Jonathan Santoso
Namaku Jonathan Santoso. Biasa dipanggil Jo.
Tinggi 170cm dengan perawakan sedang sedikit kurus dengan rambut agak panjang seperti kebanyakan anak-anak muda awal tahun 2000an.
Wajah biasa-biasa saja.
Aku berasal dari keluarga chinese keturunan, tapi kulit tubuhku sawo matang, tidak putih atau kuning seperti orang-orang chinese kebanyakan.
Aku anak kedua dari 3 bersaudara dan merupakan anak laki-laki satu-satunya.
Diatasku ada ce Michele. Biasa ku panggil ce Mimi. Berkulit putih. Sangat putih malah. Tinggi 160 cm dengan berat badan seimbang, rambut yang lurus sedikit melewati bahu, dada sedang membulat dan pinggul yang kecil tapi membusung.
Dibawahku 3 tahun ada adikku Yenita. Wajahnya mirip dengan ceceku, kulitnyapun sama-sama sangat putih. Tapi kalau perawakan cece ku lebih langsing seperti model, sedangkan Yanita lebih berisi sekal sexy dan menggoda.
Boleh dibilang dua saudara perempuanku ini cantik-cantik, sexy, dan imut. Kalau jaman sekarang mungkin bisa dibilang mirip seperti para personil jkt48.
Saat itu aku adalah siswa kelas 3 sma di Tangerang. Baru berumur 18 tahun kurang. Adikku Yenita masih kelas 3 smp, sementara cece ku sudah berumur 21 tahun. Mahasiswi sebuah universitas swasta dijakarta sambil bekerja. Keseharian nya ce Mimi tinggal di rumah kost dekat dengan tempat kerjanya di daerah Mangga Besar. Pusat kehidupan malam daerah Jakarta barat.
Kehidupanku sehari-hari normal-normal saja, agak nakal tapi masih dalam tahap kewajaran. Pernah punya pacar tapi sudah putus dan tak berlangsung lama. Pengalaman dengan wanita hanya pernah peluk cium saja dengan mantan. Walaupun secara kodrat sebagai laki-laki yang baru gede, nafsuku sedang tumbuh berkembang dan mulai panas-panasnya. Aku hanya bisa melampiaskan sehari-hari dengan kegiatan olah raga tangan coly mencoly dengan beberapa objek khayalanku yang didalamnya termasuk cece dan adikku.
Kenakalanku yang paling parah mungkin pada saat itu aku sudah mulai mengenal dunia malam dan mencoba-coba pil ecstacy bersama kawan-kawanku.
Kenakalanku itulah yang membawaku kesuatu petualangan baru bersama ceceku yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.
Semua berasal dari pertemuanku yang tidak disengaja dengan ce Mimi pada suatu hari minggu subuh.
Saat itu para 'clubbers' berhamburan keluar dari salah satu diskotik terbaru dan terbesar didaerah mangga besar karena sudah waktunya tutup.
Aku bersama kawan-kawanku berjalan menuju tempat parkir motor saat melihat ada keributan antara seorang pria dengan perempuan dekat tangga menuju pelataran parkir.
Aku tidak begitu tertarik untuk memperhatikannya, namun ketika aku dan kawan-kawanku melewati lebih dekat, salah satu kawan dekatku David berucap,
"Cece lu tuh Jo!"
Aku terkejut dalam hati, lalu segera mendekati keributan tersebut.
"Cece..!" Teriakku tertahan sambil berusaha mendorong seorang laki-laki setengah baya menjauhi tubuh cece ku yang terduduk ditangga jalanan.
"Cece ngapain ada disini, cece gak apa-apa kan?" Kuangkat tubuh ceceku untuk berdiri.
Sementara 3 orang kawanku menghalau dan mengusir laki-laki yang tadi bersama ceceku.
"Eh lu Jo...koq lu ada disini sih?" Gua gak apa-apa. Itu aja ada cowo rese tuh maksa-ngajak gua pergi ama dia." Ceceku mulai berdiri walau masih sempoyongan.
Kupapah ceceku dan kubawa ia duduk kedekat salah satu warung rokok dekat parkiran dan kuberi ia minum.
Tampak laki-laki yang tadi bersama ceceku sudah pergi. Mungkin ia tidak mau mencari keributan dengan kami berempat.
Cece duduk dan meminum air mineral yang kuberikan perlahan. Tampak ia berusaha menenangkan dirinya. Tangan dan tubuhnya masih bergetar pelan dan nafasnya masih terengah.
Aku pamit kepada kawan-kawanku. Aku bilang kepada mereka kalau mungkin aku harus menunggu dan mengantar pulang ceceku langsung kerumahku. Tidak mungkin aku meninggalkan cece dalam keadaan seprti ini sendiri. Mereka bisa pulang duluan.
Teman-temanku mengerti.
Setelah basa-basi pamit mereka pun pergi meninggalkan kami.
Setelah teman-temanku pergi kududuk disebelah ce Mimi.
"Kamu sering yah kediskotik?" Ceceku memulai pembicaraan.
"Gak juga. Baru beberapa kali. Sejak mulai masuk kelas 3 saja." Jawabku pelan. "Cece sendiri?"
Aku masih dalam keterkejutanku menemukan cece ku yang lama aku tak jumpai ditempat seperti ini. Bersama om-om pula.
"Gua juga baru. Paling baru 3 atau 4 kali saja dengan sekarang. Baru tau tempat ini juga." Jawabnya sambil kembali meneguk air mineralnya.
"Ooo...Biasa memang pergi sama siapa, sendirian aja?" Tanya ku lagi penasaran.
"Gak lah. Gila kali lu. Tadi sebenarnya cece pergi sama kawan satu kost. Perginya juga gak niat, sampe sini udah hampir jam 3an. Karena lagi suntuk aja dikostan. Rencana cuma mau santai aja, eh gak taunya didalam kenalan ama dua orang om-om tuh kasih kita "I" dan ngajak joget bareng. Yah udah kita sih layanin aja.
Ehh.***k taunya tadi pas diskotik tutup dia maksa ngajak cece lanjut terus, sedangkan temen cece gak tahu kemana menghilang. Hadeuh...dari tadi coba ditelp gak diangkat-angkat. Rese...!"
Kuamati ce Mimi. Dari gerak gerik tubuhnya yang agak kikuk saat beberapa laki-laki yang berlalu lalang memperhatikannya dengan mata nakal aku tahu kalau ceceku ini bukan sebagaimana wanita-wanita nakal yang biasa berada didiskotik. Mungkin ia benar jujur baru saja mengenal dan mencoba-coba diskotik.
"Ya udah, untung cece gak kenapa-napa. Sekarang kita pulang aja yuk. Jo anter cece deh ke kost." Kataku sambil beranjak bangun.
Ce Mimi mengikutiku berjalan ke area parkir motor.
"Ehh Jo...gua...gua.." Ce Mimi seperti tampak ragu ketika aku memberikan helm kepadanya.
"Ada apa lagi?" Tanyaku sambil memakai jaketku.
"Gua...gua masih kenceng nih Jo."
Ku perhatikan ce Mimi. Memang tampak tubuhnya seperti bergetar pelan dan matanya tidak bisa fokus, kesana kemari.
"Waduhh..terus cece mau bagaimana?" Tanyaku khawatir juga.
"Yah gak tau. Yang pasti kalau sampai dikost gua bakal menderita deh kalo begini. Mana diskotik sudah pada tutup lagi yah jam segini." Jawabnya tampak kebingungan.
Kutermenung sejenak.
Saat itu ce Mimi mengenakan pakaian kasual saja, kaos ketat dan rok pendek sedengkul. Dadanya yang sedang namun bulat tampak menantang seperti hendak melompat keluar dibalik kaosnya. Andai saja nih cewe bukan kakakku aku pasti senang banget ada cewe cantik ngajak aku dugem bareng.
Kacau,...aku jadi berpikir yang gak-gak.
"Hhh...." Aku menarik nafas sesaat.
"Ada sih sebenarnya diskotik yang masih buka sekarang. Bahkan lanjut buka sampai senin pagi. Tapi tempatnya jelek dan kumuh." Jawabku tak bersemangat.
"Tapi kalau gua nemenin cece, ntar cece aja yang enak. Gua bete. Dan gua dah gak punya duit lagi."
"Hah..beneran ada, jauh gak? Ya udah kita kesana aja yuk. Ntar gua yang bayar deh masuk dan minumnya. Dan masalah "I", ini gua masih ada. Tadi dikasih 1 baru gua pake 1/4 doank ama itu om." Jawab ceceku sambil kegirangan.
"Gak jauh koq, Ek***ik di PangJay" kataku.
"Ya udah ayo kita kesana." Jawabnya lagi semangat sambil segera memakai helm nya.
Aku tersenyum. Mau tak mau aku memgikuti apa kemauannya.