Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mba Merry ; Impian yang jadi Kenyataan

Mantap ini, cerita slow dan ada konflik batin yang terasa oleh pembacanya, semoga cerita ini genre soft cheating/ selingkuh aja, karena udah bosan dengan genre cukcold dan gangbang
 
Update!!

Chapter 4
Tumbuh


2 Minggu telah berlalu


Semenjak kejadian itu aku belum lagi bertemu dengan mba merry. Karena ketika sesampainya dirumah dari malang kampung halaman omku, aku langsung berangkat keesokan harinya untuk kembali ke kampus menjalani aktivitas seperti sebelumnya. Namun dengan begitu masih teringat jelas kejadian saat itu. Kejadian dimana dengan gelap matanya aku hendak menyetubuhi mba Merry. Di satu sisi aku menyesal telah melakukan itu, namun di sisi lain aku senang karena walaupun sesaat, kontolku sudah pernah merasakan kehangatan memek mba Merry.


Seperti biasa waktu itu hari jumat. Sudah dua Minggu semenjak pulang dari malang aku belum kembali ke rumah. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang malam itu. Ketika di perjalanan menuju rumah aku memikirkan mba merry. Apakah mba Merry sedang ada dirumah? Apakah dia membenciku? Entahlah, yg kutahu Aku sungguh kangen momen saat bersama dirinya.


1 Jam perjalanan akhirnya aku tiba dirumah. Seperti biasa aku sampai pada tengah malam saat itu. Namun ternyata dirumah nenekku tidak ada mba Merry. Hanya ada nenekku dan Dimas anaknya mba merry saat itu.


"Ibumu kemana dim?"
"Kerja bang masuk malem"
"Owalah"


Aku tenang saat mengetahui bahwa mba Merry tidak ada karena kerja di rumah sakit, bukannya sedang menghindar dariku. Karena lelah akibat perjalanan pulang, akhirnya aku tertidur saat itu.


Keesokan harinya aku terbangun di pagi hari. Keadaan rumah kosong saat itu. Nenek dan Dimas sedang pergi berbelanja sayuran untuk di masak hari ini. Akhirnya aku memutuskan untuk membuat secangkir kopi dan merokok di halaman depan rumah. Ketika sedang asyik menghisap rokok terlihat mba Merry yang baru pulang bekerja. Aku pun menyapanya.


"Baru pulang mba?"


Mba Merry hanya diam saja dan masuk meninggalkan ku di luar seorang diri. Tidak puas dengan sikapnya aku segera menghampirinya.


"Mba.. mba... Mba masih marah mba? Maafin Dika mba.. dika minta maaf banget mba.." ucapku sambil mengikutinya ke dalam.


"Mba.. Mba Merry boleh marahin sdika sepuasnya, mba Merry boleh nampar Dika kalo mba Merry mau.. tapi please mba, jangan diemin Dika kaya gini"


Mba Merry pun mulai terlihat mengeluarkan air mata.


Tiba tiba mba Merry menarik tanganku untuk masuk ke kamarnya. Tentu aku hanya pasrah mengikutinya.


Sesampainya di kamar mba Merry duduk di sisi ranjangnya dan aku duduk tepat di sampingnya. Namun dia tiba menunduk sambil menutupi muka nya dan mulai menangis.


"Mba.. mba Merry kenapa mba?" Ucapku dengan nada lembut.


Mba hanya terdiam dan menangis sesenggukan


"Mba Merry masih marah banget ya sama Dika?"
"Mba..."


"Hiks.. hiks.." lagi lagi yang keluar dari mulutnya hanya suara tangisannya.


"Yaudah mba.. kalo emang mba Merry masih marah, Dika lebih baik pergi aja ya mba kalo emang itu bisa bikin mba Merry sedih lagi. Jujur Dika juga gakuat mba kalo liat mba Merry kaya gini."


Jujur ketika Dika berbicara seperti itu dadaku berdebar kencang, momen ini seperti seorang kekasih yang sedang meluluhkan hati pasangannya ketika marah. Aku luluh olehnya. Hatiku seakan tersentuh dibuatnya.


Ketika aku hendak berdiri ternyata lagi lagi tangan aku di tahan oleh tangan mba Merry.


"Kenapa kamu tega ngelakuin itu dik? Aku ini bibimu, adik dari ayahmu, aku sudah selayaknya seperti orang tua mu dik" ucap mba Merry dengan Isak tangisnya.


"Dika gatau mba, Dika khilaf. Semua terjadi spontan begitu saja. Tiba tiba ada dorongan aku untuk Melakukan itu mba. Aku juga ga paham mba. Tapi aku ga menanggap mba seperti wanita yang seperti diluaran sana mba. Aku melakukan itu bukan karena aku meremehkan atau melecehkan mba. Aku gatau itu perasaan apa mba. Yang aku tau saat itu aku kagum sama mba. Aku nyaman saat sama mba. Aku seperti ingin memiliki mba Merry. Maka dari itu aku gakuat kalo sikap mba Merry gini terus. Lebih baik Dika pergi aja mba."


Aku gatau entah kenapa aku cukup berani berkata seperti itu. Semua itu terjadi begitu spontan. Kami sangat emosional waktu itu.


Deg.. aku terdiam akan pernyataan Dika. Suamiku tidak pernah berkata seperti ini. Dia hanyalah seorang suami yang sangat cuek dan cenderung kaku. Apakah ini sebuah pernyataan dari Dika? Entah yang jelas hatiku sangat tersentuh saat itu. Pernyataan Dika membuat hatiku bergetar, membuatku merasa menjadi wanita seutuhnya, membuat gairah hidupku menjadi lebih tinggi.


Tiba-tiba mba Merry memelukku sembari membenamkan wajahnya di bahuku bersama dengan Isak tangisnya.


"Tapi dik.. aku ini bibiku.." ucap mba Merry dengan lirih.


"Aku ga peduli mba" ucapku tegas


Akhirnya kami hanya terdiam. Yang terdengar hanya suara Isak tangisnya.


Tak lama kemudian mba merry melepaskan pelukannya serta menundukkan kepalanya.


"Terus kita harus gimana dik? Mba juga ngerasain hal yang sama kaya kamu. Tapi ini salah dik. Mba bibimu, lagi pula mba ada mas naufal yang jadi suami mba. Mba juga sangat mencintainya." Ucap mba Merry


"Kita harus ga gimana2 mba, biarkan semua ngalir begitu saja. Lakukan yang menurut mba benar, yang penting maafin aku mba, aku gakuat liat mba seperti sebelumnya denganku. Aku ingin melihat mba bahagia."


Tiba tiba kami berpelukan lagi. Kali ini merupakan pelukan yang lebih intim. Tidak ada tangisan di dalamnya. Beberapa menit kemudian, aku melepas pelukannya.


"Aku keluar dulu ya mba sebelum ada yang datang"


Mba Merry kembali nahanku.


"Jangan dik. Cukup kunci pintunya. Temani mba. Mba gamau sendiri."


Aku kaget akan pertanyaan mba Merry.


"Tapi mba.."


Belum selesai aku berbicara, langsung dipotong oleh mba Merry.


"Jangan tinggalkan mba dik" ucap mba Merry dengan lirih sembari menundukkan kepalanya lagi.


Akhirnya aku menuruti kata-katanya. Kemudian aku segara mengunci pintu kamar mba Merry. Ketika aku kembali, kembali ku hampiri mba Merry yang masih terduduk di tepi ranjangnya.


"Udah yaa mba jangan nangis lagi" ucap mengelap air matanya dengan jari jariku dengan wajahku yg tepat berada di depan wajahnya yang tertunduk.


Entah bagaimana, tiba tiba kami saling berciuman saat itu. Ciuman yang sangat lembut. Yang kurasakan saat itu itu merupakan ciuman penuh cinta ketimbang ciuman penuh nafus. Lidah kami saling beradu secara perlahan.


Cukup lama kami berciuman hingga akhirnya aku melepaskan ciuman itu.


"Mba.. sekarang mah tidur yaa.. mba baru pulang pasti cape.. lebih baik mba tidur.."
"Tapi kamu jangan pergi dik"
"Iyaa mba, aku disini temani mba"


Aku pun merebahkan mba merry. Kemudian aku menyusul merebahkan tubuhku disampingnya.


Setelah itu mba Merry kembali memelukku dengan kepala yang berada di dadaku. Kami saling terdiam saat itu hingga akhir mba Merry terlelap di dadaku dan disusul denganku yang mulai ikut tertidur.


[Spoiler="POV Mba Merry]
Aku terbangun tepat pada pukul 12 siang. Aku terbangun dengan posisi masih saling berpelukan dengan Dika. Aku memikirkan apa yg telah terjadi.
Terdapat gejolak besar di dadaku. Tidak pernah aku merasa seperti ini dengan suamiku. Tapi bagaimana bisa? Dika hanyalah keponakanku. Ini adalah hal yg tabu. Tapi aku sungguh merasa aman bersamanya.


Aku merasa bersalah dengan suamiku. Tapi jujur aku tidak pernah senyaman ini bersamanya. Memang salahku yang terlalu memutuskan untuk cepat menikah dengannya. Proses pendekatanku dengganya tidak begitu lama. Bahkan aku tidak sempat pacaran dengannya. Sungguh aku gelisah saat itu. Akhirnya aku memilih untuk tidak memikirkan itu dan pasrah dengan keadaan.
[/Spoiler]


Aku terbangun sekitar pukul 1 siang. Mba Merry sudah tidak ada di sampingku. Tak lama kemudian mba Merry datang hanya dengan menggunakan daster panjang tipis nya.


"Udah bangun Dika?"
"Lho? Aku ketiduran mba"
"Yaudah tenang aja, nenek Sama Dimas lagi gaada kok dia lagi rumah Bi Eem"


Sekedar informasi, keluargaku memang tinggal berdekatan. Di dekat rumah nenekku dibelakangnya yang sekitar berkarat 5 rumah, ada rumah bi eem. Ia merupakan adik dari nenekku. Kemudian tidak jauh dari rumah bi eem, sekitar 10 menit berjalan kaki, ada rumah pamanku yang merupakan kakak dari bibiku mba Merry dan ayahku. Sedangkan rumahku berada sekitar 10 menit dari rumah nenek dengan berjalan kaki juga. Rumah mba Merry yang paling jauh, berada di kecamatan yang berbeda, sekitar 15 menit dengan menggunakan sepeda motor.


"Yaudah makan dulu yuk, mba udah masak tuh"
"Iya mba aku juga belum makan nih"


Akhirnya kami makan berdua saat itu di meja makan.


Akhirnya semenjak hari itu aku dan mba Merry kembali baik-baik dan cenderung lebih dekat setelah kejadian pagi tadi. Tetapi belum ada pembahasan lebih lanjut bagaimana hubungan kami kedepannya. Aku juga tidak mempermasalahkannya. Biarkan semua mengalir begitu adanya.

Bersambung...

Tipis-tipis mas bro... Untuk hasil yang indah butuh perjuangan dan proses yang panjang...

Jangan lupa jejak..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd