Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MENGEJAR SHINKANSEN [by Arczre + Nona Violet] [TAMAT]

Hikz hikz.kenapa jadi nangis sih gue baca abdate yg ini.biasanya cm jd sr ahirnya turun jiga dr plavon buat komen..cuma mau minta jgan lama lama up dateanya suhu arc.. kentang nya guuuuosooong ni
 
kalo marahan beda negara gimana caranya baikan yah
mw nyamperin g punya ongkos :bata:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Hikz hikz.kenapa jadi nangis sih gue baca abdate yg ini.biasanya cm jd sr ahirnya turun jiga dr plavon buat komen..cuma mau minta jgan lama lama up dateanya suhu arc.. kentang nya guuuuosooong ni

nah loh, ada yang lebih "tua" dari gue nih ampe turun gunung. :pandaketawa:
ditunggu pertanggung jawaban sam arci secepatnya update fahmi di jepang :banzai:
 
kapan update? :kangen: keiko-chan.

kalau salah paham beda negara urusannya gimana itu? kejar ke jepang fahmi, tanggung jawab udah bikin keiko patah hati :galak:
 
kapan update? :kangen: keiko-chan.

kalau salah paham beda negara urusannya gimana itu? kejar ke jepang fahmi, tanggung jawab udah bikin keiko patah hati :galak:

:takut:
ganMol galak bnget low k fahmi, tapi low k keiko mesra amirrr...:p

#bikin surprise lgi apdetnya ganArc, kayak, yg d bikin Puput kmren...:semangat:
 
:takut:
ganMol galak bnget low k fahmi, tapi low k keiko mesra amirrr...:p

#bikin surprise lgi apdetnya ganArc, kayak, yg d bikin Puput kmren...:semangat:

hahaha, maklumin yah ganJ kebawa perasaan pas baca last update meskipun telat baca gara gara jarang online, keiko-chan jauh jauh mengejar cinta sampai indonesia eh malah dikasih lihat kayak gitu meski bukan 100% kesalahan fahmi yang bikin kei-chan salah faham tapi tetap fahmi ikut ambil bagian bikin keiko patah hati, keiko-chan :sayang:
 
nah loh, ada yang lebih "tua" dari gue nih ampe turun gunung. :pandaketawa:
ditunggu pertanggung jawaban sam arci secepatnya update fahmi di jepang :banzai:

Ahhhh agan satu ini. Pke sebut usia..jd tmbh malu gan usia dah blangkotan tp ga pernh bikin tread.soalnya lbih nyamn jd sr. Dan turun dr punck semedi kalo nemu tread yg memang Istimewa kyk punya suhu arcz ini.hehe

Sori bgt suhu arcz, malah kbanyakan oot d trit fenomenal nya, yg penting cepet up date ya..d tgu senin yg cetar membahana..ohh ya satu lg dpt salam dr bini gua.ktanya dia daftar jd pengemar karya karyanya.
 
tersisa 3jam 20 menit wib sebelum ganti hari.. :D
#masih menunggu
#nyeduh kopi..
keiko, masih ada popukoon nya?
aku mulai lapar kau tau! >.<
 
THIS IS GOOD BYE?


“Keiko-chan??!”

“Hikss... Fahmi-kun....,” isaknya.

Ini sesuatu yang tidak mungkin dan tidak boleh terjadi seharusnya. Aku sekarang mengejar Keiko-chan. Aku kejar dia. Seharusnya ini tidak boleh terjadi. Keiko-chan, aku lihat dia menangis. Aku tak ingin dia menangis. Aku kejar dia. Tidak hanya aku, teman-temannya juga mengejarnya. Dan setelah sampai di luar pabrik aku tak melihat Keiko lagi.

Aku pun lesu. Bingung, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku melihat ada taksi lewat. Segera aku hentikan. Saat itulah temannya Keiko-chan ikut naik taksi bersamaku.

“Kamu kekasihnya Keiko-chan? Aku ikut. Aku khawatir dengannya,” katanya.

“Baiklah,” kataku.

Kami berdua kemudian masuk ke taksi.

“Kamu, Fahmi-kun kan? Aku Kanon,” kata Kanon-chan. “Apa yang sebenarnya terjadi?”

Aku menundukkan wajahku. Di dalam taksi Kanon melihatku dan menunggu ceritaku. Ah, baiklah. Aku ceritakan semuanya.

“Yang terjadi sebenarnya tidak seperti yang kalian kira. Aku tak tahu apakah Keiko-chan mau mendengarkanku ataukah tidak. Aku ingin kamu ceritakan apa yang sedang terjadi kepadanya kalau aku tak bisa bicara kepadanya nanti. Kamu mau?”

Kanon-chan mengangguk. “Aku akan mendengarkannya, ceritakanlah!”

Aku pun mulai bercerita tentang Vindy dan segalanya ini terjadi. Awal ketika aku berhubungan dengan Keiko-chan hingga peristiwa hari ini.


mengejar shinkansen


Vindy makin hari makin menerorku. Aku serba salah, atau memang aku bodoh. Lebih tepatnya memang aku bodoh. Keiko-chan sebentar lagi akan tiba di Indonesia. Aku penasaran, aku excited, aku argh... sebut saja sesuka kalian. Aku sendiri sedang galau bagaimana caranya agar bisa lepas dari seorang wanita bernama Vindy. Aku mengirim pesan kepada Keiko. "Kapan datang?", "Jadi ke Indonesia?", "Perlu dijemput?" Arrghh... aku bingung. Dan sekarang waktuku mulai habis untuk meladeni Vindy. Hampir tiap waktu dia mengirim pesan, hampir tiap waktu-waktu yang tidak tepat ia telepon. Ketika kuliah, ketika aku sedang mengerjakan tugas dan lain-lain. Sungguh, andai program yang ada di perusahaan itu bukan buatan ayahku dan aku, pasti aku akan pergi dari dia.

Namun bukan Fahmi namanya kalau aku tidak punya alternatif lain untuk ini. Selama seminggu penuh aku merencanakan sesuatu yang mungkin bisa membantuku untuk bebas dari Vindy dan juga aku bisa menyelamatkan pekerjaanku. Tapi, sekali lagi aku butuh suatu cara agar Vindy tidak curiga. Jadi, aku tetap bersikap manis di depannya, berusaha menjadi "pacarnya" tapi sebenarnya hanya pacar imitasi.

Aku mengumpulkan literatur dari perpustakaan, aku juga mencari-cari di internet tentang cara mengunci program dan cara untuk membuat virus. Tak ada cara lain. Mungkin memang aku harus berkorban untuk hal ini. Bisa jadi perusahaan ini akan menuntutku kelak karena aku telah memberikan program yang membuat mereka rugi, tapi ini semua ada alasannya. Dan alasanku bisa dibenarkan. Mungkin.

Ayah merasa aneh dengan sikapku akhir-akhir ini yang cenderung lebih banyak diam daripada bicara. Memang beliau tidak bertanya, tapi dengan melihat sikapku saja beliau sudah pasti mengetahuinya. Aku memang tak banyak bicara mengenai diriku sendiri, terlebih untuk curhat kepada kedua orang tuaku. Tapi, aku pasti akan bercerita kepada mereka kalau ada permasalahan. Hanya saja, permasalahan yang ini cukup pelik.

Menyadari betapa besar dan rumitnya permasalahan ini, maka aku pun nekat. Aku kemudian mencari-cari di internet perusahaan-perusahaan yang memperbolehkanku untuk kerja praktek di tempat mereka. Susah. Sudah pasti. Tapi aku tak menyerah. Aku hanya punya satu tujuan, yaitu aku tak ingin menyakiti Keiko. Bagiku Vindy itu ibarat seperti tokoh antagonis. Aku tak tahu bagaimana ia tiba-tiba sudah berada di dalam kehidupanku dan mengobrak-abrik semuanya. Argh, rasanya ingin sekali aku bilang, "Aku tak bisa"

Dua hari ini aku tidak tidur. Sibuk mengutak-atik programku. Tujuanku adalah menanamkan virus dan sepertinya berhasil. Dengan kantung mata yang sangat terlihat aku keluar dari kamarku menuju ke ruang tamu, kemudian ambruk di sofa. Hari sudah sore, ah tidak sudah malam hari ternyata.

BRUK!

Dua hari yang melelahkan....

Aku mengambil ponsel. Ada pesan masuk di akun LINE, dari Keiko. EEEHHH??? DIA SUDAH DATANGG??? Aku langsung bangkit. Kebingungan, aku pergi ke luar rumah, lalu masuk lagi. Kemudian terakhir aku thawaf di meja di ruang tamu. Perasaanku saat itu langsung sangat senang. Excited. Happy. Ah, entahlah apa namanya.

Beneran ini Keiko sudah datang di Indonesia. Aku segera menghubungi Andika. Dia harus tahu dong.

"Halo?!" sapa Andika di teleponya.

"Dik!? Keiko datang!" seruku.

"Keiko? Pacar impianmu itu?" tanyanya dengan suara datar.

"Iya, beneran dia ke Malang."

"Bohong ah, mana mungkin cewek secakep dia bakal datang ke Malang hanya buat bertemu dengan seorang Fahmi??"

"Dia ikut pertukaran pelajar broh! Dia ada di Malang sekarang!"

"No way!"

"Beneran!"

"Sebentar, trus acara cosplay ntar...??"

"Ya kita bakalan ikutan bareng dong! Aku bakal ajak dia nanti!"

"Baiklah, sampai acara nanti kalau begitu," kata Andika menyudahi percakapannya.

Aku segera mandi. Ajaib. Rasa kantukku hilang seketika walaupun tanpa kopi. Keiko pasti tinggal di salah satu Guest House yang disediakan oleh panitia pertukaran pelajar. Aku tahu tempatnya karena aku sering juga melihat para mahasiswa luar negeri itu keluar masuk tempat itu. Guest House yang ada di Malang ini cukup banyak. Harganya juga bervariatif. Pada reuni keluarga dulu aku juga pernah merasakan tinggal di guest house, tepatnya di daerah Songgoriti yang cukup dingin di malam hari. Di sini ada puluhan guest house, fasilitasnya tentu saja mewah. Tapi untuk mahasiswa luar negeri jangan samakan dengan yang ada di sana. Beda jauh.

Selama mandi dan bersih-bersih diri aku memeriksa ponselku. Ada pesan dari Vindy.

From VINDY said:
Kamu kemana saja dua hari ini?

To VINDY said:
Sibuk di kampus.

From VINDY said:
Awas lho ya, kalau kamu sampai macam-macam denganku?

To VINDY said:
Iya, bawel.

from VINDY said:

Gila, perempuan gatel ini makin menjadi. Semoga rencanaku berhasil. Aku mengambil jaketku, memakai parfum wangi, kupasang kacamataku. Di dalam kamar aku melihat semua koleksiku. Koleksi action figure-ku. Mungkin kalau ditotal ini semua bisa sampai puluhan juta. Aku tak pernah mengerti dari mana awalnya aku bisa menyukai hal-hal seperti ini. Ah, iya. Aku ingat ayahku dulu yang mengenalkannya. Beliau memperlihatkanku bagaimana perkasanya Kamen Rider. Beliau juga memperlihatkanku bagaimana dunia fantasy yang aku lihat di dalam setiap serial anime.

Aku menyukai dunia ini. Aku menjadi seorang otaku. Atau mungkin seorang weibo. Kalau saja semua action figure ini bisa bicara, mungkin sekarang ini mereka bersorak-sorak, atau bahkan menggodaku.

"Fahmi-kun, akan bertemu Keiko-chan!"

"Fahmi-kun, ganbate!"

"Fahmi-kun, Faito!"

Kuliah action figure Kira Yamato, pilot Gundam Seed. Sebuah action figure yang cukup langka. Di sebelahnya ada Gundam Freedom. Harganya aku beli dengan nabung sekitar lima juta rupiah. Ngeri memang dan ini adalah action figure yang paling aku sayangi.

"Kalian semua do'akan aku ya?!" kataku kepada seluruh koleksiku. Dasar aku seperti orang gila, pikirku.

Aku pun keluar dari kamar. Turun ke garasi. Mbak Nurul baru saja masuk.

"Lho, mau kemana?" tanyanya.

"Menemui Keiko," jawabku.

"Suer? Yang bener?? Dia ada di Malang?" tanyanya nggak percaya.

"Beneran koq. Ini mau ketemu," jawabku.

"Ckckck.... necis bener, ya udah deh. Selamat yah!" Mbak Nurul tersenyum. Entah mengapa aku baru kali ini melihatnya bisa tersenyum seperti itu. "Sekarang kamu udah bukan Fahmi Reject lagi. Temuin dong ke mbak, biar aku bisa ngobrol ama dia langsung."

"Yahhh.... nggak tahu ya, dia kan ikut program pertukaran pelajar, pastinya bakal ribet dengan jadwal dan sebagainya nanti," kataku.

"Lho, iya ta?"

"Beneran."

"Yahhh."

"Nanti deh aku usahakan. Tapi nggak janji."

"Hati-hati!"

Aku bergegas ke garasi, kuambil sepedaku dan kemudian aku kayuh. Tujuanku adalah pergi ke tempat di mana Keiko-chan berada. Untuk memastikannya aku pun mencari kontak salah satu panitia. Ehmm.... siapa ya namanya? Aku kemudian bertanya ke bagian Senat Mahasiswa. Kebetulan aku kenal dengan pengurusnya. Sebut saja namanya Bayu.

"Halo? Bayu?" sapaku.

"Ya, siapa ini ya?" tanyanya.

"Ini aku Fahmi," jawabku.

"Ohhh.... si Kamen Rider kesasar itu?" gelaknya sambil ketawa.

"Ah, kampret dasar JONES. Serius nih. Kamu tauh nggak tempat mahasiswa luar negeri tinggal sementara?"

"Lho lho lho lho, sebentar. Ada urusan apa? Wah ayahab anak ini. Mau ngintip mereka yah? Aku juga demen koq broh, cakep-cakep mereka."

"Woi, nggaklah cuy. Ngintip? Eh, di sono ada cewekku!"

"Kamu punya cewek? Ngipi!"

"Halah, kutemuin deh kamu di mana? Anterin aku ke tempat mereka!"

"Lah, nggak usah bingung cari mereka tinggal di mana. Masih deket kampus koq. Gerbang sebelah timur, di sana ada guest house. Aku masih di sini juga ngobrol ama panitianya."

"Wogh, Oke. Aku ke sana."

Telepon langsung aku tutup.

Perjalanannya cukup melelahkan pastinya, barangkali karena sekarang aku belum istirahat. Kakiku sempat pegal, aku turun dari sepeda dan memijiti kakiku untuk beberapa saat. Demi Keiko, demi Keiko. Itu aku ucapkan berulang-ulang. Ayo Fahmi, demi Keiko. Tenagaku bangkit lagi. Perjalanan dari rumah ke tempat di mana Keiko tinggal cukup jauh. Tapi demi Keiko aku harus ke sana. Harus sampai.

Setelah lelah mengayuh sepeda, aku pun sampai. Guest House tempat Keiko tinggal akhirnya sampai juga. Aku segera memarkir sepedaku ke tempat parkir. Capek, capek.... Keiko-chan... capekk... Keiko....

"Keiko-chan...! Capeek....!" aku bergumam sendiri.

"Woi, Mi Goreng! Sinih!" sebuah suara memanggilku. Aku menoleh ke arah suara itu. Tampak Bayu melambai-lambai kepadaku. Ia memakai jas almamater berwarna biru dongker. Aku segera berlari menuju ke arahnya walaupun aku sudah tak punya tenaga lagi sebenarnya.

"Hei Bay!?" aku memberikan dia tos.

"Kamu nggak apa-apa?" tanyanya.

"Never better," jawabku.

Saat itulah aku menoleh ke sebuah rombongan sepeda beberapa orang yang tidak aku kenal. Mereka bukan mahasiswa ini, tapi ada seseorang cewek berambut model bob. Aku memicingkan mata, kumiringkan kepalaku sepertinya aku mengenalinya. Dadaku berdebar-debar. Itu Keiko-chan....

"Bay, itu cewekku Bay!" seruku sambil menunjuk ke arah Keiko.

"Pret, nggak percaya," katanya.

Aku langsung berlari mengejar Keiko. Ini bukan mimpi, katakan ini bukan mimpi. Aku bertemu dengan Keiko, Keiko-chan! Aku berlari menuju ke lobi.

"Kalian tunggu sebentar!" seruku. Nafasku terengah-engah. Mereka langsung berbalik menoleh ke arahku.

DEG! DEG! DEG! Gilaaaaakkk.... jantungku serasa berdetak lebih kencang. Antara senang, gembira, penasaran dan kerinduan. Semuanya menjadi satu. Keiko-chan. Apakah Keiko merasakan perasaan yang sama sekarang? Aku ingin pingsan, ah tidak. Jangan dulu.... nggak boleh pingsan.

"Ke-keiko, kei-ko ch-chan?" aku memanggilnya dengan hampir tanpa suara. Aku mengulurkan tanganku.

"Fa-fahmi-kun..," suara Keiko-chan juga terdengar lirih. Aku bisa mendengarnya, suara asli Keiko-chan. Suaranya yang bisa aku dengar tanpa pengeras suara. Suara asli Keiko-chan. Dia, .... air matanya hampir mengalir. Nggak boleh, aku nggak boleh melihat dia menangis.

"Keiko-chan!" aku langsung mendekapnya dengan sisa-sisa energiku. "Gomenne..." Aku mengusap rambutnya dengan lembut. Ya, aku memeluk Keiko-chan. Aku yakinkan diriku bahwa ini bukan mimpi. Aku bisa mencium aroma tubuhnya, aku bisa menyentuh rambutnya. Ini Keiko-chan, orang yang aku sayangi. Dia mulai terisak.

Tiba-tiba Keiko mendorong tubuhku.

"Hikss...hikss...Mi-chan jahat! Mii-chan tidak suka padaku!" katanya. Ia sepertinya kesal karena aku tidak memberikan kabar kepadanya. Ya, aku salah.

"Keiko-chan...Keiko-chan dengarkan aku!" sergahku.

"Aku benci Miichan! Miichan jahat! Miichan No Baka! Baka! Baka!" serang Keiko-chan. Dia seperti menggila. Dia memukuliku.

"Gomenne... gomene...Keiko-chan!" aku berkata demikian. Terus dan terus. "Maafkan aku, pekerjaanku membuatku melupakanmu. Maafkan aku." Aku peluk dia sekarang. Aku terus berusaha menenangkannya. Pukulan Keiko-chan pun mulai melemah. Ya, tidak sesakit tadi. Akhirnya Keiko-chan pun berhenti dan sekarang ia bersembunyi di dalam pelukanku.

"Cieeeee... Ciieeeeee Cieeeee!" Sorak-sorai anak-anak mahasiswa yang ada di sebelah kafe. Halah, biarin. Ora urus. Keiko-chan yang penting sekarang ada di dalam dekapanku. Kamu tahu rasanya mendekap orang yang dicintai? Rasanya sejuta. Keiko-chan, ketahuilah aku mencintaimu. Aku tak ingin melepaskanmu lagi. Aku tak peduli apa yang mereka soraki. Aku hanya bisa berkata, "Gomenne Keiko-chan..."


mengejar shinkansen


“Hei, apa ada yang aneh dengan diriku?” tanyaku kepada Keiko-chan yang sedari tadi melihatku.

“Kamu jahat! Baka!” lagi-lagi dia berkata demikian.

“Keiko-chan ayolah, aku sudah minta maaf berkali-kali. Dan asal kamu tahu aku sudah dua hari ini tidak tidur, ini juga aku nggak tahu bisa pulang atau tidak,” kataku sambil duduk di sofa yang ada di dalam kafe. Aku merebahkan punggungku.

“Biarin, ini hukumannya,” kata Keiko-chan.

“Sampai kapan kamu di sini?” tanyaku.

“Sampai dua minggu.”

Dua minggu. Wah, berarti aku bisa berlama-lama dengan Keiko-chan di sini. Ah, tapi dia kan ikut dengan rombongannya. Mana bisa aku ganggu? Ah bisa koq. Aku punya ide.

“Baiklah, besok aku akan mengajakmu jalan-jalan. Kamu harus ikut!” kataku.

“Hah? Mi-chan yang benar saja? Bagaimana aku nanti kalau ketahuan mereka??”

“Kamu bisa minta tolong temanmu kan? Tenang aja, wajah kalian mirip-mirip nggak bakal ketahuan kalau cuma satu yang pergi.”

Keiko-chan merenung sejenak, mencerna kata-kataku. Aku tak tahu apakah Keiko-chan anak yang baik ataukah anak yang penurut. Tetapi budaya orang Jepang yang selalu disiplin mungkin tidak akan mau menuruti kata-kataku. Absen dari salah satu kegiatannya. Aku berharap Keiko-chan mau mengikutiku.

“Ehmm.... baiklah. Aku akan menganggap ini sebagai permintaan maafmu,” katanya sambil tersenyum.

“Yes, kalau begitu besok aku akan menjemputmu!” kataku sambil bangkit dari tempat dudukku. Aku sedikit terhuyung tapi aku bisa menjaga keseimbangan.

“Sebaiknya kamu istirahat saja Mi-chan, aku mengkhawatirkanmu,” katanya.

“Aku tak apa-apa koq, tenang saja. Sampai besok,” kataku. “Jaa-na.”

“Itterasai!”

Aku berlari keluar dari tempat Keiko-chan istirahat. Di luar aku segera menemui Bayu. Begitu melihatku dia senyam-senyum sendiri.

“Cakep juga cewekmu, kaya' personel AKB48 aja. Imut!” katanya.

“Bro, minta tolong!” pintaku.

“Apalagi?”

“Aku nggak kuat buat pulang,” kataku sambil memegang bahunya dengan gemetar.

“Maksudnya?”

“Anterin aku pulang, aku sudah lemes.”

“Waduh...”

Singkat cerita aku kemudian diantar oleh Bayu. Sepedaku aku titipkan di petugas keamanan yang ada di sekitar kampus. Besok kalau ada kesempatan akan aku ambil. Hari itu setelah tiba di rumah aku langsung tidur. Nyenyak sekali. Aku benar-benar kelelahan.


mengejar shinkansen


Aku membolos. Ya, untuk pertama kali aku tidak pergi ke tempat PKL. Aku lebih memilih untuk jalan-jalan dengan Keiko-chan. Aku ingin mengajaknya untuk lebih mengenal kota Malang. Aku ingin membuat dia mencintai negeri ini. Maka dari itu, hari pertama ini aku ingin mengajak dia untuk mengikuti Paralayang.

Aku meminjam sepeda motor Bayu pagi itu. Apa boleh buat, aku ingin agar pertemuanku dengan Keiko-chan ini begitu istimewa. Aku ingin buat agar dia berkesan. Aku janjian bertemu dengan Bayu di Kampus. Begitu melihatku datang dari pintu gerbang, ia langsung melambai ke arahku. Dia sudah ada di tempat parkir. Sebenarnya, kalau ayahku mengetahui aku naik sepeda motor pasti akan didamprat habis-habisan. Oh ya, hari ini aku tak ijin ke Vindy. Ah, biarin perempuan sialan itu.

“Jadi, ingat ini sepeda motor masih kredit!” kata Bayu sambil memberikan kunci kontaknya.

Aku menerimanya. “Iya, iya.”

“Kembali kepadaku harus dalam keadaan full tank!” katanya sambil menyerahkan STNK.

“Iya”

“Jangan melanggar rambu lalu lintas!”

“Iya!” kali ini aku merebut helmnya.

“Satu lagi!” sergahnya.

“Apalagi?”

“Kenalin aku sama temennya Keiko-chan dong?!”

“Heh!? Aneh-aneh aja, udah sinih!” Aku segera menaiki sepeda motornya. Bayu menepuk-nepuk punggungku.

“Hati-hati!”

“Iya!”

Sepeda motor pun aku starter. Bukan, ini sepeda motor bukan jenis bebek. Kopling aku tarik kemudian gigi aku masukkan. Setelah itu aku menarik tuas gas. Segera sepeda motor melaju meninggalkan tempat parkir menuju ke tempat di mana Keiko-chan berada.

Tadi pagi aku chatting dengan dia. Kami janjian di depan gedung tempat dia menginap. Aku sebelumnya bertanya kepada dia apakah dia punya penyakit jantung ataukah tidak? Seperti yang aku duga, Keiko-chan seorang gadis yang sehat. Dia bertanya-tanya mau diajak kemana sebenarnya. Aku memang merahasiakannya.

Tak lama kemudian, aku pun bertemu dengan dia. Keiko-chan memakai celana sepaha. Eh?? Wah, nggak terlalu pendek ya itu? Kemudian kaos yang dibungkus dengan jaket warna pink. Mungkin di negaranya ia memakai hal seperti itu wajar saja. Aku bingung mau bilang agar dia memakai celana atau apa gitu untuk menutupi pahanya. Tapi ah, sudahlah. Sambil jalan saja.

Aku menyerahkan helm kepadanya.

“Ohayo, Keiko-chan?!” sapaku.

“Ohayo, kamu keren Mi-chan!” pujinya.

“Arigatou. Kamu gimana? Bisa ikut denganku? Ngga apa-apa kan?”

“Aku minta temanku, Kanon-chan untuk menggantikanku. Tenang saja semua sudah diatur. Kita mau kemana sih?”

“Sudah, naik saja!” kataku sambil menepuk sadel yang ada di belakangku.

Keiko-chan pun kemudian naik. Dan kami pun meluncur di atas aspal menuju kota Batu. Selama perjalanan Keiko-chan merangkulku erat. Mungkin dia tak pernah naik sepeda motor sebelumnya. Karena itulah dia mendekapku dengan erat sepanjang perjalanan. Hari itu lalu lintas tak begitu padat, selama perjalanan Keiko-chan lebih banyak diam. Tapi yang jelas hatiku sekarang nyaman. Nyaman di dekat Keiko-chan. Sudah lama kami LDR dan baru kali ini kita bertemu.

Setelah perjalanan naik ke Kota Batu, kami terus naik hingga sampai ke sebuah tempat yang disebut Songgoriti. Di sini seperti yang aku ceritakan sebelumnya banyak sekali guest house. Tak hanya itu ada sebuah hal yang menarik di sini. Kita bisa memakai Paralayang. Untuk naik Paralayang sewanya merogoh kocek Rp. 300.000,- per orang. Aku yakin para mahasiswa luar negeri ini tidak akan diajak ke sini.

Aku menggeber sepeda motor hingga naik ke bukit. Setelah sampai di atas sana, Keiko-chan melihat Paralayang yang sedang terbang.

“Mi-chaan! Itu??!” ia menunjuk ke atas.

“Aku ingn mengajakmu untuk naik itu!” kataku.

“Hontou-ni??”

Aku mengangguk. Keiko-chan langsung memelukku. “Kyaaaa! Ayo ayo!” Ia merasa senang sekali.

Kami akhirnya menyewa satu Paralayang. Aku pernah menaikinya dulu. Ketika liburan dan juga ketika ada kegiatan HIMAPALA. Jadi untuk naik ini saja sudah terbiasa. Aku dan Keiko-chan naik berdua. Keiko-chan ada di depanku, akulah yang mengendalikan tali kendalinya. Ketika bersiap-siap Keiko-chan tampak sangat bersemangat sekali. Kemudian dengan dibantu oleh orang-orang yang ada di darat, kami didorong hingga mendapatkan angin. Dalam sekejap kami sudah terbang.

“KYAAAAAAAA!” Keiko-chan menjerit. Ia senang sekali. “Mii-chaan, SUGOOOIIII!”

Benda ini terbang berputar-putar di atas Songgoriti. Dari atas kami bisa melihat kota Malang dari kejauhan. Kami juga melihat bagaimana gunung-gunung yang mengitari Kota Batu. Aku menunjuk ke beberapa bangunan dan aku ceritakan kepada Keiko-chan apa itu. Dari atas aku bisa melihat BNS, Jatim Park dan lain-lain. Semuanya terlihat seperti titik kecil. Aku juga menunjukkan gunung-gunung yang mengitari Kota Batu.

“Keiko-chan, kamu suka?” tanyaku.

“Iya, aku suka sekali. Seru!” jawabnya.

“Satu lagi!” kataku.

“Apa?”

“Aku ingin semua orang yang ada di bawah tahu satu hal.”

“Hmm??”

“KEIKO-CHAN ANATA GA SUKI!” jeritku.

“Aahh... Mi-chan, bikin aku malu!” katanya sambil mencubitku.

“Yuk, turun!” ajakku.

Setelah puas berputar-putar di udara, kami pun akhirnya turun. Dengan susah payah kami ditolong oleh pemandu untuk turun ke darat. Petualangan yang tak akan dilupakan seumur hidup oleh Keiko-chan. Setelah itu, aku menghabiskan waktuku bersama Keiko-chan di salah satu warung Es Degan, kami menikmati es kelapa muda yang kami minum berdua. Kami bercanda, kami tertawa dan saling bercerita. Yah, mirip orang pacaran. Eh, emang kami pacaran koq.

Total seharian itu aku memanjakan Keiko-chan. Kemana-mana aku menggandengnya dengan erat. Aku tak ingin ia lari. Mungkin Keiko-chan juga demikian, ia juga membalasku dengan bergandengan erat. Pulangnya, ketika kami melintas di alun-alun Batu, kami singgah sebentar.

“Mau naik itu?” tanyaku ke Keiko-chan sambil menunjuk ke sebuah bianglala yang ada di tengah alun-alun Kota Batu.

“Boleh, yuk!” Keiko-chan setuju. Hari pertama itu, kami akhiri dengan naik bianglala.


mengejar shinkansen


Hari sudah sore ketika aku mengantarkan Keiko-chan ke asramanya. Aku dan dia sekarang berada di depan bangunan yang punya tiga lantai ini.

“Hei, Mi-chan. Arigatou..ne,” katanya. “Kamu sudah memberikanku pengalaman yang sangat mengejutkan tadi.”

“Hahaha, kamu hanya dua minggu di sini. Aku tak ingin kamu kembali ke Jepang sia-sia tanpa membawa apa-apa,” kataku.

Keiko-chan menoleh ke belakang. Aku melirik ke belakangnya. Teman-temannya sepertinya sedang mengintip kami. Aku dengan cepat maju dan mencium keningnya. Keiko-chan kaget dengan tindakanku barusan. Tentu saja.

“Mi-chan, apaan sih? Ntar dilihat lho!” katanya.

“Mereka sudah melihatnya koq,” kataku sambil menunjuk ke teman-temannya yang langsung pergi setelah ketahuan.

“Mi-chaaaan!” ia memukuliku.

Kami akhirnya kejar-kejaran sejenak, hingga ia berhasil mencubitku. Sakit rasanya. Tapi menyangkan sekali.

“Sampai besok, Fujiwara Keiko-chan,” kataku pamit.

“Sampai besok, Fahmi-kun,” katanya.

Setelah itu aku pun naik ke sepeda motorku meninggalkan asrama tempat Keiko-chan tinggal. Hari ini aku senang sekali. Setelah lama kita tak bertemu akhirnya Keiko-chan bisa bertemu denganku. Aku akan mimpi indah malam ini. Rasanya tak ada lagi yang aku inginkan di dunia ini kecuali bersama Keiko-chan.

Aku mampir ke tempat kost Bayu. Di tempatnya tinggal sepedaku ada di sana, ia memang aku mintai tolong untuk membawa sepedaku yang aku tinggal kemarin. Tak lupa aku mengisi bensin sampai penuh sesuai dengan janjiku. Bayu cukup senang. Dia menggodaku sebelum aku tinggal pergi.

Selama perjalanan ke rumah aku tak pernah kepikiran tentang Vindy. Hingga akhirnya ketika tiba di rumah aku melihat mobil terparkir di depan. Wanita itu, ngapain dia ke sini? Aku tidak masuk rumah terlebih dahulu, dengan mengendap-endap aku bersembunyi di balik pohon yang jaraknya beberapa rumah dari rumahku.

Aku melihat ponselku, ternyata ada banyak misscall. Aku sengaja tak mengangkatnya, ada banyak SMS dari Vindy. Aku mencoba membukanya satu persatu.

”From Vindy” said:
Kamu kemana? Koq tidak masuk?

”From Vindy” said:
Fahmi, jawab aku!

”From Vindy” said:
Kenapa kamu tidak mengangkat teleponnya? Kamu di mana? Sakit?

”From Vindy” said:
Aku nanti sore akan ke rumahmu!

Perempuan ini memang sakit. Sekarang bagaimana caranya agar aku bisa masuk ke dalam rumah? Ah, sebaiknya aku tunggu saja sampai dia pergi. Dan tak lama kemudian dia keluar dari rumahku. Ia lalu masuk ke mobil. Mobilnya pun kemudian melaju pergi meninggalkan tempat di mana dia tadi memarkir mobilnya. Aku segera beringsut menuju ke rumahku. Pintu garasi aku buka dan kuparkir sepedaku di sana.

“Fahmi!?” panggil ibuku.

“Ada apa bunda?” sahutku..

Aku masuk melalui pintu garasi. Kemudian kudapati ayah dan bundaku ada di ruang tamu. Pandangan mereka tak enak. Entah apa yang dikatakan oleh Vindy kepada mereka.

“Kamu kemana aja? Kenapa kamu tidak pergi PKL?” tanya ayah.

“Tadi ada urusan di kampus,” jawabku.

“Jangan bohong, ada urusan apa? Tadi Vindy ke sini,” kata ibu.

“Beneran koq,” kataku.

“Sudahlah, nggak usah bohong. Kamu tadi pergi kemana?” ibuku bersikeras.

“Apa yang dikatakan Vindy kepada kalian?” tanyaku.

“Dia mengatakan kerjamu di kantor buruk, tapi dia selalu memberikan nilai yang baik dalam setiap laporannya, karena memang kamu sebenarnya anaknya baik,” kata ibu.

“Trus kalian percaya?”

Ayah menggeleng. “Ayah nggak akan percaya kepada dia. Ayah hanya ingin kamu jujur.”

Aku menghela nafas. Haruskah aku ceritakan yang sebenarnya kepada mereka tentang kegilaan Vindy? Belum, belum saatnya. Aku tak ingin mereka tahu terlebih dulu.

“Sebenarnya memang ada sesuatu, tapi maaf. Fahmi belum bisa cerita kepada ayah dan bunda. Nanti akan Fahmi ceritakan semuanya, tapi sekarang ini belum bisa,” kataku.

Ayah dan ibu berpandangan. Ia tahu bahwa ada masalah pada diri anaknya. Aku kemudian beranjak menuju kamarku. Setelah mandi dan bersih-bersih diri, aku kemudian merebahkan diri ke ranjang. Aku kemudian masih bicara melalui LINE dengan Keiko-chan, sampai kami pun tertidur.


mengejar shinkansen


Selama Keiko-chan di Malang, aku menghabiskan banyak waktu dengannya. Sampai kami juga ikut dalam parade cosplay. Ah dia sangat cantik. Walaupun sedikit menyebalkan karena minta gendong sampai ke mall. Pinggangku serasa mau copot, tapi kalau yang digendong cantik sih mau sampai kapan pun aku tetap mau-mau aja. Hehehehe.

Keiko-chan bahkan sempat tak mengenaliku dengan dandanan kostum Kamen Rider Kuuga yang aku kenakan. Ini adalah the best costume yang aku punya. Andika pun akhirnya bisa melihat Keiko-chan, sedikit pamer dong diriku. Yeah, Fahmi sudah laku. Hihihihi.

Dan sekali lagi di kesempatan itu, aku membisikkan kata “I Love You”. Aku ingin terus mengucapkannya setiap hari. Aku ingin Keiko-chan tahu betapa besarnya cintaku kepadanya. Kenangan-kenangan manis itu tak akan pernah aku lupakan. Selama di sini, ia tak akan bakal melupakannya. Aku tak ingin kenangan-kenangan dia selama di Indonesia dikotori oleh Vindy, maka dari itulah aku sengaja tak pernah mengangkat teleponnya walaupun sering berdering di saku celanaku.

Semuanya demi seorang bidadari dari negeri Sakura. Aku telah menyaksikan sendiri bagaimana Keiko-chan. Sifatnya, semuanya, aku mengenalnya sekarang. Sebentar lagi sebenarnya, sebentar lagi aku bisa bebas dari bayang-bayang Vindy. Programku yang berisi virus sudah aku copy-kan dan menggantikan program yang sekarang ini dipakai oleh perusahaannya.

Setelah acara cosplay yang sangat ramai, aku mengajak Keiko-chan ke pantai. Pantai ini disebut sebagai pantai BaleKambang. Ada banyak pantai di Malang Selatan. Seperti Pantai Bajul Mati, Pantai Ngliyep, Pantai Sendang Biru, Pantai BaleKambang dan lain-lain. Semuanya punya keindahan sendiri-sendiri.

Aku dan Keiko-chan duduk di pinggir pantai, menikmati bagaimana matahari tenggelam. Aku berkali-kali mengatakan kalau Keiko-chan adalah seorang “Fujoshi”. Yah, tentu saja. Ia agak kekanakan ketika bertemu idolanya seperti Baozi dan Hana. Kami memang orang yang sama-sama suka dengan hal yang sama. Dan yang paling aku sukai dari semua itu adalah Keiko-chan.

Aku mengajak Andika dan yang lainnya ke pantai juga. Rombongan kami terdiri dari mobil dan sepeda motor. Aku lebih memilih naik mobil. Capek karena menggendong Keiko-chan dari tadi. Tapi dia suka koq.

“Kalau lelah tidurlah!” kataku sambil memeluk pundak Keiko-chan. Aku menarik kepalanya untuk bersandar di dadaku. Aku mencium ubun-ubunnya. Bau harum shampoonya menusuk hidungku. Ah, emang tak ada cacatnya bidadari dari Jepang ini.

---

“Miichan,” bisiknya kepadaku.

“Hm?” jawabku.

“Kau tidak ingin melihat Greenflash?”

“Greenflash?” tanyaku.

“Disana,” jawabnya sambil menunjuk Matahari dengan semburat jingga dilangit sekitarnya.

“Aku tidak melihat apa-apa.”

“Mungkin sebentar lagi, saat Matahari hampir terbenam. Kau tidak boleh berkedip kalau ingin melihatnya.”

“Oh yaaa...kenapa begitu?”

“Ikuti saja Miichan,”

“Baiklah...”

“Kalau kau melihatnya, beritahu aku!” kata Keiko-chan sambil tersenyum dan makin erat memelukku.

Aku tak tahu apa yang dimaksud greenflash itu. Aku terus melihat matahari hingga terbenam seluruhnya. Entahlah aku tak melihatnya, atau apa yang dimaksudkan oleh Keiko-chan kepadaku. “Kei-chan? Matahari sudah terbenam, dan aku sama sekali tidak melihat Greenflash yang kau katakan.”

“Miichan, aku saja melihatnya. Masa kau tidak? Sebenarnya kau melihatnya, hanya saja kau tidak menyadarinya. Greenflash itu hanya terjadi sekitar 2-3 detik. Sangat singkat bukan?” ujarnya. “Sama seperti alur kehidupan ini, sangat cepat, bahkan tanpa kita sadari. Sama seperti Greenflash yang berlangsung begitu singkat.”

“Begitu ya...,” aku tersenyum menatapnya. Aku menyilangkan rambut pendeknya ke belakang telinganya.

Dia menarik tangan kananku dan menggenggamnya erat. “Miichan, aku senang berada disampingmu, aku sangat bahagia. Aku akan mengingat semua yang pernah kita lakukan bersama, walau mungkin kebersamaan kita singkat seperti Greenflash aku ingin mengabadikannya didalam hati dan otakku.”

“Kei-chan apa yang kau katakan?” aku membalas genggaman tangannya. “Kita akan bertemu lagi nanti, aku akan berjuang untuk membuat kita bisa bersama-sama selamanya. Dan aku juga tidak akan melupakan kebersamaan kita seperti aku melewatkan Fenomena Greenflash itu, aku janji Keiko-chan... aku sangat mencintaimu. Kau sangat berharga,”

“Hontouni??” dia menatap mataku. Ia pasti sekarang sedang mencari kejujuran yang ada di dalam mataku. Ya, aku jujur, kalau aku mencintainya. Dan ini benar.

Aku mengangguk dan tersenyum. Kuusap pipinya yang lembut. Duh cantiknya bidadari ini. Aku akan buktikan Keiko-chan, aku akan mencintaimu selamanya. Aku ingin kamu menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Hari ini untuk selamanya. Aku tak mau menjadi grenflash, momen ini terlalu berharga, bersama dengan orang yang dicintai dari seberang lautan, terpisah jarak dan waktu. Baru kali ini kita berjumpa, sebentar lagi sudah kan pergi. Aku tidak mau hal itu terjadi.

Keiko-chan sangat cantik. Aku ingin dia tahu bahwa aku sangat mengagumi kecantikannya itu. Aku memiringkan kepalaku, aku mulai mendekat, dekat dan dekat. Keiko-chan sepertinya gugup, tapi aku tetap akan melakukannya, aku ingin menciumnya. Aku ingin mencium kekasihku. Hidungku sudah menyentuhnya. Aku bisa merasakan nafas Keiko-chan yang berat. Dan tanpa disadari bibirku sudah menempel sempurna ke bibirnya. Aku mengecupnya.

Ya Tuhan, ini ciuman pertamaku. Akhirnya aku bisa mendapatkan ciuman pertamaku. My First Kiss. Keiko-chan ketahuilah ini adalah ciuman pertamaku untukmu. Lama aku mencium bibirnya. Dunia serasa berhenti ketika itu. Ciuman seorang laki-laki yang tidak pernah merasakan bibir seorang wanita. Aku dengan ini menyatakan telah takluk kepadamu Keiko-chan. Aku akan berjuang untuk mendapatkanmu. Aku akan kejar dirimu, cinta kita tak akan pernah mati. Aku bisa berjanji.

Setelah lama berciuman, kami pun sedikit canggung. Bagaimana tidak, ini ciuman pertama kami. Aku dan Keiko-chan hanya sama-sama tersenyum. Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal sambil nyengir. Ah brengsek, aku seperti orang bodoh. Keiko-chan kemudian bersandar di dadaku, menyembunyikan wajahnya yang kemerahan.

“Fahmiiiii! Keiko-chan, udahan ah pacarannya! ayooo kesini!” panggil Andika. Aku dan Keiko-chan mengangguk. Setidaknya kami harus bergabung dengan yang lain. Ini adalah hari yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.


mengejar shinkansen


Hari ini adalah hari terakhir aku Kerja Praktek di pabrik. Aku sudah siap. Semuanya sudah aku siapkan. Aku tidak akan gentar untuk menghadapinya. Vindy, entah apa yang akan kamu lakukan kepadaku nanti aku tidak takut. Aku harus menyudahinya. Kini hidupku ada Keiko-chan. Aku tak ingin mengecewakan dia.

Aku membereskan mejaku pagi itu. Tak ada lagi yang aku lakukan di tempat ini. Aku hanya butuh tanda tangan dari Vindy hari ini, itu saja. Kalau toh tidak bisa, maka ya sudahlah aku akan pergi dari pabrik ini dan aku aktifkan virusnya agar program itu tidak bisa dicopy sembarangan. Tapi berhubung aku bukan orang yang sekejam itu aku harus merayu Vindy hari ini.

Selama dua puluh menit lebih aku berjalan mondar-mandir. Orang-orang melihatku sambil tersenyum geli. Aku sekarang ini seperti seekor beruang yang galau. Hari ini katanya akan ada kunjungan dari salah satu perguruan tinggi ke pabrik untuk melihat bagaimana pengemasan air mineral yang ada di tempat ini. Jadi mungkin pekerjaan hari ini tidak akan sesibuk hari-hari biasanya, karena biasanya bagian RnD akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk pamer apa yang telah mereka dapatkan atau hasilkan.

Vindy kemudian muncul. Dia langsung masuk ke ruangannya. Dia hanya melihatku sekilas. Entah arti tatapannya tadi apa. Aku kemudian melangkah menuju ke dalam ruangannya sambil membawa selembar pengesahan Kerja Praktek. Aku hanya butuh tanda tangannya itu saja.

Vindy melihatku sambil membawa kertas-kertas ini. Dia mengerti apa keinginanku.

“Kamu absen beberapa hari dan sekarang ingin tanda tangan?” tanyanya.

“Ayolah, aku tidak ke sini karena memang ada urusan kampus,” jawabku.

“Aku nggak percaya. Lalu kenapa kamu tidak membalas SMS-ku, mengangkat teleponku??”

“Aku harus bagaimana lagi coba?” tanyaku.

Vindy beranjak dari tempat dia berdiri. Ia kemudian keluar dari ruangannya. Aku kemudian menyusulnya, mengikuti dia dari belakang. Aku berusaha mengejarnya tapi langkahnya cukup cepat juga padahal menggunakan sepatu berhak tinggi.

“Vin...! Vindy, tunggu!” kataku.

Tapi sepertinya Vindy tak menggubrisku. Dia terus berjalan meninggalkanku. Aku segera berlari, kutarik lengannya. Tak terasa kami sudah berada di tempat parkir.

“Sayang, maafkan aku!” kataku. Aku sedikit merayunya.

“Apa kamu bilang tadi?” tanyanya.

“Sayang, maafkan aku. Oke, aku akan kencan denganmu. Malam ini aku akan berikan apapun yang kamu mau. Oke, aku minta maaf. Aku tidak menghubungimu selama ini, karena aku sibuk. Dan sebagai permintaan maafnya aku akan mengajakmu kencan malam ini. Oke?”

Ayolah sudahi permainan ini. Aku ingin segera mendapatkan tanda tanganmu dasar nenek sihir!

“Ucapkan lagi, kamu tadi manggil aku apa?” kata Vindy menggodaku.

“Sayaaaanggg, pliiisss!” kataku.

“Peluk dan cium aku!”

“Apa?” aku kaget. Vindy ini makin ngelunjak.

“Aku....”

“Kenapa? Tak bisa??” tanyanya.

“Baiklah, tapi cuma satu detik!” kataku.

Tiba-tiba Vindy mendorongku hingga aku bersandar di mobil. Ia langsung menyosor bibirku, aku berusaha lepas tapi nggak bisa. Ini tidak seperti kemarin, aku pun hanya bisa mengusap punggungnya saja. Ini harus berhasil, aku harus menahan diri, kalau tidak aku tidak akan dapat tanda tangan. Ini ciuman terburuk yang pernah aku rasakan.

Ayolah, sudahi, sudahi! Aku sudah tidak tahan lagi.

Aku melirik ke samping. Saat itulah aku melihat pemandangan yang sungguh tidak mengenakkan. Aku dengan seluruh tenagaku mendorong Vindy. Keiko-chan!

Tidak, tidak, tidak! Keiko-chan tidak!

Kulihat air mata keluar dari matanya lalu menetes di pipinya. Tidak, jangan. Ini hanya mimpi kan? Keiko-chan melihatnya. Ia pasti salah faham. Tidak. Ini tidak mungkin.

“Keiko-chan??!”

“Hikss... Fahmi-kun....,” isaknya.

Aku terus mendorong Vindy hingga melepaskan pelukannya.

“Hei Jepang sialan! Apa yang kalian lakukan disini?! Lancang ya kalian berani masuk area parkir staff!” bentak Vindy

“Vindy kamu keterlaluan ya!” bentakku

“Ke-napa kamu marah?!” seru salah seorang temannya Keiko-chan. Keiko-chan segera berlari pergi, juga yang lainnya. Aku tak menyangka ternyata Keiko-chan pergi ke pabrik ini.

Ini sudah cukup.

“Sudah cukup!” kataku.

“Apa? Apa maksudmu sudah cukup?” tanya Vindy.

“Kamu membuat dia menangis. Aku benci ini semua. Dan …. ini, aku tak butuh ini!” aku merobek-robek kertas yang seharusnya ditanda tangani oleh Vindy. Ya, aku tak butuh ini semua. Persetan dengan ini semua.

“Apa yang kamu lakukan?” tanya Vindy.

“Terserah kamu mau menganggap apa, terserah kamu mau pakai programku, tapi aku tak akan sudi bersamamu. Aku tak akan sudi. Aku selama ini bersikap manis hanya agar aku bisa lulus Kerja Praktek ini, tapi ternyata ini di luar dugaanku.”

“OH, aku mengerti. Cewek tadi ya? Cewek tadi cewek Jepang yang kamu ceritakan itu?” tanya Vindy sambil manggut-manggut. Ia tertawa. “Ya baguslah. Dia sudah pergi. Dia pasti sangat sedih melihatmu berciuman denganku. Hahahaha...”

“Kamu kira ini lucu? Ini sama sekali tidak lucu!” aku menyebarkan robekan-robekan kertas yang aku bawa tadi. “Aku pergi!”

“Fahmi, tunggu!” panggil Vindy. “Kamu tak akan dapat apa-apa! Kerja Praktekmu akan sia-sia belaka, kamu tak akan lulus.”

“Aku tak peduli!”

“Kamu tak akan bisa mengejar shinkansen!”

Aku berbalik, “Aku akan buktikan aku bisa! Jangan pernah mencariku lagi. Jangan pernah mengganggu kehidupanku lagi. Mulai sekarang, kalau kamu menyakiti Keiko-chan lagi, atau kamu mengganggu kehidupanku lagi, aku tak akan memaafkanmu!”

Ini adalah untuk pertama kalinya aku marah dan aku marah kepada seorang wanita.

“Kamu mengancamku? Kamu berani mengancamku?” tantang Vindy.

“Aku bahkan rela menantang dunia demi agar mendapatkan Keiko-chan kembali. Sayonara!” aku berbalik dan mengejar Keiko-chan. Aku tak menghiraukan Vindy yang berkali-kali memanggilku.

Sayang sekali aku tak dapat mengejar Keiko-chan. Urusannya jadi rumit. Aku berusaha menghubungi Keiko-chan tapi ia tak menggubrisku. Aku terus mengiriminya pesan agar dia bisa bicara kepadaku tapi ia sama sekali tak membalasnya. Apa yang terjadi? Kenapa? Kenapa ini harus terjadi???


mengejar shinkansen


Taksi yang aku tumpangi bersama Kanon-chan pun akhirnya tiba di depan asrama. Kami segera turun. Semoga saja Keiko-chan masih ada di dalam. Atau malah mungkin belum datang. Aku terus bertanya-tanya kepada diriku sendiri. Namun hal itu langsung terjawab setelahnya.

Aku melihat seorang gadis berada di dekat taksi dengan memasukkan koper besarnya ke bagasi. Heh?? Tunggu dulu bukannya itu Keiko-chan?? Hei, dia sudah naik taksi lagi? Sambil bawa koper??

“Oh tidak, KEIKO-CHAN!” jeritku.

Kanon-chan dan aku berusaha mengejarnya tapi terlambat. Keiko-chan sudah pergi begitu saja. Aku tahu dia sangat sedih. Aku terantuk batu hingga tersungkur. Nafasku habis. Aku ngos-ngosan mengejar Keiko-chan, aku berguling-guling di atas jalan mencoba bangkit. Aku melihat sikuku berdarah, lecet dan kemejaku robek.

“Kamu tak apa-apa? Daijofuka?” tanya Kanon-chan kepadaku.

“Iee.. aku tak apa-apa,” kataku.

Hari yang melelahkan. Aku tak sanggup lagi berpikir. Tubuhku lemas dan ambruk lagi ke tanah. Nafasku ngos-ngosan. Kanon-chan tampak panik dan berusaha memanggil banyak orang. Mana bisa orang-orang ngerti dengan bahasa Jepangnya? Apa yang harus aku katakan kepada kedua orang tuaku? Aku kemudian menelpon ayah.

“Halo? Fahmi? Ada apa?” tanya ayah.

“Ayah, maaf. Tapi... kita harus bicara,” kataku.

Setelah itu beberapa orang menolongku untuk minggir ke tepi jalan. Aku rasanya sudah tak sanggup lagi mengejar Keiko-chan. Lututku sakit dan berdarah. Tak berapa lama kemudian aku dibawa ke klinik lalu pulang.


mengejar shinkansen


Aku disidang oleh ayah atas apa yang aku lakukan. Aku ceritakan semuanya tentang Vindy, pekerjaanku, minus Keiko-chan. Aku hanya bilang kalau aku punya hubungan dengan seseorang tapi tidak kuceritakan detail tentang Keiko-chan. Ayah menggeleng-geleng.

“Lalu sekarang apa yang akan kamu lakukan?” tanyanya.

“Semuanya tergantung ayah. Aku bisa menghancurkan program itu sekarang, karena sudah aku beri trojan di dalamnya. Tapi imbasnya aku tidak akan lulus satu mata kuliah ini dan harus mengulang semester depan. Maafkan anakmu ayah, aku tidak bisa lulus sesuai waktu yang telah ayah tentukan,” aku membungkuk kepada ayahku dan berlutut sambil mencium tangannya.

Ibu saat itu ada di sampingnya, bahkan Mbak Nurul juga melihatku. Dia ada di sebelah ayah. Aku menangis. Ya, aku menjadi cengeng. Ibu mengusap-usap kepalaku.

“Sudahlah, ayah dan bunda tahu kamu punya alasan atas ini semua. Dari matamu bunda yakin kamu tidak bohong,” kata ibuku. Aku lalu bangkit dan memeluk mereka berdua. Mereka adalah orang tua terbaik yang pernah ada.

Malam hari itu aku tak bisa tidur. Keiko-chan, maafkan aku. Seharusnya kamu tak melihat itu tadi. Aku sekarang merindukanmu. Semua akunku telah diblokir olehnya. Aku tak tahu bagaimana cara untuk menghubunginya sekarang?

Malam itu aku menghubungi Andika. Aku menceritakan semuanya kepadanya. Ia terharu.

“Bro, apapun yang kamu lakukan aku akan mendukungmu. Sekarang apa idemu?” tanya Andika.

“Entahlah bro, aku nggak tau. Keiko-chan sudah kembali ke Jepang. Dan aku tak bisa menghubunginya lagi. Aku hanya punya fotonya saja sekarang. Apa aku harus beri pengumuman ke internet gitu? Bodoh banget kalau gitu,” jawabku.

“Kamu cinta kepadanya?” tanya Andika. Itu pertanyaan bodoh.

“Pertanyaan macam apa itu? Aku sangat mencintai dia.”

“Rela melakukan apa saja?”

“Iya, aku rela melakukan apapun untuknya.”

“Susul dia ke Jepang!”

Entah dari mana Andika mendapatkan ide seperti itu.

“Menyusul ke Jepang? Pake apa bro?”

“Aku akan membantumu. Kami semua siap membantumu. Kamu tidak sendiri! Genk Pasukan Ginyu akan beraksi membantumu.”

Aku tertawa geli mendengarkan tentang pasukan ginyu. Maksud dari Pasukan Ginyu bukan berarti Pasukan Komandan Ginyu milik Freeza yang ada di serial anime Dragon Ball, tapi lebih kepada genk dari teman-teman Andika. Entah idenya apa.

“Emangnya idenya apa?” tanyaku.

“Broh, kamu kan tinggal Kerja Praktek ama Skripsi kan? Nah, kamu bisa deh ngajuin cuti di kampus. Susul Keiko-chan ke Jepang. Minta maaf kepada dirinya. Itu kalau kamu cinta sih.”

“Ya, aku akan menyusulnya. Demi Keiko-chan.”

Ini sebuah langkah yang gila. Ide yang gila. Tapi inilah cintaku. Inilah perjuanganku. Keiko-chan tunggu aku.


mengejar shinkansen


Vindy dan aku bertemu lagi untuk yang terakhir kali. Kali ini tak ada rasa bersahabat pada diriku. Tak ada sama sekali. Aku memandangnya dengan pandangan tersinis yang pernah ada. Aku bertemu dengannya sekali lagi di pabrik. Di ruangannya.

“Aku sudah memberitahumu, ini yang terakhir kalinya. Setelah ini aku tak akan pernah melihatmu lagi. Ayahku sudah tahu, dan aku akan meninggalkanmu,” kataku.

“Kamu serius?” tanya Vindy.

“Iya, dan kamu akan sangat menyesal karena telah melakukan ini kepadaku,” kataku.

“Aku tak akan pernah menyesal.”

“Kamu tahu, ayahku punya pengaruh tinggi. Ia bisa saja melakukan sesuatu agar aku bisa selamat dari bayang-bayangmu dan mendapatkan tanda tangan itu. Tapi ia tidak melakukannya, ia ingin aku melakukannya.”

“Maksudnya?”

“Aku sudah menanamkan virus di program yang aku buat. Kamu mau atau tidak mau aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku lagi di sini. Semua ini adalah tanggung jawabmu. Begitu aku keluar dari tempat ini kamu yang akan disalahkan atas hancurnya sebagian besar file yang ada di server.”

“Fahmi, kamu bercanda?”

“Tidak. Aku tidak bercanda dan aku serius.”

“Lalu kamu rela mengorbankan kuliahmu hanya demi seorang gadis fantasimu?”

“Ya. Aku rela melakukannya dan sekali lagi dia bukan gadis fantasi, dia bukan khayalan. Dia nyata. Dia adalah Keiko-chan. Selamat Tinggal.”

“Fahmi!? Kembali! FAHMI!?”

Dengan langkah tenang aku meninggalkan pabrik. Aku memang harus mengulang lagi satu mata kuliah semester depan. Tak masalah. Dan aku juga telah menghancurkan programku sendiri di perusahaan ini. Tak masalah. Aku sekarang tak ada beban lagi.


Katakanlah ini bukan perpisahan
Katakanlah ini bukan akhir dari segalanya

Bunga Sakura
Aku akan menjemputmu​


Bersambung​
 
Bimabet
arrghhh bingung mau berkata apa lagi.. :galak:
sam arci minta contactnya si andika sini. gw mau daftar jadi pasukan ginyu buat bantu si mie ayam ke jepun.. :galau:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd