Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MY LOVE JOURNEY - By Tio12TT (Repost)



---My Love Journey ---

By Tio12TT
















Chapter 43





"Assalamualaikum Bunda." Ucap Salam Sinta saat akan masuk kedalam rumah.



"Ki kamu duduk dulu aja." Ucap Sinta sambil mempersilahkan Boski duduk di kursi depan rumahnya.



"Iya." Ucap Boski sambil duduk.



"Waalaikumsalam, baru pulang kamu.. ehh ada Nak Rizki." Ucap Bunda Sinta.



"Assalamualaikum Bun." Ucap Boski sambil mencium tangan Bunda Sinta.



"Waalaikumsalam, pantesan dari tadi burung tetanga gegaokan eh ternyata bakal kedatangan tamu, duduk dulu Ki." Ucap Bunda Sinta.



"Hehe iya Bun, tadi engga sengaja ketemu Sinta di toko buku eh sekalian aja Rizki anter pulang." Ucap Boski.



"Makasih yah udah ngaterin Sinta." Ucap Bunda Sinta.



"Iya Bun." Ucap Boski.



"Yaudah aku masuk dulu yah mau ganti baju, nanti aku buatin kopi." Ucap Sinta.



"Iya." Ucap Boski.



Sinta langusng masuk kedalam rumah, sedangkan bunda Sinta duduk bersama Boski dil kursi luar, terlihat Boski dan Bunda Sinta sedang mengobrol ringan, sesekali Bunda Sinta tertawa oleh celotehan lucu khas Boski, dalam waktu dua puluh menit saja Boski mampu akrab dan bisa mengambil hati Bunda Sinta.



Dari arah dalam, Sinta sedang berjalan pelan sambil membawa nampan yang di atasnya terdapat secangkir kopi panas. Saat melihat Sinta keluar dari dalam rumah, Boski langsung terpana oleh kecantikan alami wajah Sinta.



"Subhalawloh." Ucap Boski.



"Nih Ki kopi nya." Ucap Sinta sambil menaruh cangkir di atas meja kecil, lalu ia duduk di sebelah Bunda.



"Ki Cantik kan anak Bunda." Bunda Sinta ingin mengoda anak nya.



"Iya lah Bun." Ucap Boski sambil tersenyum.



"Ihh apaan sih Bunda." Ucap Sinta malu-malu sambil menutup wajah nya dengan nampan.



"Haha dulu tuh Ki Bunda juga cantik, behh sekampung yang ngejar-ngejar Bunda, dan sekarang gantian anak Bunda yang ketularan cantik dan di kejar-kejar banyak cowo." Ucap Bunda yang membuat Sinta makin grogi.



"Iya kah Bun." Ucap Boski.



"Iya Ki, dan kamu cowo pertama yang di ajak duduk mampir kerumah, asal kamu tau setiap cowo yang dateng pasti di judesin di usir atau engga dia yang kabur lewat jendela kamar haha." Ucap Bunda Sinta.



"Bundaa!." Sinta tampak sebal sambil sedikit melotot kearah Bunda.



"Haha." Boski hanya terawa kecil melihat tingkah Sinta.



"Dan nilai Plus nya, kamu di buatin kopi, padahal almarhum papah nya aja seumur hidup engga pernah di buatin." Ucap Bunda Sinta.



"Ihhh apaan sih Bunn.." Ucap Sinta.



"Apa sekarang saat nya aku berterus terang dan melakukan tindakan nyata sebagai seorang laki-laki." Ucap Boski di dalam hati.



"Bun." Ucap Boski dengan nada suara serius.



"Iya nak." Bunda Sinta paham Boski ingin berbicara serius kepadanya.



"Eehh gini, mungkin ini lah moment yang pas bagi saya untuk berbicara kepada Bunda dan kamu Sinta, tentang maksud hati yang saya pendam selama saya kenal dengan Sinta, Sinta jujur pertama kali aku kenal dengan mu hati aku merasa kau wanita yang sudah Tuhan persiapkan untuk ku, aku merasa ada yang beda pada hati ini, kamu mampu mengisi kekosongan hati yang telah di hiananti dan..."



Ucapan Boski terpotong oleh Bunda Sinta. "Eee gini Nak Rizki, saya sudah bisa menebak apa yang akan kamu bicarakan tapi ee jika kamu mau mengajak anak saya pacaran hemm mungkin saya tidak mengizinkan dan Sinta sendiri punya prinsip tidak ingin pacaran tetapi ingin segera di lamar atau istilahnya taaruf, dan jika nak Rizki sanggup yaa lebih baik langsung taaruf dann.."



Boski hanya tersenyum lalu menyanggah omongan Bunda Sinta. "Maaf Bun bukan bermaksud lancang atau kurang ajar tapi pembicaraan saya tadi belum tuntas hehe, hemm saya bahagia mendengar bahwa Sinta hanya ingin langsung di lamar, dan lanjutan obrolan saya tadi itu saya saat ini ingin meminta izin kepada bunda untuk melamar Sinta menjadi istri saya."



Duarr!!! Bagaikan tersabar petir Sinta sangat terkejut Setelah mendengar Boski yang menyampaikan niat untuk melamar dirinya.



"Aww."



"Rizki apaan Sih." Ucap Sinta sambil mencubit pinggang Boski.



"Sinta, tolong kali ini jangan kaya anak kecil!." Ucap Bunda Sinta dengan nada suara serius.



"Berikan Rizki kesempatan untuk berbicara, dan kamu jangan banyak milih lagi." Ucap Bunda Sinta tegas.



Sinta hanya diam, setelah Bunda berbicara seperti itu kepada nya.



"Yaa saya ingin mendengar apa tanggapan Bunda atas maksud niat hati saya." Ucap Boski.



"Sekarang Bunda tanya kepada kamu, Niat dasar apa kamu mau melamar anak Bunda?." Ucap Bunda Sinta.



"Selama ini Saya selalu beristikharoh mencari istri yang layak mendampingi saya, dan selama ini Tuhan menujukkan anak Bunda lah jawabannya, dan seiring dekat nya saya dengan Sinta saya rasa Sinta memang cocok untuk saya, dan Tuhan menujukkan jalan nya lewat anak ku Kelara bahwa Sinta memang pantas untuk saya." Ucap Boski.



"Kamu sudah pernah menikah?." Tanya Bunda Sinta.



"Iya." Ucap Boski sambil mengangguk pelan.



"Apakah kamu dulu bercerai atau ditinggal wafat?." Ucap Bunda Sinta.



"Saya bercerai." Ucap Boski.



"Hemm kenapa kamu bercerai?." Ucap Bunda Sinta kembali.



"Jadii..."



Boski menceritakan pengalaman pahit nya secara detail seperti ia menceritakan kepada Sinta Saat perjalanan pulang. Bunda Sinta tampak serius mendengar penjelasan yang Boski sampaikan.



"Ohh jadi mantan istri kamu menghianati kamu dan dia pergi gitu saja ninggalin kamu dan anak kamu." Ucap Bunda Sinta.



"Iya seperti itu." Ucap Boski.



"Nah sekarang saya bertanya kepada Bunda apakah bunda mau mempunyai menantu seorang duda anak satu seperti saya." Ucap Boski.



Bunda Sinta hanya tersenyum, lalu ia menatap kearah Sinta.



"Bunda mah terserah Sinta aja, dia berhak menentukan pilihan nya." Ucap Bunda Sinta.



Kini dua pasang mata sedang menatap tajam kearah Sinta, menunggu apa yang akan Sinta katakan, di sisi Sinta dalam hati kecil ia sudah mengambil keputusan namun ia hanya bisa diam tersipu menahan grogi yang sedang bergejolak.



"Apa jawabannya Sinta." Ucap Boski meminta penjelasan dari Sinta.



Sinta masih terdiam, ia menutup wajah nya dengan nampan yang ia pegang, di lain posisi Bunda Sinta melihat wajah anak nya di balik nampan sedang tersenyum malu dengan pipinya yang memerah, sebagai seorang Ibu ia sudah paham keputusan apa yang akan di ambil Sinta.



"Nak keburu kompeni dateng lagi ini mah, jawab atuh!." Ucap Bunda Sinta sambil tersenyum.



Tiba-tiba tak terduga Sinta berdiri, lalu ia berlari kecil masuk kedalam rumah. Bunda Sinta dan Boski hanya menatap tingkah Sinta sambil tersenyum.



GUMMPREANGGG!!!..



Sontak Bunda Sinta dan Boski seketika langusng terkejut saat mendengar suara panci dari arah dalam rumah terjatuh menghantam lantai dapur.



"Haha Sinta.. Sinta." Bunda Sinta hanya tertawa kecil melihat tingkah anaknya saat ini.



"Hemm jadi?." Ucap Boski memastikan kepada Bunda.



Bunda tiba-tiba berdiri dan mengajak Boski bersalaman.



"Rizki ibu hanya mau bilang, selamat lamaran kamu di terima sama anak ibu, ibu yakin Sinta menerima pinangan kamu." Ucap Bunda Sinta.



"Serius Bunda?, Alhamdulilah." Ucap Boski dengan gembira nya.



"Tapi sebelumnya Bunda mau nanya, kamu sudah ada pekerjaan tetap kan?." Ucap Bunda Sinta.



"Iya sudah, Alhamdulilah cukup untuk membahagiakan Sinta kedepannya." Ucap Boski.



"Sukur deh, jadi sekarang Bunda sudah bisa mempercayakan Sinta kepada kamu kedepannya, soal status kamu Duda itu tidak jadi masalah bagi Bunda, asal Sinta menerima Bunda akan menerima nya." Ucap Bunda Boski.



"Tapi Bunda punya saran sih, sebaiknya kalian benar-benar resmi nya nanti di saat Sinta sudah menyelesaikan perkuliahannya, Bunda pengen Sinta fokus kuliah terlebih dahulu nanti jika Sinta sudah mendapat gelar sarjana akan lebih lengkap lagi dia juga menyandang gelar Ibu rumah tangga, cuman satu tahun lagi lamu menunggu yang penting kamu sudah dapat kepastian dari Bunda dan anak Bunda ini, Bagai mana bersedia Rizki?." Ucap Bunda Sinta.



"Yaa saya bersedia." Ucap Boski.



"Oke disini bunda mau menguji kamu kesadaran kamu sampai di mana dan keseriusan kamu sampai dimana." Ucap bunda Sinta.



"Tenang Bun, saya akan selalu sabar menanti." Ucap Boski sambil tersenyum.



Boski langsung mencium tangan Bunda Sinta, sebagai tanda terimakasih atas restu yang di berikan. Terlihat dari dalam rumah Sinta sedang mengintip dari celah kaca jedela rumah sambil tersenyum, ini adalah awal babak baru bagi Sinta untuk menjadi wanita yang seutuhnya.






--- ooo ---






Di sebuah kamar pribadi dengan desain interior classic dengan ukuran ruangan cukup besar, berada di sebuah bangunan rumah bergaya khas eropa kediaman dari rumah Dono Wijaya ayah dari Doni, berlokasi di daerah kelapa gading jakarta.





Terlihat Doni sedang berdiri di balkon kamar, menghisap sebatang rokok sambil menonton sebuah video dari smartphone mengunakan handset, sedangkan Niken tampak sedang menelfon seseorang sambil berbaring di atas tempat tidur Doni, sesekali ia tersenyum bahagia saat berbicara dengan seseorang diujung telfon.



Dari arah pintu balkon, Doni berjalan santai sambil menatap layar smartphone, saat Doni sudah berdiri di depan tempat tidur ia sedikit melirik kerah Niken.



"Fuckk di grub the rempong pada share jav lagi, suee jadi sange gini, hemm malah Niken masih lama lagi telfonan nya, tapi lagi mau engga yah gua ajak maen." Ucap Doni didalam hati.



Doni melangkah kembali menuju pintu ruangan kamar, lalu ia mengunci pintu dari arah dalam.



TTREEKK...



Setelah itu Doni membalikkan badan nya dan berjalan kembali menuju tempat tidur, Doni menatap Niken penuh nafsu, akan tetapi ia harus sedikit menahan nafsunya karna Niken masih sibuk telfonan.



"Sabar Don pakai cara santai." Ucap Doni di dalam hati.



Doni duduk dia tas kasur, bersebelahan dengan tubuh Niken yang sedang berbaring. Setelah limabelas menit Doni menunggu akhirnya Niken menyudahi obrolannya dengan seseorang di ujung telfon.



"Oke dehh, pokoknya gua senang melihat lu dan Reza sudah bersatu lagi, yaa oke Byee."



"Kamu abis telfonan sama Leva?." Ucap Doni.



"Iya, ehh Don ada kabar bahagia nih." Ucap Niken sambil duduk di sebelah Doni.



"Kabar bahagia apa?." Ucap Doni sambil merangkul tubuh Niken.



"Reza udah bersatu lagi sama Leva." Ucap Niken.



"Wihh Bagus Dong." Doni makin memepetkan jarak duduk nya dengan Niken.



"Jadi yang bawa kabur Reza kan si Winda, Winda bawa kabur Reza karna menganggap Reza dan mantan pacarnya itu memiliki kesamaan sifat dan kepribadian, yaa menurut aku sih dia hanya menjadikan Reza pelarian atas kesedihan di tinggal mati kelasnya, yaa rada ngeri juga sih cewe seperti itu." Ucap Niken.



"Shaahh.. untung kamu engga seperti itu, cuman nafsuin." Ucap Doni sambil mencium dan mengelus pelan leher Niken.



"Ihh yangg geli." Ucap Niken sedikit bergeliat merasakan sensasi sentuhan tangan Doni.



"Aku salut sama Leva, perjuangan cinta nya benar-benar luar biasa, rata-rata wanita itu hati nya rapuh, tapi dia mampu bertahan." Ucap Niken.



"Seperti kamu yangg mampu bertahan di saat sodokan makin kencang." Ucap Doni sambil meraba payudara sebelah kiri Niken.



"Ishhh apa an sihh, mesum banget deh." Ucap Niken.



"Yangg ssahh main bentaran yukk." Ucap Doni sambil meraba mesra tubuh Niken.



"Sss ahh yangg lagi males ahh." Ucap Niken.



"Sssaahh.. kalo males kenapa aku raba kamu desah." Ucap Doni.



"Yaahh normal dong yangg.. tapi aahhhh." Suara niken terhenti karna Doni merebah -kan tubuh Niken dengan paksa dan langsung melumat bibir Niken.



Tubuh Niken hanya bisa bergeliat, mendapatkan sentuhan-setuhan penetrasi yang Doni lakukan di sekitar area vagina nya.



"Sshhhaa Donn.. Sttoopp.." Ucap Niken.



"Nikmati saja sayang seperti biasa." Ucap Doni.



Tangan Doni mengesek-gesekan area Vagina Niken yang masih terbungkus oleh celana lejing biru yang iya kenakan, sementara itu lidah Doni sedikit bermain area leher.



"Sshhaa Donn sssss.." Desah Niken.



"Sudah agak lembab yangg punya kamu." Ucap Doni merasa celana lejing yang berada di area Vagina Niken sudah sedikit basah oleh cairan kenikmatan.



Doni sedikit ternyum saat melihat wajah Niken yang sudah terpancing birahi namun saat ini ia tahan.



"Ekspresi wajah kamu yang sekarang bikin aku makin nafsu." Ucap Doni.



Doni dengan lembut mendudukkan posisi Niken, lalu dengan pelan Doni melepaskan kaos berwarna putih yang Niken kenakan.



"Doon." Niken menatap Doni dengan penuh keraguan saat Doni akan membuka kaos Niken.



"Sudah Nikmati saja." Ucap Doni.



Dini kini berhasil melepaskan kaos yang Niken kenakan. Niken hanya menuduk sambil menutupi kedua payudaranya yang masih terbungkus oleh Bra.



"Sikap kamu yang seperti ini bikin tambah aku nafsu." Ucap Doni.



Bagaikan singa akan menerkam mangsa, Doni langsung menindih tubuh Niken. tubuh Niken bergeliat seperti seekor cacing saat Doni mengisap dan mengigit gigit kecil kedua puting payudara Niken yang sudah mengeras setelah Doni berhasil membuka Bra yang Niken kenakan.



"Sshhaa aah Donn." Niken mendesah karna merasa sensasi geli nikmat di kedua payudaranya.



Ssrupsstt..ssrruppttttt....ssruuppssttt...



Bagaikan seorang bayi yang sedang menyusu kepada seorang ibu, Doni melumat habis kedua payudara Niken.



"Ssaahh aahh, kedua beda kenyal ini yang selalu mengoda untuk di lumat." Ucap Doni sambil tersenyum. Niken kini hanya terdiam lemas karna merasa tak berdaya akibat penetrasi yang Doni lakukan.



"Aku buka yah menu utamanya." Ucap Doni.



Doni membuka pelan kelana lejing sekaligus celana dalam yang Niken kenakan. Kali ini Niken tidak menahannya, ia hanya terpejam lemas.



"Amazing, ada yang abis di cukur." Ucap Doni terpukau oleh Vagina halus Niken yang sudah basah oleh cairan kenikmatan, siap untuk di Nikmati.



"Ssaahh Donn." Niken mengerang desah, saat Doni melumat Vagina nya tampa memberi aba-aba.



Sssrruuppp.. Sssssrruuupptttt..ssssrruuupp..
Sssssrrrruupp..sssrruupptt..sssrruupp.....



Bagaikan menjilat es krim, Doni melumat Vagina Niken dengan penuh semangat.



"Sssahhh..ahhhaa..aaahha..ahhaahh...Don."



Niken semakin menggeliat, saat lidah Doni bermain diarea cotris Vagina Niken.



"Hehe.. sekarang aku mau bikin kamu pipis kaya anak kecil." Ucap Doni sambil merapatkan tiga jari hadapan Niken.



"Ssshh Donn udahh." Ucap Niken.

Namun, Doni langsung memasukan tiga jari kedalam Vagina Niken yang sudah licin di basahi oleh Cairan kenikmatan.



"Owwhh.." Niken mengerang Nikmat saat Doni mulai memaju mundurkan tiga jari kedalam Vagina Niken.



"Aahhh Donn.. Owhh..Udah Don ahh.."



Doni makin memepercepat dosokan jari kedalam Vagina Niken..



"Donn Ahhh Plisee Pispiss aku ohhhhh.."




Crrrriiitttt...Crrriiittttt...cccrrriiitttttt...



Tubuh Niken bergetar hebat karna Cairan squirt keluar membasahi tangan Doni dan seprai tempat tidur.



"Hhhoooss..hhoosss..hhoosss." Niken nafas Niken tersegal-sengal setelah mendapatkan orgasme squirt pertamanya.



"Sayyy aku langsung masukin yah engga usah Bj, udah engga tahan." Ucap Doni sambil membuka baju dan celana yang ia kenakan.



Setelah menaruh pakaiannya di samping tempat tidur, Doni langsung menggesekan penis nya di luar lubang Vagina Niken.



"Sssahhhh."



"Uhh udah licin, aku masukinn..."



Bllleessssss....



"Owwwwhhh." Niken medesah saat penis Doni yang sudah tegang masuk kedalam Vagina nya.



"Ohh Shit.. Rapett banget yangg.. Minum apa sih kamu." Ucap Doni sambil memaju mundurkan pingul nya.



"Oh..ohhh.oohhh..ohh..ohh"



Niken meracau Nikmat Saat Doni mulai mempercepat Sodokan nya.



"Ohh Kenn sumpah legitt banget." Ucap Doni.



Sekitar lima belas menit Doni mendidih tubuh Niken memaju memundurkan penis nya kedalam lubang Vagina Niken.



"Ohh.. kenn Dogyyy." Ucap Doni sambil mengubah posisi tubuh Niken menungging.



Hati dan fikiran sudah di selimuti oleh nafsu, Doni langsung memasukan penis nya kembali kedalam lubang Vagina Niken dari arah belakang.



"Ohh..." Niken kembali mendesah saat penis Doni masuk kedalam Vaginanya.

Pokkkk...ppookk...ppokkk...ppookk..pookk..



Suara hantaman pantat Niken dengan perut Doni terdengar kencang seiring Doni mempercepat genjotan nya kedalam Vagina.



"Oh kenn aahhhh.." Doni mengerang Nikmatt..



"Ahh aahhh pipis lagi aaahhhhhh.."



Crrittt...cccrriittt..ccccrrrriiittttr....



Tubuh Niken langsung ambruk kekasur saat mendapatkan orgasme kedua kalinya. Tubuh mereka tampak basah kuyup oleh keringat akibat pertempuran ranjang yang hebat diantara mereka.



Doni memutar tubuh Niken kembali ke posisi celentang. Mata Niken kini terdiam sayu dan ia hanya diam menikmati srasa nikmat orgasme yang tersisa.



Bleeessss...



Doni memasukan kembali penisnya kedalam Vagina Niken, dengan cepat Doni menggoyangkan pinggul nya kembali.



"Ohh....ooohhh....oohhh....ooooh...oohhhh." Doni medesah hebat saat merasakan nikmat yang luar biasa.



Pllak...pplllaaakk...pplllaakk...ppllakk..



Doni mempercepat ritme ginjotan penis nya kedalam Vagina Niken, setelah sepuluh menit Doni dalam posisi seperti ini, ia merasakan Cairan Nikmat akan keluar dari kepala penis Nya.



"Ahhh kenn pengen keluar." Ucap Doni.



Seketika kedua mata Niken langsung terbuka lebar, dan ia berusaha menghentikan genjotan penis Doni.



"Jangan buang Dalemm!." Ucap Niken dengan nada panik dan bersaha mendorong tubuh Doni.



"Tanggung Kenn aahhhhh." Doni makin mempercepat genjotan nya dan menghimpit kencang tubuh Niken.



"Doooonnm!!.""



CCRRROOTTT..CCRROOTT..CCRROTT!!.



Doni menghujamkan dalam-dalam penis nya kedalam Vagina Niken, sekitar lima kali penis Doni berkedut,mengeluarkan cairan Sperma yang cukup kental dan banyak.



Doni langsung duduk, mengatur nafas nya yang tersegal-sengal..



"Ooosss..hhoooss.."



Plakkk!!.



Doni sangat terkejut karna tiba-tiba Niken menampar pipi nya cukup kencang.



"Kenapa kamu selalu buang di dalam hah!." Ucap Niken dengan penuh amarah.



Doni menatap wajah Niken dengan sangat bingung, hatinya bertanya-tanya kenapa Niken bisa semarah ini dan sampai menampar nya.



"Heii yangg kamu kenapa?." Ucap Doni sambil menghampiri Niken.



"Donn Hilkss, sejujurnya aku tak mau melakukan hal ini lagi, bukan karna kau tidak cinta sama kamu atau aku sudah bosan dan ingin pergi, tetapi aku takut Don takut!!." Ucap Niken.



Doni sektika langsung menatap mata Niken. "Kamu takut hamil?." Ucap Doni.



"Iya salah satu nya itu." Ucap Niken.



"Aku bapak nya." Ucap Doni.



"Hikkss justru itu, aku ragu Don aku ragu! Apakah kamu serius dengan ku atau tidak."



"Percaya Ken sama aku." Ucap Doni sambil berusaha memeluk tubuh Niken.



"Hikkss tidak Don, hati ku ragu, kamu saja selalu ganjen kesetiap wanit di belakang aku dan bisa saja bukan hanya aku satu satu nya wanita yang kamu tiduri." Ucap Niken.



"Kenn jujur aku akui terkadang aku suka ganjen dan pernah selingkuh hin kamu, tapi semua wanita wanita itu tidak ada yang satu pun aku tiduri, aku tetap memegang janjiku bahwa aku melakukan hal ini cuman sama kamu, oke aku minta maaf atas kesalahan aku, tapi asal kamu tau saat ini aku hanya fokus mencintai mu Niken!." Ucap Doni.



"Hehh fokus?, terus fokus mencintai saja tanpa memikirkan hubungan kita ini mau di bawa sampai kemana, atau kamu mau nya cuman pacaran main-main tanpa arah!." Ucap Niken.



"Selain aku butuh keseriusan dan perubahan karakter dari diri kamu, aku juga butuh kepastian!, aku takut suatu saat kamu ninggalin aku dan aku hanya menjadi wanita sampah yang habis manis sepah dibuang." Ucap Niken lalu Niken pun menangis tak bersuara



"Hhuufttt.." Doni menghembuskan nafas dengan pelan. Lalu ia berdiri dan berjalan menuju ke sebuah laci yang berada di seberang tempat tidur.



Doni terlihat mengambil sebuah Kotak hitam berukuran kecil dari dalam laci, lalu ia berjalan kembali menghampiri Niken.



"Ken, aku Mohon percayalah kepada ku, aku sangat mencintai mu, aku tak perduli sifat kamu yang suka belanja-belanja, aku engga peduli sifat kamu yang terkadang emosional terhadap ku, apapun kekurangan dan kelebihan dalam diri mu aku terima, dan aku cuma mau punya anak dari kamu, aku mau kamu jadi istri ku, cuman ada satu wanita di hati ku, yaitu kamu." Ucap Doni sambil mengusap air mata yang keluar dari kedua mata Niken.



"Sebenarnya aku mau ngasih ini nanti saat kita sudah lulus kuliah, tapi sepertinya aku harus memberikan kepada mu sekarang, agar kamu tau bahwa aku serius samu kamu." Ucap Doni.



Niken menatap sebuah kotak kecil yang ada di hadapannya ini. Dengan gerakan pelan, Doni membua motak kecil itu di hadapan Niken. Ekspresi wajah Niken seketika berubah, antara shock dan bahagia saat melihat sebuah cincin emas tertahtakan sebuah batu berlian kecil di atasnya.



"Jadi kamu." Ucap Niken sambil menutup mulut nya dengan tangan sebelah kanan.



"Niken, mungkin ini belum waktu nya, tapi kamu mempertanyakan keseriusan aku padamu, terpaksa aku harus menyatakan sekarang." Ucap Doni.



Doni menggenggam erat kedua tangan Niken. "Niken, Aku sayang banget sama kamu, tolong jangan ragu sama aku, aku ingin kamu jadi ratu dalam hati ku. Jadi apa kah kamu mau jadi istri ku setelah kita lulus kuliah?." Ucap Doni.



Niken tampak sangat Shock dan sangat tidak menyangka Doni mempunyai Niat yang ia tidak ketahui.


"Kamu serius?." Ucap Niken.



"Please Ken jangan ragu terhadap ku." Ucap Doni dengan tatapan mata sangat berharap.



"Jika kamu serius dan berubah aku mau." Ucap Niken.



Doni langsung memasangkan cincin di jari manis Niken. "Aku akan selalu serius dan aku akan berubah menjadi pria yang lebih baik lagi kedepannya, menjadi kepala rumah tangga yang baik." Ucap Doni.



Niken langsung memeluk tubuh Doni dengan Erat, Niken kembali mengeluarkan airmata, namun kali ini, air mata kebahagiaan lah yang keluar dari kedua kelopak matanya.



"Hikkss, iya Don aku mulai percaya." Ucap Niken.



"I love u ken.." Ucap Doni.



"Too Don." Ucap Niken.



Kini Niken dan Doni berpelukan mesra, walau masih belum mengakan pakaian mereka kembali. Niken kini sudah mendapatkan kepastian hubungan dari Doni. Pelan tapi pasti mereka akan mejadi pasangan seutuhnya, setelah mereka menyaksikan pendidikan yang belum tuntas.



"Ken Main lagi yuk?." Ucap Doni.



"Terserah, kalau sudah jelas seperti ini aku pasrah." Ucap Niken.



"Asiikk..." Doni menerkam tubuh Niken











--- ooo ---
 


---My Love Journey ---

By Tio12TT
















Chapter 44








Reza, Bu RT, Ibu Dian dan Pak Toto pamit yah." Ucap bu Rt sambil Tersenyum kepada Reza.



"Iya buk, makasih sudah jengukin Saya." Ucap Reza.



"Kalo ada apa-apa bilang Ibu aja yah Za." Ucap bu Dian.



"Baik Buk." Ucap Reza sambil tersenyum.Bu RT, Bu Dian dan pak toto langsung membalikkan badan dan berjalan menuju pintu keluar rumah.



Tak berselang lama para tetangga Reza datang menjenguk, Terlihat Leva sedang berjalan pelan menuju ke dalam rumah, sambil membawa bungkusan berisi berbagai jenis makanan.



"Ehh sudah pada pulang." Ucap Leva saat masuk kedalam rumah.



Leva langsung berjalan menuju dapur rumah Reza untuk menaruh beberapa makan ke piring.



"Hemm Reza pasti suka." Ucap Leva sambil tersenyum. Leva langsung membawa makanan yang tadi ia beli kedalam kamar Reza.



"Zaa." Ucap Leva sambil masuk kedalam kamar.



"Ehh udah balik kamu Va." Ucap Reza.



"Nih, aku bawain makanan." Ucap Leva sambil duduk di tepi ranjang.



"Wih capcay kuah, perkedel dan tempe goreng, ingat saja ini makanan kesukaan aku." Ucap Reza.



"Hehe iya lah, Za aku suapin yah." Ucap Leva.



"Terserah." Ucap Reza.



"Aaa." Leva menyuapi Reza dengan penuh kasih sayang.



"Aku beruntung Va memiliki wanita sepertimu." Ucap Reza.



"Aku beruntung memiliki pria sepertimu." Ucap Leva.



"Za." Ucap Leva.



"Apa?." Ucap Reza.



"Apa kamu dendam kepada papah ku?." Ucap Leva.



"Sebagaimana perlakuan Papah kamu dahulu kepada aku, aku bisa memaafkan nya, bagaimana pun dia tetap Papah mu Va." Ucap Reza.



"Sebentar lagi Papah akan bebas, dan aku rasa nanti papah ingin berjumpa dengan mu Za." Ucap Leva.



"Aku siap untuk menemuinya." Ucap Reza.



"Dan kamu sendiri apa sudah bisa memaafkan Papah mu?." Ucap Reza.



"Jawabnya sama seperti mu." Ucap Leva.



"Va aku tak habis fikir kenapa Winda bisa membodohi ku seperti ini." Ucap Reza mengubah topik obrolan baru.



"Semua itu ada alasan dan sebabnya Za, kita tidak tau sisi lain dari kesah hidupnya." Ucap Leva.



"Tapi aku tidak bisa membayangkan jika aku tak kembali normal, mungkin aku hidup bersamanya dengan pribadi yang berbeda." Ucap Reza.



"Tuhan sudah mengatur jalan yang terbaik Za." Ucap Leva.



"Masih mau makan nya?." Ucap Leva.



"Dah ah, kenyang banget nih." Ucap Reza.Leva terdiam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu.



"Aku harus bertemu dengan Winda, aku harus menyelesaikan masalah ini berdua dengan dia." Ucap Leva didalam hati.



"Vaa?." Ucap Reza memecah Lamunan Leva.



"Iya." Ucap Leva.



"Kenapa melamun?." Ucap Reza.



"Tidak apa-apa, oh iya besok kamu kontrol lagi yah kerumah sakit." Ucap Leva.



"Aku sendiri?." Ucap Reza.



"Berdua sama aku lah Zaa." Ucap Leva.



"Yaudah, eh Va malam ini kamu mau tidur dimana?." Ucap Reza.



"Mungkin aku tidur dirumah Za, tapi besok pagi-pagi aku datang ke sini." Ucap Leva.



"Yaudah tidak apa-apa." Ucap Reza. Leva sedikit melirik kerah jam weker yang berada dia tas meja kecil.



"Kalau aku berangkat sekarang nasih keburu dan pulang nya mungkin tidak terlalu larut malam." Ucap Leva didalam hati.



"Dan semoga saja Winda ada di rumah." Ucap Leva didalam hati.



"Zaa eee aku Izin langsung pulang sekarang yah ada yang mau aku selesaikan." Ucap Leva.



"Oh yaudah engga apa-apa." Ucap Reza.



"Tapi kamu jangan kemana-mama dulu yah, dan kalau ada apa-apa langsung hubungi aku, pakai handphone mu." Ucap Leva sambil menyerahkan handphone Reza yang ia ambil dari laci bupet ruang tengah.



"Ehh ia aku ingat handphone ku, hemm sudah lama aku baru memegang nya lagi." Ucap Reza.



"Iya syukur nya masih bisa hidup Za, dan Winda tidak menemukan handphone kamu." Ucap Leva. Leva langsung berdiri, dan mengambil Dompet dan handphone miliknya yang ia taruh di atas meja kamar.



"Zaa aku pergi dulu yah." Ucap Leva.



"Iya kamu hati-hati yah." Ucap Reza.



"Mmuaaacchhhh:*." Reza sedikit terkejut saat Leva mencium bibirnya.



"Bye Cinta." Ucap Leva sambil berjalan menuju pintu keluar.



Reza hanya tersenyum sambil menyentuh bibirnya. Di luar rumah, Leva sedang berjalan pelan menuju sisi jalan raya daerah rumah Reza.



"Whatsapp Bayu dulu deh, pulang minta jemput." Leva menekan Layar smartphone untuk memberitahu Bayu agar nanti menjemputnya pulang.

Message to Bayu.



Bay saya sekerang akan pergi ke area puncak, jika mobil sudah selesai di service, jemput saya.



Lokasinya akan saya share..





Setelah mengirimkan pesan kepada Bayu, Leva berdiri di tepi jalan untuk menunggu taksi yang akan Lewat.



"Pak Taksi." Ucap Leva Saat melihat taksi yang Lewat.



Taksi Biru berlogo burung, berhenti di depan Leva. "Ayoo neng naik." Ucap Supir taxi.



Leva langsung naik ke kursi belakang mobil. "Trip jauh mau pak?." Tanya Leva.



"Kemana emangnya?." Ucap Supir taxi.



"Ke daerah puncak, nanti saya arahkan jalan nya." Ucap Leva.



"Gampang asal ada bayaran lebih nya." Ucap Supir taxi.



"Tenang aja pak." Ucap Leva.



"Oke kita berangkat sekarang." Ucap Supir taxi.



Taxi yang Leva naiki mulai bergerak kembali, menyusuri jalan raya, menuju jalan Tol terdekat.






--- ooo ---






Di tempat pemakaman umum, saat ini Winda terlihat sedang duduk termenung di sisi makam Coki. Wajah Winda sangat pucat, kedua matanya terlihat sembab karna menagis. Perasaan hati Winda, sangat kacau. Antara marah dan sedih, akan tetapi ada suatu perasaan bersalah setelah mendengar perkataan Sinta.



"Apa selama ini aku salah Cok?." Ucap Winda sambil mengusap batu nisan.



"Aku teralu buta mencintaimu, hingga aku berbuat seperti ini?." Ucap Winda.



"Sepertinya Sinta benar, Reza hanya pelarian ku atas rasa kehilangan diri mu yang sangat mendalam, dan aku teralu terobsesi mencari penganti mu." Ucap Winda.



"Kalau di fikir-fikir, aku seperti wanita jahat. Mendekati pisikopat dan sangat egoisme, sampai-sampai aku rela mengorbankan persahabatan dengan Sinta, dan merusakan kebahagiaan Leva dan Reza." Ucap Winda.



"Aku baru menyadari memandang tindakan ku salah, terimakasih sayang kamu pernah datang kedalam mimpi untuk mengingatkan ku." Ucap Winda.



"Sudah cukup hidupku hamcur, jangan sampai aku merusak apa yang ada disekitar ku." Winda berdiri, lalu ia berjalan menuju pintu keluar area pemakaman.



"Mungkin sekarang aku harus mengistirahatkan badan ku terlebih dahulu, besok aku akan mencari tau di mana kediaman rumah Leva." Ucap Winda sambil melangkah menuju Villa.



Setelah lima belas menit Winda berjalan menyusuri jalan setapak dan melewati area perkebunan teh, akhirnya ia sampai di kediaman villa milik nya.



"Ehh itu siapa?." Winda tampak bingung karna melihat seorang Wanita sedang berdiri di depan pintu.



"Ehh itu Leva?, apa jangan-jangan dia membuat perhitungan dengan ku?." Ucap Winda sambil melangkah pelan menuju kearah Leva.






--- ooo ---






"Pakk..Stop." Ucap Leva sambil menepuk pelan kursi pengemudi. Spontan supir taxi langsung menghentikan laju mobil nya.



"Kita sudah sampai?." Ucap Supir taxi.



"Iyaaa sudah, ongkos taxi nya berapa Pak?." Ucap Leva sambil membuka Dompet.



"650 ribu aja Mbak, itu sudah termasuk bayar E-tol tadi." Ucap Supir taxi.



"Nih." Ucap Leva sambil menyerahkan uang kepada supir taxi.



Setelah menyerahkan uang, Leva langsung turun dan berjalan menuju ke arah Villa milik Winda. Sedangkan taxi yang Leva naiki tadi, langsung memutar arah dan bergerak meninggalkan Leva.



Ttrrriiingggg...ttrriiingggg...ntttrrriiinggggg!!.



Tiba-tiba smartphone milik Leva berdering menandakan sebuah panggilan telfon masuk.



"Iya ada apa Bay?." Ucap Leva kepada bayu di ujung telfon.



"Mobil sudah selesai diperbaiki Mbak, dan sekarang saya lagi otw ketempat yang Mbak share." Ucap Bayu.



"Oke saya tunggu." Ucap Leva.



Tuuutt..ttuuttt...tttuuuttt...ttuuutt...!!.






"Semoga Winda ada di dalam rumah." Ucap Leva sambil melangkah menuju pintu depan.



"Hemm sepi banget." Ucap Leva mengintip dari celah jendela.



Saat Leva akan mengetuk pintu, Leva langsung membalikkan badan saat mendengar suara Winda memanggil namanya dari arah belakang.



"Leva?." Ucap Winda sedikit canggung saat Leva menatap kearah dirinya.



"Eh Daa." Ucap Leva.



"Leva kok sikap nya biasa aja gitu, seperti tidak terjadi apa-apa." Ucap Winda didalam hati.



"Aku harap kamu bersikap baik Nda pada ku, aku datang kesini dengan maksud baik untuk menyelesaikan masalah yang sedang kita alami." Ucap Leva.



"Hhufttt.. ya sudah kita bicarakan sambil duduk di kursi itu." Ucap Winda di jawab anggukan pelan kepala Leva.



Leva dan Winda langsung duduk di sebuah kursi kayu dengan posisi saling berhadapan.



"Jadii." Ucap Leva dan Winda bersamaan.



"Silahkan lu duluan yang berbicara." Ucap Winda.



"Hemm Da, terimakasih atas sikap baik lu yang sudah mau berbicara berdua dengan gua. Gini, gua dan lu sama-sama wanita, saling memiliki ikatan, baik gestur tubuh dan secara batin. Dan selain itu kita sama-sama memiliki persoalan cinta yang cukup rumit, aku dan Reza dan engkau dan masa lalu mu. bukan bermaksud sok tau dan ikut campur tapi gua paham apa yang lu rasa. Di tinggal orang yang paling kita sayang pasti itu sakit dan akan susah untuk melupakan, Tapi cara lu salah Da, sikap lu kepada Reza itu bukan rasa cinta ataupun rasa kagum, itu hanya mindset dari dalam diri lu yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa masa lalu lu sudah tiada, jadi lu menganggap jika ada seseorang yang sama secara sifat dan karakter dengan masalalu mu itu, lu akan menganggap mereka itu sama dan akan memperjuang kan nya. Gua seperti lu Da sangat mencintai Reza, gua akan melakukan apapun untuk mempertahankan nya." Ucap Leva.



"Vaa.. mungkin kata-kata lu benar, gua terlalu terbawa oleh rasa kesedihan dan kehilangan yang sangat mendalam atas meninggal nya Coki. Gua sayang banget sama dia, dulu gua sempat bermimpi hidup bahagia berdua bersamanya. Tapi tuhan berkehendak lain, dia pergi jauh sebelum mimpi menjadi nyata. Gua merasa sendiri, gua butuh sosok seperti Coki yang dapat membuat gua bahagia, sampai perasaan itu mendoktrin diri gua untuk mencari sosok lain yang sama seperti Coki. Dan pada kenyataan nya setiap orang itu berbeda walau ada sedikit persamaan karakter. Mungkin jika Coki masih hidup, Coki akan sedih melihat diri gua yang sekarang. Bertindak seprti pisikopat dan sangat egois, sampai gua merusak kebahagiaan orang lain dan merusak persahabatan dengan Sinta, dan jika gua berada di posisi lu, mungkin
gua akan bertindak tegas." Ucap Winda.



"Jika lu sudah mukai menyadari kesalahan yang telah lu perbuat itu sudah bagus, dan belum terlambat memperbaiki kesalahan yang telah lu perbuat." Ucap Leva.



"Vaa gua minta maaf yah sama lu atas sikap dan perlakuan gua kepada lu dan Reza." Ucap Winda.



"Iya gua maafin Da." Ucap Leva sambil tersenyum.



"Reza memang patas medapatkan sosok wanita seperti mu Va." Ucap Winda.



"Aku hanya berusaha menjadi wanita yang terbaik untuk Reza Da, dan kamu juga harus berubah menjadi sosok wanita yang baik untuk calon suami lu kelak." Ucap Leva.



Leva menggenggam tangan Winda, lalu ia menempelkan telapak tangan di dada Winda.



"Coki akan selalu hidup di dalam hati lu, simpan dan kenang sebagai masa lalu yang indah, kini lu harus bangkit, dan jaga hati dan diri lu untuk sosok pria yang sebenarnya tuhan sudah persiapkan untuk mu, tunggu -lah biarkan skenario tuhan berjalan." Ucap Leva.



"Iya Va." Ucap Winda sambil tersenyum.



"Va gua baru sadar tenyata lu itu orangnya baik dan pemaaf." Ucap Leva.



Leva hanya tersenyum. " Dan kamu juga sama Da, tak egois dan keras kepala seperti yang aku fikirkan." Ucap Leva.



"Vaa mau bersahabat dengan gua." Ucap Winda.



"Tentu kenapa tidak." Ucap Leva sambil tersenyum.



"Vaa, sampai kan salam permintaan maaf ku untuk Reza yah." Ucap Winda.



"Alangkah lebih baik kamu sendiri Da yang berbicara, tapi nanti tunggu moment yang pas." Ucap Leva.



"Iya." Ucap Winda.



"Va lu abis ini mau pergi lagi engga?." Ucap Winda.



"Engga paling langsung pulang, nanti aku di jemput." Ucap Leva.



"Kita ngobrol-ngobrol dulu yuk di dalam, banyak hal yang gua ingin bicarakan dengan lu, oh iya sekalian gua mau mengembalikan beberapa barang-barang milik Reza yang masih tertinggal di dalam." Ucap Winda.



"Oke..boleh." Ucap Leva.



Winda dan Leva berdiri, lalu mereka melangkah masuk kedalam villa. Kini susana diantara mereka sedikit mencair karna Leva dan Winda sudah saling memahami. Setelah sekitar satujam mereka berbincang, di luar villa Bayu sudah datang untuk menjemput.



TTEETTT!!



"Vaa itu mobil jemputan lu?." Ucap Winda.



"Iya." Ucap Leva.



Leva langsung berdiri dan mengambil sebuah tas berukuran besar berisi beberapa pakaian dan barang-barang milik Reza.



"Vaa sekali lagi gua minta maaf atas semua kesalahan yang pernah gua lakuin ke lu dan Reza, gua sekarang sadar apa kesalahan dan kekurangan gua, kini gua mau memperbaiki diri untuk seseorang dimasa depan gua yaa yang seperti lu bilang." Ucap Winda.



"Iya Da, gua juga mau minta maaf kalau dulu gua sering nyolot duluan sama lu." Ucap Leva.



Winda memeluk tubuh Leva sebelum ia akan pergi, Leva hanya tersenyum sambil membalas pelukan Winda.



"Secepatnya gua akan temui Sinta, gua mau memperbaiki persahabatan yang telah kita jalin sejak kecil." Ucap Winda.



"Pasti Sinta mau nerima lu lagi sebagai sahabat." Ucap Leva sambil tersenyum.



"Yaudah gua balik." Ucap Leva sambil membalikan badan.



"Gua anter." Ucap Winda sambil mengikuti Leva dari arah belakang.



Di luar rumah Bayu terlihat sedang berdiri di depan mobil, sambil menatap layar smartphone.



"Bay." Ucap Leva memanggil Bayu.



Bayu langsung berjalan menghampiri Leva. "Bay tolong bawain tas ini yah." Ucap Leva.



"Baik mbak." Ucap Bayu.



"Gimana tadi nyasar engga?." Ucap Leva.



"Engga sih, yaa untung aja Mbak ngirim alamat lengkap pas masuk daerah Puncak." Ucap Bayu.



"Saudara lu Va?." Ucap Winda.



"Bukan sopir gua." Ucap Leva.



"Cakep-cakep kok mau jadi supir mas hehe." Ucap Winda dengan nada suara bercanda.



"Yaa namanya cari uang, yang penting halal." Ucap Bayu.



"Ehh Bay kenalin, nih Winda." Ucap Leva sambil memperkenalkan Winda kepada Bayu.



Sambil tersenyum Winda mengulurkan tangan terlebih dahulu. "Winda." Bayu sedikit gugup, namun ia menjabat uluran tangan Winda. "Bayu."



Karna sedikit grogi saat berkenalan dengan Winda, tangan Bayu sedikit bergetar dan ia lupa melepas menjabat tangan Winda.



Leva hanya tersenyum, saat melihat tingkah Bayu. "Ehemm, lepas kali Bay, salaman sama saya aja engga ada satu detik hihi." Ucap Leva.



"Ehh." Bayu langsung melepaskan jabatan tangan Winda, dan ia berdiri menahan malu, Winda hanya tersenyum melihat tingkah Bayu.



"Hihi lucu supir lu Va." Ucap Winda.



"Tau nih, biasanya juga engga seperti ini, jatuh cinta pada pandangan pertama kali haha." Ucap Leva.



"Owwhh.." Ucap Winda dengan nada suara bercanda.



"Ihh apaan sih Mbak." Ucap Bayu sambil membawa tas menuju mobil.



"Haha." Leva dan Winda hanya tertawa melihat tingkah Bayu.



"Oke gua balik." Ucap Leva sambil kebalikan badan dan berjalan menuju Mobil.



"Yap hati-hati." Ucap Winda.



Brrukk!! Ttrreggg!!



Leva langsung masuk kedalam mobil dan duduk di kursi depan bersebelahan dengan Bayu.



"Cewe yang tadi itu Winda yang sering Mbak bahas sama temen-temen Mbak?." Ucap Bayu sambil memakai sabuk pengaman.



"Kenapa naksir?, tenang dia udah jinak sekarang, mau aku jodohin sama dia hehe." Ucap Leva.



"Ihh apaan sih Mbak." Ucap Bayu dengan nada suara malu-malu.



"Hahaha, Bay-bay." Ucap Leva.



Bayu menginjak pedal gas secara perlahan, mobil pun mulai bergerak menyusuri jalanan area perkebunan teh untuk kembali ke jakarta.






--- ooo ---






Dua bulan kemudian.....


Restoran tempat Reza bekerja pada saat ini tidak terlalu ramai di kunjungi pelanggan, hanya ada 4 orang pelanggan yang sedang duduk menikmati hidangan yang di sajikan dia tas meja. Dari arah pintu restoran terlihat Reza sedang membersih-kan lantai, sesekali ia mengusap keringat yang membasahi keningnya.



"Huftt selesai juga." Ucap Reza menatap lantai yang sudah ia bersihkan.



Saat Reza akan membalikkan badan tampak dari arah depan pintu, Leva sedang berdiri sambil tersenyum kearah Reza.



"Sutt..ssutt cowo." Ucap Leva.



Reza menghentikan langkahnya karna ia sangat mengenali suara wanita yang ada di belakangnya ini.



"Ehh Va." Ucap Reza.



"Za tadi aku abis ke kampus." Ucap Leva.



"Terus gimana Va soal cuti kuliah kita." Ucap Leva.



"Yaa engga gimana-gimana, nanti kita lanjut kuliah empat bulan lagi ngikutin tahun akademik." Ucap Leva.



"Oh." Ucap Reza.



"Eh kamu udah selesai kerjanya?." Ucap Leva.



"Udah." Ucap Reza.



"Pulang yuk, si Damar udah datengkan gantiin shift kerja kamu." Ucap Leva.



"Iya, tapi aku mau naruh kain pel dulu di belakang." Ucap Reza.



"Yaudah." Ucap Leva.



Saat Reza akan membalikkan badan, Leva menarik lengan Reza. "Kenapa va?." Ucap Reza.



"Duh pria ku sampai berkeringat gini." Ucap Leva sambil mengusap kening Reza mengunakan saputangan yang ia ambil dari tas kecil.



"Yaa namanya juga kerja Va." Ucap Reza sambil tersenyum. "Yaudah aku mau naruh ini dulu." Reza membalikkan badan, lalu berjalan menuju pintu dapur.



"Aku tunggu di mobil." Ucap Leva.



Setelah menaruh kain pel di ruangan gudang dekat dapur restoran, Reza mengambil tas lalu ia berpamitan dengan beberapa teman kerjanya.



"Broo gua cabut." Ucap Reza sambil berpamitan dengan Damar yang sedang membersihkan dapur.



"Yoii, eh Za gua bingung sama lu, punya cewe tajir gitu masih aja kerja jadi jongos gini?." Ucap Damar.



"Yang tajir itu cewe gua, gua mah cuman rakyat jelata dan engga ada hubungannya sama gua masih kerja di sini." Ucap Reza.



"Maksud gua yaa kali aja lu bisa dapetin pekerjaan yang labih baik dari dia, atau mungkin lu bisa di angkat jadi pemimpin perusahaan gitu haha." Ucap Damar.



"Gua bersyukur tuhan memberikan penghidupan dari gua bekerja di tempat ini, dan menurut gua itu udah cukup bro. Gua engga mau mengandalkan bantuan orang lain agar gua merasakan hidup enak, yaa paling gua harus bekerja keras untuk mewujudkannya." Ucap Reza.



"Lu seperti biasa bro, selalu menyederhanakan diri." Ucap Damar.



"Haha, yaudah gua cabut dulu yah cewe gua udah nunggu nih." Ucap Reza.



"Yoii, hati-hati lu." Ucap Damar.



Reza langusng berjalan menuju pintu keluar restoran lalu ia melangkah menuju Mobil Leva.



Brruuukkk!!!..



Tttrrreekkk!!!..



"Udah Za." Ucap Leva saat Reza sudah duduk di samping nya.



"Udah yuk kita balik kerumah aku." Ucap Reza.



"Eee Zaa." Ucap Leva.



"Apa?." Ucap Reza.



"Ee gini, kamu mau engga makan bersama di rumah aku?." Ucap Leva.



"Sama siapa aja?." Ucap Reza.



"Yaa ber empat sih, aku kamu mamah dan.."



"Dan siapa?." Ucap Reza.



"Dah pokoknya kamu nanti lihat sendiri deh." Ucap Leva.



"Hemm bikin penasaran aja kamu." Ucap Reza.



"Hehe yaudah biar engga penasaran kita langsung kerumah aku sekarang." Ucap Leva.



Leva dengan pelan menekankan pedal gas mobil, lalu mobil pun mulai bergerak kearah jalan raya.






--- ooo ---






"Dah sampai." Ucap Leva sambil melepaskan sabuk pengaman.



"Vaa ini serius mamah kamu ngajkin makan malam?." Ucap Reza.



"Iya." Ucap Leva.



"Tapi aku masih pakai seragam kerja gini, malah belum mandi lagi masih mau keringat." Ucap Reza.



"Hemm terus masalahnya apa?." Ucap Leva.



"Hemm yaa engga enak Va malu." Ucap Reza.



"Kalau kamu masuk rumah aku engga oake baju, itu baru malu." Ucap Leva.



"Ihh kamu mah Va." Ucap Reza.



"Dah yuk masuk." Ucap Leva sambil membuka pintu mobil.



Dengan berat hati Reza keluar dari mobil, lalu ia berjalan mengikuti Leva masuk kedalam pekarangan rumah.



"Bay ini kuci mobilnya." Ucap Leva sambil menyerahkan kunci mobil kepada Bayu.



"Baik Mbak.. eh Mas Reza, silahkan masuk sudah ditunggu." Ucap Bayu.



"Ehh iya Mas." Reza merasa sungkan karna Bayu sangat bersikap hormat kepada diri nya, seperti seorang anak buah hormat kepada Bos besar.


Reza langusng masuk kedalam rumah dengan malu-malu, saat Reza sudah berada di ruang tengah ia melihat Leva dan mamah Ningsih sedang duduk berdampingan sambil tersenyum manis kearah nya.



"Ini dia Calon mantu mamah yang di tunggu-tunggu datang juga." Ucap mamah Ningsih sambil berdiri menghadap Reza.



Dengan cepat Reza menghampiri mamah Ningsih untuk mencium tangan.



"Assalamualaikum tan." Ucap Reza.



"Waalaikumsalam, ih jangan manggil tan atuh panggil Mamercan." Ucap mamah Ningsih sambil tersenyum.



"Apaan tuh Mamercan?." Ucap Leva.



"Mamah mertua cantik haha." Ucap mamah Ningsih sedikit bercanda dengan Reza.



"Haha si mamah ada-ada aja." Ucap Leva.



Reza tampak hanya tersenyum melihat tingkah mamah Ningsih.



"Zaa jangan ketipu sama sikap mamah yang ini, asal kamu tau asli nya mah behh Garang kaya singa betina." Ucap Leva sambil menyenggol pelan pinggul mamah Ningsih.



"Ih kamu jangan nakut-nakutin mantu mamah ah." Ucap mamah Ningsih.



"Eh iya Za yuk makan, tente sudah siapin makanan yang enak-enak buat kamu." Ucap mamah Ningsih sambil berjalan menuju meja makan.



Reza hanya mengangguk pelan sambil tersenyum, lalu ia berjalan menuju meja makan, dan duduk di sebelah Leva.


"Zaa aku ambilin yah." Ucap Leva sambil menuangkan nasi keatas piring.



"Ehh iya." Ucap Reza sedikit gugup.



"Makan yang banyak yah Za, pasti kamu lapar habis pulang kerja." Ucap mamah Ningsih.



"Eh iya Tan." Ucap Reza.



"Eh dibilangin mamercan Za tante melulu, sejak kapan saja kawin sama sama adik atau kaka ayah kamu." Ucap mamah Ningsih sambil tersenyum.



Saat Leva, mamah Ningsih dan Reza akan menyantap makanan yang sudah tersedia dia atas meja. tampak papah David sedang menutup pintu kamar, lalu ia berjalan menuju meja makan.



"Yang di runggu akhirnya datang juga." Ucap papah David sambil duduk di kursi bersebelahan dengan mamah Ningsih.



Mamah Ningsih dan Leva seketika tersenyum saat melihat papah David sudah hadir di antara mereka.



"Nak Reza bagaimana keadaan kamu sekarang?. Ucap papah David.



"Alhamdulillah baik om." Ucap Reza.



"Mungkin saya terlalu munafik menanyakan kabar kamu baik atau tidak saaat ini, karena saya lah yang menyebabkan anda terluka." Ucap papah David.



"Dan sebenarnya saya juga malu untuk bertemu dengan mu. Saya merasa menajdi makhluk paling materialistis, memandang seseorang dari materi nya semata." Ucap Papah David.



"Untuk itu saya minta maaf Za kepada kamu atas Dosa yang saya perbuat, Dosa itu sangat membebani fikiran saya." Ucap papah David.



"Selama di penjara saya banyak medapatkan pelajaran hidup, mulai dari belajar instropeksi diri,belajar arti kesederhanaan, dan mensyukuri apa yang telah tuhan kasih. Dan saya sadar sifat sombong dan arogan sudah menguasai diri, sampai saya melihat hanya melihat seseorang dari materi. Saya tak sadar, ternyata anak kesayangan saya, mencintai sosok pria baik seperti mu yang mencintai putri saya apa adanya. Tapi karna sifat buruk yang ada di dalam diri saya, justru malah merusak apa yang menjadi kebahagiaan nya." Ucap papah David.



"Om sudah lupakan saja, saya tidak mempermasalahkan kejadian yang sudah berlalu dan saya juga tidak menyimpan dendam, yang penting om sudah bisa mengambil hikmah dari suma kejadian yang telah berlalu." Ucap Reza.



"Tetap saja dalam hati kecil saya masih merasa bersalah kenapa kamu." Ucap papah David.



"Om sudah, sudah saya maafkan apa kesalahan om." Ucap Reza.



"Menang benar kata Leva kamu itu pria yang baik, sederhana dan bertanggungjawab dan pantas saja Leva sangat memperjuangkan kamu Za." Ucap Papah David.



"Saya tidak sesempurna itu om, banyak kesalahan dan kekurangan dalam diri saya." Ucap Reza.



"Mungkin peribahasa padi semakin berisi semakin merunduk, cocok menggambar kan sosok diri mu za." Ucap papah David.



"Zaa, Pah kita makan dulu yuk, acara lebaran nya kita lanjut abis makan." Ucap mamah Ningsih sambil menuangkan nasi ke piring yang berada di hadapan papah David.



"Huufttt." Papah David menghembuskan nafas dengan pelan. "Mari kita makan terlebih dahulu, ayuk Za dimakan."



"Iya om." Ucap Reza sambil tersenyum.



"Za sorry yah aku engga bilang-bilang ke kamu soal papah yang sudah bebas bersyarat dari penjara, yaa aku pengen ngasih surprise supaya moment maaf-maafan nya dapet." Bisik Leva di telinga Reza.



"Iya Va engga apa-apa, yang penting moment nya pas." Ucap Reza dengan nada suara pelan. Reza,Leva,mamah Ningsih dan papah David menikmati beberapa hidangan yang tersedia di atas meja, Reza terpaksa ikut makan karna tidak enak hati jika ia tidak melahap makanan yang sudah di sediakan untuk nya. Sepanjang mereka makan tidak ada pembahasan yang di bicarakan. Setelah papah David dan mamah Ningsih selesai makan, papah David membuka pembicaraan kembali.



"Eh iya Za kata Leva kamu itu sekarang hidup sebatang kara, di tinggal wafat ibu kamu sejak kecil dan ayah kamu juga saat kamu Sma?." Ucap papah David.



"Iya om, semenjak itu saya hidup sendiri di rumah." Ucap Reza.



"Emang nya kamu engga punya saudara Za." Tanya mamah Ningsih.



"Ada dari ibu, cuman sudah wafat juga kalau dari ayah engga ada soal nya ayah saya anak tunggal." Ucap Reza.



"Hemm terus kata Leva juga kamu kerja keras agar berbahan hidup dan untuk biaya sekolah?." Ucap papah David.



"Iya om, yaa mau gimana lagi saya tidak mau mengharapkan belas kasih orang, saya laki-laki selagi badan saya sehatkeluar saya akan berjuang." Ucap Reza.



"Za dari pada kamu hidup sendiri di rumah mending tinggal di sini saja sama kami, dan lebih baik kamu berhenti bekerja sebagai pelayan dan pindah bantu om ngurusin perusahaan." Ucap papah David.



"Ehh?." Leva sedikit terkejut mendengar ucapan papah nya.



"Ee Anu om, maaf sebelumnya bukan bermaksud lancang atau tidak mau menerima iktikad baik om, tapi sungguh saya sungkan untuk menerimanya karna beberapa alasan." Ucap Reza.



"Apa alasannya?." Ucap papah David.



"Ee yang pertama saya tidak enak hati sama om takut merepotkan, dan soal pekerjaan hemm saya masih nyaman dengan profesi pekerjaan yang saya jalankan sekarang di tambah saya belum berpengalaman dalam mengurus perusahaan." Ucap Reza.



"Kalo merepotkan ngapain saya minta kamu tinggal di sini Za, selain kamu biar tidak hidup sendiri kan kamu bisa nemenin Leva di rumah biar nih anak engga keluyuran melulu, kalau untuk soal berpengalaman atau tidak nanti saya akan ajarkan." Ucap papah David.



"Hemm tapi apa tidak malu om sama orang jika saya dan Leva tinggal satu rumah tampa ada ikatan resmi?." Ucap Reza.



"Kalu seperti itu saya punya keputusan akan segera menikah kan Leva dengan kamu." Ucap Papah David.



Reza Leva dan mamah Ningsih sontak terkejut mendengar keputusan spontan yang papah David ucapkan.



"Pah Leva engga salah denger nih?." Ucap Leva.



"Iya pah, kok papah mau mgambil keputusan seperti ini engga kompromin dulu sama mamah?." Ucap mamah Ningsih.



Reza hanya terdiam bingung, entah perkataan apa yang harus ia ucapkan untuk menyangga keputusan papah David.



"Sekarang gini mah, saat Reza bilang malu sama tetangga karna mereka tidak ada ikatan papah fikir ada benar nya juga, kenapa engga sekalian saja kita nikah kan biar merka menajdi halal, toh mereka saling mencintai dan papah tidak mepermaslahkan setatus danlatar belakang Reza lagi, dari pada lama-lama pacaran nanti bisa terjadi hal yang diluar dugaan kita sebagai seorang tua." Ucap papah David.



"Pah udah difikirkan matang-matang?." Ucap mamah Ningsih.



"Sudah, itu jalan terbaik yang papah akan ambil di tambah dengan cara itu papah berusaha menebus kesalahan papah yang pernah akan memisahkan mereka." Ucap papah David.



Leva dan Reza saling berpandangan, mereka sedang memikirkan keputusan yang papah David ucapkan.



"Om tapi gimana kuliah kami?." Ucap Reza.



"Ngapain mempermasalahkan kuliah?, kalian tuh tetep lanjut kuliah.. cuman di antara kalian sudah ada ikatan." Ucap papah David.



Papah David tiba-tiba berdiri, dan berjalan memutar menuju bangku yang Reza duduki.

"Pokoknya tiga bulan lagi kamu akan om nikah kan dengan Leva, ingat! hanya sebatas menikah dan punya buku kalau soal resepsinya hemm mungkin nanti saja kalau kalian sudah di Wisuda. Dulu saya mati-matian akan memisahkan kalian, tapi saat ini saya akan mati-matian mempersatukan kalian." Ucap papah David sambil mencengkeram erat bahu Reza.



"Zaa saya mau merokok dulu di depan, dua puluh menit saya kasih waktu kamu berfikir,
dan saya harap kamu meberikan jawaban yang saya harapkan. Saya sebagai seorang ayah mempertanyakan keseriusan kamu kepada anak saya." Ucap papah David.



Entah kenapa hati Reza bergetar seolah ia merasa diancam akan dibinuh, Reza hanya bisa mengangguk pelan sambil menatap papah David yang berjalan meninggalkan nya. Leva yang duduk di sebelah Reza hanya menatap mamah Ningsih, seolah ia meminta usul tentang rencana yang papah nya buat.



"Nak Reza mamah sarankan kamu kali ini nurut saja apa kata om David, tante tau sendiri gimana sifat dia, toh rencana yang om David ucapkan tak ada ruginya bagi hubungan kalian, malah menurut tante ini rencana bagus jadi cinta kalian akan bersatu untuk selamanya." Ucap mamah Ningsih.



Leva dan Reza saling menatap, mereka berusaha meyakinkan diri atas keputusan yang papah David ambil.



"Bagai mana Za?." Ucap Leva.



"Aku akan menjawab nya langsung ke papah mu sekarang." Ucap Reza



Leva hanya tersenyum ke arah Reza. Sambil meyakinkan diri atas keputusan yang sudah ia ambil, perlahan Reza bangkit dan berjalan menuju pintu keluar rumah.



Di depan pekarangan tampak papah David sedangkan duduk santai sambil menghisap cerutu, asap yang di hasilkan membumbung ke sekitar arah. Reza yang kini sudah berdiri di depan pintu, tampak mengatur ritme nafas yang memburu akibat rasa grogi.



"Gimana Reza?." Ucap om David saat melihat Reza sudah berdiri di depan pintu.



Dengan Langkah pelan Reza berjalan menghampiri papah David. "Baik om say sudah mengambil keputusan." Ucap Reza.



"Jadi bagaimana jawaban kamu?." Ucap papah David.



Seiring mulut nya akan berbicara, detak jantung Reza makin memburu butiran keringat mulai membasahi kening nya.



"Saya menerima tawaran yang om jauhkan kepada Saya karna saya serius terhadap anak om." Ucap Reza.



Papah David mematikan Cerutu yang ia hisap lalu ia berdiri dan berjalan kearah Reza.



PROK..PROK..PROK..PROK..



Papah David bertepuk tangan sambil tersenyum kearah Reza. "Bagus Reza bagus." Ucap papah

David.



"Selamat datang di keluarga David Aprilia." Ucap papah David sambil memeluk tubuh Reza.



Reza tersenyum bahagia saat papah David memeluk tubuhnya. Dari arah pintu Leva dan mama Ningsih tampak tersenyum haru melihat pemandangan di hadapannya.



"Zaa." Ucap Leva.



Saat papah David sudah melepaskan pelukan nya, Leva dari arah pintu berlari kecil lalu ia memeluk tubuh Reza.



"Za kamu serius." Ucap Leva.



"Iya mana mungkin aku menolak menikah dengan mu, wanita yang aku cintai." Ucap Reza.



Papah David melangkah menuju pintu meninggalkan anak nya yang sedang berbahagia.



"Hiks, Duh pah jadi inget kita pas zaman kuliah yah." Ucap mamah Ningsih sambil menangis haru.



"Iya jadi inget pas mamah maksa papah buat nikahin mamah, untung Leva engga kaya mamah yah haha." Ucap papah David.



"Hehh kegeeran kamu pah, yang ada kamu tuh yang mogok makan sampai bikin tenda di depan rumah mamah, supaya mamah terima lamaran papah." Ucap mamah Ningsih.



"Hoax mulu kamu mah haha." Ucap papah David.



"Yee." Ucap mamah Ningsih sambil mencubit pelan pinggul papah David.



"Aww, masih garang seperti masa gadis." Ucap papah David sambil tersenyum jahil.



"Apaan sih." Ucap mamah Ningsih.



Leva dan Reza kini masih berpelukan mesra di hadapan orang tua Leva, senyuman kebahagiaan terlukis di wajah mereka.



"Akhirnya ini awal dan akhir dari kisah cinta kita Za." Ucap Leva.



"Iya Va." Ucap Reza.



"I Love u." Bisik Leva di telinga Reza.



"Love To Va." Ucap Reza.





--- ooo ---






Satu bulan sebelum Akad nikah dilangsungkan.......


Di sebuah Cafe yang pada hari ini baru opening perdana, tampak Reza sedang berdiri di dekat meja kasir bersebelahan dengan dua orang karyawan yang sedang mencatat pesanan dari pelanggan yang sedang. Kali ini Reza berdiri di dekat meja kasir bukan sebagai pelayan atau pun penjaga kasir, akan tetapi ia bertindak sebagai pemilik Cafe yang sedang melihat perkembangan bisnis yang baru ia rintis bersama Leva. Reza tersenyum tipis karna melihat opening pertama Cafe milik nya cukup ramai oleh pengunjung. Sesekali Reza menyapa dengan ramah pengunjung yang baru datang.



"Alhamdulillah Awal yang bagus yah Za." Ucap Leva.



"Ehh kamu ngagetin aja." Ucap Reza sambil menoleh kearah belakang.



"Iya sukur, semoga seterusnya seperti ini." Ucap Reza.



"Va." Ucap Reza.



"Iya Za." Ucap Leva.



"Thanks yah, berkat bantuan kamu dan papah kamu impian aku terhujudkan juga, sisa tabungan aku tak cukup untuk modal awal merintis usaha ini." Ucap Reza.



"Buat apa berterimakasih Za, Cafe ini adalah awal dari mata pencarian kamu mengarungi kehidupan untuk kedepannya." Ucap Leva.



"Sebagai manapun aku ingin menafkahi kamu dari usaha aku sendiri tampa menumpang hidup dari harta papah mamah mu, setelah nanti kita menikah." Ucap Reza.



"Aku bangga memiliki calon suami seperti mu Za." Ucap Leva sambil tersenyum.



"Aku hanya seorang pendatang, dari tempat yang jauh gelap dan kotor. Jatuh cinta dengan wanita terhormat seperti mu, Modal yang hanya kupunya hanya keyakinan, Cinta dan bertanggung jawab terhadap mu." Ucap Reza sambil tersenyum.



"Apaan sih." Ucap Leva tersipu malu.



"Yaudah aku kedapur dulu mau bantuin anak-anak nyiapin pesanan." Ucap Leva.



"Oke aku juga mau bantuin mencatat pesanan." Ucap Reza.



Leva langsung membalikkan badan lalu ia berjalan menuju dapur sedangkan Reza kini membantu kedua anak buahnya mencatat pesanan.



Waktu terus berjalan, perlahan pengunjung Cafe yang sedang menikmati makanan yang mereka pasan berangsur pulang. jam operasional Cafe satu jam setengah lagi akan tutup, tampak dua orang karyawan cafe sedang membersihkan lantai Cafe, sedangkan Reza terlihat sedang mencatat omset pemasukan yang di dapat hari ini kedalam note book yang ia bawa.



Dari arah pintu masuk, terlihat Winda sedang berjalan santai masuk kedalam Cafe, ia tersenyum saat melihat Reza yang sedang fokus dengan note book nya di dekat meja kasir. Winda tidak menyapa ataupun menghampiri Reza, ia berjalan menuju bangku no tiga yang berada di sisi kiri ruangan.



"Maaf Mbak satu jam setengah lagi cafe ini akan tutup, jikalau mbak nya mau makan disini, paling tiga puluh menit seblum tutup mbak harus sudah pulang karna kursi dan meja akan di bereskan, atau mungkin mbak nya mau take away?." Ucap salah satu karyawan Reza.



"Saya pesan Coffee late saja, saya tidak akan lama di sini." Ucap Winda.



"Oke baik mbak, satu Coffee late, sepuluh menit akan siap." Ucap karyawan Reza.


Winda tersenyum sambil menganguk pelan. Setelah mencatat pesanan Winda, karyawan Reza langsung membalikkan badan dan berjalan menuju dapur.



"Satu gelas Coffee late." Setelah menaruh bon pesanan, karyawan Reza langusng kembali meneruskan pekerjaan yang tertunda.



Dari arah meja no tiga, Winda tampak duduk dengan tenang, ia berusaha meyakinkan diri sebelum ia bertemu dengan Reza.



Setelah sepuluh menit, Coffe late pesanan Winda sudah jadi dan sedang akan Leva antarkan ke meja pesanan, namun saat Leva keluar dari dapur langkah kakinya terhenti saat melihat Winda sedang duduk sendiri sambil menoleh kearahnya. Winda tersenyum dan mengangguk pelan kearah Leva, Leva hanya tersenyum seolah ia sudah mengerti apa maksud tujuan Winda datang ketempat ini. Leva melangkahkan kakinya kembali menuju kearah Reza yang sedang fokus mengetik omset pendapatan harian.



"Za, udah dulu kerja nya." Ucap Leva.



"Yaa ini juga udah hampir selesai." Ucap Reza.



"Nih kami tolong antarkan pesanan ke pelanggan terakhir, di meja no tiga yah." Ucap Leva sambil menyerahkan coffe pesanan Winda kepada Reza.



"Oke bos." Ucap Reza sambil menutup note book.



"Aku mau balik kedapur mau bantu beres-beres sebentar lagi kita pulang." Ucap Leva sambil membalikkan badan.



Reza mengambil Coffee pesanan Winda, lalu ia berlari dan berjalan menuju meja no tiga.



"Permisi Mbak ini pesanan Coffee late nya." Ucap Reza sambil menaruh coffe di atas meja. Reza menatap dengan heran, karna Reza tidak bisa melihat wajah Winda karna ia menyandarkan wajahnya di atas meja sambil menyanggah dengan kedua lengan.



"Oh sudah datang." Ucap Winda sambil mengangkat wajahnya sambil tersenyum kearah Reza.



Sontak Reza sedikit terkejut karna ia melihat Winda sedang duduk di hadapan-nya. "Winndaa?? mau apa kamu kesini, dan tau dari mana lokasi tempat Cafe ku ini?." Ucap Reza.



Winda hanya tersenyum setelah Reza berbicara. "Aku tau dari iklan promosi yang Leva post di instagram." Ucap Winda.



Winda mengambil Coffe yang ia pesan lalu meminumnya sedikit. "Santai Za, aku datang kesini bukan bermaksud merusak kebagian mu lagi, tujuan ku datang kesini untuk meminta maaf atas kesalahan yang pernah aku lakukan kepada mu." Ucap Winda.



Reza berdiri sambil meyakinkan diri tentang itukad baik yang Winda utarakan. "Ayo Za duduk, aku hanya meminta waktu mu sebentar saja." Ucap Winda.

Dengan perasaan hati ragu-ragu Reza duduk berhadapan dengan Winda. "Za, aku serahkan keputusan kepada mu apa kah kamu mau memaafkan aku atau tidak, yaa jika kamu tidak mau memaafkan aku bisa menerima hal itu yaa aku sadar kesalahan ku terlau besar, berusaha memisahkan kamu dari orang yang paling kamu cinta dan aku berusaha membodohi kamu." Ucap Winda.



"Segitu kah kau berprasangka buruk terlebih dahulu kepada ku?." Ucap Reza sambil tersenyum.



"Jadi?." Ucap Winda memastikan perkataan Reza.



"Yasudah aku maaf kan, aku sudah mendengar semua dari Leva latar belakang kamu melakukan hal itu, sekarang yang penting kamu sudah menyesali apa yang telah kamu perbuat dan aku harap jangan lakukan lagi kesalahan yang pernah kamu lakukan." Ucap Reza.



"Thanks Za atas maaf nya, dan aku punya harapan besar kepada hubungan kalian, semoga cinta kalian abadi selamanya." Ucap Winda.



"Amin, dan semoga kamu cepat menemukan pengati diri ku dan masa lalu mu yang labih baik dan membuat kamu bahagia." Ucap Reza.



"Amin." Ucap Winda.



Seiring mencair nya obrolan Reza dan Winda, tampak dari arah pintu dapur Leva sedang berjalan santai menuju meja no tiga sambil membawa tas jinjing yang ia pegang.



"Ehh Winda." Ucap Leva sambil cipika-cipiki dengan Winda.



"Ehh Va, sorry izin sebentar tadi gua ngobrol sama Reza." Ucap Winda.



"Hihi santai buu." Ucap Leva dengan nada suara bercanda.



Reza tampak sangat bingung melihat Leva dan Winda sangat akrab.



"Za balik yuk udah cepe banget nih badan aku." Ucap Leva.



"Ehh iya." Ucap Reza.



"Reza masih tinggal di rumah yang dulu Va?." Ucap Winda.



"Yang ada Reza yang tinggal di rumah gua." Ucap Leva.



"Hah seriussan lu?." Ucap Winda.



"Iya soal nya dua bulan lagi kita nikah." Ucap Leva.



"Wah parah lu mau nikah engga bilang-bilang gua." Ucap Winda.



"Hehe sengaja gua sama Reza emang engga mau bilang-bilang soal nya ini cuman acara keluarga." Ucap Leva.



"Hemm kalau gitu, selamat yah Va..Za." Ucap Winda sambil menjabat tangan Reza dan Leva.



"Daa gua titip amanah yah sama lu, lu jangan bilang-bilang ke sinta dan ke yang lain tentang rencana hajad gua." Ucap Leva.



"Oke siap, gua engga ember, nanti kalau bengga ada halangan pasti gua datang." Ucap Winda.



"Iya gua tunggu." Ucap Leva.



TRRIINGG!!..TTRRRINGGG!!..!!..



Saat Leva dan Winda sedang berbincang tiba-tiba smartphone milik Winda berdering, dengan cepat Winda menjawab panggilan telfon yang masuk.



"Sebentar Va."



"Yaa kamu udah di depan, oke..oke aku keluar."



"Va..Zaa gua balik dulu yah soal nya cowo gua udah jemput." Ucap Winda.



"Wedehh ada yang baru nih, engga bilang-bilang." Ucap Leva.



"Entar juga kalin juga tau." Ucap Winda.



"Haha, yaudah yuk barengan, aku sama Reza juga mau balik." Ucap Leva.



"Aku mau beresin note book duku Va." Ucap Reza sambil membelikan badan dan berjalan menuju meja kasir.



Setelah Reza memasukkan note book kedalam tas, mereka berjalan beriringan menuju prakiraan depan Cafe. "Sayang.." Ucap Winda sambil melambaikan tangan kearah seorang pria yang sedang berdiri di depan mobil.



"Ehh itu kan mas Bayu?." Ucap Reza.



"Ohh jadi itu cowo lu." Ucap Leva sambil tersenyum jahil.



Bayu yang melihat Leva dan Reza sedang berjalan menghampirinya, sontak terdiam menahan rasa malu.



"Hemm ciee jadi juga niee ye haha." Ledek Leva yang membuat pipi Bayu sedikit memerah.



"Haha." Reza hanya tertawa kecil melihat ekspresi wajah Bayu.



"Zaa pantesan ada yang minta berhenti jadi supir kita, ternyata karna alasannya ini nih." Ucap Leva.



"Muka kamu lucu banget sih sayang hihi." Ucap Winda.



"Udah dong jangan pada geledek." Ucap Bayu.



"Hahaha." Leva Reza dan Winda tertawa lepas melihat tingkah Bayu.


*******


Weding Days.......


Susana rumah kediaman rumah Leva tampak di penuhi oleh beberapa kerabat juah dari pihak papah David maupun mamah Ningsih, mereka datang untuk menghadiri acara akad nikah antara Reza dengan Leva yang akan di laksanakan pagi ini hari setelah melalui proses perencanaan yang matang selama dua bulan. Dari pihak Reza, Ibu Dian dan suaminya sebagai perwakilan penganti dari orang tua Reza dan pak RT sebagai saksi, sedangkan dari pihak Leva papah David sendiri yang akan langsung menikah kan anak nya.

Reza yang kini sudah berpakaian rapih dengan kemeja putih di balut jas hitam yang melekat di tubuhnya. Reza duduk bersila di depan Penghulu dan papah David. Hati Reza saat ini sangat gugup, butiran keringat tampak membasahi keningnya.

"Santai Za, satu nafas putri papah menjadi milik mu seutuhnya." Ucap papah David sambil tersenyum.

"Huuftt, ia pah." Ucap Reza.

"Oke bisa kita mulai." Ucap pak penghulu.

Papah David dan Reza mengangguk pelan setelah itu mereka berjabatan tangan dengan erat.

"Bismillahhiromannirohim, Wahai saudara Reza Genta Veno bin handan, Saya nikahkan dan kawinkan anda dengan putri saya Leva Cahya Aprilia Binti David Aprilia dengan maskawin sebuah liontin emas seberat 4 gram di bayar tunai."

"Saya terima nikah dan Kawinnya Leva Cahya Aprilia binti David Aprilia dengan mas kawin tersebut Tunai!."

"Bagai mana saksi sah?." Ucap penghulu.

"Sah!." Ucap semua orang yang ada di dalam ruangan serentak.

"Alhamdulillah."

Kini beban berat dan rasa gugup yang Reza rasakan seketika sirna berganti dengan rasa sukur kebahagiaan yang tak terkira. Ibu Dian langusng memeluk tubuh Reza sambil tersenyum haru sedangkan papah David menatap wajah Reza dengan berkaca-kaca.

Semua orang yang ada di dalam ruangan ikut terbawa rasa haru kebagian setelah moment sakral ijab kabul yang Reza ucapkan. Setelah membacanya sumpah janji seorang suami, Reza dan seluruh orang yang ada di dalam ruangan berdiri untuk menyambut kehadiran Leva dari kamar yang berada di lantai dua rumah.

Setelah sepuluh menit menunggu Akhirnya sang pengantin wanita turun dengan langkah Lembut di bantu oleh mamah Ningsih. Leva tampil sangat cantik dengan busana kebaya berwarna putih dan make up yang pas. Leva tersenyum saat melihat Reza yang
sudah berdiri menunggu diri nya.

"Mempelai wanita silahkan langsung mencium tangan suami dan setelah itu suami mencium kening istri." Ucap pak penghulu.

"Assalamualaikum wahai istri ku." Ucap Reza sambil menyerahkan tangannya kepada Leva.

"Walaikumsalam imam ku." Ucap Leva sambil mencium tangan Reza.

Dengan rasa penuh cinta Reza mengecup kening Leva. Kini Leva dan Reza merasa kan kebahagiaan yang selama ini tak pernah rasakan.

"Va aku pakaian liontin ini di leher kamu, ini adalah liontin yang dulu ayah ku berikan kepada ibu ku, dan kini aku berikan kepada mu." Ucap Reza.

"Hiikkss.." Leva tak mampu menahan airmata haru yang akan meluncurkan deras dari kedua kelopak matanya. Dengan Cepat Leva langsung memeluk tubuh Reza.





Semua orang yang hadir didalam ruangan terbawa oleh suasana haru. Sepasang kekasih yang sedang duduk-duduk di kursi terlihat tersenyum bahagia melihat Leva dan Reza saling berpelukan.

"Bay melihat mereka bahagia seperti ini aku merasa menyesal karna pernah berusaha memisahkan mereka." Ucap Winda.

"Sudah yang penting saat ini mbak Leva dan Mas Reza sudah bahagia." Ucap Bayu.

"Kamu kapan akan menikahi ku?." Ucap Winda.

Sontak Bayu sedikit terkejut mendengar ucapan Winda. "Secepatnya." Ucap Bayu.

Winda menyadarkan kepalanya di bahu Bayu, mereka kini melihat kembali prosesi akad Nikah yang belum selesai.

Leva dan Reza terlihat sedang menandatangani buku nikah setelah itu mereka bersalaman dengan kedua orangtua masing-masing.

"Zaa titip Leva yah, tugas papah sudah selesai sekarang kamu yang melanjutkan nya." Ucap papah David saat Reza bersalaman dengan nya.

"Iya pah, Reza akan menjaga Leva hingga akhirnya hayat." Ucap Reza.

"Saya pegang kata-kata kamu Za." Ucap papah David.

"Za cepet-cepet kasih cucu yah buat mamah kalau kalian sudah lulus kuliah." Ucap mamah Ningsih.

"Siap." Ucap Reza sambil tersenyum.

"Duh cantik nya istri Reza." Ucap ibu Dian saat Leva bersalaman dengannya.

"Hihi makasih." Ucap Leva.

Setelah bersalam-salaman dengan kedua orangtua, Leva dan Reza langusng bersalaman dengan para keluarga yang hadir.

"Mbak..Mas Selamat yah." Ucap Bayu bersalaman dengan Reza dan Leva.

"Tankyu Bay." Ucap Leva.

"Makasih mas." Ucap Reza.

"Va..Za samawa yah, dan semoga cepet-cepet tekdung tuh perut." Ucap Winda.

"Hehe thanks, doain aja." Ucap Leva sambil tersenyum.

"Iya gua sama Leva sedikasih nya aja sama yang di atas, tapi kalo gua sih mau nunda dulu sampai nanti lulus kulih Da." Ucap Reza.

"Owhh berarti buang luar yah Za jangan buang dalem, yaa kalo mau pakai pengaman hihi." Ucap Winda.

"Engga ada ka Niken yang otak nya aga gesrek, nah ini lu lagi ganti nya." Ucap Leva.

"Hihi." Winda tertawa kecil.

"Nah sekarang gua mau nanya balik, kalian kapan nyusul?, bu Arsih udah ngasih restu loh sama kalian." Ucap Leva.

"Hehe gua mah Va yaa gimana nih orang aja hihi." Ucap Winda.

"Tuh Bay sekarang gimana anda aja." Ucap Leva.

"Ehh ee secepatnya." Ucap Bayu.

"Kalo gitu besok yuk." Ucap Winda dengan nada suara bercanda.

"Haha." Leva dan Reza tertawa melihat tingkah Bayu dan Winda.


Walaupun Acara akad pernikahan tampak cukup sederhana, akan tetapi Leva dan Reza sangat bahagia. Keluarga besar baik dari pihak Leva maupun Reza sangat menikmati kebersamaan dan kekeluargaan yang terasa.



~ ° ~


Hari sudah beranjak menuju malam, para saudara dari pihak Leva mulai berangsur pulang meninggalkan rumah Leva, begitu juga Winda kini ia sudah pulang sejak tadi sore di antar oleh Bayu. Saat ini hanya tersisa 9 orang OB yang bekerja di perusahaan yang papah David pimpin sedang membersihkan dan membereskan rumah. Leva Reza mamah Ningsih dan papah David sedang berdiri sejajar di depan gerbang luar rumah sedang mengantarkan rombongan dari pihak Reza yang akan kembali pulang.

"Bu Dian, Reza berterimakasih atas kebaikan ibu yang selama ini baik dan menolong saat saya dalam keadaan susah, dan sudah mau mewakili orangtua saya. Dan saya juga mau berterimakasih kepada pak RT sudah bersedia mau menajdi saksi pernikahan saya ." Ucap Reza.

"Reza, tak usah kamu bertema kasih, kamu tuh sudah ibu anggap sebagai anak ibu sendiri, dan seluruh tetangga masih memegang amanah ayah kamu untuk menjaga kamu sampai kamu bisa berdiri di kaki kamu sendiri." Ucap Ibu Dian.

"Betul itu Reza." Ucap pak Rt.

"Makasih banyak yah pak buk." Ucap mamah Ningsih.

"Iya bu Ningsih." Ucap ibu Dian.

"Oh iya Za, jadi itu rumah kamu gimana di tinggal kosong gitu aja?." Ucap ibu Dian.

"Engga kok, yaa paling setiap hari jumat saptu saya dan istri saya tinggal di sana, bagaimanapun di rumah itu saya lahir tumbuh hingga sebesar ini." Ucap Reza.

"Ya sudah kalu seperti itu.. Pak, Buk,Za neng, ibu dan rombongan pulang dulu yah." Ucap ibu Dian.

"Iya terimakasih sekali lagi." Ucap mamah Ningsih.

"Iya buk sama-sama." Ucap ibu Dian sambil masuk kedalam mobil yang Reza sewa untuk rombongan.

Setelah 3 mobil yang berisi rombongan dari pihak Reza sudah pergi meninggal- kan area rumah, papah David dan mamah Ningsih tersenyum jahil kearah Leva dan Reza.

"Hehemm Mah kita istirahat yuk di kamar, yang muda mau bercerita." Ledek papah David sambil menarik lengan mamah Ningsih.

"Kita juga bercerita yuk, kita juga kan penganten baru hihi." Ucap mamah Ningsih.

"Hayu terus papah mah." Ucap papah David sambil berjalan masuk kedalam rumah.

Reza dan Leva hanya saling menatap sambil tersenyum saat melihat tingkah kedua orangtua Leva.

"Haha liatin aja Za, biasanya mereka abis gitu pada ribut sakit badan lah apa lah engga bisa jalan lah." Ucap Leva.

"Kamu juga Va jangan seperti itu yah." Ucap Reza sambil menggendong Leva pada posisi telentang.

"Eh." Leva sedikit terkejut sambil melingkar kan kedua tangannya di leher Reza.

Perlahan Reza melangkah kan kaki nya menuju kedalam rumah sambil memapah tubuh Leva. Seiring kaki Reza melangkah, kedua mata mereka saling menatap, seolah mereka saling berbagi kebahagiaan lewat tatapan mata. Saat sudah berada di depan kamar Leva yang sudah di dekor dengan nuansa sangat romantis, Reza memapah tubuh Leva masuk kedalam kamarl alu ia merebah -kan nya di atas kasur.

"Zaa sekarang aku istri mu, seluruh rubuh ku sudah halal bagi mu kali ini kau bebas megauli ku kapan kau mau." Ucap Leva sambil berbaring menatap wajah Reza.

"Mau sekarang juga?." Ucap Reza.

"Walaupun ini bukan yang pertama bagi kita, jika kamu mau sekarang lakukanlah, sejujurnya aku mau merasakan nya lagi." Ucap Leva sambil tersenyum malu.

Reza tersenyum, lalu ia membalikkan badan untuk mengunci pintu, selah itu ia berjalan kembali menghampiri Leva.Entah kenapa hasrat hati Reza seakan meburu saat melihat Leva yang kini terbaring pasrah, karna merasa kini ia sudah bebas melakukan hal ini kembali dengan Leva, ia langsung berbaring di sebelah Leva.

"Zaa aku tak menyangka kisah cinta kita akan berakhir bahagia, padahal bisa saja kita tidak bersama dengan segala gelombang cobaan yang menerpa." Ucap Leva.

"Semua sudah di atur oleh tuhan Va, ini yang di namakan jodoh sebagai-manapun ujian menerpa tuhan pasti akan mempersatukan kita." Ucap Reza

"Va." Ucap Reza sambil menatap wajah Leva.

"Iya?." Ucap Leva.

"Kamu masih ingat janji ku yang dulu aku kirarkan saat kita liburan?." Ucap Reza.

"Yaa aku ingat soal nya kau berjanji karna telah mengambil keperawanan aku." Ucap Leva.

"Dan kini aku akan berjanji kepada mu Va akan berusaha menajdi suami yang baik, adil dan bertanggung jawab, dan hanya kamu satu-satu nya wanita dalam hati ku, biar lah maut yang bisa memisahkan kita." Ucap Reza.

"Aku pegang kata-kata kamu Za." Ucap Leva.

Perlahan Leva mulai mendekatkan wajah nya kearah Reza dan begitu juga sebaliknya hingga kini kedua bibir mereka menyatu saling mengecup dan melumat, seiring waktu berjalan ciuman mereka kini semakin membara hingga harat nafsu yang mereka tahan kini meluap di hati. Seiring bibir mereka menyatu dan kedua lidah mereka saling beradu, Reza muali memberanikan diri meraba payudara Leva yang masih terbungkus oleh baju kebaya putih.

Ssssssrrupp..sssrruppp..ssrupp

"Shhha ahh Zaa." Desah Leva saat Reza meraba kedua payudaranya dengan Lembut.

"Vaaa aku sangat suka dengan tubuh mu ini Va." Ucap Reza sambil mencium leher Leva.

"Nikmati lah Za semua milik mu." Ucap Leva.

Reza menghentikan cumbuan nya di area leher Leva, lalu ia bangkit dan duduk menghadap Leva.

"Va buka dong baju kamu." Ucap Reza.

Leva langsung bangkit dan duduk menghadap Reza. "Bantuin dong aga Ribet Nih." Ucap Leva.

Saat Reza akan membantu meloloskan pakaian yang Leva kenakan, tiba-tiba Leva menahan tangan Reza.

"Kenapa Va?." Ucap Reza.

"Matiin lampu nya Za, malu para pembaca nanti pada ngeliat." Ucap Leva sambil tersenyum.

"Hehe iya yah, malam pengantin seharusnya untuk pengantin saja hihi." Ucap Reza sambil berjalan menuju tembok.


TREEK!...















THE END.....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd