crotyuk
Semprot Lover
- Daftar
- 27 Sep 2012
- Post
- 223
- Like diterima
- 128
Dalam rangka #MenolakLupa akan kenangan-kenangan mesumku. Berikut adalah sebuah pengalaman ngentotku dengan seorang kawan. Namanya Ami. Ia adalah janda beranak dua. Tentunya, itu bukanlah nama sebenarnya.
Foto penampakannya:
Kisah ini semi FR; terjadi lebih dari setahun yang lalu.
--SKIP--
SAAT pertama kali lihat namanya di Facebook, Ami, aku bersemangat sekali. Fotonya sudah tidak sesegar dulu saat aku jumpa ketika ia masih SMP. Alis yang dulu tebal sudah ia kerok di masing-masing ujungnya. Tapi kemanisannya masih ada. Dia janda.
Saat kuhubungi via messages, Ami merespon balik. Kami saling menyapa.
Iseng aku mengintip profil FB-nya. Ternyata, ia menyantumkan nomor ponselnya. Aku coba hubungi ia tapi tak berhasil diangkat Ami. Hasilnya: miscalled. Miscalled-ku ia balas. Aku enggak ingat apakah saat itu aku mengangkat teleponnya.
Aku diberitahu oleh adikku Hadisa, saat kami weekend di rumah mama kami. Hadisa kasih tau bahwa Ami sudah cerai. Aku bersoak gembira di dalam hati.
Waktu demikian lama berselang. Entah hari, minggu, atau bulan. Aku kemudian baru ingat tentang Ami. Aku coba menghubunginya kembali. Ternyata nyambung. Kami saling ber-SMS-an.
Seringnya ber-SMS-an, akhirnya kami bisa saling cair. Kami bisa saling bercanda. Bahkan, hingga menjurus ke arah yang berbau mesum sekalipun.
"Ih, Aa genit!" SMS-nya demikian kepadaku.
Ami tinggal di dekat Rawasari. Dari tempatku di bilangan Duku, ia mengundangku main ke kostannya. Ami mengajakku kencan di kostannya.
Kostannya berukuran 1-setengah kali 2 meter. Ia tinggal berdua dengan kawannya, namanya saya enggak ingat.
Tiga sampai empat jam aku bertamu di sana, kemudian jam sembilan-an aku balik ke kostanku.
Pertemuan yang mengesankan.
---SKIP---
Pertemuan kedua. Ami lebih agresif. Tempat ketemuan masih di kostannya.
Saat berada di kamarnya, hanya ada aku dan Ami. Kawannya sedang weekend ke rumah orang tuanya di kampung.
Entah berapa lama kami ngobrol, tak terasa sudah pukul 10 malam.
Rencananya, aku akan pulang malam itu juga. Namun, tiba-tiba, Ami mengunci pintu kamar dan memetikan lampu.
Sesaat itu juga, Ami memeluk aku yang sedang berbaring di kasurnya yang tipis.
Ami mengarahkan bibirnya ke mulutku. Kami berciuman bibir. Ia menghisap bibirku. Aku tidak seagresif Ami.
Lama kami saling hisap yang kemudian disusul saling remas. Ami meremas penisku. Aku meremas payudaranya dari dalam kaos yang ia kenakan.
Dalam hitungan menit kami sudah bertelanjang. Saling gesek antar organ kemaluan kami. Kami sudah saling tekan-menekan. Kami sudah bersatu tubuh. Tak hanya via mulut dengan saling betot ala french kiss, tapi via bersatunya penisku dan vagina milik Ami.
Kami bercinta hingga tengah malam. Berlanjut lagi saat menjelang waktu shalat subuh tiba. Dan, pas pagi belum begitu ramai, aku pulang ke kostan dengan sejuta kegembiraan.[]
Foto penampakannya:
Kisah ini semi FR; terjadi lebih dari setahun yang lalu.
--SKIP--
SAAT pertama kali lihat namanya di Facebook, Ami, aku bersemangat sekali. Fotonya sudah tidak sesegar dulu saat aku jumpa ketika ia masih SMP. Alis yang dulu tebal sudah ia kerok di masing-masing ujungnya. Tapi kemanisannya masih ada. Dia janda.
Saat kuhubungi via messages, Ami merespon balik. Kami saling menyapa.
Iseng aku mengintip profil FB-nya. Ternyata, ia menyantumkan nomor ponselnya. Aku coba hubungi ia tapi tak berhasil diangkat Ami. Hasilnya: miscalled. Miscalled-ku ia balas. Aku enggak ingat apakah saat itu aku mengangkat teleponnya.
Aku diberitahu oleh adikku Hadisa, saat kami weekend di rumah mama kami. Hadisa kasih tau bahwa Ami sudah cerai. Aku bersoak gembira di dalam hati.
Waktu demikian lama berselang. Entah hari, minggu, atau bulan. Aku kemudian baru ingat tentang Ami. Aku coba menghubunginya kembali. Ternyata nyambung. Kami saling ber-SMS-an.
Seringnya ber-SMS-an, akhirnya kami bisa saling cair. Kami bisa saling bercanda. Bahkan, hingga menjurus ke arah yang berbau mesum sekalipun.
"Ih, Aa genit!" SMS-nya demikian kepadaku.
Ami tinggal di dekat Rawasari. Dari tempatku di bilangan Duku, ia mengundangku main ke kostannya. Ami mengajakku kencan di kostannya.
Kostannya berukuran 1-setengah kali 2 meter. Ia tinggal berdua dengan kawannya, namanya saya enggak ingat.
Tiga sampai empat jam aku bertamu di sana, kemudian jam sembilan-an aku balik ke kostanku.
Pertemuan yang mengesankan.
---SKIP---
Pertemuan kedua. Ami lebih agresif. Tempat ketemuan masih di kostannya.
Saat berada di kamarnya, hanya ada aku dan Ami. Kawannya sedang weekend ke rumah orang tuanya di kampung.
Entah berapa lama kami ngobrol, tak terasa sudah pukul 10 malam.
Rencananya, aku akan pulang malam itu juga. Namun, tiba-tiba, Ami mengunci pintu kamar dan memetikan lampu.
Sesaat itu juga, Ami memeluk aku yang sedang berbaring di kasurnya yang tipis.
Ami mengarahkan bibirnya ke mulutku. Kami berciuman bibir. Ia menghisap bibirku. Aku tidak seagresif Ami.
Lama kami saling hisap yang kemudian disusul saling remas. Ami meremas penisku. Aku meremas payudaranya dari dalam kaos yang ia kenakan.
Dalam hitungan menit kami sudah bertelanjang. Saling gesek antar organ kemaluan kami. Kami sudah saling tekan-menekan. Kami sudah bersatu tubuh. Tak hanya via mulut dengan saling betot ala french kiss, tapi via bersatunya penisku dan vagina milik Ami.
Kami bercinta hingga tengah malam. Berlanjut lagi saat menjelang waktu shalat subuh tiba. Dan, pas pagi belum begitu ramai, aku pulang ke kostan dengan sejuta kegembiraan.[]
Terakhir diubah: