Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MIA (repost & remake)

Mulustrasi Mia yang cocok

  • 1.

    Votes: 5 26,3%
  • 2.

    Votes: 9 47,4%
  • 3.

    Votes: 5 26,3%

  • Total voters
    19
  • Poll closed .
aku lanjutin

------------------------------------------------------

Bagian 7


Mia


Fachri


David


Jumat Sore

Aku habis terima telpon sambil masuk ke kamar, aku melihat suamiku sedang menonton TV.
“Siapa Mi’? tanya suamiku tiba-tiba.
“Siapa apa?” tanyaku lagi, pura-pura bego.
“Yang tadi telfon…”
“Ooo…. Rahma!” jawabku sekenanya, “temen SMA dulu, dia ngajakin ketemuan di rumahnya. Kebetulan, suaminya sedang pergi ke luar kota. Mungkin aku nginep disana. Boleh ya Mas…?” rengekku sedikit manja.
“Sendirian aja?”
“Ya enggak! Kan sama Rahma…”
“Maksudku, nggak ada yang lain?”
“Nggak tau! Yang sudah pasti sih… yaaa… baru aku. Yang lainnya baru besok bisa ngasih kepastian. Boleh yaa…?? O iya… aku ngajak Fanny. Jadi besok, pulang dia sekolah, aku jemput langsung ke rumah Rahma.”
“Pulang kapan?”
“Yaaa… besok kan Sabtu. Mungkin pulangnya Minggu malam. Kenapa? Mau jemput?
“Yaa… kamunya bawa mobil nggak?”
“Kayaknya enggak deh, Mas…!”
“Emangnya mau dijemput dimana? Di rumahnya Rahma?”
“Enggak. Di ini aja… di PIM, kapan dan dimananya, besok aku telfon. Gimana?”
“Ya udah. Besok hati-hati lho. Soalnya besok kan Sabtu, kamu inget kan, aku ada janji sama klien di Kemang. Setelah itu aku langsung ke Bogor bareng si Andre.”
“Iya… iya… kamu juga hati-hati lho Mas… jangan macem-macem!”
“Siip!!”
“Ya udah, aku mau tidur. Habis nonton, matiin TV nya, tadi malam kamu kelupaan…!”
“Oke…!!!”

Di dalam kamar, aku senyum-senyum sendiri. Sambil melepas celana pendek dan tank top yang aku pakai sekarang, aku membayangkan wajah David yang sedang melongo karena kagum, kalau melihat tubuh telanjangku nanti. Hihihi…. Lalu aku mengenakan lingerie ku yang tipis, tembus pandang dan pendek sekali. Aku berfikir, aku akan membawa lingerie ini sebagai surprise untuk si bapak itu.
Ketika aku berbaring, aku membayangkan momen dimana kami pertama kali bertemu, kemarin siang. Tentu saja sambil menggosok-gosok memek dan meremas kedua toketku.

-----------


Aku sedang makan siang dengan Fachry di Pizza Hut, PIM. Tentu saja bareng dengan Fanny dan Haikal. Ketika sedang asik-asiknya makan, Hpnya Fachry berbunyi. Setelah memberi kode ke aku kalo yang telfon itu istrinya, dia lalu keluar. Aku yang sedang bertiga saja dengan anak-anak kami, melihat Fachry berjalan keluar. Ketika aku mengalihkan pandangan dari Fachry, aku melihat ada seorang laki-laki yang ngeliatin aku sambil tersenyum.

Dia bertanya kepadaku dari jauh. Tentu saja dengan tidak bersuara. Tapi karena jarak mejaku dan mejanya sangat dekat, aku dengan mudah, dapat membaca gerak bibirnya.
“Suaminya ya?” tanyanya.
Aku menjawab dengan menggelengkan kepalaku sambil tersenyum.
“Boleh kenalan?” tanyanya lagi.
Aku kembali tersenyum, tapi kali ini aku menganggukkan kepalaku.
“Gimana kenalannya?
“Apa?” tanyaku nggak ngerti pertanyaannya. 'Dimana apa Gimana’
Lalu dia tersenyum (manis juga, pikirku) sambil membuat huruf ‘G’ dengan jarinya, “Gimana kenalannya?”
“Ooo….” Aku jadi malu. Sambil tersenyum aku berdiri. “Ikutin aku!” kataku sambil kasih kode.

Sebelum berjalan keluar, aku bilang sama Fanny dan Haikal kalo aku mau ke department store. “Fan, mami nyari baju dulu yaa, sebentar. Ical jagain Fanny ya…”
“Iya mam/tan..” sahut mereka berbarengan.
Diluar aku berbisik ke Fachry, yang lalu menutup Hpnya dengan tangan. “Aku nyari baju dulu ya, yang….”
Fachry mengangguk. Sambil berjalan, aku sempat menengok ke belakang sebentar, dan melihat pria tadi mengikutiku dengan tampang acuh tak acuh ketika melewati Fachry.

Ketika aku merasa sudah agak jauh dari Pizza Hut, aku berhenti di depan sebuah toko. Sambil sedikit mengaca di kaca toko dan merapihkan baju (hari itu, aku pakai kemben -no bra- yang aku tutup dengan cardigan, dan celana pendek yang sexy banget – tentu saja gak pakai cd -) aku menunggu pria tadi, yang berjalan semakin dekat ke arahku.

Ketika jarakku dengannya hanya tinggal (kurang lebih) semeter lagi, dia tersenyum.
“Hai…” katanya.
“Hai juga…” jawabku sambil tersenyum.
“David!” katanya sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
“Mia!” jawabku sambil membalas salamnya.
“Tadi itu suamimu?” tanyanya lagi.
“Bukan! Aku kan udah bilang…” jawabku.
“Terus, siapamu?”
“Ada deh… udah lah… nggak usah dibahas!”
“Oke… tapi tadi itu anakmu?”
“Yang perempuan!”
“O… Oke….”
Lalu kami ngobrol-ngobrol sebentar yang dilanjutkan dengan tukeran no HP. Setelah itu, aku kembali ke Pizza Hut, dan dia pergi nggak tahu kemana, tapi sebelum pergi, dia bilang mau telfon aku nanti malam.

Di Pizza Hut, aku kembali duduk dengan ‘keluargaku’, melanjutkan makan. Ketika Fachry bertanya tentang ‘tujuan’ku pergi tadi, aku bilang kalo model baju yang aku cari, nggak ada! Setelah selesai makan, kamipun langsung meluncur ke rumah ibuku untuk ‘buang hajat’.

Setelah selesai, aku dan Fachry ngobrol di tempat tidur sambil masih telanjang bulat. Fachry berbaring terlentang dengan tangannya dia lipatkan ke belakang kepalanya.
Sementara aku berbaring miring disampingnya sambil mengurut dan mengocok perlahan kontol Arabnya itu.
“Istrimu nelfon mau ngapain, yang?” tanyaku.
“Dia harus ke Sukabumi nanti malam. Dapet telfon kalo bapaknya sakit.”
“Kamu ikut?” tanyaku lagi.
“Kayaknya iya! Nggak papa ya?”
“Ya udah… berapa lama?”
“Sekitar 2 atau 3 mingguan lah… kenapa?”
“Yaa nggak papa, nanya aja!”
Dalam hatiku, aku mikir, kamu pergi lama juga nggak papa… aku dan memekku mau nyobain kontol baru kok! ?.

2 jam kemudian, kami pulang. Fachry dan Haikal langsung ke rumahnya dengan mobilnya, sementara aku dan Fanny naik Taksi. Sesampainya di rumah, aku langsung mandi dan berpakaian. Suamiku belum pulang, hari ini ada rapat katanya. Dia baru pulang jam 9 nanti, sementara sekarang baru jam 7 malam. Sekitar jam 8an, HP ku berbunyi. Aku lihat nama di Hpku… ‘D@v1d’… Kami ngobrol lama banget. Nggak taunya, David ini sudah merit dan punya anak 1 laki-laki. Tapi istri dan anaknya tidak tinggal disini, tapi di Surabaya. David tinggal di Jakarta karena sedang mengurus bisnisnya (dia pengusaha… dan dia memang punya rumah di sini). Sebelum tutup telfon, dia bilang, kalo dia ingin ketemuan lagi sama aku.
“Kapan?” tanyaku
“Besok bisa?”
“Yaahhh… nggak bisa, aku harus nemenin suamiku ke acara kantor…” padahal, besok aku ada janji sama Andre (teman suamiku) untuk SAL (Sex After Lunch) di rumah ibuku.
“Oo… ya sudah. Terus kira-kira, bisanya kapan?”
“Gini aja… besok malem kamu telfon aku. Ya?”
“Jam berapa?” tanyanya lagi.
“Jam-jam seginian deh…”
Setelah terjadi kesepakatan, kamipun menyudahi pembicaraan kami.

Nah… besok malamnya (tadi ini…. Barusan!) David nelfon untuk ngajakin ketemuan. Setelah ngobrol agak panjang (aku sengaja pindah ke teras depan rumah, supaya nggak kedengaran Tino) aku menyetujui ajakan David untuk makan malam. Tapi sebelum itu, dia memintaku datang ke rumahnya.
“Lho…? Kok gitu?” tanyaku
“Kamu mau suamimu ngeliat aku jemput kamu dirumah?”
“Iya siihh… ya udah jam berapa?”
“Ya.. jam 1 an deh! Gimana?”
“Kok siang banget. Kan Kita makan malamnya jam 8.”
“Aku mau ngobrol-ngobrol dulu sama kamu. Boleh kan?”
“Terus dari jam 1 sampai jam 8, kita ngapain? Masa ngobrol-ngobrol doang?” tanyaku sedikit memancing.
“Yaaa… ngapain kek… udah gede ini…!” jawabnya
“Dasar kamu tuh… ditanya bener-bener juga! Ngapain? Jawab yang jelas dan tegas!”

“Kamu maunya diapain emangnya?” tanyanya lagi setengah nyerempet.
“Diapain aja mau kok!
“Ya udah… besok kamu pasti aku apa-apain!”
“OKE!” jawabku tegas….
“Dadah Mia sayang…. Sampai besok !“
“Oke… Sampai besok yaa….!”

Aku tersenyum sendiri kalo inget itu. Pas baru mau tidur, Hpku berbunyi lagi, tapi itu suara SMS. Dari David… nggak taunya dia ngirim sms berisi alamat rumahnya. Setelah itu akupun tidur.

Esoknya, sekitar jam 10an, aku mandi dan berpakaian (minimalis tentu saja. Cukup tanktop –no bra- dan celana senam yang agak ketat –no cd- jadi kalo ngeliat dengan jelas dan teliti bagian selangkanganku, tercetak bentuk mem… uuppss… ‘tempat keluarnya Fanny’ ?). Lingerie dan baju untuk makan malam aku masukan ke dalam tas, tentu saja dengan peralatan make-up, 1 kemben, 1 celana pendek yang pendek banget dan satu buah g-string (kayaknya bawa 1 celana dalam cukup kok… buat aku pakai makan malam aja). Baju-bajunya Fanny juga aku masukkan di situ. Setelah pamit dengan suamiku, aku pergi untuk menjemput Fanny, dengan menggunakan Taksi.

Sesampainya di alamat yang dituju, akupun turun dari Taksi, setelah sebelumnya membayar harga yang ada di argo. Lalu, aku dan Fanny berjalan, masuk kedalam halaman rumah yang lumayan luas itu. Setelah memencet bel, ada seorang wanita setengah baya yang membukakan pintu.
“Ya…? Cari siapa ya bu?” kata wanita itu.
“Mmhh,… benar ini rumahnya pak David?” tanyaku.
“Iya, betul!”
“Pak Davidnya ada, bu?” tanyaku lagi sambil tersenyum seramah mungkin.
“Oo… ada. Pak Davidnya lagi berenang. Masuk dulu, bu! Biar saya panggilkan Pak David nya” setelah itu dia pergi memanggilkan David, dan aku serta Fanny masuk ke ruangan yang cukup mewah, walaupun tidak terlalu besar. Baru berjalan beberapa langkah, perempuan tadi balik lagi, “Kalo saya ditanya, yang cari Pak David namanya siapa ya?”

Aku tersenyum, “Bilang aja, MIA!” jawabku.
Setelah beberapa saat, Davidpun keluar menemui aku dan Fanny. Dia hanya memakai Piama mandi. Rambut dan bagian tubuhnya yang kelihatan, basah sekali.
“Aduh… ada wanita cantik lagi nungguin aku rupanya?” katanya memuji, sambil menyapaku.
Aku tersipu mendengar pujiannya, “Aah… kamu bisa aja! Lagi ngapain, kok basah semua gitu sih?”
“Lagi berenang! Kenapa? Mau ikut?”
“Aku nggak bawa swimsuit!” jawabku.
“Oohh… nggak papa! Kebetulan, aku sudah merencanakan hari ini. Jadi, kemarin aku sengaja pergi untuk beli swimsuit buat kamu. Tapi aku lupa, kalo anakmu ikut, jadinya aku nggak beli buat anakmu.” Katanya sedikit kecewa.
“Aduh… kamu sampai segitunya! Jadi nggak enak aku…..”

“Gak papa! Buat kamu, apa sih yang nggak aku beliin?” katanya lagi sambil tersenyum.
Aku juga ikut tersenyum, “Ngomong-ngomong, kamu beli swimsuit buatku, modelnya kayak apa?”
Tapi David tidak menjawab, dia hanya tersenyum sambil menarik tanganku. Setelah aku berdiri dan mengikutinya naik ke lantai atas, aku bilang ke Fanny untuk menungguku sebentar.

Ternyata aku diajak kekamar tidurnya yang cukup besar dan sangat elegan. Lalu David menunjuk ke arah tempat tidur. Aku tersenyum kepadanya, “Terima kasih ya!?” Lalu aku berjalan ke tempat tidur, untuk mengambil dua potong kain yang ternyata adalah bikini. “Dimana pakaianya?” tanyaku pada David.
Lalu David menunjuk sebuah ruangan, yang ternyata adalah kamar mandi. Setelah masuk, aku segera melepas bajuku, dan segera mengenakan bikini itu. Aku merasa kalau bikini ini kekecilan 1 nomer, soalnya bagian bawahnya terasa sedikit sempit, walaupun bahannya nyaman sekali. Setelah aku pakai, ternyata bagian thong nya itu, Cuma sampai sebatas pinggul, sehingga lekukan pinggang dan perutku (yang mengarah ke arah vaginaku) kelihatan sekali… dan setelah aku perhatikan, ternyata belahan ku itu tercetak jelas sekali (udah gitu, warnanya senada pula dengan kulit tubuhku. Sehingga aku berkesan tidak memakai apa-apa ? ). Lalu, bagian bra nya juga tipis dan kecil sekali, sehingga puting susuku terlihat menyembul. Dan bagian atas bra nya, pas sekali diatasnya. Aku lalu memperhatikan diriku di cermin… Sexy banget siihhh aku!!!

“Mi… sudah belum?” terdengar suara David di luar kamar mandi.
“Iya…” jawabku… “sudah selesai kok! Kalo mau masuk, masuk aja… pintunya gak aku kunci!”
Tak lama kemudian, David membuka pintu kamar mandi dan berdiri saja disana. Terpaku dengan kemolekan tubuhku…. Tapi, ternyata tidak hanya dia saja yang terpana. David sudah melepas kimononya, sehingga tubuhnya yang hanya terbalut celana renang yang ketat itu, seolah ingin memamerkan benda besar yang menggunung di baliknya.

“Wow…” kataku setengah berbisik, dan aku yakin ada nada kagum pada suaraku tadi.
“Kenapa?” tanya David.
“Besar banget… itumu!” kataku sambil menunjuk ke arah gudukan di bagian selangkangannya itu.
“Ooo… ini?!” katanya… “mau lihat?”
Tanpa berbasa-basi, langsung aku jawab… “Mau!”
Lalu David membuka celana renangnya, gak sampai lepas sih… tapi benda besar yang menggantung itu serasa sudah menggodaku. Tapi baru saja aku hendak memegangnya, ada suara wanita di luar kamar tidur memanggil si pemilik kontol besar ini.
“Pak David…!” kata suara itu.
David, sambil tersenyum, mengenakan lagi celana renangnya… “Yaa.. mbok?”
Lalu aku dan David berjalan ke arah pintu kamar. Sebelum David membuka pintu kamarnya, aku segera berlari kecil, balik ke kamar mandi.
“Mau kemana?” bisik David.
“Mau pakai handuk!”
Lalu David membuka pintu kamarnya dan berbicara dengan wanita itu. Aku, yang sudah memakai handuk berjalan ke arah pintu dan mendengarkan perbincangan mereka. Rupanya perempuan itu adalah pembantu David di rumah ini. Namanya Mbok Surti, dan ia sekarang mau pulang. Ternyata Mbok Surti tidak menginap di rumah ini.
Setelah selesai, aku mendengar langkah kaki menjauh dari kamar. Dan tak lama kemudian, David sudah nongol dari balik pintu mengajakku turun ke bawah, ke pool nya.

Setelah sampai kembali ke ruang tamu, aku segera melepas kembali handukku, dan mengajak Fanny ke kolam renang. 2 jam kami disitu, main air dan sebagainya. Karena Fanny gak bawa baju renang, aku dan David sepakat menelanjangi Fanny. Fanny yang berenang telanjang, merasa diperlakukan tidak adil, rupanya.
“Mami, aku kok berenangnya gak pakai baju. Mami juga dong…” protes Fanny.
Aku dan David tertawa mendengar celoteh anakku itu.
“Fan… kalo mami telanjang juga… nanti adiknya Om David bangun!” kataku sambil melirik David.
“Gak papa…” kata Fanny “kan nanti bisa main sama aku!”
Aku langsung tertawa lagi mendengar perkataan Fanny.
“Maksud mami,… bukan adik kecil… tapi adik yang itu…”
“Yang mana sih mam…??” tanya Fanny sambil celingukan.
“Fanny… maksud mami… kontolnya Om David…!! Kalo kontolnya bangun, nanti dia minta masuk ke sininya mami….!” Kataku sambil menunjuk selangkanganku.
“Ooo…” kata Fanny, “tapi mami bukannya suka, kalo memeknya dimasukin kontol?”
Aku dan David kembali tertawa. Lalu David bangun dari kursi kolamnya dan langsung menghampiri kami.
“Fanny… Fanny… kamu lucu banget siihh…. Kecil-kecil tau memek… kontol… siapa yang ngajarin sih?” tanya David.
“Mamiiii…!!“ katnya sambil menunjuk ku.
“Dasar kamu tuh!” kata David sambil mengecup bibirku. “Emangnya, Fanny kamu ajarin apa aja sih?”
Lalu aku cerita dengan singkat ke David, kalo setiap ML aku selalu di depan Fanny, dan menyuruhnya diam dan jangan ngomong ke Papinya.
“Kamu pinter deh….!!” Kata David sambil mengelus kepala Fanny.
“Terus Mami mau buka baju juga gak?” tanya Fanny lagi.
“Iya…” potong David sambil melepas celana renangnya, “mami mau bugil gak?”
Melihat David sangat semangat, aku juga langsung berdiri dan melepas bikiniku.
“Iya… iya…!!” kataku.
Lalu kami main air lagi, tapi sekarang kami telanjang. Ketika hari menjelang magrib, kami pun selesai dan masuk ke dalam rumah… tetap telanjang tentu saja.

Setelah terjadi perbincangan singkat, akhirnya kami memutuskan untuk tidak jadi makan malam diluar. Kami hanya memesan pizza. Sambil menunggu deliverynya dateng, aku dan David serta Fanny ngobrol-ngobrol di ruang tamu. Aku hanya memakai kemeja David (tetep no bra… no cd).
“Fan…” kata David kepada anakku, “mamimu tuh sexy banget yaa…”
“Emangnya kenapa, Om?” balas Fanny.
“Iya… emangnya kenapa kalo aku sexy?” timpalku.
“Ya… gak papa… Cuma….”
“Cuma apa?” potongku.

“Mmmmhhh… aku mau tanya boleh gak?” ujar David lagi.
“Tanya apa?” kataku sambil menggeser posisi dudukku semakin mendekati David.
“Langsung aja ya Mi… aku mau ML sama kamu… boleh nggak?” (Akhirnya !)
“Dave… untuk apa aku kesini… nginep sama kamu… kalo bukan kepingin ML sama kamu?! Lagian… tadi kamu juga udah ngeliat semua barangku kan? Kenapa gak tadi aja di kolam?”
“Tadi… biarpun aku konak banget, tapi aku masih nggak enak sama kamu… soalnya ada Fanny!”
Aku tidak menjawab… yang aku lakukan Cuma berdiri dan melepas kemeja yang aku kenakan. Setelah telanjang, perlahan-lahan aku mendekati David dan duduk di pangkuannya. Setelah melingkarkan tanganku dibelakang lehernya, aku berbisik di telinganya. “Tonight… I’m Yours!”

Lalu aku merasa kedua tangan David mulai meraba bagian pinggulku, dan mulai menjelajah ke seluruh bagian belakang tubuhku. Sementara bibir kami saling berpagut dan lidah kami saling membelit. “Mi…” bisik David, “ada Fan…”
Belum selesai dia bicara, aku memotongnya dengan kembali mengulum bibirnya. Aku merasa birahiku semakin naik, sedikit demi sedikit. Lalu aku mulai menggoyangkan pinggulku… pelan… pelan… dengan gerakan yang erotis, sementara posisi memekku semakin menggosok gundukan daging di bagian selangkangan David, yang makin lama makin mengeras. Setelah itu, aku mulai melepas T-shirt yang dia kenakan. Melihat dadanya yang bidang, aku mulai memeluknya dan menempelkan kedua toket indahku ini, sementara bibirnya tidak mau lepas dari bibirku.

Aku gak tahu berapa lama Fanny melihat aksi maminya ini. Tapi ketika aku mulai merasakan birahi yang tinggi sekali,…. Bel pintu depan berbunyi… “tukang Pizza” pikirku. Biarpun malas-malasan, David bangun untuk mengambil dan membayar Pizza itu. Ketika David berjalan ke depan, aku duduk di sofa sambil mengangkang dan memainkan klitoris memekku (supaya gak kehilangan momen) sementara tanganku yang satu lagi meremas bergantian kedua toketku. Setelah selesai, David balik lagi ke ruang TV.

Dia berdiri di depanku sambil memperhatikan ‘istrinya’ yang sedang onani ini. Lalu dia melepas celananya. Sambil masih berdiri dan menonton aksiku, David mulai menggenggam batangannya dan berusaha untuk membangunkannya.
“Fan….” Kataku pada Fanny, “mami minta tolong gosokin ininya mami dong…” sambil memperlihatkan klitorisku.
“Mami mau ngapain?” tanya Fanny
“Mami mau ngisep kontolnya Om David!”.
Lalu aku mulai berlutut di hadapan David dan segera memasukkan kontolnya ke dalam mulutku, sementara Fanny menuruti kemauanku untuk menggosok kelentitku itu. David yang merasa keenakkan, mendesah pelan sambil tangannya mengelus-elus rambutku. Ketika mulutku mulai merasakan keras dan kencangnya benda yang sedang aku hisap dan kulum ini, aku menghentikan seranganku. Lalu aku berdiri dan memeluk tubuh David dengan erat sekali sambil mengulum bibirnya. Lalu David mulai mengangkat kaki kananku dan sesekali menggesekkan kontolnya di memekku sambil sesekali mencoba untuk memasukannya. Mengerti hal ini, aku langsung merenggangkan kakiku yang satunya dan menggenggam batangannya sambil mengarahkannya ke dalam memekku. Ketika aku mulai merasakan kepala kontolnya masuk, David menghentikan serangannya…

“Kenapa sayang?” tanyaku sambil setengah erengah-engah.
“Kamu siap?” tanyanya sambil tersenyum…
“Whenever you are… baby!”
Tanpa lebih banyak argumen, David segera menghentakkan pinggulnya, dan pada saat yang bersamaan, kontolnya menancap mantap di dalam memekku…
“Aaahhh….” Desahku.

Tidak berhenti di situ saja, David langsung menggendongku dan duduk di sofa. Aku yang dipangkuannya, tanpa berlama-lama, segera menggoyangkan pinggulku sambil sesekali membuat gerakan maju mundur. Gesekan memekku pada kontol David sepertinya agak sedikit terasa longgar (mungkin memekku sudah lebar kali yaaa… ?) Lalu, untuk menanggapi hal ini, aku segera merapatkan kedua pahaku, sambil terus menggenjot si bapak ini. David tampak merasa keenakkan sekali aku perlakukan demikian, untuk lebih menikmati bapak ini, aku sengaja melambatkan gerakanku… hal ini ditanggapi David dengan beringas rupanya, ia langsung memelukku, mengulum bibirku sambil kedua tangannya meremas kedua belah pantatku…. Sambil terus begitu, ia menggenjotku dengan mendadak.

Pada tahap ini, aku ternyata tidak bisa menahankan orgasmeku… tanpa mau menahannya lebih lama lagi, aku membiarkan diriku terbuai oleh kenikmatannya. Aku
makin kencang memeluk si bapak ini, sementara dia tetap terus menggenjotku… Rupanya dia sadar kalo aku sudah mendapatkan yang aku cari, Sambil tetap memanjakan kontolnya di memekku, David bertanya, “Enak sayang?”
Aku cuma tersenyum keenakkan sambil mengengguk… “Enak banget!” Rupanya David juga tidak mau menahan lama-lama orgasmenya. Baru saja aku selesai ngomong, dia langsung menggenjot kembali memekku… “Aaakkhhh….!!!!” Terdengar dia berteriak keenakkan, sementara kontolnya menyemprotkan peju yang hangat dan banyak ke dalam memekku…

Setelah selesai, aku nggak mau ngeluarin kontolnya. Jadi kami terengah-engah dan beristirahat sambil masih berposisi seperti ketika kami ngewe tadi.
“Uuuhhh… memekmu enak banget Mi!” kata David.
“Terima kasih. Tapi aku yakin kamu belum puas banget deh….” Sahutku
“Iya… so?”
“Ya… nggak apa-apa. Kita punya semalaman…!”
Setelah mencium bibirku, David menggendongku ke kamar mandi untuk membersihkan badan kami. Setelah selesai, sambil masih bertelanjang bulat, kami ke ruang tamu untuk bergabung kembali dengan Fanny.

Di ruang tamu, aku, Fanny dan David ngobrol-ngobrol… tentu saja tetap diselingi dengan cumbuan dan ciuman dan terkadang petting-petting kecil. Ketika jam menunjukkan pukul 3 pagi, kami ML lagi di ruang tamu David.

Sekitar jam 9 pagi, aku terbangun. HP ku berbunyi… ternyata suamiku,
“Pagi mas… kok udah bangun?” tanyaku dengan suara masih terkantuk-kantuk.
“Gak papa… lagi ngapain Mi?”
“Baru bangun! Nih, Fanny tidur di sampingku. Masih tidur.” Jawabku, sementara kulihat David terbangun. “Siapa?” bisiknya. Setelah tau yang nelfon suamiku, David kembali tidur, kali ini sambil memelukku. Kontolnya yang pelan-pelan mulai bangun, serasa meraba-raba pahaku.

“Nanti mau pulang jam berapa?” tanya Tino lagi.
“Gak tahu… nanti kalo dah mau pulang, aku telfon deh…!”
“Ya udah… hati-hati ya…”
“Iya… iya….”
Pembicaraan selesai.

Sekitar jam 10an, aku dan David benar-benar sudah bangun, kami sedang sarapan di meja makan. Aku makan roti sambil dipangku David, tentu saja kami masih telanjang bulat. Setelah sarapan, kami bertiga mandi, lalu aku dan Fanny bersiap untuk pulang. Tak ada pemerkosaan pagi ini.

Setelah menelfon suamiku, bahwa aku akan pulang sendiri, aku dan Fanny cabut dengan diantar David. Sesampainya dirumah (David sedang memarkir mobil) aku langsung memanggil Tino. Gak taunya dia sedang rapih-rapih dikamar.
“Lho… mau kemana mas?” tanyaku.
“Mau pergi sebentar ke bengkel… mobilnya ada masalah sama tie-rodnya… Fanny mana?” tanya suamiku.
“Tuh didepan, kenapa?”
“Gak papa… kamu jaga rumah ya… Fanny mau aku ajak ke bengkel, sekalian mbeliin baju baru!” kata suamiku.
Betapa girangnya aku mendengar hal ini, sebelum berangkat, aku membisikkan Fanny,…
“Fan… jangan bilang-bilang papi soal Om David ya… nanti kasian mami nggak bisa ngewe lagi sama Om David!”
“Iya mam…” sahut Fanny mengerti.

Tak lama setelah itu, suamiku dan Fanny berangkat ke bengkel. Aku segera memanggil David yang sedang menunggu diluar. Setelah masuk ke dalam rumah, tanpa banyak bicara lagi, David segera memeluk dan menciumku serta mempreteli pakaianku. Kami bugil lagi. Sambil berdiri, David menyandarkanku ke dinding kamarku dan langsung mengangkat kaki kananku. Aku yang langsung mengerti, segera membimbing kontolnya untuk masuk ke dalam memekku. Setelah merasa ujung kontolnya menyentuh barang berlendir yang hangat, David segera menyesakkannya ke dalam barang itu (memekku tentu saja). David terus menggasak memekku dengan beringas, dan gesekan-gesekannya semakin memacu gairahku. Langsung saja aku menaiki tubuh nya, David yang menggendongku segera menopang pantatku. Sambil meremas kedua belahan pantatku itu, David menggerakkanku naik turun. Untuk membantunya orgasme, setiap dia menurunkan aku, kugoyang saja pinggulku.

Benar saja, tak lama kemudian dia pun mengerang dan badannya menegang… segera ia membaringkan aku di lantai, dan semakin mempercepat gerakannya. Setelah lepas hitungan 5 menit, kontolnya menyemprotkan peju yang banyak sekali… semuanya…. Dan ketika ia melepas kontolnya, aku merasa ada cairan yang mengalir keluar dari memekku. Segera setelah ia duduk di sofa, aku langsung memasukkan kontolnya yang masih basah itu kedalam mulutku dan mengulumnya sampai bersih.
“Kamu belum dapet ya Mi?” tanyanya disela-sela sesi blowjob ini.
“Mmmh… belum sih, tapi nggak papa. Yang penting kamu sudah.” Kataku sambil tersenyum. Setelah itu, kamipun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh kami. Setelah kembali berpakaian, David pun pulang, setelah sebelumnya berpesan kepadaku untuk datang lagi kerumahnya besok, yang langsung aku iyakan saja.

Sambil menunggu Tino dan Fanny pulang, aku mencoba menelfon Vito. Berhubung aku tadi belum ‘dapet’, aku mau nyoba nyari di Vito. Ternyata ia sedang berada di rumah mertuanya. Setelah terjadi tawar menawar, akhirnya terjadi kesepakatan untuk ngewe dirumahnya. Jadi, dia pulang ke rumah sendiri, setelah sebelumnya menjemput aku dulu di Dixie Kemang, nanti sekitar jam 9an.

Tamat
 
Lah kok dah tamat suhu?? Apa yg terjadi selanjutnya... mcm mana akhirnya hubungan keluarga mia dan tino? Atau pertualangan mia terus berlanjut tanpa dihidu oleh tino?....
 
Kalo dilanjutkan petualangan Mia kira-kira pengin bagaimana
1. Mia tetap binal dan Tino tidak tahu
2. Mia sadar akan kebaikan Tino dan berhenti dari kebinalannya
3. Tino tahu tetapi tetap membiarkan Mia binal tanpa mia tahu
4. Tino tahu tetapi membiarkan Mia binal atas sepengetahuan dan seijin Tino (open married, cuckold)
 
Kalo dilanjutkan petualangan Mia kira-kira pengin bagaimana
1. Mia tetap binal dan Tino tidak tahu
2. Mia sadar akan kebaikan Tino dan berhenti dari kebinalannya
3. Tino tahu tetapi tetap membiarkan Mia binal tanpa mia tahu
4. Tino tahu tetapi membiarkan Mia binal atas sepengetahuan dan seijin Tino (open married, cuckold)
3. Tino tahu tapi tidak bisa berbuat banyak dan membiarkan Mia binal tanpa Mia tau.
Ini aja suhu mirip2 cerita yola
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd