Hinelle_
Semprot Baru
- Daftar
- 3 Jul 2022
- Post
- 35
- Like diterima
- 123
Halo suhu, ane izin mau sharing tentang kendala hidup ane saat ini di forum HTH. Ane ngga terlalu expect dapet solusi juga sih, hanya saja ane ngga tahu saat ini harus berbagi ke siapa.
Sekitar dua tahun yang lalu ane memutuskan untuk pensiun dari dunia perlendiran, ya hal ini disebabkan karena ane menikah dan berselang beberapa bulan saja ane dan istri langsung dikaruniai buah hati.
Tentu saja, yang namanya tobat, ane harus menjalaninya dengan jatuh bangun karena ya mustahil orang yang udah lama maksiat bisa langsung jadi baik dalam waktu yg singkat kan ya.....
Tapi setiap kali ane melihat wajah baby kecil ane, walaupun jatuh bangun tapi ane tetap bertekad buat berubah menjadi orang yang lebih baik.
So, cerita ini bermula baru saja, kurang lebih beberapa bulan terakhir, ketika seorang Doi cantik (sebut saja Miss M) masuk jadi pegawai baru di tempat kerja kami. Tentu saja, para cowok2 temen ane langsung pada cari muka karena doi memang tipikal yang cewek yang cute gitu, belum jalan sebulan pun doi udah jadi primadona di tempat kerja.
Harus ane akui, ane yg hasrat kelelakiannya masih ada sempat tertarik dengan Miss M, selain karena doi anak baik obrolan kita juga seringkali nyambung karena hobi kita di Novel dan Perfilm-an kurang lebih sama. Tetapi setiap kali ada momen, ane berusaha untuk ngga melampaui batas karena ya.... Hidup sudah bukan kayak dulu lagi kan. Ada tanggung jawab yang harus dipegang.
Hal yang ane tidak sadari adalah, ternyata Miss M ini lebih lengket ke ane ketimbang temen yang lain, disinilah awal mula masalah dimulai......
Jelang akhir 2023, mungkin ini bakal jadi momen yang selalu melekat dalam hidup ane kedepannya. Ane ngga pernah nyangka tiba2 semuanya dingin sama ane, termasuk Miss M, yang biasanya kita santai tiba-tiba ane satu-satunya diruangan yang diabaikan. Ane berusaha nanya kenapa kok awkward gini, dan jawaban yang ane terima selalu sama......
"Kita biasa-biasa aja, cuman perasaan kamu aja."
Ya, meskipun kata-kata yang didapat begitu, cara bersikap tetaplah penentu bukan. Dan jujur silent treatment gini bikin menyiksa karena dalam sudut pandang ane, misalkan ada masalah selayaknya orang dewasa bukankah baiknya kita bicarakan bersama buat solusinya, apalagi ini lingkungan kerja.
Berlalu dua bulan, tanpa ada jawaban rupanya salah satu temen ane (Sebut saja Mas C) nampak kasihan melihat hidup ane dan mulai angkat bicara meskipun posisinya waktu itu kita cuman empat mata. Disitu Mas C menjelaskan awal mula pokok masalahnya, kenapa keadaan bisa berubah sedrastis itu......
Nah, Mas A dan Mas B, dua orang lelaki yang selama ini selalu mengincar doi, pada hari itu ngomongin tentang perilaku ane, jauh sebelum menikah, dengan posisi topik diinisiasi sama Mas A. Obrolan demi obrolan berubah jadi bahan gunjingan sampai2 Mas C sendiri elus dada dengernya..... lama kelamaan Doi pun ilfeel dengernya sampai akhirnya begitulah posisi saat ini.
Hal yang ane ngga expect samasekali dari orang yang ane anggap rekan bahkan sahabat sendiri, rela menyutradarai hidup ane sampai begitu hanya demi perhatian seorang wanita.
Mas C pun dengan berat hati memohon maaf, karena beliau sendiri dengan beralasan keadaan harus ikut menjauh, hal yang selalu ane ingat kata-kata terakhir beliau adalah:
"Kalau memang kamu baik, kamu cukup buktikan ke Tuhan. Untuk saat ini biarlah waktu yang menjawab."
Hal yang benar-benar pahit untuk ane ingat, membangun rumah tangga pun penuh lika-liku, menjadi orang tua penuh kerja keras, tapi disaat ane berada di titik terendah, benar-benar tidak ada satupun yang membantu ane, dan ane seolah2 ditinggal buat mati sendirian.
Berkat hasil sutradara Mas A, ane menjalani betapa pahitnya kesendirian. Perlahan tawa dan senyuman ane pun juga memudar seiring berjalan waktu. Sementara mereka masing-masing hidup tanpa beban.....
Ane berusaha untuk tidak menyalahkan keadaan, ane menganggap apa yang terjadi saat ini adalah bayaran atas dosa-dosa ane di kehidupan yang lalu.
Tapi berusaha memaafkan pun sulit rasanya. Ada trust issue, dan trauma tersendiri. Mungkin andaikan ngga ada pegangan agama sudah lama bunuh diri. Mungkin jika bukan karena wajah baby ane yang mungil, sudah lama ane pergi.
Tapi hey stereotipe seorang pria, kita tidak mengeluh dan kita tidak menangis seberat apapun hidup, bukankah begitu kisanak.
Ane mencoba cerita ke orang-orang di luar lingkaran kerja.
Sebagian menyarankan ane hidup kayak biasa aja, mabok, open BO, live your life.
Sebagian menyarankan ane minta solusi dari orang yang bisa pengasihan (buat dipakai di tempat kerja aja) sekedar memperbaiki keadaan, bukan buat yang lain.
Sebagian lagi menyarankan cukup bersabar dan melanjutkan hidup.
Dan ane ngga tahu harus percaya ke siapa atau harus melakukan apa, rasanya ngga ada jawaban, buntu, dan ane pun sudah mencoba melakukan yg terbaik buat memperbaiki keadaan tapi gagal.
Pada akhirnya yah, ane berharap mungkin ada suhu disini yang bisa memahami,
Apa karena pada akhirnya dalam kehidupan, orang baik selalu kalah. Atau mungkin sudah terlambat buat ane buat berubah menjadi baik........
Sekitar dua tahun yang lalu ane memutuskan untuk pensiun dari dunia perlendiran, ya hal ini disebabkan karena ane menikah dan berselang beberapa bulan saja ane dan istri langsung dikaruniai buah hati.
Tentu saja, yang namanya tobat, ane harus menjalaninya dengan jatuh bangun karena ya mustahil orang yang udah lama maksiat bisa langsung jadi baik dalam waktu yg singkat kan ya.....
Tapi setiap kali ane melihat wajah baby kecil ane, walaupun jatuh bangun tapi ane tetap bertekad buat berubah menjadi orang yang lebih baik.
So, cerita ini bermula baru saja, kurang lebih beberapa bulan terakhir, ketika seorang Doi cantik (sebut saja Miss M) masuk jadi pegawai baru di tempat kerja kami. Tentu saja, para cowok2 temen ane langsung pada cari muka karena doi memang tipikal yang cewek yang cute gitu, belum jalan sebulan pun doi udah jadi primadona di tempat kerja.
Harus ane akui, ane yg hasrat kelelakiannya masih ada sempat tertarik dengan Miss M, selain karena doi anak baik obrolan kita juga seringkali nyambung karena hobi kita di Novel dan Perfilm-an kurang lebih sama. Tetapi setiap kali ada momen, ane berusaha untuk ngga melampaui batas karena ya.... Hidup sudah bukan kayak dulu lagi kan. Ada tanggung jawab yang harus dipegang.
Hal yang ane tidak sadari adalah, ternyata Miss M ini lebih lengket ke ane ketimbang temen yang lain, disinilah awal mula masalah dimulai......
Jelang akhir 2023, mungkin ini bakal jadi momen yang selalu melekat dalam hidup ane kedepannya. Ane ngga pernah nyangka tiba2 semuanya dingin sama ane, termasuk Miss M, yang biasanya kita santai tiba-tiba ane satu-satunya diruangan yang diabaikan. Ane berusaha nanya kenapa kok awkward gini, dan jawaban yang ane terima selalu sama......
"Kita biasa-biasa aja, cuman perasaan kamu aja."
Ya, meskipun kata-kata yang didapat begitu, cara bersikap tetaplah penentu bukan. Dan jujur silent treatment gini bikin menyiksa karena dalam sudut pandang ane, misalkan ada masalah selayaknya orang dewasa bukankah baiknya kita bicarakan bersama buat solusinya, apalagi ini lingkungan kerja.
Berlalu dua bulan, tanpa ada jawaban rupanya salah satu temen ane (Sebut saja Mas C) nampak kasihan melihat hidup ane dan mulai angkat bicara meskipun posisinya waktu itu kita cuman empat mata. Disitu Mas C menjelaskan awal mula pokok masalahnya, kenapa keadaan bisa berubah sedrastis itu......
Nah, Mas A dan Mas B, dua orang lelaki yang selama ini selalu mengincar doi, pada hari itu ngomongin tentang perilaku ane, jauh sebelum menikah, dengan posisi topik diinisiasi sama Mas A. Obrolan demi obrolan berubah jadi bahan gunjingan sampai2 Mas C sendiri elus dada dengernya..... lama kelamaan Doi pun ilfeel dengernya sampai akhirnya begitulah posisi saat ini.
Hal yang ane ngga expect samasekali dari orang yang ane anggap rekan bahkan sahabat sendiri, rela menyutradarai hidup ane sampai begitu hanya demi perhatian seorang wanita.
Mas C pun dengan berat hati memohon maaf, karena beliau sendiri dengan beralasan keadaan harus ikut menjauh, hal yang selalu ane ingat kata-kata terakhir beliau adalah:
"Kalau memang kamu baik, kamu cukup buktikan ke Tuhan. Untuk saat ini biarlah waktu yang menjawab."
Hal yang benar-benar pahit untuk ane ingat, membangun rumah tangga pun penuh lika-liku, menjadi orang tua penuh kerja keras, tapi disaat ane berada di titik terendah, benar-benar tidak ada satupun yang membantu ane, dan ane seolah2 ditinggal buat mati sendirian.
Berkat hasil sutradara Mas A, ane menjalani betapa pahitnya kesendirian. Perlahan tawa dan senyuman ane pun juga memudar seiring berjalan waktu. Sementara mereka masing-masing hidup tanpa beban.....
Ane berusaha untuk tidak menyalahkan keadaan, ane menganggap apa yang terjadi saat ini adalah bayaran atas dosa-dosa ane di kehidupan yang lalu.
Tapi berusaha memaafkan pun sulit rasanya. Ada trust issue, dan trauma tersendiri. Mungkin andaikan ngga ada pegangan agama sudah lama bunuh diri. Mungkin jika bukan karena wajah baby ane yang mungil, sudah lama ane pergi.
Tapi hey stereotipe seorang pria, kita tidak mengeluh dan kita tidak menangis seberat apapun hidup, bukankah begitu kisanak.
Ane mencoba cerita ke orang-orang di luar lingkaran kerja.
Sebagian menyarankan ane hidup kayak biasa aja, mabok, open BO, live your life.
Sebagian menyarankan ane minta solusi dari orang yang bisa pengasihan (buat dipakai di tempat kerja aja) sekedar memperbaiki keadaan, bukan buat yang lain.
Sebagian lagi menyarankan cukup bersabar dan melanjutkan hidup.
Dan ane ngga tahu harus percaya ke siapa atau harus melakukan apa, rasanya ngga ada jawaban, buntu, dan ane pun sudah mencoba melakukan yg terbaik buat memperbaiki keadaan tapi gagal.
Pada akhirnya yah, ane berharap mungkin ada suhu disini yang bisa memahami,
Apa karena pada akhirnya dalam kehidupan, orang baik selalu kalah. Atau mungkin sudah terlambat buat ane buat berubah menjadi baik........
Terakhir diubah: