Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Memperdaya Istri Orang 2 (No Sara)

Sitiar

Kakak Semprot
Daftar
24 Jun 2021
Post
167
Like diterima
3.474
Bimabet
[URL=https://www.imagebam.com/view/MET4GZC][/URL]

Cerita ini adalah sekuel dari cerita sebelumnya yang berjudul sama yaitu "Memperdaya Istri Orang.

https://v1.semprot.com/threads/memperdaya-istri-orang-no-sara.1513512/unread

Season pertama menceritakan tentang seorang istri bernama Sita yang diperdaya oleh seseorang, sehingga hidupnya berubah hampir 180 derajat.
Latar Tempat dan Waktu Kejadian dalam season kedua ini masih berkaitan dengan season pertama.
Dan inilah cerita nya:


Episode 1 . Cahaya Dalam Kegelapan


Namaku Nurul Zen Asyiffa anak dari seorang pengusaha properti di kota Bandung. Umurku kini menginjak usia 28 tahun, dan sudah bersuami. Aku menikah dengan seorang laki-laki bernama Bima Satria (31 tahun) dan tinggal di kota Bandung.
Pernikahan kami genap menginjak satu tahun di bulan ini. Untuk merayakan anniversary pernikahan kami yang pertama, aku mengajak suamiku untuk berlibur ke area puncak Cipanas Cianjur. Bukan karena apa, sekitar 10 tahun lalu aku pernah menempa ilmu agama di salah satu pesantren di daerah Cianjur, setelah lulus SMA.
Meskipun orangtuaku termasuk orang berekonomi mapan, namun mereka lebih memilih untuk memasukkan ku ke pesantren selepas lulus sekolah dari pada melanjutkan untuk kuliah, mereka bilang anak perempuan akan lebih membutuhkan ilmu agama untuk bekal di masa mendatang, karena tugas mencari nafkah adalah tugas seorang suami nantinya, tidak lah perlu perempuan sampai sekolah tinggi-tinggi demi mendapatkan ijazah.
Aku yang mendengar penjelasan dan nasehat orangtuaku, akhirnya saat itu menuruti keinginan mereka. Empat tahun di pesantren itu aku sampai memiliki banyak teman yang sefrekwensi denganku, meski keadaan ekonomi keluarga yang berbeda-beda, tapi membuatku merasa nyaman berteman dengan mereka.
Disanalah juga aku bertemu dengan suamiku Mas Bima, dia adalah seorang pemuda anak petani sayur di Cipanas Cianjur, dekat dengan pondok pesantren ku. Dia yang tertarik kepadaku, menyatakan cintanya saat itu, dan aku pun menerimanya. Karena ku tau dia adalah seorang lelaki pekerja keras dan calon imam yang Soleh untukku, dan tentu saja dia lumayan tampan di mataku.


KEMBALI ke waktu sekarang. Siang ini kami (aku dan suamiku), beranjak pergi menuju puncak, seperti ceritaku di awal tadi, kami kesana untuk merayakan anniversary pernikahan kami. Kesana, kami diantar oleh supir pribadi kami pak Bondan, dikarenakan suamiku belum bisa mengendarai mobil.
Pergi ke kantor perusahaan milik orangtuaku saja, dia diantar supir. Dia sebenarnya dahulu pernah berangkat memakai motor ,namun karena kudengar bawahannya banyak yang meledeknya, aku pun mengusulkan pada suamiku untuk membeli mobil dan menyewa jasa supir pribadi. Toh penghasilan yang suamiku terima dari perusahaan cukup besar.


Setelah beberapa jam perjalanan, kami sudah sampai di kota Cianjur. Aku yang berniat membawakan buah tangan untuk para pengajar di pondok pesantren sana, memutuskan untuk mampir dulu ke pasar modern di Cianjur.
Aku pergi ke pasar sendiri sementara suami dan supirku lebih memilih untuk menunggu di tempat parkir mobil agar bisa bersantai sambil merokok disana.
Aku yang baru pertama masuk ke pasar ini cukup bingung mencari barang yang ingin aku beli. Aku yang tidak tahu harus ke arah mana, memutuskan untuk menyusuri setiap lorong pasar ini demi mendapatkan barang yang aku inginkan. Rencananya aku mau membeli beberapa set baju Koko dan gamis untuk para pengajarku, juga beberapa makanan sebagai buah tangan.
Setelah menelusuri beberapa lorong, akhirnya aku menemukan sebuah toko yang khusus menjual pakaian muslim. Setelah aku membeli pakaian yang ku inginkan, selanjutnya aku mencari tempat penjual makanan atau pun buah-buahan. Karena tidak mau tersesat di jalan lagi, aku bertanya kepada pemilik toko pakaian dimana tempat penjual makanan dan buah-buahan. Setelah diberitahu tempat dan lokasinya, aku bergegas kesana, karena jika terlalu lama, aku suamiku keburu kesal menunggu.
Tempat bagian penjual makanan ternyata ada di bagian paling belakang pasar, pantas saja di depan dicari-cari tidak ketemu. Setelah membeli kue dan beberapa kilo buah jeruk juga mangga. Aku bergegas kembali ke suamiku. Namun aku tidak ingat lorong yang mana yang tadi aku lewati, karena berbelit-belit. Ketika aku malah salah belok ke jalan belakang pasar, di dalam sebuah bangunan tiba-tiba aku mendengar suara seorang perempuan menangis memelas minta dikasihani.
Aku yang penasaran pun memutuskan untuk mengintip melalui celah pintu yang sedikit terbuka, dan aku kaget menemukan satu orang perempuan berambut pirang sedang dikerumuni oleh tiga orang pemuda di dalam ruangan itu. Aku melihat mereka sedang memaksa melepaskan pakaian yang dipakai perempuan itu.


Aku yang sadar dan mengetahui kalau kejadian di depan mataku ini merupakan tindak kriminal pemerkosaan, langsung menjauhi tempat itu dan memutuskan untuk pergi dan segera melaporkan kejadian itu pada pihak berwajib.
Butuh waktu lama untukku kembali ke tempat suamiku karena aku beberapa kali salah belok di lorong pasar. Namun setelah beberapa perjuangan, aku berhasil kembali kepada suamiku dan menceritakan apa yang kulihat barusan.
Suamiku pun bergegas menelpon polisi daerah sana. Butuh proses lama untuk pengabulan pemrosesan kasus yang dilaporkan. Aku ajak saja suamiku langsung ke TKP, akan tetapi suamiku lebih menyarankan agar kami menunggu pihak berwajib datang untuk langsung menindaklanjuti tindakan pemerkosaan itu. Karena suamiku takut akan terjadi apa-apa pada kami jika bertindak secara gegabah.


Setengah jam lebih, barulah pihak berwajib datang, dan akupun menuntun mereka ke tempat kejadian, suamiku pun ikut denganku sementara supir kami pak Bondan diperintahkan suamiku untuk menunggu di mobil.
Ketika sampai di tempat kejadian, beberapa polisi itu langsung mendobrak membuka pintu tempat itu. Dan "JANGAN BERGERAKKK...?!!!" Ucap mereka sambil menodongkan pistol mereka.
Seketika itu, para pelaku pemerkosaan itu terdiam dan mematung mengangkat tangan dalam keadaan membelakangi posisi kami, mereka berdua masih dalam keadaan telanjang, sementara si korban perempuan berambut pirang tadi meringkuk di lantai tak berdaya. "Eh, dua orang? Perasaan tadi aku lihat tiga pelaku yang mengerubungi korban. Kemana satu orang lagi.!?" Pikirku sambil menoleh ke setiap sudut ruangan tapi tetap tidak aku temukan pelaku yang ketiga ini.


Polisi pun segera mendekati mereka berdua, dan menyuruh mereka memakai pakaian mereka kembali. Lalu mereka menyergap kedua tersangka pelaku pemerkosaan itu. Namun aku cukup kaget, dilihat dari salah seorang pelaku, sepertinya pelaku tersebut merupakan salah satu anggota polisi. Mereka berdua pun disergap dan diborgol dengan posisi tangan ke belakang. "AYO IKUT KAMI...!!" Ucap polisi yang menangkap mereka..
Kulihat tidak ada perlawanan sedikitpun dari mereka ketika dibawa oleh pihak berwajib.
"Mas nya ikut kami dulu ke kantor, kami butuh keterangan Mas selaku pelapor." Ucap salah satu polisi kepada suamiku.


Sementara aku dimintai polisi untuk menemani dulu korban dan membantu membersihkannya dan juga membawanya ke kantor polisi untuk dimintai keterangan sebagai saksi.


Namun aku lihat baju yang tadi dipakai perempuan ini sobek-sobek di lantai. Untung saja aku membeli pakaian gamis tadi, aku kasih dulu saja ke perempuan ini.
Dan Ketika aku membantunya untuk berdiri, dia berpaling kepadaku sambil menangis tersedu-sedu. Betapa kagetnya aku, ternyata perempuan ini adalah Sita, salah satu santriwati teman mondokku, sahabatku dulu ketika di pesantren.
Bagaimana ini bisa terjadi, Sita yang dulu ku kenal sebagai santriwati berprestasi dan alim ini sekarang berpenampilan seperti perempuan murahan, rambut pirangnya, tatto di badannya, dan ya Tuhan dia memakai tindikkan di puting susu, pusar serta daerah kemaluannya. Tiba-tiba dia memelukku dan menangis sejadi-jadinya..


***Flashback Kejadian


Kita ketahui, jikalau Sita ini diperkosa oleh tiga orang pemuda di sebuah bangunan kosong di belakang pasar. Namun ketika Pak Yosef datang, ketiga pemuda itu lari terbirit-birit, lalu datang Danu suaminya Sita setelah dijemput dari rumahnya oleh pak Yosef.
Maka dari itu, ketika penggrebekan terjadi, Danu dan pak Yosef lah yang ketiban sial karena mereka berdua yang kedapatan sedang memperkosa Sita. Padahal Nurul tadi melaporkan kejadian tersebut saat dia melihat para pemuda itu yang memperkosa Sita.


Kembali ke masa sekarang
POV Sita
Aku Sita si istri Solehah. Aku yang alim ini, dalam seminggu berubah menjadi wanita binal, penampilan yang dulunya pun tertutup dengan pakaian yang tidak menunjukkan lekuk tubuh, malah sekarang lebih sering telanjang dan dibolak-balik oleh laki-laki lain selain suamiku.
Aku beberapa kali sempat melakukan perlawanan dalam batinku. Ingin kembali menuju Jannah, kembali ke Sita sang istri Solehah untuk suamiku.
Namun sore ini, aku terkejut, pak Yosef mengajak suamiku ke tempat dimana aku sedang diperkosa. Pantas saja pak Yosef tidak muncul dari tadi ternyata dia sempat-sempatnya menjemput suamiku di rumahnya.
Dan sekarang ini suamiku malah ikut memperkosaku setelah ketiga pemuda yang tadi memperkosaku pergi. Dia bekerjasama dengan pak Yosef untuk men threesome ku.
Dia pun kembali mengutarakan fantasy sexnya padaku ketika pergumulanku ini, ya, fantasy sex yang dulu dia pernah bicarakan, dia ingin aku istrinya dinikmati laki-laki lain.. Tentu saja saat itu aku marah besar dan menceramahinya habis-habisan.. Membuat suamiku tidak mau membahas hal itu kembali denganku..
Namun suamiku yang sekarang sedang menggenjot lubang pantatku, kembali membicarakan fantasy sex nya padaku. Membuat aku berfikir untuk sekalian terjun juga masuk ke dalam kegelapan mengikuti setiap fantasy nya. Menjadi istri penurut , yang menuruti segala permintaan apapun itu, yang keluar dari mulut suamiku. Karena aku merasa tidak punya tempat pulang, setelah suamiku kini malah ikut menikmati perubahanku yang berpenampilan seperti lonte ini.
Selain itu, kini suamiku benar-benar rela membagi istrinya pada laki-laki lain, dengan merealisasikan fantasy nya, ya, di lubang memekku kini bersarang kontol pak Yosef yang sedang intens menggenjotku. Sementara suamiku memilih lubang pantatku.
Aku menyerah, pergolakan batinku selesai, aku mengaku kalah kepada kegelapan. Aku mulai frustasi karena suamiku, dan mulai menikmati perzinahanku ini.


Namun ketika seluruh cahaya yang ada di relung hatiku hampir padam untuk menyebrang ke kegelapan. Tiba-tiba kembali aku merasakan ada secercah harapan untuk ku kembali ke surga Jannah ku.
Aku yang sedang disetubuhi dua orang laki-laki di sebuah gedung kosong ini, tiba-tiba mendengar dobrakan pintu dan beberapa polisi sepertinya datang menolongku. Namun aku memilih untuk meringkuk di lantai dan tak memandang ke arah mereka.


Beberapa saat kemudian suamiku dan pak Yosef ditangkap dan dibawa oleh para petugas berwajib, meninggalkan aku meringkuk sendirian di lantai dingin ini,. namun tak lama berselang, kudengar suara seorang perempuan di hadapanku yang masih meringkuk menundukkan kepalaku ke lantai. Dia pun membangunkan ku yang masih telanjang ini..


Dan ASTAGA.... sepertinya aku mengenal sosok perempuan berhijab ini. "Nurr...Rulll....", ucapku spontan.
Membuat aku pun merasa malu lalu menangis sejadi-jadinya dalam pelukan perempuan itu. Aku yang berambut pirang dan sedang telanjang ini, berpelukan dengan seorang perempuan berhijab. Aku pun terus menangis di pelukannya... Ya, di pelukan sahabat dekatku saat di pesantren Darul Akhwat kurang lebih 10 tahun lalu. Dia lah Nurul Zen Asyiffa, sahabatku.


Itulah yang membuat aku malu, dan menangis sejadi-jadinya. Dulu kami berdua sama-sama menempa ilmu agama di tempat yang sama, guru yang sama, dan waktu yang sama.. Tapi hari ini, dia menyaksikan pemandangan yang sepertinya akan aneh baginya . Aku yang dulunya seorang santriwati yang sangat menjaga auratnya, kini malah berpenampilan seperti lonte.


POV Nurul
Entah beban masalah seberat apa yang telah menimpanya, hingga membuat sahabat alimku kini rela menjadi seorang wanita murahan seperti yang kulihat sekarang ini.
"Sudah Sit, ayo kita tinggalkan tempat ini. Kebetulan aku tadi membeli pakaian yang bisa kamu pakai untuk sekarang." Ucapku menyadarkannya dari tangisan.
Namun Sita belum mau mengucapkan sepatah katapun, dia hanya membalas ucapanku dengan sebuah anggukkan. Aku pun mengambil pakaian untuk dipakai sahabatku ini. Tapi karena tidak memungkinkan untuk Sita berjalan ke kamar mandi umum dalam keadaan telanjang, dia pun langsung memakai pakaian yang aku berikan dengan badan yang masih penuh keringat dan cairan sperma laki-laki pemerkosanya. Kulihat juga di tepi bibirnya terdapat bercak-bercak lumeran sperma yang mulai mengering. Aku hanya menyekanya dengan sedikit tisu yang kubawa.
Lalu aku pun menuntun Sita dan bergegas pergi meninggalkan TKP ini, menuju mobilku di parkiran.


Setelah beberapa menit, kami pun sampai di parkiran. Kudapati hanya ada supirku Pak Bondan di dalam mobil tersebut.
"Pak Bondan, Abi kemana?" Kumenanyakan keberadaan suamiku yang memang biasa ku panggil dia dengan sebutan Abi.
"Tadi Pak Bima langsung ikut ke kantor polisi, dan saya disuruh menunggu Ibu Nurul dulu." Jawab supirku.
"Ya sudah, ayo Pak kita susul mereka ke kantor polisi..!" Ajakku kepada pak Bondan.


Ketika pak Bondan melihat Sita , dia mengernyitkan dahi dan sedikit mengusap hidungnya, aku mengerti dia mulai mencium aroma tidak sedap dari Sita, aroma air mani yang dari tadi memang kucium juga.
Aku memelototi pak Bondan, memberi kode untuk bersikap biasa saja.
Lalu aku pun menggandeng Sita yang masih terlihat murung untuk masuk ke dalam mobil dan duduk bersamaku di kursi belakang.
Kami pun berangkat menyusul ke kantor polisi.

Masih POV Nurul


SETIBANYA di kantor polisi, kulihat suamiku sedang duduk di depan meja pelayanan, terdengar dia sedang memberikan keterangan perihal kejadian pemerkosaan tadi.
Sementara aku meminta izin untuk menggunakan kamar mandi disana, agar Sita bisa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum dimintai keterangan.


Setelah suamiku selesai diberikan beberapa pertanyaan, aku juga dimintai keterangan perihal apa saja yang kulihat saat di TKP. Karena memang akulah orang pertama yang melaporkan kejadian itu pada suamiku sebelum suamiku menghubungi pihak berwajib .


FAKTA yang kuterima dari polisi, ternyata salah satu pelaku pemerkosaan terhadap Sita adalah suaminya sendiri. Fakta yang masih membuat ku benar-benar tidak dapat percaya.
Polisi memberikan beberapa catatan terkait kasus ini, yaitu:
Pertama, Pasal pidana 296 KUHP dan Pasal 33 Jo Pasal 7 Undang-Undang Pornografi tidak tepat digunakan apabila perbuatan tersebut tidak untuk tujuan ekonomi.
Jadi disinyalir, kejadian ini bukanlah tindak pemerkosaan, akan tetapi hanya sebatas kelainan orientasi sex dari si suami korban.
Untuk itu, Aparat Penegak Hukum perlu mencari bukti lebih yaitu adanya dasar keuntungan ekonomi sebagai pencaharian dan kebiasaan apabila ingin menggunakan KUHP dan UU Pornografi. Dan apabila hal itu tidak dilakukan, maka ICJ (Internasional Court of Justice ) akan menilai bahwa perbuatan penggerebekan yang dilakukan kepolisian sepanjang untuk mengkriminalkan perbuatan konsensual antara orang dewasa dan menargetkan kelompok seksual tertentu adalah Tindakan sewenang-wenang yang melanggar hukum dan HAM.


Jadi intinya, si pelaku tadi tidak bisa dijerat secara hukum pidana saat ini. Aku pun bingung harus bagaimana berbicara dengan Sita nantinya.
Sementara kedua pelaku tadi dinyatakan untuk bebas, namun masih dalam proses pengawasan pihak kepolisian.


Sekembalinya Sita dari mandinya, dia juga dimintai keterangan perihal hubungan dia dengan para pelaku yang dituduh pemerkosa itu, dia pun mengiyakan jikalau salah satu dari kedua orang tadi adalah suaminya.


Selesai dimintai keterangan, Sita menghampiriku;
"Kamu kaget kan dengan apa yang disampaikan polisi padamu?" Tanyanya .
"Emmmmmhh.. iya juga sih, aku tidak percaya dengan apa yang kudengar tadi. Tapiiii, yaaa sudahlah. Jadi sekarang bagaimana? apa mau aku antar pulang.." balas ku sambil berusaha mengalihkan topik pembicaraan.


"Aku gak mau pulang dulu Nur, aku sekarang masih takut pada suamiku." Tutur Sita.


"Sebenarnya aku dalam perjalanan menujunya pondok tempat kita dulu menimba ilmu agama Sit. Bagaimana kalau kamu ikut saja denganku kesana? Rencananya aku dan suamiku ingin merayakan anniversary pernikahan kami yang pertama di Villa dekat pondok kita itu ." Tuturku pada Sita.


"Aapa aku masih pantas masuk ke pondok Nur? Aku sekarang sudah tidak suci..aku malu pada tuhan dan diriku sendiri Nur.." kulihat Sita kembali mulai menitikkan air mata.
Aku pun segera memeluknya kembali, untuk menenangkan hati dan pikirannya. "Sudah sudah, jangan nangis lagi dong.. yanglalu biarlah berlalu, kita lanjutkan nanti curhatmu itu disana. Sekarang gak enak lagi di kantor polisi juga kan.!?", Akupun mengajak Sita untuk keluar dari sini, dan kembali menuju mobil. Pak Bondan pun dengan gercep membukakan pintu untukku dan Sita, lalu aku menyuruh Sita masuk duluan.
Sementara aku menunggu dulu suamiku keluar dari kantor polisi untuk menyampaikan sesuatu, sebelum sampai ke mobil,.aku mendekati suamiku dan berkata;
"Bi, nanti jangan bicara yang macem-macem ya tentang kejadian tadi pada temanku itu." Sambil ku melirik ke arah Sita yang ada di kursi belakang mobil.


"Memangnya kamu kenal siapa dia Mi? Kamu lulusan pondok pesantren kok bisa berteman dengan perempuan nakal seperti itu.?" Tanya suamiku.
"Hussstttt... Jangan bilang seperti itu...!!"
"Kamu masih ingat sahabatku yang bernama Sita ketika aku mondok di dekat tempatmu itu? Asal kamu tau perempuan yang kita tolong itu adalah Sita, sahabatku Bi.!" , aku memberitahu siapa Sita sebenarnya pada suamiku.


"Kamu bercanda ya Mi? Sita kan orangnya religius dan alim seperti kamu. Tidak seperti....." Sebelum suamiku selesai bicara aku mengeplak pelan mulutnya.
"Heeeeeeh... Jangan bilang begitu, gak baik.. Udah ayo kita berangkat. Umi mau ngajak dia ikut sama kita kesana. Awas kalo bicara sembarangan di depan Sita..!!", jelasku pada suamiku.
"Ya sudah, ayo kita lanjutkan perjalanan, sudah gelap juga ini kan." Kata suamiku memahami maksud ucapanku.


Kami pun kembali melanjutkan perjalanan, aku merasa senang karena bisa ditemani sahabat lamaku Sita dalam perjalanan ini. Sementara suamiku sekarang duduk di depan menemani pak Bondan yang sedang menyetir.
Akupun melirik ke arah Sita, lalu merangkulnya ke pelukanku.
"Aku penasaran apa yang sudah terjadi padamu sahabatku..!!??" Ucapku dalam hati ketika Sita berada dalam rangkulanku...


BERSAMBUNG...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd