Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MATA LANGIT

Bimabet
BAB 22
Aku Ingin Dia Tersiksa



Setelah memberi pelajaran berharga pada bi Eroh, Zee segera mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah itu dia lumayan lama bersantai di gazebo kamar dengan ditemani kopi panas dan rokok kesukaannya. Saat ini, Zee sudah tidak lagi bekerja sebagai manager di gerai ambar future. Karena Tuan Wiguna tak mengizinkannya lagi kerja disitu, sebagai gantinya Zee diberikan gedung usahanya sendiri.


"Untuk membuat eliksir pil aku sudah paham cara membuatnya, yang jadi masalah dimana aku harus mencari bahan-bahannya?"


Saat Zee memikirkan hal itu, Sulis datang ke kamarnya.


"Kamu lagi ngapain Zee di situ?" tanya Sulis.


"Lagi nyantai kok bu" jawab Zee dengan singkat.


"Daripada nyantai begitu, mending beresin deh kamarmu, lihat berantakan begitu."


Zee melirik ke dalam kamarnya, tersenyum kecut atas apa yang terjadi beberapa waktu lalu.


"Bi Eroh sudah selesai masak, rapikan kamarmu dan segera lekas turun untuk makan. Sekalian ada yang nanti mau ibu bicarakan."


DEG


"Apa bi Eroh ngadu pada ibu?" batin Zee.


------------------------

Dari halaman rumah, Kodok sedang menyirami tanaman, sembuh dari lukanya tak membuatnya menjadi malas-malasan terlebih lagi dia kini tinggal bersama dirumah masternya. Sementara Belut, dia tengah mencuci mobil.


"Gak mau, biar Ayi saja yang nyiram, Ayi bisa kok paman kodok" rengeknya manja yang kemudian berlari ke arah Zee.


"Kakak… kakak… paman kodok nakal, masa gak bolehin Ayi nyiram sih" kesalnya dengan pipi yang digembungkan.


Zee merunduk mensejajarkan dengan tingginya bocah itu, lantas mengusap lembut rambutnya yang halus, "Mungkin paman kodok gak mau Ayi sakit, kalau kelamaan mainan air".


"Kakaaaak…" Ayi protes dan matanya disendukan seolah memohon pada Zee.


"Tadi mama mu buat kue, apa Ayi gak mau nyobain? Nanti keburu habis loh di makan bi eroh" bujuk Zee.


"Hah??!!" Mulutnya terbuka lebar dan segera bocah itu berlari masuk ke dalam. Zee hanya menggelengkan kepalanya saja.


Kemudian, Zee mendekat ke arah Belut yang sibuk mencuci mobil.


"Kalau kamu sudah selesai cuci mobilnya, kamu pergi dengan kodok ke dealer. Belilah mobil untuk operasional kalian."


"Siap master." jawab Belut dalam hati ia berkata 'memang terbaik masterku ini'.


Selanjutnya Zee masuk ke dalam rumah setelah lebih dulu memberikan ATM dan pin nya pada Belut. Lalu Zee berpapasan dengan bi Eroh yang sedang membawa nampan berisi cemilan untuk Kodok dan Belut.


Saat kedua pasang mata mereka beradu, bi eroh berkata dengan kesal "Apa lihat-lihat!!" Dengusnya.


Zee langsung tertawa terbahak-bahak, lalu menepuk pantat bi eroh sambil berlalu begitu saja.


Zee mendatangi ibunya di ruang santai keluarga, ibunya sedang menyuapi Ayi.


"Kakak… cobain deh kue buatan mamah. Enak loh…"


Zee tampak tersenyum pada Ayi.


"Mau nanya masalah apa, bu?" tanya Zee sembari mengambil sepotong kue dan duduk di sofa, jantungnya agak berdebar.


Sulis menanyakan perihal Ratna, dari mana, mau apa dan kenapa bisa ada dirumahnya.


Lantas Zee menceritakan semua pada ibunya perihal yang dia tahu.


"Kasihan juga Ratna ya, Zee…" kata Sulis setelah mendengar penjelasan anaknya.


Eroh yang hendak balik ke dapur yang harus melewati ruang santai, langsung dimintai tolong oleh Sulis, "Maaf Roh… sekalian panggilkan Ratna kemari".


Setelah Eroh menyampaikan pesannya, Ratna pun datang menghadap bersama Eroh di ruang santai.


"Maaf nyonya, ada yang bisa saya bantu" kata Ratna dengan sedikit membungkuk.


"Duduklah dulu, anak saya ingin mengatakan sesuatu" sahut Sulis.


"Baik nyonya, sini nak… duduk dipangkuan mamah" kata Ratna yang melihat Ayi dipangkuan Sulis.


"Biarkan saja, saya senang dengan anakmu, dia ini lucu dan menggemaskan" ucap Sulis mengusap-ngusap pipi Ayi.


"Jadi gini…" kata Zee mulai berbicara.


"Sebaiknya bu Ratna tinggal saja disini, menjadi bagian dari keluarga kami. Saya tidak ingin ada istilah pembantu dirumah ini. Semuanya sama, sama-sama keluarga. Ya kan bu?"


"Iya, ibu juga setuju" jawab Sulis.


"Tenang saja, tiap bulannya saya beri jatah lima juta. Dengan uang itu ibu bisa menabung, untuk keperluan sehari-hari saya yang tanggung."


Saat Ratna akan menjawab, Eroh langsung menyela nya, "Sudahlah Ratna, terima saja penawaran nak Zee. Kasihan dengan Ayi loh, jika kalian berdua harus luntang-lantung di jalanan."


Setelah menimbang-nimbang, Ratna akhirnya mau menerima tawaran Zee.


"Nah gitu dong, biar aku gak kena sasaran tembak melulu nantinya" ucap Eroh sambil menatap ke arah Zee.


UHUK UHUK Zee langsung tersedak kue yang dimakannya. Zee paham sekali dibalik ucapan Eroh barusan.


"Maksudmu apa, Roh?" tanya Sulis yang tidak mengerti.


Dengan gelagapan Eroh menjawab, "Eeee… itu… apa… Eee… maksudnya biar gak kena suruh-suruh kamu terus Lis…" ungkapnya.


"Oooh jadi kamu ingin pulang kampung?" sindir Sulis.


"Gak gitu lah Lis… bercanda doang aku mah tadi" balas Eroh.


Sulis mengabaikan tanggapan Eroh, lalu ia berkata pada Ratna lagi, "Oh ya Ratna, sekarang kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Jadi sebaiknya panggil nama ku Sulis saja, kan kita seumuran."


Ratna mengangguk tanda mengerti.


"Ayi mau kan tinggal di rumah ini terus?" tanya Sulis menatap Ayi.


"Mau sekali bi, apalagi makanannya enak-enak."


Jawaban polos Ayi itu membuat semua orang tertawa. Semenjak kehadiran Ayi dirumah Zee, membuat suasana dirumah itu lebih berwarna.


Saat semuanya tertawa, Ratna tampak menunduk, bukan karena ia merasa sedih. Justru ia merasa bahagia dengan keluarga barunya. Semangat hidupnya kembali tumbuh dan luka di hati yang selama ini membebaninya, seolah sirna.


Zee menenggak air untuk meredakan tenggorokannya yang panas, lalu mengutak atik handphone nya mencari kontak Belut, ia hendak menanyakan perihal pembelian mobil. Justru handphonenya malah berdering.


Ternyata itu adalah panggilan masuk dari Sambo, "Master, ada masalah di Gerai Ambar Future. Sekelompok orang telah membuat masalah disini".


Dengan agak kecewa Zee menjawab, "Kamu kan aku angkat menjadi security di situ. Tanganilah sendiri".


"Awalnya aku mampu menanganinya sendiri, tapi ternyata mereka kembali dengan membawa jagoan ahli yang kuat. Celakanya bu Ambar sekarang telah di sekap."


Zee terkejut mendengarnya, "Apa?? Aku akan kesana sekarang juga!!".


Saat Zee akan pergi, ia teringat bahwa mobilnya dibawa oleh Belut ke dealer. Jadi ia memutuskan pergi ke rumah bu Retno ( tempat kos Zee yang dulu ) untuk meminjam motor.


Tak lama telepon masuk dari Dinar sebagai bendahara keuangan gerai ambar future.


"Halo, Dinar".


"Tolong Manager Zee, bu Ambar disekap dan ayahku (Sambo) sudah sangat kewalahan."


"Aku sudah di jalan dan sebentar lagi sampai" jawab Zee lalu semakin menggeber motornya.


Di Gerai Ambar Future.

Dinar meringkuk bersembunyi dibawah kolong meja, tubuhnya bergetar dengan handphone di tangannya. Hatinya menjerit melihat ayahnya dari jauh berulang kali memuntahkan darah. Ingin rasanya berlari ke arahnya, tapi itu hanya akan sia-sia.


Disaat ketakutan melanda Dinar, ia semakin ketakutan ketika persembunyiannya ditemukan.


"Hai cantik… lagi main petak umpet yah sama abang".


"Bos, masih ada satu wanita lagi disini" ucap salah satu pengikutnya.


"Kumpulkan semua para wanita dan bawa mereka semua ke mobil. Setelah itu bakar gerainya sekalian. Ini akibatnya jika menyinggung Arwana, hahaha….".


Para pengikutnya mulai mengerjakan perintah, sebagian menyiramkan bensin dan sebagian lagi tengah menggiring tahanan wanita.


Yang lebih menggila lagi, para tahanan wanita itu telah dilucuti pakaiannya, mereka hanya menggunakan bh dan celana dalam sambil berjalan beriringan dengan mulut tersumpal dan tangan terikat. Air mata bercucuran di wajah-wajah mereka (bu Ambar, Heni, Dinar dan karyawan wanita lainnya).


Terlebih lagi bu Ambar, sebagai istri konglomerat, ia merasa begitu terhina diperlakukan sekeji ini. Bayangan penyiksaan sudah mulai terbayang di benaknya. Betapa hancur hati dan mentalnya nanti.


Sambo yang sudah tidak berdaya, hanya pasrah dengan tubuh yang terikat. Bahkan dirinya kini sudah tersirami bensin.


"Maaf kan aku master" ungkapnya penuh penyesalan.


Sambo juga melihat bagaimana anaknya berjalan setengah bugil membuat hatinya menjerit, "Maafkan ayah, nak…" tangisnya.


Disaat semua kehilangan harapannya, tiba-tiba mereka semua dikejutkan dengan tembok kaca yang hancur. Zee yang menggeber motornya, langsung meloncat dan membiarkan motornya melaju kencang menghancurkan tembok kaca gerainya.


PRANG


Disaat semuanya lengah karena mendengar benturan yang keras, Zee langsung menyerang satu persatu pengikut Arwana. Mereka pada bertumbangan dengan masing masing kepala dari mereka terputus.


Kini hanya tiga orang yang tersisa, satu diantaranya membuat Zee terkejut.


"Kau berkomplot dengannya, Jagal?! Cari mati!!" Teriak Zee dengan emosi.


Zee akan membunuhnya, Jagal langsung ambruk dan berteriak, "Maaf kan aku master. Ini benar-benar jauh dari pengetahuan ku. Biarkan aku saja yang membunuhnya." Ucapnya memohon.


"Jika saja sejak awal aku tahu, mereka semua adalah orang-orang dibelakang master. Aku tidak akan pernah mau menerima bayaran dari Haikal sebagai tangan kanan Arwana" batin Jagal menyesali.


Zee langsung menarik kembali serangannya setelah mendengar penjelasan Jagal.


Zee memberi perintah, "Kau panggil semua pasukanmu yang lain dan hancurkan markas mereka, untuk dua orang ini biarkan aku saja yang membunuhnya."


Dengan setengah berlutut Jagal menerima perintahnya, tidak dibunuh saja sudah merasa bersyukur.


"Penghianat kau, Jagal! Tak akan kubiarkan kau melakukannya" ujar Haikal menghalangi langkah Jagal.


Disaat yang sama, Zee melihat Arwana hendak menghubungi markasnya, dengan cepat ia melemparkan sebilah jarum perak yang membuat tangan Arwana kebas, sehingga handphone nya terjatuh.


Setelah itu, Zee juga melemparkan tiga bilah jarum perak ke arah Haikal, yang membuatnya tidak bisa bergerak sama sekali.


BUGH Sebuah serangan tak kasat mata dari Zee langsung menghancukan kultivasi Haikal. Jagal yang melihatnya bergidik ngeri, bagaimana tidak… dia pernah merasakan sakitnya saat kultivasinya dihancukan.


"Kau…. Aaaaahh" jerit Haikal tanpa bisa menggerakan tubuhnya. Penderitaan seperti itu bukankah dinamakan kematian? Tepatnya sebuah kematian yang sangat menyakitkan.


Kejadian barusan membuat Jagal mematung diri, dan itu membuat Zee begitu kesal, "Apakah kau ingin aku hancurkan kultivasimu untuk kedua kalinya, Jagal?!!".


"Tidak master, saya akan pergi sekarang juga dan menghancurkan markas mereka" ucap Jagal dengan dahi yang berkeringat.


Situasinya kini berbalik, Arwana tampak ketakutan. Meski ia sendiri seorang jagoan ahli, ia juga bisa merasakan bahaya. Menghadapi lawan yang mampu menghancurkan kultivasi bukan hal yang mudah dihadapi. Nyalinya kini ciut, seperti anjing yang kehilangan alphanya.


"Jangan mendekat, aku bisa memberimu kekuasaan, uang dan wanita. Tolong lepaskan aku" tawar Arwana mengajukan perdamaian. Hatinya sangat menyesal karena ia tak membawa jagoan ahli dari pihak kakeknya yang jauh lebih kuat.


Tidak terima dengan yang dikatakan Arwana, bu Ambar berkata dengan emosi, "Aku ingin dia tersiksa, sebelum kematiannya menjemput."


Pandangan Zee beralih pada bu Ambar yang terikat, sangat jelas dari sorot matanya seperti mengeluarkan kobaran api.


"Baiklah… Kau saja yang menyiksanya, aku akan melumpukannya lebih dulu" sahut Zee setelah itu memberikan serangan fatal di bagian perut Arwana.


Zee tak menghiraukan jeritan kesakitan Arwana, ia lebih memilih melepaskan ikatan-ikatan pada orang-orangnya ( bu Ambar, Sambo, Heni, Dinar, dan karyawan wanita lainnya.)


Setelah terlepas dari ikatannya, bu Ambar langsung bergegas memberi pelajaran pada Arwana, entah sadar atau tidak peduli dengan kondisinya yang setengah bugil, ia langsung menginjak-nginjak wajah Arwana dengan sepatu high heels nya, bahkan penisnya tak luput dari incarannya.


"Mampus kau, mati kau babi!!" BAK BUK BAK BUK serangan bu Ambar bertubi-tubi.


Dinar pun tak tinggal diam, ia juga merasa sakit hati karena dilecehkan. Dinar mengambil balsem dari dalam tas nya dan langsung mengolesi penis Arwana setelah Heni menelanjanginya.


Zee yang melihat kelakuan para wanitanya merasa ngeri, spontan ia menutup penisnya seolah ikut merasa ngilu.


Karyawan wanita lainnya kini mengerubuti Arwana, ikut memberikan siksaan. Terdengar lolongan Arwana yang sangat memilukan.


"Itu sangat biadab" seru Zee.


"Tidak, itu sangat luar biasa" gumam Sambo yang melihat pemandangan yang menggairahkan. Awalnya tidak peduli, tapi dengan situasinya yang kini berbalik justru ia merasakan pergerakan dari balik celananya.


Zee yang mendengar gumaman Sambo, langsung melirik dengan tajam.


"Maaf master" ucap Sambo menundukan wajahnya.


"Sudahlah lupakan saja" sahut Zee lalu mengobati luka-luka Sambo.



-----------------------------

Dari markas arwana, pemandangan tak jauh memilukan. Darah bercipratan dimana-mana, bau anyir darah begitu menyengat. Puluhan mayat tampak bergelimpangan.


Jagal melakukan perintah dari masternya tidak tanggung-tanggung, ia beserta ratusan pengikutnya membantai habis. Bahkan ibu dan anak-anak yang tidak berdosa pun turut menjadi korbannya. Seandainya Zee tahu, pastilah ia akan mengamuk.


"Bakar semuanya, setelah itu kita cabut" perintah Jagal pada pengikutnya.


Dari kejauhan seorang wanita dengan luka di sekujur tubuhnya berjalan dengan tertatih, ia menghubungi seseorang.


"Ada apa, kenapa suaramu begitu sengau?".


"Kakek, keluarga kita habis dibantai" jawab Airin yang tak lain adalah adik perempuan Arwana yang lolos dari maut.



Bersambung…


 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd