Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My HEROINE [by Arczre]

Siapakah Tokoh yang Paling disuka?

  • Jung Han Jeong

  • Yuda Zulkarnain

  • Hana Fadeva Hendrajaya

  • Ryu Matsumoto

  • Azkiya a.k.a Brooke

  • Rina Takeda

  • Jung Ji Moon

  • Ray

  • Astarot

  • Putra Nagarawan


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
BAB XXIII: ORANG YANG MENGANGGAP DIRINYA SEBAGAI TUHAN

1fd9a1382649111.jpg


Zero berjalan ke sebuah pintu yang terbuka. Gnome-X dan Black Knight mengikutinya. Ternyata di dalamnya terdapat sebuah ruangan yang mempunyai beberapa lorong. Hanya satu pertanyaan di benak mereka, di mana Putra Nagarawan sekarang? Agaknya mereka tak perlu bersusah payah mencari karena Alice dan Ai mengeluarkan pancaran sonar melalui sistem mereka, sehingga terbentuklah peta secara instan di display manager Gnome-X dan Black Knight.

"Whoa, Ai. Aku tak tahu kalau kamu bisa memantulkan sonar untuk mendeteksi ruangan," kata Yuda.

"Ini tidak begitu akurat, karena respon baliknya terhalangi pintu-pintu. Labirin ini sepertinya panjang dan berkelok-kelok," kata Ai.

"Ryu-kun, kamu bagaimana?" tanya Han-Jeong.

"Ah, tenang saja. Hana telah mengirimkan sesuatu melalui display monitorku," jawab Ryu.

Mereka bertiga kemudian segera berlari dari tempat mereka sekarang. Mereka mengikuti peta yang muncul dari hasil scanning yang dilakukan oleh artificial intelegence Gnome-X dan Black Knight. Labirin itu berkelok-kelok seolah-olah ingin menyesatkan orang-orang yang sudah masuk ke dalamnya. Namun hal itu tak lama setelah mereka sampai ke sebuah ruangan yang sangat besar. Ada seseorang yang sudah menunggu mereka di sana. Seseorang rambutnya panjang dengan baju putih.

Gnome-X, Black Knight dan Zero berdiri di tengah ruangan sementara orang yang tak lain adalah Astarot sedang berdiri dengan tersenyum.

"selamat datang di pesawat ini para pahlawan. Maaf kalau sambutannya tak semenarik yang kalian harapkan. Hidangan pembukanya sudah kalian cicipi bukan? Darah dan nyawa yang telah hilang bisa jadi telah mengenyangkan kalian," kata Astarot.

"Astarot?!" kata Han-Jeong.

"Tepat, aku Astarot. Ini adalah perjumpaan kita secara langsung Gnome-X," lanjut Astarot. "Aku sudah menantikan hal ini beberapa waktu lalu. Kurahap engkau dalam kondisi fit sekarang ini karena aku ingin mencoba sesuatu kepadamu."

"Hmmm??" Yuda bergumam.

"Astarot, orang yang masuk ke dalam komputer milik Hana? Masuk ke sistemku? Mr. A??" tanya Han-Jeong.

"Ah, tepat sekali. Itu aku!" kata Astarot.

"Ryu-kun, jangan beri ampun orang itu, hajaaaaarrr! Ia berani menyadap laptopku, pasti dia juga melihat file-file pribadiku," kata Hana di alat komunikasi.

"Hoo? file pribadi??" tiba-tiba Ryu membayangkan bahwa file-file pribadi itu adalah gambar-gambar pribadi dan video Hana tanpa baju. Dia pun marah, "AKU TAK AKAN MEMAAFKANMU! YUDA DIA BAGIANKU!"

Yuda dan Han-Jeong kaget dengan sikap Ryu yang tiba-tiba berubah.

"Kamu berani masuk ke komputer pribadi Hana-chan, melihat file-file pribadinya, pasti kamu juga melihat gambar Hana-chan telanjang bukan?? Aku saja belum pernah melihatnya, AKU TAK AKAN MEMAAFKANMU!" kata Ryu.

"Eh?? Ryu-kun...errr...itu...," Hana menundukkan wajahnya. Faiz junior dan Profesor Andy menoleh ke arah Hana. Hana tersipu malu, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak papa, nggak!"

"Trus? Itu tadi??" tanya Faiz Junior.

"Entah kenapa dia punya pikiran seperti itu, aku mana pernah selfie sambil nggak pake baju?? Gila apa kekanakan banget!" ujar Hana.

"Kamu koq bisa suka ama si bego ini sih?" tanya Faiz junior.

"Hehehehe," Hana nyengir sambil tersenyum.

"Padahal Hana-chan itu polos, cantik, lugu, bagaikan bunga Sakura dan kamu ingin mengotorinya. Aku akan membunuhmu!" kata Ryu masih dengan emosi.

"Oke, kalau begitu. Dia bagianmu, aku akan pergi," kata Yuda.

"Pergilah!" kata Ryu. Dia mengacungkan katananya ke arah Astarot.

Astarot memutar bola matanya sambil mengangkat bahunya, "Kenapa aku harus menghadapi boca dungu ini?"

Gnome-X dan Black Knight poun segera pergi menuju ruangan lain. Astarot menghela nafasnya dia kemudian mengambil sesuatu seperti alat suntik yang bentuknya seperti pistol. Di pegangannya ada sebuah pelatuk yang apabila ditembakkan sebuah jarum akan menusuk ke pasien kemudian cairan yang berwarna ungu di dalamnya akan masuk ke dalam tubuh.

"Sebelum kamu membunuhku, aku ingin memastikan kamu berkompeten atau tidak untuk melawanku. Karena aku tak pernah semangat untuk melawan orang-orang bodoh," kata Astarort dengan sombong.

"Silakan saja! Aku tak akan takut, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Ryu.

"Kamu jawab tiga persoalan dariku. Kalau kamu benar semua maka kamu boleh melawanku," jelas Astarot.

"OKE!"

Melihat tingkah polah Ryu, Astarot jadi sedikit geli. Sebenarnya ia telah mempersiapkan semuanya untuk mengalahkan Yuda, tapi sepertinya ia harus kubur jauh-jauh rencananya dia, karena harus meladeni bocah samurai ini. Dan sepertinya sang samurai sangat bersemangat.

"Dia ini faham terhadap apa yang aku katakan atau tidak ya?" gumam Astarot.

"Apa pertanyaannya?" tanya Ryu.

"Baiklah, pertanyaan jika tiga belas adalah empat, tujuh belas adalah dua, dua puluh adalah nol, tiga puluh delapan adalah empat, empat sembilan adalah lima, enam puluh tujuh adalah sembilan, maka berapakah nilainya jika lima puluh sembilan?"

13 = 4
17 = 2
20 = 0
38 = 4
49 = 5
67 = 9
59 = ???

Ryu hanya bengong dia tak pernah menemukan soal seperti ini sebelumnya.

"Ryu-kun, kenapa kamu cuma diam? Itu soal yang mudah," kata Hana.

"Sebentar aku berpikir dulu," kata Ryu.

"Hahahahahaha, bodoh. Begini mudah saja kamu nggak tahu?" ejek Astarot.

"Jawabannya enam! Kamu lambat!" kata Hana.

"Oh, bagaimana bisa seperti itu?" Ryu penasaran.

"Sudah tenang aja aku akan membantumu. Cepetan bilang!" kata Hana.

"Jawabnya enam," kata Ryu.

"Ho...hahaha, tentu saja itu soal mudah. Kamu pasti bisa menjawabnya dengan benar. Hahahahaha," Astarot sepertinya puas.

"Tapi sebenarnya aku tak tahu bagaimana koq bisa hasilnya enam," kata Ryu dengan polos.

Astarot membelalakkan mata. Faiz junior dan Hana yang mendengar perkataan Ryu langsung menepok jidat mereka.

"Kamu? Tadi asal menjawab?" tanya Astarot.

"Hehehehe....begitulah," kata Ryu sambil mengusap-usap kepalanya.

"Aku tak percaya ini," Astarot tampak kecewa.

"Ryu-kun, caranya adalah kamu membagi angka itu dengan bilangan kedua," kata Hana.

"Oh, hahahahahahahaha, begitu ya hahahahaha," Ryu ketawa nggak jelas.

"Kenapa kamu ketawa?" tanya Astarot.

"Aku baru tahu caranya," jawab Ryu.

"Jangan bercanda!" bentak Astarot.

"Baiklah, sekali lagi. Berapa 345488 x 41234?" tanya Astarot.

"14245852192," jawab Ryu dengan cepat.

"Oh, aku lupa, pasti di dalam helm-mu ada Display monitornya. Baiklah, aku akan bertanya lagi tentang soal sejarah. Siapakah orang yang disebut sebagai bapak komputer?"

"Huh? Bapak komputer?"

"Iya, tentu saja kamu tak akan tahu."

"Hahahaha, mudah Ryu-kun. Jawabannya adalah....," Hana ingin memberitahu Ryu tapi disela.

"Sebentar, bapak komputer? Bukannya banyak yang melabeli semuanya sebagai bapak komputer?"

"Tidak, hanya satu orang yang merintis sebuah mesin yang sangat canggih yang mampu menerjemahkan bahasa enkripsi ke dalam bahasa yang dimengerti oleh manusia," kata Astarot.

"Kamu bohong, mana ada mesin seperti itu?"

"Ada, tentu saja kamu tak akan tahu karena kamu tak sepadan dengan kecerdasanku."

"Aku tak percaya tunjukan kepadaku di mana mesinnya!?" kata Ryu ngotot.

"Tidak ada di sini!"

"Bohong, kalau tak ada bentuknya bagaimana aku bisa percaya?"

"Errrr....," Astarot mulai gusar.

Hana tertawa terbahak-bahak. Faiz menutupi wajahnya. Astarot langsung menekan sebuah remote. Di layar dinding ada sebuah monitor yang kemudian muncul sesuatu di sana.

"Searching Alan Turing, Christopher!" kata Astarot.

Kemudian di layar monitor itu muncul catatan tentang Alan Turing dan mesin yang dipakainya.

"Dari tahun 1945 – 1947, Alan tinggal di Jalan Church, Hampton. Dia menciptakan ACE (Automatic Computing Engine). ACE adalah komputer pertama yang dirancang dengan program tersimpan di dalam. ACE pertama kali dijalankan tanggal 10 Mei 1950 dan merupakan hari bersejarah dalam dunia komputer," jelas Astarot.

"OK, aku percaya. Jawabannya Alan Turing," kata Ryu sambil nyengir.

"GGRRRRRRAAAHHH!" Astarot makin marah. "Baiklah pertanyaan berikutnya, kapan sekutu mulai masuk Indonesia?"

"Setelah Jepang masuk ke Indonesia," jawab Ryu dengan enteng.

"Iya, kapaaaann!?" Astarot makin marah.

"Tahun 1945 setelah negaraku dijatuhi bom atom, kamu kira aku nggak tahu? Aku juga membaca file tentang Gnome-X dan aku membaca sedikit tentang sejarah Indonesia," ujar Ryu.

"Baiklah, kamu sudah bikin aku naik darah. Aku akan menghancurkanmu, aku akan melumatmu, aku akan mencabik-cabik tubuhmu!" ancam Astarot.

"Kakkate koi!" Ryu bersiap dengan katana Masamunenya.

Astarot kemudian menyuntikkan sesuatu ke tubuhnya dengan alat suntik yang ia bawa. Ia menyuntikkannya tepat di lengan. Setelah cairan di alat suntik itu habis ia pun melemparkannya.

"Metamorph," ujar profesor Andy.

"Apa itu Prof?" tanya Hana ketika melihat apa yang dilakukan oleh Astarot di display monitor milik Ryu.

"Ryu! Sampaikan ini kepada Astarot!" kata Profesor Andy.

Ryu mengangguk.

"Arie, kaukah itu?" tanya Ryu meneruskan kata-kata profesor Andy.

"Siapa? Bagaimana kamu tahu namaku?" tanya Astarot.

"Di sini Andy, kamu masih ingat? Aku cuma meneruskan kata-katanya saja," kata Ryu.

"Ugghh!" Astarot tiba-tiba berlutut lalu tangannya menempel di lantai. "Andy?? Profesor Andy??"

"Kenapa kamu melakukan ini Arie? Kenapa kamu gunakan metamorph?" tanya Ryu.

"Hahahahaha, lama kita tidak berjumpa. Aku tak menyangka kamu bisa bersama mereka. Aku tahu kamu pasti yang berada di balik Black Knight. Uggghh!" Astarot kemudian muntah beberapa kali.

"Arie, hentikan ini. Kamu tahu bahwa metamorph sangat berbahaya. Kamu sendiri belum pernah mencobanya ke manusia!" kata Ryu yang masih meneruskan kata-kata profesor Andy.

"Tidak, sejujurnya aku telah mencobanya ke Luke. Hehehehe, kamu tahu nanobotmu bisa menyatu dengan darahnya itu adalah ideku, hahahaha. Uggghh! Hooeek!" lagi-lagi Astarot muntah.

"Arie, jadi sampai di sinikah persahabatan kita?" tanya Profesor Andy.

"Hehehehe, aku sejak dulu menjadi rivalmu Ndi! Ingat itu! Kamu sudah berhasil dengan nanobotmu, maka biar aku tunjukkan bagaimana metamorph milikku kepadamu. Hehehehe...hhee...heehhh...!" Astarot sekarang tiba-tiba otot-otot tubuhnya mulai membesar.

Di mulai dari punggungnya membesar, kemudian bahunya, lengannya, kakinya hingga seluruh bajunya robek. Kini tubuhnya berubah, kulitnya perlahan-lahan mulai berwarna perak menyala. Lalu kepala Astarot lama-lama berubah. Mulutnya perlahan-lahan membengkak demikian juga hidungnya, kini ia mempunyai moncong. Tubuhnya benar-benar bermetamorfosis sekarang, bukan lagi manusia tetapi menjadi seekor serigala dengan tubuhnya mengkilap karena terbuat dari logam berwarna putih. Astarot yang sudah sepenuhnya berubah menjadi manusia serigala itu berdiri dengan tegap.

"Inilah metamorph. Aku sebenarnya adalah ahli genetika. Akulah yang mengembangkan virus flu kelelawar, akulah yang mengetahui anti virusnya. Aku mengembangkan metamorph ini sudah lama dan kini metamorphku telah sempurna. Aku bisa menggabungkan DNA serigala ke manusia, kemudian sebagai kejutan aku sekarang terbungkus oleh kulit Adamantium. Khukhukhukhu!"

Mata Astarot kini bukan mata manusia lagi, tapi seperti mata serigala yang menatap tajam. Kuku-kukunya yang tajam tampak mengkilap terkena cahaya lampu di dalam ruangan tempat mereka bertemu. Ada yang unik, Astarot pun memiliki ekor seperti ekor serigala, kedua kakinya tampak berotot dan terasa berat ketika menghentak. Ryu merasa dadanya berdesir, karena ia baru saja berhadapan dengan siluman serigala.

"Ryu, kalahkan Astarot!" kata profesor Andy.

"Siap prof!" ujar Ryu. "Bagaimana aku bisa menghadapinya? Adamantium? Berarti tubuhnya sama seperti Gnome-X."

"Sekarang, rasakan kekuatan dari metamorphku," ujar Astarot.

Belum sempat dia selesai bicara Astarot sudah melesat ke arah Ryu dan mengantamkan cakarnya ke arah Ryu. Ryu pun dengan cekatan menangkisnya.

TRAAANNGG!

Cakar Adamantium itu menyabet Katana Masamune, Ryu terdorong oleh kekuatan Astarot hingga ia terhempas ke belakang. Astarot mengayunkan cakarnya lagi tapi dari jarak jauh, sekali pun dari jarak jauh cakar itu bisa membelah angin hingga mengenai Ryu. Armor Zeronya pun terkena hingga bekas cakarannya bisa terlihat.

"Whaa?? Dia kuat sekali," gumam Ryu.

"Ryu-kun? Kamu tidak apa-apa?" tanya Hana.

"Tenang aja, kalau segini itu belum apa-apa. Aku pernah menghadapi yang lebih kuat daripada ini," ujar Ryu.

Ryu segera bangkit dan berlari mengitari Astarot. Astarot kemudian dengan cepat mengejarnya. Tanpa diduga Ryu bisa ditangkap dengan mudah kemudian pundaknya digigit oleh geligi Astarot yang tajam berlapiskan Adamantium tersebut.

"Arrghhh!" jerit Ryu.

Sedetik kemudian Ryu dilempar seperti mainan dengan menggunakan rahang sang serigala jadi-jadian. Armor Ryu pun mengalami kerusakan. Darahnya mengalir dari tempat gigitan yang dilakukan Astarot. Rasa nyeri yang tak terpatri langsung menjalar di tubuh Ryu. Sang samurai masih berguling-guling. Rasanya kecepatan supernya sia-sia saja karena Sang Serigala juga punya kecepatan yang sama.

"Khukhukhukhu, bagaimana rasanya? Armormu tak akan ada apa-apanya melawanku," ujar Astarot.

Ryu pun bangkit sambil memegangi pundaknya yang berdarah-darah. Ia juga bertumpu dengan katananya. Sebenarnya ia sudah cukup banyak kehilangan tenaga ketika melawan Kronos tadi, kali ini hanya sisa-sisa tenaganya saja yang ia gunakan. Walaupun begitu ia tak boleh menyerah. Ia harus menang. Dengan susah payah Ryu berdiri.

"Masa' aku tak bisa melawan dia? Paling tidak aku akan mencoba tebasan pedangku," kata Ryu dalam hati. "Dari pengalamanku, semua jurusku tak akan ada apa-apanya kalau melawan dia. Kecuali Ryuroden dan Kaze no Ryu Taiyo o Soshi Suru. Apa aku harus keluarkan itu?"

Astarot kembali menerjangnya, seolah-olah tak memberi ampun kepada Ryu. Tebasan-tebasan cakar dari sang serigala terus-menerus mendesak Ryu hingga ia terdesak. Beberapa serangannya mengenai armor Ryu bahkan kemudian merobek armor di dada Ryu. Ryu mengerang lagi. Tapi ia merasakan sesuatu yang aneh.

"Sebentar. Koq aneh ya? Ada sesuatu yang aneh," kata Ryu dalam hati. "Ya, armorku bisa dicabiknya, kenapa katana ini tidak? Seharusnya kalau memang adamantium sekuat itu, ia bisa mematahkan katanaku, kenapa tidak?"

Ryu mengamati katananya. Ada yang berbeda memang dengan katana miliknya. Logamnya terbuat dari besi baja hitam. Baja hitam yang mengkilat. Ini bukan baja biasa. Bukan logam biasa. Lalu kenapa adamantium tak bisa menembusnya? Tak bisa mematahkannya? Armornya saja yang terbuat dari besi bisa hancur karena dirobek oleh cakar Astarot kenapa dia tidak?

Sembari dia menahan serangan Astarot yang makin membabi-buta, Ryu berpikir keras.

"Ryu-kun! Apa yang kamu lakukan?!" tanya Hana. "Fokus ke musuh!"

"Dalam sejarah Jepang kenapa Masamune Date terkenal kuat dengan katananya? Semua ini karena sebab ini, katana ini bukan katana biasa. Lihatlah Hana-chan, baju armorku bisa robek oleh cakaran dari kuku adamantium miliknya, tapi kenapa katanaku bisa menahan serangannya? Apa sebabnya?" tanya Ryu.

Hana juga mengerutkan dahi, "Aku tak tahu"

"Logam yang bisa menyamai Adamantium, satu-satunya adamantium di Indonesia ini adalah dari Kura-kura Adamantaima, tapi kura-kura itu sudah punah dan bukan logam organik yang seperti aku pedang, Uhgghh!" Ryu kembali terhempas oleh serangan Astarot hingga ia bersalto di udara.

"Apa maksudmu?" tanya Hana.

"Logam ini seperti Adamantium, bahkan mungkin lebih baik. Aku juga bingung kalau misalnya saat itu Black Knight yang terbuat dari besi baja armornya bisa dikendalikan oleh Putra Nagarawan yang mana dia adalah elemental besi, kenapa dia tak mengenalikan katana milikku juga? Bukankah ia punya kemampuan untuk itu??"

"Kamu benar."

"Dan sekarang, kenapa sepertinya katanaku tak terpengaruh oleh Adamantium dan juga sang Destroyer? Hal itu berarti...."

"Ini bukan logam yang berasal dari bumi!"

"Satu-satunya yang bisa aku...hupp...hiaaaa!" Ryu menghindar dari serangan Astarot, berkelit ke kanan ke kiri lalu lari. "Satu-satunya yang bisa aku ambil kesimpulang adalah ini adalah yang disebut dengan batu bintang, kamu tahu legenda baja hitam? Logam yang dikirimkan dari langit, tak salah lagi yang aku pegang sekarang ini adalah logam dari langit. Batu bintang!"

Ryu kemudian berdiri dengan posisi tangan mengangkat pedangnya, bersiap untuk menebas. "Untuk membuktikannya, aku harus melakukan Ryuroden kepadanya."

"Ryu, bahaya!" kata Hana.

"Tak apa-apa, aku akan menggunakan Banzai Mode!" kata Ryu.

BANZAI MODE!

Seketika itu armor di tubuhnya berubah, punggungnya mengeluarkan energi roket dan kepalanya bertanduk. Tubuh Ryu sekarang lebih ringan dari biasanya. Astarot mulai maju lagi dan menerjangnya. Ia hanya butuh satu kesempatan untuk menebas Astarot, untuk membuktikan bahwa katana miliknya memang memiliki kekuatan yang luar biasa, elemen yang disebut sebagai batu bintang. Artinya Masamune Date membuat katana ini dari batu meteor.

Astarot mendekat dengan kecepatan yang luar biasa. Energinya bisa dirasakan oleh Ryu, sementara Ryu memajukan kaki kanannya, dia siap menebas Astarot dengan jurusnya. Ryuroden!

"Percuma, kamu tak akan biss.....gggyyyaaahhhh!" kata-kata Astarot terhenti ketika tebasan keras menghantam pundaknya.

Darah mengucur seperti air mancur membasahi pundak Astarot. Sang serigala jadi-jadian pun meraung kesakitan. Ia seolah-olah tak percaya katana milik si anak samurai ini bisa menebasnya.

"Hahahaha, aku bisa menebasmu," kata Ryu.

"Tak mungkin!"

"Aku juga tak menyangka. Astarot, sepertinya aku bisa mengalahkanmu."

Astarot perlahan-lahan bangkit. Darah mengucur dari luka tebasan akibat tebasan yang dilakukan oleh Ryu. Perlahan-lahan Astarot menarik nafasnya. Ia memang tak percaya akan terluka oleh tebasan pedang Ryu. Hal tersebut membuat harga dirinya yang tinggi pun hancur. Dia selama ini selalu menganggap bahwa dirinya adalah orang yang hebat, orang yang paling jenius, paling pintar dan tak ada yang bisa mengalahkan dirinya. Sejak kecil dia sudah gemar membaca buku, semua buku ia baca, hingga ia menjadi kutu buku.

Nama kecilnya adalah Arie. Di sekolah dia punya harga diri yang tak boleh direndahkan oleh siapapun. Suatu ketika ia dikerjai oleh teman-temannya seperti menaruh lem di tempat dia duduk. Arie hanya tersenyum kepada mereka sambil mengancam, "Besok kalian akan mendapatkan hal yang serupa" Teman-temannya hanya tertawa saja, sedangkan Arie hari itu merobek sendiri bajunya agar bisa lepas dari lem. Memang ia ditertawakan oleh semua orang. Guru-guru yang melihat hal itu segera menghukum si pembuat onar. Sekali pun si pembuat onar dihukum tak ada wajah penyesalan darinya. Arie pun merencanakan sesuatu yang tak kalah sadis. Besoknya ketika para pembuat onar bertemu lagi dengan Arie, dia menyemprotkan sesuatu ke baju seragam mereka semua.

"Lu semprotin gua apa nyet?" tanyanya.

"Tak apa-apa, lihat! Ini bukan cat. Anggap saja sebagai minyak wangi. Harum kan baunya?" tanya Arie.

"Hmm...benar juga," katanya.

Mereka tak curiga. Tapi Arie hanya tersenyum datar. Setelah itu sehari itu tak ada gangguan yang berarti hingga ketika pulang salah satu si pembuat onar mencoba untuk melepas baju seragamnya. Ternyata baju seragamnya telah merekat dengan kulitnya. Dia menjerit karena tak bisa melepas baju seragamnya. Sekolahan pun gempar dengan beberapa orang murid yang seragam menyatu dengan kulitnya. Mereka menuduh Arie yang melakukannya.

Arie membela dirinya, "Ada saksi mata? Kenapa kalian menuduhku? Apa kalian punya bukti yang mendukung kalian kalau aku yang melakukannya? Dengan apa aku merekatkan kalian seperti itu? Kapan aku mengusap seluruh baju kalian dengan lem?"

Mereka kebingungan untuk menjawab. "Dia menyemprotkan sesuatu ke kami tadi!"

"Silakan geledah kalau aku memang punya sesuatu itu!" kata Arie.

Karena minim bukti akhirnya Arie tidak jadi tersangka. Keempat temannya itu pun harus masuk rumah sakit guna melepaskan seragam yang merekat dengan kulit mereka. Semenjak itu Arie sangat ditakuti oleh siapapun, pemikiran psikopatnya benar-benar menakutkan. Dalam hal pelajaran ia yang paling unggul di antara semua teman-temannya. Seluruh pendidikannya mendapatkan beassiwa, bahkan ketika SMA ia sudah menyusun jurnal genetika. Dan kepintaranya itu pun menarik minat dari Putra Nagarawan.

Arie tidak pernah menganggap dirinya rendah kecuali kepada Putra Nagarawan. Karena menurut dirinya Putra Nagarawan lebih jenius, lebih pintar daripada dirinya sendiri. Putra Nagarawan juga tahu Arie bukan orang yang mudah diganggu dengan kesenangannya menyelami berbagai buku dan materi-materi ilmu yang dia kuasai. Menurutnya ia menganggapnya sebagai teman. Putra Nagarawan tak memiliki banyak teman. Dalam tanda kutip teman yang benar-benar disebut teman. Semenjak ia menjadi presiden ia menganggap semua orang yang ada di dekatnya adalah musuh kecuali Suni, Astarot dan Lucifer. Empat orang mastermind dunia kejahatan berkumpul untuk merencanakan kejahatan besar di masa depan. Agaknya kemampuan Arie yang bisa memberikan jurnal genetika membuat Putra Nagarawan memberikan dia satu misi khusus.

"Aku tertarik kepada penelitianmu tentang virus, aku ingin kamu membuat sebuah virus yang sangat mematikan," kata Putra Nagarawan saat itu.

"Anda nggak bercanda kan?" tanya Arie.

"Tidak, bahkan kalau kamu butuh banyak uang aku akan menyerahkannya kepadamu, berapapun," kata Putra Nagarawan.

Arie berpikir sejenak. Ia mengeluarkan sebuah cairan di botol reaksi yang ditutup.

"Apa itu?" tanya Putra Nagarawan.

"Ini adalah cairan metamorph, belum sempurna. Kalau misalnya engkau bisa membantuku untuk menyempurnakannya apapun akan aku lakukan," jawab Arie.

"Hoo? Kamu tak ingin uang?" tanya Putra Nagarawan.

"Bagiku tidak ada yang menggangguku dalam urusanku itu sudah cukup bagiku, bagiku uang tak ada artinya," jawab Arie.

Jadilah kemudian kesepakatan yang mengerikan antara Arie dan Putra Nagarawan. Sebuah kesepakatan di mana Arie akan menyempurnakan penelitiannya hingga kemudian dia harus membuat virus flu kelelawar yang anti virusnya dikuasai oleh dirinya. Bagi dirinya, pekerjaannya itu adalah pekerjaan impian. Seluruh biaya pendidikan Putra Nagarawan yang membiayai, hingga Arie bertemu dengan Andy. Mereka menjadi sahabat, tapi sahabat bagi Arie bukanlah sahabat yang sesungguhnya asalkan tak ada seorang pun mengganggu dia dengan hasil penelitiannya. Nama Astarot sendiri kemudian disematkannya ia merasa nama itu lebih keren dari nama apapun, nama julukan seorang iblis yang keluar dari neraka. Iblis teman dari Lucifer. Sedangkan adiknya Luke memakai nama Lucifer.

Tentu saja untuk membuat penelitian tentang virus flu kelelawar ia tak bisa melakukannya di Indonesia. Akhirnya negara yang ia pilih adalah negara-negara miskin di benua Afrika. Dia sebarkan wabah hingga penduduk satu kampung tewas semua. Setiap Astaro melangkah selalu ada kematian, hingga ia pun akhirnya menyebarkan wabah itu di perkampungan suku Kurdi. Hampir semua orang suku Kurdi tewas karena wabah itu, sedangkan yang lainnya tewas karena konflik yang berkepanjangan.

Astarot melihat Ryu Matsumoto seperti seekor kecoa. Kecoa yang sangat menyebalkan. Kecoa yang bisa bersembunyi di tempat-tempat sempit, makan dari sisa-sisa makanan manusia, dan kemudian akan menemui ajal karena semprotan obat serangga atau digencet dengan buku-buku tebal atau oleh sepatu. Otak kecoa itu kecil, kecil sehingga ia tak akan mampu berpikir seberat yang dipikirkan oleh Astarot. Kecil, karena ia tak memiliki Metamorph seperti dirinya. Dan kali ini harga diri Astarot telah diinjak dengan berhasilnya sang samurai kecil menebas pundak Astarot. Pundak yang seharusnya tak bisa ditebas karena berlapis Adamantium, tapi dia tak menyangka bahwa katana Ryu sanggup melakukannya. Dan dia pun menduga bahwa logam yang dipakainya bukan logam biasa. Satu-satunya unsur yang bisa mengalahkan Adamantium, adalah unsur yang tidak berasal dari bumi.

"Katana itu.., pasti tidak terbuat dari unsur yang ada di bumi," kata Astarot.

"Kamu benar," jawab Ryu.

"Khukhukhukhu. Seumur hidupku aku tak pernah menganggap orang lain lebih baik dariku. Seperti sekarang ini, aku menganggapmu seperti kecoa yang hidup di tempat-tempat kotor. Yang takdirnya tak lebih hanya untuk kematiannya yang mengenaskan seperti diinjak ataupun disemprot dengan semprotan serangga," ujar Astarot. "Bagiku, kamu tak lebih daripada itu. Aku akan cukupkan hari ini dengan kemampuanku yang sesungguhnya. Kamu akan lihat mimpi buruk, Ryu!"

Ryu sudah bersiap dengan kuda-kudanya. Dari tubuh Astarot muncul uap yang mengepul seperti lokomotif. Ryu tak mengerti apa yang terjadi.

"GROOOAAAAHHHH!" Astarot menjerit. Tubuhnya makin membesar sekali pun begitu darah masih menetes saja dari luka tebasannya. Ryu tak punya banyak waktu lagi untuk meladeni si psikopat ini karena waktu Banzai Mode-nya makin menipis.

"Ryu, kamu harus mengalahkannya!" kata Hana.

"Ya, aku mengerti," kata Ryu.

"Khukhukhu, ternyata hanya bisa sampai sini saja," kata Astarot. Tingginya sekarang empat kali tinggi Ryu.

DUAASSHHHH!

Tiba-tiba dalam kecepatan yang luar biasa Astarot sudah mengempaskan Ryu hingga menghantam tembok. Tak hanya itu Astarot mengibaskan cakar-cakarnya dan cakar-cakar itu seperti membentuk sebuah garis panjang, sebuah siluet berwarna keperakan yang mencabik-cabik tubuh Zero. Zero belum sempat bertindak cakaran-cakaran yang membelah angin itu merusakkan armornya.

"Ryuuuu!" Hana menjerit.

Zero segera menghindar, tapi belum sempat ia beranjak cakaran-cakaran tadi seolah-olah tak ada habisnya mengenai dirinya. Astarot makin menggila Ryu pun tak ada pilihan lain. Baju Armornya robek di sana-sini. Mungkinkah Astarot mengeluarkan seluruh kemampuannya saat ini. Ryu harus melakukan satu jurus. Kaze no Ryu Taiyo o Soshi Suru.

Dia kemudian berlari mengitari Astarot dengan kecepatan yang luar biasa. Astarot kemudian berusaha menangkapnya, tapi Ryu berhasil meloloskan diri. Ryu kemudian menebaskan lagi katananya. Astarot pun kini seperti dikelilingi oleh Zero dengan kecepatan tinggi. Sementara itu tubuhnya dicabik-cabik oleh Ryu. Tebasan memutar membuat Astarot merasa Adamantiumnya terpotong. Ryu tak bisa berhenti sampai lawannya jatuh, akibatnya dia terus berputar mengitari Astarot hingga akhirnya Banzai Modenya habis dan Astarot mampu memukulnya hingga ia terhempas ke tembok. Ryu lalu ambruk. Kepalanya sangat pusing. Sementara Astarot berusaha menutupi darah yang mengucur di sepanjang perut hingga punggungnya.

"Agghhkk! Tidak! Tidak! Agghhkk!" Astarot terus meraung-raung. Darah mengucur seperti air mancur, ia tak menyangka akan bisa dikalahkan oleh bocah ingusan.

"Aku...aku tak akan dikalahkan oleh anak ingusan...aagghhh!"

Ryu nafasnya terengah-engah. Ia tak tahu apa yang terjadi dengan Astarot. Baju tempurnya sudah tak berbentuk lagi bahkan luka-lukanya sampai ke dalam mengakibatkan darah membasahi bajunya. Astarot pun tumbang dengan tubuh terpotong menjadi dua. Lambat laun tubuhnya kembali lagi menjadi manusia.

Pesta darah, mungkin itulah yang bisa digambarkan keadaan ruangan tempat mereka bertarung. Di seluruh ruangan tampak darah Astarot yang memancar ke mana-mana.

"Ryu! Ryu-kun! Ryuuuu!" Hana menjerit sekencang-kencangnya.

Tiba-tiba dari pintu terbuka. Tampak seseorang masuk dengan berjalan sempoyongan. Dia tampak kelelahan namun ia tadi melihat apa yang terjadi. Dia dari tadi menyaksikan pertarungan antara Astarot dan Ryu. Dia adalah Faiz Hendrajaya. Dia kemudian menghampiri Ryu yang tak punya tenaga lagi. Ryu menoleh ke arah lelaki tua yang sedang membopong tubuh sang istri tersebut.

"Faiz Hendrajaya??" gumam Ryu.

Faiz meletakkan tubuh istrinya di sebelah Ryu, kemudian mengambil pedang yang ada di tangan Ryu.

"Aku titipkan istriku bersamamu dan aku pinjam pedangmu," kata Faiz.

"Kakek? Kakek?! Itu kakek!" seru Hana ketika melihat dari display monitor milik Zero.

"Papa! Kenapa papa ada di sana? Dan itu...? Oh tidak, itu bunda Iskha!" kata Faiz junior yang juga melihat itu.

Tiba-tiba air mata keluar dari mata Hana. "Apa yang terjadi dengan nenek Iskha pa? Kenapa kakek bisa membawanya?"

"Aku tak tahu," kata Faiz junior.

Faiz Hendrajaya kemudian berjalan meninggalkan Ryu sambil membawa katana Masamune miliknya. Ryu kemudian melepas armor Zeronya. Ia kini dalam keadaan manusia biasa, tapi masih tak bisa berdiri. Ia pun merayap memeriksa denyut nadi Iskha. Ia pun terkejut.

"Gomen Hana-chan, oba-chan... sudah tiada," kata Ryu.

"Tidaaakk!" Hana menjerit. Ia langsung memeluk Faiz junior.

Ryu hanya bisa berbaring tengkurap sekarang berada di sebelah sang legenda Iskha yang sudah tak bernyawa. "Hana-chan. Aku kehabisan tenaga, maafkan aku...."

Ryu akhirnya pingsan karena kehabisan tenaga.

"Ryu! Ryu-kun! Ryuuuuu!"

Paling tidak Ryu telah mengalahkan seseorang yang sangat kuat hari ini. Seseorang yang menganggap dirinya sebagai tuhan. Ya, bagaimana tidak menganggap dirinya sebagai tuhan? Dia dengan mudahnya mempermainkan hidup nyawa manusia. Seorang psikopat jenius, yang harus tumbang oleh kecerobohan dirinya. Sang Samurai Boy terkapar, tak sadar, gelap, ia kehabisan tenaga. Semoga saja Han-Jeong dan Yuda bisa menuntaskan segalanya.

(bersambung....)
 
Begadang baca novel judulnya Vanish karya Daniele Steel. Keren ceritanya.
Genre Psikologi Thirller. Habis itu nulis ini cerita. Gak terasa aja udah pagi :D
 
wahh... ini PN matinya pake katana ya om?? jgn" pake jurus Hiten Mitsurugi pula nih...
tp siapa yg bs pake jurus itu ya... moso faiz senior sih xixixixixi
 
hahahaha lucu banget
si ryu oon nya hampir mirip sama Herp di meme comic :v
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd