Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA My Fiery Fireworks (Lidya M. Djuhandar of JKT48 Fanfixxx) [TAMAT]

Encore 01 : Epilogue.


1065 hari. Waktu yang tidak singkat untuk memelihara rindu yang telah terpupuk. 15979.21 Km bukan jarak yang dekat untuk merasakan peluk dan cium kekasih tercinta. Dan kami pun telah melewati itu semua. Tiba saatnya kami untuk bertemu. Mengisi sela jemari yang tercipta untuk diisi. Dan berkata “aku kangen kamu...”

“Iya aku juga kangen, tapi aku harus stay di sini sampai bulan depan. Aku masih harus menyelesaikan project-ku sama temen kuliah aku” kataku dengan ekspresi sedih lewat video call. Ya, saat ini aku tengah berhubungan via sinyal di udara dengan kekasihku, Lidya Maulida Djuhandar. Ia sedang berada di kamar bersejarah bagi kami. Dengan tembok merah muda yang masih tidak pudar sejak terakhir kali aku memasukinya. Lidya menggunakan ikat kepala berbahan handuk, sepertinya ia baru saja pulang dari kegiatan dan habis bersih-bersih. Kekasihku ini nampak segar walau tanpa riasan. Di saat wanita lain berlomba-lomba mentato alisnya agar terlihat tegas, ia dikaruniai alis yang tebal sehingga tidak perlu diubah secara berlebihan.

“Ya udah, aku tidur dulu ya. Ngantuk nih habis latihan buat event tahun baru besok” Keluh Lidya.

“Okay, mimpi indah alpha female-ku”

“Selamat berkegiatan juga, alpha male-ku... mmuuuach!”

Dan selama 3 tahun kami berhubungan jarak jauh, kami saling memanggil diri kami masing-masing dengan sebutan Alpha Male dan Alpha Female. Kami selayaknya Serigala dominan di alam liar yang saling berdampingan. We are the leader of the pack.

Klik! Aku menutup sambungan video call dan berakhirlah sesi kencan di udaraku dengan Lidya. Haha... kencan di udara. Teringat dengan lagu dari mendiang Farid Hardja, Bercinta di Udara. Dan betapa beruntungnya aku saat ini terbantu oleh teknologi. Meski berjauhan, aku tidak terasa jauh dengan Lidya karena teknologi. Tak bisa ku bayangkan jika video call terlambat ditemukan. Aku rasa butuh berbulan-bulan untuk saling bertukar surat dengan Lidya. Sejenak aku melihat lock screen ponselku. Sebuah foto yang ia kirimkan 3 tahun lalu yang setia aku pajang dan tidak aku ganti. Sebuah foto Lidya bersama keluargaku di Jogja. Ia tengah memeluk ibuku dengan senyum khas dan mata yang menyipit. Disamping kanan kirinya adalah ayah dan kakaku beserta istri yang tengah menggendong keponakanku yang masih balita.

Dan sepertinya Lidya percaya saja dengan perkataan bahwa aku masih belum bisa pulang. Nyatanya kini aku sedang berada di kedai milik Kang Angga. Baru saja aku mendarat di ibu kota beberapa jam lalu dan meminta Kang Angga untuk menjemputku sekaligus menagih hutang cerita tentang kejadian 3 tahun lalu di bandara. Sengaja aku tidak memberi tahu Lidya akan kepulanganku dan agar tidak curiga bahwa aku sedang di kedai Kang Angga, aku meminta ruangan Kang Angga biasa bekerja untuk sekedar menjawab panggilan Lidya tadi.

“Jadi, beneran kamu teh mau melakukan itu?” tanya Kang Angga sambil menepuk pundakku

“Iya, kang... udah saatnya, nggak mau lama-lama” yakinku.

“Ya udah, semoga lancar ya, bro. Aing mah dukung Kakak Leon nu ganteng ini”

“Halah, kalah ganteng gue sama lo, kang... Nuhun, permisi dulu!”

“Ati-ati bro!”

Dan kini aku telah berada di tengah sisa-sisa kemacetan ibu kota menuju rumahku. Sambil menunggu antrian kendaraan bergerak, aku membuka Instagramku. Ku lihat unggahan Instastory milik Lidya...

Sebuah foto dengan bubuhan kalimat “Wish you were here...”

Senyum terkembang tanpa aku sadari. “I’m already here, honey...” ucapku pelan. Aku sangat tidak sabar untuk bertemu dengannya.




-o00o-

Kerlap-kerlip lampu warna-warni menyorot panggung yang penuh dengan dekorasi khas tahun baru. Ya, kini aku tengah duduk di FOH. Tempatku biasa mengatur jalannya pertunjukkan. Namun kali ini aku duduk untuk menikmati pertunjukkan. Sebuah pertunjukkan spesial memperingati pergantian tahun. Sengaja idol group ini melakukan pertunjukkan di malam menjelang tahun baru bersama para fans loyalnya. Masih ramai, tapi tidak seramai 3 tahun lalu. Tentu Lidya tidak tahu bahwa aku sudah di sini. Di tempat biasa ia mempesona para pendukung setianya. Tak lama pertunjukkan pun dimulai.


Setelah beberapa lagu ditampilkan, Lidya masih belum menampakkan batang hidungnya. Namun, semesta melakukan tugasnya kembali. Lidya pun memasuki panggung bersama Viny dan Yona. Membawakan unit Itoshisa no Defense atau dalam bahasa Indonesia disebut Pertahanan akan Cinta. Dengan mini dress hitam, ia nampak anggun. Tidak berubah sejak aku meninggalkannya 3 tahun lalu. Ia masih belum menyadari keberadaanku.

Bagaikan berdoa

Dipeluk oleh lenganmu

Biarkan saja diriku sendiri

Betapa aku merindukan liukkan itu. Dan aku sekarang tengah memperhatikan detail-detail koreografi yang tersaji dipanggung. Dan mata kami pun bertemu saat itu juga. Lidya tak bisa membohongi diri sendiri. Masih tidak berubah, ketika ia terkejut jika ada yang salah. Ia sempat kehilangan konsentrasi namun ia bisa kembali menguasai dirinya lagi. Ia sempat mengerlingkan sebelah matanya padaku dan diiringi seringai senyum seperti serigala. Dan itu sampai di hatiku. Aku pun membalas senyumnya itu. Penonton pun bersorak dengan apa yang dia lakukan. Meski itu bukan ekspresi yang seharusnya. Dan unit Defense pun undur dari panggung.

Sebuah notifikasi menggetarkan ponselku yang ku silent

“Ih! Jahat, dateng nggak bilang-bilang! Hampir aja aku lupa koreo” sungut Lidya yang sempat-sempatnya mengirimkan chat setelah ia tampil.

“Hehehe maaf, namanya juga kejutan” balasku

“Dan sukses. Aku nggak nyangka! Aku nggak tahu sekarang mau ngapain. Aku Cuma mau peluk kamu sekarang!”

“Iya, nanti ya peluk-peluknya. Aku nggak kemana-mana kok”

“Harus. Karena aku mau bilang sesuatu di akhir show nanti, awas kalo pergi. Aku gigit kamu, aum!” ancam Lidya dengan akhiran emoji Serigala.

“Iya alpha female-ku. Eh, mau bilang apa sih?”

“Surprise pokoknya, dan ini sudah aku rencanakan jauh-jauh hari”

“I’ll wait for it”

“Okay, sekarang aku mau ganti kostum dulu, udah dipanggil orang wardrobe”

“Shaaap!”

Kembali aku menikmati show malam ini dengan memikirkan apa yang akan Lidya lakukan di akhir pertunjukkan.


-o00o-

“Nah, tibalah kita di akhir show special malam tahun baru ini, terima kasih sudah datang...” Ucap Melody di depan para member seluruh generasi yang ada. Panggung terlihat sangat penuh. Confetti yang telah ditembakkan di akhir lagu Heavy Rotation tadi berserakan di panggung. “Tapi, tunggu dulu... ada yang mau ngomong sesuatu di depan kalian nih sebelum kita undur diri” sambungnya. “Silahkan, Lidya untuk maju...” ucapan Melody pun tak pelak membuat semua member bertanya-tanya. Mereka saling menoleh ke sebelahnya mengira-ira apa yang akan dilakukan Lidya.

“Terima kasih sebelumnya buat yang udah datang malam ini, aku seneng banget masih banyak yang datang meski tidak sepenuh tahun lalu...” Lidya membuka obrolannya.

“7 tahun ya... bukan waktu singkat buat aku. Sudah banyak kejadian yang terjadi... baik senang atau sedih, baik yang mengesankan atau tidak...”

Aku mulai menegerti arah pembicaraan ini akan ke mana dan para penonton pun rasanya sudah mengetahuinya

“Tapi semua aku lalui dan membentuk aku yang sekarang... dulu aku yang sebenarnya sangat emosional dan sinis... perlahan berubah untuk lebih sabar dan berusaha meninggalkan kesan baik buat semua orang...”

Nada bicara Lidya mulai bergetar. Seperti menahan sesuatu yang berat. Terlihat beberapa member terlebih sahabat-sahabat satu tim Lidya mulai terisak, dan lebih banyak menunduk...

“Terutama buat fans-fans aku yang tidak pernah lelah untuk mendukung aku sampai sekarang... Aku tahu beberapa dari mereka sudah tidak lagi berada di sini mendukung aku... tapi mereka tetap menjadi bagian dari perjalanan aku dan akan aku ingat sampai selamanya. Pasti akan aku ceritakan pada anak-anak aku kelak. Bahwa ada orang-orang yang tidak kenal lelah mendukung aku, menyemangati diri aku agar belajar menjadi seseorang yang lebih baik untuk meraih mimpi-mimpi aku di sini...”

Mata Lidya mulai berkaca-kaca. Penonton sudah sadar dengan suasana ini. Suasana yang tidak asing dan akan berakhir mengharukan. Sebuah hari penentuan...

“Semangat Lidyaaaaa!” terdengar teriakan dari sisi kanan standing menyemangatinya

“Maka dari itu... aku... Lidya Maulida Djuhandar... Member Team K3... dengan ini...”

Lidya pun terisak. Dan aku tahu bahwa ini bukan rekayasa karena aku tahu apa yang Lidya lalui selama ini.

“Menyatakan kelulusan dari JKT48...”

Hingar bingar ruangan yang tadi sangat meriah kini berubah menjadi kelabu. Member K3 pun kompak menghampiri Lidya dan memberikan pelukan seerat mungkin. Penonton pun riuh meneriakkan semangat untuk Lidya.

Aku pun cukup terbawa suasana tersebut. Aku pun bahwa kata itu akan terlontar saat ini. Bahkan aku berharap ia masih lama di JKT48. Meski dengan hubungan kami yang tertutup rapi selama ini. Perasaanku kini tidak bisa aku deskripsikan. Aku pun mengetikkan kalimat ke kolom chat Lidya...

“Temui aku di dermaga Ancol. Aku tunggu”

Aku pun meninggalkan suasana haru itu dan segera bergegas menuju Ancol. Semoga perjalanan ke sana tidak ada kemacetan yang menghadang.


-o00o-


Pergantian tahun tinggal beberapa menit lagi dan saat ini aku telah berada di ujung dermaga. Ajaib sekali aku bisa sampai di sini tanpa halangan berarti di malam yang seharusnya jalanan menjadi lautan kendaraan dan manusia. Semesta memang bersama dengan orang-orang yang optimis. Angin begitu tenang berhembus, riak air laut berlomba-lomba menuju daratan dan menjadi buih, lampu kota berpendar di permukaannya dan Lidya belum muncul juga. Aku menanti dengan hati yang berdebar. Apakah ia akan datang? Seoptimisnya aku, toh aku juga manusia yang kadang sering ragu...

“Tap! Tap! Tap!” terdengar derap langkah orang berlari mendekat pada ku...

“MAS LEOOOOOOON!!!!!”

Aku mengenal suara itu. Perlahan aku menoleh ke belakang dan melihat seseorang dengan kaos JKT48 warna kuning Biru yang aku kenal. Ia membungkuk setelah berlari entah berapa lama...

“Lid... Lidya... Lidyaaaaa!!!!”

Sekuat tenaga aku berlari menuju Lidya. Begitu juga Lidya. Ia berlari menuju ke arahku!

Brukkk!

Tubuh kami saling bertemu, tangan kami saling menyilang di sela lekuk tubuh kami. Erat kami memeluk satu sama lain. Perasaan rindu selama 3 tahun yang begitu subur terpupuk akhirnya berbunga. Tangis haru pun meleleh dari mata kami. Aku pun mengecup pipi, kening dan bibir Lidya.

“Mas, aku kangen kamu!” rengek Lidya manja

“Aku pun begitu” jawabku singkat.

“Kenapa sih ninggalin aku tadi? Kan aku suruh tunggu. Jahat!” kembali Lidya merengek dan memukul dadaku.

“Aku nggak mau merasa berdosa... disaat fans kamu bersedih kamu grad, aku malah di situ”

“Nggak, mas. Aku nggak graduate karena itu...”

“Lalu?”

“Aku memang merencanakan itu sejak 3 tahun lalu, aku mau menunjukkan bahwa aku bisa jadi seseorang yang dapat membahagiakan orang lain, memberi kesan yang baik untuk dikenang... sampai aku menemukan kebahagiaanku...”

Aku sedikit terhenyak mendengar pernyataan Lidya.

“...dan kini aku telah menemukan kebahagiaanku. Kamu” ujar Lidya lugas.

Aku kembali mengecup bibir Lidya. Agak lama. Tanpa nafsu. Hanya rasa sayang yang tulus aku berikan.

“Jangan nangis, aku nggak mau lihat kebahagiaan aku bersedih” ucap Lidya sambil menyeka air mata yang mengalir di pipiku. “Aku nggak nangis karena sedih kok, aku nangis karena aku telah bertemu kebahagiaan aku untuk selamanya” kataku. Aku tersenyum dan memeluknya lebih erat. Menenggelamkan wajahku dipundaknya. Aroma tubuhnya masih sama seperti saat terakhir kali di bandara. Perlahan ia mengusap punggung juga rambutku.

“Bentar Lid, aku punya sesuatu buat kamu” Ujarku sambil berusaha melepas pelukannya. “Aaaaah... nggak mau lepasin! aku masih kangen tauk!” Lidya masih berusaha memelukku erat dan mendaratkan wajahnya di dadaku.

“Bentar aja kok, sayang”

“Bentar aja ya...”

“Iya bawel”

Lidya melonggarkan pelukkannya. Aku mundur selangkah menjauhi Lidya.

“Sayang, terima kasih udah bersabar sampai saat ini. Aku sangat berterima kasih sekali...” aku berbasa basi.

“Dan aku beruntung sekali bertemu dengan kamu. Meski dengan cara yang cukup ajaib...” aku meneruskan kata-kataku dan berusaha meraba-raba kantong belakangku tanpa diketahui Lidya

“Dan malam ini aku telah menentukan pilihan...” kataku menggantung. Lidya pun bingung dengan suasana ini. Sesekali ia menrapikan rambut panjangnya yang tertiup angin sehingga menutupi wajah cantiknya.

“Lid...” panggilku seraya berlutut

“Would you marry me?” sambungku seraya membuka kotak merah beludru yang berisi cincin. Cincin yang sama saat aku mengajaknya berkencan di kebun binatang. Cincin itu kembali akan melingkar di jari manisnya setelah ia mengembalikannya setelah kami bertengkar waktu itu.

“Jawabanku tetap sama, mas...” ia menjawab dengan nada menggantung

“Yes, I do”

Aku tersenyum dan memakaikan cincinnya di jari manis lentiknya. Aku bangkit dan kembali memeluknya. Wajah kami bertemu satu sama lain. Perlahan bibir kami saling mendekati, sedikit demi sedikit dan...

“Dor! Dor! Dor!”

Letupan kembang api mengejutkan kami. Sinarnya sangat indah dari posisi kami saat ini. Berwarna-warni melukis langit malam ini.

“Selamat tahun baru, kembang apiku...” ucapku

“Selamat tahun baru juga, kebahagiaanku” balasnya

Kami pun menikmati pertunjukkan kembang api sambil memeluk Lidya dari belakang. Ia pun menggenggam lenganku yang tersilang di atas perutnya. Sambil sesekali menyentuh pipiku. Dan kami akan mengingat malam ini sampai selamanya.


-o00o-

“Ayah, pelan-pelan dong bawa mobilnya, Leoni takut nih” protes istriku di sebelahku sambil memangku putri kecilku, Leonidya Putri Wira Atmadja yang sering dipanggil Leoni. Gabungan dari namaku dengan istriku. Ya, Lidya resmi menjadi istriku dan ibu dari putriku. Kami menikah 2 tahun setelah ia menyatakan graduate dari JKT48. Tak perlu aku jelaskan pernikahan kami. Intinya, sederhana, intim dan bermakna. Rekan-rekan kami pun tak lupa kami undang dan tentunya yang sangat heboh adalah para member-member JKT48.

“Iya maaf, kebawa suasana. Pengen cepet-cepet nostalgia” ujarku meminta maaf. Kini kami sedang dalam perjalanan menuju tempat bersejarah bagi kami. Tempat kami bertemu pertama kali. Masih ada beberapa kilometer lagi menuju tempat itu.

Setelah beberapa saat kemudian, sampailah kami di basement tempat kami biasa parkir di mall ini. Menaiki eskalator untuk menuju lantai dasar dan selanjutnya menaiki lift. Ku tekan tombol F4 yang mungkin sudah jutaan kali ditekan. Lantai legendaris bagi orang-orang yang mempunyai kenangan di sana. Hanya beberapa detik saja, lift telah mengantar kami ke lantai yang kami maksud. Kami berbelok ke kiri tempat sekeluarnya dari Lift. Aku kini menggendong Leoni, bergantian dengan Lidya yang sepertinya sudah tidak kuat memangku putri kami selama perjalanan.

Dan sampailah kami di tempat yang kami maksud. Tempat di mana tawa, senyum, haru menjadi satu. Theater JKT48.

Namun tempat itu kini berbeda. Sudah tidak ada neon bertuliskan “The Most Sophisticated Show in Indonesia”, tidak ada lagi Babe dan rekan Security lainnya menjaga di depannya. Tempat itu telah tertutup dengan papan bertuliskan “FOR RENT”. Ya, theater JKT48 sudah tidak ada lagi, begitu juga dengan JKT48 sendiri. Mereka telah purna tugas sebagai idola remaja setahun lalu. Kami sangat terkejut mendengar kabar itu dan kami berkesempatan menghadiri show terakhir JKT48 setiap team. Ramai. Satu kata yang bisa mewakilkan keeadaan saat itu. Bahkan lobby teater pun penuh orang-orang yang tidak beruntung bisa mendapatkan tiket pertunjukkan terakhir itu. Dan pihak mall pun sempat kewalahan akan itu. Banyak fans yang datang, entah itu fans baru atau yang lama menghilang.

“Sayang ya, yah... JKT48 bubar” ucap Lidya

“Ya, padahal saat itu JKT48 sedang meraih kesuksesannya kembali” balasku. Dan terakhir aku dengar, member-member yang tersisa banyak yang sukses menjadi entertainer. Menghias banyak acara televisi dan sisanya menjadi gadis biasa lagi. Entah bekerja kantoran, pengusaha atau ibu rumah tangga.

“Ayah, mau turun...” Leoni merengek. Aku pun menurutinya tapi tiba-tiba ia berlari “Hei nak! Hati-hati! Jangan lari” Lidya memperingatkan.

“Bruk!”

Leoni terjatuh karena tak seimbang. “Huaaaaaaaaaaaa!” tangis Leoni pecah. Kami bergegas menghampiri Leoni yang kesakitan, aku memeriksanya apakah ada memar atau apa. Tidak ada memar, mungkin ia hanya kaget saja.

“Kamu nggak apa2?” Tanya seorang anak laki-laki seumuran Leoni.

“Woi bro!” sapa seorang yang tidak asing bagiku

“Kang Angga? Lho kok bisa kesini” tanyaku keheranan. Setahuku ia kembali ke Bandung bersama istrinya yang tak lain tak bukan...

“Aaaaaaaah Kak Yonaaaaa!!!!” teriak istriku seraya memeluk Yona. Tak lupa mencium pipi kiri dan kanan. Benar, Yona adalah istri Kang Angga sekarang. Dan belakangan aku tahu gadis yang berpapasan dengan ku di kedai Kang Angga benar Yona. Aku tidak tahu dari mana ia mengenal Yona.

“Apa kabar, kang?” ucapku sambil menjabat tangannya

“Sae, bro. Makin seger aja nih sejak punya anak”

“Ah biasa aja. Emang ke sini dalam rangka apa?

“Itu pamajikan. Katanya kangen ke teater. Udah punya buntut kitu, masih pengen jejogedan wae, pusing aing” canda Kang Angga. “Sembarangan kalo ngomong ya?” tukas Yona sambil menoyor kepala Kang Angga. Kami pun tertawa akan kelakuan Kang Angga.

“Bro, kayaknya kita bakal jadi besan nih...” potong kang Angga.

“Maksudnya kang?” aku kebingungan

“Eta anak-anak pada kabogohan gitu” tunjuk kang Angga menunujuk anak laki-laki itu yang sedang menenangkan Leoni. “Udah ya jangan nangis, ada kakak di sini” ucap anak Kang Angga. Dan Leoni pun memeluk anak itu dengan tulus. Seakan dia satu-satunya pelindung yang ada. Dan ingatanku kembali pada saat aku bertemu Lidya pertama kali.

“Aaaaaah... lucu banget kak Yona! Aku mau jodohin anak aku sama anak kak Yona hihi” sambar istriku. “Yak sah! Kita besanan” seru kang Angga sambil mengangkat tangannya mengajak tos. Aku pun menyetujui. Lidya dan Yona pun berpelukan. Sebuah kebahagiaan terjadi di tempat penuh kenangan ini.

“Yuklah makan... Lapar nih nyetir dari Bandung”

“Siap kang, saya yang traktir!” tawarku

“Hayuklah!”

Lidya dan Yona menggendong anak-anak masing dan berjalan menuju Foodcourt di atas kami. Aku pun mengikuti perlahan di belakang. Dan aku berhenti sejenak di depan bekas teater JKT48 itu.

“Woi! Cepetan udah laper nih!” seru kang Angga memecah lamunanku.

Aku pun berlari kecil menghampirinya.

“Terima kasih atas kenangan yang tak terlupakan ini. Dan terima kasih telah mempertemukanku dengan kebahagiaanku. Keluargaku” batinku




End of Encore 1.
Membaca epilog ini kembali setelah pengumuman mengejutkan beberapa jam lalu dan perasaannya jadi beda. Ga menyangka waktu ini jadi kenyataan juga. Semoga ada jalan terbaik bagi mereka.

--------

"When fiction slowly become a reality"
 
Membaca epilog ini kembali setelah pengumuman mengejutkan beberapa jam lalu dan perasaannya jadi beda. Ga menyangka waktu ini jadi kenyataan juga. Semoga ada jalan terbaik bagi mereka.

--------

"When fiction slowly become a reality"
Busyet beda lah hu... Jeketi yang beneran kan phk massal aja tapi blom bubar... Wkwkwk...
 
"Padahal saat itu JKT48 sedang meraih kesuksesannya kembali"

Duh bener pas baca ulang kok.. hahaha
 
Terakhir diubah:
ane sempet mikir dulu skenario ini kalo beneran terjadi gmn yaa.. dan semalem emang bener2 membuat spot jantung
 

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd