Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Menuju Puncak ( Ritual Sex di Gunung Kemukus)

Status
Please reply by conversation.
para penumpang yang terhprmat, Bis jurusan Gunung Kemukus akan berangkat nanti malam. mohon para penumpang mengisi bangku yang masih kosong. terima kasih atas perhatiannya.
 
para penumpang yang terhprmat, Bis jurusan Gunung Kemukus akan berangkat nanti malam. mohon para penumpang mengisi bangku yang masih kosong. terima kasih atas perhatiannya.

ane ngikut hu. biar bisa icip2 yang ada di kemukus.
asli ane penasaran ma ritual di gunung kemukus
 
para penumpang yang terhprmat, Bis jurusan Gunung Kemukus akan berangkat nanti malam. mohon para penumpang mengisi bangku yang masih kosong. terima kasih atas perhatiannya.
Eh.... harus beli tiket sekarang nih....
 
Terakhir diubah:
Makin :mantap:Om Satria bikin misterinya, di dalam kardus ada kardus lagi
dan ada kardus berikutnya.
daripada pusing mikirnya mending naek bis jurusan kemukus aja dah.
Ntar malem juga sampe.:semangat:
 
Udh ga berani mengira2 lg alurnya gmn...
Suhunya udh berhasil mematahkan smw predisksi gw...

Good job suhu....
Semangat
 
Solo...solo....Sragen...sragennn....kurang satu....tariiikkkk maaangggg.....hahahaha

Mantabbs ceritanya Mbah....konfliknya ternyata tidak sesederhana banyangan Saiya....salam hormat Mbah suhu....
 
Ane penumpang setia hu, siap dorong kalo bisnya mogok. Hee..
 
Salut suhu satria buat ceritanya..dari seri yang pertama sampe yang kedua ini nyambung dan rajin update..mantap suhu ceritanya
Berharap ada produser yang bisa wujudin cerita ini jadi film..kayak film² nya suzana, eva arnas jaman dulu..cerita silat ada bumbu² sex nya..mantap..hehehe
 
Jeder. Nah lho kok bisa2nya Lilis memerintahkan orang utk mengikuti Ujang, kemungkinan Lilis merasa cemburu atau bs jd Lilis pny maksud lain atau jg Lilis ingin membantu Ujang. Kira2 yg mana ya?
 
Bimabet
Chapter 9 : Dendam Masa Lalu

Lilis, sebegitunya dia mengawasi setiap gerak gerikku. Untuk apa? Kenapa dia mau mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk mengawasiku.

"Kalian mengikutiku sejak di mana?" tanyaku memulai interogasi.

"Dari Bogor." jawab orang itu. Ada yang aneh dari raut wajahnya, tidak terlihat ketakutan. Dia berani menatapku, sorot matanya terlihat tenang. Ciri orang yang percaya diri dengan kemampuannya.

"Untuk apa kalian mengikutiku?" aku bertanya dengan nada setengah mengancam. Ancaman yang tidak terlalu berpengaruh buat kedua orang itu. Mereka tetap terlihat tenang.

"Kami tidak boleh mengatakannya. Lebih baik Kang Ujang tanyakan langsung." orang itu menjawab dengan tenang berbeda sekali dengan keadaan mereka yang terikat.

"Kalian tidak takut kami akan menyiksa kalian?" aku berusaha mengancam mereka walau aku tidak akan bisa memaksa mereka, apa lagi mereka adalah suruhan Lilis. Apa Ningsih juga tahu masalah ini?

"Kalian tahu siapa yang tadi datang menemuiku?" kalau benar mereka mengawasiku, tentu mereka tahu siapa yang datang menemuiku tadi sebelum mereka tertangkap.

"Bu Dhea bekas tangan. pak budi." kata pria itu terlihat semakin tenang. Dia pandai membaca situasi. Tidak ada ancaman dari nada suaraku maupun sorot mataku.

"Kenapa Lilis menyuruh kalian mengikutiku?" pertanyaan yang sangat kutakuti jawabannya. Bagaimana kalau Lilis terlibat dalam permainan ini?. 10 tahun menjadi istri Pak Budi, bukan hal yang mustahil kalau dia tahu seluk beluk bisnis haram almarhum suaminya. Itu terbukti dia bisa menangani bisnis toko dan agen Pak Budi dengan mudah.

"Untuk memastikan Kang Ujang selamat sampai tujuan dan kembali pulang ke rumah.

"Lepaskan mereka..!" kataku ke Pak Tris dan teman temanya karena aku menganggap mereka tudak berbahaya. Mereka bukan ancaman, aku percaya dengan Lilis. Dia mencintaiku dan tidak mungkin akan mencelakaiku. Walau aku tidak tahu kenapa harus diawasi. Wanita benar benar sulit dimengerti.

*******

Pov Gobang

Gobang menarik nafas lega begitu mendengar kabar dari Dhea bahwa dia sudah berhasil memaksa Jalu untuk menyerahkan semua aset Club malamnya ke tangannya. Artinya Jalu akan terbebas dari bencana untuk sementara waktu.

Memegang posisi yang ditinggalkan Pak Budi bukanlah pekerjaan mudah apa lagi untuk anak muda lugu yang belum tahu apa apa seperti Jalu anaknya. Gobang tidak perduli anaknya akan semakin membencinya. Tapi inilah satu satunya cara menyelamatkan anak anaknya.

Gobang tidak mau menyeret anaknya dalam pusaran dendam lama. Mereka tidak tahu apa apa. Satu satunya kesalahan yang telah menyeretnya dalam penderitaan panjang ini. Gobang tidak pernah menyangka Kardi adalah adik orang itu. Gobang telah menghancurkan rumah tangganya bahkan Gobang membunuhnya. Gobang telah membangunkan macam tidur yang akan memburu seumur hidupnya. Gobang tidak bisa terus bersembunyi dan menghindar lagi. Saatnya Gobang akan melakukan perang terbuka.

Gobang bersukur masih mempunyai sahabat setia Si Japra yang selama belasan tahun menemaninya di Gunung Kemukus. Japra ahli silat Beksi Betawi yang kemampuannya hampir setara dengannya. Entah kenapa di tidak pernah mau meninggalkan Gobang, karena dengan kemapuannya dia bisa menjadi Preman yang disegani.

Selain Japra Gobang juga mempunyai tangan kanan sekaligus gundik. Dia adalah mata dan telinganya di luar selama Gobang bersembunyi di Gunung Kemukus.

Masa lalunya yang kelam membuatnya merasa sangat berhutang budi pada Gobang dan sangat setia kepadanya. Pertama kali Gobang bertemu dengannya, Dhea adalah pelacur atau lebih tepatnya dijadikan pelacur oleh ayah kandungnya sendiri yang pemabuk dan juga seorang pejudi yang terlilit hutang. Gobang yang menyelamatkannya dari tempat pelacuran elit dan menjadikanya sebagai wanita yang sangat di takuti di dunia hitam.

"Kang, semua rencana sudah dijalankan. Posisi kita sudah semakin kuat." kata Japra yang tiba tiba saja sudah berdiri di depannya dan tanpa dipersilahkan dia duduk berhadapan dengan Gobang. Diambilnya sebatang rokok yang tergeletak di meja.

"Hanya ada satu kerikil yang sewaktu waktu bisa membuat kita terpeleset dari rencana yang sudah kita susun dengan matang." Japra menatap Gobang seakan menunggu perintah darinya.

"Lilis !" Gobang bergumam lirih. Wanita itu bisa menjadi kerikil yang terlihat tidak berbahaya namun bisa membuat langkah kaki terpeleset jatuh kalau menginjaknya.

******

Pov Lilis

Lilis tersenyum mendengar kabar dari orang kepercanyaanya bahwa Ujang telah selamat sampai Gunung Kemukus. Jauh dilubuk hatinya merasa sangat sakit orang yang dicintainya akan melakukan Ritual Sex di Gunung Kemukus. Tapi inilah akibat yang harus dia tanggung. Mungkin juga ini adalah karma paling menyakitkan yang harus ditanggungnya seumur hidup bersama dengan adik sepupunya Ningsih.

Penderitaan sudah sangat akrab dengan hidupnya sejak kecil. Lahir dari keluarga kurang mampu, Lilis terbiasa dengan penderitaan. Rasanya penderitaan yang sekarang dialaminya tidak ada apa apanya dibandingkan penderitaan selama sepuluh tahun menjadi istri seorang Gay/homo, dan selama sepuluh tahun yang berlalu, Pak Budi hanya menyetubuhinya 7 x. Itupun dalam keadaan mabuk dan minum viagra.

Setidaknya sekarang dia masih bisa merasakan kebahagiaan dengan orang yang dicintainya. Sebentar lagi orang itu akan menjadi suaminya dan juga ayah dari anak yang dikandungbya. Lilis mengusap perutnya yang semakin membesar. Bibirnya tersenyum bahagia. Senyum yang sempat hilang selama sepuluh tahun.

Matanya kembali tertuju ke isi brankas yang sekarang menjadi milik calon suaminya. "Dasar, sudah mau menjadi seorang ayah tapi masih tetap culun sehingga tidak menyadari petunjuk di dalam kotak kecil yang diberikan oleh ibunya.". Lilis tersenyum geli membayangkan sosok calon suaminya. Wajahnya yang tampan terlihat polos. Sepolos jalan hidupnya.

Kadang Lilis berpikir, kenapa bisa dia jatuh cinta kepada seorang penjual Mie Ayam yang usianya lebih muda darinya. Tapi cinta tidak memandang usia maupun strata sosial seseorang. Cinta hinggap tanpa kita sadari kapan dan di mana.

Lilis tersenyum sambil membaca buku Diary Pak Budi, dia harus mencari petunjuk siapa orang yang akan mencelakai calon suami dan orang yang paling dicintainya. Dis sedang berburu dengan waktu. Tiba tiba Lilis melihat sebuah nomer telpon dengan kode area (0272) XXXXX kode area mana dia tidak mengetahuinya.

Lilis segera membuka buku telpon, mencari kode area 0272, itu kode dirindukannya.

Lilis jalan ke ruang tamu, meraih telpon dan menekan nomer yang tertera di buku Diary Pak Budi. Agak lama dia menunggu telpon diangkat dari seberang sana.

" Hallo..! Hallo..! Hallo..! "Suara yang sangat dikenalnya. Suara Ujang yang selalu dirindukannya

******

Ahirnya aku kembali pindah ke kamar ayahku. Tidak ada pilihan lain, ke dua orang pengintaiku tidur di kamar depan. Ini pilihan paling rasional menurutku. Dari pada mereka mengikuti dari kejauhan membuatku tidak merasa nyaman.

"Kalian boleh bermalam.di sini dekat denganku. Tapi berjanjilah untuk tidak menceritakan tentang ritualku dengan...." aku tidak meneruskan perkataanku melihat kedatangan Marni dengan membawa nampan berisi 3 gelas kopi yang langsung diletakkan di meja ruang tamu.

"Tenang saja Kang, tugas kami hanya memastikan Kang Ujang tetap selamat, masalah Kang Ujang ritual itu bukan urusan kami." kata pria yang memperkenalkan dirinya bernama Andi dan Joni. Entah nama asli atau bukan, itu bukan urusanku juga.

Setelah berbasa basi sebentar. Aku kembali membawa ranselku ke kamar ayahku. Sesaat aku ragu memasuki kamar. Kamar seorang pengecut yang telah menelantarkan anak dan istrinya. Aku menarik nafas panjang memenuhi rongga dadaku, menenangkan jiwaku yang terguncang. Perlahan aku membuka pintu yang terasa berat.

"Kenapa, Mas?" Marni bertanya heran melihatku yang berdiri di depan kamar yang sudah terbuka.

Aku tidak menjawab. Langkahku terasa sangat berat untuk melangkah memasuki kamar si pengecut Gobang. Kamar mewah dipenuhi ornamen ukiran kayu jati. Bahkan ranjangnya yang besar, tiang tiangnya berukir. Benar benar seperti kamar seorang Pangeran yang hidup dalam kemewahan masa lalu.

Ahirnya aku bisa memasuki kamar si pengecut, keringat dinginku mengalir deras hingga membasahi baju yang kupakai. Aku segera menghempaskan pantatku ke atas kasur yang selalu terjaga kebersihannya. Lega rasanya bisa memasuki kamar yang sangat aku benci ini. Bukan kamarnya yang aku benci, tapi bekas pemilik kamar ini.

Marni menghampiriku yang terlijat pucat dan basah oleh keringat dingin. Tangannya memegang sebuah kendi berukuran sedang. Kendi yang terlihat sudah tua. Marni memberikannya kepadaku.

"Minum dulu, Mas. Biar segar." kata Marni terlihat sangat hawatir dengan keadaanku.

"Gelasnya man?" tanyaku heran Marni memberiku minum tanpa gelas seperti biasa. Walau aku sering mendengar orang jawasudah biasa minum dari kendi langsung tanpa memakai gelas. Rasanya aneh kalau sekarang Marni memberiku kendi tanpa gelas.

"Pak Gobang paling senang minum air dari kendi langsung, rasanya lebih segar." jawaban dari Marni membuatku sangat terkejut, tanpa sadar kendi yang aku pegang terlepas jatuh dan hancur berkeping keping.

"Mas Ujang, kenapa?" Marni semakin terkejut melihat kondisiku yang terlihat sangat menghawatirkan sehingga tidak mampu memegang sebuah kendi yang langsung terjatuh.

Marni mendorong tubuhku agar berbaring di ranjang. Aku berusaha mengatur nafasku untuk mengendalikan diri dan jiwaku yang benar benar terguncang. Marni meraba dahiku yang sangat.dingin.

"Marni panggilin dokter, ya Mas?" tanpa menunggu jawabanku, Marni melangkah keluar.

Belum juga Marni keluar meninggalkan kamar, terdengar suara telpon yang entah berasal dari mana. Selama aku di sini, aku belum pernah melihat adanya telpon, bentuk maupun bunyinya. Tapi dari suaranya terdengar sangat dekat. Kembali suara telpo terdengar.

"Mas, tolong diangkat, telponnya ada di laci meja rias." kata Marni yang terpaku mendengar suara telpon yang hampir tidak pernah berbunyi. Sepertinya dia tidak pernah menerima telpon, terlihat dari wajahnya yang menjadi gugup dab tegang.

Aku segera membuka laci meja rias, ternyata relponnya disembunyikan di dalamnya, entah untuk apa. Aku mengangkatnya.

"Hallo!" mungkin yang menelpon si pengecut itu. Aku akan memaki maki atas perbuatannya terhadap kami. Tidak ada jawaban hingga tiga kali aku mengucapkan kata Hallo. Telpon malah ditutup tanpa kuketahui siapa yang menelponku. Aku meletakan gagang telpon pada tempatnya.

Baru saja aku meletakkan gagang telpon, membali berdering. Dengan jengkel aku mengangkatnya. Belum sempat aku mengucapkan hallo, terdengar suara berbicara.

"Katakan ke Gobang, dia akan merasakan bagaimana pedihnya melihat orang orang yang dicintainya mati bersimbah darah." klik, suara telpon yang ditutup dari seberang sana.

Bersambung......

Apdet singkat, semoga bisa menghibur para pembaca.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd