahan berusaha menjauh dari Botak.


"Fuckk nih orang mau ngapain." Ucap Dodi di dalam hati.

"Heii mau kemana." Ucap Botak sambil berusaha menggapai tangan Dodi.

"Mau nggapain luh bang." Ucap Dodi.

"Mau ngapain lu tanya gua mau ngapain hahaha." Ucap Botak.

"Gua mau kenalan sama lu itu doang." Ucap Botak sambil berusaha mengejar Dodi.


Botak mengagumkan kepalanya kepada dua orang tahanan yang sedang duduk di belakang Dodi, seolah iya mengiyakan sesuatu kepada mereka. Tiba-tiba dua orang tahanan yang berbeda di belakang Dodi, menyergap tubuh Dodi dengan cepat dan memposisikan tubuh Dodi telentang menghadap ke arah Botak.


"Bangg lepasin guuaa bangg lu pada mau ngapain!!." Ucap Dodi sangat panik.

"Mau have fun sama kamu." Ucap Botak berubah nada suara seperti seorang banci.

"Tidak..tidak.. menjauhh..menjauhhh..." Teriak Dodi sambil meronta ketakutan.

"Hahaha anak baru, kita jajal dulu." Ucap Botak sambil tersenyum sinis ke arah Dodi.

"Hearrwussdgeuhh!!." Ucap Dodi tak karuan karna mulut nya di bekap.


Botak berdiri di hadapan Dodi sambil menatap penuh nafsu, dengan perlahan ia menurunkan celana pendek yang ia kenakan, terlihat lah sebuah penis berukuran cukup besar sudah mengacung keras di hadapan Dodi, melihat hal itu sontak Dodi berusaha memberontak sekuat tenaga karna ia merasa sangat takut dan ia sudah tau apa yang akan di lakukan Botak kepalanya.


"Nikmati saja yah." Ucap Botak sambil mengarahkan penisnya ke arah wajah Dodi.


Saat penis Botak sudah berjarak beberapa senti dengan wajah Dodi, tiba-tiba pintu ruangan ada yang memukul dengan kencang.


PPRRAKKK..PPPRRAANKK..PPRRAAKK..


Mendengar hal itu Sontak Botak langsung mengenakan kembali celananya dan kedua tahanan yang memegangi Dodi langusng melepaskan dekapan mereka kepada Dodi dan perlahan mereka berjalan mundur.


"Woyy Pada Brisik amat di dalam!!." Bentak seorang polisi.

"Untuk sodara bernama Kelana Dodi saputro harap menghadap ke pintu." Ucap seorang polisi.


Mendengar nama nya di panggil Lana langsung berlari menuju pintu.


Tttrrugg..ttrengg...


Saat Dodi sudah berada di depan pintu, petugas polisi langsung membukakan pintu ruangan dan mempersilakan Dodi keluar.


"Paa saya mohon paa jangan tahan saya paa saya menyesal paa saya mohon paaa saya mohon." Ucap Dodi sambip berlutut di kaki petugas polisi.

"Heii heii sudah sudah bangun." Ucap petugas polisi.


Dodi pun langsung bangkit dan berdiri di hadapan petugas polisi.


"Sekarang anda ikut saya kedalam ruang pemeriksaan, ada dua orang yang mau berbicara dengan anda." Ucap Petugas polisi.


Dodi menganggukkan kepalanya dengan pelan. Setelah petugas polisi mengunci pintu sel ruangan ia langsung membalikkan badan dan berjalan menuju ruangan pemeriksaan, dengan perasaan yang masih cukup terguncang Dodi melangkah kan kaki nya mengikuti petugas polisi tersebut.






--- ooo ---






Di sebuah ruangan pemeriksaan yang terletak di bagian tengah gedung kantor polisi yang berukuran cukup sedang, terlihat Doni dan Boski sedang duduk di sebuah bangku kayu panjang yang terletak di sisi kanan ruangan, Boski terlihat sedang duduk bersandar sambil memejamkan kedua matanya, sedangkan Doni yang duduk di sebelah Boski tampak serius menatap layar smartphone yang ia pegang.


"Ahh kimochii ya matee kudasai ah ah."


Boski yang sedikit lagi beranjak pergi ke alam mimpi seketika membuka kedua bola mata nya karna terkejut mendengar suara desahan wanita sedang mengerang keenakan saat bersengama.


"Hehh ngagetin gua aja lu." Ucap Boski sambil menepuk pelan paha Doni.

"Wakwakwak sorry sorry." Ucap Doni sambil tersenyum jahil.

"Si anjir malah nonton bokep lagi." Ucap Boski.

"Haha you know i man." Ucap Doni.

"Hehh kayak kurang jatah aja." Ledek Boski.

"Yaa dari pada luh engga pernah ada jatah-jatahan main sabun mulu wakwak." Ledek balik Doni.

"Sehh songong, sebelum bapa lu ngegoyang emak lu di atas kasur dan jadi nya elu, gua udah ngerasain kikuk kikuk kan duluan." Ucap Boski.

"Wakwak ia deh yang udah berpengalaman masuk satu goa ke goa yang lain haha." Ucap Doni.

"Wah harus gua laporin nih ke Bos Niken nih." Ucap Boski.

"Haha jiah main nya pengaduan nih." Ucap Doni.

"Yaa harus di situ lah ladang duit gua hahaha." Ucap Boski lalu tertawa.


Saat Doni dan Boski sedang bercanda gurau, tiba-tiba pintu ruangan ada yang mengetuk dari arah luar.


Tokk..took..tokk..


"Permisi." Ucap seseorang di luar ruangan.

"Yaa masuk." Ucap Doni.


Ttrrreetttttt...


Masuk lah seorang petugas polisi berpakaian rapih, melangkah menghampiri Doni dan Boski.


"Orang nya sudah ada di luar mas." Ucap Petugas polisi.

"Suruh masuk." Ucap Doni.


Polisi itu hanya mengangguk kan kepalanya pelan, lalu ia membalikkan badan dan berjalan kembali menuju pintu. Tak berselang lama petugas polisi keluar dari ruangan, muncullah Dodi melangkah masuk kedalam ruangan dengan langkah kaki gemetar dan raut wajah sangat tertekan, Doni dan Boski hanya saling menatap satu sama lain, sebuah senyuman sinis terlihat di wajah nya.


"Silahkan mendekat." Ucap Boski.


Dodi pun berusaha menguatkan diri nya melangkah mendekati Doni dan Boski, Boski pun berjalan menuju ke sisi kiri ruangan untuk mengambil sebuah kursi kecil, setelah itu ia menaruh nya di belakang tumbuh Dodi.


"Lu sekarang duduk." Ucap Boski sambil berjalan ke posisi semula iya berdiri.


Dodi yang saat ini berdiri di hadapan Doni tampak sangat ketakutan saat Doni menatap tajam ke arah nya, Kondisi Dodi saat ini amat sangat berbeda jauh pada saat sebelumnya, jika kemarin ia amat sangat angkuh, arogan dan amat sangat menantang Doni, kali ini amat sangat berbeda.


"Punya kuping engga luh gua suruh duduk!." Bentak Boski.

"Ehh iiiyya." Ucap Dodi.


Di bentak seperti itu oleh Boski, Dodi pun langsung duduk dengan cepat. Doni yang berdiri di hadapan Dodi perlahan memajukan langkah nya hingga ia kini berdiri persis di depan Dodi, ia masih menatap tajam ke arah Dodi sedang kan Dodi hanya tertunduk lesu tak berani menatap wajah Doni.


"Hehh liat Wajah gua." Ucap Doni.


Dodi pun perlahan mengangkat wajah nya namun ia tidak menatap wajah Doni.


"Mana nih Lana yang jagoan..." Ucap Doni.

"Dan oh iyah udah dapet pelajaran apa di penjara selama beberapa hari ini." Sambung Doni.

"Don gua minta maaf atas perlakuan gua kepada lu kemarin." Ucap Dodi dengan wajah tertunduk lesu.


Mendengar permintaan maaf dari Dodi, Doni hanya tersenyum sinis lalu ia mendekat kan telinganya ke wajah Doni.


"Hahhh Seorang Lana minta maaf, engga salah denger nih gua." Ucap Doni.

"Engga Don lu engga salah denger gua minta maaf sama lu atas perlakuan gua selama ini." Ucap Dodi.

"Hahahaahaha." Doni tertawa setelah mendengarkan ucapan Dodi.

"Heii seorang Lana minta maaf, hahaha bushit men." Ucap Doni.

"Don gua serius untuk kali ini, gua minta maaf sama luh." Ucap Dodi.

"Hahaha, luh minta maaf sama gua haha fuck bitch.. lu minta maaf engga tulus men, lu minta maaf karna saat ini gua ada di atas luh, dan lu engga ada pilihan lain untuk meminta maaf ke gua." Ucap Doni.

"Asal lu tau yah, kalo lu mau minta maaf tuh harus nya beberapa hari kemarin di saat gua masih ngasih kesempatan buat luh, di saat kemarin nyokap luh abis-abisan buat bela luh." Sambung Doni.


Lana seketika terdiam, setelah mendengar ucapan Doni.


"Dan lu udah lupa sikap lu kemarin, sikap sombong luh, sikap arogan luh dan Sikap acuh luh kepada sekeliling lu!." Ucap Doni.

"Dengan sombong nya lu merasa kuat jika lu masuk kedalam penjara, dan sekarang lu minta maaf ke gua?, mikir pake otak." Ucap Doni.


Tiba-tiba Dodi berdiri dan dengan gerakan cepat ia berlutut di kaki Doni.


"Donn plise gua minta maaf sama lu, gua berlutut di hadapan lu saat ini, seumur hidup gua engga pernah memohon seperti ini." Ucap Dodi.

"Lu pernah mikir engga gimana rasa nya kemarin nyokap luh menghina kan diri nya di hadapan gua, untuk sekedar bela lu, Tapi apa?, apa lu perduli?, apa lu melakukan tindakan yang sama untuk berusaha meminta maaf ke gua." Sambung Doni.


Dan lagi-lagi Dodi terdiam, ia tak mampu membahas perkataan yang Doni ucapkan. Doni terlihat memalingkan pandangan nya sekejap ke Boski, sambil iya mengedipkan mata seolah ia mengisyaratkan sesuatu hal yang telah mereka rencanakan. Menyadari isyarat yang Doni lakukan, Boski berjalan menuju pintu ruangan dan keluar dari pintu tersebut.


"Asal lu tau yah berkas laporan sudah di tindak lanjuti oleh polisi, bukti-bukti sudah kuat, dan lu sudah terbukti melakukan tindakan hukum dan sudah terjerat pasal penganiayaan, memang hukumnya cuman lima tahun hemm tapi lu tau kan gua bisa buat lu mendekam di penjara jauh lebih lama lagi." Ucap Doni sambil tersenyum sinis kearah Dodi.


Bagai berdiri di tepi jurang, tubuh Dodi terlihat sangat gemetar, keringat pun mulai bercucuran membasahi sekujur tubuhnya, bayangan-bayangan kesuraman jeruji besi terlintas di benak nya.


"Donn Plise Don pilse gua mohon Don gua Mohonn Hikkss." Ucap Dodi, Tak terasa air mata nya mengucur deras dari kedua kelopak matanya.


Doni tersenyum penuh kemenangan, lalu iya berjongkok di hadapan Dodi.


"Lu baru sadar kesalahan lu selama ini setelah mendekam di penjara cuman beberapa hari, hemm kalo gitu.. lu gua jeblosin kedalam penjara selama dua puluh tahun, mungkin hidup lu jauh akan berubah yaa menjadi pribadi yang baik." Ucap Doni.


Dodi sangat terkejut mendengar ancaman yang Doni ucapkan, dengan segala rasa di dalam hati nya berkecamuk, Dodi seketika berwujud di hadapan Doni.


"Hiiikkksss..Don Plise gua minta maaf sama lu Don, Gua akui sikap buruk gua ke semua orang khusus nya kepada lu dan Niken, gua akui Don sikap arogan dan sikap takabur nya gua, plise Don kasih gua kesempatan gua buat berubah, tapi bukan di penjara tempat nya." Ucap Dodi sambil bersujud meminta ampun kepada Doni.


"Heii bangun luh!, jangan bertindak seperti itu karna gua bukan tuhan, apa pun permohonan lu gua akan tetap memberikan pelajaran buat lu." Ucap Doni sambil berdiri, lalu ia berjalan menuju pintu ruangan.

"Donn pilse donn." Ucap Dodi sambil berusaha mengejar Doni.


Saat Dodi sudah berada di depan ruangan, langkah kaki nya terhenti. Dodi mendapati dua orang polisi sudah berada di hadapan nya, sedangkan Doni dan Boski tidak ada di area depan ruangan pemeriksaan.


Saat Dodi menoleh ke arah sekeliling area luar ruangan, dengan cepat kedua polisi itu menyergap tubuh Dodi, dan hal yang membuat Dodi bingung, kedua tangan nya di borgol oleh salah satu petugas polisi dari arah depan, setelah itu Tubuh Dodi di dorong paksa untuk berjalan oleh kedua petugas polisi tersebut.


"Apa-apa an ini pa, saya mau di apain." Ucap Dodi sambil berusaha meronta-ronta melepaskan diri.

"Diam ikut saja!." Bentak salah seorang polisi.


Di dalam hati nya Doni bertanya-tanya apa yang akan di lakukan Doni terhadapnya, jika ia akan di masukkan kembali kedalam penjara, kenapa ia di arah kan menuju pintu luar kantor polisi bukan di masukan kembali kedalam sel penjara. Dodi berusaha menenangkan diri agar ia bisa membaca situasi yang akan terjadi.


Saat Dodi sudah berada di area halaman kantor polisi, Dodi langsung di giring menuju ke sebuah mobil Mazda cx 3 warna merah yang sedang terparkir.


"Ini sebenarnya gua mau di bawa kemana sih?." Tanya Dodi di dalam hati.


Setelah mereka sudah sampai di sisi kiri mobil, salah satu petugas polisi langusng membuka pintu bagian depan mobil, dengan gerakan sedikit memaksa petugas polisi itu langsung mendorong tubuh Dodi hingga ia masuk kedalam mobil. Saat Dodi sudah berada di dalam mobil, ia sangat terkejut saat melihat Doni yang sedang duduk di kursi pengemudi. Doni tersenyum sinis saat melihat wajah Dodi yang tampak sangat kebingungan.


"Don apa yang sebenarnya lu rencanakan?." Tanya Dodi dengan ekspresi wajah sangat serius.

"Lu cuman punya dua pilihan, pilihan pertama lu mau masuk penjara atau pilihan kedua lu ikutin permainan gua." Ucap Doni.

"Hemm dan yaa kalo lu engga mau ikuti permainan gua berarti lu pilih..pilihan yang pertama." Sambung Doni.

"Nihh orang mau lakuin apa yah." Ucap Dodi di dalam hati.

"Gimana?." Tanya Doni.

"Hemm ok gua pilih..pilihan yang ke dua, tapi gua pengen lihat dulu apa maksud dari kedua pilihan tersebut." Ucap Dodi.

"Oke, sekarang lu jangan banyak tanya yaa ikuti saja." Ucap Doni.


Doni memalingkan wajahnya kearah depan, lalu ia bersiap-siap untuk mengemudikan Mobil, Dodi terlihat termenung, ia berusaha menerka-nerka apa rencana yang akan Doni perbuat terhadapnya.






--- ooo ---






Sudah satu jam mobil yang Doni kendari bergerak santai menyusuri jalanan ibu kota yang cukup dipadati kendaraan pada saat ini, Doni yang duduk di kursi pengemudi tampak sangat serius mengendarai mobil, sedangkan Dodi yang duduk di samping Doni terlihat sedang menatap kosong ke arah luar jendela.


"Don sebenarnya lu mau bawa gua kemana?, dan tangan gua kenapa di borgol begini." Tanya Dodi.

"Tar lu juga paham sendiri." Ucap Doni.

"Apa jangan-jangan dia mau balas dendam ke gua, mau ngejar gua dulu sebelum jeblosin gua ke dalam penjara." Ucap di dalam hati.

"Ngapa lu diem." Ucap Doni.

"Eh engga." Ucap Dodi.

"Eh Dod gua mau nanya sama lu." Ucap Doni.

"Nanya apa lu." Ucap Dodi.

"Apa sih yang mendasari lu berperilaku buruk di kepada nyokap lu kemarin?." Tanya Doni.

"Hah yang mendasari maksudnya?." Ucap Dodi.

"Gini, yaa untuk sikap lu yang suka bikin onar sok jagoan yaa gua udah biasa ngeliat sikap bocah kaya lu gitu, tapi yah yang membuat gua heran kok lu bisa gitu bersikap kelewatan banget sama nyokap lu, its ok gua engga ngerasa suci juga gua punya banyak kesalahan sama orang tua gua, tapi gua engga berani bertindak seperti luh loh, dan yaa gua rasa ada suatu hal yang mendasari lu bersikap seperti itu." Ucap Doni.


Mendengar Doni berbicara seperti itu ekspresi wajah Dodi seketika berubah, raut wajah kesedihan dan kekesalan bercampur menjadi satu.


"Sebenarnya gua paling benci Bahas ini." Ucap Dodi.

"Kenapa benci?." Tanya Doni.


Entah kenapa Dodi saat ini seketika sedikit rapuh saat Doni membahas tentang masa lalu nya, berbeda dengan sikap diri nya yang biasa nya selalu emosional dan penuh keisengan. Setetes air mata tampak keluar dari mata sebelah kanan nya, meluncur deras membasahi pipi hingga ke area rahang dagu nya.


"Pembahasan seperti ini sebenarnya sangat sensitif bagi gua, dan lu bisa tau apa yang gua lakukan ke lu kemarin di saat lu mengutik sikap gua ke nyokap gua, dan yaa kalo lu bertanya apa yang mendasari nya..hemm ke gua bakal cerita sama luh." Ucap Dodi.

"Dulu di saat gua masih anak-anak di masa gua merasa hidup itu sangat indah gua memiliki keluarga yang utuh, seorang ibu yang sayang sama gua dan seorang ayah yang sangat mencintai gua, gua bahagia memiliki mereka berdua, sampai suatu ketika awal kehancuran ke bahagian gua itu terjadi, nyokap gua salah jalan, dia berselingkuh dengan rekan kerjanya
yang berprofesi sebagai Dokter, walau usia gua saat itu tergolong masih anak-anak tapi gua bisa berfikir perbuatan nyokap gua itu salah, semenjak nyokap gua kenal sama pria itu dia sedikit memiliki waktu buat gua dan dia selalu berbohong di belakang Bokap, Bokap pada awal nya tidak mengetahui hal tersebut, hingga suatu ketika bokap pulang dan yang gua tau saat itu Bokap marah besar dan terlibat perkelahian dengan selingkuhan nyokap, dan sampai gua melihat sediri nyokap gua mendorong tubuh bokap gua hingga terjatuh dari lantai dua, bokap gua seketika tewas di tempat karna mengalami benturan hebat di kepalanya." Ucap Dodi.


"Tapi kalo nyata nya memang nyokap lu tidak bermaksud mendorong tubuh bokap lu gimana." Ucap Doni.

"Jangan sok tau deh Don, Jelas-jelas gua ngeliat sendiri nyokap gua ngedorong tubuh bokap hingga terjatuh!." Ucap Dodi sambil menatap tajam wajah Doni.

"Lu hanya ngeliat dari satu sisi aja." Ucap Doni.

"Kok makin sok tau aja sih lu, gua yang ngeliat sendiri!!." Ucap Dodi.

"Tapi faktanya seperti itu, dan oh iya gua mau ngasih unjuk ini." Ucap Doni Sambil merogoh tas tali yang ia taruh di dekat persneling Mobil.


Doni mengeluarkan sebuah kertas yang di atas nya bertuliskan surat pengadilan yang tertulis mengunakan mesin Tik, lalu ia menghadapkan kertas tersebut persis di depan wajah Dodi.


"Ini surat dari pengadilan yang membuktikan kalo nyokap lu tidak bersalah dan tidak melakukan tindakan pendorongan, pelaku yang menyebabkan bokap lu itu terjatuh adalah si Dokter Rudi, dia yang menjadi tersangka dan pada akhirnya dia yang di tahan." Ucap Doni.


Wajah Doni tampak cemas saat Dodi membaca isi surat tersebut, seolah-olah ia sedang mengkhawatirkan sesuatu.


"Lu dapat surat ini dari mana hah?." Tanya Dodi.

"Engga penting dari mana-mana nya, toh itu faktanya, pokok nya lu diem jangan banyak bacot dulu!." Ucap Doni.


Setelah mereka terlibat sedikit pembicaraan Doni perlahan membelokkan laju mobil menuju ke sebuah mini market yang berbeda di sisi kiri jalan, Doni menarik nafas sejenak, setelah melepaskan sabuk pengaman yang ia kenakan, Doni langsung turun dan berjalan ke sisi kiri mobil.


Ttttrrrekkk!!..


Doni membuka pintu bagian depan mobil dengan pelan, lalu ia berdiri di hadapan Dodi. Dodi sangat bingung saat ini, ia tidak bisa menerka apa yang akan di lakukan Doni.


"Lu sekarang keluar dulu." Ucap Doni.

"Donn sejujurnya lu punya rencana apa buat gua?." Tanya Dodi.

"Dah lu sekrang keluar pindah ke kursi belakang." Ucap Doni.

"Pindah?." Ucap Dodi.

"Dahh jangan banyak nanya luh." Ucap Doni sambil menarik paksa tangan Dodi.


Dodi pun hanya bisa menurut, ia pun pindah posisi duduk di kursi belakang pengemudi, setelah Dodi masuk, Doni langsung menutup pintu mobil lalu ia membalikkan badan dan berjalan menuju ke arah mini market.


"Aaarrgghh.. pegel banget tangan gua." Ucap Dodi sambil berusaha melepaskan Borgol yang mengikat kedua tangan nya.


Setelah beberapa menit Doni meninggalkan mobil, kini ia terlihat berjalan kembali menuju kearah mobil, akan tetapi tampak seseorang pria tua dengan penampilan khas tukang parkir berjalan dengan tertatih tatih di bantu tongkat yang ia jepit di kedua ketiak nya, mengikuti dari arah belakang.


Ttrrrreeekkk!!..


Doni membuka pintu belakang mobil lalu ia masuk ke dalam tampa menutup nya kembali.

"Gua harap lu jangan bertindak macem, cukup mengikuti alur permainan yang gua buat." Ucap Doni.

"Hahh maksud nya?." Tanya Dodi kebingungan.


Doni tidak menjawab pertanyaan Dodi, ia langsung keluar tampa menutup kembali pintu belakang mobil. Tak berselang lama pria tua yang berjalan tertatih-tatih mengunakan tongkat masuk kedalam mobil di bantu Doni.


Dodi tampak sangat kebingungan karna melihat seorang pria tua masuk kedalam mobil dan duduk di sebelah nya, Dodi memperhatikan pria tersebut dan sebaliknya pria tua itu memperhatikan wajah Dodi, akan tetapi tatapan mata pria itu sangat berbeda dengan Dodi, seolah ada tatapan ketakutan dan penyesalan yang sangat mendalam ia rasakan.


Bbbbrrruukk!!...


Doni menutup pintu belakang mobil, lalu ia berjalan menuju pintu depan sebelah kiri Mobil dan langsung masuk dan duduk sambil menoleh kearah belakang.


"Donn kali ini tolong jelassin ke gua sebenarnya apa yang lu rencanain, dan tolong jelasin siapa pria tua di sebelah gua ini!, dan apa tujuan lu menujukkan surat pengadilan itu ke gua." Ucap Dodi.


Doni hanya tersenyum namun iya tidak menjawab pertanyaan Dodi.


"Hhiikkss sekian lama saya mencari anda, akhirnya hari ini saya bisa berjumpa dengan anda." Ucap pria itu sambil menangis di hadapan Dodi.

"Heii apa-apaan ini?, siapa anda?." Tanya Dodi.

"sekian lama saya mengagung karma dan berdosa yang saya lakukan akhirnya saya mendapat kesempatan untuk meminta maaf atas kesalahan saya dahulu." Ucap pria itu.


Dodi tampak diam, akan tetapi ia berusaha mencerna perkataan yang pria itu ucapkan.


"Apa kah lu sudah mengenali pria ini?." Tanya Doni.


Dodi memandang wajah pria tua yang berbeda di sebelah nya ini dengan tatapan sangat serius, ia berusaha mengingat-ngingat sosok pria tua yang ada di hadapannya ini.


"Nakk..maaf kan saya Nakk maaf kan saya." Ucap pria tua sambil berusaha mencium lutut Dodi.


Perlahan wajah pria tua itu mulai teringat kembali di fikiran Dodi, dan seiring ia mulai mengenali sosok pria di hadapannya, rasa dendam amarah Dodi mulai bangkit dan menguasai diri Dodi.


"Bajingann!!." Teriak Dodi sambil mendorong tubuh pria tua yang berbeda di hadapannya, hingga kepala pria tua tersebut sedikit terbentur kaca Pintu belakang dalam mobil.

"Yaaa gua inget sekarang haahh gua inget lu siapa, lu adalah dr. Rudi si bajingan tengik yang juga bertanggungjawab atas kematian bokap gua!!." Ucap Dodi dengan penuh rasa amarah.

"Nakk Lana maaf kan saya nakk maaf kan saya Hiikss." Ucap Pria tua yang ternyata adalah Rudi mantan selingkuhan ibu Riana.

"Diam kau brengsek." Ucap Dodi sambil berusaha memukul wajah Rudi dengan kedua tangan nya yang terborgol, namun Doni dengan cepat menghalau pukulan Dodi.

"Ini fungsi nya tangan lu di borgol Dod, gua tau lu bakalan main pukul." Ucap Doni.

"Sekarang maksud lu apa pertemukan gua sama si bajingan ini!." Ucap Dodi.

"Hemm ginih yaa gua mempunyai rencana untuk membuat lu yaa hemm tidak terlalu membenci nyokap lu, kalau bisa sih yaa ingin mendamaikan, karna nyoap lu tuh tidak sepenuhnya bertanggungjawab secara langsung atas kematian bokap lu." Ucap Doni.

"Gua tau pasti nyokap gua minta bantuan sama lu untuk mengatur semua ini yaa
kan!, dari gua masuk penjara hingga gua dipertemukan dengan bajingan tengik ini!." Ucap Dodi.

"Ehh nyettt untuk soal masuk penjara itu ulah arogansi lu, gua bisa aja ngejar lu di saat itu, tapi Boyy lu kurang cerdik.. gua punya niat masukin lu terpenjara agar lu bisa berfikir berubah menjadi manusia yang lebih baik!." Ucap Doni.

"Dan asal lu tau nyett gua bantu nyokap luh tuh yah karna satu alasan, kalau tidak ngapain banget gua ikut campur dalam drama kehidupan luh yang sangat ruwet." Ucap Doni.

"Apa alasan nya Donn apa?, lu mau buktiin apa lagi toh nyata nya mereka semua sudah salah!." Ucap Dodi.

"Hhemm yaa gua tau semua drama ini terjadi karna sebuah kesalahan fatal dimasa lalu, yaa gua sangat mengerti dengan hal itu, tapi semua hal yang sudah terjadi sudah mendapat karma nya." Ucap Doni.

"Nakk berikan saya satu kesempatan untuk berbicara, Saya sangat menyesali perbuatan saya dengan ibu anda di masa lalu, jabatan profesi dan uang sudah mengubah saya menjadi manusia yang buta hati dan fikiran, hati saya teralu di butakan oleh cinta dan hasrat nafsu yang berlebih, dulu sebelum saya melakukan Dosa ini dengan ibu anda saya memiliki kebahagiaan yang sangat berharga, memiliki jabatan sebagai Dokter senior memiliki banyak uang dan memiliki keluarga yang harmonis, tapi saya menghancurkan itu semua, begitu pula dengan ibu anda banyak yang rusak setelah kejadian itu, tapi nak di saat itu ibu mu sudah berfikir untuk menyudahi dosa yang kami perbuat, tapi saya lah yang yang tidak terima untuk menyudahi dosa tersebut karna keluarga saya sudah terlanjur hancur pada saat itu, soal kematian papah mu itu bukan kesalahan ibu mu nak bukan.. itu sepenuhnya kesalahan saya Hiikkss, saat papah kamu memergoki kami sedang melakukan dosa pada saat itu juga papah kamu naik pitam, terjadilah perkelahian di atara kami dan sampai ketika papah mu terdesak saat saya akan menghajar tubuh papah mu, mamah mu berusaha menghalangi tubuh papah mu agar tidak terkena pukulan, namun sayang, karna mamah mu tak sanggup menahan pukulan tubuh nya terdorong ke belakang yang menyebabkan papah mu terjatuh dari tangga, sungguh kejadian itu sangat di luar dugaan saya, karna panik saya langsung melarikan diri." Ucap Rudi.

"Bajingan kau Rudi bajingan!!." Maki Dodi sambil berusaha memukul Rudi.

"Dodd bisa tenang dikit ga sih lu!!." Bentak Doni sambil mencengkeram erat pergelangan tangan Dodi.

"Maaf kan saya nak maaf kan saya Hikkss." Ucap Rudi.

"Sungguh Saya sangat menyesali perbuatan saya di masa lalu, jikalau waktu bisa terulang kembali pati saya tidak akan melakukan dosa itu Hiiikkss." Sambung Rudi.

"Dod semua ini sudah ada karma nya, asal lu tau Dod hidup di Rudi ini sudah sangat berantakan, Tuhan sudah membalas segala perbuatannya di masalalu dan ia juga sudah menjalani hukum negara yang berlaku." Ucap Doni.

"Kenapa engga Tuhan cabut aja nyawa luh sekalian!." Bentak Dodi.

"Karna semua yang ada di dunia ini sudah Tuhan atur bagian-bagian nya Dod." Ucap Doni.

"AHHHH!! MAHLUK SEPERTI MU TIDAK CUKUP HANYA SEKEDAR MEDAPATKAN KARMA SEPERTI ITU." Ucap Dodi dengan penuh emosi.

"Maaf kan saya nakk maaf kan saya." Ucap Rudi.

"Ingin rasa nya saya melenyapkan anda seperti anda melenyapkan papah saya!!." Ucap Dodi.

"Maaf kan lah saya nak maaf kan saya Sungguh saya menyesal Hikkss." Ucap Rudi sambil berusaha mencium lutut kaki Dodi.


Doni tiba-tiba keluar dari mobil, lalu ia berjalan menuju pintu belakang sebelah kiri mobil.


Ttttrrreeekk!!!..


"Sudah..sudah seperti nya Lana ini butuh waktu yang sangat lama untuk bisa memaafkan anda dan tau mungkin juga tidak, yaa saya bisa mengerti perasaan dia kehilangan sosok seorang ayah seperti apa, setidaknya anda sudah mencoba untuk meminta maaf." Ucap Doni sambil menarik tangan Rudi untuk keluar dari mobil.


Karna kegaduhan yang sedang terjadi di dalam mobil membuat beberapa orang yang berada di sekitaran mobil tampak memperhatikan dengan sangat penasaran.


"Sampai bagai mana pun anda meminta maaf kepada saya, hemm saya tidak akan pernah memaafkan anda!, camkan itu!!." Ucap Dodi.


Brrruukkk!!..


Setelah menutup pintu mobil Doni langsung menuntun Rudi berjalan menjauhi mobil.


"Sudah..sudah setidaknya anda sudah mencoba meminta maaf." Ucap Doni.

"Hhiikss yaa yaa saya paham, memang saya patas tidak dimaafkan, sudah terlalu fatal kesalahan yang saya perbuat." Ucap Rudi.

"Ya sudah sekarang anda tenangin diri anda terlebih dahulu, saran saya lebih baik anda jangan mendekati Riana ataupun si Lana lagi, mereka sudah terlalu benci terhadap anda, lebih baik anda membangun hidup anda lagi dan melakukan tindakan yang positif belajar dari kesalahan yang terdahulu." Ucap Doni.

"Iya baik, terimakasih nak sudah membantu saya." Ucap Rudi.

"Tidak ada yang harus berterima kasih, karna dalam hal ini kita saling membantu." Ucap Doni.

"Saya balik dulu, saya harap ingat pesan-pesanan saya." Sambung Doni.

"Iya baik." Ucap Rudi.


Setelah sedikit berbincang dengan Rudi, Doni langsung membalikkan badan dan berjalan kembali menuju mobil.


Ttrrreekkk!!..


"Lu pindah lagi kedepan!." Ucap Doni dengan nada suara tegas.


Dodi yang tampak masih sangat emosi, perlahan mengerakan tubuh nya keluar dari mobil lalu ia langsung melangkah menuju pintu depan mobil yang sudah di bukaan oleh Doni.


Bbrruukk!!..


Setelah menutup pintu depan mobil, Doni langsung berjalan memutar ke arah pintu masuk pengemudi. Setelah berada di dalam mobil, Doni melihat ke arah Dodi, dan sebaliknya Dodi pun menatap tajam ke arah Doni.


"Lu di bayar beberapa sama nyokap gua untuk melakukan hal seperti ini!." Ucap Dodi.


Mendengar ucapan Dodi, rasa marah yang Doni berusaha ia tahan sejak tadi seketika meluap, dengan Rasa amarah di Doni mencengkeram erat leher Dodi.


"Asal lu tau nyettt gua melakukan semua ini bukan karna uang hah!, semua drama ini saling berkaitan, lu tau engga kenapa gua melakukan hal ini?." Ucap Doni.

Lana hanya diam sambil menatap tajam wajah Doni.

"Semua ini Gara-gara nyokap luhh hah gara-gara nyokap lu !." Bentak Doni.

"Maksud lu apa gara-gara nyokap gua." Ucap Dodi.

"Lu tau Reza?." Tanya Doni.

"Iya." Ucap Dodi.

"Lu tau Leva?." Tanya Doni kembali.

"Iya kenal gua, apa urusan nya dengan mereka?." Tanya Dodi.

"Sangat ada sangattt, asal luh beberapa bulan yang lalu Reza mengalami suatu masalah yang menyebabkan ia di culik, singkat cerita setelah penculikan itu Reza masuk kedalam Rumah sakit karna luka di kepalanya sangat serius, Leva sungguh sedih karena itu, Sampai suatu ketika saat Leva tidak ada di tempat, Winda anak kampus kita juga itu membawa kabur Reza dari rumahsakit dengan alasan yang masih belum di ketahui, dan orang yang telah membantu mengeluarkan Reza dari rumahsakit itu adalah Suster Riana yaitu adalah nyokap lu, gua tau fakta Riana adalah nyokap lu saat lu maki-maki dia di depan kampus." Ucap Doni.

"Hah nyokap gua." Ucap Dodi agak terkejut.

"Iyah nyokap lu, gua akui Dod nyokap lu tuh orang nya cerdik dia bisa melakukan permainan serapih ini, dan asal lu tau yah nyokap lu tuh melakukan tindakan ini hanya semata-mata untuk diri luh, untuk anak yang paling dia sayang, dia rela melakukan tindakan yang menurut gua kriminal ini hanya untuk sekedar membela lu, agar lu tidak masuk dalam penjara, agar lu masih punya kesempatan menata hidup luh jauh lebih baik!." Ucap Doni.


Dodi tampak sangat bingung sekaligus terkejut mengetahui persoalan yang Doni jelaskan.


"Apa lu engga punya hati Dod.. apa hati lu sudah buta dengan rasa amarah dan kebencian, hingga lu engga pernah sadar perjuangan nyokap lu, segimana lu kasar dan benci sama dia, nyokap lu terus tunjukin rasa kasih sayang ke luh, dia bela habis -habisan martabat anak nya, dia rela sujud dan mencium kaki gua hanya untuk menolong luh agar gua engga jeblosin kedalam penjara, apa lu tega ngeliat nyokap lu seperti itu..?, apa lu kuat, walaupun nyokap lu pernah melakukan suatu kesalahan, Dod semua orang pasti punya masa lalu yang suram, tapi setidaknya nyokap lu sudah mau bertaubat dan mau memperbaiki kesalahan nya, dan kalo kita berbicara soal salah dan benar lu juga banyak melakukan kesalahan terhadap nyokap lu, sebagai mana nyokap luh berbuat dosa lu seharusnya bisa memaafkan dan tidak bersikap buruk terhadap nya, gara-gara lu juga nyokap luh terlibat kasus yang sangat merugikan Reza dan Leva." Ucap Doni.

"Gua bisa aja jemblosin kalian berdua kedalam penjara, tapi yaa gua tidak ada wewenang lebih untuk itu, tergantung Leva aja kalau dia mau merkarain nyokap lu gua akan buat kasus baru terhadap nyokap lu, dan gua bisa langsung penjarain gua atas penganiayaan yang lu buat, hemm tapi bisa sih gua engga perpanjang kasus ini asal kan lu berdamai dengan nyokap luh dan ikut permainan gua." Ucap Doni.


Dodi terdiam pucat, kondisi batin nya saat ini sangat berkecamuk, berbagai macam perasaan bergejolak di dalam hati nya, hal itu lah yang membuat iya tak sanggup berbicara sepatah kata pun.


"Gua sudah buat kesepakatan dengan nyokap lu, kalau nyokap lu mau buka suara siapa pelaku utama penculikan Reza, gua akan bantu dia untuk mendamaikan dia dengan lu." Ucap Doni.


Dodi hanya diam, iya tak mamu berkata-kata atau pun mengambil keputusan.


"Gimana?, mau berdamai dengan nyokap lu atau masuk kedalam penjara?, yaa kita ambil jalan tengah nya aja biar di atara kita semua sama-sama enak." Ucap Doni.

"Oke gua kasih waktu untuk lu berfikir,dan oh ia gua akan membawa lu ke sesuatu tempat dan di situ lu harus ngambil keputusan, jika lu nurut sama gua yaa borgol di tangan lu pasti akan lepas dan gua akan cabut tuntutan gua, jika lu memilih sebaliknya borgol itu yang akan menuntun lu masuk ke dalam penjara." Ucap Doni.


Doni mengalihkan pandangan ke arah depan, ia tersenyum sinis karna ia merasa senang bisa membuat Dodi dalam keadaan harus memilih pilihan yang membuat nya cukup tertekan, setelah menstarter dan menaikan persneling mobil, perlahan Doni menginjak pedal gas, mobil pun mulai bergerak menuju ke sebuah tempat yang sudah Doni rencanakan.






--- ooo ---







Di sebuah kamar villa yang berbeda di lantai dua rumah tempat Reza dan Winda menginap, tampak saat ini Reza sedang berbaring di atas ranjang yang berbeda di tenga-tengah ruangan kamar, sebuah bed cover tebal menyelimuti tubuh nya. Raut wajah Reza terlihat agak pucat, kedua mata nya terpejam dan dahi nya sedikit berkeringat, sudah satu jam Reza terpejam di atas kasur setelah merasakan sakit yang sangat ia rasakan pada kepala nya, setelah bayang-bayang bisikan menggema di telinganya.


Trukk...

Ppllakk..

Ttruukk..

Ppllakk..


Sebuah langkah kaki yang sedang menaiki anak tangga terdengar jelas dari lantai dua villa, suara nya menggema makin dekat dan makin terdengar jelas bagi yang mendengar nya, suara langkah kaki tadi kini sudah tidak terdengar lagi karna seseorang yang naik sudah berada di atas ruangan, suara langkah kaki tadi ternyata berasal dari sendal beralas kayu yang Winda kenakan, Winda berdiri sambil menatap ke arah Reza yang masih terpejam, kedua tangan nya memegang sebuah nampan yang terdapat segelas air semangkuk bubur dan beberapa butir obat pereda nyeri di atas nya, dengan langkah pelan Winda berjalan menuju ke arah Reza.


Deegg... ttrreekk..


Winda menaruh nampan yang ia awa tadi di atas meja kecil, lalu iya duduk di samping Reza.


"Zaa." Ucap Winda sambil menggenggam lembut tangan Reza.

"Melihat mu seperti ini, hati ku sangat sedih." Ucap Winda.

"Kenapa bayang-bayang dia masih ada di dalam ingatan mu." Ucap Winda.

"Aku ingin kau lupa." Ucap Winda

"Aku takut kamu kembali normal, lalu pergih meninggalkan ku Hiikkss." Air mata mulai menetes membasahi pipi nya.

"Aku tak kau kehilangan mu lagi..tidak..tidakk..Hhiiikkkss." Ucap Winda sambil menangis.


Sura tangisan Winda membulat Reza kembali dari alam tidur nya, perlahan sayup-sayup suara tangisan mulai terdengar jelas di telinga Reza, perlahan Reza mencoba membuka kedua bola matanya.


"Aarrghh." Erang Reza sambil mengusap pelan kening nya karna ia masih merasakan rasa sakit di area itu.


Winda sedikit terkejut karna mendengar erangan suara Reza, dengan cepat ia mengusap air mata yang membasahi pipi nya.


"Aarghh kaamu kenapa?." Tanya Reza sambil berusaha duduk.

"Kepala kamu masih sakit?." Tanya balik Winda.

"Masih cuman sudah agak berkurang." Ucap Reza.

"Winda kamu kenapa? sayup-sayup aku mendengar kamu menangis." Ucap Reza.

"Engga Za aku tak menagis." Ucap Winda.

"Seluruh dunia pun tau kau sedang berbohong saat ini." Ucap Reza.

"Aku cuman sedih Za sedih, melihat merasa kesakitan seperti ini." Ucap Winda.


Reza hanya tersenyum, lalu iya berusaha duduk dengan tegap di depan Winda.


"Buat apa kamu sedih, yang merasa sakit toh aku." Ucap Reza.

"Kamu engga pernah tau betapa takut nya aku kehilangan mu." Ucap Winda.

"Takut.. kenapa harus takut, aku nyata nya ada di sini kok bersama mu." Ucap Reza.


Winda langsung memeluk tubuh Reza dengan erat, sabil mengis kecil dalam pelukan Reza.


"Pokok nya aku takut..takut sekali Hiikks." Ucap Winda.

"Sudah..sudah jangan menagis lagi." Ucap Reza.


Reza pun mengangkat wajah Winda menghadap ke wajah nya, dengan lembut Reza menyeka airmata yang membasahi kedua pipi nya, perlahan Winda tersenyum diperlakukan seperti itu oleh Reza.


"Winda." Ucap Reza.

"Iya." Ucap Winda.

"Aku harap kamu jangan melakukan hal seperti tadi di air terjun yah." Ucap Reza.

"Yang di air terjun yang mana?." Ucap Winda berpura-pura lupa.

"Yaaa yang itu, jujur.. aku juga lelaki bisa khilaf, sebaik nya kamu menjaga diri mu menjaga kehormatan mu, sampai semua manjadi sah, jangan kau berikan kepada pria mana pun termasuk aku karna belum tentu bisa sah dengan mu kedepannya." Ucap Reza.

"Tidak Reza pasti aku akan sah bersamamu." Ucap Winda.

"Berdoa saja agar itu bisa terjadi." Ucap Reza.

"Tapi jujur aku sangat bingung sekali, kenapa setiap sesuatu ingatan muncul kepala ku terasa sangat sakit sekali, dan tadi entah kenapa terngiang di telinga ku suara wanita yang seperti nya kukenal tetapi aku rasa suara itu bukan suara mu." Ucap Reza.


Jantung Winda seketika berdegub sangat kencang saat mendengar Reza berbicara seperti itu, seketika ia diam gugup, Winda mencoba berfikir mencari balasan ucapan yang diutarakan oleh Reza.



"Susah Zaa kita jangan membalas hal-hal yang telah terjadi sebelumnya yah, nanti kepala kamu sakit lagi loh." Ucap Winda.

"Tapii Ndaaa." Ucap Reza terpotong.

"Sudahh mending kamu makan yah, nih aku bawain bubur buat kamu." Ucap Winda sambil mengambil nampan yang ia taruh di meja kecil di samping tempat tidur.

"Ya sudah aku makan kebetulan perut ku sedikit lapar sih." Ucap Reza.

"Tapi ini kamu buat sendiri atau kamu beli?." Sambung tanya Reza.

"Ini aku beli, kalo bikin engga ada bahan-bahan nya." Ucap Winda.

"Oh beli yaudah aku makan tapi nanti bikin bubur buat aku yah jujur aku ingin mecoba masakan kamu lagi." Ucap Reza.

"Yaudah nanti pas kita udah balik ke rumah aku, aku bakal masakin makan yang spesial buat kamu." Ucap Winda.

"Iya boleh boleh, tapi sejujur nya aku mau pulang hari ini." Ucap Reza.

"Loh kok pulang kan kita baru semalam di sinih dah kita juga belum ngiterin lebih jauh area wisata di tempat ini." Ucap Winda.

"Tidak Ndaa aku mau pulang saja, yah yah." Ucap Reza.

"Yaudah deh kalo kamu maksa kita pulang nanti sore, tapi kamu habis kan dulu yah bubur nya lalu abis itu kamu makan obatnya biat kepala kamu tidak terlalu sakit lagi." Ucap Winda.

"Iya aku makan deh." Ucap Reza.

"Aku suapin yah." Ucap Winda.

"Engga aku bisa makan sendiri emangnya aku anak kecil apa." Ucap Reza.

"Iya kamu kan bayi akuu hihi." Ucap Winda sambil menggelitik pinggang Reza.

"Awaw geli ah." Ucap Reza.

"Hihi." Rasa in.


Setelah sedikit bercanda gurau Reza langsung menyantap bubur yang Winda suguhkan, setelah selesai makan dan minum obat, Reza membantu Winda merapihkan pakaian nya kembali kedalam tas untuk persiapan mereka kembali kerumah Winda yang ada di daerah kebun teh Bogor pada sore hari nanti.






--- ooo ---






Sebuah jam tangan Rolex yang melingkar di pergelangan tangan Doni menujukkan pukul setengah tiga sore waktu jakarta, di dalam mobil Doni masih tampak fokus menyetir, sedangkan Dodi kini hanya diam menatap lurus ke arah depan, tidak ada pembicaraan kembali di atara mereka semenjak Doni membawa Dodi bertemu dengan Rudi.


Setelah Mobil milik Doni berjalan menyusuri jalanan ibukota yang sangat padat di lalui kendaraan, akhirnya sampailah mereka di tempat tujuan yang sudah Doni Rencanakan. Doni langsung memarkir kan mobilnya di depan sebuah rumah yang berukuran cukup sedang namun bertingkat tiga, di depan rumah tersebut terdapat sebuah paling besi yang terdapat tulisan yayasan panti asuhan bakti negri.


"Dah sampe juga." Ucap Doni.


Dodi tampak menoleh ke arah keliling dari dalam mobil, ia mencoba mengenali suasana pada area tempat ini.


"Hehh Donn lu sekarang mau bawa gua kemana lagi hah." Ucap Dodi.

"Engga bisa baca atau mata lu buta." Ucap Doni sambil melepas seatbelt yang iya kenakan.

"Apa lagi sih rencana di otak luh Don, bawa gua ke panti asuhan." Ucap Dodi.

"Dah jangan banyak cingcong nyet ikutin aja permainan gua." Ucap Doni sambil membuka pintu Mobil, setelah turun ia berjalan memutar ke sisi kiri mobil.


Drregg..ttrrrrkkk


"Dah sekarang lu turun." Ucap Doni.

"Gua tanya dulu sama lu, lu mau ngapain bawa gua ke tempat ini." Ucap Dodi.

"Tar juga lu paham." Ucap Doni.


Setelah Dodi keluar dari mobil, Dodi berdiri menghadap ke arah rumah yayasan panti asuhan, dengan kedua tangan nya masih terborgol ke arah depan.


Bbbrukk!!..

Titt..titt!!..


"Buruan jalan." Ucap Doni sambil melangkah menuju pintu pagar besi depan rumah, tak berselang lama Dodi mengikuti gerak langkah Doni.


Tookk..ttookk..ttookk..


"Permisi teh." Teriak Doni ke arah dalam rumah sambil mengetuk pintu pagar depan.


Tak berselang lama muncul lah seorang wanita muda berusia sekitar dua puluh lima tahun, berkulit putih dan berparas cantik sedang berjalan cepat sambil merapihkan kerudung yang ia kenakan.


"Iya sebentar." Ucap seorang wanita dari arah dalam.


Ddeeggg..!!

Treeeegg..!!


"Kenapa di kunci teh Ari?." Tanya Doni.

"Iya sengaja teteh kunci biar aman, soal nya teteh lagi beres-beres kamar anak-anak di atas, di bawah cuma ada satu bocah makanya di kunci." Ucap wanita berkerudung yang bernama teh Ari.

"Emang nya anak-anak yang lain pada kemana?." Tanya Doni sambil masuk kedalam halaman depan rumah di susul Dodi di belakang nya.

"Pada main ke lapangan, paling pada balik sebelum maghrib." Ucap teh Ari.

"Oh." Ucap Doni.


Sekilas teh Ari melirik ke arah Dodi.


"Bawa saha iye teh Don, naha tangan na di iket kitu." Ucap teh Ari.

"Bawa orang lah yaa kali bawa jurig, sengaja tangan nya di iket soal nya suka gigit." Ucap Doni.

"Haha aya aya wae maneh, kalo gigit mah mulut na atuh di bekep." Ucap teh Ari.

"Pada apa-apa an sih." Ucap Dodi kesal di ledek seperti itu.

"Wehh iya galak pisan baru di bercandain gitu aja." Ucap teh Ari.

"Dah duduk luh." Ucap Doni sambil meletakkan sebuah bangku besi di depan sebuah meja bundar yang berbeda di dekat taman kecil rumah.


Dodi hanya bisa mengikuti perintah yang Doni ucapkan, iya duduk berseberangan dengan Doni.


"Lu mau ngapain bawa gua ke tempat ini.. mau nitipin gua ke panti asuhan hahh!." Ucap Dodi.

"Kita santai-santai dulu di tempat ini." Ucap Doni.

"Santai-santai kok di panti asuhan." Ucap Dodi.

"Nanti juga lu ngerti maksudnya." Ucap Doni.

"Don teteh kedalam dulu ya." Ucap teh Ari.

"Oh iya teh." Ucap Doni.


Teh Ari pun langsung membalikkan badan nya, lalu ia melangkah masuk ke dalam rumah. Doni mengeluarkan sebungkus rokok dan sebuah korek api gas dari dalam tas kecil yang ia bawa, lalu ia membakar rokok tersebut dan menghembuskan asap nya ke arah Dodi.


"Tau engga Dod disini adalah tempat terakhir bagi anak-anak yang terlantar untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang." Ucap Doni.

"Yaa walaupun kasih sayang itu engga lebih dari kasih sayang orang tua kita." Ucap Doni.

"Bayangin aja deh kalau kita dari kecil harus tumbuh dan besar dari tempat ini, pasti hidup kita bakal ada yang kurang." Ucap Doni.


Dodi hanya diam memperhatikan Doni berbicara.


"Mencari kasih sayang yang lain selain dari kasih sayang orang tua, harus tubuh kuat walau tak memiliki akar." Ucap Doni.

"Gua bersyukur hidup dalam berkecukupan, memiliki orang tua yang masih lengkap walau mereka tak menyatu." Ucap Doni.

"Lu anak broken home?." Tanya Dodi.

"Lebih tepatnya suatu kebahagiaan yang tak menyatu." Ucap Doni.

"Orang yang merasa diri nya anak broken home itu adalah orang yang tidak menerima takdir, nyata nya kita bisa mendapatkan kebahagian walau kebahagian itu tak menyatu." Ucap Doni.

"Yaa walau gua juga pernah merasakan kesedihan, dampak dari perceraian itu hilang nya sebuah kasih sayang, kebagian dan kenangan indah bersama kedua orang tua." Ucap Doni.

"Dan gua pahami yang berkecamuk dalam hati lu adalah perasaan itu Dod." Ucap Doni.

"Engga Don engga." Ucap Dodi.

"Iya pasti itu, lu merasa hilang nya sebuah kebagian keluarga dan pada akhirnya lu mengkambing hitamkan nyokap lu." Ucap Doni.


Mendengar Doni berbicara seperti itu entah kenapa hati kecil Dodi terasa sangat sakit, dan suatu perasaan aneh sangat kuat terasa di dalam hati nya. Setelah berbicara seperti itu kepada Dodi, Doni tiba-tiba bangkit dari kursi nya dan berdiri menghadap ke arah Dodi.


"Gua harap lu fikir-fikir deh perkataan gua, apakah iya atau tidak diri lu seperti itu." Ucap Doni.

"Gua mau ke dalem dulu mau bikin minum, lu tunggu di sinih.. yaa kalaupun lu kabur juga gua bakal nemuin lu lagi." Ucap Doni.


Dodi hanya diam menatap wajah Doni dengan tatapan wajah sangat gundah, Doni memalingkan tubuh nya lalu ia mulai melangkah masuk kedalam rumah meninggalkan Dodi seorang diri.


Setelah Doni sudah masuk ke dalam rumah, Dodi tampak termenung sambil duduk bersandar di sebuah kursi besi.


"Apakah perkataan Doni itu benar, gua hanya menjadikan mamah kambinghitam atas rasa kehilangan di hati gua." Ucap Dodi di dalam hati.

"Tapi nyata nya kan emang benar mamah yang salah." Ucap Dodi di dalam hati.

"Tapi berdasarkan data yang Doni berusaha tujukan, tragedi jatuh nya papah itu karna Rudi, yaa tapi kan itu karna kebodohan merka berdua." Ucap Dodi di dalam hati.

"Tapi sih kalau gua fikir-fikir gua dari dulu udah jahat banget sama mamah, tapi apakah seharusnya gua seperti itu atas kesalahan yang pernah mamah lakukan??." Ucap Dodi di dalam hati.


Saat Dodi sedang duduk termenung, tiba-tiba di samping kiri Dodi terdapat seorang anak perempuan kecil sedang berdiri di atas bangku kecil, anak kecil itu terlihat sedang memperhatikan Dodi dengan ekspresi wajah tampak bingung dan agak lugu.


"Om lagi apa?." Ucap anak kecil persis di depan telinga Dodi.


Sontak Dodi pun terkejut tiba-tiba ada seorang anak kecil berbicara di telinganya.


"Ihh bocah ngagetin aja." Ucap Dodi.

"Hihi om nya kaget, om siapa?.. kok aku baru liat." Tanya anak kecil.

"Kepo banget nih bocah." Ucap Dodi.

"Kepo apa itu kepo?." Tanya anak kecil.

"Astaga malah nanya lagi!." Ucap Dodi kesal.

"Hihi aku cuman nanya juga, om nya malah marah." Ucap anak kecil.


Lalu anak kecil itu duduk di bangku besi yang berseberangan dengan Dodi. Setelah duduk anak kecil itu menaruh sebuah buku gambar ukuran sedang dan juga menaruh beberapa pensil dan krayon di atas meja.


"Nama lu siapa bocah?." Tanya Dodi.

"Nama aku Nina om." Ucap anak kecil yang tenyata bernama Nina.

"Oh Nina, umur nya berapa?." Tanya Dodi.

"Sembilan tahun om." Ucap Nina.

"Segitu tua kah gua di panggil om terus." Ucap Dodi.

"Ehh om tidak boleh tau kalau bicara pakai lu atau gua, yang benar itu aku kamu atau anda saya gitu kata mbak Ari." Ucap Nina.

"Hemm di tanya malah ngajarin gua nih bocah." Ucap Dodi dengan nada suara sebal.

"Hihi si om nya marah-marah mulu." Ucap Nina sambil mengambar sesuatu di buku gambar milik nya.


Saat mengambar Nina sedikit melirik kearah Dodi, ia mendapati Dodi sedang sangat serius memperhatikan diri nya, akan tetapi Nina sedikit heran karna melihat kedua tangan Dodi di borgol.


"Om-om kok tangan nya di ikat gitu kaya pencuri, apa jangan-jangan om pencuri yah." Ucap Nina.


Nina tiba-tiba berdiri di atas bangku yang sedang ia duduki, lalu ia berteriak sekuat tenaga.


"Teteh Ari ada pencuri teh ada pencuri!." Teriak Nina.

"Ehh bocah apa-apa an sih hehh!!." Ucap Dodi.

"Teh Ari.. Teh Ari!!." Teriak Nina.

"Husstt bocah heh husstt hehh.. gua bukan maling." Ucap Dodi.

"Bohong tuh bukti nya tangan nya di iket kaya pencuri." Ucap Nina.

"Duhh bocah luh engga bakal ngerti dahh, pokok nya gua bukan pencuri!." Ucap Dodi.

"Hehh benar kah?." Ucap Nina.

"Iya benar." Ucap Dodi.

"Awas yah kalo bohong!." Ucap Nina sambil duduk kembali.

"Ihh ngeselin nih Bocah." Grutu Dodi.


Dodi dan Nina pun saling terdiam sejenak, Nina kembali melanjutkan kegiatan mengambar nya sedang kan Dodi hanya diam sambil mengamati lingkungan sekitar dalam Rumah.


"Nina sejak kapan tinggal di rumah ini?." Tanya Dodi.

"Sejak aku masih kecil sekali om." Ucap Nina.

"Hah kecil sekali, bayi maksud nya." Ucap Dodi.

"Yap." Ucap Nina.

"Emang nya ayah ibu lu kemana?." Tanya Dodi.

"Aku aja tidak tau ayah ibu ku siapa." Ucap Nina.


Ehtah kenapa saat Nina berbicara seperti itu hati kecil Dodi merasa sedih dan sedikit iba terhadap Nina.


"Lah kok bisa engga tau?." Tanya Dodi penasaran.

"Kata teh Ari pas aku masih kecil, teh Ari tuh nemuin aku di depan teras itu." Ucap Nina sambil menujuk keluar pagar.

"Aku masih kecil dan lucu kata teh Ari, tapi teh Ari tidak tau kenapa aku bisa di taruh di situh, dan teh Ari tidak tau siapa yang telah menaruh aku di depan situh, tapi sih kata nya orang-orang sih ibu aku." Ucap Nina.

"Kesian nih bocah di buang ibu nya, hemm nih anak gua rasa anak hubungan gelap atau orang tua nya engga mampu entah lah tapi tega banget sama anak sendiri, mau enak bikin nya aja." Ucap Dodi di dalam hati.

"Tapi kok masih kecil gini udah di ceritain yah masa lalu nya, hemm tapi lebih baik tau dari awal sih takut nya bisa jadi bom waktu saat dia besar nanti." Ucap Dodi di dalam hati.

"Om kok bengong sih." Ucap Nina.

"Ehh engga." Ucap Dodi.

"Nina." Ucap Dodi.

"Iya om." Ucap Nina.

"Nina pasti kesel banget yah sama ibu Nina karna telah menaruh Nina di tempat ini." Ucap Dodi.

"Tidak om." Ucap Nina.


Dodi sangat bingung kenapa Nina bisa berbicara seperti itu.


"Lah kok Nina engga marah sih?, padahal Nina sudah tau kalau ibu Nina telah membuang Nina." Ucap Dodi.

"Tidak om Nina tidak Benci atau pun marah dengan ibu Nina, karna bagaimana pun dia tetap ibu Nina, yang telah melahirkan Nina ke dunia ini, ingin rasa nya berjumpa dengan ibu tapi Nina tidak tau bagai mana cara nya agar Nina bisa berjumpa dengan ibu." Ucap Nina.


Hati Dodi sedikit terhenyuh mendengar perkataan yang Nina ucapkan.


"Tapi Nina harus sadar, ibu Nina tuh udah ninggalin kamu, ngebuang kamu." Ucap Dodi.

"Teh Ari selalu berkata kepada Nina, Nina harus menjadi anak yang baik dan harus tumbuh menjadi wanita yang sempurna nanti nya om, Nina tidak boleh membenci ibu Nina, Nina harus tetap berbakti kepada ibu Nina dan harus selalu mendoakan nya." Ucap Nina.

"Jika Tunan memberikan satu permintaan yang akan langsung di kabul kan, Nina hanya ingin minta satu, yaitu bertemu dengan ibu dan ayah Nina, memeluk mereka dan tidur di pangkuan mereka." Ucap Nina.


Entah kenapa Dodi tak sanggup berkata apapun, setelah mendengar perkataan Nina.


"Lihat deh gambar Nina bagus Kan." Ucap Nina sambil menyerahkan buku gambar kepada Dodi.


Dengan lembut Dodi mengambil buku gambar yang Nina berikan kepada nya, lalu Dodi melihat sebuah lukisan gambar ibu dan ayah dan satu anak kecil di tengah nya, di lukis mengunakan berbagai macam warna krayon.


Dodi menatap lukisan yang Nina buat sangat serius, ia terlihat fokus hingga tak sekali pun ia berkedip, takterasa air mata mulai keluar dari kedua kelopak matanya, meluncur deras membasahi kedua pipi nya.


Perlahan sebuah memory ingatan masa lalu muncul kembali pada ingatan Dodi.



"Mamah mamah liat deh, aku gambar sesuatu loh." Ucap Dodi kecil.

"Oh iyah sinih mana? mama mau liat." Ucap Riana.

Riana mengabil selembar kertas yang Dodi kecil berikan.

"Wahh ini gambar siapa aja." Ucap Riana.

"Ini mamah, ini yang di tengah aku dan yang di pinggir papah." Ucap Dodi kecil.

"Wah bagus dan lucu gambar kamu." Ucap Riana.

"Hihi iya dong, aku harap mamah papah selalu sayang Lana yah." Ucap Dodi kecil.

Dengan lebut Riana memeluk tubuh Dodi.

"Iya sayang mamah papah akan selalu sayang sama kamu." Ucap Riana.

"I love u mom." Ucap Dodi kecil.

"Love u too my boy." Ucap Riana.


Click to expand...




"Hiikkss."

"Hiilkss."


Dodi tak mampu menahan lagi perasaan sedih yang berkecamuk di dalam hati nya, Nina sangat bingung karna melihat Dodi tiba-tiba menangis.


"Om kenapa nangis." Ucap Nina.

"Ehh engga, om engga nangis." Ucap Dodi.

"Tidak nangis, tapi itu bukti nya om keluar air mata." Ucap Nina.

"Hiiks om hanya terharu melihat gambar Nina yang bagus." Ucap Dodi.

"Iya kah bagus padahal biasa aja." Ucap Nina sambil memperhatikan gambar yang telah ia buat.


Saat Dodi sedang berbincang-bincang dengan Nina, dari arah pintu masuk rumah terlihat Doni sedang berjalan santai sambil membawa secangkir kopi di tangan nya.


"Weh di sinih toh Nina, kak Doni cariin tadi." Ucap Doni sambil berjalan menghadapi Dodi dan Nina.

"Hehe iya kak Nina keluar, eh ketemu sama om ini." Ucap Nina.

"Ohh." Ucap Doni sambil menaruh secangkir kopi di atas meja bundar lalu ia duduk di sebelah Nina.


Doni sedikit bingung saat melihat ke arah Dodi, Doni mendapati kedua bola mata Dodi sangat merah seperti orang habis menagis, karna penasaran Doni mencoba membuka pembicaraan.


"Mata lu kenapa Dod, Abis di nangisin luh sama nih anak." Ucap Doni.

"Ehh enggak kak… enggak Nina enggak nagisin om ini, om ini yang nangis sendiri." Ucap Nina.

"Ehh engga gua engga nangis, mata gua merah karna kelilipan." Ucap Dodi.

"Engga kak, tadi om ini nangis sendiri saat habis liat gambar yang Nina buat." Ucap Nina sambil menyerahkan buku gambar nya kepada Dodi.

"Anak kecil engga bisa bohong Dod." Ucap Doni sambil tersenyum sinis.


Setelah melihat gambar yang Nina buat, Doni langsung bisa menerka kenapa Dodi bisa menangis.


"Gua tau Dod lu itu rindu kasih sayang keluarga." Ucap Doni.

"Lu nya aja terlalu terbawa amarah, dan pada akhirnya amarh telah menguasai hati dan diri lu." Ucap Doni.

"Padahal lu tuh engga sepenuhnya kehilangan kasih sayang, lu masih punya satu orang yang sangat menyayangi lu yaitu nyokap luh, dia sangat sabar menghadapi segala sikap buruk lu, dia selalu sayang sama lu walau lu bersiap buruk kepada dia." Ucap Doni.

"Coba deh lu inget lagi sikap buruk apa yang telah lu perbuat kepada dia." Ucap Doni.


Perlahan Dodi mulai membayangkan kembali beberapa sikap buruk nya selama ini kepada ibu nya yaitu Riana.



"Nak makan yah mamah bikin nasi goreng buat kamu."

"Makan hehh Ogah, mending luh makan sama selingkuhan lu aja!."

"Yaa tuhan lana kok kamu gitu."

"Mending gua makan di luar."






"Mamah ngapain ke sinih sih?."

"Mamah tuh mau ngajak kamu pulang bareng nak sekalian mamah mau ngajakin kamu mampir makan ke restoran favorit kita pas waktu kamu kecil, abis kamu nya susah buat di telfon."

"Apa an sih gua tuh udah gede, pulang yah tingal pulang engga usah bareng-bareng, dan soal makan di restoran ihh udah engga selera gua makan di tempat itu, yang ada buat gua inget kejadian yang dulu!."

"Tapi nakk."

"Dahhh engga ada tapi-tapian!!."




Click to expand...





"Gua minta duit mah."

"Tapi Uang mamah tinggal segini, mamah belum gajian lagi."

"Alahh makanya ngasih duit tuh ke anak bukan ke selingkuh han, coba papah masih hidup lana pasti bisa minta ke papah!."









"Lana liat nih mamah beli in sepatu yang Lana suka tuh."

Brukk!!

"Engga perlu, yang gua butuh hin kebagian sebuah keluarga!, karna lu gua engga mendapatkan itu!."






"Coba lu bayangin deh Dod, kalo lu di posisi nyokap lu apa kah lu bisa kuat atau tidakdi hantui rasa bersalah dan dosa masa lalu, dia harus menahan segala sikap buruk lu selama ini, dia harus berjuang sendirian untuk membesarkan lu, malah lu tidak sedikit pun menghargai usaha dia." Ucap Doni.

"Semua orang pasti punya sisi buruk dalam hidup, termasuk lu juga, dan kenapa kita harus menyimpan dendam kepada sesorang yang berusaha memperbaiki kesalahan nya." Ucap Doni.


Dodi tampak termenung memikirkan kata-kata yang Doni ucapkan.


"Dod gua saranin maafin aja nyokap lu sebelum lu menyesal nanti nya, lu udah kehilangan bokap lu apa lu mau juga kehilangan kasih sayang nyokap lu." Ucap Doni.

"Contoh aja nih Nina, dia di buang sama ibu nya dari bayi, dia tumbuh besar di tempat ini tanpa kasih sayang orang tua nya, Nina tidak tau seperti apa wajah ibu nya tapi apa! Nina tetap tegar, di saat orang lain mendapat kasih sayang lebih Nina tidak, apa Nina benci sama ibu nya, apa Nina mengutuk ibu nya yang telah membuang diri nya?, tidak Dod tidak.. Nina tidak membenci ibu nya, justru Nina selalu berdoa yang terbaik ." Ucap Doni.

"Kisah hidup luh dengan kisah hidup Nina lebih pedih yang mana coba hayo, lu masih bisa bertemu nyokap lu tapi Nina?." Ucap Doni.

"Nyokap lu rela jadi seorang penjahat cuman untuk bela lu, nyokap lu rela nyusun rencana licik kepada sahabat gua hanya demi lu, Dan nyokap lu rela bersujud di kaki gua hanya untuk sekedar menyelematkan masa depan lu." Ucap Doni.

"Dan lu kalo punya otak harus nya mikir!!." Ucap Doni dengan nada tegas.


Perasaan sedih dan bersalah mulai timbul di dalam hati Dodi, ia mulai menyadari sikap nya selama ini kepada Riana adalah sebuah kesalahan yang sudah iya lakukan sejak kecil, kini tetesan air mata tak mampu ia bendung lagi.


"HHIIKKSSS."

"HHIIKKSS."

"Hiiikssss gua sadar Don yaa gua sadar sekarang, gua adalah anak yang sangat buruk di dunia ini, tak seharusnya gua bersikap seperti itu kepada nyokap gua, gua terlau dikendalikan oleh rasa amarah sampai gua bersikap buruk hhiikkss." Ucap Dodi.

"Ya sudah bagus kalo lu sudah sadar dan mengerti, sekarang lu tak usah menyesali kesalahan
yang pernah lu lakukan, sekarang lu move on dan perbaiki kesalahan yang lu lakukan, bangun lagi semua yang telah rusak." Ucap Doni sambil tersenyum.

"Gua engga menyangka Don, ternyata luh orang nya baik dan lebih dewasa." Ucap Dodi.

"Gua harap lu banyak mengambil pelajaran hidup Dod setelah ini, dan gua harap lu merubah segala sikap buruk lu terhadap semua orang." Ucap Doni.

"Iya Don gua akan coba berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi untuk kedepannya." Ucap Dodi.


Nina yang sedang duduk di samping Doni hanya duduk santai sambil menopang dagu memperhatikan Doni dan Dodi yang sedang saling berbincang-bincang.


"Apa kah dengan itu kamu mau maafin mamah nak.??" Ucap Riana dari arah belakang Dodi.


Dodi seketika terkejut mendengar suara Riana, sedangkan Doni ia hanya tersenyum kearah Riana yang sedang berdiri di belakang Dodi.


"Apa kah kamu mau maafin mamah nak??." Ucap Riana kembali.


Tubuh Dodi seketika bergetar dan jantung nya mulai berdegup cukup kencang, setelah kembali mendengar suara Riana berbicara.


"Hiikkss.. mamah yang barusan berubah nak menjadi ibu yang lebih baik kedepannya." Ucap Riana.


Dari arah posisi Riana berdiri tampak Boski sedang berjalan masuk kearah dalam depan rumah sambil membawa sebuah helm di tangan nya.


"Mammaahh hhhiikkss." Ucap Dodi.

"Hiikks iya nak ini mamah." Ucap Riana.


Perlahan Dodi mulai bangkit dari kursi yang ia duduki. Kedua mata nya terpejam, raut wajah nya tampak sangat sedih sekali, ia berusaha menahan air mata yang terus keluar membasahi pipi nya. Dengan lemubut Riana memeluk Dodi dari arah belakang.


"Lana anak mamah sayang, tolong nak beri kesempatan mamah sekali saja mendapatkan maaf dari mu, usia mamah sudah makin menua, sisa hidup mamah di dunia ini tak selama sisa hidup kamu, jangan biarkan mamah mati dalam rasa penyesalan yang tak berujung Hiikksss." Ucap Riana sambil menangis memeluk tubuh anak nya.


"Hiiikkss..Hhiikkss..Hiiilkss.." Dodi menagis sejadi jadi nya saat ini.


"Lama mat lu untung time moment nya pas." Bisik Doni di telinga Boski.

"Macet eyy abis nya." Ucap Boski.


Beberapa jam yang lalu setelah Doni dan Boski bertemu dengan Riana.


PRREENGGG!!..

"Woyy bengong aja." Ucap Boski sambil memukul sebuah drum besi mengunakan sebuah kunci inggris.

Doni yang sedang duduk sambil melamun menatap ke arah motor milik nya sangat terkejut, ia langsung berdiri dan menatap Boski dengan sangat kesal nya.

"******! Kaget gua anjirr." Ucap Doni sangat kesal.

"Hahaha." Tawa Boski dengan puas nya.

"Lu ngapa bengong hah udah kaya mau sidang ngadepin sidang perceraian aja." Ucap Boski.

"Engga gua lagi mikir aja gimana cara nya nyatuin si Dodi sama si Riana itu." Ucap Doni sambil mengusap pelan dagu nya.

"Harus gituh di fikrin sekarang." Ucap Boski.

"Yaa sebenernya gua males banget ikut campur dengan drama ibu dan anak ini, tapi lu tau sendiri gua kan orang nya punya prinsip harus mendapati kesepakatan yang gua buat sama siapa pun, dan sekarang gua lagi mikir gimana cara nya menyelesaikan kesepakatan itu dengan cepat, kalo kita besok-besokin aduhh males banget gua." Ucap Doni.

"Hemm iya juga sih." Ucap Boski.

"Lu ada ide ga?." Tanya Doni.

"Ide hemmm bentar." Ucap Boski sambil duduk di atas motor Doni.

"Halehh lama amat mikir nya giliran urusan yang berbau Sinta cepet lu." Ucap Doni.

"Ett si geblek dari pada lu urusan yang berbau memek cepet mikir nya." Ucap Boski.

"Peaa." Ucap Doni.

"Eh Don gua punya ide nih, gimana kita teken aja tuh Bocah." Ucap Boski.

"Teken gimana?." Tanya Doni.

"Sekarang kan tuh bocah masih ada di kantor polisi jadi gua punya ide, kita bikin dia harus maafin nyokap nya, kalo engga yaa lu ancem aja bakal penjarain dia lebih lama." Ucap Boski.

"Emang nya bakalan ngefek gitu, kemarin aja engga ada takut-takut nya tuh Bocah." Ucap Doni.

"Iya tapi asal tau dulu yah, info dari temen gua si bocah itu pas hari ke dua kaya nya udah mulai keliatan ketakutan." Ucap Boski.

"Serius lu." Ucap Doni.

"Iya, bocah kaya gitu mah sok jagoan aja padahal asli nya pengecut, jadi kita jalanin aja ide gua." Ucap Boski.

"Iyaa tapi Kalau cuman gitu doang, hemm geretak sambel itu nama nya, engga ada alur permainan nya yang bakalan
bikin dia sadar." Ucap Doni.

"Ya ada atuh, gini menurut pemikiran gua si Lana Lana itu kesal sama ibu nya karna dia kehilangan moment indah nya sebuah keluarga, nah yang menyebabkan itu terjadi karna ulah ibu nya, jadi dia lampiasin semua kekesalan di dalam hati nya ke ibu nya itu." Ucap Boski.

"Lu harus bisa yakinin dia bahwa bokap nya tuh bocah mati bukan karna ibu nya sengaja mau bunuh bokap nya dia, tapi itu semua kesalahan selingkuhan nya, dan lu harus bisa yakinin dia bahawa selingkuhan nyokap nya tuh udah dapet ganjaran atas apa yang telah dia perbuat." Ucap Boski.

"Kita bisa bukti in apa om kalau nyata nya selingkuhan nyokap nya Lana itu sudah pernah masuk dalam penjara?, ya kali kita harus cari tau di mana selingkuhan nyokap nya si Lana pernah di tahan untuk dapetin data, terlalu makan waktu." Ucap Doni.

"Yaa ngapain Don kita harus ribet-ribet gitu?, kita buat aja surat keterangan kepolisian palsu sama surat pengadilan palsu, ikta bikin nya pake mesin tik biar meyakinkan." Ucap Boski.

"Mesin tik nya mana hayoo." Ucap Doni.

"Tenang gua punya kok mesin tik nya, peninggalan dari kakek gua masih bisa di pake, isi surat nya tinggal kita copas aja dari google." Ucap Boski.

"Yaudah mending lu ambil aja mesin tik nya kita buat sekarang biar cepet." Ucap Doni.

"Oke gua ambil dulu." Ucap Boski.


Beberapa saat setelah Doni dan Boski membuat surat....


"Dah kelar juga." Ucap Boski.

"Hemm cukup meyakin kan." Ucap Doni.

"Terus sekarang?." Sambung Doni.

"Hemm menurut gua kita sekarang cari selingkuhan si Riana itu dulu, yaa mumpung belom masuk waktu siang nih." Ucap Boski.

"Jadi lu punya rencana buat mempertemukan si Lana sama selingkuhan nyokap nya?." Tanya Doni.

"Iya, nanti kita desek aja si selingkuhan si Riana untuk meminta maaf dan mengakui perbuatan nya." Ucap Boski.

"Ehh tapi gimana yah, gua takut nya sih tuh bocah bakal bertindak brutal." Sambung Boski.

"Hemm gini aja, nanti lu sama gua kan jemput dia tuh dari kantor polisi setelah gua narik tuntunan hukum gua ke dia, gini kita buat dia makin panik, lu suruh anak buah temen lu seolah-olah dia mau di tahan, tangan nya si lana harus di borgol, nah si Lana bakal mikir dong kalo dia bakal di masukin sel lagi ehh tau tau nya dia malah di bawa ke mobil gua, nah setelah dia udah masuk mobil baru tuh gua arahin ke tempat selingkuhan nyokap nya, kalo tangan nya di borgol aman dah tenang." Ucap Doni.

"Boleh juga ide luh Don." Ucap Boski.

"Tapi kalo kita engga nemuin selingkuhan nyokap nya Lana gimana yah." Ucap Doni.

"Ya udah kalo engga abis dari kantor polisi lu bawa ke panti asuhan punya tante lu aja, lu ajak ngobrol dan lu harus neken dia, kalo dia engga mau maafin nyokap nya lu bakal menjarain dia seumur hidup gitu atau gimanake." Ucap Boski.

"Sipp deh." Ucap Doni.

"Nah kan lu sama tuh Bocah pergih tuh ke panti asuhan, sedangkan gua langsung caw ke rumah si Riana buat jemput dia terus gua bawa dia ke tempat panti asuhan, kita pertemukan si Lana sama nyokap nya." Ucap Boski.

"Yaudah deh kita cabut sekarang." Ucap Doni.

"Ok." Ucap Boski


Click to expand...




"Om semua sesuai dengan rencana yang telah kita buat." Bisik Doni.

"Yaa bagus deh." Ucap Boski.


Doni dan Boski pun kini sangat merasa puas karna Rencana yang telah mereka buat telah berhasil, sambil tersenyum Doni dan Boski berdiri sambil melihat Dodi dan Riana.


Perlahan Riana melepaskan pelukan nya dari punggung Dodi, lalu ia berjalan mengarah ke depan Dodi, Dodi masih menangis tersedu-sedu sambil memejamkan kedua matanya, Riana menatap wajah anak nya penuh dengan rasa kasih sayang, dengan lebut Riana menghapus airmata yang mengalir dari kedua kelopak mata Dodi.


"Hiikkksss..Maaahh Hiiksss Laaanaa Minta maaf maahh." Ucap Dodi.

"Dodi selama ini sudah keterlaluan sama mamah, Lana terlalu di kuasai Rasa amarah, hingga Lana selama ini bersikap buruk kepada mamah, Lana sudah melupakan perjuangan mamah melahirkan Lana ke dunia ini, membereskan Lana seorang diri dengan segala perlakuan buruk Lana kepada mamah, Lana banyak menyia-nyiakan waktu berharga dengan mamah, Lana terlalu bodoh tidak menganggap perjuangan mamah di belakang Lana selama ini." Ucap Dodi.

"Hikkss sudah nak sudah jangan kamu bersedih lagi, mamah ikhlas apa pun sikap kamu ke mamah, karna mamah tau sikap kamu itu adalah buah dari kesalahan mamah, sudah kita lupakan saja apa yang pernah terjadi, kita sama-sama belajar, mamah akan belajar menjadi ibu yang lebih baik dan mengubah diri untuk kedepannya." Ucap Riana.

"Hiikkss iya mah Lana akan berubah juga menjadi anak yang berbakti untuk kedepannya." Ucap Dodi.


Riana mengambil sebuah kunci kecil dari saku cela panjang yang ia kenakan, lalu Riana mengangkat kedua tangan Dodi yang terbelenggu oleh sebuah borgol dan Riana mebuka borgol tersebut mengunakan sebuah kunci yang sedang ia pegang.


Setelah kedua tangan nya terbebas dari borgol yang membelenggu, Lana pun langsung memeluk tubuh Riana dengan erat.


"Sekali lagi maafin mamah yah sayang." Ucap Riana.

"Iya mah Lana juga minta maaf." Ucap Dodi.


Doni dan Boski yang melihat kejadian ini tampak tersenyum, di dalam rumah teh ari yang sedang melakukan tugas merapihkan kamar anak-anak panti menghentikan tugas nya kembali,
karna ia merasa penasaran akan suara gaduh yang terdengar hingga ke dalam rumah, teh Ari melangkah menuju ke luar rumah.

"Aya naon iye Don, gandeng pisan." Ucap teh Ari.

"Ini ada acara tali kasih." Ucap Doni.

"Ohh si aa yang galak tadi, itu ibu nya?." Ucap teh Ari.

"Iya itu ibu nya." Ucap Doni.

"Hemm keluarga harmonis." Ucap Teh Ari.

"Jadi pengen peluk juga." Ucap Boski sambil berlaga akan memeluk teh Ari yang berbeda di samping nya.

"Ettss..eettss..eetss hus hus jangan bukan muhrim." Ucap teh Ari.

"Haha." Doni tertawa melihat tingkah Boski.


Dodi dan Riana masih berpelukan, pelukan di antara mereka ialah sebuah pelukan kasih sayang atara seorang ibu terhadap anak dan seorang anak kepada ibu nya. Nina menyaksikan moment mengharukan dihadapan nya ini tampak tersenyum, dengan langkah pelan ia berjalan menghampiri Dodi dan Riana.


"Boleh kah aku di peluk juga, aku ingin sekali merasakan pelukan hangat seorang ibu." Ucap Nina.


Sontak Dodi dan Riana menoleh kearah Nina, setelah melepaskan pelukan Riana berjalan kearah Nina.


"Kamu mau di peluk juga cantik?." Tanya Riana.

"Iya ibu." Ucap Nina.


Dengan Lembut Riana memeluk erat tubuh Nina, setelah di peluk Ninta tampak bahagia dan sangat merasa nyaman.


"Hemm begini yah rasa nya di peluk sesorang ibu." Ucap Nina.

"Nama kamu siapa cantik?." Tanya Riana.

"Nina ibu." Ucap Nina

"Oh Nina, Nina emang kenapa minta di peluk?." Tanya Riana kembali.

"Nina sangat senang melihat ibu dan om itu saling menyayangi, dan entah kenapa Nina ingin seperti om itu di peluk dengan rasa kasih sayang." Ucap Nina.

"Owwhh sini ibu peluk lagi." Ucap Riana sambil memeluk kembali tubuh Nina.


Dodi yang berada di belakang Riana tampak tersenyum bahagia melihat Riana sedang memeluk Nina, sedangkan Boski Doni dan Teh Ari hanya melihat dengan haru pemandangan yang ada di hadapan mereka.










--- ooo ---
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd