Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA My Captain : Announcement

Bimabet
Suka nih kalo tiap hari ada satu cerita yang update di forum ini tp sayangnya kentang bgt hu sama cinhap wkwkw
 
“Ah santai aja lagi. By the way ini nomor lo ya? Gue save boleh biar bisa lanjut ngobrol atau chat di whatsapp?”

“Boleh dong.. yaudah deh siap-siap dulu gih Zein. Nanti whatsapp aja yaa,”

“Okee byee Anin,”

Setelah menutup telefonnya gue pun segera save nomor Anin dan chat dia di Whatsapp sekedar say hi agar dia mengetahui whatsapp gue.



“Hmm Anin yaa.. kalo diliat-liat lucu juga nih anak,”
Walahh baubaunya ada udang dibalik kwetiau seafood nih

Alias

Nice update suhuu.. lanjutkan
 
Part 11 – Complicated

*Zein POV*

KRRIIIINNNGGG KRRIIIINNNGGG

“Duuhh siapa si nelefon pagi-pagi... gatau orang lagi ribet apa yak,”




Setelah melihat HP, yang menelefon itu adalah nomor yang belum gue save. Hmm siapa sih nih? Palingan juga sales yang nawarin kartu kredit atau mungkin penipu mama minta pulsa. Tapi penasaran juga sih... ah angkat aja lah..

“Hallo..”

“Hai.. eee ini nomor Zein kan?” ucap seorang perempuan di telefon itu

Yang pasti ini bukan penipu mama minta pulsa, modus penipuan yang seperti ini tak pernah prepare dengan detail sampai mengetahui nama. Berarti dugaan pertama gue yang kemungkinan benar yaitu sales nawarin kartu kredit. Eh tunggu dulu deh, umur gue kan belom 21.. mana mungkin sales kartu kredit nelfon gue..

“Iyaa.. eehh sorry ini siapa ya?”

“Eemm ini gue Anin,”

Oalaahh Anin toh, pantesan kok kayak gue pernah denger suaranya. Tapi dia dapet nomor gue darimana dah? Ah bodoamat sih yang penting orang yang nelefon gue adalah orang yang gue kenal..

“Oohh iya Anin.. kenapa?”

“eee gapapa sih cuma mau nanya aja gimana tanggepan Kak Farrel tentang yang kemarin?”

“Aahh itu yaa... hmm gue udah sempet ngobrol sih tapi belom sampe ceritain ke detail-detailnya soalnya tadi dia buru-buru pergi,” ucap gue menjelaskan

“Ooh pergi kemana emang?” tanya Anin lagi

“Katanya sih mau latihan sama Coach Jay,”

“Eh Kak Farrel mau balik ke tim Royal FC?”

“Gatau sih kayaknya cuma latihan fisik biasa. Kalo balik ke Royal FC kayaknya belum, kami kan latihannya nanti siang,”

Tapi kalo di pikir-pikir kenapa dia mesti latihan sama Coach Jay di hari Royal FC latihan juga ya? Apa jangan-jangan nanti pas kita latihan dia kasih surprise dengan kabar kembali ke Royal FC? Ah gue sih ga berharap banyak, dia aja masih trauma sama cederanya..

“Oohh berarti lo lagi siap-siap dong ini?”

“Iyanih lagi beberes perlengkapan latihan,”

“Ehh sorry ya ganggu hehe,”

“Ah santai aja lagi. By the way ini nomor lo ya? Gue save boleh biar bisa lanjut ngobrol atau chat di whatsapp?”

“Boleh dong.. yaudah deh siap-siap dulu gih Zein. Nanti whatsapp aja yaa,”

“Okee byee Anin,”

Setelah menutup telefonnya gue pun segera save nomor Anin dan chat dia di Whatsapp sekedar say hi agar dia mengetahui whatsapp gue.




“Hmm Anin yaa.. kalo diliat-liat lucu juga nih anak,”

*****​

*Farrel POV*

-Stadion Utama Gelora Bung Karno-


“GO GO FASTER!”

Suara Coach Jay begitu mendominasi di pagi yang sejuk di komplek olahraga kebanggan negara Indonesia ini. Senin pagi di stadion utama gelora bung karno ini cukup sepi, padahal biasanya cukup ramai para pekerja kantoran yang menyempatkan diri untuk berolahraga pagi sebelum ke kantor masing-masing. Mungkin efek tanggal merah jadi warga Jakarta banyak yang pergi keluar kota atau hanya sekedar beristirahat dirumah.

HAP! HAP! HAP!

Dengan usaha maksimal gue berusaha melewati cone-cone yang sudah dipasang oleh Coach Jay sedemikian rupa untuk melatih kecepatan serta kelincahan. Ya, saat ini gue sedang berlatih bersama Coach Jay. Walaupun belum mengiyakan ajakan beliau untuk bergabung kembali ke dalam skuad Royal FC, beliau begitu bersemangat melatih gue yang sebenarnya hanya ingin menjaga kebugaran dan melepas rindu berlatih sepakbola saja.

“Come on Farrel bisa lebih cepat!”

Oiya sebenarnya tadi pagi Cindy sempat menghubungi gue via Whatsapp meminta untuk di temani theateran tapi gue tak bisa karena sudah janji terlebih dahulu dengan Coach Jay. Dia ingin gue sesekali menontonnya perform. Karena tidak bisa, sebagai gantinya nanti setelah latihan dan Cindy selesai show, gue akan menjemput dan mengantarnya pulang.

“Good! Satu set lagi!”

Balik ke latihan ini, memang kecepatan dan kelincahan gue tidak semaksimal dulu sebelum cedera. Hal ini menurut gue wajar karena cedera yang gue alami adalah lutut dimana area ini menjadi salah satu tumpuan untuk bergerak secara cepat dan gesit. Dan yang gue alami adalah rasa takut suatu ketika akan salah tumpuan dan mengakibatkan cedera kambuhan sehingga membuat gue bergerak dengan sangat hati-hati.

“Oke cukup!”

Akhirnya sesi latihan gue dengan Coach Jay pun selesai, dan tidak terasa hampir 2 jam gue jalani sesi latihan ini dengan penuh semangat. Mungkin efek sudah lama tidak latihan dan rindu melakukan hal-hal berbau sepakbola yang membuat sesi latihan ini terasa sangat cepat berakhir.

“Coach minum gue abis nih.. izin beli minum dulu yak,”

“Yaudeh ntar balik lagi kemari yaa,”

“Siappp,”

Gue pun meninggalkan Coach Jay sebentar hanya sekedar membeli minuman. Bisa-bisanya gue membawa air minum sedikit, padahal gue tau kalau hari ini Coach Jay akan memberikan materi latihan fisik yang tentunya akan menguras tenaga. Untungnya di dekat sini ada petugas GBK yang menjual minuman, sehingga gue hanya perlu berjalan sedikit keluar dari lingkar luar stadion ini untuk mendapatkan minuman...

“Bu air mineralnya satu ya,” ucap gue begitu sampai di tempat jual minum tersebut

Suasana GBK hari ini memang cukup sepi, di tempat jualan itu yang biasanya ada beberapa orang yang nongkrong sambil menikmati minuman seduh kini hanya ada seorang cewek yang sepertinya habis olahraga juga menunggu minumanyang ia pesan jadi.

Memang tidak ada yang menarik perhatian gue pada kondisi ini sampai akhirnya cewek tersebut yang tadinya duduk membelakangi gue menoleh...


“Ayana?”

Kami berdua sama-sama terkejut karena tak menyangka akan bertemu untuk pertama kalinya semenjak kejadian yang menurut gue adalah dosa terbesar gue kepada Ayana. Bukannya terlalu percaya diri, tapi dari tatapan matanya gue yakin kalau Ayana rindu pada gue. Terlihat sekali kalau Ayana bingung harus bersikap seperti apa. Kami pun terjebak dalam suasana yang cukup awkward sampai akhirnya Ayana beranjak dari tempat duduknya..

“Bu ini uangnya.. makasih ya,” ucap Ayana kepada penjualnya dan kemudian langsung pergi

“Ehh neng ini minumannya belom jadi....” ucap penjual tersebut sedikit berteriak agar Ayana yang pergi menjauh dengar

Gue pun bermaksud untuk mengejar Ayana..

“Ayy ayy ayy tunggu dulu dong plis jangan menghindar terus,” ucap gue sambil menahan tangan Ayana

“Lepasin ih!” ucap Ayana sembari berontak melepaskan tangannya dari genggaman gue

Tanpa disadari genggaman gue cukup keras sehingga sedikit menyakiti Ayana..

“Aw sakit!”

“Eh sorry.. plis dengerin gue dulu,”

“Apa lagi yang mau dijelasin?!” ucap Ayana dengan mata sedikit berkaca-kaca

Memang tak perlu ada yang dijelaskan lagi, itu murni kesalahan gue. Tapi setidaknya gue ingin meminta maaf secara lebih proper dan berharap Ayana ingin memaafkan gue sehingga semuanya kembali seperti dulu lagi. Namun baru saja akan mengucapkan satu kata, seseorang datang dengan gaya sok jagoannya dan seperti menantang gue..

“Lo ngapain disini hah?” ucapnya dengan nada tengil sembari mendorong kecil gue

Siapa lagi cowo di cerita ini yang setengil itu kalau bukan Divo...

Ya, Divo

Sepertinya Ayana tidak berolahraga sendirian di GBK pagi ini, melainkan dia pergi bersama Divo. Hahhh kenapa orang ini selalu ganggu gue di saat yang tidak tepat sih...

“Gue gaada urusan dan gamau cari ribut sama lo,” ucap gue

“Ya pasti ada urusan lah! Semua yang menyangkut cewek gue menjadi urusan gue,”

Wait.. APA?! Divo barusan bilang cewek dia?! Seriusan secepat ini?!

“Hah?! Cewek lo?!”

“Kenapa?! Ga percaya? Tanya aja sendiri sama Ayana,”

Seketika gue langsung mengengok ke arah Ayana berharap dia menjawab tidak dan mendapat kejelasan atas semua ini. Namun harapan gue hanyalah sebuah harapan, Ayana tidak buka suara sedikitpun. Dan tak lama setelah itu Divo mengajaknya untuk pergi meninggalkan tempat itu...

Gue terdiam..

Entah berapa lama gue berdiri terdiam ditempat itu, yang pasti otak gue terasa sangat berat dan banyak pikiran. Dengan jalan yang seperti zombie efek pikiran yang tidak karuan, gue kembali ke tempat latihan tadi dimana Coach Jay sedang menunggu. Gue membanting minuman yang gue beli dan melamun dengan posisi duduk memeluk lutut.

“Wei nyantai apa!” teriak Coach Jay yang terkejut dengan bantingan botol minum

“Jadi gimana nih.. aman kan lutut lo,” lanjut Coach Jay

Gue yang masih melamun tentunya tak menjawab pertanyaan Coach Jay tadi. Bukannya tak ingin menjawab, namun jujur saja gue tak mendengar apa yang beliau tanyakan karena saat ini fokus otak gue hanya tertuju pada Ayana dan Divo.

“Woi! Diem bae lu,” teriak Coach Jay yang memecah lamunan gue

“Ehh iyaa gimana?”

“Yee mikirin apa sih lu?”

“Engga-engga hehe gimana-gimana coach?”

Karena tak ingin Coach Jay tahu masalah tadi, gue pun segera melupakan sejenak agar bisa mengobrol dengan beliau secara benar..

“Gimana keputusan lo? Lutut lo aman gitu kan,”

“Hmm ya aman sih coach tapi kan bisa liat sendiri tadi pergerakan gue ga kayak dulu lagi,”

“Namanya juga baru mulai lagi. Lo lupa ucapan gue yang selalu jadi pegangan anak-anak?”

Ngomong-ngomong tentang ucapannya, tentu gue tak pernah melupakannya. Ucapan dari Coach Jay yang bagi gue dan anak-anak Royal FC sangat membuat motivasi kami naik

“Bisa Karena Terbiasa”

Sederhana memang, namun kalau di maknai lebih dalam lagi bisa menjadi kalimat yang luar biasa. Kalimat inilah yang selalu di ucapkan Coach Jay terutama kepada anak-anak baru saat latihan perdana di tahun ajaran baru. Hal ini dilakukan untuk menaikan moral dan semangat para anggota baru Royal FC agar memiliki fighting spirit dan bersaing secara sehat demi satu tempat di skuad inti yang akan turun di turnamen-turnamen.

“Gue gapernah lupa lah coach... tapi kalo targetnya adalah turnamen terdekat kayaknya engga deh coach. Terlalu mepet,”

“Ya gue juga udah mikirin hal ini sih. Tapi kehadiran lo cukup membuat suasana internal tim jadi lebih positif lagi,”

“Hahaha lebay lo ah,”

“Lah dikata lebay. Gue tau lo ambil alih tim waktu pertandingan lawan Erasmus tempo hari,”

“Hah tau darimana lo?”

“Tau lah orang anak-anak yang cerita,” ucap Coach Jay

“Divo kan?” ucapnya lagi menambahkan

Tunggu dulu... kenapa tiba-tiba Coach Jay menyebut nama Divo? Apakah dia melihat kejadian barusan? Atau mungkin dia telah menyadari rivalitas antara gue dengan Divo? Gue rasa tidak, rivalitas antara gue dengan Divo di mode tensi yang lebih panas baru saja terjadi ketika masalah personal ikut andil di dalamnya, dan tentunya gue juga tak mendeklarasikan secara terang-terangan ke orang-orang kan...

“Mau kan ngalahin Divo?” tanya Coach Jay kembali

Pertanyaan macam apa ini Coach? Ya jelas lah gue mau ngalahin cowok tengil itu, terlebih setelah kejadian yang barusan gue alami..

“Ya mau lah!”

“Good! Itu semangat yang harus ada dalam diri kapten Royal FC. Hmm gue ada tawaran menarik buat lo.. yang pasti ini salah satu jalur lo buat ngalahin Divo,” ucap Coach Jay

“Tawaran apa Coach?”

“Gue berencana tetep masukin nama lo di skuad Royal FC, tapi terkait waktu bermain itu sepenuhnya ada di keputusan lo siap atau engga main. Di turnamen ini gue mau lo tetep punya peran di tim walaupun ga main,”

“Terus peran apa kalo gue ga main coach?”

“Gue berencana jadiin lo asisten pelatih sebagai tugas utama lo di turnamen terdekat. Gimana?”

*****​

*Anin POV*

-Theater JKT48-


“Hai kakk,” sapaku pada staff theater

“Hallo Anin.. baru dateng?”

“Iyanih hehe maaf ya kakk,”

“Yaudah cepet ke backstage gih,”

Hari ini memang aku ada jadwal Show 2, tapi karena satu dan lain hal aku baru datang sekitar dua jam sebelum show. Tak biasa memang hari Senin terdapat dua show karena biasanya jadwal theater dengan dua show hanya ada pada weekend. Namun mungkin karena tanggal merah dan kebetulan long weekend membuat hari ini dianggap seperti weekend.

Sesampainya di backstage aku melihat masih ada banyak member Team J yang sedang bersantai setelah menyelesaikan show 1. Tak terkecuali member yang saat ini malas ku temui karena menurutku dia adalah cewek jahat dengan cover cewek polos, yaitu Cindy. Aku memilih untuk duduk agak jauh darinya karena tak ingin moodku jelek sebelum perform. Namun tiba-tiba aku mendengarnya mengangkat telefon dari seseorang.

“Hai kakk...” ucap Cindy setelah mengangkat telefonnya



“Aku udah selesai kok kakk.. jadi jemput?” ucapnya lagi



“Okedeh kakk... kabarin aja yaa aku mau beli makan dulu soalnya diatas hehe,”



“Okee hati-hati kakkk,”


Sumpah mendengarnya aku kesel banget, yang terlintas di pikiranku telefon tersebut pasti dari Kak Farrel...

“Cieee Cindy mau dijemput.. awas loh ketahuan fans,” ucap Aurel

Ledekan dari Aurel tadi memancing member-member yang lain untuk menimpali dan ikut meledek Cindy. Aku yang tidak tahan pada situasi ini dengan emosi menghampiri Cindy..

“Itu siapa?” tanyaku dengan nada jutek

“Ee..ehh Kak Anin.. ee bukan siapa-siapa kok,” jawabnya terbata-bata

“Kak Farrel kan itu yang tadi nelfon kamu?!” ucapku dengan nada tinggi

Suaraku yang mulai meninggi memancing perhatian seluruh member yang ada di backstage. Suasana seketika hening dengan aku dan Cindy menjadi pusat perhatiannya..

“Tolong jauhin Kak Farrel kalo niat kamu buat jahatin dia!”

“Maa..maksud kamu apa kakk anin? Aku ga paham...” ucap Cindy berusaha menutupi

“Ga usah pura-pura polos!” ucapku membentak

“Pura-pura polos gimana kakk... aku bener-bener ga paham,” jawabnya yang masih membela diri

“DIBILANGIN GAUSAH SOK POLOS!”

Aku yang sudah dikuasai oleh emosi secara reflek menjambak rambut Cindy. Para member yang lain pun kaget dan berusaha melerai kami berdua. Suasana yang chaos membuatku secara tak sengaja melukai pipi Cindy...

“STOP! Ada apa ini?!”


Kak Melody, General Manager Theater pun tiba-tiba masuk ke backstage dan membuat seisi backstage terdiam. Aku yang melihat Kak Melody pun seketika langsung takut karena keributan ini aku yang memulai.

“Kenapa kalian?! Anin! Jelasin!” ucap Kak Melody

Aku benar-benar dibuat diam oleh Kak Melody, tentu tidak mungkin aku menceritakan semuanya karena ini terlalu private untuk diceritakan di depan banyak member di backstage ini. Kak Melody yang mengerti kondisi ini langsung mengajakku dan Cindy untuk berbicara bertiga saja dan saat situasi sudah lebih private aku baru berani menjelaskannya walaupun tidak secara detail. Setelah aku menceritakannya, Kak Melody justru menyuruh aku untuk pulang dan tidak ambil bagian dalam show 2. Tentunya aku mengerti karena dengan mood seperti ini aku tak akan perform dengan baik, namun hal ini tentu cukup membuatku sedih. Dan entah kenapa aku spontan menelefon Zein..

“Hallo Zein,” ucapku dengan intonasi tersedak menahan sedih

“Nin... lo nangis? Ada apa?”

“Lo selesai latihan jam berapa?”

“Kira-kira jam 4an lah.. kenapa?” ucap Zein

Jujur aku tak tahu kenapa orang yang ku telefon di saat seperti ini adalah Zein. Untungnya respon dia cukup baik dengan seakan perduli kepadaku..

“Boleh ketemuan ga abis lo latihan? Gue mau cerita,”

“Iyaa boleh kokk.. lo kenapa sih?”

“Nanti aja gue cerita yaa,”

“Yaudah-yaudah tapi lo jangan nangis ya,”

“Iyaa Zein makasih yaa,”

*****​

*Farrel POV*

-Parkiran f(x) Sudirman-


Sesuai janji gue, setelah selesai latihan dengan Coach Jay gue akan menunggu Cindy selesai perfrom dan mengantarnya pulang. Sebenarnya ada maksud lain gue menawarkan tumpangan pulang kepada Cindy, yaitu menanyakan kebenaran cerita Anin tentang dirinya. Setelah gue mengabari Cindy kalau sudah sampai di parkiran, tak lama berselang dia pun datang..

“Hai kak.. udah lama?”


Kalo diliat-liat Cindy ini cantik juga ya...

“Kakk? Kok diem?”

“Ehh engga haha... aku baru nyampe kok,”

“Oalaahh nih aku beliin okonomiyaki di atas,”

Dari semua makanan enak di dunia ini kenapa Cindy mesti beliin okonomiyaki sih? Makanan yang notabene mempunyai banyak kenangan dengan Ayana di dalamnya. Tapi bagaimanapun juga gue menghargai Cindy. Selain karena makanan yang diberikannya, gue juga tau kalau Cindy dalam tahap mendekatkan diri dengan gue. Jadi setidaknya gue tak akan membahas mengenai Ayana kepadanya.

“Wiihh makasih yaa.. kamu udah makan? Kalo belom makan bareng aja ini,”

“Udah kok kak hehe,”

Senyumannya begitu manis, rasanya sangat jahat kalau Anin bilang Cindy terlibat dalam semua ini. Tapi tunggu dulu kenapa di bagian pipinya seperti ada bekas cakaran?

“Cin...”

“Ehh iya kak?”

“Pipimu kenapa? ucap gue sembari mengelus pipinya yang chubby tersebut

Seketika pipi Cindy berubah menjadi warna merah begitu gue mengelusnya. Terlihat jelas bahwa Cindy salah tingkah mendapat perlakuan seperti itu. Namun gue tak ada niat sama sekali untuk membuatnya salah tingkah, fokus gue hanya pada luka di pipinya saja.

“Ehh gapapa kok kakk.. tadi cuma ga sengaja kecakar pas perform hehe,” ucapnya

“Beneran ga sengaja kecakar?” tanya gue yang entah kenapa sulit percaya

“I.. iyaa kakk,”

“Yaudah ku kasih obat ya,”

Gue pun mengambil kotak P3K yang selalu tersedia di mobil. Dengan hati-hati gue memberikan obat merah kepada luka di pipi Cindy..

“Aw perih kak,”

“Tahan sedikit yaa.. biar cepet sembuh lukanya,”

Cindy terdiam seribu bahasa melihat gue mengobatinya. Sesekali mata kami berdua saling bertemu dan ketika saat itu terjadi Cindy langsung memalingkan pandangannya. Wajah kami sangat berdekatan saat itu dan semakin lama semakin dekat.

“Mmmmhhhh,”

Bibir kami saling bertemu dan terlibat dalam ciuman yang cukup mesra. Cindy tak melawan sama sekali, dan justru menyambut ciuman gue dengan mengalungkan tangannya pada leher gue serta memainkan lidahnya. Tangan gue pun secara reflek meremas kedua payudaranya yang besar jika dibandingkan dengan rata-rata ukuran payudara member lain.

TIN TIN

Tiba-tiba kami dikagetkan dengan bunyi mobil yang baru di buka kunci oleh pemiliknya. Kami pun langsung melepaskan ciuman dan menjauh karena tak ingin ke gap orang sedang macem-macem di dalam mobil..

“Eh maaf cin,”

“Iyaa kak gapapa hehe,”

Tak ingin lama-lama berada di suasana awkward ini, gue pun langsung menjalankan mobil dan meninggalkan mall dua huruf ini untuk segera menuju ke kosan Cindy. Sepanjang perjalanan tak banyak yang kami bicarkan dan tanpa disadari sebentar lagi kami tiba di kosan Cindy. Tak ingin rencana gagal, akhirnya gue memberanikan diri untuk menanyakan kebenaran terkait cerita Anin tentang Cindy beberapa saat lalu.

“Cin aku boleh nanya sesuatu?”

“Nanya apa kak?”

“Kamu kenal sama Divo Deva?”

Begitu mendengar pertanyaan itu, gue bisa melihat Cindy seperti gelagapan dan bingung harus menjawab apa..

“Ehh yaa.. yaa kenal lah kak.. kan Kak Farrel yang cerita tentang mereka berdua,”

“Bukan itu cin.. maksudku kenal secara personal,”

Cindy hanya terdiam mendengar pertanyaan gue tadi dan di waktu yang hampir bersamaan kami tiba di depan kosan Cindy.

“Eh udah nyampe ya.. makasih ya kak udah dikasih tumpangan hari ini. Mau masuk dulu?”

“Gausah.. aku langsung pulang aja,”

“Yaudah hati-hati dijalan ya kakk.. kabari aku kalo udah sampe rumah ya,”

Cindy pun langsung turun dari mobil gue dan masuk ke kosannya.

*****​

-Taman Komplek Perumahan-

Setelah mengantar Cindy pulang ke kosannya, gue memutuskan untuk pergi ke taman yang berada di komplek perumahan gue. Taman yang selalu menjadi tempat gue untuk merefresh otak sejenak dari segala permasalah yang gue hadapi di kehidupan nyata.

“Reell rell banyak banget masalah sih hidup lo,” ucap gue berbicara pada diri sendiri
.
.
.
.
“Gue gaada urusan dan gamau cari ribut sama lo,” ucap gue

“Ya pasti ada urusan lah! Semua yang menyangkut cewek gue menjadi urusan gue,”

“Hah?! Cewek lo?!”

“Kenapa?! Ga percaya? Tanya aja sendiri sama Ayana,”

.
.
Masalah Ayana...
.
.
.
“Bang gue mau ngomong sama lo,” ucap Zein

“Ngomong apaan?”

“Lo salah paham sama Anin. Kemaren dia ceritain semuanya ke gue,”

“Duh ntar aja ya gue buru-buru mau latihan sama Coach Jay di GBK,” ucap gue yang langsung pergi meninggalkan Zein

.
.

Sampe masalah Anin dan Cindy yang Zein pun tiba-tiba jadi tau. Tapi apa benar Cindy terlibat dalam semua ini? Terlebih Zein tadi pagi sepertinya ingin menjelaskan sesuatu yang sepertinya kalau gue memberikan waktu sedikit tadi pagi, semuanya akan lebih jelas. Tapi tentunya gue gaboleh percaya dari satu pihak aja dong. Walaupun gue tau cerita Zein nanti akan lebih pro Anin, gue harus cari tahu lagi kebenarannya. Tapi sikap Cindy yang seperti tidak ingin menjawab pertanyaan gue tadi cukup mencurigakan juga sih..

“Hahhh bodoamat lah sama semua permasalahan ini,”

Gue pun mengatur posisi duduk gue kembali agar lebih nyaman, kemudian memejamkan mata dan mengosongkan pikiran sejenak. Cara ini cukup efektif membuat gue merasa damai dan lebih tenang.

Namun...

Bagaimana pun juga cara ini hanya membuat pikiran tenang, bukan menyelesaikan masalah. Untuk itu gue harus memikirkan penyelesaiannya. Treatment ini cukup membuat otak jadi lebih fresh dan ketika otak fresh, maka kita akan dapat berfikir dengan lebih jernih.

15 menit gue mencoba tenang dan mencari jalan keluarnya, namun sepertinya otak gue belum sepenuhnya plong. Sepertinya gue membutuhkan orang yang akan jadi ku jadikan pelampiasan menceritakan semua masalah yang gue alami. Tapi siapa? Ayana yang biasanya jadi tempat curhat gue kan justru sedang bermasalah sama gue. Temen-temen Royal FC gue? Rasanya ga mungkin.. Zein? Ahh gengsi gila... Thacil? Bisa-bisa bukannya curhat malah...

AH SUDAHLAH! Memikirkan partner untuk dijadikan teman curhat sepertinya akan membuat beban pikiran ini bertambah..

“Hai Farrel,”


-To Be Continued-
Asiikk nih bu GM ikut cerita....
 
Terimakasih atas updateany suhu
 
Klo kata pro player PUBG yang abis chicken dinner mah... "Kebetulan Hoki aja"
Kata Caster kali keseringan yg ngomong begituan mah caster
 
Bimabet
Aannjiiirrr, ternyata farel jg pernah ngesekusi bu GM,
Masih stay nunggu siapa yg dapetin si keturunan jepang Ayana
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd