Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Apakah cerita ini terlalu kejam dan sadis? Perlu di softin lagi?

  • Dikurangi kejamnya

    Votes: 96 39,0%
  • Sudah pas

    Votes: 50 20,3%
  • lebih kejam lagi

    Votes: 100 40,7%

  • Total voters
    246
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Scene 16 : Ada Apa Dengan Dewi (Part 2)

NAS-2.jpg


"Halo Ustadzah Dewi sayang.. Saya sudah kangen lagi nih..", sebuah pesan WA dari nomor yang belum sempat disimpan di kontak handphone Dewi

Ya siapa lagi kalau bukan dari Pak Sul, kuli bangunan yang baru saja Dewi kenal beberapa hari yang lalu.

Dewi malas membalas pesan tersebut dan buru-buru menghapus pesan itu dari history chatnya. Cukuplah ia mengkhianati suaminya sekali saja. Tidak boleh terjadi lagi, dia sudah berjanji akan selalu setia kepada suaminya saat itu juga. Kembali Dewi mencoba menguatkan imannya, tidak terjebak dalam kesenangan sementara.

10 menit kemudian, Pak Sul menelpon Dewi. Dewi ketakutan melihat nomor telepon yang tertera dihapenya. Nomor yang tadi mengirimi dia pesan kali ini berani menelponnya. Ingin sekali ia tolak panggilan itu, tetapi entah mengapa Dewi malah menerima telepon dari Pak Sul

"Duh lama sekali ustadzah angkat teleponnya", kata Pak Sul

"Sudah pak.. Sudah cukup. Tadi itu pertama dan terakhir.. Ana sudah tidak mau melakukannya lagi..", kata Dewi tegas

"Yakin sudah tidak mau lagi? Heheheh.. Kontol saya belum puas silaturahmi ke tempik ustadzah nih.. Heheheh.."

"Pak Sul jangan kurang ajar! Sudah pak, Afwan ana tutup dulu, ada suami!", kata Dewi terkejut saat melirik ke arah Eko yang ternyata sudah terbangun dan berjalan menuju kamar

*tut tut tut tut* telepon ditutup oleh Dewi

"Lho Ummi udah pulang?", tanya Eko saat masuk ke dalan kamar

"I..Iya sudah Bi.. Sudah dari tadi.. I.. Ini ummi selesai mandi", jawab Dewi terbata

"Ummi gapapa? Kok kayak gelagapan?", tanya Eko curiga

"Ehh.. Ngga kok perasaan abi aja..", elak Dewi

"Yakin?", tanya Eko masih tidak percaya

"Beneran.. Abi...", jawab Dewi meyakinkan suaminya

*Duh gini amat ya nyembunyiin sesuatu dari suami. Paham ana betapa ga tenangnya orang kalau selingkuh* ujar Dewi dalam hati

"Hmm yasudah.. Btw, Ummi seger banget nih.
.. Harumm.. Mana cuma pakai handuk lagi", kata Eko mulai membelai pundak telanjang Dewi

"Abi mau ngapain?", kata Dewi menyadari suaminya mulai nemandangi tubuhnya

"Hehehe.. Ummi.. Abi jadi pingin nih.."

"Ihh.. Abii.. Jangan bii.. Abi capek habis kerja.. Tidur aja yaa.."

Padahal sesungguhnya Dewi lah yang kecapekan setelah tempiknya dihajar kontol Pak Sul. Walau tidak lama, tetapi cukup melelahkan baginya karena kontol Pak Sul yang besar dan panjang itu terasa memaksa lubang kelamin Dewi untuk menyesuaikan diameter kontol kuli bangunan itu.

"Gak mau ah.. Abi mau main sama ummi dulu..", Kata Eko sambil menubruk tubuh istrinya ke tembok

Dalam satu kali hentakan, handuk Dewi terlepas hingga tubuhnya kini telanjang bulat dihadapan suaminya. Dewi segera mematikan lampu dan pasrah ketika suaminya mulai mencumbunya

"Kok dimatiin sih mi..", protes Eko

"Biar setan ga bisa liat tubuh Ummi.. Abi ga cemburu apa kalo setan liat tubuh telanjang Ummi, Hayo?", jawab Dewi

"Ya tapi kan.. Abi pingin liat keseksian Ummi.."

"Hihihi.. Gelap-gelapan aja ya Abii.. Sini masukin sini.. Jangan lupa doa dulu ya..", kata Dewi mencoba menyenangkan suaminya

"Ihh ummi.. Udah nafsu gini disuruh baca doa ilang deh nafsunya", kata Eko mulai kehilangan gairah

"Wajib dong abi baca doa biar ngga diganggu setan.. Jadi ga? Kalau gak jadi lanjut tidur..", kata Dewi mencoba terus merayu suaminya

Eko menarik tubuh Dewi ke atas ranjang dan langsung menindih tubuh telanjang istrinya. Eko sadar batang kontolnya sudah mulai kembali menciut dan melunak sehingga ia begitu tergesa-gesa untuk segera bersetubuh dengan istrinya sebelum batang kontolnya benar-benar mengecil seutuhnya. Eko khawatir jika tidak segera dimasukkan, kontolnya akan segera mengecil kembali ke ukuran aslinya sehingga nanti jadi tidak bisa masuk ke dalam tempik istrinya. Eko terus mencumbu istrinya sambil mencoba memasukkan mendorong kontolnya ke tempik Dewi. Namun usahanya gagal, kontolnya tidak bisa berdiri seperti tadi ketika dia melihat Dewi hanya mengenakan handuk

"Sabar abi.. Pelan-pelan.. Kalau ga bisa besok lagi ya. Mungkin abi kecapekan..", kata Dewi menghibur suaminya yang mulai frustasi karena gagal menjalankan kewajibannya memberikan nafkah batin kepada Dewi

Eko lalu berusaha mengocok batang kontolnya sendiri agar bisa bangun dan berdiri lagi. Tetapi kontolnya tetap tidak mau berdiri. Eko semakin mempercepat kocokannya, namun bukannya kenikmatan yang didapat, malah sakit yang ia rasakan.

"Ummi kulum punya abi dong biar bisa berdiri..", pinta Eko

"Hehehe.. Abiii.. Haram sayang.. Sudah jangan dipaksa ya.. Besok lagi ya abi.. Abi kecapekan tuh..", kata Dewi tidak tega melihat suaminya sedang berusaha membangunkan kejantanannya

Eko mencoba kembali menindih tubuh Dewi dan mendorong-dorong kontolnya ke tempik Dewi. Bukannya masuk, kontol Eko malah tertekuk. Kontol Eko terlalu lunak sehingga ketika didorong tidak mau masuk ke kelamin istrinya. Ditambah lagi tempik Dewi masih kering karena tidak ada rangsangan sama sekali sebelum mereka berhubungan.

Tidak tega melihat suaminya yang terus berusaha, Dewi mencoba membantu dengan mengocok alat kelamin suaminya. Didikan kilat sore tadi bersama Pak Sul coba ia praktekkan. Pelan tapi pasti kontol Eko mulai berdiri. Tidak ingin membuang waktu karena dirasa kontolnya sudah cukup keras, Eko langsung mengarahkan kontolnya ke tempik Dewi lagi. Kali ini usahanya membuahkan hasil. Kontol Eko berhasil membelah tempik Dewi

Setelah itu Eko mulai memompa tempik istrinya dengan terburu-buru. Eko terlihat ingin segera menuntaskan dan tidak berlama-lama. Eko khawatir jika terlalu lama bermain-main, malah keburu kontolnya mengecil lagi karena memang staminanys yang payah. Dewi terlihat memejamkan mata selama sang suami menyetubuhinya. Ia ingin merasakan kenikmatan saat berhubungan dengan suaminya. Tetapi yang ia rasakan justru kehampaan. Ia sama sekali tidak bisa menikmati persenggamaan ini. Tidak ada desahan yang keluar dari mulutnya. Semua terasa hambar, bahkan dia sama sekali tidak merasakan keberadaan kontol suaminya

"Hah.. Hah.. punya ummi nikmat sekali..", kata Eko sambil terus memompa tempik Dewi

"iya.. bi.. teruuss bi..", kata Dewi menyemangati suaminya, mencoba menghibur suaminya yang tadinya frustasi

"Arrgghh Ummi.. Abi keluar.."

"Iya bi.. keluarin.. Semoga jadi anak ya bi.."

*crut crut*

Semburan peju Eko tumpah. Terasa encer dan sedikit jumlahnya menyemprot tempik Dewi. Setelah selesai menyemprotkan pejunya, Tubuh Eko seketika langsung ambruk menindih Dewi. Kepala Eko bersandar di dada telanjang Dewi. Nafasnya terdengar tersengal-sengal karena seluruh staminanya terkuras habis saat menyetubuhi istrinya. Dewi membelai rambut suaminya penuh kasih sayang

"Ummi menikmatinya?", tanya Eko sambil memandangi wajah cantik istrinya sambil memainkan rambut istrinya yang tergerai sedikit basah

Dewi mengangguk lemah sambil tersenyum. Sebuah senyuman yang hambar. Sehambar persetubuhan malam ini. Kalau boleh jujur, Dewi tidak pernah tau yang namanya kepuasan sex ketika berhubungan badan. Karena selama 8 tahun usia pernikahannya dia merasakan sex itu biasa saja tidak ada yang spesial. Dia tidak tahu nikmatnya sex itu seperti apa dan bagaimana. Jadi, dia menyimpulkan selama suaminya puas dan bisa ejakulasi dia sudah menuntaskan tugasnya diranjang sebagai seorang istri.

Setelah suaminya tertidur pulas, pikiran Dewi menerawang kembali ke kejadian sore tadi. Desahannya saat itu begitu alami. Perasaannya begitu menggebu-gebu saat Pak Sul menikmati tubuhnya, meraba sebagian tubuhnya, bibir mereka saling mencumbu, semua perasaan campur aduk itu belum pernah ia rasakan sebelumnya. Selama persetubuhan dengan Pak Sul, nafas Dewi begitu memburu, adrenalinnya tadi seperti tidak sabar, Pak Sul akan melakukan apa lagi ke tubuhnya. Lalu Dewi membayangkan kontol besar panjang dan berotot Pak Sul. Bagaimana rasanya ketika mulutnya mencium, menjilati serta mengulum kontol itu, kenikmatan serta kenakalan yang begitu berkesan baginya. Tubuh Dewi mengakui semua kenikmatan itu, termasuk tempiknya yang banjir terus-terusan saat tubuhnya dirangsang terus-terusan oleh kuli bangunan bernama Pak Sul itum

Belum lagi saat kontol Pak Sul mengoyak lubang kelaminnya. Rasanya begitu puas dan nikmat tiada tara. Sangat berbeda ketika dia melayani suaminya yang baginya terasa biasa saja dan cenderung hambar. Walau sadar kejadian tadi sore adalah sebuah dosa, tetapi Dewi mengakui inilah pertama kalinya dia menikmati yang namanya berhubungan badan.

Diam-diam Dewi membuka handphonenya dan mengecek pesan masuk di WAnya

"Yakin ga mau lagi? Kalau berubah pikiran hubungi saya. Saya tunggu Ustadzah. Hehehe", Dewi membaca pesan dari Pak Sul yang dikirim beberapa menit yang lalu

Dewi lalu mulai mengetik membalas pesan dari Pak Sul. Hatinya gundah dan bingung. Apakah dia harus kembali terjebak kenikmatan bersama Pak Sul, atau tegas menolak kenikmatan yang diberikan Pak Sul. Namun pada akhirnya kenikmatan mengalahkan segalanya. Sugesti Pak Sul masih membekas di relung hatinya. Dewi memantabkan diri menghubungubkembali kuli bangunan itu

"Afwan Pak Sul tadi saya takut ketauan suami..", Tulis Dewi

"Akhirnya ustadzah cantik balas WA saya. heheheh"

"Ada apa pak?", kata Dewi mencoba tetap tenang padahal hatinya gundah gulana

"Saya sudah kangen lagi nih sama ustadzah cantik.."

"Masak sih ana cantik, kan Pak Sul belum lihat wajah ana", goda Dewi

"Cantik kok Ustadzah.. Walau bercadar saya tau ustadzah Dewi itu cantik seperti bidadari..", ujar Pak Sul menggombal dengan cara kampungan

Pipi Dewi bersemu merah seketika. Dewi senang dipuji oleh Pak Sul. Tanpa terasa hati Dewi mulai berbunga-berbunga

"Mungkin Ustadzah juga minat lagi sama ini", kata Pak Sul

Lalu Pak Sul mengirim pesan kembali kepada Dewi. Kali ini sebuah Foto. Dewi begitu tegang gambar apa yang dikirimkan Pak Sul, terlebih disebelahnya ada suaminya sedang tidur lelap. Dibukanya foto yang dikirimkan Oleh Pak Sul. Dewi tertegun melihat foto itu. Sebuah foto zoom batang kontol hitam yang begitu berotot, keras, dan angker. Dewi sampai menelan ludah berkali-kali memandang foto itu. Dewi ingat betul kontol ini lah yang ia kulum tadi sore

"Gimana? Suka sama kontol saya?"

"Besar sekali Pak Sul..", jawab Dewi tanpa sadar semakin terbuai dengan pesona kontol Pak Sul, tidak ada respon penolakan dari wanita bercadar itu

"Suka Gak ustadzah?"

"Hmm.. Ngga ah.. Hihihi", jawab Dewi malu-malu

"Kalau gak jujur besok saya ke rumah ustadzah lho.. Kita buktikan Ustadzah bisa nolak kontol saya gak.."

"Eehh.. Jangan pak.. Iya sukaaa.. besar sekali..."

"Suka kontol besar ya Ust?", tanya Pak Sul cabul

"Eehhh.. Hmm.. Iya..", jawab Dewi jujur

"Jadikan wallpaper handphonemu dong Ust kalau suka.."

"Apa? Ngga mau aah. Ketauan suami ana gimana..."

"Ya jangan sampai tau suamimu.. Ayo buruan bikin wallpaper terus screenshot ke saya"

"Beneran nih pak?", tanya Dewi semakin dag-dig-dig

"Iya buruan!"

Dewi melirik kembali ke arah suaminya yang sedang tertidur memunggunginya. Hatinya bimbang, akhwat alim seperti dirinya apakah pantas memajang gambar wallpaper Kontol seorang pria di handphonenya.

*Mas Eko kan jarang buka2 handphone ana.. Semoga aman..*, kata Dewi semakin tergoda memasang wallpaper kontol. Ada perasaan tertantang yang ia rasakan saat ini, desiran nafsu liar kembali menyeruak di pikiran Dewi.

Lalu Dewi segera masuk ke pengaturan handphonenya dan menjadikan foto kontol Pak Sul sebagai wallpaper handphonenya. Seketika nafasnya menderu melakukan kegilaan kecil ini karena selama ini wallpaper handphonenya selalu diisi dengan gambar2 agamis. Tak lupa ia segera screenshot tampilan handphonenya dan dikirimkan ke kuli bejat itu.

"Hehehe.. Bagus biar kalau kamu kangen kontol, kamu bisa mandangi foto kontol saya di layar handphonemu.. Jangan diganti lho Ust. Kalau kamu ganti kamu saya kasih hukuman. Hehehe..", Kata Pak Sul mengancam

"Ehh.. I.. Iya Pak.."

*Berarti suami ana gak boleh pegang handphone ana sedikitpun. Bisa runyam nih kalau ketauan..*, kata Dewi dalam hati

*Eh tapi kalau ketauan, suami ana akan ceraikan ana.. Terus ana bisa nikah sama Pak Sul*, pikiran Dewi semakin kemana-mana

*Astgfrlh apa yang sudah ana pikirkan.. Afwan Abi..*

*Tulilut tulilut tulilut* Handphone Dewi mendadak berdering membuyarkan keheningan di dalam kamar. Pak Sul mendadak menelponnya malam-malam. Dewi reflek menolak panggilan telepon itu sambil menoleh ke arah suaminya.

Terlihat Eko bergerak sejenak berganti posisi tidurnya ketika nada dering handphone Dewi berbunyi. Dewi panik tak karuan melihat suaminya berganti posisi karena terganggu dengan suara ringtone handphonenya. Dewi memandangi tubuh suaminya terus-terusan sambil was-was, memastikan suaminya itu tidak terbangun

"Sebentar suami ana bisa bangun pak, nanti saya telepon", kata Dewi melalui pesan WA

Dewi menunggu beberapa saat, meyakinkan suaminya benar-benar tidur. Setelah dirasa aman. Dewi mengendap-endap mengambil headset dan segera menghubungi Pak Sul kembali

"Halo Ustadzah.."

"Iya Halo pak...", jawab Dewi lirih

"Ya Ampun dengar suara ustadzah yang lembut aja kontol saya jadi ngaceng lho Ust.. Hehehe.."

"Masa sih pak? Hihihi", kata Dewi berbisik-bisik agar suaminya tidak terbangun mendengar suaranya

"Perlu bukti?"

Lalu Pak Sul meminta sebuah video call ke Dewi. Dewi semakin tak karuan tegangnya, apakah bisa dia video callan dengan pria lain disamping suaminya. Terlebih lagi dia ingat saat ini tubuhnya sedang telanjang dan tidak memakai cadar seperti biasanya. Lalu Dewi memutuskan mengambil kerudung dan sebuah cadar untuk menutup rambut serta wajahnya sebelum mengangkat telepon dari Pak Sul. Karena Dewi masih merasa aneh dan belum siap jika rambut serta wajahnya terlihat oleh pria lain yang bukan mahromnya.

"Nih Kontol saya ngaceng kalau denger suara Ustadzah..", kata Pak Sul memamerkan kontolnya yang tegak berdiri melalu video call.

"Eh iya.. Besar sekali sih punya bapak..", kata Dewi berbisik

Terlihat wajah Pak Sul melongo saat melihat layar handphonenya. Pak Sul terkejut melihat Dewi yang masih memakai kerudung dan cadar saat tidur

"Ustadzah.. Kalau tidur masih pakai kerudung sama cadar?", tanya Pak Sul heran

"Ya ngga lah pak. Ini karena angkat videocall bapak saja saya pakai kerudung sama cadar lagi..", jawab Dewi pelan-pelan

"Aahh.. Padahal saya penasaran sama kecantikan bidadari surga yang wajahnya selalu ditutup ini.. Hehe", gombal Pak Sul

"Hihihi.. Pak Sul bisa aja..", jawab Dewi perlahan sambil tersipu malu dipuji oleh Pak Sul

"Terus Ustadzah sekarang bugil apa pakai baju nih?", tanya Pak Sul mesum

"Coba tebak pak.. Hihihi", goda Dewi

"Hmm kalau benar saya dapat hadiah ya.."

"Iya boleh.. Tapi tebak dulu..."

"Pasti ustadzah Dewi sekarang lagi bugil. Habis main sama kontol suaminya yang kecil, terus ustadzah gak puas.. Ya kan..? Heheheh", Kata Pak Sul

"Ihh kok bener sih pak.. Iya ana lagi gak pakai baju.. Ana harus kasih hadiah dong", kata Dewi berbisik-bisik

"Hehehe.. Minta hadiah apa ya?", goda Pak Sul

"Jangan yang susah ya pak.."

"Ngga susah kok, saya cuma pingin VCS sama ustadzah malam ini", kata Pak Sul

"VCS? apa itu pak?", tanya Dewi bingung

"Hehehe.. Ustadzah ini begok bener... VCS itu Video Call Sex, jadi Ustadzah temenin saya ngesex lewat video call. Paham gak Ustadzah?", kata Pak Sul

"Hmm.. gimana caranya pak.."

"Ustadzah videocall sambil masturbasi, lalu ustadzah bayangin semua yang saya katakan"

"Hmm.. coba dulu ya pak.. Saya belum pernah.. Afwan kalau saya bodoh. Hihihi"

Dewi melirik sejenak ke arah suaminya yang masih tertidur pulas

"Sekarang buka seluruh kain penutup yang ada ditubuh Ustadzah..", kata Pak Sul

"Sudah gak pakai apa2 saya pak.."

"Coba arahin kamera Ustadzah ke tetek ustadzah..", kata Pak Sul

"Hah.. Malu saya pak..", kata Dewi masih belum percaya diri menunjukkan teteknya ke pria lain

"Ayo lah katanya tadi saya dapat hadiah. Gitu aja gak mau. Yasudah gak usah aja!", Kata Pak Sul ngambek

"Iya iya pak, Afwan.. jangan marah ya Pak..", Kata Dewi menyadari Pak Sul emosi

"Ayo mana tetekmu Ust..."

Lalu Dewi mengarahkan kamera handphonenya ke kedua gunung kembarnya yang terbuka dengan gemetaran

"Wow.. Heheh.. Pemandangan yang sempurna. Tetek besar dan putingnya kecil.. Jadi gini ya teteknya bidadari surga.. Aahh saya sambil coli nih Ust..", Kata Pak Sul

Kembali pipi Dewi bersemu merah menerima pujian mesum itu. Bagaimana bisa seorang ustadzah senang dipuji teteknya besar dan dibilang sempurna. Bagaimana bisa seorang ustadzah membiarkan tubuhnya menjadi bahan onani pria lain. Semua pikiran itu semakin membuat dewi terangsang. Dewi sadar ini semua salah. Tetapi sayang, kendali Pak Sul semakin kuat mempengaruhi pikiran serta tubuh Dewi

"Jangan diiatin terus.. malu pak..", kata Dewi sambil mengarahkan kembali kameranya ke wajah bercadarnya

"Kenapa malu Ust? Tubuhmu itu indah.. seharusnya ustadzah bangga. Liat itu tetekmu sangat menggoda.. Saya pasti bangga kalau punya istri cantik sexy kayak Ustadzah Dewi.. Tiap saat akan saya kenyot tuh tetek besar.. Kalau jalan bareng saya akan bangga nih punya istri cantik bercadar seperti ustadzah"

Dewi mulai terpengaruh dengan sugesti-sugesti nakal Pak Sul. Pikiran sang ustadzah membayangkan tiap perkataan Pak Sul. Betapa tak karuan rasanya jika dirinya benar2 telanjang dihadapan Pak Sul dan Pak Sul mulai melumat puting susunya setiap saat

"Pak.. Sshhh.. Hah.. Hah.. Hah..", nafas Dewi mulai tak karuan berfantasy sesuai sugesti Pak Sul, tanpa sadar Dewi mulai memilin kedua pentil susunya sendiri

"Bagus.. Mainkan pentilmu sayang.. Hibur saya yang sedang menonton tubuh telanjangmu.. Saya suka bidadari saya berjoget telanjang. Tubuhmu indah Ustadzah.. Kamu tidak perlu malu memamerkan tubuhmu sayang. Aahhh... Saya kenyot pentil kirimu Ust.. Sshhh.."

Dewi lalu memainkan puting susunya sendiri. Tubuhnya meliuk perlahan-lahan diatas kasur. Dewi menikmati imajinasinya yang diatur tersugesti oleh perintah mesum Pak Sul. Tanpa dia sadari, Pak Sul terus menghipnotis dirinya, menjadikan sang ustadzah menjadi wanita yang haus sex

"Ssshhh.. geli pak..", desah lirih Dewi agar Eko tidak mendengar desahannya

"Goyang Ustadzah... Saya sedang onani menatap keindahan tubuh bidadari surga yang sedang menari menghibur saya.. Pentilmu mulai dikenyot satu-satu bergantian.. Lidah saya melumat habis kedua pentil susumu yang mungil. Aaahhh..", kata Pak Sul

"Ooohhh.. Ssshh.. Pak.. Sshhh..", desah Dewi sambil menggoyangkan tubuhnya. Tubuhnya semakin berkeringat deras terbakar nafsu malam ini membayangkan Pak Sul menetek ke pentil susunya. Tangannya semakin keras mencubit pentil susunya sendiri

"Iya bayangkan Ustadzah.. berjogetlah bak pelacur dihadapan saya.. Mainkan pentilmu Ust.. Pilin pentilmu.. Ustadzah semakin terangsang dan minta saya setubuhi sekarang.."

"Aahhh.. Sshhh.. Masukin punyamu pak..", Kata Dewi terus menggoyangkan pinggulnya sambil terus memainkan pentil susunya, Dewi semakin terangsang dengan sugesti nakal Pak Sul

"Punya saya? Apa maksudnya Ust saya tidak paham.."

"Ssshh.. Masukin burung bapak..", Dewi semakin berani

"Burung? Saya tidak punya burung sayang.. Coba yang jelas kamu minta apa bidadariku?"

"Pe..penis Pak Sul.. Saya mau..", Dewi semakin tersipu malu..

"Penis? apa itu Ust... Yang jelas dong.. Heheheh..", Pak Sul terus menggoda

Dewi mengingat kata yang dilontarkan Pak Sul. Sebuah kata yang sangat cabul. Tidak mungkin seorang wanita alim seperti Dewi mengucapkan kata tabu itu secara gamblang. Tapi karena saat ini bayang-bayang kontol Pak Sul terus menghantuinya. Akhirnya Dewi memutuskan memberanikan mengucapkan kata tabu itu

"Saya.. Mau Kontol Pak Sul.. yang besaarr itu...", Kata Dewi menahan malu

"Hahahaha.. Oh Ustadzah minta kontol saya.. Saya masukkan ke tempikmu ya ustadzah..", goda Pak Sul sambil terus mengocok menatap wajah sange Dewi dari layar handphonenya

"Iya.. Masukkin ke punya saya..", kata Dewi

"Punya mu yang mana? Lubang tai apa tempik hah?", goda Pak Sul

"Tem.. Tem.. Tempik ana Pak.. Masukkan ke tempik anaa.. Ssshh..", Dewi semakin terangsang

"Tempikmu mulai gatal.. Tempikmu butuh kontol untuk menggaruk rasa gatal itu..", Kata Pak Sul sekalian mensugesti Dewi

"Iyaahh.. Gatal pak.. Ssshhh.. Aduhh", Dewi mulai menggaruk tempiknya sendiri

"Hehehe.. Tempik Ustadzah gatal butuh kontol besar.. Saya masukkan ke tempikmu ya Ust.. Aaahhhh..", Kata Pak Sul membayangkan penisnya masuk ke kelamin Dewi

"Aahhh... Ssshhhh.. Pak Sul.. Punya ana tiba-tiba jadi beneran gatal... Sshhh..", kata Dewi sambil merapatkan kakinya menahan rasa gatal in

"Betul tempikmu mengakuinya ustadzah.. Tempikmu butuh kontol.. Jika tidak dikontoli akan semakin gatal dan gatal.. Gatal ditempikmu hanya bisa diobati dengan peju pria selain suamimu.. Ssshhh Terus mainkan tempikmu Ustadzah.. Bidadari surga harus suka colmek. Heheheh"

"Aahhh.. Pakk.. Gatalll.... Aahh..", Kata Dewi tak mampu menahan rasa gatal pada lubang kelaminnya

"Tiap saat kamu akan masturbasi karena tempik gatalmu semakin menjadi-jadi.. Masturbasi lah terus sambil membayangkan kontol saya menyetubuhimu.. Ssshhhh..Ingat, Tempikmu akan berhenti gatal kalau sudah disodok dan dipejuin kontol selain kontol suamimu.. ", kata Pak Sul terus mensugesti Dewi dan tanpa sadar Dewi sudah terjebak dalam tiap sugesti Pak Sul

"Oohhh.. Sshhh.. Uuhh.. Teruuss pak.. Saya suka kontol Pak Sul", Dewi terus membayangkan sugesti nakal Pak Sul dan menggaruk kelaminnya yang semakin gatal jika digaruk

"Bagus sayang.. Tempikmu akan gatal terus-terusan.. Tempikmu mulai sekarang juga alergi celana dalam Ust... Semakin sering pakai celana dalam, lubang kelaminmu itu akan semakin gatal menyiksa Ustadzah Dewi.. Solusinya berhenti memakai celana dalam. Dan tentu saja peju adalah obat satu-satunya untuk menghilangkan sementara rasa gatal pada tempikmu Ust.. Peju lelaki selain suamimu.. Heheheh..", Pak Sul terus mengulang dan menambah sugestinya agar Dewi semakin patuh

Ya, Dewi malam ini semakin dikuasai oleh Pak Sul. Sugesti pria bejat itu perlahan meruntuhkan iman Dewi. Kehadiran Pak Sul mulai berpengaruh pada cara pandang dan pemikiran sang Ustadzah. Ditambah lagi Dewi sudah bertekuk lutut kepada kontol Pak Sul yang memberikan kenikmatan luar biasa bagi tubuhnya. Sadar suaminya tidak bisa memberikan kepuasan seperti Pak Sul, Dewi lebih memilih menuruti dan menikmati permainan kuli bejat itu. Dia ingin mengeksplore kembali rasa yang selama ini tidak pernah ia rasakan selama pernikahannya dengan Eko. Dewi akhirnya mengerti kenikmatan sex itu seperti apa. Dia ketagihan dengan rasa nikmat yang diberikan oleh kontol Pak Sul. Kali ini bukan hanya tubuhnya yang menginginkan, tapi akalnya pun jauh lebih menginginkannya. Pikiran-pikiran liar dan nakal mulai menguasai Dewi. Tanpa sadar tangan Dewi terus bergerak meraba kelaminnya sendiri. Jemarinya mulai mengucek dan memainkan tempiknya disamping suaminya yang sedang lelap tertidur. Diseberang sana, Pak Sul semakin sange melihat Ustadzah Dewi teeus melakukan masturbasi di samping suaminya

"Ooohh.. Pak Sul.. Gatal Pak.. Tempik ana semakin gatal.. Sshh..", desah Dewi sambil terpejam menikmati masturbasi pertamanya selama dia hidup di dunia ini

"Sexy sekali Ust.. Aahhh. Wajahmu cantik sayang kalau sange.. saya mau crot nih Ustadzah... Saya hamilin kamu ya Ust... Ssshh.."

"Iya hamili saya pak.. Saya ikhlas.. Saya mau.. Pak Suuulllll...", desah Dewi semakin menggila

"Aaahhh.. Saya keluar banyak Ust.. Peju saya tumpah.. Nih Liat..", Kata Pak Sul sambil mengarahkan kameranya ke arah tumpahan pejunya

"Duh bisa hamil beneran ana kalau itu semua masuk ke rahim ana", kata Dewi takjub

"Iya dong Ust.. Ustadzah mau saya hamili? Ustadzah Dewi cinta sama saya kan?? Ustadzah mau jadi istri saya???"

"Ehh.. Kenapa tiba-tiba nanya gitu pak..", kata Dewi terkejut mendengar Pertanyaan Pak Sul tiba-tiba

"Hehe.. Ustadzah ngga jawab pertanyaan saya.."

"Tidak mungkin Pak.. Saya sudah bersuami..", kata Dewi semakin bimbang dengan perasaannya

"Ustadzah memang sudah bersuami.. Tapi ustadzah juga cinta saya kan?"

"Pak Sul jangan nanya gitu pak.. Saya.. tidak mungkin dengan Pak Sul.. Saya sudah punya suami.. ",

"Hehehe.. Pikir dulu ustadzah. Tidak perlu buru-buru jawab sekarang. Lihat nanti ustadzah akan lebih milih saya atau suamimu sekarang. Saya pamit dulu Ust.. Terima kasih..", Kata Pak Sul lalu menutup telepon mendadak

Dewi terdiam sesaat. Apakah jawabannya salah. Apakah salah jika Dewi tegas menolak godaan Pak Sul? Apakah pantas Pak Sul kecewa kepadanya? Dewi pada akhirnya memutuskan masih mencoba menjaga bahtera rumah tangganya dan tetap setia kepada suaminya. Dewi tidak bisa mendua saat ini karena Dewi menyayangi suaminya..

***
Keesokan paginya, selepas ibadah shubuh, Dewi langsung memeriksa handphonenya. Matanya terbelalak saat melihat tampilan wallpaper hanphonenya yang masih bergambar kontol Pak Sul. Dewi baru ingat kemarin ia ganti tampilan handphonenya dengan gambar cabul itu. Dewi kembali bimbang, apakah dia kembalikan gambarnya seperti semula, ataukah membiarkan foto itu tetap mejadi tampilan utama handphonenya. Pada akhirnya, Dewi memutuskan tetap menggunakan gambar kontol Pak Sul. Karena dia merasa lebih tertantang jika menggunakan gambar itu. Ada sensasi tersendiri yang ia rasakan.

Dewi langsung membuka pesan WA, dengan harap-harap cemas Dewi berharap akan ada pesan dari Pak Sul.Ternyata, tidak ada pesan satu pun dari Pak Sul yang masuk ke dalam inbox WAnya. Dewi kecewa, padahal dia sangat berharap mendapat sapaan atau sekedar "hai" dari Pak Sul. Dewi lalu mencoba mengetik sebuah pesan ke Pak Sul. Tetapi setelah ditimang-timang, Dewi mengurungkan niatnya. Tidak baik seorang wanita yang menyapa pria terlebih dahulu. Apalagi statusnya sudah bersuami

Dewi lalu memasukkan handphonenya ke dalam tas, mengingat gambar kontol Pak Sul menjadin tampilan utamanya layar handphonenya, Dia harus berhati-hati menyimpan handphonenya. Sementara itu Eko masih tertidur pulas diranjang dalam keadaan telanjang. Dewi menatap lama ke arah kelamin suaminya yang menciut hanya terlihat kepalanya saja. Kontol Eko terlihat kecil, tersembunyi diantara kedua pahanya.

"Afwan ya bi.. Ummi istri yang tidak setia..", Kata Dewi lirih

Lalu Dewi menyibukkan diri dengan kesibukan pagi seperti belanja, memasak dan membersihkan diri. Dewi mencoba menghilangkan bayang-bayang Pak Sul dan melupakan pria itu dengan menjalani rutinitas seperti biasanya. Walau dalam hatinya, Dewi masih menunggu kiriman pesan WA dari Pak Sul. Baru kemarin dia bertemu tapi sekarang sudah merindu.

*Kok kangen ya Ya Tuhan.. Astgfrlh.. Ana mikir apa..*

Dewi terus-terusan gelisah pagi ini. Ditambah lagi tempiknya pagi ini sudah begitu gatal sejak kemarin dia masturbasi untuk pertama kalinya. Dewipun memutuskan pergi belanja ke pasar untuk menyiapkan sarapan bagi suaminya dan juga adiknya.

Dipasar saat ini cukup ramai. Banyak pedagang yang sudah berjualan. Pembeli yang sebagian besar ibu-ibu sudah pada mengerubungi lapak-lapak para pedagang. Untuk berjalan saja, Dewi harus berduselan dengan orang-orang karena saking ramainya pasar hari ini. Kesempatan berduselan itu dimanfaatkan Dewi sebaik mungkin. Tangan Dewi secara diam-diam menggaruk tempiknya yang terus-terusan gatal saat tubuhnya berhimpitan dengan pengunjung pasar yang lain. Bukannya lega, tempik akhwat bercadar itu semakin gatal saat digaruk. Keringat dingin mulai membasahi tubuh Dewi. Walau saat ini masih pagi dengan udaranya yang sejuk, justru Dewi merasa begitu gerah dan kepanasan

Lali Dewi buru-buru berjalan ke arah ponten umum pasar yang terletak di bagian pojok belakang. Suasana di ponten pasar ini sangatlah sepi. Jarang pembeli yang menggunakan ponten umum pasar ini. Apalagi para ibu-ibu pasti mikir dua kali jika mau kesana. Karena letaknya yang jauh dan juga sepi jarang dilewati orang Mungkin hanya beberapa pedagang pria yang berani menggunakan ponten umum yang letaknya lumayan jauh itu. Itu pun karena terpaksa saking kebeletnya. Dengan nafas tersengal-sengal, Dewi masuk ke salah satu bilik ponten. Suasana ponten begitu kumuh dan kotor. Banyak sampah berserakan di depan bilik seperti botol, sisa makanan, wadah-wadah peralatan mandi bekas, dan juga tisu yang dibuang sembarangan. Aroma tiap bilik ponten pun begitu menjijikkan karena pesing bau air kencing. Dewi menatap ke arah tembok ponten, banyak sekali gambar2 mesum yang ada disana. Ada gambar kontol berbagai bentuk serta beberapa tulisan nakal yang tertulis di sudut-sudut tembok

Dewi lalu menutup pintu bilik ponten. Sialnya, pintu bilik tersebut tidak bisa dikunci karena tidak ada pengganjalnya. Ketika pintu di tutup, pintu bilik akan menyisakan sedikit celah yang terlihat dari luar

*Aman lah, toh jarang yang ada yang pake toilet ini*, kata Dewi

Dewi pun memastikan keadaan diluar ponten aman tidak ada seorang pun. Setelah itu, Dewi mencoba menutup kembali pintu ponten yang tidak bisa ditutup rapat itu. Ada celah sekitar 3 cm yang terlihat dari luar. Tubuh Dewi semakin gerah dan kepanasan di dalam bilik yang pengap ini. Karena terus-terusan berkeringat, gatal pada tempik Dewi semakin menyiksa. Kelaminnya semakin terasa lembab dan berair. Dewi tak punya pilihan lain selain mengangkat roknya ke atas dan langsung melepas celana gamis serta celana dalamnya. Akhwat bercadar itu langsung duduk di lantai bagian closet jongkok yang posisinya lebih tinggi dibandingkan bagian lantai yang lain.

"Apa benar ya pakai celana dalam bikin punya ana semakin gatal..", kata Dewi sambil berpikir

Dewi lalu membuang celana dalamnya oada tempat samoah yang ada di dalam ponten. Rasanya begitu tak karuan saat Dewi memutuskan membuang celana dalamnya. Karena sejak balita dia sudah didik selalu memakai celana dalam dimanapun ia berada.

Setelah duduk, Dewi langsung membuka kakinya lebar-lebar mengangkang. Digaruknya kelaminnya sendiri sambil duduk di dalam ponten yang kotor penuh bercak hitam dan lumut itu. Tangan Dewi bergerak cepat mengocok clitorisnya. Mata Dewi terpejam sambil menahan rasa gatal yang meyiksa pada tempiknya

"Ssshhh.. Aaahh.. enak... Ssshhh..", lenguh Dewi saat tangannya terus mengucek dan menggaruk kelaminnya yang gatal

Memang rasanya nikmat dan melegakan. Tetapi bukannya hilang rasa gatalnya,tempik Dewi semakin terasa panas dan perih karena terus-terusan ia garuk dan membuat rasa gatalnya semakin parah. Tubuh Dewi semakin berkeringat kegerahan. Dewi memutuskan menanggalkan seluruh pakaiannya hingga telanjang di dalam kamar mandi kotor itu. Hanya kerudung, cadar, serta kaos kaki dan sandalnya yang ia sisakan pada tubuhnya. Pakaiannya ia letakkan begitu saja pada lantai ponten karena tidak ada tempat untuk menggantungkan pakaiannya itu.

"Aaahhhh... Gatall.. Ssshhh..", Kata Dewi terus mendesah keenakan

Disadarinya atau tidak, tempiknya semakin licin dan menghangat karena terus2an di kocok seperti itu. Dewi semakin menjadi dan menikmati garukannya. Tangannya bergerak sangat cepat bahkan kali ini telunjuknya mulai mengobel bagian dalam lubang tempiknya sendiri. Sedangkan tangan kanan Dewi malah meremasi tetek besarnya yang sudah terbuka menggelantung bebas. Puting susunya tak lupa ia mainkan, karena puting susunya lama-lama juga ikutan terasa gatal. Dewi sangat tersiksa merasakan pentil susu dan tempiknya yang semakin gatal tak terhingga itu. Keringat mengucur deras melalui pori-pori kulitnya membuat tubuhnya terlihat mengkilap kali ini. Tubuh Dewi semakin mengejang dan bergetar hebat.. Kakinya bergerak-gerak tak beraturan dan tempik sang ustadzah semakin kedutan

"Aarrrggghh... Aahhh.. Ssshhh..", pekik Dewi begitu puas dan kencang

Tubuhnya langsung lemas. Tempiknya terasa nyut-nyutan dan perih. Dari tempiknya keluar cairan yang menyiprat-nyiprat mengenai tangannya. Tangan Dewi lengket dan basah oleh lendir tempiknya sendiri, begitu banyak dan hangat. Dewi lalu mencoba menyalakan air keran bilik tempatnya berada. Namun sayangnya, kran tersebut sama sekali tidak mengeluarkan air. Dicarinya tisu di dalam tas, tetapi tak ditemukan kertas pembersih itu. Dewi kebingungan mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk membersihkan tangannya. Karena tidak ada pilihan, Dewi usapkan tangannya yang belepotan lendir itu pada tembok bilik ponten umum sampai bersih. Dibiarkan sejenak tubuhnya telanjang karena memang tubuhnya masih berkeringat deras.

*srek srek srek srek* tiba-tiba terdengar suara langkah menuju ponten

Dewi langsung panik dan segera berpakaian kembali dengan terburu-buru. Dewi langsung membelakangi pintu, ia tidak berani menatap pintu karena Dewi yakin, waktunya tidak akan cukup untuk mengenakan seluruh pakaiannya. Ketika Dewi sedang memasang pengait bra nya, orang itu sudah melintas melewati bilik ponten tempat Dewi berada. Orang itu berhenti melirik sejenak ke celah bilik ponten Dewi yang tidak tertutup rapat. Dia terkejut ternyata didalam ada seseorang. Orang itu semakin terkejut setelah menyadari yang berada di di dalam ponten tersebut adalah seorang wanita berkerudung lebar. Mata lelaki itu semakin terbelalak, melihat situasi di dalam. Dewi yang memunggunginya tengah sibuk mengenakan gamisnya. Dewi tidak tahu kalau tubuhnya sedang dipandangi dari belakang. Kedua mata lelaki itu sempat menangkap beberapa detik punggung serta kedua paha, serta pantat Dewi yang sempat terbuka sebelum ditutup kembali oleh gamisnya. Pria itu menyadari Dewi tidak mengenakan celana dalam saat kembali berpakaian.

Dewi lalu keluar dari dalam ponten umum, wajahnya tersipu malu sambil menundukkan pandangan tidak berani menatap pria yang sedang sibuk menyapu halaman ponten. Rupanya lelaki itu adalah petugas kebersihan pasar yang kebetulan sedang membersihkan area sekitar ponten

"Bisa dipakai toiletnya mbak?", tanya lelaki itu

"Ehh.. Bi.. Bisa Pak.."

"Mbaknya ngapain tadi?"

"Sa.. Saya buang air kecil pak..", Kata Dewi sambil permisi buru-buru meninggalkan tempat itu

Sepeninggal Dewi, pria itu mengecek ke dalam bilik ponten yang dipakai Dewi tadi. Ia coba menyalakan kran, ternyata kran tersebut tidak mengeluarkan air sama sekali. Ditambah lagi, lantai pontennya masih kering, tidak terlihat bagian yang basah terkena kencing . Hanya beberapa ceceran air dan lendir, namun pria itu tidak tahu kalau air itu adalah air tempik Dewi. Lalu dia membuka tempat sampah ponten, ditemukannya sebuah celana dalam yang masih tercium aroma khas tempik menempel pada kain segitiga itu. Pria itu mengendus-endus celana dalam Dewi beberapa detik sebelum akhirnya ia masukkan celana dalam bekas ukhti bercadar itu pada saku celananya

"Krannya rusak, Gak ada tanda2 bekas dipakai kencing. Sempak sengaja dibuang, Jangan2 mbaknya habis colmek tadi atau kepingin diperkosa? Heheheh.. Padahal cadaran lho.. Yasudalah", kata pria itu menerka-nerka sambil tersenyum mesum melanjutkan tugasnya membersihkan area sekitar ponten

***

Seharusnya Dewi sore ini ada jadwal mengisi kajian akhwat hijrah. Dewi ingin sekali datang memberikan kajian kepada akhwat-akhwat yang baru hijrah itu. Tetapi sayangnya, gatal di tempik sang ustadzah sudah tidak terbendung. Mumpung suaminya sedang bekerja dan Rista pergi entah kemana, Seharian ini Dewi sibuk mengocok kelaminnya sendiri, karena rasa gatal pada lubang kelaminnya tak kunjung reda. Karena suasana rumah sedang kosong, Dewi manfaatkan waktu sendiri dirumah dengan masturbasi menggaruk tempiknya

"Aaahhh.. Ssshh.. nikmat sekali kalau dikocok ginii..", Desah Dewi sambil mengangkang bersandar pada tembok dapur

Walaupun sore ini waktunya untuk memasak menyiapkan malam, Dewi juga melakukan masturbasi disela-sela waktu memasaknya. Ia hanya mengenakan celemek, sedangkan seluruh tubuhnya ia biarkan telanjang. Karena dengan telanjang, Dewi bisa mengurangi rasa gerah yang membuat tempiknya semakin gatal. Saat sedang memotongi sayuran untuk lalapan, Dewi melirik sebiji timun yang cukup besar. Dewi langsung teringat dengan kontol Pak Sul.

*Mirip punya Pak Sul ukurannya.. Sshh Pak Sul..* pikir Dewi sambil merah timun itu

Sebelum timun itu ia potong, ia mainkan dulu didalam timun itu dan diarahkan menuju tempiknya tempiknya. Pelan-pelan Dewi mendorong timun itu masuk ke dalam kelaminnya. Bentuknya yang kaku terasa menyiksa lubang kelaminnya. Ia terus dorong timun itu keluar masuk di dalam lubang kelaminnya walau tidak sampai seutuhnya yang penting timun itu bisa ia gunakan untuk menggaruk kulit dalam kelaminnya yang gatal

"Aaahhh.. Pak Sulll.. Gatal pak...", desah Dewi sambil terus menyodok tempiknya dengan timun itu beberapa kali

Tetapi tetap saja, rasa gatal itu semakin menjadi. Dewi masih saja belum puas karena timun itu tidak mampu menyembuhkan rasa gatalnya. Dewi semakin tersiksa, ingin rasanya ia menghubungi Pak Sul, tetapi Dewi masih terlalu gengsi untuk melakukannya. Dewi masih mencoba tidak tergoda dan mengkhianati suaminya lagi. Setelah dirasa timun itu tidak bisa memberikan kepuasan, Ia kupas timun itu dan ia sajikan sebagai lalapan untuk makan malam.

"Timunnya kok enak Mi.. Seger.. Beli dimana?", tanya Eko sambil makan dengan lahap ketika ia sudah tiba dirumah

"dipasar tadi biii. Enak ya bi.."

"Enak mi.. seger..", kata suami Dewi itu

Dewi hanya tersenyum kecut melihat suaminya menikmati timun bekas masturbasinya lalu melanjutkan menemani suaminya makan malam hingga selesai

Malam pun tiba, belum sempat menyentuh Dewi, Eko sudah tertidur pulas. Sebenarnya Dewi ingin malam ini suami tercintanya itu menyentuh serta mencumbunya. Tetapi sebagai seorang istri, Dewi malu jika harus minta jatah duluan. Akhirnya Dewipun mencoba tidur dengan kondisi tempiknya masih gatal tidak kunjung reda. Tentu saja Dewi kesulitan tidur. Akhwat itu begitu gelisah. Dewi melirik suaminya yang sudah tertidur lelap. Kemudian Ia ambil handphone dari dalam tasnya. Ia periksa inbox WAnya dan berharap Pak Sul mengiriminya sebuah pesan. Tetapi sayang, harapan Dewi Pupus. Pak Sul sama sekali tidak mengirim pesan seharian ini. Akhirnya malam ini Dewi kembali masturbasi untuk kesekian kalinya sambil memandangi kontol Pak Sul dilayar handphonenya

"Oohhh... Pak Sul...", desah Dewi mamendangi foto kontol Pak Sul sampai dia capek mengocok tempiknya sendiri,Dewj sudah benar2 merindukan kelamin Pak Sul.

Hari demi hari berlalu sejak Pak Sul tidak memberi kabar. Pernah Dewi mencoba menghubungi ponsel kuli bangunan itu namun sudah tidak aktif. Dewi semakin merindukan sosok pria perkasa itu. Eko suaminya masih tidak mampu memberikan kepuasan yang setara dengan yang diberikan Pak Sul. Ditambah lagi, Eko pun jarang menyetubuhinya karena keseringan kelelahan sepulang kerja. Ketika bisa berhubungan badan pun, kontolnya cepat menciut mengecil, sehingga ketika Eko berusaha penetrasi, kontolnya beberapa kali gagal masuk ke dalam liang senggama Dewi. Hanya sekali dua kali ia berhasil mencoblos kelamin istrinya itu pun prosesnya tidak lama dan berlalu begitu cepat. Sementara itu ketika melayani suaminya, Dewi masih berpegang teguh pada keyakinannya. Tidak ada sisi binal yang ia tunjukkan kepada suaminya. Ia takut suaminya akan curiga jika melihat Dewi berubah terlalu vulgar dan drastis saat bersenggama. Dewi masih enggan mengulum kontol suaminya. Akhwat bercadar itu tetap dingin saat berhubungan badan dengan suami sahnya itu. Dewi melayani suaminya dengan gaya konvensional saja. Tidak ada oral sex, tidak ada variasi gaya yang lain.

Tempiknya yang gatal tidak bisa disembuhkan dengan gesekan kontol Eko yang kecil. Tusukan Eko masih terasa hampa. Tidak ada gesekan yang terasa nikmat diantara kelamin Dewi dan Eko. Peju Eko pun keluarnya sangat sedikit, seperti kata Pak Sul, peju suaminya tidak bisa menghentikan rasa gatal yang Dewi derita. Semakin lama Dewi semakin tersiksa menahan hasratnya yang semakin menggebu dan tidak terlampiaskan dengan baik.

Sampai pada hari ke lima pasca Pak Sul menghilang, Dewi sudah tidak kuat menahan tempiknya yang semakin gatal parah. Dewi memberanikan diri mencari keberadaan Pak Sul. Dewi memutuskan mencari Pak Sul ke rumah Bu Wito, tempat mereka pertama kali bertemu

"Aslmkm..", kata Dewi lembut ketika sudah tiba di depan rumah Bu Wito

"Wlkmslm.. Lho Ustadzah Dewi.. Sebentar Ustadzah saya ambil kunci rumah dulu.", Kata Bu Wito

"Bu Wito, saya cuma sebentar kok bu.. Cuma mau nanya Bu Wito tau Pak Sul dimana ya? Saya coba hubungi kok tidak bisa", Kata Dewi

"Wah ada apa nih ustadzah nyari Pak Sul segala. Kok tumben.."

"I..Itu bu.. rumah saya ada yang bocor butuh tukang buat betulin", kata Dewi berbohong

"Yang bocor genteng apa lubangnya Ustadzah Dewi nih?", tanya Bu Wito cabul

"Eehhh.. Genteng bu.. Gimana Bu Wito tau dimana Pak Sul", jawab Dewi polos

"Owalah.. Pak Sul lagi sakit Ust..", Kata Bu Wito

"Hah? Sakit apa Bu? Pria kuat gitu bisa sakit juga", kata Dewi

"Lhoo.. Tau dari mana kalau Pak Sul kuat Ust.. Hayoooo..", goda Bu Wito

"Errr.. Kan kerjaanya Pak Sul kuli bu jadi pasti kuat...", jawab Dewi ngeles

"Hehe Ustadzah bisa aja... Ustadzah mau saya kasih alamat kost Pak Sul? Tapi itu Kost2an khusus kuli setahu saya Ust..", kata Bu Wito

"Khusus kuli? Hmm.. Boleh deh bu..", jawab Dewi sambil mencatat alamat Pak Sul yang diberikan Bu Wito

Tanpa membuang waktu, Dewi langsung menuju alamat yang diberikan Bu Wito. Ternyata kost Pak Sul lumayan jauh dengan tempat tinggal Dewi. Kurang lebih 20 menit Dewi sudah tiba di kost Pak Sul. Dewi memandang sejenak kost2an itu. Terlihat sangat sederhana dan terkesan kumuh berantakan. Dewi langsung memarkirkan motornya. Parkirannya bahkan seperti bekas kandang sapi. Pak Sul rupanya ngekost ditempat berantakan dan awut-awutan seperti ini. Mengingat tempat ini adalah tempat kost-kost para kuli yang pastinya murah dan sangat sederhana, jadi wajar jika kondisinya memprihatinkan. Kost-kostan ini bentuknya memanjang. Kamar kost-kostmya berhadap-hadapan dengan total 10 kamar.

*Info Bu Wito, kamar Pak Sul itu yang paling pojok*, gumam Dewi dalam hati

Lalu akhwat bercadar itu bergegas berjalan menuju kamar Kost Pak Sul. Hati Dewi begitu berdebar-debar saat ini. Entah apa yang akan dikatakannya nanti ketika bertemu Pak Sul yang sedang sakit

*tok tok tok* Dewi mengetuk pintu

"Aslmlkm...", Dewi memberi salam

Tidak ada sahutan dari dalam kamar. Dewi mengulang hingga 3x tetap tidak ada sahutan. Dewi lalu mencoba membuka gagang pintu kamar Kost Pak Sul.

*klek* pintu terbuka

Dewi terkejut rupanya pintu kamar tidak terkunci. Didapatinya Pak Sul sedang tertidur pulas telanjang bulat di atas tikar. Kamar Kost Pak Sul luasnya mungkin hanya 2.5 x 2 m. Sangat sempit dan tidak layak huni. Sedangkan kamar mandinya berada diluar, ditengah-tengah bangunan kost ini.

Pak Sul tiba-tiba terbangun. Kehadiran Dewi yang mendadak dikamar kostnya membuatnya terkejut. Seketika batang kontol Pak Sul langsung berdiri mengeras melihat bidadari bercadar favoritnya sudah berada dikamar kostnya. Dewi yang menyadari hal itu, langsung memalingkan muka tidak berani memandang ke arah kontol Pak Sul yang besar

"Tuh kan saya yakin Ustadzah cinta sama saya. Heheheh.. Sampai bela-belain kesini.."

"Pak Sul ngomong apa sih. Ana kesini karena dapat info dari Bu Wito katanya Pak Sul sakit mangkanya ana jenguk sambil ana bawakan makanan. Nih dimakan dulu pak Nasi Rawonnya mumpung masih hangat.", Kata Dewi sambil menyerahkan sebungkus nasi rawon kepada Pak Sul

"Kalau gak cinta ngapain repot-repot jenguk sambil bawa makanan. Heheheh..", kata Pak Sul

"Ge Er", kata Dewi manyun sambil menyiapkan mangkok yang ia bawa dari rumah.

"Ustadzah.. Nginep sini dulu yuk.."

"Hah? Saya belum ijin suami.."

"Ya ijin aja sekarang Ust.."

"Ijin apa coba?"

"Bermalam di rumah Pak Sul mau ngentot sampai puas"

"Ngawur.. Bisa-bisa saya diceraikan suami saya Pak"

"Ya Kalau cerai saya malah senang, Ustadzah jadi istri saya.."

"Pak Sul mau punya istri janda?"

"Kalau jandanya macam bidadari gini, Saya ga bisa nolak. Hehehe"

Dibalik cadarnya, Dewi terseyum. Ia begitu lega melihat kondisi Pak Sul rupanya tidak separah yang ia bayangkan. Bahkan sempat-sempatnya Kuli bangunan itu menggombal

"Makan dulu Pak.. Aaaa", Dewi mulai menyuapi Pak Sul

Pak Sul membuka mulutnya dan dia makan dengan lahap rawon pemberian Dewi. Dewi terus menyuapi pria itu dengan sabar dan telaten.

"Pak Sul kok bisa sakit gimana ceritanya?"

"Iya Ust.. Mungkin saya kecapekan saja", Jawab Pak Sul

"Pria sekuat Pak Sul bisa sakit ya ternyata.. Aaaa..", kata Dewi sambil memberikan suapan terakhir

"Ya kan saya cuma manusia Ustadzah.. Bisa sakit", jawab Pak Sul

"Yasudah habis ini saya pamit pulang ya Pak. Pak Sul istirahat dulu ya.."

"Pulang? Ngga nginep aja Ust temenin saya? Nginep aja disini beberapa hari. Kalau ada Ustadzah disini, saya bisa cepet sembuh. Heheheh..", rayu Pak Sul

"Gombal. Tapi saya ga bawa baju ganti Pak..", jawab Dewi

"Gak Perlu bawa baju ganti Ust.. Kamu setiap hari telanjang aja disini jadi bajumu itu masih bersih. Heheheh.. Ayo lepas bajumu sayang..", perintah Pak Sul

"Huff Pak Sul.. Ana ijin suami ana dulu ya Pak.." Lalu Dewi mulai mengetik pesan kepada suaminya. Jantung Dewi semakin berdebar kencang, sebentar lagi dia akan kembali merengkuh kenikmatan yang pernah diberikan Pak Sul

"Bi, ummi ada kajian mendadak diluar kota. Mungkin bisa 3 harian. Atau tergantung selesainya kapan. Abi jangan khawatir, Ummi baik-baik saja ya. Sudah dulu ya bi.. Baterai Ummi habis, ummi matikan handphone ummi ya. Oiya, dirumah jangan berdua-duan lho sama Rista. Abi harus jaga jarak dan tundukan pandangan sama Rista. Awas lho kalau berdua-duan. Ummi marah!", ketik Dewi masih sempat posesif. Lalu ia matikan handphonenya

"Sudah ijin? Sini Ustadzah sayang.. Saya tau kamu disini butuh saya dan kontol saya buat menggaruk tempikmu yang gatal itu kan.. zliat kontol saya Ustadzah semakin sange. Heheheh..", kata Pak Sul

"Pak Sul...", Kata Dewi sambil berjalan menuju kuli bangunan yang sudah telanjang dengan kontol yang keras mengacung itu

Dewi lalu berlutut dihadapan Pak Sul. Dewi langsung genggam kontol Pak Sul yang sudah mengeras dari tadi. Sudah lama Dewi menahan perasaan nafsu syahwat ini. Nafsu yang membuat beberapa hari ini Dewi menderita karena nafsunya tidak terlampiaskan dengan baik. Tetapi Pak Sul malah menepis tangan Dewi agar tidak menyentuh kontolnya. Dewi pun kebingungan melihat tangannya ditepis Pak Sul

"Coba Ustadzah jujur dulu. Ustadah cinta sama ya? Hehehe.."

"Pak Sullll... Sudah dong kok nanya itu lagi..", protes Dewi, dia sudah tidak tahan ingin menikmati kontol yang sudah membuatnya ketagihan

"Jawab dulu, kalau sudah jawab ustadzah boleh mainin kontol saya.."

"Hufff.. Iyaa.. Saya cinta Pak Sul...", Dewi sudah tidak bisa berpikir jernih, yang ia butuhkan saat ini adalah batang kontol panjang yang bisa memuaskan nafsunya yang sudah lama tidak ia raih.

"Hahahah.. Gitu dong jujur. Pakai jaim segala.. Yasudah kalau gitu saya butuh bukti kalau memang ustadzah cinta sama saya, Ustadzah harus menuruti semua perintah saya. Apapun itu..", Kata Pak Sul sambil menghipnotis Dewi kembali

"I..Iya saya akan lakukan semua perintah Pak Sul.. Sebagai bukti cinta saya sama Pak Sul..", kata Dewi sudah dikuasai sepenuhnya oleh Pak Sul

"Hehe.. Bagus yasudah sekarang kamu cium dulu kontol saya Ust.. Kontol saya juga kangen sama bibir Ustadzah..", Kata Pak Sul sambil mengocok kontolnya

"I.. Iya Pak", jawab Dewi langsung meraih kontol Pak Sul.

Dewi lalu memasukkan batang kontol Pak Sul dibalik cadarnya. Didalam cadarnya bibir Dewi menciumi kepala kontol Pak Sul dengan sexy. Diciuminya perlahan kepala kontol itu tepat dilubang kencing kuli bangunan itu. Kepala Dewi bergerak ke kiri dan ke kanan memastikan seluruh kepala kontol Pak Sul sudah ia ciumi seluruhnya

"Ohh... Ustadzah.. iya cium terus sayang.. Kamu tidak bisa hidup tanpa kontol. Kamu sudah tidak butuh kontol suamimu lagi.. aahhh.. terus Ust.. Iya jangan lupa jilatin lubang kencing saya sekalian. Ssshh..", perintah Pak Sul

Lidah Dewi langsung begerak menyapu lubang kencing Pak Sul. Dijilatinya terus menerus garis pada kontol Pak Sul itu berkali-kali oleh Dewi sehingga kuli bangunan itu mulai menggeliat keenakan merasakan sapuan lidah Dewi pada lubang kencingnya

"Ooohh.. Ustadzah Dewi.. Jilatanmu kayak perek Ust.. Bilang dong kalau kamu kangen kontool.. Aaaahh... enak bener jilatanmu kontool..", rancau Pak Sul sambil mendorong kepala Dewi agar Dewi masukkan batang kontolnya

"Oohh.. Pak Sull.. Ssshhh..", Dewi langsung memasukkan seluruh batang kontol Pak Sul kemulutnya dengan dorongan tangan Pak Sul yang brutal. Kepala Dewi naik turun mengulum kontol Pak Sul penuh nafsu dibalik cadar hitamnya

"Aaarrrggghhh Sudah lama daya tahan peju saya buat mejuhin ustadzah.. saya ga tahan.. Saya mau keluar...", Kata Pak Sul sambil menahan kepala Dewi agar kontolnya tetap berada di dalam mulut Dewi

*crot crot crot crot crot*

Kontol Pak Sul menembak berkali-kali ke mulut Dewi. Dewi sampai tersedak dan reflek tubuhnya langsung melepehkan peju Pak Sul yang sangat banyak di dalam mulutnya. Dewi belum siap untuk itu. Karena memang pertama kalinya ia merasakan langsung peju pria berada di dalam mulutnya

"Aduh kenapa dilepeh Ustadzah.. Kan jadi mubadzir peju saya..", kata Pak Sul kecewa

"Afwan Pak.. Saya kaget... Saya belum pernah menelan sperma sebelumnya.."

"Hehe yasudah saya maafkan, tapi ustadzah saya hukum..", Kata Pak Sul

"Hu.. Hukum apa pak?", Kata Dewi kebingungan

"Angkat gamismu Ust..", perintah Pak Sul

"I.. Iya pak...", kata Dewi sambil mengangkat rok gamisnya.

Rupanya Dewi tidak mengenakan celamis hari ini sehingga kedua kakinya yang mulus langsung terlihat ketika rok gamisnya ia singkap hingga celana dalamnya kelihatan

"Sebentar saya ambil spidol dulu", Kata Pak Sul bergegas berjalan menuju tasnya untuk mengambil spidol

Lalu Pak Sul menuliskan sesuatu di celana dalam Dewi. Sebuah tulisan yang sangat tidak pantas dan jauh dari statusnya yang merupakan seorang ustadzah yang menjadi panutan di kampungnya

"Sex gratis sex gratis sex gratis", tulis Pak Sul pada celana dalam Dewi kemudian Pak Sul tak lupa menambahkan gambar dua kontol di kain segitiga milik Dewi itu

"A.. Apa maksudnya ini pak?", tanya Dewi bingung

"Sex gratis.. Hehe.. Jadi mulai sekarang Ustadzah Dewi jadi pacar sekaligus perek saya. Heheh... Ini hukuman buat Ustadzah karena sudah buang-buang peju saya"

"Perek?", tanya Dewi semakin bingung

"Pelacur.. Pelacur gratisan.. Mulai sekarang Ustadzah adalah pelacur gratisan, bisa dipake sesukanya karena Ustadzah butuh kontol setiap harinya. Ingat Itu!", Kata Pak Sul mencoba mensugesti Dewi kembali

"Ta..tapi Pak?"

"Sudahlah, Ustadzah tidak usah protes. Sekali saya bilang ustadzah adalah perek, berarti ustadzah memang perek. Perek yang suka kontol", kata Pak Sul

Akal sehat Dewi ingin protes. Bukan itu yang Dewi inginkan. Dewi hanya memikirkan kontol Pak Sul saat ini. Bukan menjadi seorang perek sesuai perintah Pak Sul. Tetapi alam bawah sadar Dewi bergejolak. Dewi tiba-tiba semakin merasa tertantang setelah diminta menjadi perek gratisan oleh Pak Sul. Apa jadinya seorang Ustadzah menjadi seorang perek gratisan. Membayangkan hal itu, tempik Dewi langsung banjir. Terlihat jelas lendirnya menempel pada celana dalamnya hingga membentuk sebuah garis

"Tuh lihat, tempikmu tertantang jadi tempik perek. Langsung banjir tuh. Hahaha.. Sekarang lepas seluruh pakaianmu, sisakan kerudung dan cadarmu saja. Ngaceng lagi gw mau pakek ustadzah perek", ejek Pak Sul

"I.. iya Pak..", jawab Dewi menuruti perintah Pak Sul

"Lepasnya sambil goyang. Goda saya biar Ustadzah semakin pantas jadi perek.. Hahahah..", Kata Pak Sul sambil kembali mengocok kontolnya yang mulai mengeras kembali setelah menjadikan Dewi perek gratisan

Pinggul Dewi mulai bergoyang perlahan. Wajahnya tersipu malu dibalik cadarnya. Pertama kalinya Dewi akan membuka aurat inti tubuhnya dihadapan pria selain suaminya sendiri. Sambil terus bergoyang, Dewi mulai menurunkan resleting gamisnya yang terletak di depan. Setelah itu, Dewi mulai meloloskan gamis yang dipakainya dari kedua tangannya sehingga gamis itu langsung terjatuh dilantai. Kini di tubuh Dewi hanya menyisakan bra dan celana dalam yang sudah dicoret-coret Pak Sul

"Berapa harga kalau mau pakek tubuh sexy ustadzah perek?", tanya Pak Sul tiba-tiba membuat Dewi kebingungan

"...", Dewi tak mampu menjawab menahan malu

"Berapa?", tanya Pak Sul

"Gratis Pak..", jawab Dewi sambil mulai bergoyang kembali

"Heheh.. Saya mau deh pakek tubuhnya. Ayo lepas semua bajunya layani saya..", kata Pak Sul menggoda Dewi

"Iya Pak..", jawab Dewi lalu ia mulai melepas pengait branya

Mata Pak Sul langsung melotot menahan konak saat melihat toket Dewi yang besar dengan putingnya mungil. Jakun Pak Sul naik turun, bstang kontolnya sampai mengangguk tidak sabar menggarap tubuh indah sang ustadzah. Dipandangi liar seperti itu, Dewi malu-malu menutupi kedua gunung kembarnya dihadapan kuli bangunan itu

"Jangan ditutupi.. Sexy sekali Ustadzah.. Ayo perlihatkan keindahan tubuhmu sayang. Saya mau liat.. Punya body bagus malah ditutupi.. begok", Kata Pak Sul berjalan mendekati Dewi sambil tersenyum cabul

Pak Sul langsung menyingkap cadar Dewi hingga bagian bibirnya terbuka. Pak Sul langsung melumat bibir menggiurkan Dewi yang selalu Dewi tutup dengan kain cadar itu. Mereka berciuman panas, lidah mereka saling beradu, saling melumat satu sama lain. Dewi pun sudah semakin terpengaruh oleh tiap perkataan Pak Sul, karena setiap perkataan Pak Sul sudah menjadi kewajiban baginya. Dewi membalas ciuman Pak Sul dengan liar pula. Lidah mereka terus saling menjilat hingga membentuk benang liur diantara keduanya. Sambil terus berciuman, tangan Pak Sul mulai memainkan toket Dewi yang sudah bergelantungan bebas. Tangan kasarnya langsung meremas-remas toket besar itu penuh nafsu. Dewi pun mendesah kesetanan, gesture tubuhnya begitu menikmati apa yang dilakukan oleh Pak Sul. Pentil susu Dewi lalu dipuntir-puntir oleh Pak Sul sehingga membuat Dewi menggeliat.

Dewi pun membalas dengan mengocok kontol Pak Sul dengan tangannya. Seketika kontol itu semakin mengeras dan menegang. Nafas mereka saling menderu, tubuh mereka saling berhimpitan saling menyentuh dan meraba. Padahal Dewi sadar, Pak Sul bukanlah Mahrom yang bisa ia sentuh sesukanya. Tetapi Dewi tak peduli, karena Dewi sudah setuju menjadi pereknya Pak Sul

"Kita pacaran mulai sekarang.. Tubuhmu milik saya..", Kata Pak Sul sambil terus meraba seluruh bagian kulit Dewi yang terbuka

"Iya Pak.. Saya pacar bapak.. Ssshhh..", jawab Dewi sambil menikmati rabaan tangan kasar Pak Sul

"Pacar perek.. Lepas sempakmu. Saya sudah gak sabar mau pejuhin tempikmu yang becek..", Kata Pak Sul sambil terus menciumi bibir Dewi dan tangannya mulai menyusup ke dalam sempak Dewi

"Aaaaahhh.. Pak... Geli.. Sshhh.."

" Becek bener tempikmu.. Butuh kontol saya ya kamu? Kamu perek kan?"

"Iya Pak Saya Perek... Masukin kontol bapak sekarang. Ana sudah ngga kuat dari kemarin nunggu kontol Pak Sul..", kata Dewi begitu cabul sambil buru-buru menarik lepas celana dalamnya

"Oke, saya turuti permintaanmu. Saya tau suamimu pasti tidak bisa memuaskan tempikmu yang kayak tempik perek ini..", Kata Pak Sul semakin mempercepat mengocok tempik Dewi dari balik celana dalam akhwat bercadar itu

Dewi sudah tidak tahan lagi. Tempiknya sudah benar-benar gatal menyiksa. Dia lepaskan celana dalamnya sendiri dihadapan pria bukan mahromnya itu dan membiarkan kuli bangunan itu terus mencabuli area kelaminnya. Jemari kasar Pak Sul terus merangsang itil sang ustadzah bercadar. Mata Dewi terpejam erat menikmati tempiknya yang terus diobok-obok tanpa ampun oleh Pak Sul. Tubuh Dewi menegang dan menggelinjang seperti tersengat listrik ribuan Volt

"Ooohhh... Ssshhhh.. Pak Sulll... Saya pingin kencingg.."

"Awas aja kalau kamu kencing disini. Heheheh..", Kata Pak Sul terkekeh, sama sekali tidak ada niatan berhenti mengobok kelamin Dewi

Dewi berusaha mati-matian menahan perasaan ingin kencingnya. Kakinya bergetar dan ia rapatkan kuat-kuat agar air dari dalam vaginanya tidak keluar, tetapi dasar Pak Sul, ia buka kembali kaki Dewi dan terus melanjutkan menyiksa tempik Dewi

Setelah puas mengobok-obok kelamin Dewi, Pak Sul langsung mendorong tubuh telanjang Dewi hingga jatuh terlentang di tikar tempat biasa dirinya tidur. Wajah Pak Sul tersenyum penuh kemenangan. Pada akhirnya ustadzah bercadar yang selalu memakai pakaian lebar menutup auratnya itu berhasil ia telanjangi dan setuju menjadi perek yang siap mematuhi perintahnya.

Kedua kaki Dewi sudah mengangkang pasrah menunggu disetubuhi kuli bangunan itu. Matanya sayu memandangi tubuh telanjang Pak Sul. Dibalik cadarnya, terdengar suara ngos-ngosan Dewi yang lirih dan manja. Tubuh Pak Sul merangkak menindih tubuh telanjang Dewi. Pak Sul mulai menciumi tubuh atas Dewi. Cadar Dewi kembali disingkap dan bibir Pak Sul langsung melumat bibir Dewi kembali. Kemudian ciuman Pak Sul turun ke leher Dewi yang sudah tersingkap kerudungnya sebagian. Dewi terus mendesah keenakan saat bibir kasar Pak Sul mulai menciumi area lehernya, sesekali ia jilati leher Dewi yang terlihat lezat bagi kuli bangunan itu. Hingga Pak Sul akhirnya mulai menggigit leher Dewi di beberapa bagian hingga menyisakan bekas memerah pada kulit mulus leher Dewi

"Aahh.. Sakit Pak jangan digigit.."

"Heheheh.. Kapan lagi saya bisa nyupang leher ustadzah..", Kata Pak Sul mulai menggigiti area dada Dewi

Dewi terus menggelinjang hebat. Tubuhnya sesekali tersentak kuat saat gigi Pak Sul mulai menggigiti area dadanya. Pelan tapi pasti dada Dewi mulai membekas kemerahan, semakin lama semakin banyak luka memerah bekas gigitan itu. Dewi terpejam pasrah membiarkan Pak Sul terus menyupang tubuhnya hingga terus turun menuju buah dada Dewi.

"Aahh.. Sakit Pak Sul..."

Pak Sul semakin kesetanan mendengar desahan lembut Dewi. Kuli bangunan itu terus menggigiti payudara Dewi yang bulat kenyal. Dewi meringis berkali-kali, namun Pak Sul seolah tak peduli. Toket Dewi sudah penuh luka merah bekas gigitan Pak Sul. Pak Sul tersenyum puas memandangi kondisi sang Ustadzah ysng meringis kesakitan menahan rasa perih dan hangat pada dadanya. Pak Sul kembali mencium sejenak bibir Dewi yang menggoda, sebelum kepalanya kembali turun mendekati payudara Dewi. Lidah Pak Sul langsung mendarat di pentil susu Dewi, tubuh Dewi tersentak saat lidah Pak Sul menowel-nowel ujung pentil susunya. Dewi semakin mendesah dan tubuhnya menggelinjang tak beraturan. Perlahan Pak Sul mulai menjilati pentil susu mungil Dewi sambil digigitnya pelan-pelan. Mata Dewi terpejam membiarkan tubuhnya sudah menjadi milik Pak Sul. Pak Sul dengan beringas mulai netek pada pentil susu Dewi yang mungil itu. Dewi sampai mendongak keatas saking nikmatnya Pak Sul memainkan pentil susunya

"Oooooohhh.. Pak.. Aaahhh..", desah Dewi

Pak Sul semakin semangat mengulum pentil susu Dewi yang sudah mengacung tegak menggiurkan. Dewi bahkan memeluk tubuh pria yang menindihnya itu begitu mesra. Pak Sul lalu bersiap menusukkan kontolnya ke tempik basah Dewi. Perlahan batang kontol Pak Sul mulai membelah kelamin Dewi. Tubuh Dewi semakin menegang kuat menahan kontol besar itu bersarang di tempiknys yang masih sempit

"Pak.. Aahhh.. Sakitt.. Ssshhh.. Aaahhhhh..", Desah kencang Dewi saat Pak Sul terus mendorong masuk kontolnya ke lubang sempit Dewi

"Oohh.. Nikmat bener tempikmu pacarku.. Aahh.. Perek.. Sempit bener tempikmu.. Harus sering2 dikontoli ini biar terbiasa Ust.. Aahh", Desah Pak Sul sambil terus mendorong kontolnya semakin masuk ke dalam tempik Dewi

*Blessss*

Akhirnya kontol besar Pak Sul sudah bersarang seutuhnya pada kelamin Dewi. Tempik Dewi kedutan karena otot-otot kelaminnya sedang menyesuaikan diameter kontol Pak Sul yang besar dan panjang. Pak Sul kemudian mulai menggenjot tubuh Dewi.

Gesekan yang terasa nikmat menggaruk tempik Dewi yang gatal. Setelah sekian lama Dewi mencari "sesuatu" yang bisa memberikan kenikmatan pada kelaminnya. Bahkan kontol suaminya sendiri tidak bisa memberikan kenikmatan yang selama ini ingin ia cari dan ia rasakan. Sensasi kenikmatan sex yang sudah lama ia begitu penasaran bagaimans rasanya, akhirnya bisa didapatkan Dewi melalui kontol seorang kuli bangunan

"Ohh.. Aahh.. Ahh.. Aahh.. Aahh..", desah Dewi begitu liar, Dewi sudah melupaka rasa malunya

"Hehehe.. Ustadzah suka kontol saya ya? Kenceng bener desahnya. Nanti kedengaran temen-temen kuli saya di sebelah lho.."

"Iyaahh Aahhh Aaahh.. Kontol Pak Sul.. Ana sukaaa.. Oouuhhh..", rancau Dewi saat kontol Pak Sul mulai membombardir tempiknya

*jleb jleb jleb jleb*

"Suka mana kontol saya atau kontol suamimu Ust? Heheheh.."

"Ana suka kontol Pak Suuul.. Aahhh nikmat Pak.. Terussss.. Tempik ana gataall.. Garuk terus pakkkk...", desah Dewi dengan nakal

"Kalau begitu saya mau bagi tugas saja dengan suamimu Ust.. Suamimu tugasnya ngasih nafkah lahir, saya tugasnya ngasih ustadzah nafkah batin.. Setuju? Hehehe..", kata Pak Sul kembali mencoba menhipnotis alam bawah sadar Dewi

"I..Iyaaahhh Pak setujuuu.. Pakk.. Ouuhh nikmat pak.. Terus.. Aaahh", Kata Dewi

"Ingat, suamimu sudah tidak berhak mendapatkan nafkah batin darimu Ust.. Karena nafkah batin dari kamu itu hak saya.. Kamu sudah haram melayani suamimu sendiri.. Heheh..", Kata Pak Sul semakin semangat menggenjot tempik Dewi

"I.. yaaahh.. Aaahh.. Pak Suul.."

Ustadzah itu terus berkonsentrasi merasakan kenikmatan pada tiap sodokan kontol Pak Sul. Dewi sudah tidak peduli pada martabatnya sebagai seorang istri dan ustadzah. Dewi benar2 menikmati perselingkuhan kali ini. Tubuhnya benar-benar ikhlas melayani Pak Sul

Terlihat jelas kontol Pak Sul dan Tempik Dewi saling beradu. Kontol besar panjang itu terus menghujami tempik Dewi yang sudah becek. Sodokan Pak Sul semakin kencang dan perkasa memberikan kenikmatan surga pada tubuh Dewi. Kedua insan yang sedang berzina itu begitu menikmati satu sama lain. Kelamin mereka saling bertemu, bibir mereka saling mencumbu, tangan mereka saling meraba, Keringat mereka saling menyatu.

"Pak.. Saya.. keluarrr..", kata Dewi sambil tubuhnya mengejang-ejang

"Keluarkan bareng saja Ust.. Aaarrggggh..", kontol Pak Sul mulai kedutan

"Aaahhh.. Pak Suul..", tempik Dewi pun merasakan hal yang sama

Kedua insan manusia yang sedang berzina itu mengerang bersamaan. Kedua kelaminnya oun bersamaan mengelusrkan cairan.

*crootttt crott croottt srettt srettt sreett*

Pak Sul menumpahkan seluruh pejunya ke rahim Dewi. Cairan putih, lengket, kental dan berbau itu menyemprot sempurna di bagian terdalam dari rahim sang ustadzah. Dewi sempat terkejut saat Pak Sul menyemburkan peju begitu banyak. Dewi sempat ingin melepaskan kelaminnya dari kontol Pak Sul saat itu, namun sayangnya terlambat. Kontol Pak Sul sudah menyemburkan pejunya. Peju yang sangat banyak yang belum pernah ia terima sebelum-sebelumnya. Jumlahnya Sangat jauh jika dibandingkan milik suaminya yang hanya berupa tetesan kecil dan tidak kental seperti peju Pak Sul. Nafas Dewi tersengal-sengal, tubuh telanjang Dewi terlentang lemas kehabisan tenaga karena ini pertama kalinya ia bersetubuh dengan begitu panas. Setelah puas, Pak Sul mencabut batang kontolnya dari lubang kelamin Dewi. Dewi meraba lubang kelaminnya sendiri, didapatinya cairan peju Pak Sul meluber keluar dari dalam lubang kelaminnya sendiri

Pak Sul lalu berdiri dihadapan Dewi sambil menyeringai mesum. Tak disangkanya sang ustadzah alim sudah dengan ikhlas melayaninya dengan baik. Dewi terlihat masih kelelahan. Tetapi Pak Sul tak peduli dengan kondisi Dewi. Ditariknya tubuh Dewi yang masih terkulai lemas agar berjongkok dihadapannya

"Pacar perek, tanggung jawab! Ayo bersihkan sisa peju saya. Gara2 kamu saya jadi crot. Ayo bersihin!", kata Pak Sul sambil tersenyum penuh kemenangan

"I.. Iya pak..", kata Dewi

Lalu Dewi menggenggam kontol Pak Sul. Dewi sempat dibuat kagum oleh kontol pak Sul. Walau sudah keluar, kontol itu masih panjang meskipun tidak sekeras sebelumnya. Berbeda dengan kontol suami Dewi yang hanya terlihat kepalanya saja kalau sudah keluar. Batangnya hilang entah kemana.

Dewi lalu mulai menjilati sisa sperma Pak Sul. Dewi kembali merasakan citarasa cairan produksi kontol Pak Sul itu. Awalnya ia begitu jijik saat cairan lengket itu menyentuh lidahnya. Terasa begitu kental dan texturenya begitu serik, karena milyaran sel sperma ada pada cairan peju itu. Dewi menjilatinya tidak buru-buru karena ia harus membiasakan diri lidahnya menerima rasa unik itu. Dewi jilat kepala kontol Pak Sul dan terus turun ke arah batang kontolnya yang berotot. Dewi menyisiri sedikit demi sedikit kontol Pak Sul dengan telaten dan teliti, memastikan tidak ada lagi sisa peju pada kelamin si kuli bangunan

Pak Sul tersenyum puas memandangi sang ustadzah yang kesulitan membersihkan sisa peju pada kontolnya karena Dewi harus menyingkap beberapa kali cadarnya yang jatuh. Pandangan Pak Sul tertuju ke arah tempik Dewi yang sedang berjongkok, jelas sekali terlihat sisa spermanya yang menetes-netes jatuh dari dalam kelamin sang akhwat bercadar. Pak Sul sudah tak peduli lagi ustadzah di hadapannya bisa hamil karena perbuatannya. Jika memang Dewi hamil, dia berharap gadis itu diceraikan oleh suaminya sehingga ia bisa menjadikan Dewi sebagai seorang istri untuk melayani kebutuhan biologisnya tanpa rasa was-was. Siapa yang tidak senang dan bangga jika punya istri secantik Dewi. Jika suaminya tidak menceraikan Dewi, tidak masalah. Karena Dewi sudah menjadi pereknya yang siap melayani kapan pun saat dibutuhkan. Pak Sul semakin bersemangat untuk merusak akhwat itu semaksimal mungkin sesuai ikrar janjinya kepada iblis yang sudah memberikannya kekuatan. Menjadikan seorang akhwat alim menjadi pelacur gratisan.

***bersambung***
Keren parah sih suhu. 🙏🔥
Penasaran apakah dewi akan hamil
 
Scene 16 : Ada Apa Dengan Dewi (Part 2)

NAS-2.jpg


"Halo Ustadzah Dewi sayang.. Saya sudah kangen lagi nih..", sebuah pesan WA dari nomor yang belum sempat disimpan di kontak handphone Dewi

Ya siapa lagi kalau bukan dari Pak Sul, kuli bangunan yang baru saja Dewi kenal beberapa hari yang lalu.

Dewi malas membalas pesan tersebut dan buru-buru menghapus pesan itu dari history chatnya. Cukuplah ia mengkhianati suaminya sekali saja. Tidak boleh terjadi lagi, dia sudah berjanji akan selalu setia kepada suaminya saat itu juga. Kembali Dewi mencoba menguatkan imannya, tidak terjebak dalam kesenangan sementara.

10 menit kemudian, Pak Sul menelpon Dewi. Dewi ketakutan melihat nomor telepon yang tertera dihapenya. Nomor yang tadi mengirimi dia pesan kali ini berani menelponnya. Ingin sekali ia tolak panggilan itu, tetapi entah mengapa Dewi malah menerima telepon dari Pak Sul

"Duh lama sekali ustadzah angkat teleponnya", kata Pak Sul

"Sudah pak.. Sudah cukup. Tadi itu pertama dan terakhir.. Ana sudah tidak mau melakukannya lagi..", kata Dewi tegas

"Yakin sudah tidak mau lagi? Heheheh.. Kontol saya belum puas silaturahmi ke tempik ustadzah nih.. Heheheh.."

"Pak Sul jangan kurang ajar! Sudah pak, Afwan ana tutup dulu, ada suami!", kata Dewi terkejut saat melirik ke arah Eko yang ternyata sudah terbangun dan berjalan menuju kamar

*tut tut tut tut* telepon ditutup oleh Dewi

"Lho Ummi udah pulang?", tanya Eko saat masuk ke dalan kamar

"I..Iya sudah Bi.. Sudah dari tadi.. I.. Ini ummi selesai mandi", jawab Dewi terbata

"Ummi gapapa? Kok kayak gelagapan?", tanya Eko curiga

"Ehh.. Ngga kok perasaan abi aja..", elak Dewi

"Yakin?", tanya Eko masih tidak percaya

"Beneran.. Abi...", jawab Dewi meyakinkan suaminya

*Duh gini amat ya nyembunyiin sesuatu dari suami. Paham ana betapa ga tenangnya orang kalau selingkuh* ujar Dewi dalam hati

"Hmm yasudah.. Btw, Ummi seger banget nih.
.. Harumm.. Mana cuma pakai handuk lagi", kata Eko mulai membelai pundak telanjang Dewi

"Abi mau ngapain?", kata Dewi menyadari suaminya mulai nemandangi tubuhnya

"Hehehe.. Ummi.. Abi jadi pingin nih.."

"Ihh.. Abii.. Jangan bii.. Abi capek habis kerja.. Tidur aja yaa.."

Padahal sesungguhnya Dewi lah yang kecapekan setelah tempiknya dihajar kontol Pak Sul. Walau tidak lama, tetapi cukup melelahkan baginya karena kontol Pak Sul yang besar dan panjang itu terasa memaksa lubang kelamin Dewi untuk menyesuaikan diameter kontol kuli bangunan itu.

"Gak mau ah.. Abi mau main sama ummi dulu..", Kata Eko sambil menubruk tubuh istrinya ke tembok

Dalam satu kali hentakan, handuk Dewi terlepas hingga tubuhnya kini telanjang bulat dihadapan suaminya. Dewi segera mematikan lampu dan pasrah ketika suaminya mulai mencumbunya

"Kok dimatiin sih mi..", protes Eko

"Biar setan ga bisa liat tubuh Ummi.. Abi ga cemburu apa kalo setan liat tubuh telanjang Ummi, Hayo?", jawab Dewi

"Ya tapi kan.. Abi pingin liat keseksian Ummi.."

"Hihihi.. Gelap-gelapan aja ya Abii.. Sini masukin sini.. Jangan lupa doa dulu ya..", kata Dewi mencoba menyenangkan suaminya

"Ihh ummi.. Udah nafsu gini disuruh baca doa ilang deh nafsunya", kata Eko mulai kehilangan gairah

"Wajib dong abi baca doa biar ngga diganggu setan.. Jadi ga? Kalau gak jadi lanjut tidur..", kata Dewi mencoba terus merayu suaminya

Eko menarik tubuh Dewi ke atas ranjang dan langsung menindih tubuh telanjang istrinya. Eko sadar batang kontolnya sudah mulai kembali menciut dan melunak sehingga ia begitu tergesa-gesa untuk segera bersetubuh dengan istrinya sebelum batang kontolnya benar-benar mengecil seutuhnya. Eko khawatir jika tidak segera dimasukkan, kontolnya akan segera mengecil kembali ke ukuran aslinya sehingga nanti jadi tidak bisa masuk ke dalam tempik istrinya. Eko terus mencumbu istrinya sambil mencoba memasukkan mendorong kontolnya ke tempik Dewi. Namun usahanya gagal, kontolnya tidak bisa berdiri seperti tadi ketika dia melihat Dewi hanya mengenakan handuk

"Sabar abi.. Pelan-pelan.. Kalau ga bisa besok lagi ya. Mungkin abi kecapekan..", kata Dewi menghibur suaminya yang mulai frustasi karena gagal menjalankan kewajibannya memberikan nafkah batin kepada Dewi

Eko lalu berusaha mengocok batang kontolnya sendiri agar bisa bangun dan berdiri lagi. Tetapi kontolnya tetap tidak mau berdiri. Eko semakin mempercepat kocokannya, namun bukannya kenikmatan yang didapat, malah sakit yang ia rasakan.

"Ummi kulum punya abi dong biar bisa berdiri..", pinta Eko

"Hehehe.. Abiii.. Haram sayang.. Sudah jangan dipaksa ya.. Besok lagi ya abi.. Abi kecapekan tuh..", kata Dewi tidak tega melihat suaminya sedang berusaha membangunkan kejantanannya

Eko mencoba kembali menindih tubuh Dewi dan mendorong-dorong kontolnya ke tempik Dewi. Bukannya masuk, kontol Eko malah tertekuk. Kontol Eko terlalu lunak sehingga ketika didorong tidak mau masuk ke kelamin istrinya. Ditambah lagi tempik Dewi masih kering karena tidak ada rangsangan sama sekali sebelum mereka berhubungan.

Tidak tega melihat suaminya yang terus berusaha, Dewi mencoba membantu dengan mengocok alat kelamin suaminya. Didikan kilat sore tadi bersama Pak Sul coba ia praktekkan. Pelan tapi pasti kontol Eko mulai berdiri. Tidak ingin membuang waktu karena dirasa kontolnya sudah cukup keras, Eko langsung mengarahkan kontolnya ke tempik Dewi lagi. Kali ini usahanya membuahkan hasil. Kontol Eko berhasil membelah tempik Dewi

Setelah itu Eko mulai memompa tempik istrinya dengan terburu-buru. Eko terlihat ingin segera menuntaskan dan tidak berlama-lama. Eko khawatir jika terlalu lama bermain-main, malah keburu kontolnya mengecil lagi karena memang staminanys yang payah. Dewi terlihat memejamkan mata selama sang suami menyetubuhinya. Ia ingin merasakan kenikmatan saat berhubungan dengan suaminya. Tetapi yang ia rasakan justru kehampaan. Ia sama sekali tidak bisa menikmati persenggamaan ini. Tidak ada desahan yang keluar dari mulutnya. Semua terasa hambar, bahkan dia sama sekali tidak merasakan keberadaan kontol suaminya

"Hah.. Hah.. punya ummi nikmat sekali..", kata Eko sambil terus memompa tempik Dewi

"iya.. bi.. teruuss bi..", kata Dewi menyemangati suaminya, mencoba menghibur suaminya yang tadinya frustasi

"Arrgghh Ummi.. Abi keluar.."

"Iya bi.. keluarin.. Semoga jadi anak ya bi.."

*crut crut*

Semburan peju Eko tumpah. Terasa encer dan sedikit jumlahnya menyemprot tempik Dewi. Setelah selesai menyemprotkan pejunya, Tubuh Eko seketika langsung ambruk menindih Dewi. Kepala Eko bersandar di dada telanjang Dewi. Nafasnya terdengar tersengal-sengal karena seluruh staminanya terkuras habis saat menyetubuhi istrinya. Dewi membelai rambut suaminya penuh kasih sayang

"Ummi menikmatinya?", tanya Eko sambil memandangi wajah cantik istrinya sambil memainkan rambut istrinya yang tergerai sedikit basah

Dewi mengangguk lemah sambil tersenyum. Sebuah senyuman yang hambar. Sehambar persetubuhan malam ini. Kalau boleh jujur, Dewi tidak pernah tau yang namanya kepuasan sex ketika berhubungan badan. Karena selama 8 tahun usia pernikahannya dia merasakan sex itu biasa saja tidak ada yang spesial. Dia tidak tahu nikmatnya sex itu seperti apa dan bagaimana. Jadi, dia menyimpulkan selama suaminya puas dan bisa ejakulasi dia sudah menuntaskan tugasnya diranjang sebagai seorang istri.

Setelah suaminya tertidur pulas, pikiran Dewi menerawang kembali ke kejadian sore tadi. Desahannya saat itu begitu alami. Perasaannya begitu menggebu-gebu saat Pak Sul menikmati tubuhnya, meraba sebagian tubuhnya, bibir mereka saling mencumbu, semua perasaan campur aduk itu belum pernah ia rasakan sebelumnya. Selama persetubuhan dengan Pak Sul, nafas Dewi begitu memburu, adrenalinnya tadi seperti tidak sabar, Pak Sul akan melakukan apa lagi ke tubuhnya. Lalu Dewi membayangkan kontol besar panjang dan berotot Pak Sul. Bagaimana rasanya ketika mulutnya mencium, menjilati serta mengulum kontol itu, kenikmatan serta kenakalan yang begitu berkesan baginya. Tubuh Dewi mengakui semua kenikmatan itu, termasuk tempiknya yang banjir terus-terusan saat tubuhnya dirangsang terus-terusan oleh kuli bangunan bernama Pak Sul itum

Belum lagi saat kontol Pak Sul mengoyak lubang kelaminnya. Rasanya begitu puas dan nikmat tiada tara. Sangat berbeda ketika dia melayani suaminya yang baginya terasa biasa saja dan cenderung hambar. Walau sadar kejadian tadi sore adalah sebuah dosa, tetapi Dewi mengakui inilah pertama kalinya dia menikmati yang namanya berhubungan badan.

Diam-diam Dewi membuka handphonenya dan mengecek pesan masuk di WAnya

"Yakin ga mau lagi? Kalau berubah pikiran hubungi saya. Saya tunggu Ustadzah. Hehehe", Dewi membaca pesan dari Pak Sul yang dikirim beberapa menit yang lalu

Dewi lalu mulai mengetik membalas pesan dari Pak Sul. Hatinya gundah dan bingung. Apakah dia harus kembali terjebak kenikmatan bersama Pak Sul, atau tegas menolak kenikmatan yang diberikan Pak Sul. Namun pada akhirnya kenikmatan mengalahkan segalanya. Sugesti Pak Sul masih membekas di relung hatinya. Dewi memantabkan diri menghubungubkembali kuli bangunan itu

"Afwan Pak Sul tadi saya takut ketauan suami..", Tulis Dewi

"Akhirnya ustadzah cantik balas WA saya. heheheh"

"Ada apa pak?", kata Dewi mencoba tetap tenang padahal hatinya gundah gulana

"Saya sudah kangen lagi nih sama ustadzah cantik.."

"Masak sih ana cantik, kan Pak Sul belum lihat wajah ana", goda Dewi

"Cantik kok Ustadzah.. Walau bercadar saya tau ustadzah Dewi itu cantik seperti bidadari..", ujar Pak Sul menggombal dengan cara kampungan

Pipi Dewi bersemu merah seketika. Dewi senang dipuji oleh Pak Sul. Tanpa terasa hati Dewi mulai berbunga-berbunga

"Mungkin Ustadzah juga minat lagi sama ini", kata Pak Sul

Lalu Pak Sul mengirim pesan kembali kepada Dewi. Kali ini sebuah Foto. Dewi begitu tegang gambar apa yang dikirimkan Pak Sul, terlebih disebelahnya ada suaminya sedang tidur lelap. Dibukanya foto yang dikirimkan Oleh Pak Sul. Dewi tertegun melihat foto itu. Sebuah foto zoom batang kontol hitam yang begitu berotot, keras, dan angker. Dewi sampai menelan ludah berkali-kali memandang foto itu. Dewi ingat betul kontol ini lah yang ia kulum tadi sore

"Gimana? Suka sama kontol saya?"

"Besar sekali Pak Sul..", jawab Dewi tanpa sadar semakin terbuai dengan pesona kontol Pak Sul, tidak ada respon penolakan dari wanita bercadar itu

"Suka Gak ustadzah?"

"Hmm.. Ngga ah.. Hihihi", jawab Dewi malu-malu

"Kalau gak jujur besok saya ke rumah ustadzah lho.. Kita buktikan Ustadzah bisa nolak kontol saya gak.."

"Eehh.. Jangan pak.. Iya sukaaa.. besar sekali..."

"Suka kontol besar ya Ust?", tanya Pak Sul cabul

"Eehhh.. Hmm.. Iya..", jawab Dewi jujur

"Jadikan wallpaper handphonemu dong Ust kalau suka.."

"Apa? Ngga mau aah. Ketauan suami ana gimana..."

"Ya jangan sampai tau suamimu.. Ayo buruan bikin wallpaper terus screenshot ke saya"

"Beneran nih pak?", tanya Dewi semakin dag-dig-dig

"Iya buruan!"

Dewi melirik kembali ke arah suaminya yang sedang tertidur memunggunginya. Hatinya bimbang, akhwat alim seperti dirinya apakah pantas memajang gambar wallpaper Kontol seorang pria di handphonenya.

*Mas Eko kan jarang buka2 handphone ana.. Semoga aman..*, kata Dewi semakin tergoda memasang wallpaper kontol. Ada perasaan tertantang yang ia rasakan saat ini, desiran nafsu liar kembali menyeruak di pikiran Dewi.

Lalu Dewi segera masuk ke pengaturan handphonenya dan menjadikan foto kontol Pak Sul sebagai wallpaper handphonenya. Seketika nafasnya menderu melakukan kegilaan kecil ini karena selama ini wallpaper handphonenya selalu diisi dengan gambar2 agamis. Tak lupa ia segera screenshot tampilan handphonenya dan dikirimkan ke kuli bejat itu.

"Hehehe.. Bagus biar kalau kamu kangen kontol, kamu bisa mandangi foto kontol saya di layar handphonemu.. Jangan diganti lho Ust. Kalau kamu ganti kamu saya kasih hukuman. Hehehe..", Kata Pak Sul mengancam

"Ehh.. I.. Iya Pak.."

*Berarti suami ana gak boleh pegang handphone ana sedikitpun. Bisa runyam nih kalau ketauan..*, kata Dewi dalam hati

*Eh tapi kalau ketauan, suami ana akan ceraikan ana.. Terus ana bisa nikah sama Pak Sul*, pikiran Dewi semakin kemana-mana

*Astgfrlh apa yang sudah ana pikirkan.. Afwan Abi..*

*Tulilut tulilut tulilut* Handphone Dewi mendadak berdering membuyarkan keheningan di dalam kamar. Pak Sul mendadak menelponnya malam-malam. Dewi reflek menolak panggilan telepon itu sambil menoleh ke arah suaminya.

Terlihat Eko bergerak sejenak berganti posisi tidurnya ketika nada dering handphone Dewi berbunyi. Dewi panik tak karuan melihat suaminya berganti posisi karena terganggu dengan suara ringtone handphonenya. Dewi memandangi tubuh suaminya terus-terusan sambil was-was, memastikan suaminya itu tidak terbangun

"Sebentar suami ana bisa bangun pak, nanti saya telepon", kata Dewi melalui pesan WA

Dewi menunggu beberapa saat, meyakinkan suaminya benar-benar tidur. Setelah dirasa aman. Dewi mengendap-endap mengambil headset dan segera menghubungi Pak Sul kembali

"Halo Ustadzah.."

"Iya Halo pak...", jawab Dewi lirih

"Ya Ampun dengar suara ustadzah yang lembut aja kontol saya jadi ngaceng lho Ust.. Hehehe.."

"Masa sih pak? Hihihi", kata Dewi berbisik-bisik agar suaminya tidak terbangun mendengar suaranya

"Perlu bukti?"

Lalu Pak Sul meminta sebuah video call ke Dewi. Dewi semakin tak karuan tegangnya, apakah bisa dia video callan dengan pria lain disamping suaminya. Terlebih lagi dia ingat saat ini tubuhnya sedang telanjang dan tidak memakai cadar seperti biasanya. Lalu Dewi memutuskan mengambil kerudung dan sebuah cadar untuk menutup rambut serta wajahnya sebelum mengangkat telepon dari Pak Sul. Karena Dewi masih merasa aneh dan belum siap jika rambut serta wajahnya terlihat oleh pria lain yang bukan mahromnya.

"Nih Kontol saya ngaceng kalau denger suara Ustadzah..", kata Pak Sul memamerkan kontolnya yang tegak berdiri melalu video call.

"Eh iya.. Besar sekali sih punya bapak..", kata Dewi berbisik

Terlihat wajah Pak Sul melongo saat melihat layar handphonenya. Pak Sul terkejut melihat Dewi yang masih memakai kerudung dan cadar saat tidur

"Ustadzah.. Kalau tidur masih pakai kerudung sama cadar?", tanya Pak Sul heran

"Ya ngga lah pak. Ini karena angkat videocall bapak saja saya pakai kerudung sama cadar lagi..", jawab Dewi pelan-pelan

"Aahh.. Padahal saya penasaran sama kecantikan bidadari surga yang wajahnya selalu ditutup ini.. Hehe", gombal Pak Sul

"Hihihi.. Pak Sul bisa aja..", jawab Dewi perlahan sambil tersipu malu dipuji oleh Pak Sul

"Terus Ustadzah sekarang bugil apa pakai baju nih?", tanya Pak Sul mesum

"Coba tebak pak.. Hihihi", goda Dewi

"Hmm kalau benar saya dapat hadiah ya.."

"Iya boleh.. Tapi tebak dulu..."

"Pasti ustadzah Dewi sekarang lagi bugil. Habis main sama kontol suaminya yang kecil, terus ustadzah gak puas.. Ya kan..? Heheheh", Kata Pak Sul

"Ihh kok bener sih pak.. Iya ana lagi gak pakai baju.. Ana harus kasih hadiah dong", kata Dewi berbisik-bisik

"Hehehe.. Minta hadiah apa ya?", goda Pak Sul

"Jangan yang susah ya pak.."

"Ngga susah kok, saya cuma pingin VCS sama ustadzah malam ini", kata Pak Sul

"VCS? apa itu pak?", tanya Dewi bingung

"Hehehe.. Ustadzah ini begok bener... VCS itu Video Call Sex, jadi Ustadzah temenin saya ngesex lewat video call. Paham gak Ustadzah?", kata Pak Sul

"Hmm.. gimana caranya pak.."

"Ustadzah videocall sambil masturbasi, lalu ustadzah bayangin semua yang saya katakan"

"Hmm.. coba dulu ya pak.. Saya belum pernah.. Afwan kalau saya bodoh. Hihihi"

Dewi melirik sejenak ke arah suaminya yang masih tertidur pulas

"Sekarang buka seluruh kain penutup yang ada ditubuh Ustadzah..", kata Pak Sul

"Sudah gak pakai apa2 saya pak.."

"Coba arahin kamera Ustadzah ke tetek ustadzah..", kata Pak Sul

"Hah.. Malu saya pak..", kata Dewi masih belum percaya diri menunjukkan teteknya ke pria lain

"Ayo lah katanya tadi saya dapat hadiah. Gitu aja gak mau. Yasudah gak usah aja!", Kata Pak Sul ngambek

"Iya iya pak, Afwan.. jangan marah ya Pak..", Kata Dewi menyadari Pak Sul emosi

"Ayo mana tetekmu Ust..."

Lalu Dewi mengarahkan kamera handphonenya ke kedua gunung kembarnya yang terbuka dengan gemetaran

"Wow.. Heheh.. Pemandangan yang sempurna. Tetek besar dan putingnya kecil.. Jadi gini ya teteknya bidadari surga.. Aahh saya sambil coli nih Ust..", Kata Pak Sul

Kembali pipi Dewi bersemu merah menerima pujian mesum itu. Bagaimana bisa seorang ustadzah senang dipuji teteknya besar dan dibilang sempurna. Bagaimana bisa seorang ustadzah membiarkan tubuhnya menjadi bahan onani pria lain. Semua pikiran itu semakin membuat dewi terangsang. Dewi sadar ini semua salah. Tetapi sayang, kendali Pak Sul semakin kuat mempengaruhi pikiran serta tubuh Dewi

"Jangan diiatin terus.. malu pak..", kata Dewi sambil mengarahkan kembali kameranya ke wajah bercadarnya

"Kenapa malu Ust? Tubuhmu itu indah.. seharusnya ustadzah bangga. Liat itu tetekmu sangat menggoda.. Saya pasti bangga kalau punya istri cantik sexy kayak Ustadzah Dewi.. Tiap saat akan saya kenyot tuh tetek besar.. Kalau jalan bareng saya akan bangga nih punya istri cantik bercadar seperti ustadzah"

Dewi mulai terpengaruh dengan sugesti-sugesti nakal Pak Sul. Pikiran sang ustadzah membayangkan tiap perkataan Pak Sul. Betapa tak karuan rasanya jika dirinya benar2 telanjang dihadapan Pak Sul dan Pak Sul mulai melumat puting susunya setiap saat

"Pak.. Sshhh.. Hah.. Hah.. Hah..", nafas Dewi mulai tak karuan berfantasy sesuai sugesti Pak Sul, tanpa sadar Dewi mulai memilin kedua pentil susunya sendiri

"Bagus.. Mainkan pentilmu sayang.. Hibur saya yang sedang menonton tubuh telanjangmu.. Saya suka bidadari saya berjoget telanjang. Tubuhmu indah Ustadzah.. Kamu tidak perlu malu memamerkan tubuhmu sayang. Aahhh... Saya kenyot pentil kirimu Ust.. Sshhh.."

Dewi lalu memainkan puting susunya sendiri. Tubuhnya meliuk perlahan-lahan diatas kasur. Dewi menikmati imajinasinya yang diatur tersugesti oleh perintah mesum Pak Sul. Tanpa dia sadari, Pak Sul terus menghipnotis dirinya, menjadikan sang ustadzah menjadi wanita yang haus sex

"Ssshhh.. geli pak..", desah lirih Dewi agar Eko tidak mendengar desahannya

"Goyang Ustadzah... Saya sedang onani menatap keindahan tubuh bidadari surga yang sedang menari menghibur saya.. Pentilmu mulai dikenyot satu-satu bergantian.. Lidah saya melumat habis kedua pentil susumu yang mungil. Aaahhh..", kata Pak Sul

"Ooohhh.. Ssshh.. Pak.. Sshhh..", desah Dewi sambil menggoyangkan tubuhnya. Tubuhnya semakin berkeringat deras terbakar nafsu malam ini membayangkan Pak Sul menetek ke pentil susunya. Tangannya semakin keras mencubit pentil susunya sendiri

"Iya bayangkan Ustadzah.. berjogetlah bak pelacur dihadapan saya.. Mainkan pentilmu Ust.. Pilin pentilmu.. Ustadzah semakin terangsang dan minta saya setubuhi sekarang.."

"Aahhh.. Sshhh.. Masukin punyamu pak..", Kata Dewi terus menggoyangkan pinggulnya sambil terus memainkan pentil susunya, Dewi semakin terangsang dengan sugesti nakal Pak Sul

"Punya saya? Apa maksudnya Ust saya tidak paham.."

"Ssshh.. Masukin burung bapak..", Dewi semakin berani

"Burung? Saya tidak punya burung sayang.. Coba yang jelas kamu minta apa bidadariku?"

"Pe..penis Pak Sul.. Saya mau..", Dewi semakin tersipu malu..

"Penis? apa itu Ust... Yang jelas dong.. Heheheh..", Pak Sul terus menggoda

Dewi mengingat kata yang dilontarkan Pak Sul. Sebuah kata yang sangat cabul. Tidak mungkin seorang wanita alim seperti Dewi mengucapkan kata tabu itu secara gamblang. Tapi karena saat ini bayang-bayang kontol Pak Sul terus menghantuinya. Akhirnya Dewi memutuskan memberanikan mengucapkan kata tabu itu

"Saya.. Mau Kontol Pak Sul.. yang besaarr itu...", Kata Dewi menahan malu

"Hahahaha.. Oh Ustadzah minta kontol saya.. Saya masukkan ke tempikmu ya ustadzah..", goda Pak Sul sambil terus mengocok menatap wajah sange Dewi dari layar handphonenya

"Iya.. Masukkin ke punya saya..", kata Dewi

"Punya mu yang mana? Lubang tai apa tempik hah?", goda Pak Sul

"Tem.. Tem.. Tempik ana Pak.. Masukkan ke tempik anaa.. Ssshh..", Dewi semakin terangsang

"Tempikmu mulai gatal.. Tempikmu butuh kontol untuk menggaruk rasa gatal itu..", Kata Pak Sul sekalian mensugesti Dewi

"Iyaahh.. Gatal pak.. Ssshhh.. Aduhh", Dewi mulai menggaruk tempiknya sendiri

"Hehehe.. Tempik Ustadzah gatal butuh kontol besar.. Saya masukkan ke tempikmu ya Ust.. Aaahhhh..", Kata Pak Sul membayangkan penisnya masuk ke kelamin Dewi

"Aahhh... Ssshhhh.. Pak Sul.. Punya ana tiba-tiba jadi beneran gatal... Sshhh..", kata Dewi sambil merapatkan kakinya menahan rasa gatal in

"Betul tempikmu mengakuinya ustadzah.. Tempikmu butuh kontol.. Jika tidak dikontoli akan semakin gatal dan gatal.. Gatal ditempikmu hanya bisa diobati dengan peju pria selain suamimu.. Ssshhh Terus mainkan tempikmu Ustadzah.. Bidadari surga harus suka colmek. Heheheh"

"Aahhh.. Pakk.. Gatalll.... Aahh..", Kata Dewi tak mampu menahan rasa gatal pada lubang kelaminnya

"Tiap saat kamu akan masturbasi karena tempik gatalmu semakin menjadi-jadi.. Masturbasi lah terus sambil membayangkan kontol saya menyetubuhimu.. Ssshhhh..Ingat, Tempikmu akan berhenti gatal kalau sudah disodok dan dipejuin kontol selain kontol suamimu.. ", kata Pak Sul terus mensugesti Dewi dan tanpa sadar Dewi sudah terjebak dalam tiap sugesti Pak Sul

"Oohhh.. Sshhh.. Uuhh.. Teruuss pak.. Saya suka kontol Pak Sul", Dewi terus membayangkan sugesti nakal Pak Sul dan menggaruk kelaminnya yang semakin gatal jika digaruk

"Bagus sayang.. Tempikmu akan gatal terus-terusan.. Tempikmu mulai sekarang juga alergi celana dalam Ust... Semakin sering pakai celana dalam, lubang kelaminmu itu akan semakin gatal menyiksa Ustadzah Dewi.. Solusinya berhenti memakai celana dalam. Dan tentu saja peju adalah obat satu-satunya untuk menghilangkan sementara rasa gatal pada tempikmu Ust.. Peju lelaki selain suamimu.. Heheheh..", Pak Sul terus mengulang dan menambah sugestinya agar Dewi semakin patuh

Ya, Dewi malam ini semakin dikuasai oleh Pak Sul. Sugesti pria bejat itu perlahan meruntuhkan iman Dewi. Kehadiran Pak Sul mulai berpengaruh pada cara pandang dan pemikiran sang Ustadzah. Ditambah lagi Dewi sudah bertekuk lutut kepada kontol Pak Sul yang memberikan kenikmatan luar biasa bagi tubuhnya. Sadar suaminya tidak bisa memberikan kepuasan seperti Pak Sul, Dewi lebih memilih menuruti dan menikmati permainan kuli bejat itu. Dia ingin mengeksplore kembali rasa yang selama ini tidak pernah ia rasakan selama pernikahannya dengan Eko. Dewi akhirnya mengerti kenikmatan sex itu seperti apa. Dia ketagihan dengan rasa nikmat yang diberikan oleh kontol Pak Sul. Kali ini bukan hanya tubuhnya yang menginginkan, tapi akalnya pun jauh lebih menginginkannya. Pikiran-pikiran liar dan nakal mulai menguasai Dewi. Tanpa sadar tangan Dewi terus bergerak meraba kelaminnya sendiri. Jemarinya mulai mengucek dan memainkan tempiknya disamping suaminya yang sedang lelap tertidur. Diseberang sana, Pak Sul semakin sange melihat Ustadzah Dewi teeus melakukan masturbasi di samping suaminya

"Ooohh.. Pak Sul.. Gatal Pak.. Tempik ana semakin gatal.. Sshh..", desah Dewi sambil terpejam menikmati masturbasi pertamanya selama dia hidup di dunia ini

"Sexy sekali Ust.. Aahhh. Wajahmu cantik sayang kalau sange.. saya mau crot nih Ustadzah... Saya hamilin kamu ya Ust... Ssshh.."

"Iya hamili saya pak.. Saya ikhlas.. Saya mau.. Pak Suuulllll...", desah Dewi semakin menggila

"Aaahhh.. Saya keluar banyak Ust.. Peju saya tumpah.. Nih Liat..", Kata Pak Sul sambil mengarahkan kameranya ke arah tumpahan pejunya

"Duh bisa hamil beneran ana kalau itu semua masuk ke rahim ana", kata Dewi takjub

"Iya dong Ust.. Ustadzah mau saya hamili? Ustadzah Dewi cinta sama saya kan?? Ustadzah mau jadi istri saya???"

"Ehh.. Kenapa tiba-tiba nanya gitu pak..", kata Dewi terkejut mendengar Pertanyaan Pak Sul tiba-tiba

"Hehe.. Ustadzah ngga jawab pertanyaan saya.."

"Tidak mungkin Pak.. Saya sudah bersuami..", kata Dewi semakin bimbang dengan perasaannya

"Ustadzah memang sudah bersuami.. Tapi ustadzah juga cinta saya kan?"

"Pak Sul jangan nanya gitu pak.. Saya.. tidak mungkin dengan Pak Sul.. Saya sudah punya suami.. ",

"Hehehe.. Pikir dulu ustadzah. Tidak perlu buru-buru jawab sekarang. Lihat nanti ustadzah akan lebih milih saya atau suamimu sekarang. Saya pamit dulu Ust.. Terima kasih..", Kata Pak Sul lalu menutup telepon mendadak

Dewi terdiam sesaat. Apakah jawabannya salah. Apakah salah jika Dewi tegas menolak godaan Pak Sul? Apakah pantas Pak Sul kecewa kepadanya? Dewi pada akhirnya memutuskan masih mencoba menjaga bahtera rumah tangganya dan tetap setia kepada suaminya. Dewi tidak bisa mendua saat ini karena Dewi menyayangi suaminya..

***
Keesokan paginya, selepas ibadah shubuh, Dewi langsung memeriksa handphonenya. Matanya terbelalak saat melihat tampilan wallpaper hanphonenya yang masih bergambar kontol Pak Sul. Dewi baru ingat kemarin ia ganti tampilan handphonenya dengan gambar cabul itu. Dewi kembali bimbang, apakah dia kembalikan gambarnya seperti semula, ataukah membiarkan foto itu tetap mejadi tampilan utama handphonenya. Pada akhirnya, Dewi memutuskan tetap menggunakan gambar kontol Pak Sul. Karena dia merasa lebih tertantang jika menggunakan gambar itu. Ada sensasi tersendiri yang ia rasakan.

Dewi langsung membuka pesan WA, dengan harap-harap cemas Dewi berharap akan ada pesan dari Pak Sul.Ternyata, tidak ada pesan satu pun dari Pak Sul yang masuk ke dalam inbox WAnya. Dewi kecewa, padahal dia sangat berharap mendapat sapaan atau sekedar "hai" dari Pak Sul. Dewi lalu mencoba mengetik sebuah pesan ke Pak Sul. Tetapi setelah ditimang-timang, Dewi mengurungkan niatnya. Tidak baik seorang wanita yang menyapa pria terlebih dahulu. Apalagi statusnya sudah bersuami

Dewi lalu memasukkan handphonenya ke dalam tas, mengingat gambar kontol Pak Sul menjadin tampilan utamanya layar handphonenya, Dia harus berhati-hati menyimpan handphonenya. Sementara itu Eko masih tertidur pulas diranjang dalam keadaan telanjang. Dewi menatap lama ke arah kelamin suaminya yang menciut hanya terlihat kepalanya saja. Kontol Eko terlihat kecil, tersembunyi diantara kedua pahanya.

"Afwan ya bi.. Ummi istri yang tidak setia..", Kata Dewi lirih

Lalu Dewi menyibukkan diri dengan kesibukan pagi seperti belanja, memasak dan membersihkan diri. Dewi mencoba menghilangkan bayang-bayang Pak Sul dan melupakan pria itu dengan menjalani rutinitas seperti biasanya. Walau dalam hatinya, Dewi masih menunggu kiriman pesan WA dari Pak Sul. Baru kemarin dia bertemu tapi sekarang sudah merindu.

*Kok kangen ya Ya Tuhan.. Astgfrlh.. Ana mikir apa..*

Dewi terus-terusan gelisah pagi ini. Ditambah lagi tempiknya pagi ini sudah begitu gatal sejak kemarin dia masturbasi untuk pertama kalinya. Dewipun memutuskan pergi belanja ke pasar untuk menyiapkan sarapan bagi suaminya dan juga adiknya.

Dipasar saat ini cukup ramai. Banyak pedagang yang sudah berjualan. Pembeli yang sebagian besar ibu-ibu sudah pada mengerubungi lapak-lapak para pedagang. Untuk berjalan saja, Dewi harus berduselan dengan orang-orang karena saking ramainya pasar hari ini. Kesempatan berduselan itu dimanfaatkan Dewi sebaik mungkin. Tangan Dewi secara diam-diam menggaruk tempiknya yang terus-terusan gatal saat tubuhnya berhimpitan dengan pengunjung pasar yang lain. Bukannya lega, tempik akhwat bercadar itu semakin gatal saat digaruk. Keringat dingin mulai membasahi tubuh Dewi. Walau saat ini masih pagi dengan udaranya yang sejuk, justru Dewi merasa begitu gerah dan kepanasan

Lali Dewi buru-buru berjalan ke arah ponten umum pasar yang terletak di bagian pojok belakang. Suasana di ponten pasar ini sangatlah sepi. Jarang pembeli yang menggunakan ponten umum pasar ini. Apalagi para ibu-ibu pasti mikir dua kali jika mau kesana. Karena letaknya yang jauh dan juga sepi jarang dilewati orang Mungkin hanya beberapa pedagang pria yang berani menggunakan ponten umum yang letaknya lumayan jauh itu. Itu pun karena terpaksa saking kebeletnya. Dengan nafas tersengal-sengal, Dewi masuk ke salah satu bilik ponten. Suasana ponten begitu kumuh dan kotor. Banyak sampah berserakan di depan bilik seperti botol, sisa makanan, wadah-wadah peralatan mandi bekas, dan juga tisu yang dibuang sembarangan. Aroma tiap bilik ponten pun begitu menjijikkan karena pesing bau air kencing. Dewi menatap ke arah tembok ponten, banyak sekali gambar2 mesum yang ada disana. Ada gambar kontol berbagai bentuk serta beberapa tulisan nakal yang tertulis di sudut-sudut tembok

Dewi lalu menutup pintu bilik ponten. Sialnya, pintu bilik tersebut tidak bisa dikunci karena tidak ada pengganjalnya. Ketika pintu di tutup, pintu bilik akan menyisakan sedikit celah yang terlihat dari luar

*Aman lah, toh jarang yang ada yang pake toilet ini*, kata Dewi

Dewi pun memastikan keadaan diluar ponten aman tidak ada seorang pun. Setelah itu, Dewi mencoba menutup kembali pintu ponten yang tidak bisa ditutup rapat itu. Ada celah sekitar 3 cm yang terlihat dari luar. Tubuh Dewi semakin gerah dan kepanasan di dalam bilik yang pengap ini. Karena terus-terusan berkeringat, gatal pada tempik Dewi semakin menyiksa. Kelaminnya semakin terasa lembab dan berair. Dewi tak punya pilihan lain selain mengangkat roknya ke atas dan langsung melepas celana gamis serta celana dalamnya. Akhwat bercadar itu langsung duduk di lantai bagian closet jongkok yang posisinya lebih tinggi dibandingkan bagian lantai yang lain.

"Apa benar ya pakai celana dalam bikin punya ana semakin gatal..", kata Dewi sambil berpikir

Dewi lalu membuang celana dalamnya oada tempat samoah yang ada di dalam ponten. Rasanya begitu tak karuan saat Dewi memutuskan membuang celana dalamnya. Karena sejak balita dia sudah didik selalu memakai celana dalam dimanapun ia berada.

Setelah duduk, Dewi langsung membuka kakinya lebar-lebar mengangkang. Digaruknya kelaminnya sendiri sambil duduk di dalam ponten yang kotor penuh bercak hitam dan lumut itu. Tangan Dewi bergerak cepat mengocok clitorisnya. Mata Dewi terpejam sambil menahan rasa gatal yang meyiksa pada tempiknya

"Ssshhh.. Aaahh.. enak... Ssshhh..", lenguh Dewi saat tangannya terus mengucek dan menggaruk kelaminnya yang gatal

Memang rasanya nikmat dan melegakan. Tetapi bukannya hilang rasa gatalnya,tempik Dewi semakin terasa panas dan perih karena terus-terusan ia garuk dan membuat rasa gatalnya semakin parah. Tubuh Dewi semakin berkeringat kegerahan. Dewi memutuskan menanggalkan seluruh pakaiannya hingga telanjang di dalam kamar mandi kotor itu. Hanya kerudung, cadar, serta kaos kaki dan sandalnya yang ia sisakan pada tubuhnya. Pakaiannya ia letakkan begitu saja pada lantai ponten karena tidak ada tempat untuk menggantungkan pakaiannya itu.

"Aaahhhh... Gatall.. Ssshhh..", Kata Dewi terus mendesah keenakan

Disadarinya atau tidak, tempiknya semakin licin dan menghangat karena terus2an di kocok seperti itu. Dewi semakin menjadi dan menikmati garukannya. Tangannya bergerak sangat cepat bahkan kali ini telunjuknya mulai mengobel bagian dalam lubang tempiknya sendiri. Sedangkan tangan kanan Dewi malah meremasi tetek besarnya yang sudah terbuka menggelantung bebas. Puting susunya tak lupa ia mainkan, karena puting susunya lama-lama juga ikutan terasa gatal. Dewi sangat tersiksa merasakan pentil susu dan tempiknya yang semakin gatal tak terhingga itu. Keringat mengucur deras melalui pori-pori kulitnya membuat tubuhnya terlihat mengkilap kali ini. Tubuh Dewi semakin mengejang dan bergetar hebat.. Kakinya bergerak-gerak tak beraturan dan tempik sang ustadzah semakin kedutan

"Aarrrggghh... Aahhh.. Ssshhh..", pekik Dewi begitu puas dan kencang

Tubuhnya langsung lemas. Tempiknya terasa nyut-nyutan dan perih. Dari tempiknya keluar cairan yang menyiprat-nyiprat mengenai tangannya. Tangan Dewi lengket dan basah oleh lendir tempiknya sendiri, begitu banyak dan hangat. Dewi lalu mencoba menyalakan air keran bilik tempatnya berada. Namun sayangnya, kran tersebut sama sekali tidak mengeluarkan air. Dicarinya tisu di dalam tas, tetapi tak ditemukan kertas pembersih itu. Dewi kebingungan mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk membersihkan tangannya. Karena tidak ada pilihan, Dewi usapkan tangannya yang belepotan lendir itu pada tembok bilik ponten umum sampai bersih. Dibiarkan sejenak tubuhnya telanjang karena memang tubuhnya masih berkeringat deras.

*srek srek srek srek* tiba-tiba terdengar suara langkah menuju ponten

Dewi langsung panik dan segera berpakaian kembali dengan terburu-buru. Dewi langsung membelakangi pintu, ia tidak berani menatap pintu karena Dewi yakin, waktunya tidak akan cukup untuk mengenakan seluruh pakaiannya. Ketika Dewi sedang memasang pengait bra nya, orang itu sudah melintas melewati bilik ponten tempat Dewi berada. Orang itu berhenti melirik sejenak ke celah bilik ponten Dewi yang tidak tertutup rapat. Dia terkejut ternyata didalam ada seseorang. Orang itu semakin terkejut setelah menyadari yang berada di di dalam ponten tersebut adalah seorang wanita berkerudung lebar. Mata lelaki itu semakin terbelalak, melihat situasi di dalam. Dewi yang memunggunginya tengah sibuk mengenakan gamisnya. Dewi tidak tahu kalau tubuhnya sedang dipandangi dari belakang. Kedua mata lelaki itu sempat menangkap beberapa detik punggung serta kedua paha, serta pantat Dewi yang sempat terbuka sebelum ditutup kembali oleh gamisnya. Pria itu menyadari Dewi tidak mengenakan celana dalam saat kembali berpakaian.

Dewi lalu keluar dari dalam ponten umum, wajahnya tersipu malu sambil menundukkan pandangan tidak berani menatap pria yang sedang sibuk menyapu halaman ponten. Rupanya lelaki itu adalah petugas kebersihan pasar yang kebetulan sedang membersihkan area sekitar ponten

"Bisa dipakai toiletnya mbak?", tanya lelaki itu

"Ehh.. Bi.. Bisa Pak.."

"Mbaknya ngapain tadi?"

"Sa.. Saya buang air kecil pak..", Kata Dewi sambil permisi buru-buru meninggalkan tempat itu

Sepeninggal Dewi, pria itu mengecek ke dalam bilik ponten yang dipakai Dewi tadi. Ia coba menyalakan kran, ternyata kran tersebut tidak mengeluarkan air sama sekali. Ditambah lagi, lantai pontennya masih kering, tidak terlihat bagian yang basah terkena kencing . Hanya beberapa ceceran air dan lendir, namun pria itu tidak tahu kalau air itu adalah air tempik Dewi. Lalu dia membuka tempat sampah ponten, ditemukannya sebuah celana dalam yang masih tercium aroma khas tempik menempel pada kain segitiga itu. Pria itu mengendus-endus celana dalam Dewi beberapa detik sebelum akhirnya ia masukkan celana dalam bekas ukhti bercadar itu pada saku celananya

"Krannya rusak, Gak ada tanda2 bekas dipakai kencing. Sempak sengaja dibuang, Jangan2 mbaknya habis colmek tadi atau kepingin diperkosa? Heheheh.. Padahal cadaran lho.. Yasudalah", kata pria itu menerka-nerka sambil tersenyum mesum melanjutkan tugasnya membersihkan area sekitar ponten

***

Seharusnya Dewi sore ini ada jadwal mengisi kajian akhwat hijrah. Dewi ingin sekali datang memberikan kajian kepada akhwat-akhwat yang baru hijrah itu. Tetapi sayangnya, gatal di tempik sang ustadzah sudah tidak terbendung. Mumpung suaminya sedang bekerja dan Rista pergi entah kemana, Seharian ini Dewi sibuk mengocok kelaminnya sendiri, karena rasa gatal pada lubang kelaminnya tak kunjung reda. Karena suasana rumah sedang kosong, Dewi manfaatkan waktu sendiri dirumah dengan masturbasi menggaruk tempiknya

"Aaahhh.. Ssshh.. nikmat sekali kalau dikocok ginii..", Desah Dewi sambil mengangkang bersandar pada tembok dapur

Walaupun sore ini waktunya untuk memasak menyiapkan malam, Dewi juga melakukan masturbasi disela-sela waktu memasaknya. Ia hanya mengenakan celemek, sedangkan seluruh tubuhnya ia biarkan telanjang. Karena dengan telanjang, Dewi bisa mengurangi rasa gerah yang membuat tempiknya semakin gatal. Saat sedang memotongi sayuran untuk lalapan, Dewi melirik sebiji timun yang cukup besar. Dewi langsung teringat dengan kontol Pak Sul.

*Mirip punya Pak Sul ukurannya.. Sshh Pak Sul..* pikir Dewi sambil merah timun itu

Sebelum timun itu ia potong, ia mainkan dulu didalam timun itu dan diarahkan menuju tempiknya tempiknya. Pelan-pelan Dewi mendorong timun itu masuk ke dalam kelaminnya. Bentuknya yang kaku terasa menyiksa lubang kelaminnya. Ia terus dorong timun itu keluar masuk di dalam lubang kelaminnya walau tidak sampai seutuhnya yang penting timun itu bisa ia gunakan untuk menggaruk kulit dalam kelaminnya yang gatal

"Aaahhh.. Pak Sulll.. Gatal pak...", desah Dewi sambil terus menyodok tempiknya dengan timun itu beberapa kali

Tetapi tetap saja, rasa gatal itu semakin menjadi. Dewi masih saja belum puas karena timun itu tidak mampu menyembuhkan rasa gatalnya. Dewi semakin tersiksa, ingin rasanya ia menghubungi Pak Sul, tetapi Dewi masih terlalu gengsi untuk melakukannya. Dewi masih mencoba tidak tergoda dan mengkhianati suaminya lagi. Setelah dirasa timun itu tidak bisa memberikan kepuasan, Ia kupas timun itu dan ia sajikan sebagai lalapan untuk makan malam.

"Timunnya kok enak Mi.. Seger.. Beli dimana?", tanya Eko sambil makan dengan lahap ketika ia sudah tiba dirumah

"dipasar tadi biii. Enak ya bi.."

"Enak mi.. seger..", kata suami Dewi itu

Dewi hanya tersenyum kecut melihat suaminya menikmati timun bekas masturbasinya lalu melanjutkan menemani suaminya makan malam hingga selesai

Malam pun tiba, belum sempat menyentuh Dewi, Eko sudah tertidur pulas. Sebenarnya Dewi ingin malam ini suami tercintanya itu menyentuh serta mencumbunya. Tetapi sebagai seorang istri, Dewi malu jika harus minta jatah duluan. Akhirnya Dewipun mencoba tidur dengan kondisi tempiknya masih gatal tidak kunjung reda. Tentu saja Dewi kesulitan tidur. Akhwat itu begitu gelisah. Dewi melirik suaminya yang sudah tertidur lelap. Kemudian Ia ambil handphone dari dalam tasnya. Ia periksa inbox WAnya dan berharap Pak Sul mengiriminya sebuah pesan. Tetapi sayang, harapan Dewi Pupus. Pak Sul sama sekali tidak mengirim pesan seharian ini. Akhirnya malam ini Dewi kembali masturbasi untuk kesekian kalinya sambil memandangi kontol Pak Sul dilayar handphonenya

"Oohhh... Pak Sul...", desah Dewi mamendangi foto kontol Pak Sul sampai dia capek mengocok tempiknya sendiri,Dewj sudah benar2 merindukan kelamin Pak Sul.

Hari demi hari berlalu sejak Pak Sul tidak memberi kabar. Pernah Dewi mencoba menghubungi ponsel kuli bangunan itu namun sudah tidak aktif. Dewi semakin merindukan sosok pria perkasa itu. Eko suaminya masih tidak mampu memberikan kepuasan yang setara dengan yang diberikan Pak Sul. Ditambah lagi, Eko pun jarang menyetubuhinya karena keseringan kelelahan sepulang kerja. Ketika bisa berhubungan badan pun, kontolnya cepat menciut mengecil, sehingga ketika Eko berusaha penetrasi, kontolnya beberapa kali gagal masuk ke dalam liang senggama Dewi. Hanya sekali dua kali ia berhasil mencoblos kelamin istrinya itu pun prosesnya tidak lama dan berlalu begitu cepat. Sementara itu ketika melayani suaminya, Dewi masih berpegang teguh pada keyakinannya. Tidak ada sisi binal yang ia tunjukkan kepada suaminya. Ia takut suaminya akan curiga jika melihat Dewi berubah terlalu vulgar dan drastis saat bersenggama. Dewi masih enggan mengulum kontol suaminya. Akhwat bercadar itu tetap dingin saat berhubungan badan dengan suami sahnya itu. Dewi melayani suaminya dengan gaya konvensional saja. Tidak ada oral sex, tidak ada variasi gaya yang lain.

Tempiknya yang gatal tidak bisa disembuhkan dengan gesekan kontol Eko yang kecil. Tusukan Eko masih terasa hampa. Tidak ada gesekan yang terasa nikmat diantara kelamin Dewi dan Eko. Peju Eko pun keluarnya sangat sedikit, seperti kata Pak Sul, peju suaminya tidak bisa menghentikan rasa gatal yang Dewi derita. Semakin lama Dewi semakin tersiksa menahan hasratnya yang semakin menggebu dan tidak terlampiaskan dengan baik.

Sampai pada hari ke lima pasca Pak Sul menghilang, Dewi sudah tidak kuat menahan tempiknya yang semakin gatal parah. Dewi memberanikan diri mencari keberadaan Pak Sul. Dewi memutuskan mencari Pak Sul ke rumah Bu Wito, tempat mereka pertama kali bertemu

"Aslmkm..", kata Dewi lembut ketika sudah tiba di depan rumah Bu Wito

"Wlkmslm.. Lho Ustadzah Dewi.. Sebentar Ustadzah saya ambil kunci rumah dulu.", Kata Bu Wito

"Bu Wito, saya cuma sebentar kok bu.. Cuma mau nanya Bu Wito tau Pak Sul dimana ya? Saya coba hubungi kok tidak bisa", Kata Dewi

"Wah ada apa nih ustadzah nyari Pak Sul segala. Kok tumben.."

"I..Itu bu.. rumah saya ada yang bocor butuh tukang buat betulin", kata Dewi berbohong

"Yang bocor genteng apa lubangnya Ustadzah Dewi nih?", tanya Bu Wito cabul

"Eehhh.. Genteng bu.. Gimana Bu Wito tau dimana Pak Sul", jawab Dewi polos

"Owalah.. Pak Sul lagi sakit Ust..", Kata Bu Wito

"Hah? Sakit apa Bu? Pria kuat gitu bisa sakit juga", kata Dewi

"Lhoo.. Tau dari mana kalau Pak Sul kuat Ust.. Hayoooo..", goda Bu Wito

"Errr.. Kan kerjaanya Pak Sul kuli bu jadi pasti kuat...", jawab Dewi ngeles

"Hehe Ustadzah bisa aja... Ustadzah mau saya kasih alamat kost Pak Sul? Tapi itu Kost2an khusus kuli setahu saya Ust..", kata Bu Wito

"Khusus kuli? Hmm.. Boleh deh bu..", jawab Dewi sambil mencatat alamat Pak Sul yang diberikan Bu Wito

Tanpa membuang waktu, Dewi langsung menuju alamat yang diberikan Bu Wito. Ternyata kost Pak Sul lumayan jauh dengan tempat tinggal Dewi. Kurang lebih 20 menit Dewi sudah tiba di kost Pak Sul. Dewi memandang sejenak kost2an itu. Terlihat sangat sederhana dan terkesan kumuh berantakan. Dewi langsung memarkirkan motornya. Parkirannya bahkan seperti bekas kandang sapi. Pak Sul rupanya ngekost ditempat berantakan dan awut-awutan seperti ini. Mengingat tempat ini adalah tempat kost-kost para kuli yang pastinya murah dan sangat sederhana, jadi wajar jika kondisinya memprihatinkan. Kost-kostan ini bentuknya memanjang. Kamar kost-kostmya berhadap-hadapan dengan total 10 kamar.

*Info Bu Wito, kamar Pak Sul itu yang paling pojok*, gumam Dewi dalam hati

Lalu akhwat bercadar itu bergegas berjalan menuju kamar Kost Pak Sul. Hati Dewi begitu berdebar-debar saat ini. Entah apa yang akan dikatakannya nanti ketika bertemu Pak Sul yang sedang sakit

*tok tok tok* Dewi mengetuk pintu

"Aslmlkm...", Dewi memberi salam

Tidak ada sahutan dari dalam kamar. Dewi mengulang hingga 3x tetap tidak ada sahutan. Dewi lalu mencoba membuka gagang pintu kamar Kost Pak Sul.

*klek* pintu terbuka

Dewi terkejut rupanya pintu kamar tidak terkunci. Didapatinya Pak Sul sedang tertidur pulas telanjang bulat di atas tikar. Kamar Kost Pak Sul luasnya mungkin hanya 2.5 x 2 m. Sangat sempit dan tidak layak huni. Sedangkan kamar mandinya berada diluar, ditengah-tengah bangunan kost ini.

Pak Sul tiba-tiba terbangun. Kehadiran Dewi yang mendadak dikamar kostnya membuatnya terkejut. Seketika batang kontol Pak Sul langsung berdiri mengeras melihat bidadari bercadar favoritnya sudah berada dikamar kostnya. Dewi yang menyadari hal itu, langsung memalingkan muka tidak berani memandang ke arah kontol Pak Sul yang besar

"Tuh kan saya yakin Ustadzah cinta sama saya. Heheheh.. Sampai bela-belain kesini.."

"Pak Sul ngomong apa sih. Ana kesini karena dapat info dari Bu Wito katanya Pak Sul sakit mangkanya ana jenguk sambil ana bawakan makanan. Nih dimakan dulu pak Nasi Rawonnya mumpung masih hangat.", Kata Dewi sambil menyerahkan sebungkus nasi rawon kepada Pak Sul

"Kalau gak cinta ngapain repot-repot jenguk sambil bawa makanan. Heheheh..", kata Pak Sul

"Ge Er", kata Dewi manyun sambil menyiapkan mangkok yang ia bawa dari rumah.

"Ustadzah.. Nginep sini dulu yuk.."

"Hah? Saya belum ijin suami.."

"Ya ijin aja sekarang Ust.."

"Ijin apa coba?"

"Bermalam di rumah Pak Sul mau ngentot sampai puas"

"Ngawur.. Bisa-bisa saya diceraikan suami saya Pak"

"Ya Kalau cerai saya malah senang, Ustadzah jadi istri saya.."

"Pak Sul mau punya istri janda?"

"Kalau jandanya macam bidadari gini, Saya ga bisa nolak. Hehehe"

Dibalik cadarnya, Dewi terseyum. Ia begitu lega melihat kondisi Pak Sul rupanya tidak separah yang ia bayangkan. Bahkan sempat-sempatnya Kuli bangunan itu menggombal

"Makan dulu Pak.. Aaaa", Dewi mulai menyuapi Pak Sul

Pak Sul membuka mulutnya dan dia makan dengan lahap rawon pemberian Dewi. Dewi terus menyuapi pria itu dengan sabar dan telaten.

"Pak Sul kok bisa sakit gimana ceritanya?"

"Iya Ust.. Mungkin saya kecapekan saja", Jawab Pak Sul

"Pria sekuat Pak Sul bisa sakit ya ternyata.. Aaaa..", kata Dewi sambil memberikan suapan terakhir

"Ya kan saya cuma manusia Ustadzah.. Bisa sakit", jawab Pak Sul

"Yasudah habis ini saya pamit pulang ya Pak. Pak Sul istirahat dulu ya.."

"Pulang? Ngga nginep aja Ust temenin saya? Nginep aja disini beberapa hari. Kalau ada Ustadzah disini, saya bisa cepet sembuh. Heheheh..", rayu Pak Sul

"Gombal. Tapi saya ga bawa baju ganti Pak..", jawab Dewi

"Gak Perlu bawa baju ganti Ust.. Kamu setiap hari telanjang aja disini jadi bajumu itu masih bersih. Heheheh.. Ayo lepas bajumu sayang..", perintah Pak Sul

"Huff Pak Sul.. Ana ijin suami ana dulu ya Pak.." Lalu Dewi mulai mengetik pesan kepada suaminya. Jantung Dewi semakin berdebar kencang, sebentar lagi dia akan kembali merengkuh kenikmatan yang pernah diberikan Pak Sul

"Bi, ummi ada kajian mendadak diluar kota. Mungkin bisa 3 harian. Atau tergantung selesainya kapan. Abi jangan khawatir, Ummi baik-baik saja ya. Sudah dulu ya bi.. Baterai Ummi habis, ummi matikan handphone ummi ya. Oiya, dirumah jangan berdua-duan lho sama Rista. Abi harus jaga jarak dan tundukan pandangan sama Rista. Awas lho kalau berdua-duan. Ummi marah!", ketik Dewi masih sempat posesif. Lalu ia matikan handphonenya

"Sudah ijin? Sini Ustadzah sayang.. Saya tau kamu disini butuh saya dan kontol saya buat menggaruk tempikmu yang gatal itu kan.. zliat kontol saya Ustadzah semakin sange. Heheheh..", kata Pak Sul

"Pak Sul...", Kata Dewi sambil berjalan menuju kuli bangunan yang sudah telanjang dengan kontol yang keras mengacung itu

Dewi lalu berlutut dihadapan Pak Sul. Dewi langsung genggam kontol Pak Sul yang sudah mengeras dari tadi. Sudah lama Dewi menahan perasaan nafsu syahwat ini. Nafsu yang membuat beberapa hari ini Dewi menderita karena nafsunya tidak terlampiaskan dengan baik. Tetapi Pak Sul malah menepis tangan Dewi agar tidak menyentuh kontolnya. Dewi pun kebingungan melihat tangannya ditepis Pak Sul

"Coba Ustadzah jujur dulu. Ustadah cinta sama ya? Hehehe.."

"Pak Sullll... Sudah dong kok nanya itu lagi..", protes Dewi, dia sudah tidak tahan ingin menikmati kontol yang sudah membuatnya ketagihan

"Jawab dulu, kalau sudah jawab ustadzah boleh mainin kontol saya.."

"Hufff.. Iyaa.. Saya cinta Pak Sul...", Dewi sudah tidak bisa berpikir jernih, yang ia butuhkan saat ini adalah batang kontol panjang yang bisa memuaskan nafsunya yang sudah lama tidak ia raih.

"Hahahah.. Gitu dong jujur. Pakai jaim segala.. Yasudah kalau gitu saya butuh bukti kalau memang ustadzah cinta sama saya, Ustadzah harus menuruti semua perintah saya. Apapun itu..", Kata Pak Sul sambil menghipnotis Dewi kembali

"I..Iya saya akan lakukan semua perintah Pak Sul.. Sebagai bukti cinta saya sama Pak Sul..", kata Dewi sudah dikuasai sepenuhnya oleh Pak Sul

"Hehe.. Bagus yasudah sekarang kamu cium dulu kontol saya Ust.. Kontol saya juga kangen sama bibir Ustadzah..", Kata Pak Sul sambil mengocok kontolnya

"I.. Iya Pak", jawab Dewi langsung meraih kontol Pak Sul.

Dewi lalu memasukkan batang kontol Pak Sul dibalik cadarnya. Didalam cadarnya bibir Dewi menciumi kepala kontol Pak Sul dengan sexy. Diciuminya perlahan kepala kontol itu tepat dilubang kencing kuli bangunan itu. Kepala Dewi bergerak ke kiri dan ke kanan memastikan seluruh kepala kontol Pak Sul sudah ia ciumi seluruhnya

"Ohh... Ustadzah.. iya cium terus sayang.. Kamu tidak bisa hidup tanpa kontol. Kamu sudah tidak butuh kontol suamimu lagi.. aahhh.. terus Ust.. Iya jangan lupa jilatin lubang kencing saya sekalian. Ssshh..", perintah Pak Sul

Lidah Dewi langsung begerak menyapu lubang kencing Pak Sul. Dijilatinya terus menerus garis pada kontol Pak Sul itu berkali-kali oleh Dewi sehingga kuli bangunan itu mulai menggeliat keenakan merasakan sapuan lidah Dewi pada lubang kencingnya

"Ooohh.. Ustadzah Dewi.. Jilatanmu kayak perek Ust.. Bilang dong kalau kamu kangen kontool.. Aaaahh... enak bener jilatanmu kontool..", rancau Pak Sul sambil mendorong kepala Dewi agar Dewi masukkan batang kontolnya

"Oohh.. Pak Sull.. Ssshhh..", Dewi langsung memasukkan seluruh batang kontol Pak Sul kemulutnya dengan dorongan tangan Pak Sul yang brutal. Kepala Dewi naik turun mengulum kontol Pak Sul penuh nafsu dibalik cadar hitamnya

"Aaarrrggghhh Sudah lama daya tahan peju saya buat mejuhin ustadzah.. saya ga tahan.. Saya mau keluar...", Kata Pak Sul sambil menahan kepala Dewi agar kontolnya tetap berada di dalam mulut Dewi

*crot crot crot crot crot*

Kontol Pak Sul menembak berkali-kali ke mulut Dewi. Dewi sampai tersedak dan reflek tubuhnya langsung melepehkan peju Pak Sul yang sangat banyak di dalam mulutnya. Dewi belum siap untuk itu. Karena memang pertama kalinya ia merasakan langsung peju pria berada di dalam mulutnya

"Aduh kenapa dilepeh Ustadzah.. Kan jadi mubadzir peju saya..", kata Pak Sul kecewa

"Afwan Pak.. Saya kaget... Saya belum pernah menelan sperma sebelumnya.."

"Hehe yasudah saya maafkan, tapi ustadzah saya hukum..", Kata Pak Sul

"Hu.. Hukum apa pak?", Kata Dewi kebingungan

"Angkat gamismu Ust..", perintah Pak Sul

"I.. Iya pak...", kata Dewi sambil mengangkat rok gamisnya.

Rupanya Dewi tidak mengenakan celamis hari ini sehingga kedua kakinya yang mulus langsung terlihat ketika rok gamisnya ia singkap hingga celana dalamnya kelihatan

"Sebentar saya ambil spidol dulu", Kata Pak Sul bergegas berjalan menuju tasnya untuk mengambil spidol

Lalu Pak Sul menuliskan sesuatu di celana dalam Dewi. Sebuah tulisan yang sangat tidak pantas dan jauh dari statusnya yang merupakan seorang ustadzah yang menjadi panutan di kampungnya

"Sex gratis sex gratis sex gratis", tulis Pak Sul pada celana dalam Dewi kemudian Pak Sul tak lupa menambahkan gambar dua kontol di kain segitiga milik Dewi itu

"A.. Apa maksudnya ini pak?", tanya Dewi bingung

"Sex gratis.. Hehe.. Jadi mulai sekarang Ustadzah Dewi jadi pacar sekaligus perek saya. Heheh... Ini hukuman buat Ustadzah karena sudah buang-buang peju saya"

"Perek?", tanya Dewi semakin bingung

"Pelacur.. Pelacur gratisan.. Mulai sekarang Ustadzah adalah pelacur gratisan, bisa dipake sesukanya karena Ustadzah butuh kontol setiap harinya. Ingat Itu!", Kata Pak Sul mencoba mensugesti Dewi kembali

"Ta..tapi Pak?"

"Sudahlah, Ustadzah tidak usah protes. Sekali saya bilang ustadzah adalah perek, berarti ustadzah memang perek. Perek yang suka kontol", kata Pak Sul

Akal sehat Dewi ingin protes. Bukan itu yang Dewi inginkan. Dewi hanya memikirkan kontol Pak Sul saat ini. Bukan menjadi seorang perek sesuai perintah Pak Sul. Tetapi alam bawah sadar Dewi bergejolak. Dewi tiba-tiba semakin merasa tertantang setelah diminta menjadi perek gratisan oleh Pak Sul. Apa jadinya seorang Ustadzah menjadi seorang perek gratisan. Membayangkan hal itu, tempik Dewi langsung banjir. Terlihat jelas lendirnya menempel pada celana dalamnya hingga membentuk sebuah garis

"Tuh lihat, tempikmu tertantang jadi tempik perek. Langsung banjir tuh. Hahaha.. Sekarang lepas seluruh pakaianmu, sisakan kerudung dan cadarmu saja. Ngaceng lagi gw mau pakek ustadzah perek", ejek Pak Sul

"I.. iya Pak..", jawab Dewi menuruti perintah Pak Sul

"Lepasnya sambil goyang. Goda saya biar Ustadzah semakin pantas jadi perek.. Hahahah..", Kata Pak Sul sambil kembali mengocok kontolnya yang mulai mengeras kembali setelah menjadikan Dewi perek gratisan

Pinggul Dewi mulai bergoyang perlahan. Wajahnya tersipu malu dibalik cadarnya. Pertama kalinya Dewi akan membuka aurat inti tubuhnya dihadapan pria selain suaminya sendiri. Sambil terus bergoyang, Dewi mulai menurunkan resleting gamisnya yang terletak di depan. Setelah itu, Dewi mulai meloloskan gamis yang dipakainya dari kedua tangannya sehingga gamis itu langsung terjatuh dilantai. Kini di tubuh Dewi hanya menyisakan bra dan celana dalam yang sudah dicoret-coret Pak Sul

"Berapa harga kalau mau pakek tubuh sexy ustadzah perek?", tanya Pak Sul tiba-tiba membuat Dewi kebingungan

"...", Dewi tak mampu menjawab menahan malu

"Berapa?", tanya Pak Sul

"Gratis Pak..", jawab Dewi sambil mulai bergoyang kembali

"Heheh.. Saya mau deh pakek tubuhnya. Ayo lepas semua bajunya layani saya..", kata Pak Sul menggoda Dewi

"Iya Pak..", jawab Dewi lalu ia mulai melepas pengait branya

Mata Pak Sul langsung melotot menahan konak saat melihat toket Dewi yang besar dengan putingnya mungil. Jakun Pak Sul naik turun, bstang kontolnya sampai mengangguk tidak sabar menggarap tubuh indah sang ustadzah. Dipandangi liar seperti itu, Dewi malu-malu menutupi kedua gunung kembarnya dihadapan kuli bangunan itu

"Jangan ditutupi.. Sexy sekali Ustadzah.. Ayo perlihatkan keindahan tubuhmu sayang. Saya mau liat.. Punya body bagus malah ditutupi.. begok", Kata Pak Sul berjalan mendekati Dewi sambil tersenyum cabul

Pak Sul langsung menyingkap cadar Dewi hingga bagian bibirnya terbuka. Pak Sul langsung melumat bibir menggiurkan Dewi yang selalu Dewi tutup dengan kain cadar itu. Mereka berciuman panas, lidah mereka saling beradu, saling melumat satu sama lain. Dewi pun sudah semakin terpengaruh oleh tiap perkataan Pak Sul, karena setiap perkataan Pak Sul sudah menjadi kewajiban baginya. Dewi membalas ciuman Pak Sul dengan liar pula. Lidah mereka terus saling menjilat hingga membentuk benang liur diantara keduanya. Sambil terus berciuman, tangan Pak Sul mulai memainkan toket Dewi yang sudah bergelantungan bebas. Tangan kasarnya langsung meremas-remas toket besar itu penuh nafsu. Dewi pun mendesah kesetanan, gesture tubuhnya begitu menikmati apa yang dilakukan oleh Pak Sul. Pentil susu Dewi lalu dipuntir-puntir oleh Pak Sul sehingga membuat Dewi menggeliat.

Dewi pun membalas dengan mengocok kontol Pak Sul dengan tangannya. Seketika kontol itu semakin mengeras dan menegang. Nafas mereka saling menderu, tubuh mereka saling berhimpitan saling menyentuh dan meraba. Padahal Dewi sadar, Pak Sul bukanlah Mahrom yang bisa ia sentuh sesukanya. Tetapi Dewi tak peduli, karena Dewi sudah setuju menjadi pereknya Pak Sul

"Kita pacaran mulai sekarang.. Tubuhmu milik saya..", Kata Pak Sul sambil terus meraba seluruh bagian kulit Dewi yang terbuka

"Iya Pak.. Saya pacar bapak.. Ssshhh..", jawab Dewi sambil menikmati rabaan tangan kasar Pak Sul

"Pacar perek.. Lepas sempakmu. Saya sudah gak sabar mau pejuhin tempikmu yang becek..", Kata Pak Sul sambil terus menciumi bibir Dewi dan tangannya mulai menyusup ke dalam sempak Dewi

"Aaaaahhh.. Pak... Geli.. Sshhh.."

" Becek bener tempikmu.. Butuh kontol saya ya kamu? Kamu perek kan?"

"Iya Pak Saya Perek... Masukin kontol bapak sekarang. Ana sudah ngga kuat dari kemarin nunggu kontol Pak Sul..", kata Dewi begitu cabul sambil buru-buru menarik lepas celana dalamnya

"Oke, saya turuti permintaanmu. Saya tau suamimu pasti tidak bisa memuaskan tempikmu yang kayak tempik perek ini..", Kata Pak Sul semakin mempercepat mengocok tempik Dewi dari balik celana dalam akhwat bercadar itu

Dewi sudah tidak tahan lagi. Tempiknya sudah benar-benar gatal menyiksa. Dia lepaskan celana dalamnya sendiri dihadapan pria bukan mahromnya itu dan membiarkan kuli bangunan itu terus mencabuli area kelaminnya. Jemari kasar Pak Sul terus merangsang itil sang ustadzah bercadar. Mata Dewi terpejam erat menikmati tempiknya yang terus diobok-obok tanpa ampun oleh Pak Sul. Tubuh Dewi menegang dan menggelinjang seperti tersengat listrik ribuan Volt

"Ooohhh... Ssshhhh.. Pak Sulll... Saya pingin kencingg.."

"Awas aja kalau kamu kencing disini. Heheheh..", Kata Pak Sul terkekeh, sama sekali tidak ada niatan berhenti mengobok kelamin Dewi

Dewi berusaha mati-matian menahan perasaan ingin kencingnya. Kakinya bergetar dan ia rapatkan kuat-kuat agar air dari dalam vaginanya tidak keluar, tetapi dasar Pak Sul, ia buka kembali kaki Dewi dan terus melanjutkan menyiksa tempik Dewi

Setelah puas mengobok-obok kelamin Dewi, Pak Sul langsung mendorong tubuh telanjang Dewi hingga jatuh terlentang di tikar tempat biasa dirinya tidur. Wajah Pak Sul tersenyum penuh kemenangan. Pada akhirnya ustadzah bercadar yang selalu memakai pakaian lebar menutup auratnya itu berhasil ia telanjangi dan setuju menjadi perek yang siap mematuhi perintahnya.

Kedua kaki Dewi sudah mengangkang pasrah menunggu disetubuhi kuli bangunan itu. Matanya sayu memandangi tubuh telanjang Pak Sul. Dibalik cadarnya, terdengar suara ngos-ngosan Dewi yang lirih dan manja. Tubuh Pak Sul merangkak menindih tubuh telanjang Dewi. Pak Sul mulai menciumi tubuh atas Dewi. Cadar Dewi kembali disingkap dan bibir Pak Sul langsung melumat bibir Dewi kembali. Kemudian ciuman Pak Sul turun ke leher Dewi yang sudah tersingkap kerudungnya sebagian. Dewi terus mendesah keenakan saat bibir kasar Pak Sul mulai menciumi area lehernya, sesekali ia jilati leher Dewi yang terlihat lezat bagi kuli bangunan itu. Hingga Pak Sul akhirnya mulai menggigit leher Dewi di beberapa bagian hingga menyisakan bekas memerah pada kulit mulus leher Dewi

"Aahh.. Sakit Pak jangan digigit.."

"Heheheh.. Kapan lagi saya bisa nyupang leher ustadzah..", Kata Pak Sul mulai menggigiti area dada Dewi

Dewi terus menggelinjang hebat. Tubuhnya sesekali tersentak kuat saat gigi Pak Sul mulai menggigiti area dadanya. Pelan tapi pasti dada Dewi mulai membekas kemerahan, semakin lama semakin banyak luka memerah bekas gigitan itu. Dewi terpejam pasrah membiarkan Pak Sul terus menyupang tubuhnya hingga terus turun menuju buah dada Dewi.

"Aahh.. Sakit Pak Sul..."

Pak Sul semakin kesetanan mendengar desahan lembut Dewi. Kuli bangunan itu terus menggigiti payudara Dewi yang bulat kenyal. Dewi meringis berkali-kali, namun Pak Sul seolah tak peduli. Toket Dewi sudah penuh luka merah bekas gigitan Pak Sul. Pak Sul tersenyum puas memandangi kondisi sang Ustadzah ysng meringis kesakitan menahan rasa perih dan hangat pada dadanya. Pak Sul kembali mencium sejenak bibir Dewi yang menggoda, sebelum kepalanya kembali turun mendekati payudara Dewi. Lidah Pak Sul langsung mendarat di pentil susu Dewi, tubuh Dewi tersentak saat lidah Pak Sul menowel-nowel ujung pentil susunya. Dewi semakin mendesah dan tubuhnya menggelinjang tak beraturan. Perlahan Pak Sul mulai menjilati pentil susu mungil Dewi sambil digigitnya pelan-pelan. Mata Dewi terpejam membiarkan tubuhnya sudah menjadi milik Pak Sul. Pak Sul dengan beringas mulai netek pada pentil susu Dewi yang mungil itu. Dewi sampai mendongak keatas saking nikmatnya Pak Sul memainkan pentil susunya

"Oooooohhh.. Pak.. Aaahhh..", desah Dewi

Pak Sul semakin semangat mengulum pentil susu Dewi yang sudah mengacung tegak menggiurkan. Dewi bahkan memeluk tubuh pria yang menindihnya itu begitu mesra. Pak Sul lalu bersiap menusukkan kontolnya ke tempik basah Dewi. Perlahan batang kontol Pak Sul mulai membelah kelamin Dewi. Tubuh Dewi semakin menegang kuat menahan kontol besar itu bersarang di tempiknys yang masih sempit

"Pak.. Aahhh.. Sakitt.. Ssshhh.. Aaahhhhh..", Desah kencang Dewi saat Pak Sul terus mendorong masuk kontolnya ke lubang sempit Dewi

"Oohh.. Nikmat bener tempikmu pacarku.. Aahh.. Perek.. Sempit bener tempikmu.. Harus sering2 dikontoli ini biar terbiasa Ust.. Aahh", Desah Pak Sul sambil terus mendorong kontolnya semakin masuk ke dalam tempik Dewi

*Blessss*

Akhirnya kontol besar Pak Sul sudah bersarang seutuhnya pada kelamin Dewi. Tempik Dewi kedutan karena otot-otot kelaminnya sedang menyesuaikan diameter kontol Pak Sul yang besar dan panjang. Pak Sul kemudian mulai menggenjot tubuh Dewi.

Gesekan yang terasa nikmat menggaruk tempik Dewi yang gatal. Setelah sekian lama Dewi mencari "sesuatu" yang bisa memberikan kenikmatan pada kelaminnya. Bahkan kontol suaminya sendiri tidak bisa memberikan kenikmatan yang selama ini ingin ia cari dan ia rasakan. Sensasi kenikmatan sex yang sudah lama ia begitu penasaran bagaimans rasanya, akhirnya bisa didapatkan Dewi melalui kontol seorang kuli bangunan

"Ohh.. Aahh.. Ahh.. Aahh.. Aahh..", desah Dewi begitu liar, Dewi sudah melupaka rasa malunya

"Hehehe.. Ustadzah suka kontol saya ya? Kenceng bener desahnya. Nanti kedengaran temen-temen kuli saya di sebelah lho.."

"Iyaahh Aahhh Aaahh.. Kontol Pak Sul.. Ana sukaaa.. Oouuhhh..", rancau Dewi saat kontol Pak Sul mulai membombardir tempiknya

*jleb jleb jleb jleb*

"Suka mana kontol saya atau kontol suamimu Ust? Heheheh.."

"Ana suka kontol Pak Suuul.. Aahhh nikmat Pak.. Terussss.. Tempik ana gataall.. Garuk terus pakkkk...", desah Dewi dengan nakal

"Kalau begitu saya mau bagi tugas saja dengan suamimu Ust.. Suamimu tugasnya ngasih nafkah lahir, saya tugasnya ngasih ustadzah nafkah batin.. Setuju? Hehehe..", kata Pak Sul kembali mencoba menhipnotis alam bawah sadar Dewi

"I..Iyaaahhh Pak setujuuu.. Pakk.. Ouuhh nikmat pak.. Terus.. Aaahh", Kata Dewi

"Ingat, suamimu sudah tidak berhak mendapatkan nafkah batin darimu Ust.. Karena nafkah batin dari kamu itu hak saya.. Kamu sudah haram melayani suamimu sendiri.. Heheh..", Kata Pak Sul semakin semangat menggenjot tempik Dewi

"I.. yaaahh.. Aaahh.. Pak Suul.."

Ustadzah itu terus berkonsentrasi merasakan kenikmatan pada tiap sodokan kontol Pak Sul. Dewi sudah tidak peduli pada martabatnya sebagai seorang istri dan ustadzah. Dewi benar2 menikmati perselingkuhan kali ini. Tubuhnya benar-benar ikhlas melayani Pak Sul

Terlihat jelas kontol Pak Sul dan Tempik Dewi saling beradu. Kontol besar panjang itu terus menghujami tempik Dewi yang sudah becek. Sodokan Pak Sul semakin kencang dan perkasa memberikan kenikmatan surga pada tubuh Dewi. Kedua insan yang sedang berzina itu begitu menikmati satu sama lain. Kelamin mereka saling bertemu, bibir mereka saling mencumbu, tangan mereka saling meraba, Keringat mereka saling menyatu.

"Pak.. Saya.. keluarrr..", kata Dewi sambil tubuhnya mengejang-ejang

"Keluarkan bareng saja Ust.. Aaarrggggh..", kontol Pak Sul mulai kedutan

"Aaahhh.. Pak Suul..", tempik Dewi pun merasakan hal yang sama

Kedua insan manusia yang sedang berzina itu mengerang bersamaan. Kedua kelaminnya oun bersamaan mengelusrkan cairan.

*crootttt crott croottt srettt srettt sreett*

Pak Sul menumpahkan seluruh pejunya ke rahim Dewi. Cairan putih, lengket, kental dan berbau itu menyemprot sempurna di bagian terdalam dari rahim sang ustadzah. Dewi sempat terkejut saat Pak Sul menyemburkan peju begitu banyak. Dewi sempat ingin melepaskan kelaminnya dari kontol Pak Sul saat itu, namun sayangnya terlambat. Kontol Pak Sul sudah menyemburkan pejunya. Peju yang sangat banyak yang belum pernah ia terima sebelum-sebelumnya. Jumlahnya Sangat jauh jika dibandingkan milik suaminya yang hanya berupa tetesan kecil dan tidak kental seperti peju Pak Sul. Nafas Dewi tersengal-sengal, tubuh telanjang Dewi terlentang lemas kehabisan tenaga karena ini pertama kalinya ia bersetubuh dengan begitu panas. Setelah puas, Pak Sul mencabut batang kontolnya dari lubang kelamin Dewi. Dewi meraba lubang kelaminnya sendiri, didapatinya cairan peju Pak Sul meluber keluar dari dalam lubang kelaminnya sendiri

Pak Sul lalu berdiri dihadapan Dewi sambil menyeringai mesum. Tak disangkanya sang ustadzah alim sudah dengan ikhlas melayaninya dengan baik. Dewi terlihat masih kelelahan. Tetapi Pak Sul tak peduli dengan kondisi Dewi. Ditariknya tubuh Dewi yang masih terkulai lemas agar berjongkok dihadapannya

"Pacar perek, tanggung jawab! Ayo bersihkan sisa peju saya. Gara2 kamu saya jadi crot. Ayo bersihin!", kata Pak Sul sambil tersenyum penuh kemenangan

"I.. Iya pak..", kata Dewi

Lalu Dewi menggenggam kontol Pak Sul. Dewi sempat dibuat kagum oleh kontol pak Sul. Walau sudah keluar, kontol itu masih panjang meskipun tidak sekeras sebelumnya. Berbeda dengan kontol suami Dewi yang hanya terlihat kepalanya saja kalau sudah keluar. Batangnya hilang entah kemana.

Dewi lalu mulai menjilati sisa sperma Pak Sul. Dewi kembali merasakan citarasa cairan produksi kontol Pak Sul itu. Awalnya ia begitu jijik saat cairan lengket itu menyentuh lidahnya. Terasa begitu kental dan texturenya begitu serik, karena milyaran sel sperma ada pada cairan peju itu. Dewi menjilatinya tidak buru-buru karena ia harus membiasakan diri lidahnya menerima rasa unik itu. Dewi jilat kepala kontol Pak Sul dan terus turun ke arah batang kontolnya yang berotot. Dewi menyisiri sedikit demi sedikit kontol Pak Sul dengan telaten dan teliti, memastikan tidak ada lagi sisa peju pada kelamin si kuli bangunan

Pak Sul tersenyum puas memandangi sang ustadzah yang kesulitan membersihkan sisa peju pada kontolnya karena Dewi harus menyingkap beberapa kali cadarnya yang jatuh. Pandangan Pak Sul tertuju ke arah tempik Dewi yang sedang berjongkok, jelas sekali terlihat sisa spermanya yang menetes-netes jatuh dari dalam kelamin sang akhwat bercadar. Pak Sul sudah tak peduli lagi ustadzah di hadapannya bisa hamil karena perbuatannya. Jika memang Dewi hamil, dia berharap gadis itu diceraikan oleh suaminya sehingga ia bisa menjadikan Dewi sebagai seorang istri untuk melayani kebutuhan biologisnya tanpa rasa was-was. Siapa yang tidak senang dan bangga jika punya istri secantik Dewi. Jika suaminya tidak menceraikan Dewi, tidak masalah. Karena Dewi sudah menjadi pereknya yang siap melayani kapan pun saat dibutuhkan. Pak Sul semakin bersemangat untuk merusak akhwat itu semaksimal mungkin sesuai ikrar janjinya kepada iblis yang sudah memberikannya kekuatan. Menjadikan seorang akhwat alim menjadi pelacur gratisan.

***bersambung***
ceritanya makin intens dewi yg dah nggak malu lagi ngelakuin perkara haram adeknya yg dah mulai kebinalan tinggal.menunggu waktu mereka berdua jadi anak buah birahi buat mulustrasi bagus sih pak suka saya ditambah kisah cintanya pak sul sama dewi yh nggak biasa kalo menurut saya pak sul ngebolehin dewi buat ngentot sama endrix namun buat hati dan cinta tetep buat pak sul plus ngajarin ngentot sama orang lain wkwk
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Hhu tambahin tokoh artis2 ustadzah jg dong kya oki.sindy.ricis.zaskia mca.umi piipik adiba wkwkwk
ini sih ane demen dijadiin tokoh sekedar lewat doang kayanya tetep seru hu
 
Wahh gila keren banget updatenya makin seru pokoknya
Terima kasih suhu, semoga bisa semakin seru
Mantap hu update nya
Makasih suhu
Minta eksibisionis di tambahin hu
Siap, eksibin cadar adalah tantangan buat ane
Baca Ceritanya bikin ngaceng...
Langsung pakein Bini Jilbab Lebar & Cadar, terus exe kasar
Mantab hu, bininya pasti smpe kewalahan di exe kasar. Haha
dua saingan ini sama sama pemain kelas berat wkwkwk
Siapa aja hu?
 
Mantap update nya
Thx suhuu
Update gila2an nih panjang wkwk
Padahal mau ane panjangin lagu rencana scene ada apa dengan dewi ane bikin 2 part aja tetapi kayaknya perlu nambah part lagi suhu
makasih update luarbiasanya hu ane simpen buat nanti malam sambil nunggu aot wkwk
Anjay udah smpai mana AoT? Eren gmn kabar? Wkwkw
Mantaabb suhu.. terimakasih sudah merealisasikan request sayaaa huuu
Sama2 suhu.. selama requestnya masok ya ane pake
sepertinya kemampuan pak sul lebih kuat nih dibandingkan endrix
Hmmm liat nanti setelah endrix sudah upgrade skill
mantap..karakter baru yg hot
Mungkin challenger baru
Kan Dewi karakter lama hu sejak scene 1 sudah ada
Terima kasih suhu, part ter-epic. Well Done!!..
Terima kasih suhu. Semoga istiqomah dan ngga ngebosenin selanjutnya
Lanjut suhu sampek hamil
Waw bentar suhuuu masih belum
Keren editan sampul chapternya. Gemes lihat tingkah Ustadzah Dewi yang malu tapi mau, kayak lagu Gita Gutawa.
Terima kasih suhu, edit asal2an kok. Wkwkw.. gita gutawa yg mana? Hsha
Mantapppp joss suhu
Makasih suhu
Lanjut sayyy
Pastinya tapi ntaran rehat bentar
Keren parah sih suhu. 🙏🔥
Penasaran apakah dewi akan hamil
Thx suhuuu.. tergantung Dewinya bisa dihamilin ngga hehe
Kocokin pake jilbab dong hu pas keadaan urgen
Urgent seperti gmn hu?
ceritanya makin intens dewi yg dah nggak malu lagi ngelakuin perkara haram adeknya yg dah mulai kebinalan tinggal.menunggu waktu mereka berdua jadi anak buah birahi buat mulustrasi bagus sih pak suka saya ditambah kisah cintanya pak sul sama dewi yh nggak biasa kalo menurut saya pak sul ngebolehin dewi buat ngentot sama endrix namun buat hati dan cinta tetep buat pak sul plus ngajarin ngentot sama orang lain wkwk
Siap suhu makasih sudah setia baca hehe
Hhu tambahin tokoh artis2 ustadzah jg dong kya oki.sindy.ricis.zaskia mca.umi piipik adiba wkwkwk
Hmm belum hu, gawat klo bawa2 mereka
Mantuul sekalieeeh lanjuttt lanjut lanjuut
Siap suhuu
Waduuhh gila bener, bisa minta mentahan gambarnya ga hu? manteb tuh
Mentahan ga ada hu adanya final artwork aja
Makasih updatenya hu,, ada mulustrasinya tambah ok itu. Hehe
Terima kasih suhu
Gas terus suhu.terbaik
Makasih huu
ini sih ane demen dijadiin tokoh sekedar lewat doang kayanya tetep seru hu
Belom kayaknya kalau bawa2 artis
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd