Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My HEROINE [by Arczre]

Siapakah Tokoh yang Paling disuka?

  • Jung Han Jeong

  • Yuda Zulkarnain

  • Hana Fadeva Hendrajaya

  • Ryu Matsumoto

  • Azkiya a.k.a Brooke

  • Rina Takeda

  • Jung Ji Moon

  • Ray

  • Astarot

  • Putra Nagarawan


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Bimabet
Ane masih ke Rumah Sakit kayaknya blm bisa update. Ada sanak famili yang sakit.

Ane kasih judulnya aja yah. :p

BAB XIV: Three Lovers
BAB XV: Snow On The Tropic Island
BAB XVI: ATTACK part I

Tapi kayaknya cuma bisa posting 2 bab.
 
Ane masih ke Rumah Sakit kayaknya blm bisa update. Ada sanak famili yang sakit.

Ane kasih judulnya aja yah. :p

BAB XIV: Three Lovers
BAB XV: Snow On The Tropic Island
BAB XVI: ATTACK part I

Tapi kayaknya cuma bisa posting 2 bab.

moga lekas sembuh
 
Ane masih ke Rumah Sakit kayaknya blm bisa update. Ada sanak famili yang sakit.

Ane kasih judulnya aja yah. :p

BAB XIV: Three Lovers
BAB XV: Snow On The Tropic Island
BAB XVI: ATTACK part I

Tapi kayaknya cuma bisa posting 2 bab.

semoga yg sakit d berikan kesembuhan secepatnya..semoga yg ngejenguk d limpahkan barokah kesehatan dan kesenangan dunia akhirat,biar bisa tetap updet guna menghibur para WN
Semprot..amiinn..:Peace:
 
wow....
just wow..

salut arczre
saya baca hampir semua cerita ente

hebat bisa bagi waktu antara RL sama forum.. :semangat:

btw ini post pertama saya ternyata..
hahaha

tetap semangat yah.
tetap ditunggu cerita2 nya..
 
Ane masih ke Rumah Sakit kayaknya blm bisa update. Ada sanak famili yang sakit.

Ane kasih judulnya aja yah. :p

BAB XIV: Three Lovers
BAB XV: Snow On The Tropic Island
BAB XVI: ATTACK part I

Tapi kayaknya cuma bisa posting 2 bab.

wah semoga cepet sembuh itu gan
btw thanks buat infonya
 
ketinggalan :baca: updatenya suhu archi...smoga familynya cepat sembuh ya suhu... dan suhu archi selalu diberi kesehatan...
 
masih di rumah sakit nih. Kondisinya tadi malem ngedrop. Jadi blm bisa update. mohon maaf.

:ampun:
 
masih di rumah sakit nih. Kondisinya tadi malem ngedrop. Jadi blm bisa update. mohon maaf.

:ampun:


It's ok mas bro.. yang penting sehat dahulu.
 
:mancing: semoga segala urusan rl nya bang arci lancar semua,biar updetenya pun jd lncar..ayo semngat bang rl diutamakan dulu.
 
BAB XIV: THREE LOVERS

1fd9a1382649111.jpg



Malam makin larut. Suara jangkrik nyaring memecah keheningan. Di salah satu sudut rumah joglo di lereng Gunung Tangkuban Perahu tampak Yuda bersandar di salah satu sudut kamar. Tidaklah aneh seorang pemuda tidur di kamarnya, yang aneh adalah dua makhluk cantik yang nemplok di dadanya. Mereka bertiga memakai selimut tebal untuk melawan hawa dingin yang menyeruak masuk melalui celah-celah dinding yang terbuat dari kayu. Kabut pun mulai turun dan jarak pandang di gunung itu tinggal lima meter. Angin gunung berhembus membuat berisik dedaunan yang bergesekan.

Yuda lega melihat wajah kedua kekasihnya kini sudah tenang. Dia awalnya tak bisa berpikir apa yang sebenarnya terjadi. Terlebih melihat Azkiya yang kini hidup sebatang kara. Dia tak bisa membiarkan Azkiya yang merana ini harus sengsara lagi karena tak mendapatkan cintanya, tak mendapatkan apa-apa. Sedangkan dirinya sangat mencintai Han-Jeong. Pantaslah Han-Jeong disebut sebagai seorang superhero. Dia mau mengorbankan separuh hatinya untuk Azkiya. Kini kedua makhluk cantik ini saling menggenggam tangan tertidur di dadanya. Yuda mengusap rambut keduanya, satu rambutnya lurus, satunya agak berombak.

Tidak, kalau kalian pikir Yuda adalah orang yang menggunakan kesempatan ini maka kalian salah. Yuda bukan orang yang seperti itu. Pikirannya sekarang masih kacau. Kacau karena dia tak menyangka akan menjadi seperti ini hubungan asmaranya dengan Han-Jeong. Kacau karena kesalahannya yang memberikan kesempatan Azkiya untuk mencintainya. Kini kedua bidadari itu bagaikan tidur di atas kasur yang empuk, saling berpegangan seolah-olah tak ingin Yuda pergi. Ada perasaan lain di dalam hati Yuda ketika melihat senyum Han-Jeong. Gadis berdarah campuran Korea Indonesia itu memberikan ekspresi yang lain. Eskpresi di mana dia tersenyum seperti seorang yang lega telah melakukan sesuatu. Ekspresi senyum dalam tidur yang sangat langka. Yuda baru melihat Han-Jeong seperti itu. Wajah imut Han-Jeong membuatnya makin mencintai kekasihnya itu.

Sementara itu, Azkiya. Tertidur dengan pulas. Azkiya pasti lelah hari ini, lelah lahir batin. Dia lelah karena telah berjuang untuk ibunya selama ini. Demi ibu yang disayanginya dia harus melakukan pekerjaan sebagai seorang assasin. Sekarang ibunya telah tiada, dia sangat bersedih. Bahkan mungkin dia terluka melihat Yuda bisa bersama dengan Han-Jeong lagi. Ketika malam ini dia dipaksa Han-Jeong untuk menjadi kekasihnya juga, hal itu sepertinya tak ia terima. Tapi Han-Jeong menggenggam erat tangan Azkiya, seolah-olah Han-Jeong berkata, "Tak apa-apa, ayo kita berikan cinta kita kepadanya."

Memikirkan sikap mereka berdua membuat Yuda tak mampu lagi menahan air matanya. Ia juga kehilangan ayahnya, tapi bersamaan itu dia sekarang mempunyai dua kekasih yang rela bersama dengan dirinya saat ini. Yuda pun akhirnya mendekap keduanya, memberikan kehangatan di malam yang dingin menusuk di lereng Gunung yang menjadi legenda Dayang Sumbi dan Sangkuriang ini.

Mungkin karena dekapannya terlalu erat sehingga membuat Azkiya terbangun. Matanya terbuka dan mendapati Yuda yang melihat ke arahnya. Jantungnya berdebar-debar melihat mata kekasihnya itu, seakan mata itu benar-benar langsung menyentuh sanubarinya yang paling dalam.

"Kamu tak apa-apa?" tanya Azkiya.

"Tak apa-apa, hanya saja perasaanku tak menentu sekarang ini," jawab Yuda.

"Han-Jeong tidur?"

"Dia kalau tidur susah untuk bangun"

"Aku jadi bingung sekarang. Melihat kamu, Han-Jeong dan kita bersama seperti ini. Bukankah ini adalah hal yang aneh? Kenapa kamu tak membiarkanku pergi saja?"

"Kenapa kamu ingin pergi?"

"Aku rasanya tak ingin melihat kalian seperti ini, tapi untuk pergi pun rasanya sekarang ini tidak mungkin. Han-Jeong menggenggam erat tanganku. Aku tak pernah mengerti kenapa kita bisa bertemu dalam keadaan seperti ini? Seharusnya aku dulu tidak menolongmu, Yud."

"Kamu tahu yang dinamakan dengan takdir? Ini semua sudah terjadi. Dan ketahuilah aku mencintaimu sama seperti aku mencintai Han-Jeong. Aku tak ingin menyakiti dirinya, sebagaimana aku menyakiti dirimu. Engkau telah banyak kehilangan, aku tak ingin engkau kehilangan diriku. Jadi, tinggallah di dalam hatiku sekarang. Terlebih lagi Han-Jeong telah memberikan tempatnya untukmu."

"Yuda..." Azkiya menaikkan wajahnya dan Yuda pun mencium bibirnya. Kehangatan mulai menjalar di tubuh Azkiya. Yuda is a good kisser. Dia tak pernah dicium oleh seorang lelaki sebagaimana Yuda menciumnya. Setiap Yuda menciumnya, pasti lidahnya dihisap seperti permen. Itulah yang dia sukai dari Yuda. Dan rasanya ia tak ingin pergi untuk menikmati ciuman lelaki ini. Lelaki yang telah memberinya kehidupan baru, lepas dari dendam orang tuanya, lepas dari segala statusnya yang disebut sebagai seorang pembunuh. Hanya lelaki inilah yang mau menerimanya, yang mampu memberikannya kehidupan.

Azkiya kemudian mencium pipi Han-Jeong, "Mulai sekarang aku akan memanggilmu sebagai kakakku, gadis Korea."

Azkiya pun melanjutkan tidurnya. Kabut masih tebal ketika mereka terlelap malam itu. Alunan nyanyian lagu binatang malam kembali terdengar. Menyisakan suara merdu penghantar tidur. Bukan saja malam itu menjadi hangat dengan keberadaan mereka bertiga. Malam itu adalah lahirnya tiga pecinta. Yang mana ketiganya mencintai satu sama lain, bahkan mungkin tak pernah ada para pecinta seperti mereka.

Pagi menjelang. Han-Jeong dan Azkiya sudah tidak ada di dekapannya lagi. Yuda pun bangun. Dia lalu keluar dari kamar. Tampak Han-Jeong dan Azkiya berada di depan makam gurunya dan ibunya Azkiya yang memang dikubur tidak jauh dari rumah. Yuda menghampiri mereka. Melihat Yuda, keduanya berdiri.

"Besok adalah hari penentuan," kata Yuda. "Rencana penyerangannya adalah besok."

"Rencana penyerangan? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Azkiya. "Selama aku tidak sadar, aku tak tahu apa yang terjadi"

"Banyak yang terjadi, kamu mungkin tak akan percaya bahwa presiden kita sekarang menguasai dunia dan Indonesia menjadi negara powerful," jelas Yuda.

"Benarkah?" tanya Azkiya.

"Iya, benar," kata Han-Jeong. "Kakekku pun sekarang sedang ditahan olehnya, tanpa alasan yang jelas."

"Sebenarnya apa yang diinginkan oleh Putra Nagarawan?" tanya Azkiya.

"Itulah yang ingin kita ketahui. Besok kita akan menggempur Jakarta, kita akan berhadapan langsung dengan orang itu. Kita akan menggunakan semua kekuatan yang ada, semua rakyat bersatu untuk melawannya," lanjut Han-Jeong.

"Aku ingin kamu bersama ibuku di sini," kata Yuda.

"Tidak, ijinkan aku ikut bersama kalian," kata Azkiya.

Yuda menggeleng. "Kamu di sini bersama ibuku!"

"Tapi Yud!"

Han-Jeong memegang kedua pundak Azkiya, "Saat ini lebih baik kamu di sini. Tunggu kami, jaga calon mertuamu!"

"Tapi...," Azkiya ingin menyanggah tapi Yuda sudah menempelkan bibirnya ke bibir Azkiya. Azkiya terkejut tentu saja. Terlebih Han-Jeong. Yuda melakukannya secara tiba-tiba hingga membuat Azkiya tak bisa bernafas. Dadanya berdegup kencang melebihi orang yang lari marathon.

Setelah itu Yuda berkata, "Kamu harus di sini! Aku tak mau kehilanganmu lagi. Jung, ayo!"

"Gnome Change!"

"Black Knight Change!"

Keduanya berubah ke armor mereka masing-masing. Cahaya putih menyelimuti Yuda hingga ia akhirnya menjadi Gnome-X. Han-Jeong pun dengan nanobot-nanobotnya yang keluar dari beltnya menyulam membentuk sebuah serat logam dari sekedar benang dan sulur-sulur hingga akhirnya menjadi armor yang sempurna. Yuda langsung mendekap Azkiya yang masih terbengong akibat ulahnya tadi. Yuda juga menggenggam tangan Han-Jeong.

"Kita akan hadapi ini bersama-sama sampai akhir," kata Yuda.

Dalam hitungan detik dari punggung Gnome-X dan Black Knight muncul sepasang sayap. Bentuknya berbeda. Gnome-X muncul seperti sayap seekor burung. Sedangkan Black Knight sayapnya seperti capung. Dua manusia berarmor keren itu pun melesat ke udara, terbang turun ke bawah menuju tempat di mana ibunya Yuda berada di sana. Gnome-X mendekap Azkiya dengan erat agar tak jatuh dan menggandeng Black Knight.

Tak berapa lama kemudian mereka pun sampai. Ketiganya mendarat pelan dan mulus hingga menapakkan kaki mereka di atas tanah. Seorang wanita yang kelihatan masih muda keluar dari dalam rumah.

"Yuda?" sapanya. "Lho, sama Han-Jeong? Sama siapa lagi ini?"

Azkiya berjalan menghampiri Ibunya Yuda itu. Yuda melepaskan helm Gnome-Xnya. Dia menghampiri ibunya lalu memeluknya. Sang ibu pun membalas pelukannya. Han-Jeong juga melepas helm Black Knightnya.

"Ada apa ini?" tanyanya.

"Ada yang terjadi dengan ayah," kata Yuda.

"Ibu tahu," kata Riska, ibunya Yuda.

Yuda melepaskan pelukannya. "Ibu tahu?"

Riska kemudian tersenyum, "Sebelum ini ada seorang wanita datang kemari dan bertanya keberadaan ayahmu. Ayahmu sudah tahu dia akan datang. Dia adalah dulu yang bertarung dengan ayahmu terakhir kali. Ayahmu tahu ini adalah akhir dari hidupnya. Dia berpesan 'Akan hidup sebagai pendekar dan akan mati sebagai pendekar'"

"Jadi, ibuku ke sini terlebih dulu?" tanya Azkiya.

"Siapa namamu cah ayu?" tanya Riska.

"Azkiya, aku adalah anak wanita yang datang ke sini," jawab Azkiya.

"Jadi ayah benar-benar telah tahu bahwa saatnya telah tiba? Dan ini menjadi pertarungan terakhirnya?"

Riska mengangguk. "Kalau engkau menemukan ayahmu sudah tiada,...." Riska tak mampu membendung kesedihannya lagi. Ia pun terisak menitikkan air mata "Berarti ia telah menemukan lawan tandingnya selama ini"

"Iya, aku bisa melihat itu ibu, beliau mati dengan tersenyum," jawab Yuda.

"Kalian sekarang akan pergi? Apakah alasan ini kalian menemuiku?" tanya Riska.

"Iya, bu. Itu salah satu alasan kami kemari. Aku ingin minta restu ibu, orang yang melahirkanku selama ini, mendidikku hingga menjadi kuat seperti sekarang," jawab Yuda. Dia pun mencium kening ibunya.

"Iya, pergilah! Ibu hanya bisa berdo'a buat kalian," kata Riska.

"Yuda, juga ingin titip kepada ibu. Dia akan melindungi ibu selama aku pergi. Aku tak tahu apakah aku akan kembali atau tidak, tapi aku yakin aku pasti kembali. Aku tak yakin apakah aku bisa mengalahkan Putra Nagarawan. Dia benar-benar kuat, kalau misalnya saja aku tak kembali....," bibir Yuda ditutup oleh telapak tangan Riska.

"Kamu harus kembali. Ibu akan berdo'a untukmu. Anakku tak boleh mati, do'a ibu menyertaimu dan do'a ibu akan dikabulkan oleh Yang Kuasa," kata Riska.

Yuda mengangguk.

"Han-Jeong, jaga Yuda. Bantu dia!" kata Riska.

"Siap tante," jawab Han-Jeong.

"Dan kamu?" Riska menoleh ke arah Azkiya.

"Jaga dia ya bu, dia juga calon mantu ibu," kata Yuda.

"Hah?" Riska kaget.

"Ceritanya panjang, Azkiya bisa menjelaskannya nanti," kata Yuda sambil tersenyum.

Han-Jeong maju dan membisikkan sesuatu ke telinga Riska. Agak lama Han-Jeong membisikkannya, Riska menegakkan alisnya. Dia lalu tertawa. Han-Jeong tersenyum nyengir.

"Ya ampuuunn...," Riska tak mampu menahan tawa.

"Udah ya tante kita harus pergi. Ayo Yud!" Han-Jeong menepuk pundak Yuda.

Yuda heran, "Kamu bisikin ama ke ibuku?"

"Ada deh! Kalau mau tahu kejar aku!" Han-Jeong menutup helmnya lagi kemudian melompat ke udara meninggalkan Yuda.

"Hei tunggu! Maaf bu, aku pergi dulu. Terima kasih untuk semuanya," Yuda kemudian melompat ke udara mengejar Han-Jeong.

"Dasaaarr, anak ibu emang jagoan! Hahahahahahaha" suara tawa Riska sesaat menandakan ia tak lagi bersedih.

Yuda makin penasaran apa sih yang dibisikkan Han-Jeong kepada ibunya. Dengan armor Gnome-X-nya ia pun mengejar Han-Jeong. Han-Jeong berbelok tidak menuju ke Jakarta. Yuda mengejarnya mengikuti kemana Han-Jeong terbang.

"Hei, gadis sombong. Mentang-mentang udah bisa terbang!" kata Yuda.

"Kejar aku!" seru Han-Jeong.

Gnome-X mengejar Black Knight di atas Laut Jawa. Black Knight terbang merendah hingga seolah-olah ia seperti membelah air laut. Gnome-X bisa menyusulnya dan langsung menangkap Black Knight, mereka pun melesat ke atas menembus awan berputar-putar terbang di antara awan. Di atas awan mereka seperti berada di atas lautan kapas. Han-Jeong melepaskan helmnya, sehingga rambutnya berkibar terkena angin. Yuda juga demikian.

"Jadi, apa yang kamu bisikkan ke ibuku?" tanya Yuda sambil memeluk pinggang Han-Jeong.

"Mau tahu, apa mau tahu bangeeet??"

"Banget"

"Hihihihi, aku tadi bilang, 'habis ini tante bakal punya dua menantu, tenang aja keduanya bule lumayan buat perbaikan keturunan'. Hahahahahaha"

"Eh, ngeledek ini ceritanya?"

"Iya, kamukan jelek"

"Jelek? Kalau jelek kenapa suka aku?"

"Entahlah,...mungkin karena ciumanmu maut"

"Mau?"

"Hmmmm...mau nggak ya?"

"Ya udah deh, nggak dikasih. Buat Azkiya saja"

"Yudaaaaa!" Han-Jeong cemberut.

Sejurus kemudian Yuda sudah memagut Han-Jeong. Keduanya berciuman di atas lautan awan yang sepertinya tak bertepi. Han-Jeong memeluk Yuda dengan melingkarkan tangannya di leher Yuda. Pemandangan yang digambarkan sekarang ini seperti dua malaikat yang berdekatan dengan sayapnya lebar terbang di antara lautan awan.

"Aku tak pernah mencintai seseorang seperti ini. Berjanjilah, jaga kami berdua," kata Han-Jeong.

"Apa aku punya pilihan lain?" kata Yuda. "Kita bersama-sama menghadapi ini semua. Apapun yang terjadi kamu tetaplah menjadi My Heroine!"

Akhirnya mereka berdua pun berciuman lagi. Tiga orang yang saling mencinta. Yuda, Han-Jeong dan Azkiya. Akankah cinta mereka akan abadi seperti Faiz Hendrajaya? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Yuda dan Han-Jeong kembali terbang menembus awan. Mungkin tingkah mereka agak kekanakan dengan bermain-main di antara awan, berputar-putar, menyelam di antara awan, kejar-kejaran. Siapapun yang bisa terbang pasti akan melakukan hal yang serupa. Yuda merasakan wajahnya ditampar oleh gumpalan awan. Han-Jeong pun kemudian berputar-putar seperti spiral menembus awan hingga kemudian terbang turun ke bawah.

Keduanya meninggalkan garis seperti bekas roket yang keluar dari sebuah pesawat jet. Dari atas mereka bsia melihat semua bentuk tatanan kota yang berantakan. Beberapa tempat tampak ada kepulan asap berwarna hitam. Beberapa perlawanan di daerah-daerah memang telah berakhir. Tinggal Jakarta saja sebenarnya yang masih tersimpan kekuatan besar. Para Titan dan sisa-sisa robot masih hidup di sana. Sebuah kekuatan besar seolah-olah melindungi ibu kota Indonesia ini dari segala hal.


********************** My Heroine *******************


Bagai bunga sakura yang jatuh tertiup angin. Tidak ada artinya ketika bunga itu jatuh ke tanah kemudian kering dan tertiup angin. Faiz terus membelai rambut Iskha di dalam tahanan. Dia berkali-kali menciumi bibir istrinya yang sudah tak bernyawa itu. Dia berkali-kali menyanyikan lagu favoritnya. Lagu favoritnya yang membuat ia harus kembali dari luar negeri untuk melamar istrinya itu.

Dia masih ingat bagaimana dia melamar Iskha di depan umum. Di sebuah konser. Dia memberikan kejutan yang luar biasa yang tak pernah terpikirkan oleh Iskha. Perjuangannya selama itu untuk mendapatkan Iskha, mulai dari konflik dengan saudaranya Pandu, sampai kemudian Putri, lalu Vira, hingga akhirnya mereka bersatu. Faiz terus mendekap tubuh istrinya itu sambil sesekali menciuminya, seolah-olah istrinya masih hidup.

"Kita akan keluar sayang, kita akan keluar, kamu bisa bertemu dengan Hiro lagi, bertemu dengan Rara. Bertemu dengan Han-Jeong. Kamu lelah kan? Tidurlah dulu, nanti aku bangunkan. Iskhaa....jangan tinggalkan aku....! Kamu sudah berjanji kita tiga pecinta akan hidup bersama selamanya. Aku, kamu, Vira. Ya, kita tak boleh terpisahkan. Kamu sudah janji kepadaku, kenapa harus kamu yang pergi dulu??" Faiz menangis lagi.

GROOOOOOOOOONNNNGGGGGGGG! terdengar suara auman yang membuat bulu kuduk merinding. Seketika itu tiba-tiba fasilitas tempat Faiz ditahan itu pun bergetar.

Tidak hanya di sana, tapi semua yang berada di Jakarta merasakannya. Sesuatu dari dalam tanah mulai bangkit. Ia kesal, ia ingin bisa menghancurkan dan memakan semua yang ada di atas bumi.

Faiz menatap tajam ke arah pintu. Dia pun bersumpah, "Aku akan membunuhmu Putra Nagarawan. Aku akan membunuhmu"


********************** My Heroine *******************


Ryu menyeret tubuh seorang mayat pembunuh bayaran salah satu pasukan Putra Nagarawan yang telah ia kalahkan. Dia bersama beberapa prajurit menumpuk mayat-mayat itu jadi satu. Moon dan Hiro melemparkan satu mayat ke atas tumpukan mayat lainnya. Devita juga tampak kelelahan setelah bertempur beberapa lamanya. Tentunya kemampuan prajurit TNI tak perlu diragukan lagi, lagipula kebanyakan yang ada di rumah itu adalah para pasukan khusus. Mereka terdiri dari anggota KOPASUS, MARINIR dan juga KOSTRAD. Devita juga menggeret beberapa mayat dan melemparkannya.

Halaman rumah Vira jadi penuh tumpukan mayat. Faiz junior mengawasi semua orang dari jendela. Tampak profesor Andy sedang mengutak-atik laptopnya. Dia mengamati blueprint dari hypersuit yang dipakai oleh salah satu pasukan dari Putra Nagarawan.

"HUaaahhh...sibuknya," kata Devita.

Tampak Hana sedang bersama Faiz junior ikut menyaksikan bagaimana orang-orang bergotong royong setelah kemarin bertempur. Hana menyaksikan Ryu dari jauh. Untunglah pasukan kiriman Presiden itu bisa dikalahkan terlebih lagi kekuatan mereka bertambah ketika ada orang aneh datang.

Pertama Rex, siapa Rex ini? Seorang yang bisa membuat perisai dengan apapun. Orang ini pertama kali langsung membantu Ryu dan kawan-kawan. Kemudian Finix, orang yang bisa menggunakan kekuatan api. Lalu, ada dua orang misterius yang bisa mengendalikan tanah dan air. Mereka adalah Andre dan Puri. Seorang lagi elemental angin, teman Andre dan Puri yaitu Alex. Yang berikutnya adalah Tim, elemental api. Yang terakhir seseorang yang bersenjatakan panah. Dia mampu melumpuhkan banyak musuh dengan panahnya. Ia menjuluki dirinya Dark Shadow. Dengan bantuan seperti itu kekuatan para pemberontak bertambah.

"Perkenalkan namaku Rex," kata Rex. "Kamu siapa?"

"Ryu Matsumoto," jawab Ryu.

Rex buru-buru mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana.

"Kamu kenapa?" tanya Ryu.

"Aku sering lupa. Jadi kamu salah satu pemberontak?" lanjut Rex.

"Begitulah," jawab Ryu.

"Hai, salam kenal. Aku Andre," kata Andre sambil menjabat tangan Ryu. "Ini istriku Puri"

"Ryu Matsumoto," jawab Ryu. "Bagaimana kalian bisa melakukan itu tadi? Mengendalikan tanah. Aku tak pernah menyaksikan orang yang punya kemampuan seperti itu!"

"Kita hidup di generasi yang berbeda, dulu waktu kami muda banyak para elemental seperti kami. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Lawan kalian bukan orang sembarangan. Kami baru menyadari kalau Putra Nagarawan adalah seorang Destroyer," kata Puri.

"Apa itu Destroyer?" celetuk Dark Shadow, yang tiba-tiba muncul.

Andre kemudian menjelaskan secara singkat tentang Elemental, Balancer, Creator, Mist dan Destroyer. Semua yang ikut nimbrung dengan mereka mendengarkan dengan seksama. Alex dan Tim akhirnya ikut nimbrung. Demikian juga Jung Ji-Moon serta Hiro, juga Devita. Andre dan Puri menceritakan petualangan mereka ketika muda berperang dengan ATFIP serta Destroyer bernama Thomas Van Bosch.

"Benarkah itu? Damn. Aku tak pernah tahu kalau presiden kita seorang Destroyer," gumam Ryu.

"Satu-satunya Creator sekarang ini adalah Ray, sahabat kami. Ia juga kami anggap sebagai saudara. Sekarang sedang menyepi di Pulau Karimun Jawa," ujar Alex.

"Mengingat kembali masa-masa itu, rasanya rindu sekali," kata Tim.

"Bicara soal Ray, kami telah bertemu dengannya," kata Jung Ji-Moon. "Kami meminta bantuannya beberapa waktu yang lalu"

"Oh ya? Berarti kalian tahu tentang kami kalau begitu?" tanya Tim.

"Iya, tentu saja," sambung Hiro.

"Dan aku ingin memberitahukan kepada kalian bahwa Ray telah wafat sebagai seorang pahlawan," tiba-tiba ada seseorang datang. Semuanya menoleh ke arahnya. Dia adalah Redtails, sepertinya datang lebih awal. Dia datang bersama banyak rombongan. Ada ratusan orang di belakangnya, bahkan juga seluruh para superhero yang dulu dipenjara di Penjara Besi. "Kalau kalian kemarin mendapati robot-robot dan para Titan tumbang, itu karena Ray mengeluarkan kekuatan terakhirnya. Aku termasuk orang yang menguburkan jasadnya."

"Tak mungkin!? Benarkah itu? Ray???" Andre seakan-akan tak percaya.

Tampak wajah duka menyelimuti sebagian yang ada di tempat itu. Alex, Tim, Andre dan Puri adalah orang-orang yang paling dekat dengan Ray. Jadi mereka sangat kehilangan sahabat dan saudara mereka.

"Jangan terlalu berlarut dalam kesedihan. Perjuangan kita belum berakhir. Kalau yang kalian katakan Destroyer itu sangat kuat, maka kita harus bersatu untuk mengalahkannya," kata Redtails.

"Kalian tidak mengerti, Thomas Van Bosch itu kuat. Tapi Presiden kita ini jauh lebih kuat. Mungkin sangat kuat bahkan bisa melampaui Destroyer pendahulunya," kata Andre. "Dengan tidak adanya Ray, harapan kita untuk mengalahkannya sangat tipis."

"Itulah sebabnya kita semua ada di sini, kita semua bersatu. Yang namanya perjuangan sudah pasti akan ada yang gugur. Kalian bukan prajurit, kalian tak akan mengerti bagaimana rasanya setiap saat melihat nyawa teman kalian pergi padahal itu teman yang paling dekat, bahkan setiap saat dihantui akan malaikat maut yang bisa mencabut nyawa kami setiap saat," kata Redtails.

"Kalian rombongan dari mana?" celetuk Kolonel Reditya.

"Kolonel Reditya?" sapa Redtails.

"Spesial Agen Redtails?"

Keduanya melakukan salut sebagai seorang prajurit. Elmo dan Flavus ikut nimbrung bersama. Semuanya berkumpul hari itu.

"Jadi rencana berikutnya bagaimana? Siapa yang memimpin?" tanya Kolonel Reditya.

"Anda yang paling tinggi pangkatnya di sini kolonel. Anda yang harus memimpin!" kata Redtails.

"Mudah bicara, tapi yang membuat rakyat bangkit melawan adalah ajakan dari Han-Jeong. Mereka butuh figur untuk pergerakan ini, Black Knight telah membuat perubahan yang besar dalam perjuangan kita. Ketika mereka mengetahui bahwa Han-Jeong adalah Black Knight kalian lihat sendiri bagaimana berita-berita di tv. Semuanya mengeluk-elukkan namanya. Han-Jeong sang Black Knight. Tapi tak mungkin mengangkat dia sebagai pemimpin, terlebih lagi pemimpin negeri. Kita butuh figur seseorang sebagai seorang pemimpin negeri ini. Bukan saja untuk perjuangan ini," kata Kolonel Reditya.

"Kau benar," kata Redtails.

"Jadi siapa di antara kita yang bisa jadi figur seorang pemimpin?" tanya Kolonel Reditya. Semuanya berpandangan merasa tak ada yang cocok bahkan menawarkan diri pun tidak.

"Bagaimana dengan kakekku?" tanya sebuah suara. Dari kerumunan orang muncullah dua orang. Mereka adalah Han-Jeong dan Yuda.

"Han-Jeong!" seru Moon.

"Nah, ini dia sang Black Knight," kata Kolonel Reditya.

"Faiz Hendrajaya sedang ditahan oleh Putra Nagarawan. Pasti ditahan di suatu tempat olehnya. Aku hanya mengusulkan kakekku sebagai pemimpin perjuangan kalian. Iya, dia orang sipil, tetapi dari kita semua dialah yang pantas untuk menjadi seorang pemimpin. Berjiwa besar dan tentu saja tidak disukai oleh Putra Nagarawan," lanjut Han-Jeong.

"Benar, di antara kita hanya beliau saja yang paling netral. Bisa jadi kita semua punya kepentingan untuk melawan Putra Nagarawan. Tapi hanya Faiz Hendrajaya saja yang tidak. Dia hanya terjebak di antara kita," kata Redtails.

"Ayahku? Menjadi figur pergerakan? Mimpi saja aku tidak," kata Hiro.

"Kalau begitu yang kita lakukan adalah membroadcast tentang Faiz Hendrajaya. Kita anggap dia sebagai seorang figur pemimpin. Kita akan jadikan dia sebagai orang yang bisa memimpin negeri ini," ujar Redtails.

"Kalian nggak bercanda bukan?" tanya Hiro.

"Kakek dari Black Knight, siapa yang tidak akan setuju? Apalagi beliau dituduh sebagai orang dibalik pembuatan Black Knight, " sambung Redtails.

"Ya, kita bisa melakukan ini. Rakyat memang butuh figur seorang pemimpin. Sebagaimana dulu ketika awal kemerdekaan membutuhkan figur seperti Soekarno dan Bung Hatta. Kali ini kita pakai Faiz Hendrajaya. Daripada kita memakai orang-orang perpolitikan yang ada di pemerintahan sekarang, rakyat sudah tidak percaya lagi. Ayo, kita teruskan. Setelah ini tak ada yang bisa kembali lagi," kata Kolonel Reditya.

"Misi selanjutnya kita sudah tahu, bebaskan Faiz Hendrajaya. Kita pancing Putra Nagarawan keluar. Kita hanguskan kota Jakarta," kata Redtails.

"Aku setuju," dari dalam rumah muncul seseorang yang berada di kursi roda, dialah Faiz junior. Tampak Hana mendorongnya.

"Ah, Faiz junior," kata Redtails yang kemudian menjabat tangannya. "Kalau ada Anda di sini berarti istri Anda juga ada di sini."

"Aku di sini dari tadi," kata Devita yang sedang berdiri tak jauh dari Faiz junior. Dia menghampiri Redtails sambil menenteng senapan M16.

"Hahahaha, maaf. Aku tak mengenalimu, sudah lama juga soalnya semenjak kamu keluar dari BIN," kata Redtails.

"Semua ide menyerbu Jakarta ini dari aku. Dan jangan remehkan apa yang sudah aku lakukan. Di saat terjadi kekacauan ketika kami menjadi buronan aku dan timku sudah bergerak lebih dulu. Kami tahu ada yang tidak beres di pemerintahan. Untuk itulah aku dan timku sudah merencanakan hal ini sejak semula. Agen-agen rahasia ditarik dan berkumpul, bahkan yang sudah pensiun pun ditarik. Semuanya punya rencana untuk menggulingkan pemerintahan yang sekarang karena kami mengindikasi gelagat yang tidak baik. Sebuah Gingantic Project telah diluncurkan oleh Presiden Putra Nagarawan. Aku yang sudah pensiun pun terkejut ketika secara tiba-tiba kami sekeluarga jadi buron karena Faiz Hendrajaya ditahan atas tuduhan yang aneh.

"Memang yang mensupport Black Knight adalah suamiku, tapi sang penciptanya adalah Profesor Andy. Dia salah satu ilmuwan kita di masa lampau yang dituduh melakukan korupsi yang tidak pernah dia lakukan sebenarnya. Dia dianggap batu sandungan oleh Presiden Putra Nagarawan waktu itu sehingga dia membunuh lima menteri yang terlibat dalam sebuah proyek rahasia yang disebut....,"penjelasan Devita dipotong oleh Redtails.

"Super Human Soldier Gnome-X, aku sudah baca blue print project itu. Dan kemudian muncul project Titan. Kita semua tak tahu informasi tentang Project Titan terkecuali sudah diluncurkan dan kalian bisa lihat sendiri monster-monster itu keluar," kata Redtails.

"Kita tak tahu detail dari Project Titan. Tapi rasanya ini belum berakhir," kata Devita. "Aku pun akhirnya mengusulkan untuk menghancurkan ibukota. Apapun yang terjadi nanti kita akan bangun semuanya dari awal lagi. Sekarang pertahanan satu-satunya mereka adalah Jakarta. Maka dari itu tak ada yang bisa kita lakukan lagi setelah ini. Kita akan mati sebagai seorang pahlawan yang berjuang untuk negeri atau kita akan hidup untuk membangun negeri ini."

Hana yang melihat mamanya seperti itu seolah-olah bermimpi. Ia tak menyangka mamanya sekeren itu. Faiz junior tersenyum melihat istrinya telah kembali lagi.

"Mama keren ya pa!?" kata Hana.

"Tentu saja, memangnya kenapa aku menikahi mamamu?" kata Faiz junior.

"Jadi, sekarang yang kita lakukan adalah kumpulkan energi kalian. Istirahat di sini sejenak. Berdo'a, sampaikan ucapan terakhir kepada orang yang disayang karena bisa jadi besok kita tidak akan melihat matahari terbit," kata Redtails.

Ya, malam ini bisa jadi malam terakhir bagi mereka. Karena besok pertempuran yang sesungguhnya akan dimulai. Han-Jeong segera menemui kedua orang tuanya. Yuda masih berdiri melihat banyak manusia di tempat itu. Ia masih merasa bersalah ketika menjadi Gnome-X yang lepas kendali. Tapi ia berusaha untuk bisa membayar itu semua dengan ikut perjuangan ini. Ryu memukul bahunya.

"Rasanya, aku tak akan mengambil Gnome-X lagi," kata Ryu.

"Oh, sombong kamu!" kata Yuda.

"Nani?"

"Sudah bisa bilang huruf L?"

"Oh, hahahahaha. Aku berusaha setiap hari"

"Berjuang bersama," Yuda mengulurkan kepalan tangannya. Lalu Ryu memukul tinjunya Yuda. Mereka tos.

"Jangan mati!"

"Kamu juga"

"So pasti, aku belum menikahi Hana. Jadi aku tak mau mati dulu."

"Hahahaha, aku juga ada orang yang sudah menungguku"

"Kira-kira, apakah kamu bisa kolaborasi denganku?" tanya Ryu.

"Kolaborasi apa?" tanya Yuda.

"Korewaa.., kamu Gnome-X, Han-Jeong Black Knight, bokuwa Zero, kita bikin formasi penyerangan begitu. Sepertinya kakoi!"

"Ah, ayo kita bicarakan lebih lanjut"

"Yosh!"

Keduanya pun segera pergi ke dalam rumah untuk membicarakan sesuatu.
 
BAB XV: SNOW ON THE TROPIC ISLAND

1fd9a1382649111.jpg



7535ec397914254.jpg


Samudra, nama itu tak pernah lupa dari ingatan Kolonel Reditya. Siapa Samudra ini? Dia adalah rekannya ketika pertama kali belajar di Akademi Militer. Sekarang pangkat mereka sama, hanya saja dari berita terakhir Kolonel Samudra telah menjadi pengikut Putra Nagarawan. Kolonel Reditya saat ini berada di dalam mobil truk yang mengangkut banyak prajurit termasuk dirinya. Mereka semua bergerak menuju Jakarta. Kurang lebih setelah dua jam persiapan baik amunisi, fisik dan apapun yang akan ditinggalkan, semuanya yang punya kemampuan bergerak.

Han-Jeong, Yuda, Ryu, Jung Ji-Moon, Hiro, Kolonel Reditya, Flavus, Elmo, Redtails, Andre, Puri, Alex dan Tim semuanya bergerak menuju Jakarta. Para elemental, para superhero dan personel militer mereka semua membagi tugas. Mengepung Jakarta dari semua arah. Pesawat-pesawat jet tempur dari para pemberontak sudah mulai terbang. Suaranya menderu-deru memekakan telinga tapi tak ada satu pun yang terbang rendah untuk menyerang. Semuanya menunggu aba-aba, terlebih kondisi cuaca tiba-tiba saja turun salju.

"Kalian pernah dengar tentang salju di Jakarta?" tanya Kolonel Reditya. Semuanya mengangkat bahu. "Saat ini adalah hari yang bersejarah. Kalian semua! Dengarkan aku!"

Seluruh personel menoleh ke arah Kolonel Reditya. Dia pun melanjutkan kata-katanya, "Sebentar lagi kalian tak akan lagi melihat sanak famili. Kalian tidak akan lagi melihat matahari terbit esok hari. Kita sebentar lagi akan menemui kematian. Aku tak bisa memberikan kalian janji apapun, aku tak bisa memberikan kalian jaminan apapun setelah pertempuran ini. Tapi kita semua punya semangat untuk bisa kembali merebut negara ini dari cengkraman Putra Nagarawan. Bagi kalian yang ragu, yang tidak lagi punya semangat, atau resah akan keluarganya aku akan ijinkan dia untuk turun sekarang juga."

Seketika itu semuanya hening. Tampak tatapan mata nanar terpancar dari seluruh personel yang ada di dalam truk itu.

"Bagus, berarti kita semua sudah siap mati sekarang. Di luar sekarang ini turun salju. Kita menang, kalau salju itu sudah pergi dan matahari menyinari kita lagi. Artinya Putra Nagarawan telah tewas. Siapapun kita, apapun pangkat kita, ingatlah kita tidak akan dikenang setelah ini karena telah membunuh presiden kita sendiri. Tapi yang kita perjuangkan lebih dari itu. Kita memperjuangkan merah putih, memperjuangkan negara ini agar terbebas dari tirani, dari cengkeraman kegelapan Putra Nagarawan. Siapkan perlengkapan kalian. Berdo'alah karena dengan berdo'a kalian akan lebih kuat!"

Truk terus melaju. Semua personel pun kemudian berdo'a dengan cara mereka masing-masing. Sebagian memeriksa senjatanya. Sebagian yang lainnya hanya menundukkan kepala.

Kolonel Reditya teringat lagi dengan kejadian sama seperti ini beberapa tahun yang lalu. Di saat dia masih berada di Akmil. Bedanya adalah dia masih menjadi taruna. Dia masih teringat dengan Samudra. Bagaimana mereka dulu bersama-sama, berlatih bersama, bahkan nakal juga bersama-sama.

Saat Presiden Putra Nagarawan memproklamirkan sebagai penguasa dunia, saat itulah Kolonel Reditya terlibat konflik dengan Sam.

"Sam, pergilah bersamaku!" kata Kolonel Reditya.

"Tidak, aku adalah prajurit. Tugasku adalah menjaga presiden," jawab Sam.

"Sam, kamu tak tahu apa yang kamu lakukan. Dia bukan presiden yang pantas engkau lindungi!"

"Red, ini adalah tugasku. Ini adalah tugasku sebagai seorang prajurit! Aku tak bisa melakukannya"

"Pergi denganku atau aku akan memaksamu!"

"Paksa saja!"

Reditya pun memegang tangan Sam. Sam kemudian memutar lengannya mereka pun bergulat. Reditya menyikut, Sam menendang, keduanya saling pukul, saling tendang. Reditya kemudian membanting Sam. Sam bangun dan balas membanting. Saat itulah Flavus dan Elmo datang.

"Woi! Hentikan!" Elmo memegangi Reditya. Flavus pun menahan Sam.

"Kalian apa-apaan ini?" tanya Flavus.

"Sudahlah, pergi sana! Kamu apa tidak suka kalau negeri ini sekarang menjadi negeri yang kuat? Kamu tidak suka??" tanya Sam.

"Kamu ingin rakyat kita dihisap darahnya? Kamu ingin negeri ini hancur??" tanya Reditya.

"Presiden tidak berbuat salah, dia melakukan sesuai dengan sosok pemimpin yang besar dan kuat!"

"Sini, biar aku hajar kamu. Biar otakmu itu bisa kembali berpikir waras!"

"Kolonel, sudah!" kata Flavus.

"Pergilah!" kata Samudra. "Aku sudah menentukan jalanku"

"Sam....," Reditya mengepalkan tangannya. Tubuhnya tetap dipegangi oleh Elmo.

Kolonel Samudra kemudian menepuk tangan Flavus, Flavus melepaskannya. Kolonel Samudra kemudian membalikkan badannya. "Aku hitung sampai seratus, kalau kalian tidak pergi. Aku akan menembak kalian di sini!"

"Sam, brengsek! Kenapa kamu lakukan ini?!" tanya Kolonel Reditya.

"Satu, dua, tiga...," Samudra mulai menghitung.

"Sam! Memangnya selama ini kita bersama untuk apa? Untuk negeri ini bukan? Demi tegakknya merah putih!"

"...Empat, lima, enam... tujuh, ....delapan...," bibir Samudra bergetar. Dia mencoba menyembunyikan perasaan galaunya kepada para sahabatnya ini.

"AArrgghh! Baiklah, pertemuan kita nanti akan menjadi akhir persahabatan kita. Gue nggak akan segan-segan menembak kepala lo!"

"Tembaklah aku, aku juga akan menembakmu kalau bertemu lagi denganmu. Kita akan lihat siapa nanti yang akan bertemu dengan Angel lebih dulu," kata Sam.

"Kenapa kamu bawa-bawa dia?" tanya Reditya.

"Kamu tahu alasannya, kita dulu menyukai orang yang sama, mencintai orang yang sama. Kamu tak bisa menjaga dia padahal aku sudah mengalah untukmu. Aku sebenarnya marah ketika tahu kamu tak bisa menjaga dia, tapi inilah jalanku. Aku akan membunuhmu kalau aku melihatmu lagi," lanjut Sam.

"Jadi untuk alasan inikah kamu tidak ikut kami? Sam!" kolonel Reditya membentak sahabatnya itu. Flavus dan Elmo mulai menarik lengannya.

"Ayo kita pergi, tak ada gunanya lagi," kata Elmo. Itu adalah terakhir kali Kolonel Reditya bertemu dengan Samudra.

Kolonel Reditya menjalin hubungan dengan seorang dokter yang bernama Angel. Sebenarnya lebih tepat dia dan Samudra bersaing untuk mendapatkan Angel. Angel seorang yang supel, bersahabat dan sangat cantik. Pantaslah banyak perwira yang pura-pura sakit hanya karena ingin dirawat olehnya. Dia waktu itu baru beberapa bulan bekerja di Rumah Sakit Militer, tapi pesonanya sudah menggemparkan seluruh barak. Tak terkecuali Samudra dan Reditya pun tertarik kepadanya.

Suatu ketika Reditya pura-pura sakit. Ia mencelakai lengannya sehingga robek dan berdarah. Sama seperti Sam. Dia juga melukai lengannya hingga robek dan berdarah. Angel pun menemui keduanya.

"Kalian lagi? Kali ini apa?" tanya Angel.

Reditya dan Sam menunjuk ke lengan mereka.

"Aku bakalan pensiun dari dokter kalau kalian melukai diri kalian seperti ini," jawab Angel.

"Pensiun? Tunggu dulu. Kalau kamu pensiun aku tak akan mengobati lukaku lagi selamanya"

"Iya, aku juga."

Angel menghela nafas. "Kalian ini"

Reditya dan Sam tertawa sambil melakukan tos.

Begitulah, mereka selalu bersaing bahkan berusaha mengajak Angel jalan. Tapi Angel selalu menolak, selalu menghindar. Dokter cantik di kesatuan, siapa yang tak ingin mendekatinya? Semua orang ingin mendekatinya. Semuanya ingin bersaing untuk mendapatkan cintanya. Hingga suatu saat persaingan itu harus berakhir di suatu waktu.

Sam telah menyiapkan kejutan kecil untuknya. Dan itu menurutnya adalah kejutan paling indah yang bakal membuat Dokter Angel akan menerimanya. Hari itu ia memesan satu truk pickup mawar merah. Mawar sebanyak itu ia gunakan untuk membuat sebuah bangunan yang ia dekor sendiri untuk acara makan malam dengan sang pujaan hati. Ia tak memberitahu siapapun rencananya itu, bahkan kepada sahabatnya sendiri. Setelah segala persiapannya matang, dia pun menelpon dokter Angel.

"Halo?" sapa Sam.

"Ya, ada apa Sam?" tanya Angel.

"Aku tahu malam ini kamu nggak kerja jadi kumohon kamu jangan menolak untuk makan malam bersamaku nanti," kata Sam.

"Ayolah, Sam. Lagi?"

"Nggak, kali ini beda. Kamu terima saja sekali ini saja. Setelah itu aku tak akan mengajakmu lagi. Aku berjanji."

Angel menghela nafas.

"Oke deh, kali ini aku ampuni."

"Nah, gitu dong. Datang saja ke barak latihan. Aku sudah siapkan semuanya untukmu dan jangan khawatir. Aku yang memasaknya sendiri"

"Hahahahaha, kamu memasak? Oh tidak, racun apa lagi yang akan kamu buat?"

"Bukan racun, cuma ramuan cinta"

"Gombal. Ya sudah, sampai nanti," Angel kemudian menutup teleponnya.

Hati Sam berbunga-bunga. Dia pun menyiapkan makan malamnya dengan beberapa skenario. Ketika Angel datang, maka ia akan disambut dengan rangkaian bunga, setelah itu mereka pun makan dengan diiringi musik yang mana ia telah menyewa dua orang pemain biola. Kemudian setelah acara makan malam ia akan mengajak Angel berdansa dan yang terakhir dia akan memberikan sebuah kado berupa cincin yang telah ia siapkan. Hati wanita mana yang tidak takluk dengan cara seperti ini? Dan karena sahabatnya Reditya tidak tahu maka rencananya ini yakin seratus persen berhasil.

Namun sore itu takdir berkata lain.

Pepatah berkata, cinta itu akan memilih siapa yang akan menjadi pasangannya. Jodoh sudah ditentukan sejak manusia lahir ke dunia. Hari itu terjadi peristiwa sabotase konferensi G-20. Terjadi pembelotan beberapa prajurit bahkan sampai terjadi perang antara para pengkhianat dan prajurit.

Saat itu sang dokter sedang berbelanja di swalayan untuk kebutuhan sehari-harinya. Secara tak sengaja ia bertemu dengan Reditya yang juga berbelanja.

"Lho, Dok?" sapa Reditya.

"Eh, hai. Belanja juga?"

"Ya, begitulah. Biasa belanja sabun mandi dan lain-lain."

"Aku belanja keperluan selama seminggu"

Mereka berdua pun mengantri di kasir yang sama. Saat giliran Reditya, dia pun mempersilakan Angel terlebih dulu, "Ladies First"

"Oh, kamu dulu aja!"

"No, please doc"

"Hehehehe, thanks," Angel pun mendorong trolinya ke kasir.

Sang kasir pun kemudian bekerja dengan cekatan mengarahkan barcode-nya ke sensor. Belanjaan sang dokter cantik pun nominal uangnya langsung muncul di layar. Setelah cukup lama menghitung akhirnya muncullah nominal 421.000 di layar. Angel kemudian membayarnya dengan kartu kredit. Setelah sang kasir selesai melakukan transaksi kemudian Angel mengambil tas belanjaannya, tapi dicegah oleh Reditya.

"Dok, sebentar!" kata Reditya.

"Ada apa?" tanya Angel.

Reditya lalu berbisik ke telinga Angel, "Maaf, tapi ternyata aku lupa nggak bawa dompet"

"Hah?"

"Bisa nggak, minta tolong untuk bayarin. Nanti aku ganti deh. Pleeeassee!" Reditya pasang tampang melas.

Angel tertawa ngikik, "Kamu ini. Ya udah deh. Awas kalau nggak dibalikin."

"Siap ndan!" seru Reditya seolah-olah menganggap Angel atasannya.

"Udah ah, bikin malu aja. Kamu yang malu-maluin maksudnya," kata Angel.

Reditya tersenyum saja, dan sang kasir mulai menghitung belanjaan. Setelah transaksi selesai pembayaran pun dilakukan dengan menggunakn kartu kredit sang dokter. Mereka pun keluar bersama-sama dari swalayan tersebut. Tampak Reditya berjalan sendiri.

"Sekali lagi makasih dok, sampai nanti," kata Reditya.

"Prajurit, kamu nggak ada kendaraan? Mau aku antar?" tanya Angel.

"Jalan kaki menyehatkan ndan!" jawab Reditya.

"Naik saja, yuk!"

"Serius?"

Angel mengangguk. Akhirnya dengan gegap gempita Reditya pun ikut masuk ke dalam mobil yang disopiri oleh sang bidadari. Jangan dikira sang dokter akan nyopir dengan lembut. Begitu gigi pertama masuk sang dokter sudah ngebut, hal itu membuat Reditya sedikit kaget. Tapi akhirnya ia malah menikmati. Tahu bahwa Reditya menikmati ngebutnya ini membuat dia makin memacu mobilnya.

"Nggak kusangka, cakep-cakep pembalap juga kamu," kata Reditya.

"Jangan salah, aku juga sering ikut balap liar dulu," ujar Angel.

"Hah?! Ciyus Miapah?"

"Hahahahaha, aneh seorang prajurit pakai logat alay"

"Aku prajurit alay, jangan salah ya"

"Dasar," Angel tertawa lagi.

Saat itulah Reditya melihat kepulan asap di langit. Ia mengerutkan dahinya. Ada sesuatu yang aneh menurutnya. Memang ini adalah acara dimana diselenggarakannya konferensi G-20. Tapi melihat arah lokasi tempat kejadiannya sepertinya mengarah ke tempat itu.

"Stop dok! Bisa minta tolong?" tanya Reditya.

"Ya?"

"Pergi ke tempat itu!" Reditya menunjuk ke kepulan asap itu.

"Eh? Ada apa ya itu?"

"Perasaanku nggak enak"

Mobil pun diarahkan ke tempat itu. Tampak dari kejauhan terjadi ledakan lagi. Mobil makin mendekat ke gedung Srikandi Hall. Begitu sampai tampak keduanya terkejut. Sebuah helikopter Apache sedang menembaki gedung kemudian berputar-putar di udara. Angel menghentikan mobilnya dari kejauhan.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Reditya.

Dari kejauhan tampak pasukan Kopasus sedang saling baku tembak dengan pasukan lainnya. Dan ada satu lagi yang aneh. Dari dalam gedung tiba-tiba keluar sesosok orang dengan baju hitam lalu terhempas di sebuah mobil. Gerakannya sangat cepat, lalu disusul yang lainnya. Mereka bertarung seperti pertarungan superheroes. Ini adalah pertarungan antara Faiz junior melawan Lucifer waktu itu.

"Apa itu?" tanya Angel.

"Kamu tanya kepadaku? Aku saja tak tahu," jawab Reditya. Dia pun segera keluar dari mobil. Dan lucunya sang dokter ikut. "Dok? Kamu kembali saja!"

"Tidak, naluri kedokteranku muncul. Pasti akan ada orang terluka bukan?"

Reditya menghela nafas, "Baiklah dok, tetap di belakangku! Aku harus tahu apa yang terjadi sebenarnya"

Reditya kemudian berjalan sambil membungkuk mendekati seorang prajurit Kopasus yang sedang terluka. Dia melihat seseorang dengan kekuatan super melemparkan kepala tank ke gedung. Setelah itu salah satu yang ada di tempat di mana kepala tank tadi di lempar muncul seorang dengan kostum aneh. Mereka bertarung lagi lalu pergi jauh. Setelah salah satunya menendangnya.

Reditya mengalihkan perhatiannya ke pasukan yang terluka itu. Angel segera menolong orang tersebut dengan menekan lukanya.

"Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Reditya.

"Penyusup, pasukan keamanan G-20 disusupi teroris. Kami mengetahui ini dan berjuang untuk mengamankan G-20. Sasaran mereka para pemimpin dunia," jawab sang prajurit. Dia lalu menyerahkan senapannya ke arah Reditya. "Bantu yang lain, jangan sampai hal ini membuat Indonesia di mata dunia menjadi buruk. Selamatkan para pemimpin dunia!"

"Aku mengerti!" kata Reditya. "Dok, kamu tetap di sini rawat dia!"

Angel mengangguk.

Hari itu Reditya bahu membahu melumpuhkan musuh. Baku tembak dan ledakan-ledakan tak bisa dihindari lagi. Hingga akhirnya setelah beberapa jam kemudian musuh bisa dilumpuhkan. Beberapa agen rahasia dan beberapa ilmuwan pun didatangkan ke TKP untuk memeriksa kondisi para pemimpin. Tampak paspampres sedang berkerumun untuk menyiapkan jalur agar presiden Putra Nagarawan bisa menyelamatkan diri. Reditya pun melihat sang presiden kemudian masuk ke dalam mobil kenegaraan RI 1. Tak berapa lama kemudian mobil tersebut dengan diiringi mobil-mobil hitam yang lainnya melaju meninggalkan lokasi.

Ambulance berdatangan. Reditya tampak duduk di sebuah paving, di dekat pot bunga. Angel pun mendekatinya dan duduk di sampingnya.

"Hari yang melelahkan," kata Angel.

"Yeah," kata Reditya.

"Tapi boleh juga sih melihat kamu bertempur tadi seperti melihat Rambo beraksi"

"Hahahaha, ini sih namanya Rames"

"Rames? Apa itu?"

"Rambo Ngenes"

"Maksudnya, iyalah. Rambo yang masih jomblo nggak pernah berhasil menaklukkan hati seorang dokter cantik yang tangannya sangat telaten merawat sang pasien"

"Yaelaaaah. Hahahahaha"

Melihat tertawa Angel yang renyah Reditya ikut tersenyum. Dia meletakkan senapannya, kemudian menarik lengan Angel. Ini di luar perkiraan Angel, sang prajurit itu tiba-tiba saja merengkuhnya dan mendaratkan ciuman ke bibirnya. Angel terkejut nafasnya terhenti sesaat. Ia mencoba mendorong Reditya, tapi dekapannya terlalu kuat dan ciumannya terlalu lembut, akhirnya Angel pun pasrah tak melawan.

Ketika ciuman diakhiri Reditya pun berkata, "Maaf, aku memang sengaja melakukannya. Sebab kalau tidak menciummu sekarang, kapanlagi?"

Reditya menyandarkan keningnya ke kening dokter cantik ini. Angel tersenyum dan keduanya pun berciuman lagi. Sementara itu dari tadi sebenarnya Sam menelpon Angel berkali-kali tapi tak diangkat, ponsel sang dokter itu tertinggal di mobil. Dan Sam pun mulai resah. Sam mendapatkan kabar bahwa ada pertempuran di Srikandi Hall. Sebenarnya ia sangat sayang sekali meninggalkan acara makan malamnya, oleh karena itulah dia tadi menelpon Angel berkali-kali tapi tak ada jawaban. Akhirnya dia pun pergi ke sana bersama dengan yang lainnya.

Namun ketika ia sampai semuanya sudah berakhir. Mobil ambulance sudah diterjunkan mengangkut korban-korban. Presiden pun sudah diamankan, namun yang membuat ia sakit adalah dari jauh dia melihat Reditya berciuman dengan Angel. Terlebih lagi ketika Angel memeluk Reditya. Hal itu membuatnya makin sakit. Akhirnya dia harus mengalah kepada sahabatnya itu.

Beberapa bulan kemudian setelah kejadian itu Reditya dan Angel pun menikah. Siapa yang cemburu? Banyak, satu kesatuan cemburu semua. Pernikahan mereka cukup meriah dihadiri oleh banyak orang. Sam pun mengucapkan selamat kepada keduanya. Ketika acara ramah tamah berlangsung Sam kemudian mengajak Reditya ngobrol sebentar.

"Selamat ya sob," kata Sam.

"Makasih, makasih," kata Reditya.

"Nggak tahu kalau di antara kita dia lebih milih kamu. Padahal kamu ini tampangnya jelek"

"Eh, sialan ngehina?"

Mereka pun tertawa.

"Tapi aku ada pesan buatmu, jaga dia. Kalau kamu nggak bisa jagain dia, aku hajar kau!"

"Yap, siapa sih yang rela melepaskan dia begitu saja?"

Sam kemudian menepuk pundak sahabatnya dan mereka pun berpelukan. Pesta pernikahan pun dilanjutkan lagi sampai larut dan semuanya pulang.

Reditya masih mengingat semua hari yang ia lalui bersama Angel. Ia masih ingat malam di mana dia untuk pertama kali memeluknya dengan penuh perasaan cinta. Malam di mana Angel menyerahkan segalanya waktu itu untuk orang yang dicintainya. Malam pertama yang tak pernah dia lupakan saat pertama kali menjamah tubuh seorang bidadari yang sangat dia cintai.

Mereka berada di dalam satu selimut setelah merengkuh surga dunia yang sangat memabukkan. Angel meletakkan kepalanya di dada Reditya.

"Kamu tahu, hari ini banyak orang yang cemburu kepada kita," kata Reditya.

"Ya, aku bisa lihat mereka semua menangis kenapa gadis seperti aku dapat orang sejelek kamu," kata Angel.

"Eh? Apa aku sejelek itu?"

"Iya, tapi harus aku akui. Kamu sekarang orang yang paling tampan bagiku, mungkin itu namanya yang disebut sentuhan bidadari. Kamu jadi cakep kalau deket ama aku"

"Yaang??"

"Hahahahaha"

Reditya menciumnya lagi dan mereka berdua kembali bergelut hingga malam pun pergi.

Namun tak lama mereka bersama. Sang dokter pun meninggal dua tahun setelah itu di saat dia akan melahirkan anaknya. Terjadi pendarahan hebat yang mengakibatkan Angel tak bisa bertahan. Sangat singkat. Dua tahun yang singkat. Namun hal itu membuat hidup Reditya berarti dengan seorang anak perempuan yang ia namakan sama seperti nama ibunya, Angel. Angel sekarang sudah besar tentunya. Dia tinggal bersama keluarganya yang lain. Reditya belum bisa menghubungi anak satu-satunya itu. Ia sementara ini harus berjuang untuk bisa meraih kemerdekaan. Walaupun sebenarnya berat.

Tapi yang ia takutkan adalah bertemu lagi dengan Sam. Akankah mereka berdua benar-benar akan melakukan baku tembak? Hanya waktu yang akan menjawabnya. Sementara itu salju makin tebal menyelimuti kota Jakarta.


****************** MY HEROINE *******************


Sementara itu dari kejauhan tampak seseorang dengan badan separuh manusia, separuh robot berdiri di tengah jalan raya. Di belakangnya tampak seorang Kunoichi sedang mengamati sesuatu dari jauh. Robot ini separuh berwajah tengkorak, separuhnya manusia. Di kepala robotnya ada tulisan BR-4M. Di punggung cyborg ini ada puluhan tanduk atau semacam flanel. Mata robotnya menyorot tajam seperti zoom hingga ia bisa melihat dari jauh apa yang sebenarnya terjadi.

Seorang perwira sedang berjalan menuju ke arahnya. Dia menenteng sebuah senapan besar.

"Bram, bagaimana?" tanya orang itu.

"Mereka sudah datang Sam, mereka sudah datang. Kita akan pesta darah hari ini," jawab BR-4M.

"Ukio, bersiaplah!" kata sang perwira.

Ukio tak menjawab, tapi dia hanya yakin bahwa hari ini baik katana maupun kodachinya akan bersimbah darah. Ada satu yang ia suka dari pertempuran yang akan terjadi ini. Dia bisa merasakan hawa Akai Kage. Dari rombongan pasukan yang mendekat itu ada Rina Takeda salah satu anggota klan Akai Kage (Bayang Merah). Hari ini penentuan siapakah ninja terkuat, Hanagumo ataukah Akai Kage.


****************** MY HEROINE *******************


Seorang Destroyer yang mempunya kekuatan elemental pastilah bisa melakukan sesuatu yang diluar nalar manusia. Terlebih ketika dia bisa mengendalikan sesuatu yang disebut dengan cuaca. Pagi hari mendadak dingin. Awan bergulung-gulung dan tiba-tiba salju turun. Dalam satu jam kota Jakarta tertimbun salju setelah satu meter. Tidak hanya di Jakarta tapi juga di daerah-daerah lainnya.

"What the fuck??" gumam Moon.

"Baiklah, sekarang mereka bisa mengendalikan cuaca," kata Devita.

"Kami tak masalah dengan cuaca ini," kata Han-Jeong.

"Kata Kami itu punya banyak konotasi. Kaminya itu kamu dan Yuda atau bagaimana?" tanya Moon meledek ke anaknya.

"Hehehehe, maaf ma. Maksudnya aku, Yuda ama Ryu pasti tidak masalah dengan cuaca sedingin apapun," jelas Han-Jeong.

"Kenapa kita harus masuk dari tempat ini?" tanya Yuda.

"Karena yang lainnya menggempur Jakarta dari tempat lain. Kita kedapatan di sini," jelas Han-Jeong.

"Aku yakin dengan kekuatan kalian, kalian bisa menuju ke istana negara. Putra Nagarawan pasti ada di sana. Kalian masuk duluan," kata Devita kepada Han-Jeong, Yuda dan Ryu. "Hana, kamu jadi operator seperti biasa."

"Siap ma," jawab Hana melalui codec.

"OK, let's rock!"

(bersambung....)

Yang Attack part I masih diketik.

Habis ini BR-4M yang ditunggu-tunggu akan muncul melawan @ompis ama @elmo :Peace:
 
Bimabet
Dah lama g mampir+komenn..gileee makin seru ajaa n char yg ane ajuin si Finix di approve sama suhu arczre masuk ke cerita..tengkyu yaah gan,lanjutkann
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd