BAB XXVII: SAKURA NO HANA
#PoV Narator#
Seorang lelaki membanting secangkir sake. Dia telah menghabiskan dua puluh cangkir malam itu. Pipinya memerah dan ia sangat mabuk. Dia pun keluar dari warung setelah menyerahkan uang 5.000 Yen di atas meja. Sang lelaki berjalan sempoyongan, sekalipun begitu setidaknya ia masih ingat jalan pulang. Lelaki ini kemudian melewati jalanan yang ramai melewati orang-orang dengan pakaian aneh, hingga kemudian sampai di sebuah gang. Rumahnya tidak begitu jauh. Ada sebuah apartemen di Tokyo yang menjadi tempat tinggalnya.
Jalanan di gang sempit ini tentu saja sepi. Dan sudah pasti ada beberapa pasang mata yang menghadangnya.
"Hei kakek tua, maaf tapi perjalananmu harus berakhir di sini. Serahkan kepada kami kode itu!" ancam seseorang dengan topeng hitam dan baju hitam. "Kalau tidak kamu akan mampus di sini!"
Sang kakek tua itu melihat orang-orang berpakaian hitam dengan tatapan mengernyit. Ia tak takut atau pun gentar.
"Kode apa?" tanya sang kakek.
"Jangan berlagak bego. Kami tahu kamu adalah Wataru Sinichi, seorang profesor yang telah mengembangkan komputer berintelejensi tinggi bernama Kamaitachi. Kami hanya butuh kode chipnya."
"Sayangnya, aku tak punya," jawab sang kakek.
"Baiklah kita culik kakek ini, untuk dipaksa agar dia mengatakannya," kata orang-orang berpakaian hitam tersebut.
Dalam sekejap sebuah jarum kecil ditembakkan ke tubuh kakek tua ini, kemudian sang kakek pun pingsan. Semua bagian tubuhnya serasa lumpuh. Dia tak tahu lagi ada di mana setelah itu.
Tak berapa lama kemudian sang kakek terbangun di sebuah ruangan yang serba putih. Kakek tua itu bingung.
"Aku di mana?" tanyanya.
"Kamu berada di markas kami. Sekarang berikan kami kodenya atau kamu akan aku siksa sampai tak bisa mati dan tak bisa hidup," kata seseorang lelaki dengan tampang bengis. Badannya kekar, tubuhnya bertato, namun yang membuat dia jadi perhatian adalah sebilah katana di punggungnya.
"Sebentar,
Chotto matte! Aku tak akan takut dengan ancaman kalian. Aku tahu kalian pasti dibayar oleh seseorang untuk bisa mendapatkan kode itu bukan?" kata sang kakek.
"Yoshinaru Furata, kamu tak perlu tahu. Yang jelas kamu harus menyerahkan kode itu kepada kami!" kata orang bertubuh gempal tersebut..
Kakek tua itu kebingungan sekarang. Tubuhnya terikat di atas sebuah ranjang. Apa yang akan dilakukan oleh orang-orang yang menyekapnya ini? Ruangan yang dilihatnya cukup luas, hanya dia dan orang gempal ini saja di ruangan.
"Sebentar, aku akan katakan asal kamu jangan menyiksaku. Tapi aku punya satu saja permintaan. Aku ingin tahu siapa orang yang sangat ingin Kamaitachi?" tanya sang kakek.
Orang bertubuh gempal pun tersenyum puas. "Hahahaha, baiklah. Aku akan katakan. Orang yang sangat menginginkan Kamaitachi adalah Endo Takayama. Pemilik perusahaan Aztec Industries"
Sang kakek tertegun. Ia manggut-manggut. "Kenapa, Endo menginginkannya?"
"Karena tentu saja, uang. Apalagi? Dia ingin menguasai seluruh komputer di dunia. Dia ingin menguasai seluruhnya hingga dengan Kamaitachi, dia bisa menciptakan masa depan yang tentu saja akan membuat dunia berubah."
"Endo Takayama....," gumam sang kakek.
"Benar sekali."
Sang kakek menghela nafas. "Hana, aku capek harus berpura-pura bersuara serak seperti ini."
"Ryu-kun, sudah cukup. Kita sudah mengantongi nama Endo Takayama, pemmpin Aztec Industries," terdengar suara Hana di codec yang tersimpan di telinga sang Kakek.
Ternyata sang kakek ini adalah Ryu Matsumoto. Dia memang sedang dalam tugas penyamaran. Dia kembali bekerja di satuan CCC. Kali ini Hana yang menjadi asistennya. Lebih dari itu mereka berdua sudah menikah tahun kemarin.
"Hah??" orang bertubuh gempal itu pun terbengon-bengong.
"Honda Eichiro, maaf tapi aku bukan kakek-kakek. Zero Blade, kemari!" kata Ryu.
Orang bertubuh gempal yang dipanggil Honda itu pun kaget. Tangan Ryu yang terikat tiba-tiba bisa lepas. Dia kemudian mengangkat tangannya seperti menunggu sesuatu. Dan benar saja, tiba-tiba dari dinding gedung seperti ada sesuatu yang menghantamnya.
BLLAAARRR!
Ryu kemudian menangkap sesuatu yang keluar dari dinding itu. Pedang Zero. Sebuah katana seperti terbuat dari kayu, dengan matanya menyala laser berwarna biru. Ryu kemudian merobek topeng wajahnya. Dia juga melepaskan pemalsu suara yang ada di lehernya. Kini sang samurai sudah berdiri dengan gagah menenteng katana Zero miliknya.
"Mustahil! Kurang ajar!" Honda pun mengeluarkan katana besarnya.
Agaknya Ryu tak ingin berlama-lama segera ia berubah menjadi Zero.
Zero Hen-Shin!
Tubuh Ryu segera diliputi oleh armor berwarna hitam dengan garis merah yang menyala di dada, pundak dan sepanjang lengannya. Kemudian punggungnya pun muncul tanduk. Agaknya Zero mengalami banyak upgrade setelah beberapa waktu. Zero sekarang bersiap menghadapi Honda.
"Ryu-kun, hari ini aku capek," kata Hana.
"
Naze Hana-chan?"
"Bagaimana tidak capek? Aku di rumah ngurus rumah, ngurus anak, jadi asistenmu, kapan aku bisa istirahat?? Ini sudah malam. Sudah jam dua malam. Aku tak mau kencan kita gagal lagi. Dan tolong beli susu dan diapers untuk Fuji," kata Hana sewot.
"Oke, Oke, maaf," kata Ryu.
Honda mengayunkan katananya menebas Zero.
TRANG!
Katana itu.....patah. Honda terkejut. Zero sama sekali tak tergores. Bahkan ia kaget ketika tadi Honda menebasnya.
"Ah, maaf. Biasa istriku. Oh, sampai di mana kita tadi?" tanya Ryu.
Honda kebingungan melihat katananya yang patah.
"Ah, iya. Armor Zeroku sudah diupgrade. Sekarang berlapis batu bintang. Kamu tahu kita mengumpulkan batu pecahan meteor selama tiga bulan di seluruh dunia untuk bisa menambahkan kekuatan armor Zero. Dan tidak hanya itu, aku juga bisa bergerak lebih cepat, kekuatanku pun bertambah," ujar Ryu. "Mau coba?"
Honda menggeleng.
* * * * MY HEROINE * * * *
Ryu berlari-lari sambil membawa tas plastik. Ia melihat arlojinya sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Dia menuju ke sebuah rumah yang halamannya cukup luas. Beberapa pohon menghiasi halamannya, sebuah papan nama bertuliskan "Matsumoto" ada di dinding pagarnya. Begitu ia masuk ke rumah ia langsung menuju ke kamarnya. Tampak sang istri sedang duduk di atas kursi dan tertidur. Sementara itu ia melihat seorang bayi kecil sedang tidur di tempat tidur bayi. Ryu menghela nafasnya. Ia menurunkan barang bawaannya dan beringsut perlahan ke Hana.
Ryu langsung memeluk Hana dan menciumnya. Hana terbangun. Matanya tampak sembab.
"Papa, kapan kita bisa bersenang-senang? Masa' tiap hari mama harus nungguin di rumah??" kata Hana.
"Yah...mau gimana lagi, pemerintah Jepang sedang membutuhkan kita. Tapi ini terakhir koq," kata Ryu.
Hana lalu merangkul suaminya. "Gendong!"
Ryu kemudian mengangkat tubuh Hana. Tampak Hana makin manja saja ke Ryu. Dia mencium pipi Ryu.
"Hari ini, nggak ada jatah buat papa," kata Hana.
"Hah? Trus?"
"Self service saja sendiri. Mama capek, papa pulang pagi terus," kata Hana.
Ryu masih menggendongnya dan membawa Hana ke kamar mereka. "Tapi mau gimana lagi, papa janji ini yang terakhir."
"Beneran?"
"Iya."
"Aku udah kangen ama mama, papa, Han-Jeong, Yuda. Ah...malah kita terdampar di Tokyo," Hana menggerutu.
Mereka sudah sampai di kamar, Ryu perlahan-lahan menurunkan Hana di atas ranjang mereka. Ryu tersenyum. "Baiklah, kamu sudah kangen dengan Indonesia ya?"
"Iyalah, udah dua tahun!" kata Hana.
"Sebenarnya aku mau ngasih ini," kata Ryu sambil mengulurkan sebuah kertas dari sakunya.
Hana menerimanya dan membaca kertas itu. Wajahnya langsung berubah. Ia mencubit Ryu. "Papa jahat! Tapi papa cakep, aku cinta ama papa!" Hana pun mencium Ryu, setelah ternyata kertas itu adalah tiket untuk pergi ke Indonesia.
"Jadi??? Hari ini dapat jatah nggak?" tanya Ryu.
"Ngantuk, tidur ajah," goda Hana.
"Mamaaaa..."
Tampaknya Ryu tak peduli. Dia segera menindih Hana. Mereka pun kemudian berciuman mesra. Bahkan dengan sangat telaten Ryu berusaha untuk bisa membuat Hana dipancing birahinya. Selama ini Hana sulit orgasme, bahkan boleh dibilang dia harus dipancing untuk bisa birahi dulu. Akibatnya gaya bercinta Ryu dan Hana cukup menguras tenaga. Tapi untunglah Ryu termasuk lelaki yang kuat. Ia benar-benar berusaha agar Hana bisa puas terlebih dahulu baru kemudian dirinya.
Dalam sekejap kamar itu pun berbunyi kecipak lidah yang saling memagut. Ryu tak perlu ditanya lagi untuk urusan meloloskan baju istrinya. Ia sudah sangat lihai, Hana hanya memakai kimono dan Bra kaos. Serta celana dalam tipis.
Penis Ryu sudah mengeras. Ia tak pernah menyangka saja, bidadari berkaca mata ini adalah istrinya. Bibir Hana yang sedikit tebal sudah basah oleh air liur mereka berdua. Ryu menambahkan rangsangan di buah dada Hana. Mungkin karena Hana orangnya sedikit kolot dan tertutup, sehingga ia harus bersusah payah untuk merasakan rangsangan yang diberikan oleh Ryu. Tidak seperti ketika ia dan Ryu melakukan petting. Mungkin karena ia terlalu capek menjadi ibu sehingga hampir tak ada lagi yang bisa ia jadikan fantasy sex.
Mereka pun mencoba banyak gaya. Dengan gaya 69 misalnya. Hana berada di atas mengurut penis suaminya. Kulumannya itu benar-benar membuat Ryu keenakan. Tapi Ryu juga tak tinggal diam. Ia terus mengobok-obok titik sensitif istrinya di sekitar kemaluannya. Beberapa kali itil Hana pun dihisapnya. Hana menjerit. Dan kalau sudah menjerit biasanya Ryu terus-menerus melakukannya hingga istrinya orgasme.
"Papa, hari ini mama koq lain ya? Rasanya lebih bergairah dari biasanya," kata Hana.
"Gara-gara tiket mungkin," sindir Ryu.
"Ihhh!" Hana menarik penis Ryu.
"Aduh aduh! Awas dong ma, jangan ditarik begitu. Sakit. Ntar kalau nggak bisa berdiri repot!" kata Ryu.
"Nggak koq pa, bercanda. Nih, masuuuukkk!" Hana menduduki Ryu sekarang. Penis yang sudah tegang itu pun masuk dengan leluasa di rongga kemaluan Hana.
"Uggghhhwww!" keluh Hana sambil menggigit bibirnya.
Tak berapa lama kemudian dia pun bergoyang naik turun. Penis Ryu melesak masuk menusuk hingga mentok ke rahim Hana. Hana kemudian membuat gerakan pinggulnya memutar, seperti mengobok-obok penis Ryu.
"Mama...aahhh...!" Ryu serasa melayang ke langit ke tujuh ketika penisnya seperti diremas-remas. Dia pun meremas-remas buah dada istrinya, ia bahkan mencubit puting susu Hana. Buah dada Hana mulai ada peningkatan karena dia menyusui. Otomatis air susunya pun ada. Ketika susunya keluar, Ryu segera bangkit dan melahap susunya.
"Ahhh...papah...aduuhhh...suka ama susu mama yah??"
Ryu tak menjawab. Ia dengan lahap menghisap puting istrinya, menyusu seperti bayi sambil pinggulnya terus menghujam ke dalam liang senggama Hana.
"Paahh...koq rasanya aku cepet keluar yah kali ini?? Uhhhh...enak paahh...paahh... Mama nggak kuaat!" kata Hana.
Ryu juga merasa heran. Karena Hana sudah mau keluar. Tidak biasanya. Dia pun segera membaringkan Hana. Dia ada di atas sekarang. Hana membuka lebar pahanya. Ryu pun kemudian menggenjotnya.
"Aahhh...papaaahh....!" Hana keluar tapi Ryu belum.
Ryu istirahat sebentar membiarkan Hana tenggelam dalam orgasmenya yang tidak biasa.
"Tumben kamu cepet keluarnya," kata Ryu.
"Entahlah pa, mungkin karena aku terlalu bahagia hari ini. Setidaknya aku bakal bisa ketemu ama Han-Jeong lagi."
Ryu tersenyum. Di mata Hana, Ryu adalah seorang suami yang baik. Tentu saja. Keduanya saling mencintai. Apa yang bisa lebih bahagia selain mendapatkan pasangan yang mencintai dirinya. Yang lebih berbahagia tentu saja adalah Faiz Hendrajaya Junior. Setelah tahu dia sudah mempunyai cucu, ia benar-benar total pensiun dari pekerjaannya. Hak paten Profesor Andy dengan Nanobotnya telah dikembangkan di sektor medis. Dan juga tanpa bekerja Faiz Hendrajaya junior sudah mendapatkan royalti karena dia juga ikut menjadi orang yang menanamkan saham.
Ryu memeluk Hana lagi. Kedua insan yang saling mencintai ini pun makin larut dalam lautan birahi. Hana menurut Ryu adalah bunga Sakuranya yang hilang dulu. Dua pribadi yang berbeda tapi berwajah mirip. Dan kini ia akan terus melindungi orang yang dia cintai. Selamanya.