Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Apakah cerita ini terlalu kejam dan sadis? Perlu di softin lagi?

  • Dikurangi kejamnya

    Votes: 96 39,0%
  • Sudah pas

    Votes: 50 20,3%
  • lebih kejam lagi

    Votes: 100 40,7%

  • Total voters
    246
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Thenkyu apdetnya hu.. senggol dong hu..


Apa yg akan direncanakan di depan calon sumai nya rista hu? ... di eksib?, di 3some, ato ngentot diam diam hu?,..
Ane tunggu kelanjutannya
 
absen dipagi hari hoho
 
nunggu memek mbak dewi bercadar diangetin hha
 
Bimabet
Scene 10 : Afwan Akhi.. (POV Rista)

"Duh duh duh.. Adek mbak yang sudah sembuh ingatannya ini ngelamun aja sekarang kerjaannya", kata Mbak Dewi membuyarkan lamunanku

"Eehh.. Mbak.. Afwan.. Rista cuma tiba-tiba kangen sama Abi..", jawabku sambil memainkan sendok yang sudah tenggelam di dalam gelas. Kuaduk2 teh di meja walau gulanya sudah larut sempurna

"Ya udah pulang aja sana nengok abi"

Pandanganku menerawang jauh saat ini, mengingat kejadian2 memalukan bersama pria itu. Membuatku kembali berdebar kencang, membayangkan dari rahimku, aku melahirkan anak dari lelaki bejat itu. semoga aku tidak sampai mengandung anak dari Endrix, lelaki super bejat mirip iblis itu. Lelaki yang begitu aku benci, Lelaki yang sudah merenggut kehormatanku. Namun entah mengapa aku tidak bisa melawan perintahnya, setiap perkataannya sepertinya harus aku turuti. Apapun itu

"Dekk? Iihhh.. malah ngelamun nih.. Ya udah kapan2 kamu bisa pulang ke rumah dek. Nengokin abi. Abi juga pasti kangen banget sama kamu. Beliau pasti lega betul saat tau ingatanmu sudah kembali. Aduh panas bener..", ucap Mbak Dewi sambil buru2 melepas bibirnya dari cangkirnya karena tehnya kepanasan

"Mbak Dewi temenin Rista pulang ya...", pintaku manja

"Eeehhh udah besar kok masih minta diantar.. Pulang sendiri masak gak berani?", kata Mbak Dewi

"Ihh Mbak Dewi.. Nanti Rista nyasar lho mbak.. Atau malah diculik gimana hayo..", aku terus membujuknya

"Gak mau ah.. Lagian mbak juga lagi banyak jadwal ngisi kajian. Kamu pulang sendiri yaa.. Kan udah besar masak nyasar.. Kalau diculik kasian penculiknya, jadi punya tanggungan ngasih makan kamu.. Hihihi"

"Uuuhh Mbak Dewi tegaa..."

"Biarin weeekkkk.... Udah ah mbak berangkat dulu yaa. Aslmklm.."

"Wlkmslm.. Ati2 dijalan mbak", kataku

Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Seperti biasa Mbak Dewi sudah bersibuk dengan kegiatan dakwahnya. Akupun sudah bersiap untuk kembali ke kampus. Rasanya, sudah lama sekali aku tak mendatangi tempatku menimba ilmu itu. Tak sabar rasanya aku menuntaskan studiku hingga aku bisa segera mendapatkan gelar sarjana pertamaku

*tulilut tulilut tulilut*
(Ikhwan - Adi memanggil)

"Halo aslmkm.. Ukhti? Hari ini jadi ketemu kah? mau balikin buku anti"

*glekkk* aku kembali megingat perintah Endrix agar meminta Adi datang ke rumahnya

"Eehh . Wlkmslm.. I.. iya Akhi.. Bisa datang ke alamat Jl. Memek Timur No. 666?"

"Rumah siapa itu ukh? Bukannya alamat Ukhti di Jl Ngewe Jaya No. 69?"

"Itu.. alamat.. Udah antum ga usah banyak tanya.. Datang aja ke alamat tersebut", jawabku ketus

"Afwan afwan.. Yasudah bada ashar ana meluncur ke alamat tsb ya ukh, sebentar saja ana cuma balikin buku. Tidak usah masuk ke dalam rumah. Nanti malah jadi fitnah"

"I.. Iya akhi.."

*Maafkan ana ya akhi.. Ana tidak sebaik yang akhi kira.. Ana akan jelaskan semuanya setelah ini. Terserah antum mau sudahi proses taaruf atau bagaimana, ana sudah siap dan ikhlas..*, tiba2 air mataku jatuh mengalir membasahi pipi

Kubuka handphoneku, mengabari Endrix kalau Adi akan ke rumahnya setelah ashar. Akupun menghela nafas panjang, memikirkan mengapa nasibku seburuk ini. Jujur saja cobaan ini terlalu berat buatku. Tetapi aku masih mencoba bertahan, menghibur diri dengan menganggap mungkin ini memang garis takdir yang harus aku jalani

"Afwan, ana ke rumah Tuan jam berapa?", tanyaku kepada tuanku Endrix

"Sekarang juga boleh, kita have fun dulu. Heheheh.", jawab Endrix

*Aku marah pada diriku sendiri, seolah aku menawarkan tubuhku untuk dinikmati oleh pria bejat itu*

"Baik Tuan..", jawabku karena aku tak punya kesempatan untuk menolaknya

Kuurungkan niatku untuk datang ke kampus. Karena aku lupa sudah buat janji dengan ikhwan bernama Adi itu untuk mengembalikan buku yang dia pinjam sebulan yang lalu

Kubaca lagi layar handphone ku dari lelaki bejat itu. Mataku terbelalak memandang tulisan yang kubaca

"Jangan lupa lu ga boleh pake bra dan celana dalam mulai sekarang. Bawa semua bra dan sempak lu kemari. Gw pastikan semuanya udah gw sita dan gak ada yang tersisa dirumah lu. Toh lu udah ga butuh itu semua. Heheheh"

"Iya tuan.. Baik..", jawabku tanpa sanggup melawan

Aku siapkan tas ku yang agak besar, lalu kuambil seluruh celana dalam dan bra yang kupunya dan kumasukkan semua ke dalam tas. Termasuk bra dan celana dalam model tali2an yang pernah ia lihat saat aku menemuinya. Aku terkejut melihat didalam rakku, kutemukan beberapa model celana dalam serta bra lain yang juga terlampau sexy. Aku tidak ingat kapan membeli daleman2 sexy itu. Aku pikir, lebih baik model yang ini kusimpan saja, daripada Endrix semakin berpikir buruk tentangku jika tau aku punya daleman model sexy dan mini seperti ini.

Kutanggalkan kembali gamis yang kukenakan. Kulepas bra dan celana dalam yang saat ini kupakai dan kumasukkan ke dalam tas. Sehingga resmi, mulai saat ini aku tidak boleh mengenakan bra dan celana dalam lagi

*Ya Tuhann.. Maafkan hamba..*, kataku dalam hati sambil kembali menangis tak sanggup menghadapi cobaan seberat ini

***

Aku sudah tiba kembali di rumah lelaki bejat itu. Aku langsung masuk ke dalam karena sebelumnya dia sudah memberiku ijin agar langsung masuk ke dalam saja jika sudah sampai. Saat aku tiba diruang tamu, betapa terkejutnya aku. Rupanya Endrix tidak sendiri. Dia sedang bersama kedua teman berandalannya. Ithonk dan Bobby, kalau tidak salah itu nama mereka di group belajar kelompok.

"Waahh.. Akhwat lonte lu sudah datang Boss", kata Ithonk menyambut kedatanganku

Aku tak menggubris hinaan lelaki gemuk itu. Pandanganku malah tertuju pada layar TV Led yang ada diruang tamu. Aku tersentak rupanya persetubuhanku dengan Endrix di rumahnya kemarin direkam CCTV. Tampak jelas saat Tubuh Endrix sedang menyetubuhiku dan aku pun mendesah kencang menggoda dalam posisi mengangkang. Betapa hancur hatiku melihat film porno yang kuperankan sendiri. Aku langsung melihat ke langit2 rumahnya. Rupanya benar, tiap sudut ruangan rumah ini dipasang cctv. Bahkan di ruang tamu ini ada 4 CCTV yang dipasang di tiap sudut ruangan, dan aku tidak menyadarinya

"Hehehe datang juga lu.. Sini2..", perintah Endrix sambil melambaikan tangannya memintaku mendatangi ketiga lelaki itu

Aku sempat ragu dan ingin segera lari keluar dari rumah ini, namun aku tak sanggup. Aku tau siapa orang yang kuhadapi ini. Seorang pria bejat kaya yang punya banyak anggota dan relasi yang tersebar dimana-mana. Bahkan beberapa orang di club malam miliknya pun sampai tunduk kepadanya. menandakan betapa orang ini bukan lelaki biasa. Aku berjalan pasrah mendatangi ketiga pemuda yang sedang duduk santai di sofa. Tempatku kemarin disetubuhi oleh Endrix.

"Gelas kita sudah habis. Tolong tuangkan minuman itu ke gelas kita", perintah Endrix

"Eehh.. I.. Iya tuan..", jawabku patuh sambil kemudian menuangkan minuman haram ke ketiga gelas pria itu.

"Lu bawa yang gw pesan?", tanya Endrix

"I.. ini.. Tuan...", jawabku sambil menyerahkan tas ransel besar berisi pakaian dalamku

Lalu tas itu kemudian dibuka oleh Endrix dan dikeluarkan seluruh isinya langsung ke lantai. Pakaian dalamku langsung jatuh berserakan. Aku hanya tertunduk malu. Berharap mereka tidak berbuat lebih hari ini

"Hehe banyak juga koleksi sempak dan beha lu. Warna warni lagi.. Heheheh", ejek Endrix

Yaa, aku memang suka warna2 cerah. Seluruh gamisku pun kebanyakan berwarna cerah, termasuk pakaian dalamku. Ithonk dengan menjijikkan mulai menciumi celana dalamku. Sebagian celana dalamku dipakaikan di kepalanya, sedangkan Bobby mengenakan braku pada kedua matanya menjadi seperti kacamata, membuatku begitu malu karena mereka mengenakan dalaman yang biasa kukenakan tidak pada tempatnya

"Lu bawa ini juga? heheheh", kata Endrix sambil menunjukkan pakaian dalam model tali2anku

"I.. Iya..", jawabku gugup

"Anjirr lonte aja dalemannya ga kayak gini lho..", ejek Bobby sambil mengamati betapa sexynya daleman model tali yang kini ada di genggamannya

"Coba lu ganti baju lu, pake nih sempak sama beha tali2an ini", kata Ithonk sambil melempar pakaian menjijikkan itu kepadaku

"Hah? ganti Disini?", jawabku terkejut

Tidak biasa bagiku berganti pakaian dihadapan lelaki. Bahkan dihadapan abiku sendiri aku pun tidak pernah melakukannya. Bagaimana mungkin aku sengaja tampakkan auratku didepan ketiga lelaki brandalan ini.

"Siapa suruh lu gantinya disini? lu ganti baju di jalan depan sebelum pagar. Sebelum masuk ke rumah ini. Hahahah..", Kata Endrix sambil tertawa terbahak-bahak

"Apaaaa???", aku tidak percaya mereka begitu tega kepadaku

"Buruan atau bakalan kita gunting2 tu gamis lu. Pulang dari sini bugil lu", ancam Endrix

"I.. Iya.. Tuann..", jawabku pasrah.

Akhirnya aku kembali ke posisi awal sebelum masuk ke dalam rumah ini. Kupastikan keadaan sekelilingku aman. Kulihat hanya seorang bapak pedagang cilok yang sedang duduk istirahat tak jauh dari tempatku berada, dan disisi kananku, terdapat beberapa pemuda yang sedang bermain sepak bola

"Gw hitung sampai 10 kalau lu belum mulai ganti baju, gw akan hancurin gamis lu itu!", ancam Endrix dari balik pagar sambil tersenyum menyebalkan

"Eeeehhh.. Ada orang tuan... Ana malu..", kataku mulai panik

"10"

"9"

"8", Endrix tak peduli dan mulai menghitung mundur

"Tuann.. Bapak itu liat ke arah anaaa...", pintaku memelas

"7"

"6"

"5"

"4"

Aku sudah tak peduli pada nasibku. Dengan cepat kubuka gamis ku di tempat terbuka ini, Kusingkap kerudung panjangku ke belakang dan langsung kuturunkan resletingku. Buru2 kuangkat kain gamisku keatas hingga lolos terlepas dari tubuhku. Payudaraku langsung menggantung bebas tanpa penutup sama sekali, demikian juga area vaginaku yang hanya ditutupi bulu pubisku. Aku sedikit melirik ke arah bapak penjual cilok, rupanya benar dia sedang terbelalak memandangiku yang sedang melucuti pakaianku sendiri didepan rumah!

*Hancur harga diriku Ya Tuhann.. hiks hiks hiks* aku mulai panik

Tanganku gemeteran, beberapa kali daleman tali2an ini terlepas dan terjatuh ke tanah dari tanganku sehingga membuat tubuh telanjangku terekspose lebih lama dari seharusnya. Bapak penjual cimol masih terus melihatku dari kejauhan tanpa berani mendekat.

"Wih, mbak'e gak klamben (wih, mbaknya ngga pakai baju)", celetuk salah seorang pemuda yang sedang sepak bola. Membuat seluruh teman2nya melihat kearahku dan menghentikan pertandingan bola sementara

"Woww... uayu cukk mbak'e jilbaban tapi udoh... (cantik cuk mbaknya, jilbaban tapi telanjang) bodyne putih mulus..", komentar temannya yang lain

"Opo'o iku? onok masalah ambek pacare ta? (Kenapa itu? Ada masalah sama pacarnya ya?)", tanya pemuda yg yg lain

"Emboh cuk.. Ndelok thok ae gak usah melok2.. Rejeki nomplok iki.. Mbak e uayuuu.. Body ne suexy mulus.. (ga tau cuk.. Liat aja gak usah ikut2. Rejeki nomplok ini.. Mbaknya cantik, body sexy mulus), jawab temannya

"Cukkk dadi pacarku tak geble bendino wedokane.. (cukk.. Jadi pacarku aku entot tiap hari itu ceweknya) sexy bodynya", komentar pemuda yang lain

Aku semakin panik, Aku mencoba tenang walau tetap saja panik. Tanganku gemetaran sehingga aku gagal mengaitkan pengait bra tali ini beberapa kali sampai pada akhirnya bra ini terpasang pada dadaku, walau tak sempurna menutup auratku. Setelah berhasil memasang bra tali2an, aku langsung memakai celana dalamnya agar menutup garis vaginaku saja.

*Astgrlfhdzm.. Ana sangat malu Ya Tuhaann....*

Aku akhirnya berhasil memakai seluruh daleman super terbuka itu. Endrix malah bertepuk tangan setelah aku berhasil mengenakan pakaian memalukan ini.

"Bagus2 Ris.. Lu emang budak sex gw yang pintar. Liat lu udah menghibur bapak penjual cilok dan juga pemuda2 disana pakai badan lu. Hahaha...", Kata Endrix sengaja mengulur waktu terus mempermalukanmu

Aku tidak peduli dengan ocehannya. Aku buru2 berjalan menuju pagar rumahnya dan

*ceklek* Endrix menggembok pintu pagarnya!

"Mas, apa maksudnya ini? Ijinkan ana masuk mas.. Ana malu!!!", pintaku sambil menggoyang2 pagar rumahnya hingga membuat kegaduhan

"Kalau lu semakin berisik, malah banyak orang yang akan kesini liat body. Lu mau ha? Hahahah.. hahahaha...", tawa Endrix terus mempermainkanku

"Mas pleaseee.. Jangan gini... Ana malu mas.. Ya Tuhann.. Hiks hiks hiks... Mas jahat.."

"Hukuman buat lu.. karena lu ga manggil gw dengan sebutan TUAN. hahaha..."

"Afwan tuannnn.. Afwwaannnn.... Tolong jangan perlakukan ana seperti ini.."

"Bodoamat. Lu didepan sana 5 menit. Hadap ke arah mereka. Tangan lu pegangan pada besi pagar rumah gw, biar mereka bs puas mandangin body lu yang indah itu. punya body bagus itu dipamerin jangan disembunyiin.. Gw ajarin lu jadi lonte yang bener. Hahahah..."

"Tapi tuaannn..."

"Tidak ada tapi2an.. cepet lakuin atau gw tambah waktunya jadi 15 menit lu pose didepan rumah gw nunjukin aurat lu ke orang2. Hahaha..."

"Ba.. Baik.. Tuann..", aku sudah tak bisa berkata lagi. Air mataku kembali menetes dipermalukan seperti ini

Kuhadapan tubuhku menghadap ke arah bapak dan pemuda pemuda yang sedang main sepak bola itu. Jelas sekali mereka memandangi tubuhku penuh nafsu. Bagaimana tidak, berkerudung tetapi berpakaian hanya berupa tali yang sama sekali tidak menutup harta termahalku. Aku hanya mampu menundukkan pandangan membiarkan bapak penjual cilok dan para pemuda yang bermain sepak bola mengarahkan pandangannya kepadaku

"Bagus.. Sekarang Lu singkap tali yang nutupin pentil lu ke arah mereka. Kayaknya mereka penasaran sama pentil lu Ris..", ujar Endrix berbisik kepadaku

"Aa.. Apaa?? I..Iya Tuann.."

Aku buka tali yang menutupi puting susuku sehingga kali ini mereka bisa memandang aurat payudaraku dengan bebas tanpa penghalang sekecil apapun

"Wow.... Pentile uapikkk cukk.. Mancungg .."

"Sexy cuk mbake.. Anjiiirrr gak tahan akuu.."

"Body sempurna iki cuk.. Ga gede, gak cilik, pas digenggaman. Kulite yo putih mulus koyok bintang bokep jepang"

"Bener cukkk"

Kudengar komentar2 pemuda itu memandangi tubuhku. Mereka benar2 leluasa melihat aurat tubuhku yang selama ini kujaga baik-baik. Namun kali ini aku biarkan terbuka agar dilihat mereka. Sedangkan pria bejat dibalik pagar yang terus mengawasiku dibelakang ini tertawa puas tubuhku dipamerkan ke orang2. Aku tak sanggup berbuat apa2. Aku hanya bisa pasrah mengangkat tanganku keatas membiarkan payudaraku menggantung bebas dihadapan mereka. Demikian juga bapak penjual cilok, dia terus memandang tajam ke arah tubuhku. Sesekali kulihat tangannya membetulkan posisi celananya yang sepertinya sudah menyempit itu

"Turunin sempak lu biar mereka bisa liat memek lonte lu! Hahahahh...", Endrix semakin menjadi

"Ja.. Jangan tuaannn.. hiks hiks", aku mulai menangis dipermalukan begini

"Atau gw kasih ijin mereka buat gerayangin tubuh lu?", ancam Endrix

"....", aku tidak bisa menjawab perkataannya

Tanganku mulai menurunkan celana dalam taliku sebatas paha. Sekarang seluruh auratku terbuka dengan bebas dihadapan para pria di depan rumah Endrix. Yang kubiarkan tertutup sempurna hanyalah rambutku. Mereka semakin terbelalak dan geleng-geleng kepala melihat kearahku

"Gendeng pacare (gila pacarnya) pacare disuruh bugil diluar", kata seorang pemuda

"Iyo cukk. Tapi aku yo ngaceng"

"Sama cukkk, gak ngaceng gak normal lu.."

Terlihat berkali-kali mereka membetulkan posisi penis mereka yang tersembunyi dibalik celana mereka, sedangkan aku hanya bisa pasrah membiarkan tubuhku terbuka dalam pose menantang

"Ok cukup, lu boleh masuk sekarang", Kata Endrix sambil membukakan pintu pagar dan akupun segera masuk ke dalam rumahnya dengan segera.

Ithonk dan Bobby memandangiku dengan tatapan nakal saat melihatku sudah kembali ke ruang tamu dengan hanya berpakaian tali-talian saja. Aku berusaha menutup auratku sebisaku menggunakan tangan sambil berjalan malu-malu.

"Wow.. Lonte kita sudah sexy aja. Heheheh ..", ejek Ithonk dan Bobby

Kedua pemuda itu rupanya sudah telanjang bulat sambil mengocok alat kelamin mereka sendiri. Aku tundukkan pandanganku tidak berani memandang ke arah tubuh mereka yang telanjang bulat.

"Lu kesana sekarang. Layani dua org teman gw itu. Heheheh"

"Eeehhhh.. I.. Iya Tuan..", jawabku sambil berjalan ke arah mereka yang sudah tersenyum mesum ke arahku

"Sini Rista cantik...", pinta Bobby

"iya mas...", jawabku

"Hei panggil mereka tuan juga!!!", perintah Endrix

"Eehh.. Iya afwan tuan...", jawabku pasrah

Aku kemudian duduk diantara kedua teman Endrix yang sudah telanjang bulat. Benar saja, dalam sekejap tubuhku langsung digerayangi oleh mereka. Bobby langsung menarik kepalaku dan mengajakku berciuman panas, lidah serta bibirku langsung dilumatnya penuh nafsu. Kami langsung bertukar air liur dengan intens. Aku berusaha menghindar namun tangannya terus menahan kepalaku agar terus menghadap ke arahnya sehingga dia leluasa menciumiku. Sedangkan Ithonk sudah menyingkirkan tali bra yang menutup puting susuku dan langsung dikulumnya puting susuku dengan kuat

"Aaahhhh... Sshhhh...", aku mendesis menerima rangsangan hebat ini.

Lalu Ithonk menarik tanganku ke arah penisnya dan tangan kiriku disuruh untuk mengocok penisnya yang gemuk. Begitupun tangan kananku, Bobby pun memintaku mengocok batang kelaminnya sehingga kedua tanganku saat ini sedang sibuk mengocok kedua alat kelamin teman Endrix ini.

Ithonk menarik kepalaku dan kali ini bibir tipisku dilumatnya tanpa ampun. Lidah kami saling melumat bibirnya yang kasar tak lupa melumat bibir atas dan bawahku secara bergantian. Sedangkan Bobby kali ini asyik menciumi dan mengulum puting susuku sebelah kanan. Rasanya aku sudah seperti wanita murahan. Yang bergantian diciumi oleh pria tanpa ada penolakan sama sekali. Parahnya, tubuhku menikmatinya. Kurasakan vaginaku sudah Terbuka dengan produksi lendir yang begitu melimpah sehingga membasahi sofa rumah Endrix

"Ajib bener tetek lu Ris.. Bener2 jarang disentuh nih masih bagus bentuknya. Lama2 keseringan diemut bakalan dower pentil lu sluruupppp"

"Aaaaahhhhh... Tuannnnn...", desahku

"Kocok yang bener Lonte!!", kata Ithonk sambil menarik kepalaku kembali untuk diciuminya sepuasnya. Sedangkan tangannya meremas-remas payudaraku yang sudah terbuka, sesekali tangannya dengan nakal memilin2 puting susuku sehingga membuat sengatan kecil pada tubuhku. Tubuhku menggeliat saat tangan serta mulut mereka bergantian memainkan puting susuku

*tulilut tulilut tulilut* tiba2 saja handphoneku berdering

"Angkat dulu telponnya. Kali aja dari calon suamimu", kata Endrix

Aku langsung bergegas mengambil handphone yang kusimpan didalm tasku. Ternyata benar, yang menghubungiku adalah Mas Adi, aku langsung panik mengingat kondisiku saat ini yang sudah berpakaian lebih buruk daripada pelacur ini.

"Tu.. tuann.. Teman ana bilang akan datang sedikit terlambat..."

"Haha bagus jadi lu bisa lebih lama ngelayanin kita dulu sebelum ketemu calon suami lu", jawab Endrix

"Hehehe.. Ssshhhh", kembali bibirku langsung dilumat oleh Bobby, tangannya pun tsk berhenti meremas2 payudaraku. Sedangkan Ithonk sudah menyingkap kerudungku dan meciumi leherku sehingga membuatku terasa geli diperlakukan seperti itu

"Aaahhhhh... Tuaaannnnn.... Ssshhhhh", aku mendesis saat tangan Ithonk mulai menjamah alat kelaminku.

Jemari gemuknya mulai mengucek2 bibir vaginaku dengan perlahan. Seluruh area sensitifku sudah dirangsang oleh mereka saat ini. Tekanan darahku rasanya naik dengan cepat. Nafasku mulai berat dan tubuhku menggeliat tak beraturan menikmati rangsangan2 merek pada tubuhku

"Becek anjir tempik lu? Sange lu? Dasar jilbab lonte!", kata Ithonk memakiku lalu semakin mempercepat kocokannya ke vaginaku

"Aaahhh.. Addduuduuuhhh.. Aaahhh. ", Pantatku sampai terangkat karena kocokannya pada kelaminku begitu brutal.

Tubuhku gemetaran dan kakiku bergetar-getar. Rasany belum apa-apa isi dalam vaginaku akan meledak. Aku semakin tidak tahan dan tidak sanggup untuk menahan rasa ingin kencing ini

"Tuannn.. Ana keluaaarrr...."

*srettt srettt sretttt*, vaginaku menembak-nembak seperti air mancur beberapa kali

Cairan bening itu tumpah membasahi tangan Ithonk. Tanpa Rasa jijik Ithonk menjilati cairan yang keluar dari lubang kecil vaginaku itu. Tubuhku tersandar lemah, tetapi aku sadar. Mereka baru saja memulai permainan ini

"Muncrat-muncrat lu lonteee.. Emut kontol gw. Lonte kayak lu pasti butuh kontol saat ini. Hahahah..", kata Ithonk sambil menarik kepalaku ke arah penisnya dan mendorong mulutku agar mulai mengulum penisnya

Penis Ithonk yang pendek itu terasa sekali aromanya tak sedap. mungkin akibat lipatan lemak pada selangkangannya membuat lipatannya itu menjadi sarang keringat dan juga daki sehingga menghitam. Aku meronta karena belum siap memasukkan benda menjijikkan itu ke mulutku. Tetapi itu terus memegangi kepalaku dan mendesak mulutku agar segera mengulum alat kelaminnya. Sampai pada akhirnya pertahananku jebol dan benda kenyal mirip cacing gemuk itu masuk ke mulutku

*slurupp sluruppp sluruppp*

Mulutku mulai mengoral penisnya dengan terpaksa. Aku terus mencoba menahan indera penciumanku agar tidak muntah saat mengulum alat kelamin lelaki gemuk dekil itu. Alat kelaminnya mulai bergerak keluar masuk mulutku. Kucoba membuang rasa jijikku dan mulai menjilati batang penisnya yang kutaksir hanya 7 cm ketika berdiri tegak mengeras seperti ini.

"Hahahha... Bagus.. Sekarang Jilatin telor gw juga. Biasanya gatal telor gw ini. Hahahah", kata Ithonk sambil mengarahkan hidungku mencium buah zakarnya yang hitam, bulat, dan berbulu lebat itu

"Hmmppphh..", awalnya aku ragu untuk menjulurkan lidahku

Tetapi karena Ithonk terus mendesakkan telor hitamnya ke bibirku serta hidungku, mau tak mau kubuka juga mulutku dan mulai menjilati telor hitamnya

"Aaahhhh.. enak bener Rista jilatan lu.... Ssshhhh.. terus bersihkan sampai bersih sayannnggg..."

Aku terus menjilati telor hitam Ithonk. Sebuah urat yang berada di tengahnya pun tak luput dari jilatanku. Ithonk sampai memejamkan mata seolah begitu meresapi nikmatnya jikatanku pada buah zakarnya

"Gantian Punya Gw Ris", kata Bobby sambil menarik kepalaku ke arah penisnya yang sudah mengacung tegak

Penis Bobby cenderung lebih bersih daripada punya Ithonk. Warnanya cokelat muda dengan kepala penisnya yang sedikit kemerahan. Jembutnya pun lebat dengan buah zakarnya yang berwarna cokelat tua. Aku pelan2 memasukkan penis itu ke mulutku. Walau ukurannya tak sepanjang punya Endrix tetapi penis itu terasa penuh memenuhi rongga mulutku. Sesekali kujilati lubang kencing berandal itu karena entah mengapa penisnya lebih enak dan nyaman untuk dikulum daripada punya Ithonk

"Aaaahhhh... Lonte pinterrr... Ssshhh", desah Bobby sambil membiarkan aku improvisasi teknik kulumanku lada kelaminnya

Lalu aku turun dari sofa dan berlutut dihadapan Bobby yang sedang duduk di sofa. Aku kocok sebentar penis itu sebelum kumasukkan kembali ke dalM mulutku. Mukutku semakin liar dan turun semakin ke bawah. Kujilati buah zakar Bobby tanpa diperintah. Sepertinya logika sudah tak berfungsi. Aku benar2 menikmati permainan ini sekarang

"Oi Thonk Ni lonte udah mulai doyan kontol, coba lu ambilkan mainan itu dong! Gw mau liat seliar apa dia sama kontol", Kata Endrix

"Mainan itu? Ohhh. yaa.. Hehehe", kata Ithonk sambil masuk ke dalam salah satu kamar

Lalu selang beberapa saat diapun kembali ke ruang tamu sambil membawa sebuah "mainan", berbentuk panjang berwarna hitam.

"Dildo raksasa dengan panjang 27 cm. Heheheh", kata Itonk sambil terkekeh lalu menyerahkan benda itu kepada Endrix

Aku sampai melongo melihat benda itu. Warnanya hitam dan bentuknya berurat. Panjangnya pun luar biasa. Punya Endrix saja menurutku sudah panjang, namun mainan itu ternyata jauh lebih panjang daripada punya Endrix

"Untuk apa dildo itu Ndrix?", tanya Bobby

"gw pingin Liat Rista bayangin menikmati kontol orang Afrika. Hehehe", jawab Endrix

"Af.. afwan.. Maksud mas?", tanya Adi kebingungan

"Gw minta lu nungging dan kita bakalan nancepin mainan kontol ini ke lubang tai lu. Anggap lu sedang dipake orang Afrika. Heheheh", kata Endrix

"Hahahaha... Ke lubang tai. Hahaha", tawa mereka bertiga bersamaan begitu menyebalkan. Aku begitu ketakutan membayangkan benda sebesar itu beneran ditancapkan ke lubang pantatku

"Af..afwan.. Ga.. boleh Tuann. Ga boleh dimasukkan ke lubang tersebut..", Kataku sambil ketakutan

"Selama disini, yang haram jadi halal. Yg halal bisa jadi haram.. Hahahahh", kata Ithonk

"Sekarang lu bersandar ditembok dan tunggingkan pantat lu tinggi-tinggi menghadap belakang. Lepaskan sempak tali lu itu. Tunjukkan sexynya bentuk pantat lu ke kita", perintah Endrix kepadaku

"Ta.. Tapi Tuann.."

"Ngga ada tapi2an.. Atau ntar kita gilir lu didepan calon suami lu! Mau lu hah?"

"Ja.. jangannn.. I.. Iya.. Tuann.. Ana patuhi perintah tuan..", jawabku sambil melepas celana dalamku. Sehingga bagian bawah tubuhku kini sudah terbuka tanpa kain sama sekali dihadapan para lelaki itu.

Aku lalu berdiri memenuhi permintaan pemuda kekar berandalan itu. Kusandarkan tubuh telanjangku dan kuposisikan pantatku menungging menghadap mereka. Mereka semakin menelan ludah melihat bongkahan pantatku yang membulat sexy tanpa tertutup apa2 itu tersaji di depan mereka.

"Bokong yang sangat indah putih, bersih, dan mulus.. Jadi pingin gw tampar2 plak plak plak", puji Bobby sambil meremas kedua bongkahan pantatku lalu ditampar2nya.

"Ohhhh... Sakit tuann.."

Lalu Itonk mendekatiku dengan membawa sebotol cairan seperti minyak. Aku dimintanya untuk membuka kakiku lebar2 dan kedua tanganku berpegangan menghadap tembok. Lalu, dituangkannya minyak itu di sela-sela pantatku hingga licin dan mengkilap. Belahan pantatku dibukanya dan cairan itu menetes banyak membasahi lubang anusku. Lalu dioleskannya tepat pada lubang anusku dengan jari telunjuknya agar merata. Kurasakan lubang anusku saat ini terasa hangat dan licin akibat cairan yang sepertinya berfungsi sebagai pelumas itu. Cukup banyak dia menuangkannya sampai tumpah menetes melewati vagina dan jatuh ke kakiku

"Sekarang gw mau masukkan dildo ini ke lubang Pantat lu!" perintah Endrix

"Jangan Tuan.. Jangan masukkan benda itu ke lubang anus ana", pintaku ketakutan membayangkan bagaimana rasanya benda sebesar itu masuk ke dalam lubang pantat yang sempit

"Nungging yang bener lu Ris!! plak plak plak", kata Endrix sambil menampar bongkahan pantatku

Akupun diperintah Endrix untuk semakin menungging dan membuka belahan pantatku lebar2 dengan kedua tanganku sendiri sampai lubang pantatku nampak jelas oleh mereka.

"Gw masukin sekarang. Hehe", Kata Endrix sambil mengarahkan mainan penis itu ke lubang anusku

"Jangaann Tuan... Ampunn jangan disitu.. Tuann", pintaku menyadari lubang pantatku dalam bahaya karena mainan itu sudah terasa menyentuh lubang pantatku

Endrix lalu langsung menancapkannya dengan kasar ke lubang pantatku dengan sedikit memutar benda itu searah jarum jam, tanpa adaptasi dulu sehingga otot elastis pantatku sedikit terlambat dan langsung dipaksa terbuka menganga agar mainan penis itu bisa masuk ke lubang pembuanganku

"Oooouuhhggghhhh... Aduuhh.. Aaaahhh Sakittt... Jangan tuaannn..... Sudaaahh.. Ampuuunn.. Ssshhhh", rintihku saat dengan kejam Endrix mulai memaju mundurkan mainan itu menembus lubang pantatku

Endrix tak peduli permintaanku, benda itu terus didorongnya masuk sampai tertancap cukup dalam menembus pantatku. Setelah dirasa cukup dalam, dia lalu menghentikan sejenak mainan seks itu menembus lubang analku memberikanku kesempatan untuk ambil nafas sekalian membiarkan lubang anusku adaptasi terlebih dahulu dengan benda panjang itu. Setelah nafasku mulai teratur, dia lalu menekan sebuah tombol yang ada pada batang mainan itu. Dildo itu mulai bergerak dan bergetar didalam lubang pantatku.

*wuuungg wuuunggg* suara dildo bergetar

"Ooooohhhh... Oooohhhh... Sudaaahh Ampunn tuan... Sakiittttt", kataku tak menyangka rupanya benda itu bisa bergerak2 seperti sedang mengebor lubang anusku.

Kakiku bergetar hebat, kurasakan vaginaku langsung terasa nyut2an. Tubuhku menggeliat tak karuan. Aku terus mencoba menahan tubuhku agar terus menungging dan mengangkang. Sedangkan mainan itu rasanya terus melubangi lubang pantatku agar semakin lebar. Lama kelamaan, memang rasanya lubang anusku semakin terasa lebar dan sedikit lega. Seperti ingin buang air besar. Demikian pula dengan vaginaku yang tiba2 terasa kedutan dan ingin menumpahkan isinya. Aku menggelinjang hebat dan

*Serrrr... Serr.. Serrr.. Currrrr* disaat bersamaan, vaginaku sampai memuncratkan cairan bening bercampur urine itu beberapa kali dalam posisi lubang pantat masih tertancap dildo. Cairan itu terus mancur tak berhenti akibat pengeboran dildo itu ke lubang anusku. Tubuhku sudah terangsang hebat. Kakiku sampai lemas tak bertenaga, tetapi aku masih terus berusaha menungging karena mainan itu terus bergerak2 di dalam lubang anusku memberikan rasa yang awalnya sakit menjadi semakin nikmat

"Aaahhhh.. Aaahhhh... Aaahhh..", desahku mulai terbiasa dengan kehadiran mainan itu pada lubang pantatku

"Busyet malah kencing keenakan lu. Hahahah..", kata Bobby

Lubang pantatku belum apa2 sudah terasa perih. Kurasakan pula lubangku ini sudah melebar, terbiasa dengan kehadiran dildo hitam 27 cm yang sedang menyeruak masuk ke dalam pantatku itu. Tubuhku masih menungging dan kelojotan karena mainan itu tak berhenti bergetar di lubang pembuanganku. Itonk lalu mendekatiku dan meneteskan minyak lagi ke lubang pantatku sehingga pantatku kembali terasa hangat dan licin serta tersisa sedikit rasa perih yang kurasakan.

Aku berusaha menahan tubuhku tetap dalam posisi menungging berdiri berpegangan pada tembok. Perasana ini begitu menyiksa, semakin lama, kakiku terasa semakin berat untuk menopang tubuhku. Sedangkan Endrix masih mengawasi dildo itu, jika mulai kendor kembali ia tancapkan kembali lebih dalam sehingga lubang pantatku terus "dibor" oleh mainan penis itu.

"Oouuhh.. Aaaahhhh.. Ouhhhhh.. Tuannn.. Sudaaahhh..." desahku liar

"Bagus banget nih, ini Mengebor Pantat Akhwat. Hahahah...", kata Ithonk yang rupanya sedari tadi merekamku

"Jangan direkam tuann.. Aah.. Aaahh..", pintaku

"Sayang kalau momen awal pantat lu digali gak diabadikan. Hehehe", jawab Ithonk

"Oohhh.. Aaaahh.. Aaahhh.. Ouuuhhh..", rancauku semakin liar.

Lalu Endrix mengambil alih tubuhku yang sedang menungging berpegangan pada tembok, dicabutnya batang penis mainan itu lalu dilemparkan ke lantai. Sedangkan penis Endrix kurasakan sudah berada diantara garis pantatku. Selama beberapa detik Endrix membuka lebar garis pantatku dan didapatinya lubang pantatku yang sudah menganga lebar berbentuk bulat itu sambil kurasakan batang penisnya menyentuh2 bagian bibir lubang pantatku

"juh juh juh" Endrix mulai meludahi lubang Anusku sebelum batang penisnya mulai diarahkan ke lubang pantatku yang sudah menganga

"Beberapa celup aja ya Ris. jadi pingin gw nyicip lubang tai lu", katanya sambil menancapkan batang penis ya yang sudah keras

"Jangan disitu.... Aaaahhhhhh.... Oooohhhh.... Jangan setubuhi ana disituu...", pekikku karena terasa kontol Endrix mulai membelah lubang anusku yang terasa semakin melebar saja

"Bodoamat. Lubang Akhwat kayak lu gini keknya mantab.. Pasti gak pernah dipake. Hehehe.. Anjirlaah enak bener lubang tai lu Ris... Demen gw. Hahaha..", kata Endrix sambil menampar2 pantatku dan mulai menggenjot lubang pantatku tanpa ampun dengan kasar dan cepat

*jleb jleb jleb*

"Oohhh.. Aaahhh.. Aaahhh.. Oouuuhh.. Tuaannn...", desahku tak kuasa menahan rasa sakit ini saat penis Endrix membombardir lubang pantatku dari belakang

Terasa sekali penis Endrix yang melubangi lubang anusku. Menggesek-gesek lubang pantatku yang berbentuk bulat sempurna. Terasa sekali saat ini lubang pantatku membuka lebar menyesuaikan dengan diameter penisnya yang cukup tebal. Rasanya begitu sakit dan perih saat batang kerasnya menggesek kulit dalam pantatku yang tipis dan sensitif

"Ahhh.. Enak bener lubang tai lu Ris.. Oohh..", kata Endrix sambil mendesah menikmati menganalku

Setelah puas beberapa kali sodokan, dicabutnya batang penis itu dari dalam lubang anusku. Lalu rupanya, Bobby juga ingin mencoba jepitan lubang pantatku. Penisnya yang sudah mengeras itu langsung didorong masuk menembus lubang pantatku sebelum menutup kembali, sehingga kepalaku terdongak sekali lagi menerima sebuah penis kembali hadir di dalam lubang pantatku

"Gw juga coba ya Ris jepitan lubang pantat lu...", kata Bobby mulai mendorong masuk alat kelaminnya ke dalam lubang pembuanganku

*blesss* penis Bobby masuk sempurna didalam lubang pantatku

"Aaahhhhh.. Ampunnn.. Sudaahhh... Tuaannn.. Cukuuupp.. Sakit...." desahku memohon sambil berlinang air mata

Aku bahkan tak hanya kehilangan keperawananku sebelum menikah. Bahkan lubang anusku sudah mereka pakai untuk menyetubuhiku. Kedua hal yang seharusnya dilarang dan diharamkan, dan aku telah melakukan kedua perbuatan itu. Aku benar2 berpikir telah menjadi gadis yang tidak bisa menjaga diri..

"Jancukkkk.. Nganal Akhwat enak cukkkk...", Kata Bobby sambil terus menyodomi pantatku beberapa kali sampai ia puas

Setelah beberapa saat lubang pantatku dihajar kelaminnya, Tubuhku langsung ambruk terjatuh tersandar pada tembok.

"Lu gak mau nyoba lubang pantatnya Thonk?", tawar Endrix

"Hehehe.. nggak.. khawatir gagal gw masukin kesana..", jawab Ithonk

"Oiya kontol lu kan pendek ya? Hahahah", ejek Endrix

"Ajg lu", balas Ithonk

Kurasakan lubang pantatku kedutan terasa perih, lengket, panas dan gatal. Nafasku langsung tersengal-sengal, Tubuhku berkeringat deras padahal AC ruangan ini sudah cukup dingin.

"Gw mau entot tempiknya aja, ngangkang lu!!", kata Ithonk berjalan sambil mengocok kelaminnya ke arahku

"Iya Tuannn.."

"Boleh gw pakai tempik lu??"

"Eehhh.. I..Iya boleh Tu.. Tuannn..", kataku lalu mengangkang kearah lelaki gemuk itu

Lalu Ithonk yang gemuk itu mulai menindihku dan menciumi bibirku. Kututup mataku dengan kedua tanganku tak sanggup menerima kenyataan ini. Kenyataan kalau sebentar lagi vaginaku akan disetubuhi lelaki lain lagi selain bajingan Endrix itu. Betapa rendah dan kotornya diriku

*Maafkan aku abi.. Mbak Dewi... Mas Adi.. Rista benar2 gadis yang kotor..* kataku dalam hati

"Aaaaahhhh..", desahku saat kelamin Ithonk mulai membelah bibir vaginaku perlahan

"Hehe.. Sempit bener lubang tempik lu Ris.. Baru Endrix aja yang pakai pertama kali?"

Aku hanya mengangguk lemah menjawab pertanyaannya. Seolah aku gadis yang harus biasa bersetubuh dengan banyak pria pakai urutan segala. Lalu Batang penis Ithonk mulai penetrasi di dalam vaginaku. Alat kelaminnya yang gemuk dan pendek itu maju mundur membelah serta menggesek dinding vaginakh bagian dalam. Rasanya vaginaku semakin basah dan gatal tergesek penis hitam itu

*jleb jleb jleb jleb*

Aku menutup mulutku dengan tanganku, berharap aku tidak mendesah saat disetubuhi, karena dengan aku mendesah aku akan mengakui kalau aku menikmati disetubuhi lelaki gemuk dan dekil ini

"Kenapa lu tahan? Gak mau desah lu? Masih punya harga diri lu?", kata Ithonk semakin semangat menggenjot tubuhku

Beberapa kali keringatnya menetes dari rambutnya yang keriting itu mengenai wajahku. Aku terus memalingkan muka dan memejamkan mata tak sanggup menatap wajah lelaki yang saat ini berada di atasku. Ithonk semakin cepat memompa vaginaku, membuat vaginaku semakin gatal dan nikmat saja. Aku berusaha menaham desahanku namun sayangnya, rasa ini terasa nikmat bagi tubuhku.

"Aahhhh.. Ooouuuh.. Aaahhh.. Ssshhh..", Akupun akhirnya mendesah juga saking nikmatnya rasa yang kurasakan pada alat kelaminku saat bergesekan dengan kelamin pria

"Tuh kan.. Lu gak bisa berbohong Ris. Tubuh lu itu butuh kontol buat muasin syahwat lu. Lu harus akui itu. Hehehe", kata Ithonk tiba2 menghentikan sodokannya dan mencabut batang penisnya

Aku mulai berani memandang ke arahnya. Ada rasa sedikit kecewa saat lelaki gemuk itu menghentikan menyetubuhiku. Berharap saja penis itu menggesek kembali kulit vagina bagian dalamku yang saat ini terasa basah dan gatal. Mungkin karena penisnya yang kecil itu, jadi tidak terasa sakit dan hanya terasa menggaruk2 bagian dalam kelaminku sehingga membuatku menikmati tiap gesekannya. Berbeda dengan saat kelaminku disetubuhi oleh penis Endrix yang panjang dan besar itu. Walau jauh lebih nikmat karena rasanya vaginaku penuh dan gesekannya merata sempurna ke seluruh kulit dalam vaginaku, namun ada rasa sakit juga karena vaginaku harus beradaptasi melebarkan lubangnya menyesuaikan dengan ukuran penis Endrix

*Astgfrlhdzm.. Apa yang sudah aku pikirkan. Mengapa aku malah menganalisis dan membandingkan rasa dari disetubuhi kedua pria ini*, kataku menyesali pikiranku

Tak kusangka rupanya mereka belum cukup puas menyiksaku. Kini Endrix, Bobby dan Ithonk telah berdiri mengerubungiku semakin dekat. Aku kemudian diminta berlutut dan mereka semakin mendekatkan batang kontol mereka ke wajahku yang mendongak menghadap ke batang rudal mereka. Batang penis mereka bergelantungan didepan mataku dan mereka tampar2kan kelamin mereka ke pipi, hidung, kening, serta bibirku. Kulihat penis Endrix yang paling mengerikan Panjang dan berotot. panjangnya dari dagu hingga alisku

"Sekarang waktunya lu bersihin kontol kita Ris, karena barusan masuk ke lubang pantat dan lubang tempik lu. Heheheh", kata Endrix

Lalu ketiga berandal itu dengan kurang ajar menepuk nepukkan batang penisnya ke seluruh wajahku dengan kencang. Lama2 tamparan penis-penis mereka membuat pipiku terasa sakit

*tepok tepok tepok tepok* suara penis yang menepuk-nepuk wajahku

"Buka mulut lu Rista. Julurkan lidah lu. Sepong kontol gw", kata Endrix sambil mengangkat kedua tanganku dan dicengkeramnya dengan kuat

Dipegangnya erat kedua tanganku keatas olehnya, sehingga aku harus mengulum penis besar itu dengan posisi kedua tangan keatas menampakkan kedua ketiakku yang basah berkeringat. Lalu tanpa menunggu perintah kedua kalinya kujulurkan lidahku sambil menatap sayu ke arah Endrix seperti sedang menunggu batang kejantanannya yang besar itu masuk ke mulutku. Tanpa buang waktu, penis Endrix langsung didorong masuk ke rongga mulutku

"Hooookkhhhh... Hooookhhh..", air liurku menetes deras dari sela mulutku. Penis itu sangat besar, tidak kusangka rasanya seperti tercekik seperti ini. Tetapi Endrix tak peduli, terus dipaksanya masuk batang penis besar itu ke mulutku. Bobby dan Itonk pun tidak diam saja, mereka terus menampar pipiku dengan kontol-kontol mereka.

"Jangan punya Endrix aja Ris. Kontol Bobby sama gw juga", kata Itonk

Lalu aku berganti mulai memasukkan batang penis Itonk, penis yang paling kecil diantara mereka bertiga. Aku manfaatkan momen mengulum penis kecil ini untuk mengambil nafas. Karena sebelumnya, penis besar Endrix begitu penuh sehingga membuatku kesulitan bernafas. Setelah itu, Bobby menarik kepalaku untuk menyepong penisnya pula. Kulahap penisnya dengan nafsu yang menggebu. Gerakan kepalaku semakin cepat maju dan mundur mengulum penis-penis mereka. penis-penis itu bergantian keluar masuk dalam mulutku tanpa membolehkan aku menggerakkan tangan sama sekali. Rasanya sungguh tersiksa. Aromanya bermacam macam, ada yang tidak berbau ada pula yang baunya luar biasa. Aku terus dipaksa dalam posisi seperti ini. Tanganku tidak boleh bergerak sama sekali dan tetap dipegangi tertahan diatas kepalaku dalam posisi berlutut. Mereka dengan mudah dan leluasanya memasukkan batang penis mereka ke mulutku secara bergantian

Lalu setelah puas penisnya aku oral, tubuhku kembali didudukann mengangkang pada sofa. Tangan Endrix dengan brutal mengocok vaginaku. Jemarinya dengan cepat digosok2 ke bibir vaginaku. Diperlakukan seperti itu, tubuhku menggelinjang hebat, perlahan aliran darahku terasa semakin meningkat. Tubuhku semakin mengejang dan menggeliat tak beraturan. Kakiku bergetar getar seperti menahan pipis.

Tidak cukup sampai disitu. Vaginaku langsung dijilatinya secara mendadak. Lidahnya yang kasar terasa hangat basah membasahi area dalam vaginaku, lalu clitorisku pun tak lepas dari permainan lidahnya. Dikeluarkannya clitorisku agar lebih nampak, lalu Dijilat dan dikecup2nya bagian itu dengan sangat intens hingga akhirnya tubuhku gemetaran hebat. Bobby dan Ithonk pun turut serta kembali merangsangku. Melihat puting payudaraku yang menganggur, mereka lalu mulai mengulum, menjilati dan menyedot puting susuku bersamaan

"Ooooohhh aaaaaaaahhh.. Aaahhhh.. Tuannnn..", desahanku semakin menjadi saat ketiga pria itu menjlati ketiga titik sensitifku

*cretttt crett crett* tumpah juga cairan lendirku akibat rangsangan yang luar biasa dari Endrix dan teman-temannya. Setelah ledakan hebat yang mengeluarkan seluruh isi cairan pada alat kelaminku, tenagaku rasanya sudah habis. Aku begitu kelelahan dan kehabisan nafas. Rasanya vaginaku kedutan dan ikut berdegup-degup seirama dengan debar jantungku

Kulihat Endrix mulai mengbil posisi kembali diatasku. Dengan sisa tenaga, aku berusaha melawan saat Endrix mulai mengarahkan batang penisnya ke vaginaku. Aku ingat betul betapa perihnya vaginaku setelah disetubuhi penis pria ini

"Jangan Mas... Tolong hentikan sudah cukup..", kataku sambil menahan dada atletis lelaki berandal itu agar tidak menyetubuhiku lagi

Dipegangnya kedua kakiku oleh tangannya yang kekar. Aku masih tetap berusaha meronta, namun Itonk dengan sigap memegangi tubuh bagian atasku. Penis Endrix mulai terasa membelah vaginaku, semakin dalam

"Aaaaaahhhhhhh...", pekikku saat benda panjang itu semakin menyeruak masuk ke dalam tubuhku

Kurasakan vaginaku kembali terbuka, seolah dia ijinkan penis berandal ini menginvasi kesuciannya. Vaginaku sudah tidak suci dan terjaga seperti dulu. Kini dalam 1 hari saja, alat kelaminku itu sudah disetubuhi 2 lelaki dan dia masih berharap disetubuhi karena lendir pelumasku malah semakin banjir

"Addduuuuhh sakit masss... Aaaahhh", pekikku saat penis Endrix semakin menyeruak masuk semakin dalam

Tubuhku sampai bergerak menggelinjang kekiri dan kekanan menahan rasa sakit. Kurasakan vaginaku mulai menyesuaikan diameter batang penis Endrix yang jauh lebih besar dan keras daripada punya Ithonk. Batang penisnya semakin dalam menembus vaginaku

Penisnya terus mengobok2 vaginaku dengan kuat. Tiap sodokannya terasa kuat dan mantab. Vaginaku terasa penuh sesak dan tak berhenti memproduksi lendir pelumas

"Ooouuuuhh... Ouuuhhh.. Ouuuuhh..", desahku menikmati tusukan penis Endrix

"Enak ya Ris? desahan lu beda daripada waktu ngewe sama Ithonk tadi. Hehehe..", kata Endrix sambil tak henti2nya menyodok vaginaku dengan kuat. Betapa malu aku mendengar fakta yang terbantahkan itu. Tubuhku mengakuinya, permainan Endrix lebih terasa nikmat dibanding Ithonk

Sambil terus menyetubuhiku, wajahnya didekatkan kepadaku. Bibirnya langsung melumat bibir tipisku ini. aku balas cumbuan panasnya dengan berusaha mengulum balik lidahnya. Lidahku bergulat dengan lidahnya, saling menguntal satu sama lain, saling bertukar liur satu sama lain. Aku sudah tak peduli toh semua sudah terjadi. Bibir atasku dikecup dan dihisap kuat, demikian juga dengan bibir bawahku. Kupeluk erat tubuh kekarnya seolah tak ingin dia cabut batang penisnya yang panjang itu dari liang kelaminku

"Mantab benerrrr... Demen dia sama kontol panjang", kata Itonk mengakui aku terlihat lebih menikmati saat disetubuhi Endrix

"Gw hamilin lu ya Ris.", Kata Endrix semakin memperkuat sodokannya

"Aaaahh Aaaahhhh.. Ouuuuhhhh... Ampunnnn", pekikku
karena sodokannya semakin cepat dan keras.

Tubuhku sampai tersentak sentak diranjang empuk ini. Kakiku semakin mengangkang lebar memberikan akses sepenuhnya agar kontol raksasa itu terus menyodok tempik gadis muslimah ini

"Arrrrgggghhhhh", erang Endrix tiba2

*CROT CROT CROT CROT CROT*

sebuah tembakan sperma yang benar2 banyak. Rahimku terasa hangat terkena sperma kental dengan kuantitas yang banyak ini. Bahkan sampai saat ini kurasakan penis Endrix masih kedutan didalam vaginaku mengeluarkan sisa sperma yang diproduksi oleh zakarnya. l

"Tempik yang sangat nikmat. Sempit dan mantab jepitannya. Enak sekali tubuh lu Rista", puji Endrix

Setelah puas menyetubuhiku, lelaki berandal itu lalu mencium bibirku singkat sebelum mencabut penis yang masih terlihat panjang dan keras itu dari lubang intimku. Diusapkan penisnya ke bulu pubisku beberapa kali agar penisnya bersih, menyisakan nafasku yang masih tersengal-sengal, dengan vaginaku yang terus mengeluarkan lendir sperma yang meluber dari rahimku...

***bersambung***
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd